Anda di halaman 1dari 3

TUGAS ANALISIS DAN PERANCANGAN SIK

NAMA : Angela Floresta Tirta Amarta Biakna Jaya

NIM : 31200001

PRODI : DIV MIK

TUGAS :

Cari dasar-dasar hukum Rekam Medis elektronik, baik peraturan terdahulu sampai sekarang.

JAWABAN :

Aspek Hukum Rekam Medis Elekronik

Rekam medis elektronik adalah sistem informasi kesehatan berbasis komputerisasi yang
menyediakan dengan rinci catatan tentang data demografi pasien, riwayat kesehatan, alergi,
dan riwayat hasil pemeriksaan laboratorium serta beberapa diantaranya juga dilengkapi
dengan sistem pendukung keputusan (Ludwick & Doucette, 2009). Rekam medis elektronik
menawarkan kemampuan bagi penyelenggara pelayanan kesehatan untuk menyimpan dan
saling berbagi informasi kesehatan tanpa bergantung pada dokumen berbasis kertas (Ross,
2009). Penggunaan rekam medis elektronik pada pelayanan rawat jalan direkomendasikan
sebagai metode untuk mengurangi kesalahan, meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan,
serta mengurangi pembiayaan (Goodman, 2005). Dengan direkomendasikannya penggunaan
rekam medis elektronik, banyak penyelenggara pelayanan kesehatan mengimplementasikan
rekam medis elektronik sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan, meningkatkan
kepuasan pasien, dan mengurangi medical errors (Schenarts & Schenarts, 2012). Namun
hingga saat ini belum ada regulasi pemerintah yang secara spesifik mengatur tentang
penyelenggaraan rekam medis elektronik.

 Dalam Permenkes No. 269 tahun 2008 Bab II pasal 2 disebutkan bahwa:

(1) Rekam medis harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas atau secara elektronik.

(2) Penyelenggaraan rekam medis dengan menggunakan teknologi informasi


elektronik diatur lebih lanjut dengan peraturan tersendiri.
Ayat (1) menunjukkan bahwa rekam medis dapat dan boleh dibuat secara elektronik.
Namun merujuk pada ayat (2), sampai saat ini masih belum ada peraturan lebih lanjut
yang khusus membahas tentang penyelenggaraan rekam medis dengan menggunakan
teknologi informasi.

Peraturan yang dapat dirujuk saat ini yang mengatur transaksi elektronik secara umum adalah
Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang kita
kenal dengan UU ITE. Pada UU ITE disebutkan ada istilah “tanda tangan elektronik”,
“sertifikat elektronik”, dan “penyelenggara sertifikasi elektronik”.  Tanda tangan elektronik
melekat pada sertifikat elektronik yang dikeluarkan oleh penyelenggara sertifikasi elektronik.
Lebih jauh Anda dapat membaca dengan detail isi dari UU tersebut. “Tanda Tangan
Elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas Informasi Elektronik yang dilekatkan,
terasosiasi atau terkait dengan Informasi Elektronik lainnya yang digunakan sebagai alat
verifikasi dan autentikasi”. “Sertifikat Elektronik adalah sertifikat yang bersifat elektronik
yang memuat Tanda Tangan Elektronik dan identitas yang menunjukkan status subjek hukum
para pihak dalam Transaksi Elektronik yang dikeluarkan oleh Penyelenggara Sertifikasi
Elektronik”. “Penyelenggara Sertifikasi Elektronik adalah badan hukum yang berfungsi
sebagai pihak yang layak dipercaya, yang memberikan dan mengaudit Sertifikat Elektronik”.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah melakukan sosialisasi
penggunaan tanda tangan elektronik serta membuka pendaftaran dan verifikasi tanda tangan
elektronik bagi warga negara Indonesia. Merujuk pada UU ITE berarti Kementerian Kominfo
dapat disebut sebagai penyelenggara sertifikasi elektronik yang mengeluarkan sertifikat
elektronik bagi setiap warga negara Indonesia. Ilustrasi terkait tanda tangan elektronik dapat
dilihat pada video yang dirilis Kementerian Kominfo berikut. Ini merupakan sebuah titik
terang bagi tanda tanya atas kekuatan hukum rekam medis elektronik sambil menunggu
adanya peraturan hukum tersendiri yang membahasnya. Tanda tangan elektronik memiliki
kekuatan hukum yang sama dengan tanda tangan konvensional yang menggunakan tinta. Jadi
jangan takut untuk mengembangkan dan mengimplementasikan rekam medis elektronik.
Seperti yang disebutkan dalam UU ITE Pasal 5 ayat (1) “Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah”.
Sesungguhnya tantangan implementasi rekam medis elektronik bukan hanya datang dari
aspek hukum, melainkan juga datang dari aspek SDM, terkait komitmen untuk dapat
mendukung dan menerapkan rekam medis elektronik. Saatnya kita berperan.
 Pada tanggal 31 Agustus 2022, Menteri Kesehatan Republik Indonesia
menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2022 tentang Rekam Medis. Peraturan ini mencabut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 Tahun 2008 tentang Rekam
Medis. Beberapa hal yang mendasari pencabutan Peraturan Menteri Kesehatan
tersebut, di antaranya adalah: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 Tahun 2008 sudah tidak sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebutuhan pelayanan kesehatan, dan
kebutuhan hukum masyarakat; perkembangan teknologi digital dalam masyarakat
mengakibatkan transformasi digitalisasi pelayanan kesehatan; penyelenggaraan rekam
medis secara elektronik harus mengutamakan prinsip keamanan dan kerahasiaan data
serta informasi. Intinya, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 2022 berusaha untuk memberikan landasan hukum atau legalitas terhadap
penyelenggaraan rekam medis elektronik. Secara garis besar, ada tiga hal baru yang
diatur di dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2022, yaitu sistem elektronik rekam medis elektronik, kegiatan penyelenggaraan
rekam medis elektronik, keamanan dan perlindungan data rekam medis elektronik.
Sistem elektronik rekam medis elektronik dapat berupa: sistem elektronik yang
dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, sistem elektronik
yang dikembangkan oleh fasilitas pelayanan kesehatan sendiri, sistem elektronik yang
dikembangkan oleh Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) yang telah terdaftar
sebagai Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) pada sektor kesehatan di
Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. Sistem elektronik
yang dipergunakan dalam penyelenggaraan rekam medis elektronik harus memiliki
kemampuan kompatibilitas (kesesuaian sistem elektronik yang satu dengan sistem
elektronik yang lainnya) dan/atau interoperabilitas (kemampuan sistem elektronik
yang berbeda untuk dapat bekerja secara terpadu melakukan komunikasi atau
pertukaran data dengan salah satu atau lebih sistem elektronik yang lain, yang
menggunakan standar pertukaran data).

Anda mungkin juga menyukai