Anda di halaman 1dari 4

Nama : Sitti Nur Rachmushifal

Kelas : Alih Jenjang RMIK 2018


NIM : D121811154
Mata Kuliah : Rekam Kesehatan Elektronik

SOAL UAS

1. Gambarkan kondisi RKE di Indonesia dan perkembangannya ?


2. Bagaimana mekanisme integrasi data RKE ?
3. Bagaimana bentuk sistem keamanan RKE pada perancangan dan implementasinya ?
4. Bagaimana alur rancangan RME di puskesmas dan di RS serta buatkan integrasinya ?
5. Jelaskan keluaran analisa data kesehatan dalam menghasilkan RKE di suatu
Kota/Negara ?

JAWAB

1. Di Indonesia, penggunaan RKE belum diadopsi untuk digunakan dalam pelayanan


kesehatan. Padahal penyebaran yangc epat dan dramatis dari penyakit telah meningkat
beberapa tahun terakhir ini. AIDS/HIV, demam berdarah, flu burung (SARS) dan
pandemi lainnya telah mempengaruhi Indonesia diikuti dengan banyaknya penderita
yang meninggal. Joseph Domenech (2008) dari FAO chief veterinary
officer menyatakan bahwa “rata-rata tingkat kematian dari flu burung di Indonesia
adalah yang tertinggi di dunia dan akan lebih menyebar lagi pada manusia jika
mereka tidak berfokus pada kandungan penyakit dari sumber hewan dan
pencegahannya” (FAOnewsroom, 2008). Beberapa rumah sakit di Indonesia telah
berusaha mencegah kemungkinan penyebaran tanpa bantuan teknologi seperti RKE.
Ini menunjukkan bahwa terjadi hambatan dalam pengadopsian RKE di rumah sakit
Indonesia. Alasan mengapa RKE tidak berkembang cepat adalah tidak adanya hukum
yang jelas. Depkes memublikasikan Permenkes no 269/MENKES/PER/III/2008
tentang Rekam Medis sebagai pengganti Permenkes 749a/Menkes/Per/XII/1989.
Namun, peraturan ini tidak memberikan penjabaran secara rinci tentang rekam medis
elektronik. Hanya disebutkan bahwa penyelenggaraan rekam medis dengan
menggunakan teknologi informasi diatur lebih lanjut dalam peraturan tersendiri (Pasal
2 ayat 2).

2. Mekanisme integrasi data RKE harus saling terintegrasi antara satu sama yang lain
contohnya dalam sebuah rumah sakit bagian rakam medis dan bank data rumah sakit
harus memeliki intgrasi agar dapat memudahkan dalam membuat laporan,dan dari
data tersebut kita juga dapat mengambil keputusan lebih cepat dan akurat.

3. Rekam medis merupakan dokumen hukum. Maka keamanan berkas sangatlah penting
untuk menjaga keotentikan data baik Rekam Kesehatan kertas maupun Rekam
Kesehatan Elektronik (RKE). RKE juga merupakan alat bukti hukum yang sah. Hal
tersebut juga ditunjang dengan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik
(ITE) pada pasal 5 dan 6 yaitu:

Pasal 5

 Informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya


merupakan alat bukti hokum yang sah.
 Informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perluasan dari alat bukti yang
sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia.
 Informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dinyatakan sah apabila
menggunakan system elektronik yang sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam Undang-Undang ini.
Pasal 6

Dalam hal terdapat ketentuan lain selain yang diatur dalam pasal 5 ayat (4) yang
mensyaratkan bahwa suatu informasi harus berbentuk tertulis atau asli, Informasi
elektronik dan/atau dokumen elektronik dianggap sah sepanjang informasi yang
tercantum di dalamnya dapat diakses, ditampilkan, dijamin keutuhannya, dan dapat
dipertanggungjawabkan sehingga menerangkan suatu keadaan. Dalam Sabarguna
2008 menyebutkan bahwasanya keamanan computer mencakup empat aspek yaitu
privacy, integrity, authentication, availability, sedangkan untuk dunia kedokteran
maka terdapat aspek lain yang harus juga diperhatikan yaitu access control dan non-
repudiation.

4. Transisi RME di Puskesmas


Dengan berbagai potensi dan manfaat yang ditawarkan rekam medis elektronik,
banyak fasilitas pelayanan kesehatan yang berminat dan berambisi untuk
menerapkannya dalam kegiatan pelayanan. Pertanyaan yang sering muncul terutama
dari pihak manajemen rumah sakit adalah adalah “Kami harus mulai dari mana?”
Berikut adalah tahapan ideal dalam implementasi rekam medis
elektronik, khususnya di rumah sakit. Kita bisa melakukan self-assessment untuk
mengetahui sudah sampai mana tahapan yang telah kita lewati dan apa tahap
selanjutnya yang harus dilakukan, termasuk evaluasi capaian dari setiap tahap yang
telah dilakukan.
Investasi SDM
Untuk mengawal implementasi rekam medis elektronik, dibutuhkan sumber daya
manusia (SDM) yang memiliki kompetensi di bidang teknologi informasi. Rumah
sakit wajib memiliki tenaga teknis yang setiap saat dapat diandalkan untuk
melakukan troubleshooting jika terdapat kendala dalam implementasi sistem.
Lebih jauh rumah sakit dapat membentuk sebuah installasi atau unit yang bertugas
mengembangkan system rekam medis elektronik secara mandiri. Sehingga dapat
menghemat biaya dan tidak tergantung kepada vendor atau pihak ketiga.

Investasi Hardware
Diperlukan perangkat komputer dan jaringan yang terintegrasi di rumah sakit.
Pengadaan dapat dilakukan secara bertahap dengan skala prioritas.

Investasi Software
Rawat Jalan
Tidak perlu terburu-buru untuk merubah semua yang berbentuk kertas menjadi
elektronik. Target awal yang harus dipenuhi adalah seluruh pelayanan rawat jalan
mulai dari pendaftaran pasien, pelayanan poliklinik, pelayanan penunjang, apotik,
hingga keuangan sudah menggunakan format elektronik. Pasien tidak perlu
berhubungan kertas, begitu juga petugas rumah sakit. Petugas rekam medis tidak
perlu repot mencari berkas di rak filing yang padat. Dokter juga tidak perlu
menunggu lama untuk bisa mengetahui riwayat kesehatan pasien, cukup mengakses
terminal komputer dan semua data akan ditampilkan. Begitu juga dengan stok obat
dan transaksi keuangan.
Rawat Inap
Jika pelayanan rawat jalan telah menerapkan konsep elektronik sepenuhnya maka
implementasi sistem dapat merambah ke ranah pelayanan rawat inap. Hanya saja
untuk dokumen penting terkait aspek hukum seperti informed consent dan resume
medis, tetap perlu mempertahankan format kertas. Mengingat saat ini belum ada
payung hukum yang secara spesifik mengatur tentang rekam medis elektronik,
meskipun secara umum telah diatur dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi
Elektronik atau Undang Undang Nomor 11 tahun 2008 atau kita lebih kenal dengan
UU ITE.
Tentu secara teknis ada banyak tahap yang harus dilalui, dan tahapan di atas adalah
tahapan umum secara garis besar. Implementasi rekam medis elektronik tidak hanya
soal besarnya dana, namun juga soal komitmen manajemen dan SDM. Percuma
memiliki dana yang besar, namun SDM-nya tidak memiliki komitmen yang kuat
untuk bersama mengimplementasikan rekam medis elektronik. Itulah kenapa investasi
SDM adalah tahap pertama yang harus dilakukan.

5. Hasil dari output analisis data kesehatan dari RKE dari suatu kota contohnya yang
termasuk dalam 10 besar penyakit dalam hal tersebut pemerintah kota dapat
mengetahui penyakiit apa saja di alami oleh masyarakat di kota tersebut dan
pemerintah kota juga dapa dengan cepat mengambil keputsan untuk megurangi
penyakit yang sedang di derita oleh masyarakat dan secepatnya melakukan
sosialisasi.begitu juga sebaliknya output dari data RKE tingkat Negara namun disini
datanya akan lebih banyak dari pada tingkat kota namun hasilnya atau outputnya tidak
akan beda jauh dari tingkat kota.

Anda mungkin juga menyukai