Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH

SEJARAH AKUNTANSI DALAM ISLAM DAN PERKEMBANGAN


STANDAR AKUNTASI SYARIAH DI INDONESIA

Dosen Pengajar : Dr. Bambang Waluyo, S.E., Ak., CA., M.Si.

Kelompok 4 Kelas BS 2B

1. Ayesha Lutfia Fahmida 2204411029


2. Shabrina Meutia Adrian 2204411030
3. Citra Nandini 2204411031
4. Ahmad Syihan 2204411034
5. Adjie Hariansyah 2204411036

Program Studi Keuangan dan Perbankan Syariah


Politeknik Negeri Jakarta
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1


1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2. Tujuan ................................................................................................................ 2
1.3. Metode Pengumpulan Bahan Kajian ................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3


2.1. Sejarah Perkembangan Akuntansi Pada Zaman Nabi ......................................... 3
2.2. Zaman Empat Khalifah ....................................................................................... 4
2.3. Sejarah Perkembangan Akuntansi Syariah di Indonesia ..................................... 7
2.4. Pengertian Akuntansi Syariah ............................................................................. 9
2.5. Peran Akuntansi Syariah .................................................................................. 11
2.6. Konsep dan Prinsip Akuntansi Syariah ............................................................. 13
2.7. Pengembangan Konsep Akuntansi Syariah ....................................................... 14
2.8. Hubungan antara Akuntansi Modern dan Akuntansi Syariah ............................ 15
2.9. Rekonstruksi Sejarah Pemikiran Akuntansi ...................................................... 16
2.10. Nilai-Nilai Akuntansi Syariah ......................................................................... 18

BAB III KESIMPULAN ........................................................................................... 20


3.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 22

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini berjudul
"Sejarah Akuntansi dalam Islam dan Perkembangan Standar Akuntansi Syariah di
Indonesia". Makalah ini bertujuan untuk memperkenalkan sejarah akuntansi dalam Islam
serta perkembangan standar akuntansi syariah di Indonesia.
Dalam makalah ini, kami akan membahas sejarah perkembangan akuntansi dalam
Islam sejak masa Rasulullah SAW hingga masa kini. Selain itu, kami juga akan mengulas
tentang konsep akuntansi syariah yang menjadi dasar dalam pengembangan standar
akuntansi syariah di Indonesia.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih luas
mengenai akuntansi dalam Islam dan juga dapat memberikan informasi mengenai
perkembangan standar akuntansi syariah di Indonesia. Adapun segala kekurangan dalam
makalah ini, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sejarah Akuntansi dalam Islam dan Perkembangan Standar Akuntansi Syariah
di Indonesia adalah topik yang penting untuk dikaji karena akuntansi syariah semakin
berkembang di Indonesia dan di dunia. Akuntansi syariah memiliki prinsip-prinsip
yang berbeda dengan akuntansi konvensional, karena didasarkan pada nilai-nilai dan
prinsip-prinsip Islam.
Sejarah akuntansi dalam Islam dapat dilacak kembali ke masa awal Islam,
ketika transaksi bisnis dan perdagangan mulai berkembang di kota Mekah dan
Madinah. Namun, perkembangan akuntansi syariah secara formal dimulai pada abad
ke-20, ketika beberapa negara Islam memperkenalkan sistem perbankan dan
keuangan syariah. Di Indonesia, perkembangan akuntansi syariah dimulai pada tahun
1990-an, ketika beberapa bank syariah didirikan dan mulai beroperasi.
Perkembangan akuntansi syariah di Indonesia terus berlangsung, dan pada
tahun 2001, Dewan Syariah Nasional (DSN) - Majelis Ulama Indonesia
mengeluarkan Fatwa No. 9/DSN-MUI/IV/2001 tentang Akuntansi Syariah yang
menjadi landasan hukum bagi standar akuntansi syariah di Indonesia. Sejak itu,
beberapa badan dan organisasi telah dibentuk untuk mengembangkan standar
akuntansi syariah di Indonesia, seperti Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan Badan
Pengawas Syariah (BPS) di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Dalam hal ini, penulisan makalah tentang Sejarah Akuntansi dalam Islam dan
Perkembangan Standar Akuntansi Syariah di Indonesia menjadi penting untuk
memperkaya wawasan kita tentang akuntansi syariah dan sejarah perkembangannya.
Selain itu, makalah ini dapat memberikan pemahaman tentang prinsip-prinsip
akuntansi syariah dan aplikasinya dalam praktik bisnis di Indonesia.

1
1.2. Tujuan
Tujuan penulisan makalah Sejarah Akuntansi dalam Islam dan Perkembangan
Standar Akuntansi Syariah di Indonesia adalah:
1. Memberikan pemahaman tentang bagaimana akuntansi dalam Islam berkembang
sejak awal munculnya Islam hingga saat ini, serta bagaimana standar akuntansi
syariah di Indonesia terbentuk dan berkembang.
2. Memahami bagaimana Islam memiliki pandangan khusus terhadap akuntansi dan
bagaimana konsep-konsep Islam seperti zakat dan riba mempengaruhi
pengembangan akuntansi dalam konteks syariah.
3. Memahami bagaimana standar akuntansi syariah di Indonesia terbentuk dan
bagaimana standar tersebut diimplementasikan dalam praktek akuntansi di
Indonesia.
4. Membantu para profesional akuntansi dan masyarakat umum untuk menerapkan
prinsip-prinsip akuntansi syariah dengan lebih baik dan efektif.

1.3. Metode Pengumpulan Bahan Kajian


Metode pengumpulan bahan kajian yang dapat dilakukan untuk mempelajari
sejarah akuntansi dalam Islam dan perkembangan standar akuntansi syariah di
Indonesia antara lain:
1. Studi literatur: Melakukan kajian terhadap berbagai sumber literatur seperti buku,
jurnal, artikel, makalah, dan sebagainya yang berkaitan dengan sejarah akuntansi
dalam Islam dan perkembangan standar akuntansi syariah di Indonesia.
2. Studi dokumen: Mengumpulkan dan menganalisis berbagai dokumen seperti
laporan keuangan syariah, standar akuntansi syariah, fatwa Dewan Syariah
Nasional (DSN) MUI, dan sebagainya untuk memperoleh informasi yang akurat
tentang akuntansi syariah.
3. Analisis sejarah: Melakukan analisis sejarah untuk mempelajari perkembangan
akuntansi dalam Islam dan bagaimana akuntansi syariah berkembang di
Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Perkembangan Akuntansi Pada Zaman Nabi


Zaman Awal Perkembangan Islam Pendeklerasian negara Islam di Madinah
(tahun 622 M bertetapan dengan 1 H) didasari dengan konsep bahwa seluruh umat
muslim adalah bersaudara dan tanpa membeda-bedakan dari segi apapun. Sehingga
kegiatan kenegaraan dilakukan dengan saling kerja sama. hal ini dimungkinkan
karena negara yang baru saja berdiri tersebut hampir tidak memiliki pemasukkan
maupun pengeluaran. karena itu Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam bertindak
sebagai kepala negara, ketua mahkama agung, mufti besar, dan panglima perang
tertinggi, serta penanggung jawab administrasi negara. Bentuk kesekretariatan masih
sederhana karena baru didirikan pada akhir 5 tahun ke-6 H.
Telah menjadi tradisi, bahwa bangsa arab melakukan 2 kali perjalanan kafilah
perdagangan, yaitu musim dingin ke Yaman, dan musim panas ke AsSyam (Syria,
Lebanon, Jordania, Palestina dan Israel). Dan akhirnya perdagangan tersebut
berkembang hingga ke bangsa Eropa terutama setelah penaklukan Mekah.
Dalam perkembangan selanjutnya, yaitu ketika ada kewajiban zakat dan ‘ush
(pajak pertanian dari muslim) dan perluasan wilayah hingga munculnya jizyah (pajak
perlindungan dari non muslim) dan kharaj (pajak hasil pertanian non muslim) maka
dari itu Rasulullah mendirikan baitul maal pada awal abad ke-7, konsep ini cukup
maju pada zaman tersebut di mana seluruh penerimaan dikumpulkan secara terpisah
dengan pemimpin negara dan baru akan dikeluarkan untuk kepentingan negara,
walaupun dikatakan pengelolaan baitul maal masih sederhana tetapi Rasulullah telah
memilih petugas qadi, juga sekretaris dan pencatat administrasi pemerntahan. Yang
ditinjuk Rasulullah berjumlah 42 orang dan telah dan telah dibagi dalam empat
pembagian tugas yaitu: sekretaris pernyataan, sekretaris hubungan dan pencatatan
tanah, sekretaris perjanjian, dan sekretaris peperangan.

3
2.2. Zaman Empat Khalifah
Pada pemerintahan Abu Bakar radiallahu’anhu, pada saat itu pengelolaan
baitul maal masih sangat sederhana karena pemasukan dan pengeluaran dilakukan
dengan seimbang dan hampir tidak ada sisa dari hasil pengelolaannya. Pada
kepemimpinan Umar bin Khatab radiallahu’anhu, terjadi 6 perubahan sistem
administrasi yang cukup signifikan dengan mengajukan istilah Diwan oleh Sa’ad bin
Abi Waqqas (636 M). Katadiwan berasal dari bahasa Arab yang merupakan bentuk
kata benda dari Dawwana berarti penulisan, dengan artian diwan ini sebagai tempat
dimana pelaksana duduk, bekerja dan dimana akuntansi dicatat dan disimpan. Diwan
ini berfungsi untuk mengurusi pembayaran gaji.
Khalifah umar memilih beberapa petugas untuk pengelolaan dan pencatatan
dari persia untuk mengawasi pembukuan baitul maal. Awal pendirian diwan ini
disarankan dari homozon-seorang tahanan persia dan menerima islam dengan
menjelaskan tentang sistem administrasi yang dilakukan oleh Raja Sasanian ini
terjadi setelah peperangan Al-Qadisiyyah persia dan pangluma perang Sa’ad bin abi
waqqas, al walid bin mughira para sahabat nabi mengusulkan agar dibuatkan
pencatatan untuk setiap penerimaan dan pengeluaran negara.
Hal ini menunjukkan bahwa akuntansi berkembang dari suatu lokasi ke satu
lokasi lainnya sebagai akibat dari hubungan antar masyarakat. Baitul maal juga sudah
tidak terpusat lagi dimadinah dan mulai berkembang di daerah - daerah taklukkan
Islam. Diwan yang dibentuk oleh khalifah Umar memiliki 14 depertemen dan 17
kelompok dimana pembagian depertemen tersebut menunjukkan adanya pembagian
tugas dalam sistem keuangan dan pelaporan keuangan yang baik. Pada masa itu
istilah awal pembukuan dikenal dengan Jarridah atau menjadi istilah Journal dalam
bahasa Inggris yang berarti berita. Di Venice istilah ini dikenal dengan sebutan
zournal.
Fungsi akuntansi telah dilakukan oleh beberapa pihak dalam Islam: 7 Aal-
amil, Mubashor, Al-khatib, namun yang terkenal adalah Al-katib yang menunjukkan
orang yang bertanggung jawab atas amanah yang telah diberikan untuk menuliskan
dan melaporkan kasil keuangan maupun non keuangan. Sementara itu untuk khusus
akuntan juga dikenal dengan nama Muhasabah/Muhtasib yang menunjukkan orang

4
yang bertanggung jawab dari amanah yang telah diberikan dalam melakukan
perhitungan. (Harahap, Perkembangan Akuntansi Syariah Di Indonesia, 2017)
(Khaddafi, 2016)
Muhtasib adalah orang yang telah bertanggung jawab atas lembaga alhisbah
dan tidak bertanggung jawab atas eksekutif. Muhtasib juga bertanggung jawab atas
pengawasan dipasar dan tidak hanya persoalan ibadah.ibnu tahimiya berpendapat
bahwa muhtasib adalah kewajiban publik, muhtasib ini bertugas untuk menjelaskan
berbagai tindakan yang tidak pantas dilakukan dalam berbagai bidang kehidupan.
Termasuk tugas muhtasib adalah mengawasi orang yang tidak sholat, tidah puasa,
mereka yang memilii sifat dengki, berbohong, melakukan penipuan, mengurangi
timbangan, praktik kecurangan dalam industri, perdagangan, agama, dan sebagainya.
Muhtasib juga memiliki artian kekuasaan yang luas, termasuk kekuasaan
harta, kepentingan sosial, pelaksanaan ibadah pribadi, dan pemeriksaan transaksi
bisnis. Akram khan memberikan 3 kewajiban muhtasib, yaitu sebagai berikut:
a. Pelaksanaan hak Allah termasuk kegiatan ibadah: semua jenis sholat,
pemeliharaan masjid.
b. Pelaksanaan hak-hak masyarakat: perilaku dipasar, kebenaran timbangan,
kejujuran bisnis.
c. Pelaksanaan yang berkaitan dengan keduanya: menjaga kebersihan jalan,
lampu jalan, banguna yang mengganggu masyarakat, dan sebagainya.
Pada zaman kekhalifaan sudah dikenal keuangan negara kedaulatan islam
telah memiliki departemen-departemen atau disebut dengan diwan, ada diwan
pengeluaran (diwan an-nafaqat), militer (diwan al-jayash), pengawasan, pemungutan
hasil, dan sebagainya. Diwan pengawasan keuangan disebut diwan al-kharaj yang
bertugas mengawasi semua hal yang berkaitan dengan penghasilan. Pada zaman
khalifah mansur dikenal khitabah al rasul was sirr, yang memelihara pencatatan
rahasia, untuk menjamin dilaksanakannya hukum maka dibentuk Shahib al Shurta.
Salah satu pejabat didalamnya itulah yang disebut muhtasib yang lebih difokuskan
pada sisi pengawasan pelaksanaan agama dan moral, misalnya mengenai timbangan,
kecurangan dalam penjualan, orang yang tidak bayar utang, orang yang tidak sholat
jumat, tidak puasa pada bulan ramadhan, pelaksanaan masa idah, bahkan termasuk

5
memeriksa iman. Ia juga menjaga moral masyarakat, hubungan laki-laki dan
perempuan, menjaga jangan ada yang minum arak, melarang musik yang diharamkan,
mainanyang tidak baik, transaksi bisnis yang curang, riba, kejahatan pada budak,
binatang, dan lain sebagainya.
Disisi lain, ada juga beberapa fungsi muhtasib dalam bidang pelayanan umum
(publik service) misalnya: pemeriksaan kesehatan, suplai air, memastikan orang yang
miskin mendapatkan bantuan atau tunjangan, banguna yang mau roboh, memeriksa
kelayakkan pembangunan rumah, ketidaknyamanan dan keamanan berlalu lintas,
jalan untuk pejalan kaki, 9 menjaga keamana dan kebersihan pasar, dari berbagai
fungsi shahib al shurta dan muhtasib dapat disimpulkan bahwa fungsi utamanya
adalah mencega pelanggaran dari hukum-hukum yang ada seperti hukum baik, hukum
sipil, dan hukum agama.
Jadi, dapat disimpulkan akuntansi Islam adalah menyangkut segala sesuatu
yang lebih luas mengenai praktik kehidupan, tidak hanya mengenai ekonomi ataupun
bisnis dalam sistem kapitalis. Akuntansi lebih luas dari setiap perhitungan angka,
informasi mengenai keuangan ataupun pertanggungjawaban. Hal itu hanya
penyangkut semua penegakkan hukum agar tidak ada yang melanggar hukum-hukum
yang ada yang berkaitan ibadah, jika hal tersebut dianggap hal utama dari akuntansi
maka yang lebih “compatible” dengan sistem akuntansi ilahiyah dan akuntansi amal
yang ditegakkan dalam Al-Qur’an dan Hadits, atau lebih dekat “auditor” dalam
bahasa akuntansi kontemporer.
Pengembangan lebih konprehensif mengenai baitul maal, dilanjutkan pada
khalifah ali bin abi thalib pada masa pemerintahan beliau, sistem administrasi baitul
maal baik ditingkat pusat dan lokal telah berjalan baik serta telah terjadi surplus pada
baitul maal dan dibagikan secara proposional sesuai tuntunan Rasulullah, adanya
surplus ini menunjukkan bahwa proses pencatatan dan pelaporan telah berlangsung
dengan baik.
Dapat disimpulkan bahwa pada awal perkembangan dilakukan
pendeklarasian yang bertepatan tahun (1 Hijriyah) di dirikan konsep seluruh umat
islam itu bersaudara dan tanpa membeda-bedakan baik dari warna kulit, dan lain hal,
dan pada saa itu masih kurang berkembang maka Rasulullah lah 10 yang menjadi

6
pemimpin di negara, dan bangsa arab melakukan perniagaan sebanyak 2x pada musim
dingin ke yaman dan pada saat musim panas ke assyam, dan perkembangan
selanjutnya ditegakkan pembayaran zakat dan pembayaran lainnya dan dibentuklah
baitul maal pada abad ke-7 dan Rasulullah telah memilih 42 orang yang terpercaya
untuk menjalankan tugas masing-masing di baitul maal.
Sementara pada zaman para sahabat khalifah pertama Abu Bakar
radiallahu’anhu masih sederhana pemasukkan dan pengeluaran seimbang, sedangkan
pemerintahan Umar bin Khatab adanya perubahan sistem yang signifikan yang
dianjurkan untuk melakukan diwan yaitu pencatatan disetiap pemasukkan dan
pengeluaran dan telah memilih orang - orang yang akan bertanggung jawab dalam
setiap tugasnya. Selanjutnya Utsman bin Affan untuk menjamin dijalankan hukum
maka ditunjuknya orang-orang untk menjaga penghasilan, dan sahabat yang terakhir
Ali bin Abu Thalib mulai berkembang pesat. Dan perkembangannya pesat terjadi
disetiap lokasi ke lokasi lainnya, dan dapat mengatur perekononian serta akuntansi
Islam adalah menyangkut segala sesuatu yang lebih luas mengenai praktik kehidupan.

2.3. Sejarah Perkembangan Akuntansi Syariah di Indonesia


Sejarah Islam menyatatakan bahwa akuntansi dalam Islam bukanlah
merupakan seni dan ilmu yang baru, sebenarnya bisa dilihat dari peradaban Islam
yang pertama yang sudah memiliki “Baitul Mal” yang merupakan lembaga keuangan
yang berfungsi sebagai “Bendahara Negara” serta menjamin kesejahteraan sosial.
Masyarakat Muslim sejak itu telah memiliki akuntansi yang disebut “Kitabat
AlAmwal”. Dipihak lain istilah akuntansi disebutkan dalam beberapa karya tulis umat
Islam.
Pertumbuhan ekonomi tidak selamanya memberikan jalan lurus, sehingga
timbul adanya aggapan bahwa akuntansi sebagai ilmu pengetahuan dan praktikyang
bebas dari nilai (Value-free). Engan keadaan seperti ini semakin kuat masyarakat
terbawah oleh arus era informasi dan globalisasi.yang memiliki ciri utama adanya
kencenderungan untk melakukan harmonisasi sesuatu.
Kemudian sejak tahun 1980-an,mulai ada perhatian kuat dari para peneliti
akuntansi dalam upaya memahami akuntansi dalam pengertian yang lebih luas.

7
Misalnya dalam kontek sosial dan organisasi. Akuntansi secara tradisional telah di
pahami sebagai prosedur rasional dalam menyediakan informasi yang bermanfaat
untuk pengambilan keputusan dan pengendalian. Dalam pengertian tersebut
menunjukan bahwa akuntansi tampak seperti teknologi yang kelihatan konkrit,
tangible dan bebas dari nilai massyarakat dimana dipraktekan. Tricker secara tegas
menyatakan, bahwa “(bentuk) akuntansi sebetulnya tergantung pada teknologi dan
moral masyarakat. Perkembangan akuntansi syariah di Indonesia pada dasarnya telah
dimulai melalui kajian-kajian akademis dan riset, baik yang terkait dengan teknis
pencatatan transaksi, konsepsi, epistimologi dan metodologi. Pengembangan
(standar) akuntansi syariah di Indonesia, seperti yang disampaikan Amin Musa, salah
seorang anggota Komite Akuntansi Syariah IAI mengatakan bahwa bangkitnya
akuntansi syariah di latarbelakangi banyaknya transaksi dengan dasar syariah, baik
yang dilakukan lembaga bisnis syariah maupun non syariah. Dengan animo itu perlu
adanya pengaturan atau standar untuk pencatatan, pengukuran maupun penyajian
sehinga para praktisi dan pengguna keuangan mempunyai standar yang sama dalam
akuntansinya. Sampai dengan saat ini produk standar akuntansi syariah telah terbit
secara berturut-turut antara lain PSAK 59 tentang Akuntansi PSAK 101 sampai
dengan PSAK 109.
Dalam transaksi perbankan syariah misalnya, pembiayaan tanpa bunga (riba)
seperti transaksi pembiayaan mudharabah dan musyarakah dengan bagi hasil serta
transaksi murabahah dengan marjin. Pencatatan pendapatan bagi hasil dan marjin
diposisikan menggantikan pendapatan bunga. Munculnya akun syirkah dana temporer
bagi penyertaan dana dengan akad musyarakah dan mudharabah pada suatu entitas.
Adanya laporan keuangan tambahan dalam bentuk laporan sumber dan penggunaan
dana zakat infak dan sedekah Perlakuan transaksi berbasis kas atau akrual juga
menjadi perhatian akuntansi syariah. PSAK 101 paragraf 25 menyebutkan bahwa
laporan keuangan entitas syariah di susun atas dasar (basis) akrual kecuali laporan
arus kas dan penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha
didasarkan pada pendapatan yang telah direalisasikan menjadi kas (dasar kas).
Demikian pula Menurut PSAK 59 paragraf 25 bahwa bagi hasil dapat dilakukan

8
dengan menggunakan dua metode yaitu bagi pendapatan (revenue sharing) atau bagi
laba (profit sharing).
Penggunaan basis akrual dan/atau basis kas pernah menjadi perdebatan ketika
penyusunan standar akuntansi syariah tersebut antara praktisi dalam hal ini
Zainulbahar Noor (mantan direktur utama BMI) dengan Ellya anggota IAI2.
Zainulbahar Noor berargumen bahwa dasar akrual melanggar syariah Islam karena
mengakui pendapatan yang terjadi di masa mendatang yang sifatnya belum pasti (ada
unsur gharar-pen). Tetapi Elya berdalih bahwa dasar akrual mengakui terjadinya
peristiwa atau transaksi non kas misalnya penjualan dengan kredit (piutang).
Meskipun piutang belum tentu tertagih tetapi membukukan kontrak (piutang
penjualan) yang berdasarkan kesepakatan tidak bertentangan dengan kaidah Islam.
Tetapi studi kasus yang diteliti terhadap pembiayaan musyarakah suatu bank syariah
terhadap proyek (project financing) distribusi elpiji 3 kg menunjukkan bahwa
penggunaan basis akrual merugikan nasabah. Pengakuan
pendapatan atas omzet elpiji 3 kg yang telah terdistribusi yang belum tertagih
(piutang) menjadikan bagi hasil tidak adil karena kas belum diterima tetapi
pendapatan telah diakui sehingga bank mendapatkan bagi hasil (kas) yang lebih besar
dari pendapatan diakui tetapi belum diterima kas.
Dalam hal ini, meskipun sistem bagi hasil diterapkan tetapi apabila konsep
laba yang diperoleh tidak mengikuti konsep syariah, maka penerapan transaksi
syariah menjadi kurang efektif. Kasus tersebut menunjukkan bahwa akuntansi syariah
memiliki peran penting terhadap konsistensi keuangan syariah dalam
implementasinya. Akuntansi tidak hanya dipengaruhi oleh lingkungan dan budaya
bisnis tetapi juga membentuk lingkungan dan budaya bisnis. Berdasarkan hal ini
maka rekonsepsi merupakan hal penting dalam akuntansi syariah.

2.4. Pengertian Akuntansi Syariah


Akuntansi Syariah harus dilihat dari segi Bahasa atau etimologinya dahulu.
Akuntansi berasal dari kata Bahasa Inggris yaitu accounting. Dalam tata Bahasa arab
disebut dengan nama muhasabah. Muhasabah berasal dari akar kata hasaba, atau
hisbah yang memiliki arti menimbang atau memperhitungkan atau melakukan

9
kalkulasi atau juga melakukan pendataan. Dari pengertian tersebut dapat kita lihat
pengertian dari muhasabah adalah suatu aktifitas yang berkaitan dengan pencatatan
transaksi yang dilakukan secara teratur dan juga keputusan-keputusan yang sesuai
dengan syariat dan juga jumlahnya serta memiliki catatan yang bersifat representative
serta berkaitan dengan pengukuran akan hasil keuangan untuk melakukan
pengambilan keputusan secara tepat. Karena itulah maka defines Akuntansi Syariah
bisa kitya ambil. Menurut Prof Sofyan Harahap yang dmaksud dengan Akuntansi
Syariah adalah bagaimana kita menjalankan Akuntansi agar sesuai dengan Syariah
Islam. Pada dasarnya menurut beliau ada dua konsep dalam Akuntansi syariiah. Yang
pertama adalah Akuntansi Syariah yang dijalankan pada masa kenabian Rasulullah
Muhammad Shallahu Alaihi Wassalam serta juga para sahabat yang menjadi khalifah
pengganti beliau, yaitu Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar Bin Khattab, Ustman Bin
Affan dan Ali Bin Abi Thalib. Serta juga dilanjutkan oleh pemerintahan Bani
Ummayah dan Bani Abbasiyah. Selanjutnya adalah Akuntansi Syariah yang
berkembang sekarang ini, yaitu di era dimana kegiatan ekonomi dan social banyak
duwarnai oleh kegiatan ekonomi konvensional.
Untuk memahami tentang Akuntansi Syariah tidak ada salahnya kita melihat
dahulu konsep Akuntansi konvensional. Akuntansi konvensional dikatakan
ditelurkan oleh seorang pemikir dari Italia yang Bernama Luca Pacioli. Pria yang
dijuluki sebagai bapak dari Akuntansi ini menerbitkan sebuah buku yang Bernama
Summa De Arithmatica, Geomitria, proportioi et proportionalita, atau dengan arti
Kumpulan Pengetahuan Aritmatika, Geometri, Proportioni dan Juga Proporsional.
Dalam buku ini ia menyatakan bahwa dalam praktik perdagangan terdapat yang
Namanya konsep Double Entry System. Buku ini sendiri terbit di Venesia, Italia yang
saat itu dikenal sebagai pusat perdagangan dunia. Perdagangan dunia saat itu banyak
didominasi dengan perdagangan yang terjadi antara Eropa dan Timur Tengah.
Dari buku yang diterbitkan oleh Luca Pacioli ternyata terdapat beberapa
kemiripan antara konsep Akuntansi yang dilakukan di berbagai khalifah Islam dengan
konsep pencatatan yang ada di dalam buku tersebut. Berikut beberapa istilah yang ada
dan hampir sama dari buku tersebut. Diantaranya adalah konsep double entry tersebut
yang juga dipergunakan di dalam Akuntansi kekhalifahan Islam serta juga istilah

10
zornal, atau biasa disebut dengan journal dalam konsep double entry yang
disampaikan oleh Pacioli.Dari sini dapat dilihat bahwa sebenarnya terdapat pengaruh
dari Islam bagi perkembangan Akuntansi itu sendiri. Diantara beberapa pengaruh
Islam bagi perkembangan Akuntansi sendiri adalah :
1. Dalam sejarah dulu, dimana hanya terdapat dua bangsa besar, yaitu Romawi dan
Persia Akuntansi telah banyak dipergunakan sebagai sarana untuk melakukan
perhitungan perdagangan. Untuk mengetahui adanya keuntungan atau kerugian.
2. Dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 282 terdapat perintah kewajiban untuk
melakukan pencatatan atas transaks yang bersifat tidak tunai. Serta juga untuk
melakukan pembayaran zakat. Adanya kewajiban untuk melakukan pencatatan
atas transaksi yang non tunai membuat umat Islam semakin peduli akan kegiatan
pencatatan serta juga mendorong berkembangnya kemitraan di kalangan umat
Islam.
3. Selain itu juga adanya perintah untuk kewajiban membayar zakat yang
memberikan kesadaran bagi pemerintahan kekhalifahan Islam untuk membuat
laporan keuangan dari Baitul maal secara periodik

2.5. Peran Akuntansi Syariah


Akuntansi syariah merupakan salah satu cabang ilmu akuntansi yang
memiliki prinsip-prinsip yang berbeda dengan akuntansi konvensional. Prinsip-
prinsip tersebut berdasarkan pada prinsip-prinsip yang terdapat dalam syariah Islam.
Prinsip-prinsip tersebut meliputi: tidak ada riba, tidak ada maisir, tidak ada gharar,
tidak ada haram, tidak ada judi, tidak ada tujuan keuntungan semata, dan tidak ada
penyalahgunaan kekayaan. Peran akuntansi syariah dalam pertumbuhan ekonomi
sangat penting, karena akuntansi syariah merupakan salah satu alat untuk mengukur
kinerja perusahaan yang berbasis syariah. Selain itu, akuntansi syariah juga
membantu perusahaan dalam mengelola keuangan secara sehat dan terhindar dari
transaksi yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
Akuntansi syariah juga membantu meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas perusahaan, sehingga memperkuat keyakinan investor terhadap
perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian, akuntansi syariah dapat membantu

11
meningkatkan minat investor untuk berinvestasi pada perusahaan yang berbasis
syariah, sehingga dapat membantu pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Selain
itu, akuntansi syariah juga membantu meningkatkan daya saing perusahaan yang
berbasis syariah. Hal ini karena perusahaan yang memiliki sistem akuntansi yang baik
dan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah akan lebih dipercaya oleh masyarakat,
sehingga dapat meningkatkan citra perusahaan tersebut di mata masyarakat. Dengan
demikian, perusahaan yang memiliki citra baik akan lebih mudah menjaring
konsumen, sehingga dapat meningkatkan pendapatan perusahaan dan ikut serta
membantu pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Akuntansi syariah juga dapat
membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini karena prinsip-prinsip
yang terdapat dalam akuntansi syariah menekankan pada keadilan dan keberlanjutan.
Peran akuntansi syariah dalam pertumbuhan ekonomi cukup penting, karena
dapat membantu meningkatkan transparansi dan akuntabilitas bisnis yang mengikuti
prinsip-prinsip syariah. Selain itu, akuntansi syariah juga dapat membantu
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bisnis yang mengikuti prinsip-
prinsip syariah, sehingga dapat meningkatkan minat masyarakat untuk berinvestasi di
bisnis tersebut. Selain itu, akuntansi syariah juga dapat membantu meningkatkan
keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan bisnis. Dalam akuntansi
syariah, stakeholder (pemangku kepentingan) tidak hanya terbatas pada pemilik
saham atau pemegang modal, tetapi juga meliputi karyawan, komunitas, dan
lingkungan. Dengan demikian, akuntansi syariah dapat membantu meningkatkan
keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan bisnis, sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara luas.
Namun, meskipun akuntansi syariah memiliki peran yang penting dalam
pertumbuhan ekonomi, masih terdapat beberapa kendala dalam implementasinya.
Salah satu kendala utama adalah masih terbatasnya penerapan akuntansi syariah di
sektor bisnis. Selain itu, masih terdapat keterbatasan sumber daya manusia yang
memahami prinsip-prinsip akuntansi syariah, serta masih terdapat keterbatasan
standar akuntansi syariah yang diterima secara universal. Untuk mengatasi kendala-
kendala tersebut, diperlukan upaya yang konsisten untuk meningkatkan pemahaman
masyarakat terhadap akuntansi syariah dan mengembangkan standar akuntansi

12
syariah yang dapat diterima secara universal. Selain itu, diperlukan juga komitmen
dari pemerintah dan sektor bisnis untuk menerapkan akuntansi syariah dalam kegiatan
bisnisnya.
2.6. Konsep dan Prinsip Akuntansi Syariah
Konsep akuntansi syariah adalah suatu pendekatan dalam pelaporan
keuangan yang didasarkan pada prinsip-prinsip syariah atau hukum Islam. Prinsip-
prinsip syariah ini mencakup prinsip-prinsip moral dan etika dalam bisnis, serta
hukum dan aturan dalam Islam yang berkaitan dengan keuangan. Beberapa prinsip
akuntansi syariah yang umum diterapkan antara lain:
1. Prinsip keadilan: Semua transaksi harus adil bagi semua pihak yang terlibat dan
tidak boleh merugikan salah satu pihak.
2. Prinsip transparansi: Pelaporan keuangan harus transparan dan jujur untuk
memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya bagi semua pihak yang
berkepentingan.
3. Prinsip tanggung jawab sosial: Perusahaan harus mempertimbangkan dampak
sosial dari aktivitas bisnisnya dan bertanggung jawab atas dampak negatifnya.
4. Prinsip kehati-hatian: Pengambilan keputusan bisnis harus didasarkan pada data
yang akurat dan terpercaya, serta mempertimbangkan risiko dan peluang yang
ada.
5. Prinsip ketidakjelasan: Dalam transaksi keuangan, semua ketidakjelasan harus
dijelaskan dan diselesaikan dengan cara yang adil bagi semua pihak yang terlibat.
Dalam praktiknya, akuntansi syariah biasanya mencakup pemisahan antara
dana halal (yang sesuai dengan prinsip syariah) dan dana haram (yang tidak sesuai
dengan prinsip syariah). Selain itu, akuntansi syariah juga menerapkan prinsip-prinsip
akuntansi konvensional yang umum digunakan dalam akuntansi, seperti neraca,
laporan laba rugi, dan arus kas. Namun, pelaporan keuangan yang dihasilkan harus
memenuhi standar akuntansi syariah yang ditetapkan oleh badan-badan tertentu,
seperti Dewan Syariah Nasional.

13
2.7. Pengembangan Konsep Akuntansi Syariah
Pengembangan konsep Akuntansi Syariah di Indonesia dikembangkan
berdasarkan atas 3 pendekatan. Yang pertama adalah pendekatan dengan basis
Akuntansi yang sekarang ada dan berlaku. Yang kedua adalah pengembangan
berdasarkan basis dari ajaran Islam. Dan yang terakhir yang banyak dikenal dan
dilakukan saat ini berdasarkan basis gabungan dari kedua pendekatan tersebut.
Pendekatan pertama adalah pendekatan dengan mempergunakan jalur Akuntansi
kontemporer modern sekarang ini. Pendekatan ini diambil oleh AAOIFI, suatu
organisasi Akuntansi dan auditing internasional Islam yang bermarkas di Bahrain.
Dari pendekatan ini diambil konsep Akuntansi konvensional modern, dmana konsep
yang sesuai dengan Syariah Islam dan bisa diaplikasikan dalam organisasi bisnis
Islam dipergunakan. Sedang konsep yang tidak sesuai dengan Syariah Islam
dikeluarkan dan tidak dipakai. Tujuan dari konsep Akuntansi Syariah berdasarkan
basis Akuntansi modern ini adalah dalam rangka pengambilan keputusan dan
kelangsungan Lembaga bisnis Islam. Sistem ini banyak dipergunakan oleh berbagai
bank syariiah yang beroperasi di dunia internasional. Hal ini dianggap lebih mudah
karena Akuntansi syariah bisa langsung diimplementasikan di dalam berbagai
Lembaga bisnis syariah. Meskipun begitu pandangan ini tidak disetujui oleh Sebagian
kalangan yang berpandangan bahwa Akuntansi syariah harus disesuaikan dengan
prinsip Islam sesuai dengan wahyu yang ada dalam Al Qur’an.
Selain pendekatan ini, juga muncul pendekatan lain yang berbeda dengan
pendekatan induktif. Pendekatan ini dinamakan dengan pendekatan deduktif.
Pendekatan ini menekankan pada tujuan dari Akuntansi agar dilaksanakan sesuai
dengan syariah Islam. Pelopor dari pendekatan ini di Indonesia adalah Prof Iwan
Triyuwono dari Universitas Brawijaya Malang serta Prof Ahyar Adnan dari UII Jogja.
Mereka yang berplir bahwa Akuntansi syariah bisa berkembang dari pemikiran ini
menyatakan bahwa konsep ini merupakan konsep yang paling baik dalam rangka
pengembangan Akuntansi syariah, karena bisa mengurangi adanya pemikiran sekuler
di dalam Akuntansi yang memurut mereka banyak ada di dalam Akuntansi
konvensional. Salah satu yang mendukung konsep ini juga salah satunya adalah Dr
Ari Kamayanti dari Universitas Brawijaya Malang. Meskipun itu juga terdapat

14
pandangan lain yang tidak setuju dengan pendekatan ini, karena dianggap tidak
praktis.
Selain kedua pendekatan ini juga terdapat pendekatan lain, yaitu yang
dinamakan dengan pendekatan hybrid, atau gabungan. Pendekatan hybrid ini banyak
diterapkan di dalam perbankan konvensional dan juga perusahaan konvensional.
Pendekatan konvensional ini salah satunya dilakukan oleh Lembaga GRI dan juga
ACCA dalam dunia Akuntansi konvensional. Sebagai contoh yang dlalkukan oleh
GRI adalah melakukan pembuatan standar laporan perusahaan dengan
mengedepankan konsep 3 dasar yang utama, yaitu konsep ekonomi, konsep social
dan juga konsep lingkungan. Dari konsep tersebut kemudian Akuntansi syariah juga
berkembang, dimana caranya adalah dengan melakukan apresiasi atas apa yang telah
dibuat di barat (Akuntansi konvensional) dan kemudian konsep itu dilakukan untuk
dipergunakan di dalam akuntansi syariah.

2.8. Hubungan antara Akuntansi Modern dan Akuntansi Syariah


Hubungan Akuntansi Modern dan Akuntansi Islam Perkembangan ilmu
pengetahuan termasuk system pencatatan pada zaman dinasti abbaslah (750-1258 M)
sudah sedemikian maju, sementara pada kurun waktu yang hampir bersamaan. Eropa
masih berada dalam periode “the dark age”. Dari sini kita dapat melihat hubungan
antara luca paciolli dan akuntansi islam. Pada tahun 1429 M angka dilarang
digunakan oleh pemerintah italia. Luca paciolli selalu tertarik untuk belajar tentang
hal tersebut serta belajar dari alberti seorang ahli matematika yang belajar dari
pemikir arab dan selalu menjadikan karya pisah sebagai rujukan. Alasan teknis yang
mendukung hal tersebut adalah : luca paciolli mengatakan bahwa setiap transaksi
harus dicatat dua kali disisi sebalah kredit dan disisi sebelah debit. (Saputro, Andik S.
Dwi. 2009) Dengan kata lain bahwa pencatatan harus diawali dengan menulis sebelah
kredit dan di sebelah debit. Penelitian tentang sejarah dan perkembangan akuntansi
memang perlu di kaji lebih dalam lagi mengingat masih dipertanyakan bukti-bukti
otentik/langsung tentang hal tersebut bagaimana diungkapkan oleh napier.

15
2.9. Rekonstruksi Sejarah Pemikiran Akuntansi
Ketika berbicara tentang sejarah akuntansi di kalangan orang Arab, maka
yang dimaksud adalah masa yang berakhir dengan hijrahnya Rasulullah saw, dari
Makkah ke Madinah tahun 622 M, yang setelah itu dimulailah sejarah Islam. Pada
masa sebelum berdirinya negara Islam, bangsa Arab terpecah-pecah, tidak disatukan
oleh satu sistem politik, kecuali tradisi kekabilahan yang dominan. Sekalipun
demikian, mereka memiliki pasar dan tempat aktivitas perdagangan di dalam negeri
maupun di luar negeri, yang tercermin dalam dua perjalanan di musim dingin dan di
musim panas, yaitu ke negeri Yaman dan ke negeri Syam.
Dari studi sejarah peradaban Arab, tampak sekali betapa besarnya perhatian
bangsa Arab pada akuntansi. Hal ini terlihat pada usaha setiap pedagang Arab untuk
mengetahui dan menghitung barang dagangannya, sejak mulai berangkat sampai
pulang kembali. Untuk mengerjakan pembukuan ini, ada yang dilakukan oleh
pedagangnya sendiri, dan ada juga yang menyewa akuntan khusus. Pada waktu itu
seorang akuntan disebut sebagai katibul amwaal atau penanggung jawab keuangan.
Istilah ini diambil dari fungsi akuntan itu sendiri, yaitu untuk membantu menjaga
keuangan.
Setelah masuknya Islam, kewajiban akan zakat berdampak pada didirikannya
isntitusi Baitulmaal oleh Rasulullah SAW, yang berfungsi sebagai lembaga
penyimpan zakat berserta pendapatan lain yang diterima oleh negara. Hawari (1989))
dalam Zaid (2001) mengungkapkan bahwa, pemerintahan Rasulullah memiliki 42
pejabat yang digaji dan terspesialisasi dalam peran dan tugas tersendiri. Adnan dan
Labatjo (2006) memandang, bahwa praktik akuntansi pada lembaga Baitul maal di
zaman Rasulullah SAW, baru berada pada tahap penyiapan personal yang menangani
fungsi-fungsi lembaga keuangan negara. Pada masa tersebut, harta kekayaan yang
diperoleh negara, langsung didistribusikan kepada orang-orang yang berhak.
Dengan demikian, tidak terlalu diperlukan pelaporan atas penerimaan dan
pengeluaran Baitulmaal, dan hal yang sama berlanjut pada masa pemertintahan Abu
Bakar Sidik. Perkembangan pemerintahan Islam hingga meliputi hampir seluruh
Timur Tengah, Afrika Utara dan Asia pada masa Khalifah Umar Bin Khattab, telah
meningkatkan penerimaan negara secara signifikan. Dengan demikian, kekayaan

16
negara yang disimpan di Baitulmaal juga semakin besar. Para sahabat
merekomendasikan perlunya pencatatan, untuk mempertanggungjawab- Akuntansi
Syariah 55 kan penerimaan dan pengeluaran negara. Selanjutkan Khalifah Umar
mendirikan unit khusus yang bernama Diwan (dari kata dawwana=tulisan), yang
bertugas khusus membuat laporan keuangan Baitulmaal, sebagai bentuk
akuntabilitas Khalifah, atas dana Baitulmaal yang menjadi tanggungjawabnya.
Evolusi perkembangan pengelolaan buku akuntansi, mencapai tingkat
tertinggi pada masa Daulah Bani Umayyah, terutama pada masa kekhalifahan
Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Akuntansi telah diklasifikasikan pada beberapa
spesialisasi, antara lain akuntansi peternakan, akuntansi pertanian, akuntansi
bendahara, akuntansi konstruksi, akuntansi mata uang, dan pemeriksaan buku atau
auditing. Pada masa itu, sistem pembukuan telah menggunakan model buku besar,
yang meliputi :
1. Jaridah Al-Kharaj (Receivable Subsidary Ledger) merupakan pembukuan
pemerintah terhadap piutang pada individu atas zakat tanah, hasil pertanian, serta
hewan ternak yang belum dibayar dan cicilan yang yang telah dibayar. Piutang
dicatat di satu kolom dan cicilan pembayaran di kolom yang lain.
2. Jaridah An-Nafaqaat (jurnal pengeluaran), merupakan pembukuan yang
digunakan untuk mencatat pengeluaran negara.
3. Jaridah Al-Maal (jurnal dana), merupakan pembukuan yang digunakan untuk
mencatat penerimaan dan pengeluaran dana zakat.
4. Jaridah Al-Musadareen, merupakan pembukuan yang digunakan untuk mencatat
penerimaan denda atau barang sitaan dari individu yang tidak sesuai syari’ah,
termasuk dari pejabat yang korup.
Adapun untuk pelaporan, telah dikembangkan berbagai laporan akuntansi,
antara lain:
1. Al-Khitmah, menunjukkan total pendapatan dan pengeluaran yang dibuat setiap
bulan.
2. Al-Khitmah Al-Jameeah, yaitu laporan keuangan komprehensif yang berisikan
gabungan antara laporan laba-rugi, dan nearaca (pendapatan, pengeluaran,
surplus dan defisit, belanja untuk aset lancar maupun aset tetap) yang dilaporkan

17
di akhir tahun. Dalam perhitungan dan penerimaan zakat, utang zakat
diklasifikasikan dalam laporan keuangan menjadi tiga kategori, yaitu collectable
debts, doubtful debts, dan uncollectable debts.

Itulah sejarah perkembangan praktik akuntansi, dengan teknik tata buku


berpasangan yang sebenarnya, di mana akuntansi sudah dikenal pada masa kejayaan
Islam. Artinya, peradaban Islam tidak mungkin tidak memiliki teknik pembukuan
akuntansi. Permasalahannya adalah pemalsuan dan penghapusan sejarah
perkembangan ilmu pengetahuan pada masa peradaban Islam yang dilakukan oleh
beberapa oknum di Barat, dan ketidakmampuan atau lebih tepatnya ketidakmauan
umat Islam, untuk menggali khazanah ilmu pengetahuan dan teknologinya sendiri.

2.10. Nilai-Nilai Akuntansi Syariah


Akuntansi modern tidak mungkin bebas dari nilai dan kepentingan apapun,
karena dalam proses penciptaan akuntansi melibatkan manusia yang memiliki
kepribadian dan penuh dengan kepentingan. Nilai utama yang melekat dalam diri
akuntansi modern adalah nilai egoistic dan materialistis. Bila informasi yang
dihasilkan oleh akuntansi egoistik dikonsumsi oleh para pengguna, maka dapat
dipastikan bahwa pengguna tadi akan berpikir dan mengambil keputusan yang
egoistik pula. Bagi kalangan masyarakat muslim, Tuhan menjadi tujuan akhir dan
menjadi tujuan puncak kehidupan manusia. Akuntansi syari’ah,hadir untuk
melakukan dekonstruksi terhadap akuntansi modern. Melalui epistemologi
berpasangan, akuntansi syari’ah berusaha memberikan kontribusi bagi akuntansi
sebagai instrumen bisnis sekaligus menunjang penemuan hakikat diri dan tujuan
hidup manusia.
Pada versi pertama, akuntansi syari’ah memformulasikan tujuan dasar
laporan keuangannya untuk memberikan informasi dan media untuk akuntabilitas.
Informasi yang terdapat dalam akuntansi syari’ah merupakan informasi materi baik
mengenai keuangan maupun non-keuangan, serta informasi nonmateri seperti aktiva
mental dan aktiva spiritual. Contoh aktiva spiritual adalah ketakwaan, sementara
aktiva mental adalah akhlak yang baik dari semua jajaran manajemen dan seluruh
karyawan. Sebagai media untuk akuntabilitas, akuntansi syari’ah memiliki dua

18
macam akuntabilitas yaitu akuntabilitas horisontal, dan akuntabilitas vertikal.
Akuntabilitas horisontal berkaitan dengan akuntabilitas kepada manusia dan alam,
sementara akuntabilitas vertikal adalah akuntabilitas kepada Sang Pencipta Alam
Semesta.
Pada versi kedua, tujuan dasar laporan keuangan syari’ah adalah:
memberikan informasi, memberikan rasa damai, kasih dan sayang, serta
menstimulasi bangkitnya kesadaran ketuhanan.
Ketiga tujuan ini, merefleksikan secara berturut-turut dunia materi, mental,
dan spiritual. Tujuan pertama secara khusus hanya menginformasikan dunia materi
baik yang bersifat keuangan maupun non keuangan. Tujuan kedua membutuhkan
bentuk laporan yang secara khusus menyajikan dunia mental yakni rasa damai, kasih
dan sayang. Selanjutnya tujuan ketiga, disajikan dalam wadah laporan yang khusus
menyajikan informasi kebangkitan kesadaran ketuhanan.
Kinerja manajemen syari’ah memiliki tiga bentuk realitas yaitu fisik (materi)
dengan perpektif kesalehan keuangan yang memiliki indikator seperti nilai tambah
syari’ah (profit), dan zakat. Realitas berikutnya adalah psikis (mental) dengan
perspektif kesalehan mental dan sosial, yang memiliki indikator seperti damai, kasih,
sayang, adil, empati, dan peduli. Sementara realitas terakhir adalah spiritual dengan
perspektif kesalehan spiritual, yang memiliki indikator seperti ikhsan, cinta, dan
takwa.
Akuntansi syari’ah dibangun dengan mengambil inspirasi dari syari’ah Islam.
Secara ontologis, akuntansi syari’ah memahami realitas dalam pengertian yang
majemuk. Sedangkan secara epistemologis, akuntasi syari’ah dibangun berdasarkan
kombinasi antara akal yang rasional dengan rasa dan intuisi (kombinasi dunia fisik
dengan dunia non fisik).

19
BAB III
KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan
Pada masa Rasulullah beliau menyarankan agar untuk semua kegiatan
keuangan secara rinci itu harus di catat dibentuknya baitul maal. Diawali dengan
diwajibkannya kegiatan pencatatan atas transaksi yang tidak tunai, yang kemudian
dikuti dengan perintah kewajiban pembayaran zakat, maka dimulai praktik
Akuntansi di dalam pemerintahan Islam. Hingga pada masa pemerintahan di bawah
kekhalifahan Abbasiyah system Akuntansi di pemerintahan Islam saat itu mencapai
titik yang tertinggi, dimana Akuntansi dibagi ke dalam beberapa jenis dan juga
klasifikasi.
Zaman para sahabat khalifah pertama Abu Bakar radiallahu'anhu
pemasukkan dan pengeluaran masih sederhana, sedangkan pemerintahan Umar bin
Khatab terdapat adanya perubahan sistem yang signifikan lalu dianjurkan untuk
melakukan diwan, yaitu pencatatan disetiap pemasukkan dan pengeluaran serta telah
memilih orang-orang yang akan bertanggung jawab dalam setiap tugasnya.
Selanjutnya Utsman bin Affan untuk menjamin jalannya hukum, maka ditunjuknya
orang - orang untuk menjaga penghasilan, dan sahabat yang terakhir Ali bin Abu
Thalib mulai berkembang pesat. Dan perkembangannya pesatnya terjadi disetiap
lokasi lainnya, serta dapat mengatur perekonomian akuntansi Islam adalah
menyangkut segala sesuatu yang lebih luas mengenai praktik kehidupan.
Sejak tahun 1980-an di Indonesia mulai ada perhatian kuat dari para peneliti
akuntansi dalam upaya memahami akuntansi dalam pengertian yang lebih luas.
Perkembangan akuntansi syariah di Indonesia pada dasarnya telah dimulai melalui
kajian-kajian akademis dan riset, baik yang terkait dengan teknis pencatatan
transaksi, konsepsi, epistimologi dan metodologi. Pengembangan (standar) akuntansi
syariah di Indonesia.
Menurut Prof. Sofyan Harahap yang dimaksud dengan Akuntansi Syariah
adalah bagaimana kita menjalankan Akuntansi agar sesuai dengan Syariah Islam.
Pada dasarnya menurut beliau ada dua konsep dalam Akuntansi syariah. Konsep

20
pertama yaitu akuntansi syariah yang dijalankan pada masa kenabian Rasulullah.
Sedangkan, konsep kedua yaitu akuntansi syariah yang berkembang sekarang ini,
dimana kegiatan ekonomi dan sosial banyak duwarnai oleh kegiatan ekonomi
konvensional.
Peran akuntansi syariah dalam pertumbuhan ekonomi cukup penting, karena
dapat membantu meningkatkan transparansi dan akuntabilitas bisnis yang mengikuti
prinsip-prinsip syariah. Selain itu, akuntansi syariah juga dapat membantu
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bisnis yang mengikuti prinsip-
prinsip syariah, sehingga dapat meningkatkan minat masyarakat untuk berinvestasi
di bisnis tersebut. Akuntansi syariah juga dapat membantu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Hal ini karena prinsip-prinsip yang terdapat dalam
akuntansi syariah menekankan pada keadilan dan keberlanjutan.
Konsep akuntansi syariah adalah suatu pendekatan dalam pelaporan
keuangan yang didasarkan pada prinsip-prinsip syariah atau hukum Islam. Prinsip-
prinsip syariah ini mencakup prinsip-prinsip moral dan etika dalam bisnis, serta
hukum dan aturan dalam Islam yang berkaitan dengan keuangan. Beberapa prinsip
akuntansi syariah yang umum diterapkan antara lain: (1) Prinsip keadilan, (2) Prinsip
transparansi, (3) Prinsip tanggung jawab sosial, (4) Prinsip kehati - hatian, (5) Prinsip
ketidakjelasan. Dalam praktiknya, akuntansi syariah melakukan pemisahan antaran
dana halal (yang sesuai dengan prinspip syariah) dan dana haram (yang tidak sesuai
dengan prinsip syariah).
Terdapat 3 pendekatan untuk dasar pengembangan konsep akuntansi syariah.
(1) Pendekatan dengan basis akuntansi yang sekarang ada dan berlaku, (2)
Pengembangan berdasarkan basis dari ajaran Islam, (3) Pengembangan berdasarkan
basis gabungan dari kedua pendekatan tersebut. Salah satu contoh pendekatan yaitu
Pengembangan berdasarkan basis gabungan oleh GRI yang melakukan pembuatan
standar laporan perusahaan dengan mengedepankan konsep 3 dasar yang utama,
yaitu konsep ekonomi, konsep social, dan juga konsep lingkungan. Dari konsep
tersebut kemudian.

21
DAFTAR PUSTAKA

Dahri, M. R., & Kurniawan, R. R. (2022). SEJARAH AKUNTANSI SYARIAH.

Wartoyo. (2013). Akuntansi Syari’ah : Sebuah Tinjauan Historis.

Heykal, M. (2021). Sejarah Perkembangan dan Pemikiran Akuntansi Syariah. Retrieved


Maret 22, 2023, from Binus University:
https://accounting.binus.ac.id/2021/11/24/sejarah-perkembangan-dan-pemikiran-
akuntansi-syariah/

Amir, B. (2009). Sejarah Perkembangan Akuntansi Syariah. Retrieved Maret 20, 2023,
from himasi.blogspot.com

Harahap, A. T. (2017). PERKEMBANGAN AKUNTANSI SYARIAH DI INDONESIA.


Jurnal Warta, 7-10.

Iwan, T. (2006). Akuntansi Syari’ah: Perspektif, Metodologi dan Teori . Jakarta: Raja
Grafindo.

Harahap, A. T. (2017). Perkembangan Akuntansi Syariah Di Indonesia. Jurnal Warta .

Khaddafi, M. (2016). Akuntansi Syariah: Meletakkan Nilai-Nilai Syariah Islam dalam


Ilmu Akuntansi. Medan: MADENATERA .

22

Anda mungkin juga menyukai