1). Identitas nasional adalah kepribadian nasional atau jati diri yang dimiliki suatu bangsa, untuk
membedakan dengan bangsa lainnya.
Mengutip dari Identitas Nasional yang ditulis oleh I Putu Ari Astawa, kata identitas artinya
pembeda atau pembanding pihak lain. Sedangkan nasional artinya suatu paham.
Logo Katadata
BERITA NASIONAL
Pengertian Identitas Nasional, Contoh, dan Faktor Pembentuknya
Identitas Nasional
KATADATA
Penulis: Dwi Latifatul Fajri
Editor: Safrezi
23/12/2021, 17.03 WIB
Identitas nasional dimiliki oleh setiap negara yang merdeka dan berdaulat. Sebagai warga negara
tentunya kita harus memahami tujuan dan pengertian identitas nasional itu sendiri.
Sebagai warga negara, kita menjunjung tinggi dan mempertahankan identitas nasional dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini diperlukan supaya warga negara bisa mengetahui ciri dan
karakteristik negara Indonesia, serta membedakan identitas dengan negara lain.
BACA JUGA
Pengertian Stratifikasi Sosial, Fungsi, Sifat, dan Contohnya
Pengertian Identitas Nasional
Identitas nasional adalah kepribadian nasional atau jati diri yang dimiliki suatu bangsa, untuk
membedakan dengan bangsa lainnya.
Mengutip dari Identitas Nasional yang ditulis oleh I Putu Ari Astawa, kata identitas artinya
pembeda atau pembanding pihak lain. Sedangkan nasional artinya suatu paham.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata nasional bermakna kebangsaan, berkenaan, atau
berasal dari bangsa sendiri.
Sedangkan dalam konteks pendidikan kewarganegaraan, identitas nasional adalah ciri-ciri atau
karakteristik keyakinan tentang kebangsaaan yang membedakan bangsa satu dengan yang lain.
Konteks identitas nasional sendiri berkaitan dengan adat istiadat, kebudayaan, dan karakter khas
suatu negara.
Identitas nasional terwujud dalam bangsa dan negara yang merdeka, berdaulat, serta memiliki
hubungan internasional dengan bangsa lain. Identitas ini menjadi jati diri untuk mendukung dan
mencapai kejayaan bangsa dan negara di masa depan.
Identitas nasional tidak lepas dari unsur yang merujuk bangsa majemuk. Kemajemukan ini
merupakan gabungan dari unsur pembentuk identitas nasional seperti suku bangsa, agama,
budaya, dan bahasa.
Mengutip dari LMS Spada Kemdikbud, bentuk identitas nasional menjadi ciri khas bangsa
Indonesia. Contohnya saja bendera merah putih, bahasa Indonesia, dan lambang Garuda
Pancasila.
Menurut Winarno, bentuk-bentuk identitas nasional Indonesia antara lain:
Kebudayaan
Causa materialis kedua Pancasila adalah budaya atau kebudayaan
bangsa. Dari segi etimologisnya; kata "Kebudayaan" berasal dari kata Sanskerta budhayah, ialah
bentuk jamak dari budhi
yang berarti "budi" atau "akal". Demikian, kebudayaan itu dapat
diartikan "hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal"
(Koentjaraningrat)
Agama-agama
Causa materialis ketiga Pancasila adalah berbagai agama
yang ada di Indonesia. Sudah sejak dahulu kala dikatakan bangsa
Indonesia adalah bangsa yang beragama, bangsa yang mengakui
adanya Tuhan Yang Maha Esa. Pada waktu meyampaikan pidato
lahirnya Pancasila, Bung Karno mengusulkan prinsip Ketuhanan.
Bangsa Indonesia dengan memiliki prinsip tersebut, dikatakan.
Prinsip Ketuhanan bukan saja bangsa Indonesia ber-Tuhan, tetapi
masing-masing orang Indonesia hendaknya bertuhan Tuhannya
sendiri. Yang Kristen menyembah menurut Tuhan petunjuk Isa alMasih, yang Islam bertuhan
menurut petunjuk Nabi Muhammad
S.A.W., orang Budha menjalankan ibadatnya menurut kitab-kitab
yang ada padanya
3). [11.44, 20/5/2023] Dwi Ningrum: Dalam konteks sila-sila Pancasila, causa materialis terkait
dengan nilai-nilai dasar yang terkandung dalam masing-masing sila.
Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, menjadi landasan atas semua sila lainnya karena
memposisikan Tuhan sebagai sumber kekuatan moral yang diperlukan untuk menghayati nilai-
nilai lainnya.
Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, mengandung nilai-nilai keadilan, kesetaraan,
dan kemanusiaan yang tercermin dalam sikap menghargai martabat dan hak asasi manusia.
Sila ketiga, Persatuan Indonesia, mencerminkan nilai-nilai persatuan, kesatuan, dan kerukunan
yang merupakan landasan utama bagi keberlangsungan hidup bangsa Indonesia.
Dan sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, menegaskan nilai-nilai keadilan
sosial dan keberpihakan pada kepentingan rakyat yang diwujudkan dalam upaya peningkatan
kesejahteraan dan kesetaraan sosial.
Dalam kehidupan sehari-hari, penginternalisasian nilai-nilai Pancasila sangat penting bagi setiap
warga negara Indonesia untuk mencapai tujuan bersama sebagai bangsa.
Dalam kehidupan sehari-hari, internalisasi nilai-nilai Pancasila dapat membantu individu dan
masyarakat untuk bertindak dengan bijaksana dan mempertahankan persatuan dalam keragaman.
[11.47, 20/5/2023] Dwi Ningrum: Nomer 2
Adat-istiadat
Sebelum melihat sejauh mana implementasi adat-istiadat dalam
Pancasila, dan bagaimana bentuk konkretnya dalam sila-sila Pancasila
terlebih dahulu diuraikan karakteristik adat-istiadat tersebut. Pada
pokoknya adat-istiadat merupakan urusan kelompok; tidak ada
adat-istiadat orang seorang. Seseorang mengikuti adat-istiadat
bersama dengan orang lain; adat-istiadat sekaligus merupakan
urusan masyarakat. Masyarakat ini kadang-kadang mempunyai
pembatasan yang agak cermat, misalnya, sebuah suku atau satu
persekutuan pedesaan yang masih tertutup di dalam masyarakat
yang bersifat sangat agraris.
Kebudayaan
Causa materialis kedua Pancasila adalah budaya atau kebudayaan
bangsa. Dari segi etimologisnya; kata "Kebudayaan" berasal dari kata Sanskerta budhayah, ialah
bentuk jamak dari budhi
yang berarti "budi" atau "akal". Demikian, kebudayaan itu dapat
diartikan "hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal"
(Koentjaraningrat)
Agama-agama
Causa materialis ketiga Pancasila adalah berbagai agama
yang ada di Indonesia. Sudah sejak dahulu kala dikatakan bangsa
Indonesia adalah bangsa yang beragama, bangsa yang mengakui
adanya Tuhan Yang Maha Esa. Pada waktu meyampaikan pidato
lahirnya Pancasila, Bung Karno mengusulkan prinsip Ketuhanan.
Bangsa Indonesia dengan memiliki prinsip tersebut, dikatakan.
Prinsip Ketuhanan bukan saja bangsa Indonesia ber-Tuhan, tetapi
masing-masing orang Indonesia hendaknya bertuhan Tuhannya
sendiri. Yang Kristen menyembah menurut Tuhan petunjuk Isa alMasih, yang Islam bertuhan
menurut petunjuk Nabi Muhammad
S.A.W., orang Budha menjalankan ibadatnya menurut kitab-kitab
yang ada padanya