Anda di halaman 1dari 7

JAWABAN EVALUASI AKADEMIK 1

Nama Peserta : Umi Kulsum, S.T


NIP : 19920329 202203 2 006
Kelompok :4
No. Daftar Hadir : 36

1. Soal : Deskripsikan rumusan kasus dan/atau masalah pokok, yang terlibat dan
peran setiap sektor/Lembaga/institusi berdasarkan kasus tersebut.
Jawaban :
a. Rumusan kasus dan/atau masalah pokok
Masalah pokok berdasarkan kasus tersebut adalah terjadinya praktik pungutan
liar (pungli) yang merajalela di Indonesia terutama pada lembaga-lembaga pelayanan
publik baik milik pemerintah maupun swasta. Praktik pungli dilakukan secara individu
maupun berkelompok hampir di semua lini Institusi Pemerintahan mulai dari tingkat
Kelurahan sampai dengan tingkat Kementerian Pusat. Sebagian besar praktik pungli
terjadi dengan memanfaatkan jabatan dan kewenangan yang dimiliki untuk memenuhi
gaya hidup yang berlebihan.
Presiden Jokowi telah berkomitmen dalam rangka pemberantasan pungli dengan
membentuk Operasi Pemberantasan Pungli yang diketuai oleh Menteri Koordinator
Bidang Politik Hukum dan Keamanan, Bapak Wiranto dan menandatangani Peraturan
Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2016 tentang Pemberantasan Pungutan Liar
(Pungli). Komitmen ini didukung oleh Gubernur se-Indonesia, salah satunya Gubernur
Sulawesi Selatan, Dr. (Hc) H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M.Si, M.H yang telah bekerja
sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam rangka pengawasan dan
pencegahan pungli. Sanksi tegas diberikan kepada pelaku praktik pungli berupa
pemrosesan secara hukum dan pemecatan apabila pelaku dari Aparatur Sipil Negara
(ASN). Selain sanksi tegas yang diberikan diperlukan tindakan preventif untuk mencegah
terjadinya praktik pungli dengan melakukan pembenahan ASN di bidang pelayanan
publik dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
b. Sektor/lembaga/institusi yang terlibat serta perannya dalam kasus tersebut:
1) Presiden (Lembaga Kepresidenan)
Presiden berperan dalam membentuk Operasi Pemberantasan Pungli dan
menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) nomor 87 Tahun 2016 tentang
Pemberantasan Pungli. Dalam hal ini memperlihatkan adanya komitmen dari
Presiden untuk bersama-sama memberantas praktik pungli yang marak terjadi di
Indonesia.
1
2) Kementerian Hukum dan HAM
Kementerian Hukum dan HAM menjadi salah satu Institusi Pemerintah Pusat
yang rawan terjadi praktik pungli, terutama pada sektor pelayanan publik seperti
urusan Imigrasi dan Lembaga Pemaysarakatan.
3) Kementerian Perhubungan
Kementerian Perhubungan juga merupakan salah satu Institusi Pemerintah Pusat
yang rawan terjadi praktik pungli, terutama pada sektor pelayanan publik
misalnya perizinan pelayaran dan jembatan timbang.
4) Kepolisian
Kepolisian juga merupakan salah satu Institusi Pemerintah Pusat yang rawan
terjadi praktik pungli, terutama pada sektor pelayanan publik seperti pengurusan
SIM, STNK, dan lain-lain.
5) Kelurahan
Kelurahan juga menjadi Institusi Pemerintah yang rawan terjadi praktik pungli,
terutama pada sektor pelayanan publik seperti pengurusan KTP, akte kelahiran
dan lain-lain.
6) Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan
Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan berperan sebagai
ketua dalam Operasi Pemberantasan Pungli yang dibentuk oleh Presiden.
7) Gubernur Sulawesi Selatan
Gubernur Sulawesi Selatan Dr. (Hc) H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M.Si, M.H
menjadi salah satu Gubernur yang mendukung pemberantasan pungli, dibuktikan
dengan adanya kerja sama dengan KPK dalam rangka pengawasan dan
pencegahan praktik pungli, bahkan Beliau juga telah melakukan inspeksi
langsung ke sejumlah daerah.
8) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
KPK menjadi mitra dari Gubernur Sulawesi Selatan dalam melakukan
pengawasan dan pencegahan praktik pungli.

2
2. Soal : Lakukanlah analisis terhadap :
a. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai dasar PNS, dan
pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI oleh setiap
institusi yang terlibat berdasarkan kasus tersebut.
b. Dampak tidak diterapkanya nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang
kedudukan dan peran PNS dalam NKRI berdasarkan kasus tersebut.
Jawaban :
Dari deskripsi kasus di atas, dapat dilakukan analisi bentuk penerapan dan
pelanggaran terhadap nilai-nilai dasar PNS dan kedudukan dan peran PNS dalam NKRI
sebagai berikut:
a. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan
tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh setiap institusi yang terlibat.
1) Presiden (Lembaga Kepresidenan)
Presiden telah menerapkan nilai “berorientasi pelayanan” yaitu dengan
memberikan responsivitas terhadap kasus pemberantasan pungli yang
diwujudkan melalui kebijakan yang solutif dan dapat diandalkan yaitu dengan
ditandatanganinya Peraturan Presiden (Perpres) nomor 87 Tahun 2016 tentang
Pemberantasan Pungli, serta dengan menetapkan kebijakan lainya berupa
pembentukan Operasi Pemberantasan Pungli.
2) Kementerian Hukum dan HAM
Kementerian Hukum dan HAM melanggar nilai “akuntabel” karena dengan
melaksanakan praktik pungli melalui penyalahgunaan kewenangan jabatanya
berarti tidak memiliki integritas dalam melaksanakan tugasnya.
Tindakan ini juga tidak sesuai dengan kedudukan dan peran PNS dalam NKRI
sebagai pelayan publik yang seharusnya memberikan pelayanan dengan
profesional dan berkualitas sesuai dengan UU. No 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara Pasal 11 poin b.
3) Kementerian Perhubungan
Kementerian Perhubungan melanggar nilai “akuntabel” karena dengan
melaksanakan praktik pungli melalui penyalahgunaan kewenangan jabatanya
berarti tidak memiliki integritas dalam melaksanakan tugasnya.
Tindakan ini juga tidak sesuai dengan kedudukan dan peran PNS dalam NKRI
sebagai pelayan publik yang seharusnya memberikan pelayanan dengan
profesional dan berkualitas sesuai dengan UU. No 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara Pasal 11 poin b.

3
4) Kepolisian
Kepolisian melanggar nilai “akuntabel” karena dengan melaksanakan praktik
pungli melalui penyalahgunaan kewenangan jabatanya berarti tidak memiliki
integritas dalam melaksanakan tugasnya.
Tindakan ini juga tidak sesuai dengan kedudukan dan peran PNS dalam NKRI
sebagai pelayan publik yang seharusnya memberikan pelayanan dengan
profesional dan berkualitas sesuai dengan UU. No 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara Pasal 11 poin b.
5) Kelurahan
Pemerintah Kelurahan melanggar nilai “akuntabel” karena dengan
melaksanakan praktik pungli melalui penyalahgunaan kewenangan jabatanya
berarti tidak memiliki integritas dalam melaksanakan tugasnya.
Tindakan ini juga tidak sesuai dengan kedudukan dan peran PNS dalam NKRI
sebagai pelayan publik yang seharusnya memberikan pelayanan dengan
profesional dan berkualitas sesuai dengan UU. No 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara Pasal 11 poin b.
6) Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan
Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan menerapkan nilai
“akuntabel” yaitu dengan dapat dipercaya dan bertanggung jawab terhadap
tugas yang diberikan serta menerapkan nilai “kolaboratif” yaitu bekerja sama
dengan pihak lain yang terlibat dalam tugas Opersai Pemberantasan Pungli untuk
saling berkontribusi dalam upaya pemberantasan pungli.
Tindakan ini sesuai dengan kedudukan dan peran PNS dalam NKRI sebagai
pelaksana kebijakan publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan
sebagai pelayan publik yang seharusnya memberikan pelayanan dengan
profesional dan berkualitas sesuai dengan UU. No 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara Pasal 11 poin a dan b
7) Gubernur Sulawesi Selatan
Gubernur Sulawesi Selatan menerapkan nilai “akuntabel” yaitu dengan dapat
dipercaya dan bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan serta
menerapkan nilai “kolaboratif” yaitu bekerja sama dengan KPK untuk saling
berkontribusi dalam upaya pemberantasan pungli.
Tindakan ini sesuai dengan kedudukan dan peran PNS dalam NKRI sebagai
pelaksana kebijakan publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan
sebagai pelayan publik yang seharusnya memberikan pelayanan dengan
profesional dan berkualitas sesuai dengan UU. No 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara Pasal 11 poin a dan b
4
8) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
KPK menerapkan nilai “akuntabel” yaitu dengan dapat dipercaya dan
bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan serta menerapkan nilai
“kolaboratif” yaitu bekerja sama dengan Gubernur Sulawesi Selatan untuk saling
berkontribusi dalam upaya pemberantasan pungli.
Tindakan ini sesuai dengan kedudukan dan peran PNS dalam NKRI sebagai
pelaksana kebijakan publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan
sebagai pelayan publik yang seharusnya memberikan pelayanan dengan
profesional dan berkualitas sesuai dengan UU. No 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara Pasal 11 poin a dan b
b. Dampat tidak diterapkanya nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang
kedudukan dan peran PNS dalam NKRI berdasarkan kasus tersebut adalah:
1) Praktek pungli terjadi secara masiv di berbagai lini pelayanan publik di Instansi
Pemerintah sehingga menghambat terlaksananya tujuan dan fungsi dari setiap
instansi yang terlibat. Hal ini secara tidak langsung dapat menghambat pada
terwujudnya tujuan nasional.
2) Merusak citra instansi pemerintah secara umum karena praktik pungli merupakan
salah satu bentuk pelanggaran kode etik dan kode perilaku ASN.
3) Munculnya stigma buruk dan ketidakpercayaan dari publik/masyarakat terhadap
ASN yang seharusnya bertugas sebagai pelayan publik yang memberikan kinerja
secara profesional dan berkualitas, tetapi justru menyalahgunakan kewenangan
yang dimiliki.

3. Soal : Deskripsikan gagasang-gagasan alternatif pemecahan masalah berdasarkan


kasus tersebut.
Jawaban :
Langkah yang harus dilakukan sebelum menentukan gagasan pemecah isu
adalah mengidentifikasi akar penyebab isu menggunakan diagram fishbone yang
meliputi man (sumber daya manusia), material (sarana), method (metode), dan milieu
(lingkungan). Adapun hasil identifikasi penyebab masalah “Maraknya praktik pungutan
liar pada sektor pelayanan publik di Indonesia” adalah sebagai berikut:

5
Gambar 1. Diagram Fishbone Penyebab Masalah
(Sumber: Analisis Penulis, 2023)

Setelah dilakukan analisis penyebab isu/masalah menggunakan diagram


Fishbone, diperoleh penyebab-penyebab yang perlu diselesaikan, yaitu:
a. Man : kurangnya pemahaman nilai-nilai dasar PNS, gaya hidup yang berlebihan.
b. Material : kurangnya media edukasi anti pungli
c. Method : kurangnya pengawasan internal maupun eksternal, rendahnya tindak
penyelesaian kasus pungli
d. Milieu : kurangnya keteladanan pemimpin, lemahnya budaya anti pungli di instansi
Gagasan alternatif pemecahan masalah yang dipilih penulis, yaitu:
a. Sesuai dengan roadmap KPK tahun 2022-2045 :
1) KPK melakukan penguatan kelembagaan, struktur, dan sumber daya manusia
KPK
2) KPK meningkatkan manajemen agar adaptif dan gesit misalnya: penguatan
digitalisasi informasi dan penguatan teknologi dalam penindakan.
3) Harmonisasi regulasi untuk memperkuat upaya dan kelembagaan antikorupsi
4) Peningkatan inisiatif pendidikan dan pencegahan antikorupsi pada pendidikan
usia dini
5) Penguatan pencegahan dan penuntutan korupsi di sektor swasta
6) Pembinaan sinergi antarinstansi.
b. Melakukan Penta Helix Collaboration
Penta Helix Collaboration merupakan model kolaborasi yang melibatkan unsur
pemerintah, akademisi, praktisi/bisnis, komunitas, dan media. Kolaborasi berbagai
6
unsur ini diharapkan dapat membentuk sinergitas sebagai usaha unruk memberantas
praktik pungli yang marak terjadi terutama pada sektor pelayanan publik pada
instansi pemerintah maupun swasta. Dalam hal ini pemerintah berperan dalam
Menyusun kebijakan-kebijakan yang terkait dengan upaya pemberantasan pungli.
Akademisi berperan sebagai ahli/pakar dalam menyusun kolaborasi yang dibentuk
serta sebagai sarana peningkatan pengetahuan di dalam masyarakat. Praktisi/bisnis
merupaka sektor swasta yang berperan sebagai fasilitator penyediaan infrastruktur
serta pendanaan modal atau anggaran untuk pembiayaan program kolaborasi.
Komunitas berperan sebagai penyalur antara pemangku kebijakan (pemerintah)
dengan masyarakat. Sedangkan media memiliki tugas dalam check and balance
kepada individu atau kelompok yang mempunyai jabatan public, sehingga suatu
bentuk kewenangan tidak melampaui batasnya, selain itu media juga berperan
sebagai sarana publikasi yang dapat membuat masyarakat terlibat aktif dalam suatu
kasus.
c. Kegiatan dasar sederhana yang dapat diterapkan dalam lingkungan instansi untuk
mencegah praktik pungli, antara lain:
1) Menanamkan nilai kejujuran semenjak dini. Menanamkan keimanan dalam diri
setiap ASN dengan meyakini bahwa apapun yang dilakukan selama hidup di
dunia akan mendapatkan balasan yang setimpal.
2) Saling peduli dan tenggang rasa, terutama dalam memberikan pelayanan publik
dengan menanamkan dalam diri bahwa suatu saat kita juga membutuhkan
bantuan orang lain.
3) Berani menolak sesuatu yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku.

4. Soal : Deskripsikan konsekuensi penerapan dari setiap alternatif gagasan


pemecahan masalah berdasarkan kasus tersebut.
Jawaban :
a. Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja instansi pemerintah.
b. Menciptakan lingkungan kerja yang lebih kondusif.
c. Menciptakan hubungan yang harmonis antara ASN sebagai pelayan publik dengan
masyarakat sebagai penerima layanan.
d. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik di lingkungan instansi pemerintah
maupun di lingkungan masyarakat umum.
e. Meningkatkan kualitas kinerja setiap instansi pemerintah yang secara tidak langsung
akan menjadi nilai positif untuk perkembangan Indonesia pada masa depan.

Anda mungkin juga menyukai