Anda di halaman 1dari 6

Judul Film : 3; Alif lam mim

Tahun Rilis : 2015

Durasi : 2 Jam 5 Menit

Sutradara : Anggy Umbara

3 Alif Lam Mim merupakan film Indonesia yang bergenre action, drama,
dan religi. Film ini adalah film laga futuristik pertama di Indonesia yang
meruapakan sebuah karya yang disutradarai oleh Anggy Umbara. Film ini
mengangkat cerita tentang persahabatan, persaudaraan, dan drama keluarga. Film
ini menyita sorotan banyak orang karena konflik-konflik didalamnya seperti
radikalisme, liberalisme, dan terorisme yang menjadi perdebatan panjang di
berbagai kalangan di Indonesia.

Film ini memaparkan bahwa Di tahun 2026 revolusi berakhir, Indonesia


menjadi negara liberal yang terlihat damai dan anti kekerasan. Agama mempunyai
citra buruk di mata negara dan masyarakat karena dianggap sebagai pemicu
perang dan kekerasan. Hak asasi menjadi prioritas. Aparat negara tidak
diperbolehkan menggunakan peluru tajam. Kemampuan bela diri menjadi
kebutuhan yang sangat penting untuk para penegak hukum, maupun pelanggar
hukum.

Film yang mengambil lokasi di Jakarta ini menceritakan dan


menggambarkan keadaan Jakarta di tahun 2036, yang telah mengalami banyak
perubahan khususnya teknologi yang semakin canggih. Di film ini menceritakan 3
tokoh utama yaitu Alif, Herlam, dan Mimbo. Mereka adalah 3 bersahabat yang
mempunyai cita-cita yang berbeda, diantaranya Alif bertekad ingin menjadi aparat
negara supaya bisa menumpas kejahatan dan menegakkan hukum, kemudian
Herlam (lam) mempunyai cita-cita ingin menjadi penulis, karena dia beranggapan
melalui tulisannya dia bisa mengungkap kebenaran yang bisa dibaca banyak
orang. Kemudian Mimbo (mim) mempunyai cita-cita yang simple, dia ingin tetap
berada di pondok mengabdi dan menyebarkan kebaikan lewat agama dan mati
husnul khotimah.

1
Objek yang paling menonjol di film ini adalah isu tentang terorisme. Bisa
dilihat konflik film ini Diawali dengan adanya pengeboman, kemudian berbagai
media mengemas berita dan memanipulasi berbagai pesan yang disampaikan.
Seolah-olah yang menjadi sorotan dan paling disudutkan adalah kaum muslim
khususnya kalangan pesantren.

Penulis menemukan beberapa scene yang mengandung unsur liberalisme,


radikalisme, dan terorisme. Mereka menganggap Islam hanyalah agama yang
fanatik dan selalu menggunakan kekerasan bahkan ada adegan yang memberikan
unsur ejekan terhadap nabi dan kebencian terhadap Islam. Kemudian Dalam scene
Lam, Lam diminta menulis tentang peradaban modern khususnya pernikahan
sesama gender yang telah disahkan yang mana dalam 10 tahun ini telah marak
terjadi. Namun Lam menolak tawaran tersebut. Yang anehnya ketika membahas
tentang peradaban barat dianggap rasis bahkan ekstrimis. Dalam adegan ini
direktur Lam mengatakan “Bekerja harus objektif, gak bisa kamu bekerja dengan
perasaan dan hati kamu apalagi dari sudut pandang keagamaan kamu, kita ini
kantor berita bukan departemen agama sudut pandang kamu itu harus diubah”.

Kemudian di scene yang lain, dikatakan bahwa Libernesia ini dibangun


untuk mengusung kemerdekaan, merdeka dari doktrin radikal, merdeka dari
doktrin agama. Menganggap agama itu kriminal. Bahkan terdapat naskah di film
ini yang mengatakan “Selama kamu masih sholat kamu tidak akan objektif dalam
mengusut kasus kriminal yang dibuat oleh sesama kalian”. Dalam hal ini adanya
unsur liberalisme yang mana agama tidak bisa disangkutpautkan dengan
kehidupan sosial dan politik. Bahkan beranggapan bahwa hal yang berbau agama
hanya akan menghancurkan.

Kemudian adegan di sebuah cafe terdapat tulisan “tidak ada obrolan dan
kostum yang berbau religi di sini “No Religion Talks, No Religion Outfit”. Penulis
berpendapat bahwa mereka sangat kontra dengan agama Islam bahkan tidak
melayani siapapun yang berjubah atau bergamis, dan bersorban karena mereka
menganggap itu sebagai teroris. Penulis menganalisa naskah dalam film ini yang
mengatakan “Katanya negara kita ini negara liberal tapi hanya memesan makan
dan memakai gamis gini aja dilarang, mungkin hak kebebasan itu tidak berlaku

2
untuk orang yang masih beragama”. Kebebasan yang dimaksud dalam film
adalah hak kebebasan itu sendiri, yang tidak ada hubunganya dengan agama.
Bahkan agama dianggap sebagai teroris dan hak kebebasan itu tidak berlaku untuk
orang yang masih beragama”. Siapapun yang mengganggu kebebasan di stempel
jadi penjahat. Liberalisme menyebabkan seseorang tidak bisa membedakan mana
yang salah dan benar. Bahkan Islam dikatakan meresahkan masyarakat.

Kolonel Mason beserta Tamtama dalam film ini digambarkan sebagai tokoh
yang berusaha menciptakan perdamaian dan perubahan dengan menghalalkan
segala cara untuk mewujudkannya, termasuk dengan cara meminggirkan agama
dari kehidupan sosial dan politik. Dalam adegan pertemuan antara Alif dan
Kolonel Mason, penulis menganalisa beberapa naskah yang dibicarakan di film
ini, diantaranya:

“ada 12 orang tikus politik yang sedang menyusun strategi kudeta, 15


mahasiswa penganut paham komunis, ada 10 orang anak koruptor pemilik bisnis
ilegal, kamu masih percaya tuhan, itu yang meruntuhkan segalanya”. Dalam hal
ini, mereka menganggap tuhan itu penghalang atas misi mereka. Mereka merasa
yakin bisa menciptakan perdamaian tanpa tuhan dengan mengatakan “Demi
terciptanya pemerintah tertinggi di muka bumi ini, demi kesempurnaan
peradaban manusia, demi kebahagiaan seluruh rakyat, demi terciptanya surga
mereka dimuka bumi, bukan surga yang diawang-awang imajinasi, itu surga
palsu yang didongengkan ke anak kecil”.

Surga yang mereka maksud sangat bertentangan dengan konsep surga


dalam Islam. Begitu juga kebahagiaan, kedamaian yang mereka ingin ciptakan.
Mereka mengatakan mereka tidak membenci agama, tetapi mereka mensupport
semua agama dengan semua militannya, “ini mainan kami, kita butuh musuh, kita
butuh perang, kita butuh kekacauan, untuk menjaga kestabilan di dunia ini, agar
semua orang menjunjung tinggi nilai kedamaian dan mensyukuri yang mereka
miliki”.

Bahkan di film ini diceritakan mereka juga Menganggap bahwa ajaran


Islam telah keluar dari garis yang dibuat, agama harusnya tidak menerima
perbedaan, agama harusnya mengajarkan kebencian, dan mereka tidak melakukan

3
itu, Kita yang harusnya memberikan kedamaian. Mereka akan melakukan apapun
untuk menjaga keseimbangan dan mengatakan “Iblis adalah makhluk yang dekat
dengan tuhan, yang paling taat atas fungsi dan perintah tuhan”

Penulis menganalisa poin-poin yang bisa diambil dalam film ini bahwa
semua asumsi-asumsi mereka sangat menyeleweng dari agama Islam. Perdamaian
yang diraih dengan cara-cara ingin meminggirkan agama pada akhirnya hanya
akan menjadi konflik yang berkepanjangan dan perdamaian semu. Konsep-konsep
memarginalkan agama dari kehidupan sosial dan politik merupakan sebuah nilai
utama dalam paham liberalisme. Kaum liberal lebih cenderung bersahabat dengan
semua sekte dan kemungkaran. Mereka rela mendukung kesesatan demi
persatuan. Padahal sebagaimana yang dikatakan ustadz Hamid Fahmi Zarkasyi
bahwa persatuan (kebebasan dan kesalahan) yang dimaksud liberal itu justru akan
berakhir dengan kekacauan.

Film ini menghubungkan isu terorisme dengan paham liberalisme yang


dikemas dengan modernisme dan berujung pada sekulerisme yang mengakibatkan
banyak pihak yang tertindas dan menjadi korban. Mereka melakukan itu dengan
dalih persatuan, perdamaian, dan menjadi kestabilitasan dunia padahal itu semua
hanya akan berujung pada konflik.

Film ini mengajarkan bahwa Islam itu damai, sopan, tentram. Islam tidak
pernah mengajarkan kita menjadi seorang pemberontak tapi mengajarkan kita
untuk sabar, ikhlas dan bersyukur serta menjadikan al-Qur’an dan sunah sebagai
pedoman hidup. Islam bukanlah agama teroris. Agama Islam bukanlah
penghalang seseorang tetapi segala sesuatu itu ada batasannya. Tanpa tuhan tidak
akan ada kedamaian. Jadi filosofi yang mengatakan bahwa manusia bisa hidup
tanpa tuhan-nya adalah sangat naif.

Islam meminta para pengikutnya agar bersabar, teguh dan sedapat


mungkin menghindari konflik sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nahl:
126

‫ين‬ َّ ٰ ِّ‫ر ل‬ٞ F‫و َخ ۡي‬F


َ ‫بِ ِر‬F‫لص‬ َ ‫ُوا بِ ِم ۡث ِل َما ُعوقِ ۡبتُم بِ ِۖۦه َولَِئن‬
َ Fُ‫بَ ۡرتُمۡ لَه‬F‫ص‬ ْ ‫َوِإ ۡن َعاقَ ۡبتُمۡ فَ َعاقِب‬
(١٢٦,‫ )سورة النحل‬١٢٦

4
“Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama
dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar,
sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar” (QS. An
Nahl:126)

Perdamaian dalam Islam sangat bertentangan dengan paham liberal yaitu


tidak dengan cara yang bisa menimbulkan kekacauan, dan saling balas dendam
yang akan menimbulkan penderitaan bagi mereka yang tidak berdosa. Jika
ditinjau dari Konsep perdamaian dalam perspektif Alqur’an, berasal dari kata al-
Sulhu yang artinya perjanjian untuk menghilangkan dendam, persengketaan atau
permusuhan (memperbaiki hubungan kembali). Allah berfirman dalam surat Al-
Hujurat ayat 10:

ْ ُ‫ُوا بَ ۡي َن َأ َخ َو ۡي ُكمۡۚ َوٱتَّق‬


َ ‫وا ٱهَّلل َ لَ َعلَّ ُكمۡ تُ ۡر َح ُم‬
١٠ ‫ون‬ Fْ ‫صلِح‬ َ ُ‫ِإنَّ َما ۡٱل ُم ۡؤ ِمن‬
ۡ ‫ة فََأ‬ٞ ‫ون ِإ ۡخ َو‬
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah,
supaya kamu mendapat rahmat”

Al-qur’an juga menggunakan istilah al-Salam untuk menyampaikan


makna perdamaian. Salam juga mengandung makna tidak ada perang, sehingga
hidup bersandar pada cinta dan kasih sayang. Al-qur’an dan nabi Muhammad
saw. Selalu menyeru dan meneladankan perdamaian. Bahkan memerintahkan
untuk mengadakan perdamaian. Terhadap orang musyrik sekalipun kita dilarang
berlaku semena-mena, kita wajib memberi perlindungan tatkala mereka memohon
suaka dan kita wajib berbuat baik. Kita juga diajarkan untuk berbesar hati,
memaafkan, dan membalas keburukan dengan kebaikan. Allah berfirman dalm
surah Fusilat ayat 34:

ۚ
َ َ‫َواَل تَ ۡستَ ِوي ۡٱل َح َسنَةُ َواَل ٱل َّسيَِّئةُ ۡٱدفَ ۡع بِٱلَّتِي ِه َي َأ ۡح َس ُن فَِإ َذا ٱلَّ ِذي بَ ۡين‬
ُ‫ك َوبَ ۡينَ ۥه‬
٣٤ ‫يم‬ٞ ‫ة َكَأنَّهۥُ َولِ ٌّي َح ِم‬ٞ ‫َع ٰ َد َو‬
“ Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu)
dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia

5
ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia” (QS.
Fusilat:34)

Begitu indahnya konsep perdamaian dalam Islam yang telah memberikan


ketentraman jiwa. Allah berfirman dalam surah Ar-Rad ayat 29 yang artinya:

“Yaitu orang-orang yang beriman, dua hati mereka menjadi tenteram


dengan mengingat Allah. Ketahuilah! Hanya mengingat Allah, hati akan
memperoleh ketentraman.”

Anda mungkin juga menyukai