Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

MATA PELAJARAN AGAMA

PERKEMBANGAN EKONOMI SYARIAH DI INDONESIA

Nama Kelompok:

1. Noor Salma Ajeng Vitha Sari (2274201100065)


2. Anggi Kharismawati (2274201100071)

Dosen Pengampu:
Khoirul Anam, SH.,S.Sy.,M.H.I

FAKULTAS HUKUM JURUSAN ILMU HUKUM UNIVERSITAS


TULUNGAGUNG
TAHUN AJARAN 2022-2023
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI .....................................................................................................................i
BAB I
PENDAHULUAN .............................................................................................................1
a. Latar Belakang ........................................................................................................1
b. Rumusan Masalah ...................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN ................................................................................................................3
a. Sejarah Ekonomi Syariah........................................................................................ 3
b. Pengertian Ekonomi Syariah...................................................................................4
c. Sumber Hukum Ekonomi Syariah ..........................................................................6
d. Prinsip – prinsip Dasar dan Nilai- nilai Ekonomi Syariah.....................................8
e. Tujuan Ekonomi Syariah.........................................................................................14
f. Perkembangan Ekonomi Syariah di Indonesia........................................................14
g. Manfaat Ekonomi Syariah.......................................................................................16
h. Karakteristik dan Ciri- ciri Ekonomi Syariah.........................................................17
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan .............................................................................................................20
b. Saran .......................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................21

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Ekonomi Islam telah lahir sejak Rasulullah Saw menyebarkan ajaran Agama
Islam, kemudian dilanjutkan oleh para sahabat hingga memiliki kemajuan yang begitu
pesat pada masa Dinasti Abbasiyah dan pada akhirnya masih juga dilakukan sampai
zaman sekarang, walaupun saat ini masih banyak campur aduk ekonomi Barat dalam
aktivitas perekonomian masyarakat khususnya Umat Islam.
Kemunculan ekonomi Islam bukan karena ekonomi ortodok, melainkan
karena sejarah membuktikan bahwa kemunculan ekonomi Islam sejak Rasulullah Saw
hidup. Ekonomi Islam merupakan bagian integral ajaran Islam, bukan dampak dari
sebuah keadaan yang memaksa kemunculannya, jadi bukan karena ekonomi ortodok
yang memaksa kehadiran ekonomi Islam. Ekonomi Islam juga memiliki tujuan yang
sangat penting yaitu menciptakan kesejahteraan umat manusia khususnya
terpenuhinya kebutuhan setiap individu dengan cara yang disahkan oleh Undang-
Undang Pemerintah maupun hukum syariat (Agama).
Perkembangan ekonomi syariah terlihat dari perkembangan lembaga keuangan
syariah yang merupakan bagian dari ekonomi syariah itu sendiri yaitu sejak tahun
1990-an dan mengalami perkembangan yang semakin pesat pada awal tahun 2000-an.
Perkembangan tersebut juga dikarenakan banyak orang yang mulai percaya dengan
lembaga keuangan ini. imbas dari pesatnya perkembangan lembaga keuangan syariah
adalah semakin banyak pula lembaga keuangan yang bergerak pada keuangan syariah.
Perputaran uang yang besar membuat hampir semua lembaga keuangan membuat
divisi syariah. Salah satu modal utama yang bisa digunakan adalah dengan jumlah
penduduk muslim terbesar di dunia yang di miliki negeri ini.
25 Juli 2018 hari Rabu bertempat di Jakarta bersumber dari Kompas.com,
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro menilai bahwa
perkembangan ekonomi syariah di Indonesia cenderung berjalan di tempat. Padahal,
Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat ekonomi syariah global
mengingat populasi muslim yang mencapai 85 persen dari total penduduk Indonesia.

1
Tapi kenapa dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, perkembangan
(perbankan) syariah seolah-olah berjalan di tempat?, kata Bambang saat
menyampaikan sambutan dalam High Level Discussion Indonesia: Pusat Ekonomi
Islam Dunia, di kantor Bappenas, Jakarta.1
Selain itu, sebagaimana dikutip oleh detik finance Rabu 6 Maret 2019 di
Jakarta, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution bertemu dengan
ratusan pengusaha travel haji dan umrah. Dalam pertemuan itu ia menyebut
perkembangan bisnis syariah di Indonesia lambat. Beliau mengungkapkan kondisi
bisnis syariah di Indonesia saat ini lambat karena kegiatan ekonomi syariah yang
kurang maksimal. Maka dari itu ia berharap agar manajemen perekonomian syariah
dapat lebih baik. Sebetulnya perkembangan keuangan syariah yang tidak bisa cepat
setelah beberapa tahun terakhir. Kendala malah disektor riil kegiatan ekonomi kita
sendiri. Sehingga manajemen yang seharusnya sudah disempurnakan dari waktu ke
waktu menjadi lebih syariah terang beliau di hotel Bidakara Jakarta. 2Atas dasar inilah
yang mendorong penulis untuk membuat makalah yang berjudul
“PERKEMBANGAN EKONOMI SYARIAH DI INDONESIA”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah adalah sebagai
berikut:

1. Bagaimana Sejarah Ekonomi Syariah ?


2. Bagaimana Pengertian Ekonomi Syariah ?
3. Bagaimana Sumber Hukum Ekonomi Syariah ?
4. Apa Prinsip – prinsip Dasar dan Nilai- nilai Ekonomi Syariah ?
5. Apa Tujuan Ekonomi Syariah ?
6. Bagaimana Perkembangan Ekonomi Syariah ?
7. Apa Manfaat Ekonomi Syariah ?
8. Bagaimana Karakteristik dan Ciri- ciri Ekonomi Syariah ?

1
Ridwan Aji Pitoko, Kompas.com, Bappenas: Perkembangan Ekonomi Syariah Indonesia Jalan di
Tempat, Rabu 25 Juli 2018, diakses pada 1Oktober 2022.
2
Yasmin, Putri Aini, Darmin Sebut Perkembangan Ekonomi Syariah di RI Masih Lambat, Detik
Finance, m.detik.com, Rabu 06 Maret 2019, Diakses tanggal 1 Oktober 2022.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH EKONOMI SYARIAH


Ekonomi Syariah adalah ekonomi yang berdasarkan dengan ketentuan syariah.
Lahirnya ekonomi syariah ini bermula ketika Rasulullah SAW melakukan aktivitas
perdagangannya, yaitu ketika berusia sekitar 16-17 Tahun. Rasulullah SAW ketika itu
melakukan perdagangan di sekitar masjidil haram dengan sistem murabahah, yaitu
jual beli yang harga pokoknya diinformasikan dan marginnya dapat dinegosiasikan.
Rasulullah SAW memulai aktivitas perdagangan karena pada saat itu perekonomian
Abu Thalib mengalami kesulitan. Ketika Rasulullah SAW berusia 20-an, Rasulullah
SAW memulai bisnis kongsi dagang (bermusyarokah) dengan Khodijah. Bisnis
Rasulullah SAW berkembang dengan pesat, sampai-sampai Rasulullah SAW dapat
memberikan mahar kepada Khodijah sebesar 100 ekor unta merah (pada saat itu unta
merah adalah kendaraan termahal).3
Pada sejarah ini, hal yang kita dapat pelajaran dari hal ini adalah :
1. Akad-akad syariah telah ada ketika Rasulullah SAW belum diangkat menjadi
Nabi dan Rasul.
2. Sistem Ekonomi Syariah baru ada ketika Rasulullah SAW diangkat menjadi
Nabi dan Rasul. Akad-akad syariah seperti Murabahah, Mudharabah,
Musyarokah, Salam, Istisna, dan Ijarah telah ada dan biasa dilakukan oleh
Bangsa Arab ketika itu karena memang mereka melakukan perdagangan
sebagaimana di jabarkan dalam Al-Qur’an dalam Surat Quraisy. Bukan hanya
akad-akad yang syariah saja yang ada, akan tetapi juga akad-akad yang
dilarang syariah pun juga dilakukan oleh mereka seperti mengambil riba,
penipuan, dan perjudian. Sebagaimana dalam benak mereka, ketika mereka
melakukan praktik riba mereka beranggapan bahwa mereka sedang Taqarub
(mendekatkan diri) kepada Allah SWT, ketika mereka melakukan perjudian
anggapan mereka adalah kedermawanan.

3
Abu Hadziq, Sejarah Ekonomi Syariah, Updated: Senin 2 Juni 2014 - 13:19 Kategori: Ekonomi Syariah
Posted by: http://www.iaei-pusat.org/memberpost/ekonomi-syariah/sejarah-ekonomi-syariah?language=id,
diakses tanggal 1 Oktober 2022.

3
Pada saat itulah telah terjadi misi terpersepsi masyarakat yang sangat jauh dari
nilai kebenaran (kalau kita amati pada zaman sekarang, sepertinya gejala seperti ini
mulai ada). Anggapan-anggapan yang salah dianggap benar dan yang benar dianggap
salah. Pada saat kesimpangsiuran persepsi manusia kian membuncah maka pada saat
itulah Islam memberikan pencerahan kembali dan mengembalikan semua itu pada
tempat awalnya, seperti Riba yang dianggap Taqarub kepada Allah maka Allah SWT
balas dengan Riba itu tidak menambah apa pun disisi ALLAH SWT, dan bahkan
dikatakan dalam alquran surat Al – Baqarah ayat 275-279 orang-orang yang semakin
riba seperti orang yang kerasukan dan bahkan dianggap mengajak perang kepada
Allah dan Rasul-nya.4

B. PENGERTIAN EKONOMI SYARIAH


Istilah Ekonomi berasal dari bahasa Yunani "Oikos Nomos" yang diartikan
oleh orang-orang barat sebagai management of household or estate (tata laksana
rumah tangga atau pemilikan).5 Menurut Suherman Rosyidi, pendapat populer yang
berkembang di masyarakat tentang ekonomi adalah, "gejala-gejala masyarakat yang
timbul karena perbuatan manusia dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan atau
untuk mencapai kemakmuran.6
Sementara definisi ekonomi secara lebih lengkap dapat didasarkan dari
pendapat Profesor Paul Anthony Samuelson tentang definisi ilmu ekonomi sebagai
berikut: "Ilmu ekonomi adalah studi mengenal cara-cara manusia dan masyarakat
menentukan/menjatuhkan pilihannya dengan atau tanpa menggunakan uang untuk
menggunakan sumber-sumber produktif yang langka yang dapat mempunyai
penggunaan alternatif untuk memproduseri berbagai barang serta membagikannya
untuk dikonsumsi, baik untuk waktu sekarang maupun yang akan datang, kepada
berbagai golongan dan kelompok di dalam masyarakat. Ilmu ekonomi itu
menganalisis besarnya biaya-biaya serta keuntungan-keuntungan yang terjadi karena
adanya perbaikan di dalam pola alokasi sumber-sumber".
Pokok-pokok dari ekonomi adalah meliputi: upaya manusia dalam
menghadapi problem of choice (masalah pemilihan) untuk menggunakan sumber-
sumber produktif karena adanya kondisi scarce (kelangkaan), penggunaan uang
4
Ibid., diakses tanggal 1 Oktober 2022
5
Idris, Hadis Ekonomi Dalam Persepektif Hadist Nabi . (Jakarta: Kencana,2015) hlm. 02
6
Suherman Rosyidin, Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro dan Makro
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000),hlm. 4-7

4
ataupun tanpa uang sebagai bentuk dari pilihan penggunaan sumber-sumber produktif,
konsumsi dan produksi serta pembagian hasilnya kepada anggota-anggota masyarakat
untuk.
Kata syariah berasal dari bahasa Arab "as-syari'oh" yang mempunyai konotasi
masyra'ah al-ma' (sumber air minum), Orang Arab tidak menyebut sumber tersebut
dengan sebutan syariah kecuali jika sumber tersebut airnya berlimpah dan tidak
pernah kering. Dalam bahasa Arab, syara'a berarti nahaja (menempuh), owdhaha
(menjelaskan), dan bayyana al-masalik (menunjukkan jalan). Syara'a lohum-yasra'u
syar'an berarti sanna (menetapkan). Syariah dapat juga berarti mazhab dan thariqah
mustaqimah (jalan lurus). Secara harfiah syariah dapat diartikan sebagai jalan yang
ditempuh atau garis yang mestinya dilalui.7
Secara terminologi, definisi syariah adalah peraturan-peraturan dan hukum
yang telah digariskan oleh Allah atau digariskan pokok-pokoknya dan dibebankan
kepada kaum muslimin supaya mematuhinya, supaya syariah ini diambil oleh orang
Islam sebagai penghubung di antaranya dengan Allah dan di antaranya dengan sesama
manusia.
Syariah Islam secara etimologis, bermakna "jalan yang lurus atau jalan yang
dilalui air terjun". Sementara pengertian terminologisnya, syarah didefinisikan
sebagai "jalan yang harus ditempuh (oleh setiap umat Islam)". Syariah menurut
pengertian teknis dalam bahasa Inggris disebut common law of Islam, yakni
keseluruhan dari perintah-perintah Tuhan, setiap perintah dinamakan hukum, Istilah
syariah ini juga sering disebut sebagai sharia, atau syirah.
Menurut Syeikh Mahmout Syaltout, Syariah adalah peraturan-peraturan yang
diciptakan Allah, atau yang diciptakannya pokok-pokoknya supaya manusia
berpegang kepadanya dalam berhubungan dengan Tuhan, saudara sesama muslim,
saudaranya sesama manusia, serta hubungannya dengan alam seluruhnya dan
hubungannya dengan kehidupan.
Kata syariah adalah nama umumnya yang diberikan kepada peraturan-
peraturan atau kaidah-kaidah agama Islam dan para ahli dirumuskan sebagai sesuatu
yang tidak akan adanya, seandainya tidak ada wahyu ilahi. Hukum Syariah (Hukum
Syar'i) itu diartikan sebagai jenis, sifat, dan nilai yang ditetapkan sebagai dari wahyu
ilahi".

7
Ahmad Ifham Sholikin, Buku Pintar Ekonomi Syariah (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010),
hlm.809.

5
Berikut ini adalah beberapa Definisi Ekonomi Syariah menurut beberapa para
ahli sebagai berikut :
1. Menurut Syaikh Yusuf al-Qardhawi, cakupan dari pengertian syariah menurut
pandangan Islam sangat luas dan komprehensif (al-syumul). Di dalamnya
mengandung pengaturan seluruh aspek kehidupan, mulai dari aspek ibadah
(hubungan manusia dengan Tuhannya), aspek keluarga (seperti nikah, talak,
nafkah, wasiat, warisan), aspek bisnis (perdagangan, industri, perbankan,
asuransi, utang piutang, pemasaran, hibah), aspek hukum dan peradilan, hingga
hubungan antar negara.8
2. Menurut Khurshid Ahmad, ekonomi Islam merupakan suatu upaya sistematis
untuk memahami masalah ekonomi dan perilaku manusia yang berkaitan dengan
masalah ekonomi dari perspektif Islam.
3. Menurut Jaharuddin dan Bambang Sutrisno, ekonomi syari'ah adalah
penerapan konsep-konsep Al-Qur’an dan Hadis, baik langsung maupun tidak
langsung dalam kegiatan ekonomi.
4. Bertolak dari definisi di atas, Gunawan Yasni memberikan pandangannya, bahwa
ekonomi syariah dalam istilah konvensional sering disejajarkan dengan transaksi
keuangan yang sesuai dengan etika dan tanggung jawab sosial (ethically and
socially responsible economy) (buku fikih kontemporer).
Dari penjelasan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa ekonomi Islam atau
yang lebih dikenal dengan ekonomi syariah merupakan sebuah konsep ekonomi yang
dijalankan berdasarkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip ajaran Islam yang bersumber
pada al-Qur’an dan al-Sunnah, yang berorientasi pada pencapaian ridla Allah. Al-
Qur’an dan al-Sunnah adalah sebagai sebuah pengikat tata aturan dalam menjalankan
seluruh aktifitas ekonomi, baik aktifitas produksi, distribusi, dan konsumsi. Dalam hal
ini, pencapaian ridla Allah adalah sebagai titik tolak dari lahirnya ekonomi syariah.

C. SUMBER HUKUM EKONOMI SYARIAH


Adapun beberapa sumber-sumber hukum ekonomi syariah sebagai berikut:
a. Al-Qur’anul Karim
Al-Qur’an adalah sumber utama, asli, abadi, dan pokok dalam hukum
ekonomi syariah yang Allah SWT turunkan kepada Rasul Saw guna
memperbaiki, meluruskan dan membimbing umat manusia kepada jalan yang
8
Yusuf al- Qaradhwi, Norma dan Etika Ekonomi Syariah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997). hlm 31

6
benar. Di dalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang melandasi hukum
ekonomi syariah, salah satunya dalam Surat An-Nahl ayat 90 yang
mengemukakan tentang peningkatan kesejahteraan umat Islam dalam segala
bidang termasuk ekonomi. Firman Allah yang berbunyi :

َ‫اِ َّن هّٰللا َ يَْأ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َوااْل ِ حْ َسا ِن َواِ ْيت َۤاِئ ِذى ْالقُرْ ٰبى َويَ ْن ٰهى َع ِن ْالفَحْ َش ۤا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغ ِي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ ن‬
Artinya: ”Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan
keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar
kamu dapat mengambil pelajaran.”
b. Hadis dan Sunnah.
Setelah Al-qur’an, sumber hukum ekonomi adalah hadis dan Sunnah.
Yang mana para pelaku ekonomi akan mengikuti sumber hukum ini apabila
didalam al-qur’an tidak terperinci secara lengkap tentang hukum ekonomi
tersebut.
c. Ijma’.
Ijma’ adalah sumber hukum yang ketiga, yang mana merupakan
konsensus baik dari masyarakat maupun cara cendekiawan agama yang tidak
terlepas dari al-qur’an dan hadis.
d. Ijtihad dan Qiyas.
Ijtihad adalah usaha setiap meneruskan usaha untuk menemukan sedikit
banyaknya kemungkinan suatu persoalan syariat. Sedangkan Qiyas adalah
pendapat yang merupakan alat pokok ijtihad yang dihasilkan melalui
penalaran analogi.
e. Istihsan, Istislah Dan Istishab.
Istihsan, Istislah Dan Istishab adalah bagian dari pada sumber hukum
yang lainnya dan telah diterima oleh sebahagian kecil dari keempat Mazhab.9

9
Muhammad Abdul Manan, Teori Dan Praktik Ekonomi Islam (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima
Yasa,1997), hlm.19

7
D. PRINSIP – PRINSIP DASAR DAN NILAI-NILAI EKONOMI SYARIAH
1. Berikut ini adalah Prinsip-prinsip Ekonomi antara lain yaitu:
a. Siap Menerima Resiko.
Prinsip-prinsip ekonomi syariah yang dapat dijadikan pedoman oleh
setiap Muslim dalam bekerja untuk menghidupi dirinya dan keluarganya yaitu
menerima resiko yang terkait dengan pekerjaannya itu. Keuntungan dan
manfaat yang diperoleh juga terkait dengan jenis pekerjaannya. Karena itu,
tidak ada keuntungan/manfaat yang diperoleh seseorang tanpa resiko. Hal ini
merupakan jiwa dari prinsip “dimana ada manfaat, disitu ada resiko” (al
kharaj bi al-daman).
b. Tidak Melakukan Penimbunan.
Dalam sisten ekonomi syariah, tidak seorang pun diizinkan untuk
menimbun uang. Tidak boleh menyimpan uang tanpa dipergunakan. Dengan
kata lain, hukum Islam tidak memperoleh uang kontan (cash) yang nganggur
tanpa dimanfaatkan.
c. Tidak Monopoli.
Dalam sistem ekonomi syariah tidak diperbolehkan seseorang baik
perorangan maupun lembaga bisnis untuk melakukan monopoli. Harus ada
kondisi persaingan dalam ekonomi sebagai jiwa dari fastabiqul al-khairat.10
d. Ta’awun (tolong menolong).
Prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam lainnya yang berkaitan dengan
nilai-nilai dasar pembangunan masyarakat adalah mewujudkan kerja sama
umat manusia menuju terciptanya masyarakat sejahtera lahir batin. Al-qur’an
mengajarkan agar manusia tolong menolong (ta’awun) dalam kebajikan dan
Taqwa, jangan tolong menolong dalam dosa dan pelanggaran. Sebagaimana
firman Allah Swt. dalam Surah Al-Maidah (5) ayat 2:

ٓ
ۚ ‫ون فَضْ اًل ِّمن َّربِّ ِه ْم َو ِرضْ ٰ َونًا‬ ‡َ ‫ى َواَل ْٱلقَ ٰلَِئ َد َوٓاَل َءٓا ِّمينَ ْٱلبَيْتَ ْٱل َح َرا َم يَ ْبتَ ُغ‬ َ ‫وا َش ٰ َٓعِئ َر ٱهَّلل ِ َواَل ٱل َّشه َْر ْٱل َح َرا َم َواَل ْٱلهَ ْد‬
۟ ُّ‫تُ ِحل‬

ِّ‫وا َعلَى ْٱلبِر‬ ۟ ُ‫ُوا ۘ َوتَ َعا َون‬


۟ ‫ص ُّدو ُك ْم َعن ْٱلم ْس ِج ِد ْٱل َح َر ِام َأن تَ ْعتَد‬ َ ‫ُوا ۚ َواَل يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم َشنَـَٔانُ قَوْ ٍم َأن‬ ۟ ‫َو َذا َحلَ ْلتُ ْم فَٱصْ طَاد‬
َ ِ ‫ِإ‬
۟ ۟
ِ ‫اونُوا َعلَى ٱِإْل ْث ِم َو ْٱل ُع ْد ٰ َو ِن ۚ َوٱتَّقُوا ٱهَّلل َ ۖ ِإ َّن ٱهَّلل َ َش ِدي ُد ْٱل ِعقَا‬
‫ب‬ َ ‫َوٱلتَّ ْق َو ٰى ۖ َواَل تَ َع‬

Arab-Latin: Yā ayyuhallażīna āmanụ lā tuḥillụ sya'ā`irallāhi wa lasy-


syahral-ḥarāma wa lal-hadya wa lal-qalā`ida wa lā āmmīnal-baital-ḥarāma
10
Hendri Tanjung, Pilar-Pilar Ekonomi Islam (Jakarta:Gramada Pub,2013), hlm.7

8
yabtagụna faḍlam mir rabbihim wa riḍwānā, wa iżā ḥalaltum faṣṭādụ, wa lā
yajrimannakum syana`ānu qaumin an ṣaddụkum 'anil-masjidil-ḥarāmi an
ta'tadụ, wa ta'āwanụ 'alal-birri wat-taqwā wa lā ta'āwanụ 'alal-iṡmi wal-'udwāni
wattaqullāh, innallāha syadīdul-'iqāb
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar
syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram,
jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang
qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi
Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan
apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan
janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka
menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya
(kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat
berat siksa-Nya.11
Dari ayat diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip kerjasama
dalam ekonomi Islam adalah keniscayaan umat manusia menginginkan
ketersalingan (mutualisme) akan rasa tolong menolong (ta’awun) terutama
yang terkait dengan kehidupan ekonomi, tetapi dengan syarat tidak boleh
tolong menolong dengan dosa dan pelanggaran.
e. Keadilan.
Adil dalam pandangan Islam tidak diartikan sama rata, akan tetapi
pengertiannya adalah menempatkan sesuatu sesuai dengan proporsinya atau
hak-haknya. Sikap adil sangat diperlukan dalam tindakan berekonomi, dengan
sikap adil setiap orang yang terlibat dalam kegiatan ekonomi akan
memberikan dan mendaptkan hak-haknya dengan benar. Al-Qur’an
memerintahkan setiap tindakan harus didasari dengan sikap adil karena bentuk
keadilan akan mendekatkan diri kepada ketaqwaan sebagimana firman Allah
Swt Dalam Al-Qur’an Surah Al-Maidah (5): ayat 8 yang berbunyi:

‫َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكونُوا قَوَّا ِمينَ هَّلِل ِ ُشهَدَا َء بِ ْالقِ ْس ِط ۖ َواَل يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم َشنَآنُ قَوْ ٍم َعلَ ٰى َأاَّل تَ ْع ِدلُوا ۚ ا ْع ِدلُوا هُ َو‬
َ‫َأ ْق َربُ لِلتَّ ْق َو ٰى ۖ َواتَّقُوا هَّللا َ ۚ ِإ َّن هَّللا َ خَ بِي ٌر بِ َما تَ ْع َملُون‬

11
Departemen Agama Republik Indonesia, Al- Qur’an dan Terjemah, (surat Al-Maidah ayat: 2).

9
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-
orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi
dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum,
membuatmu berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat
kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah,12
f. Kejujuran (amanah).
Dengan demikian kejujuran (al-amanah) disini ialah suatu sifat dan
sikap yang setia, tulus hati, dan jujur dalam melaksanakan sesuatu yang
dipercayakan kepadanya baik berupa harta benda, rahasia maupun tugas
kewajiban. Pelaksanaan amanat yang baik dan dapat disebut “al-amin” yang
berarti yang dapat dipercaya, yang jujur yang setia, yang aman. Kewajiban
memiliki sifat kejujuran ini ditegaskan Allah dalam Al-Qur’an Surah An-Nisa
(4) ayat 58 yang berbunyi:

۟ ‫ت لَ ٰ ٓى َأ ْهلِهَا و َذا َح َك ْمتُم بَ ْينَ ٱلنَّاس َأن تَحْ ُك ُم‬ ۟


‫وا بِ ْٱل َع ْد ِل ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ نِ ِع َّما‬ ِ ‫َِإ‬ ‫ِإ َّن ٱهَّلل َ يَْأ ُم ُر ُك ْم َأن تَُؤ ُّدوا ٱَأْل ٰ َم ٰنَ ِ ِإ‬
‫صيرًا‬ ِ َ‫يَ ِعظُ ُكم بِ ِٓۦه ۗ ِإ َّن ٱهَّلل َ َكانَ َس ِمي ۢ ًعا ب‬

Arab-Latin: Innallāha ya`murukum an tu`addul-amānāti ilā ahlihā wa iżā


ḥakamtum bainan-nāsi an taḥkumụ bil-'adl, innallāha ni'immā ya'iẓukum bih,
innallāha kāna samī'am baṣīrā.
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.13
g. Kebenaran (al-shidqah).
Kebenaran (al-sidqah) adalah berlaku benar, baik dalam perkataan
maupun perbuatan. Kewajiban bersifat dan bersikap benar ini diperintahkan
dalam AlQur’an Surah At-Taubah/11: ayat 119 yang berbunyi :
َ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو ُكونُوا َم َع الصَّا ِدقِين‬
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada
Allah, dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar."14
12
Departemen Agama Republik Indonesia, Al- Qur’an dan Terjemah, (surat Al- Maidah ayat : 8).
13
Departemen Agama Republik Idonesia, Al- Qur’an dan Terjemah, (surat An- nisa’ ayat: 58).
14
Departemen Agama Republik Indonesia, Al- Qur’an dan Terjemah, (surat At-taubat ayat: 119)

10
Sikap benar ini adalah salah satu yang menetukan status dan kemajuan
perseorangan dan masyarakat. Menegakkan prinsip kebenaran adalah salah
satu sendi kemaslahatan dalam hubungan antara manusia dengan manusia dan
antara satu golongan dengan golongan lainnya.
h. Kebersamaan dan Persamaan (ukhuwwah).
Prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam selanjutnya yang berkaitan dengan
nilainilai dasar pembangunan masyarakat adalah memupuk rasa persamaan
derajat, persatuan dan kekeluargaan diantara manusia. Al-Qur’an mengajarkan
bahwa allah menciptakan manusia dan keturunan yang sama Dalam firman
Allah:

‫ٰيٓاَيُّها النَّاسُ انَّا َخلَ ْق ٰن ُكم م ْن َذ َكر َّواُ ْن ٰثى وجع ْل ٰن ُكم ُشعُوْ بًا َّوقَب ۤاىل لتَعارفُوْ ا ۚ ا َّن اَ ْكرم ُكم ع ْن َد هّٰللا اَ ْت ٰقى ُكم ۗا َّن هّٰللا‬
َ ِ ْ ِ ِ ْ َ َ ِ َ َ ِ َ ِٕ َ ْ َ َ َ ٍ ِّ ْ ِ َ

‫َعلِ ْي ٌم َخبِ ْي ٌر‬

Artinya:”Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari


seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa -
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal15 (Q.S Al-Hujurat 58/13)

2. Nilai- nilai Ekonomi Syariah


Nilai-nilai Islam secara normatif dan relavan dengan kegiatan ekonomi
(secara tematis) tidak dikemukakan seluruhnya sehingga hanya yang paling
relavan yang dapat diajukan, yaitu sebagai berikut:
a. Penegasan secara eksplisit tujuan penciptaan manusia dan jin ke bumi
Allah befirman dalam Al-Qur’an Surah Az-Zariyat ayat 56 yang
menegaskan

َ ‫ت ْال ِج َّن َوااْل ِ ْن‬


‫س اِاَّل لِيَ ْعبُ ُدوْ ِن‬ ُ ‫َو َما َخلَ ْق‬
Artinya:”dan aku tidak menciptakan Jiin dan manusia melainkan
untuk menyembah kepadaku.” 16

15
Departemen Republik Indonesia, Al- Qur’an dan Terjemah, (surat Al-Hujurat Ayat: 13)
16
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah, (surah Az-Zariyyat ayat: 56)

11
Menyimak esensi penciptaan manusia dan Jin tersebut, para ahli
hukum Islam telah memberikan tafsiranyang berintikan pada makna dan
model penyembahan itu sendiri. Setelah dilakuan identifikasi esensi dan
model-model penyembahan kepada sang pencipta, maka dalam konteks ajaran
Islam seluruhnya bermuara pada ibadah, baik dalam pengertiannya yang
khusus (shalat, zakat, puasa, dan lain-lain).
b. Legitimasi manusia sebagai khalifah di bumi

Allah memberikan legitimasi kepada manusia sebagai khalifah,


seperti yang terdapat dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah Ayat 30:

ۤ
ُ ‡‡‫خ‡ ِل‡‡ ي‡ْ‡ َف‡‡ ًة‡‡ ۗ‡ َق‬
‡‫ا‡ل‡‡ ٓ‡ْ‡و‡ ا‬ ‡َ ‡‫ض‬‡ِ ‡‫ل‡ ِف‡‡ ى‡ ا‡اْل َ‡ ْ‡ر‬ ‡ٌ ‡‫ا‡ع‬
‡ِ ‡‫ج‬ ‡َ ‡‫ي‬ ِّ ‡‫ك‡ ِل‡‡ ْ‡ل‡ َ‡م‡ ٰ‡ل‡ ِٕى‡ َ‡ك‡ ِ‡ة‬
‡ْ ‡‡‫ِ‡ا‡ن‬ ‡َ ‡ ُّ‡‫ر‡ ب‬
‡َ ‡‫ا‡ل‬‡َ ‡‡‫َ‡و‡ ِا‡‡ ْ‡ذ‡ َق‬
‡َ‡‫ح‡ ْ‡م‡ ِ‡د‡ ك‬
‡َ ‡‡‫ح‡ ِب‬ ‡َ ‡‡‫ن‡ ُن‬
‡ُ ‡ ِّ‡‫س‡ ب‬ ‡ْ ‡َ‡‫ك‡ ا‡ل‡د‡ِّ ‡ َ‡م‡ ۤ‡ا‡ ۚ َ‡‡ء‡ َ‡و‡ ن‬
‡ُ ‡‫ح‬ ‡ُ ‡‡‫س‡ ِف‬ ‡ِ ‡‫ل‡ ِف‡‡ ي‡ْ‡ َه‡‡ ا‡ َ‡م‡ ْ‡ن‡ ي‡ُّ ‡ ْ‡ف‬
‡ْ ‡‡‫س‡ د‡ُ‡ ِف‡‡ ي‡ْ‡ َه‡‡ ا‡ َ‡و‡ َي‬ ‡ْ ‡َ‡‫َا‡‡ ت‬
‡ُ ‡‫ج‡ َ‡ع‬
‡َ‡‫ت‡َ‡ ْ‡ع‡ َل‡‡ ُ‡م‡ ْ‡و‡ ن‬ ‫ع‡ َ‡ل‡ ُ‡م‡ َ‡م‡ ا‡ اَل‬
‡ْ ‡‡‫ي‡ َا‬
‡ْٓ ‡‡‫ا‡ل‡ ِا‡‡ ِّن‬ ‡َ ‡‡‫س‡ َل‬
‡َ ‡‡‫ك‡ ۗ‡ َق‬ ‡ُ ‡ ِّ‡‫َ‡و‡ ُن‡‡ َق‡‡ د‬

Artinya: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di


muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, Padahal mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."17

Al maraghi memberikan penjelasan bahwa sebelumnya telah ada


makhluk yang diciptakan tuhan di bumi, kemudian telah memusnahkannya
karena mereka saling membunuh fan menumpahkan darah. Kemudian mereka
tidak menegakkan (hak) dan tidak melaksanakan perintah tuhan dan berusaha
memakmurkan dunia.18

c. Penciptaan alam semesta untuk kesejahteraan dan kemakmuran manusia.


Allah memberikan penegasan dalam firman-Nya dalam surah Al-
Baqarah (1) ayat 29 sebagai berikut:

17
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah, (surah Al-Baqarah ayat: 30)
18
Ahmad Mustofa, Terjemah Tafsir al Maraghi, (Semarang: Karya Tobaputra, 1993) hlm.135

12
‡‡‫ن‬ ‡َ ‡‡‫ا‡س‡ ت‡َ‡ ٰٓ‡‡و‡ ى‡ ِا‡‡ َ‡ل‡ ى‡ ا‡ل‡س‡َّ ‡ َ‡م‡ ۤ‡ا‡ ِ‡ء‡ َف‬
َّ ‡ُ‡‫س‡ ٰ‡وّ‡ ى‡ه‬ ‡ْ ‡‡‫ج‡ ِ‡م‡ ي‡ْ‡ ع‡ً‡ ا‡ ُث‡‡ َّم‬ ‡ِ ‡‫خ‡ َل‡‡ ق‡َ‡ َل‡‡ ُ‡ك‡ ْ‡م‡ َّم‡‡ ا‡ ِف‡‡ ى‡ ا‡اْل َ‡ ْ‡ر‬
‡َ ‡‫ض‬ ‡َ ‡‫ي‬‡ْ ‡‫‡ذ‬‡ِ ‡‡َّ‫ه‡ُ‡ َ‡و‡ ا‡ل‬
‡ٌ‫ت‡ ۗ‡ َ‡و‡ ه‡ُ‡ َ‡و‡ ِب‡‡ ُ‡ك‡ لّ‡ ع‡َ‡ ِل‡‡ ي‡ْ‡ م‬
‡ٍ ‡‫س‡ ٰ‡م‡ ٰ‡و‬
‡َ ‡‫ع‬ ‡َ ‡ْ‡‫س‡ ب‬
‡َ

Artinya:”Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi


untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya
tujuh langit.
Dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.19
d. Perintah Allah kepada manusia untuk memperhatikan nasibnya

Allah memberikan perintah kepada manusia untuk memperhatikan


nasibnya dengan cara bekerja untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya
sehari-sehari dengan begitu bisa melanjutkan kehidupan sebagaimana
mestinya.
e. Menjalankan kegiatan ekonomi berdasarkan syariah

Kegiatan manusia yang dasari dengan syariat agama Islam, dengan


berdasarkan kepada Al-Qur’an dan As-sunnah. Islam salah satu agama yang
sempurna yang mengatur seluruh sendi kehidupan manusia dan alam semesta,
segala sesuatu kegiatan yang dikaitkan dan diatur sesuai dengan syariat agama
Islam.

f. Pertanggungjawaban manusia atas harta kekayaan

Manusia akan dituntut sebagaimana dia menggunakan hartanya


tersebut, seperti mengeluarkan harta yang dia miliki dengan mengeluarkan
sedekah sesuai penghasilannya.20
g. Perintah berakhlak baik dalam kegiatan ekonomi.
Allah memerintahkan manusia untuk berakhlak dalam bidang ekonomi
syariah seperti, tidak melakukan praktik riba, gharar dan larangan lainnya.
E. TUJUAN EKONOMI SYARIAH
Ekonomi Syariah selaras dengan tujuan dari syariat Islam itu sendiri
(maqashid asy syari’ah), yaitu mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat (falah)
melalui suatu tata kehidupan yang baik dan terhormat (hayyah thayyibah). Tujuan
falah yang ingin dicapai oleh Ekonomi Syariah meliputi aspek mikro ataupun makro,
19
Depatemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah (surah Al-baqarah ayat 29)
20
Mukhtar Samad, Etika Bisnis Syariah (Yogyakarta: Sunrise,2016) hlm 46-47

13
mencakup horizon waktu dunia atau pun akhirat.21 Seorang fuqaha asal Mesir
bernama Prof. Muhammad Abu Zahrah mengatakan ada tiga sasaran hukum Islam
yang menunjukkan bahwa Islam diturunkan sebagai rahmat bagi seluruh umat
manusia, yaitu:22
a. Penyucian jiwa agar setiap muslim bisa menjadi sumber kebaikan bagi
masyarakat dan lingkungannya.
b. Tegaknya keadilan dalam masyarakat. Keadilan yang dimaksud mencakup aspek
kehidupan di bidang hukum dan muamalah.
c. Tercapainya maslahah (merupakan puncaknya). Para ulama menyepakati bahwa
maslahah yang menjadi puncak sasaran di atas mencakup lima jaminan dasar,
yaitu: keselamatan keyakinan agama (al-din), keselamatan jiwa (al-nafs),
keselamatan akal (al-aql), keselamatan keluarga dan keturunan (al-nasl) dan
keselamatan harta benda (al-mal)

F. PERKEMBANGAN EKONOMI SYARIAH


Berkembangnya ekonomi syariah di Indonesia merupakan pengaruh dari
berkembangnya bank-bank syariah di negara-negara Islam. Pada awal periode 1980-
an, diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar ekonomi Islam mulai dilakukan. Para
tokoh yang terlibat dalam kajian tersebut adalah Karnaen A. Perwataatmadja, M.
Dawam Rahardjo, A.M. Saefuddin, M. Amien Azis, dan lain-lain. Beberapa uji coba
pada skala yang relatif terbatas telah diwujudkan. Di antaranya adalah Baitul Tamwil-
Salman, Bandung, yang sempat tumbuh mengesankan. Di Jakarta juga dibentuk
lembagaserupa dalam bentuk koperasi, yakni Koperasi ridho Gusti.23
Akan tetapi, prakarsa lebih khusus untuk mendirikan bank Islam di Indonesia
baru dilakukan pada tahun 1990. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18-20
Agustus 1990 menyelenggarakan lokakarya Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua,
Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut dibahas lebih medalam pada
Musyawarah Nasional IV MU yang berlangsung di Hotel Sahid Jaya Jakarta, 20-25
Agustus 1990. Berdasarkan amanat Munas IV MUI, dibentuk kelompok kerja untuk
mendirikan Bank Islam di Indonesia.24 Ditandai dengan didirikannya Bank Muamalat
21
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2012,. hlm. 54.
22
Afzalur Rahman, Doktrin ekonomi Islam Jilid I, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995), hlm.84.
23
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, (Jakarta:Gema Insani, 2011),
hlm.25.
24
Ibid., hlm. 25.

14
Indonesia (BMI) pada tahun 1992 dan Persyarikatan Takaful Indonesia pada tahun
1994.
Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan
disetujuinya Undang-Undang No. 10 Tahun 1998. Dalam Undang-Undang tersebut
diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan
dan diimplementasikan oleh bank syariah. Undang-Undang tersebut juga memberikan
arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan
mengkonversi diri secara total menajadi bank syariah.25 Akan tetapi dengan semakin
pesatnya perkembangan perbankan syariah, maka diperlukan lagi pengaturan
mengenainya melalui Undang-Undang. Undang-Undang yang dimaksud telah
disyahkan dan diundangkan yakni Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah.
Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia juga tidak terlepas dari beberapa
faktor pendorong. Secara sederhana, faktor-faktor itu dkelompokkan menjadi faktor
eksternal dan internal. Faktor eksternal adalah penyebab yang datang dari luar negeri,
berupa perkembangan ekonomi syariah di negara-negara lain. Kesadaran ini
kemudian ’mewabah’ ke negara-negara lain dan akhirnya sampai ke Indonesia.
Sedangkan faktor internal adalah kenyataan bahwa Indonesia ditakdirkan menjadi
negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia. Fakta ini menimbulkan
kesadaran di sebagian cendikiawan dan praktisi ekonomi tentang perlunya suatu
ekonomi yang sesuai dengan nilai-nilai Islam dijalankan oleh masyarakat Muslim di
Indonesia.
Dengan sistem bagi hasil yang sudah diterapkan oleh bank dan tidak
bertentangan dengan al-Qur'an dan al-Hadits. Dan juga bank syari'ah berdasarkan
pada prinsip profit and loss sharing (bagi untung dan bagi rugi). Di mana bank
syari'ah tidak membebankan bunga, melainkan mengajak partisipasi dalam bidang
usaha yang didanai. Para deposan juga sama-sama mendapat bagian dari keuntungan
bank sesuai dengan rasio yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian ada
kemitraan antara bank syari'ah dengan para deposan di satu pihak dan antara bank
dengan para nasabah investasi sebagai pengelola sumber dana para deposan dalam
berbagai usaha produktif di pihak lain.
Sehingga organisasi masyarakat di bidang ekonomi syariah, Masyarakat
Ekonomi Syariah (MES) pada tahun 2015 kemarin, menilai ekonomi syariah tumbuh
25
Ibid., hlm.26

15
lebih baik. Hal ini menyesuaikan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi secara
nasional yang juga diperkirakan akan membaik sekitar 5,5%. Beberapa perkiraan
industri terkait ekonomi syariah seperti perbankan syariah dan asuransi syariah
mendukungnya. Pertumbuhan perbankan syariah yang diperkirakan akan mencapai
pangsa pasarnya antara 5-6%. Industri asuransi syariah Indonesia yang kini
memegang posisi keempat dunia tumbuh sebesar 20% pada 2015 kemarin.
Tahun 2018 sebagaimana berita yang di tulis kompas.com tanggal 25 Juli 2019
Bambang Menteri PPN menambahkan kondisi ekonomi syariah Indonesia berjalan di
tempat hal itu tercermin dari tertinggalnya Indonesia jauh dari Malaysia. Adapun kini
aset perbankan syariah Indonesia hanya mencapai lima persen sedangkan Malaysia
sudah mencapai level 20 persen. Secara persentase kita jauh di bawah, imbuh
Bambang. Menurut Bambang, saat ini industri perbankan dan sektor riil syariah tak
terafiliasi dengan baik. Hal ini membuat perbankan syariah sulit untuk berkembang.
Kita harapkan pasti (perbankan syariah) akan bersentuhan dengan sektor riil, karena
sektor riil yang membutuhkan pembiayaan. Sebab tidak ada perbankan kalau tidak
ada yang membutuhkan (pembiayaan), pungkasnya.26

G. MANFAAT EKONOMI SYARIAH


Apabila mengamalkan ekonomi syariah akan mendatangkan manfaat yang
besar bagi umat muslim dengan sendirinya, yaitu :
a. Mewujudkan integritas seorang muslim yang kaffah, sehingga Islam-nya tidak
lagi setengah-setengah. Apabila ditemukan ada umat muslim yang masih bergelut
dan mengamalkan ekonomi konvensional, menunjukkan bahwa keislamannya
belum kaffah.
b. Menerapkan dan mengamalkan ekonomi syariah melalui lembaga keuangan
Islam, baik berupa bank, asuransi, pegadaian, maupun BMT (Baitul Maal wat
Tamwil) akan mendapatkan keuntungan dunia dan akhirat. Keuntungan di dunia
diperoleh melalui bagi hasil yang diperoleh, sedangkan keuntungan di akhirat
adalah terbebas dari unsur riba yang diharamkan oleh Allah.
c. Praktik ekonomi berdasarkan syariat Islam mengandung nilai ibadah, karena telah
mengamalkan syariat Allah.

26
Ridwan Aji Pitoko, Kompas.com, Bappenas: Perkembangan Ekonomi Syariah Indonesia Jalan di
Tempat, Rabu 25 Juli 2018, diakses pada 1 Oktober 2022

16
d. Mengamalkan ekonomi syariah melalui lembaga keuangan syariah, berarti
mendukung kemajuan lembaga ekonomi umat Islam.
e. Mengamalkan ekonomi syariah dengan membuka tabungan, deposito atau
menjadi nasabah asuransi syariah berarti mendukung upaya pemberdayaan
ekonomi umat. Sebab dana yang terkumpul akan dihimpun dan disalurkan
melalui sektor perdagangan riil.
f. Mengamalkan ekonomi syariah berarti ikut mendukung gerakan amar ma'ruf
nahi munkar. Sebab dana yang terkumpul pada lembaga keuangan syariah
hanya boleh disalurkan kepada usaha-usaha dan proyek yang halal.

H. KARAKTERISTIK DAN CIRI-CIRI EKONOMI SYARIAH


1. Karakteristik Ekonomi Syariah Sebagai Berikut:
a. Spirit ketuhanan (robbaniyah).
Sebagaimana diketahui bahwa Islam adalah sebuah agama yang
merujuk semua perkaranya kepada Allah dengan konsep ketuhanan. Tidak
hanya merujuk, bahkan segala kegiatan tujuannya adalah perkara yang
bersifat ketuhanan, tentunya ini sangat berbeda dengan sistem-sistem
ekonomi konvensional yang tujuannya hanya memberi kepuasan pada diri
tanpa merujuk atau bertujuan selain dari itu. Maka sebagimana Islam selalu
menanamkan akhlaq dan adab dalam segala aspek kehidupan diterapkan
pula dalam hal interaksi perekonomian. Islam telah mengajarkan bahwa
manusia merupakan pemimpin di muka bumi sebagaimana firmanya yang
berbunyi:
ٰۤ
ُ ِ‫ض خَ لِ ْيفَةً ۗ قَالُ ْٓوا اَتَجْ َع ُل فِ ْيهَا َم ْن يُّ ْف ِس ُد فِ ْيهَا َويَ ْسف‬
‫ك‬ ِ ْ‫ال َربُّكَ لِ ْل َمل ِٕى َك ِة اِنِّ ْي َجا ِع ٌل فِى ااْل َر‬
َ َ‫َواِ ْذ ق‬
َ‫ك ۗ قَا َل اِنِّ ْٓي اَ ْعلَ ُم َما اَل تَ ْعلَ ُموْ ن‬ َ ‫ال ِّد َم ۤا ۚ َء َونَحْ نُ نُ َسبِّ ُح بِ َح ْم ِد‬
َ َ‫ك َونُقَدِّسُ ل‬

Artinya: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah


di muka bumi.”27 (Q.S Al-Baqarah 02/30). Kemudian dilanjutkan dengan
ayat Al-Hud ayat 61:
ٰ ‫هّٰللا‬ ٰ ‫َواِ ٰلى ثَ ُموْ َد اَ َخاهُ ْم‬
ِ ْ‫صلِحًا ۘ قَا َل ٰيقَوْ ِم ا ْعبُدُوا َ َما لَ ُك ْم ِّم ْن اِل ٍه َغ ْير ُٗه ۗهُ َو اَ ْن َشا َ ُك ْم ِّمنَ ااْل َر‬
‫ض‬
ٌ‫َوا ْستَ ْع َم َر ُك ْم فِ ْيهَا فَا ْستَ ْغفِرُوْ هُ ثُ َّم تُوْ ب ُْٓوا اِلَ ْي ِه ۗاِ َّن َرب ِّْي قَ ِريْبٌ ُّم ِجيْب‬

27
Departemen Agama Republik Indonesia Al-Qur’an dan Terjemah, (surat Al-Baqara ayat: 30)

17
Artinya:”Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan
menjadikan kamu pemakmurnya”.28
Jelas penuturan ayat-ayat di atas sudah rujukan serta tujuan dari
sistem ekonomi Islam, yaitu sebuah asas ketuhanan, sehingga nantinya
dapat menciptakan masyarakat yang tentram serta seimbang
perekonomiannya.
b. Keseluruhan (Syumuliah).
Sistem ekonomi Islam tidak lain merupakan sebuah cakupan dari
ketetapan- ketetapan yang berlaku dalam Islam. Karena Islam merupakan
sebuah sistem yang mengatur segala aspek kehidupan yang masuk di
dalamnya aspek perekonomian.29
c. Menggunakan Sistem Bagi Hasil.
Salah satu prinsip ekonomis syariah adalah pembangian
kepemilikan yang mengedepankan keadilan, artinya keuntungan yang
diperoleh dari aktivitas ekonomi dibagi secara adil.
d. Menggabungkan Antara Nilai Spritual Dan Material.
Ekonomi syariah hadir sebagai wujud dalam membantu
perekonomian para nasabah untuk mendapatkan keuntungan sesuai ajaran
Islam. Kekayaan yang diperoleh dari kegiatan ekonomi dapat digunakan
untuk zakat, infaq dan shadaqah sesuai ajaran Islam.
e. Memberikan Kebebasan Sesuai Ajaran Islam.
Ekonomi syariah memberikan kebebasan kepada pelaku usaha
ekonomi untuk bertindak sesuai hak dan kewajiban mereka dalam
menjalankan perekonomian dan kegiatan yang dilakukan haruslah positif
sesuai ajaran yang berlaku dan mempertanggung jawabkan apa yang telah
dilakukan.
f. Mengakui Kepemilikan dan Multi Jenis.
Bahwa kepemilikan dana dan harta perkonomian sejatinya hanyalah
milik allah. Sehingga dalam menjalankan perkonomian sesuai dengan
ajaran Islam.

28
Departemen Agama Republik Indonesia Al-Qur’an dan Terjemah, (surat Al-Hud, ayat: 61)
29
Muhammad Asyrat Dawabah, Al IQtishad al islamy Madkholun wa Manhajun, (Darussalam, Kairo,
cet. I, 2010), hlm. 52

18
g. Terikad Akidah, Syariah, dan Moral.
Semua kegiatan ekonomi didasrkan pada akidah, syariah dan moral
untuk menyeimbangkan perekonomian.
h. Menjaga Keseimbangan Rohani dan Jasmani.
Tujuan perekonomian syariah bukan sekedar keuntungan fisik,
namun diarahkan untuk mendapatkan keuntungan dan ketenangan batin di
dalam hidup.
i. Memberikan Ruang Pada Negara dan Pemerintah.
Perekonomian syariah memberikan ruang ruang kepada pemerintah
dan negara untuk ikut bercampur tangan sebagai penegak apabila terjadi
suatu permasalahan.
j. Melarang Praktik Riba.
Larangan Riba’ dalam Islam tidak hanya merujuk pada Al-Qur’an
melainkan juga hadis, yaitu”ingatlah bahwa kamu akan menghadap
tuhanmu dan dia pastikn menghitung amalmu”. 30
2, Ciri-Ciri Ekonomi Syariah
Ada beberapa ciri-ciri dalam ekonomi syariah yang dapat digunakan sebagai
identifikasi:
a. Ekonomi syariah merupakan bagian dari sistem syariah yang menyeluruh.
b. Ekonomi syariah merealisasikan keseimbangan antara kepentingan individu
dan kepentingan Masyarakat.
c. Aktivitas perekonomian dalam Islam sifatnya pengabdian
d. Aktivitas ekonomi dalam Islam mempunyai suatu cita-cita yang luhur.
e. Pengawasan yang sebenarnya dilaksanakan dan ditetapkan dalam aktivitas
ekonomi Islam.31
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

30
Muhammad Syafi’i Antonio, Etika dan Teori Hukum Ekonomi Syari’ah,(Jakarta: Gema Insani,2017)
hlm 34-46

31
Ahmad Muhammad Al-assal dan fathi Ahmad abdul hakim, 1999, sistem, prinsip dan tujuan ekonomi
syariah (terj), CV Pustaka Setia, Bandung, hlm. 32

19
Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia juga tidak terlepas dari
beberapa faktor pendorong. Secara sederhana, faktor-faktor itu dkelompokkan
menjadi faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal adalah penyebab yang
datang dari luar negeri, berupa perkembangan ekonomi syariah di negara-negara
lain. Kesadaran ini kemudian ’mewabah’ ke negara-negara lain dan akhirnya
sampai ke Indonesia. Sedangkan faktor internal adalah kenyataan bahwa
Indonesia ditakdirkan menjadi negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar
di dunia. Fakta ini menimbulkan kesadaran di sebagian cendikiawan dan praktisi
ekonomi tentang perlunya suatu ekonomi yang sesuai dengan nilai-nilai Islam
dijalankan oleh masyarakat Muslim di Indonesia
B. SARAN
Penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi pembaca sebagai referensi
untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Dalam hal ini tentunya sangat
disadari jika makalah diatas masih jauh dari sempurnah. Untuk itu sebagai
penunjang dalam melakukan perbaikan kepada pembaca, kami mohon untuk
menyampaikan kritik dan saran baik dari segi penulis ataupun dalam
menyampaikan materi. Karena sesungguhnya tanpa adanya pertolongan dari
orang lain, kami tidak akan meraih apa - apa. Tanpa kamu menolong orang lain,
kamu tak akan mendapat apa – apa.

DAFTAR PUSTAKA

20
Abu Hadziq, Sejarah Ekonomi Syariah, Updated: Senin 2 Juni 2014 - 13:19
Kategori: Ekonomi Syariah Posted by: http://www.iaei-pusat.org/memberpost/ekonomi-
syariah/sejarah-ekonomi-syariah?language=id, diakses tanggal 1 Oktober 2022.
Ahmad Ifham Sholikin, Buku Pintar Ekonomi Syariah (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2010).
Afzalur Rahman, Doktrin ekonomi Islam Jilid I, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf,
1995).
Ahmad Muhammad Al-assal dan fathi Ahmad abdul hakim, 1999, sistem, prinsip
dan tujuan ekonomi syariah (terj), CV Pustaka Setia, Bandung.
Ahmad Mustifa, Terjemah Tafsir al Maraghi, (Semarang: Karya Tobaputra, 1993)
Departemen Agama Republik Indonesia, Al- Qur’an dan Terjemah, Jakarta.
Hendri Tanjung, Pilar-Pilar Ekonomi Islam (Jakarta:Gramada Pub,2013).
Idris, Hadis Ekonomi Dalam Persepektif Hadist Nabi . (Jakarta: Kencana, 2015).
Mukhtar Samad, Etika Bisnis Syariah (Yogyakarta: Sunrise ,2016)
Muhammad Abdul Manan, Teori Dan Praktik Ekonomi Islam (Yogyakarta: Dana
Bhakti Prima Yasa,1997).
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, (Jakarta:Gema
Insani, 2011), 25. Muhammad Asyrat Dawabah, Al IQtishad al islamy Madkholun wa
Manhajun, (Darussalam, Kairo, cet. I, 2010).
Muhammad Syafi’i Antonio, Etika dan Teori Hukum Ekonomi Syari’ah, (Jakarta:
Gema Insani, 2017).
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam, (Jakarta
: PT. Raja Grafindo Persada, 2012).
Ridwan Aji Pitoko, Kompas.com, Bappenas: Perkembangan Ekonomi Syariah
Indonesia Jalan di Tempat, Rabu 25 Juli 2018, diakses pada 1 Oktober 2022.
Suherman Rosyidin, Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan Kepada Teori Ekonomi
Mikro dan Makro (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000).
Yusuf al- Qaradhwi, Norma dan Etika Ekonomi Syariah, (Jakarta: Gema Insani Press,
1997).
Yasmin, Putri Aini, Darmin Sebut Perkembangan Ekonomi Syariah di RI Masih
Lambat, Detik Finance, m.detik.com, Rabu 06 Maret 2019, Diakses tanggal 1 Oktober 2022.

21

Anda mungkin juga menyukai