R1 - Teknik Elektro - Kelompok-4 - Laporan Akhir Praktikum Fisika
R1 - Teknik Elektro - Kelompok-4 - Laporan Akhir Praktikum Fisika
FISIKA
Disusun oleh :
Kelompok 4
Laboratorium Fisika
UNiVERSITAS MERCU
BUANA JAKARTA
2023
Telah diperiksa dan dinilai oleh :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, dan rahmat-Nya
kami masih diberikan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
Laporan Praktikum Fisika dengan baik dan tepat waktu. Laporan praktikum ini
dibuat bertujuan untuk memenuhi Tugas Praktikum Mata Kuliah Fisika.
Dengan selesainya penyusunan laporan praktikum ini, maka kami tidak lupa
mengucapkan banyak terima kasih. Kami turut menyampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan praktikum Fisika ini.
Khususnya kepada :
1. Bapak dosen selaku dosen pengampu mata kuliah Fisika Industri.
2. Kepada asisten laboratorium Fisika yang senantiasa sabar dalam membimbing
kami.
Dalam penyusunan laporan praktikum ini, kami tentu menyadari masih terdapat
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kami
mengharapkan kritik dan saran serta usulan yang membangun, mengingat tidak
ada sesuatu yang akan sempurna tanpa adanya kritik dan saran yang membangun.
Kami berharap laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
iii
3.3 Teori.......................................................................................................19
3.4 Cara Kerja.............................................................................................21
3.5 Lembar Pengamatan............................................................................21
3.6 Tugas Pendahuluan..............................................................................22
3.7 Tugas Akhir...........................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................45
iv
BAB I PENGUKURAN BENDA PADAT
5
menginterpretasikan hasilnya. Mereka akan belajar tentang
kesalahan pengukuran yang mungkin terjadi dan cara mengurangi
atau memperkirakan kesalahan tersebut.
6
Alat ukur profil (Profile gauge)
1.3 Teori
FA = Wu - Wa
FA = Mf g – ρ f Vbt g
7
ρ f = Massa jenis fluida
Mf = Massa fluida yang dipindahkan
Vbt = Volume benda yang tercelup
8
pembagian yang terkecil yang dapat dibaca pada skala vernier.
Jawaban
9
a) Kuantitatif: Pengukuran dalam fisika melibatkan pengumpulan data
numerik atau kuantitatif. Hasil pengukuran dinyatakan dalam angka
atau nilai numerik yang dapat digunakan untuk analisis dan
perbandingan.
e) Rahang Tetap (Fixed Jaw): Bagian ini adalah rahang yang tidak
bergerak pada jangka sorong. Rahang tetap biasanya memiliki
permukaan rata dan tegak lurus terhadap skala utama.
f) Rahang Geser (Sliding Jaw): Bagian ini adalah rahang yang dapat
digerakkan maju-mundur pada jangka sorong. Rahang geser
10
digunakan untuk menyesuaikan ukuran jangka sorong agar sesuai
dengan benda yang diukur.
g) Skala Utama (Main Scale): Skala utama adalah skala yang tercetak
pada bagian tetap jangka sorong. Skala utama memberikan
pembagian atau skala besar untuk membaca ukuran pada rahang
tetap.
11
b) Buka rahang geser dengan melepaskan kunci penjepit di bagian
atas jangka sorong. Letakkan benda padat yang akan diukur di
antara rahang tetap dan rahang geser. Pastikan benda padat terletak
dengan stabil dan tepat di antara kedua rahang.
e) Perhatikan skala vernier yang terdapat pada rahang geser. Cari garis
pada skala vernier yang sejajar dengan garis pada skala utama yang
terdekat.
f) Perhatikan angka pada skala vernier yang sesuai dengan garis yang
sejajar dengan skala utama. Catat angka ini.
h) Jika ada skala penunjuk ukur pada bagian belakang jangka sorong,
perhatikan juga angka pada skala tersebut jika sedang digunakan.
12
nilai benar kita berada dalam selang nilai (5,8913 – 0,2357 =
5,6556) sampai dengan (5,8913 + 0,2357 = 6,127)
Jawaban
13
= 97,42 . 10-21 g/cm³
BANDUL MATEMATIS
14
2.1 Tujuan Praktikum
15
osilasi. Tujuannya adalah untuk memahami hubungan matematis
antara variabel-variabel tersebut.
2.3 Teori
Bandul matematis adalah sistem fisik yang terdiri dari massa titik yang
diikatkan pada tali yang tak berat dan tidak lentur. Gerakan bandul
matematis adalah gerakan osilasi yang terjadi ketika massa titik
digantungkan pada tali dan dibiarkan bebas bergerak. Berikut adalah teori
dasar yang terkait dengan bandul matematis:
1. Periode (T): Periode adalah waktu yang diperlukan oleh massa titik
untuk melakukan satu siklus lengkap osilasi. Dalam bandul
matematis, periode osilasi tidak bergantung pada amplitudo (besar
sudut awal) dan massa titik, tetapi hanya bergantung pada panjang
tali (L) dan percepatan gravitasi (g). Periode dapat dihitung
menggunakan rumus:
T = 2π√(L/g)
16
rumus:
f = 1/T
17
dari ujung tali sampai kedudukan pusat tali.
3. Menyimpangkan berat dari titik simpangan kemudian lepaskan.
4. Mencatat waktu yang di perlukan untuk banyaknya ayunan atau periode
(T).
5. Mengulangi langkah nomor 3 dan nomor 4.
6. Mengulangi percobaan nomor 2 sampai nomor 5 dengan panjang tali
yang telah dipersiapkan oleh asisten.
PERCOBAAN I
Panjang X Y
Waktu/t Periode/
No tali X.Y X2
(Detik) T L(m) T2
(cm)
1 30 22,62 258,5 0,3 66.822,2 20.046,6 0,09
2 27 21,87 230,2 0,27 52.992 14.307,8 0,0729
3 24 20,78 205,7 0,24 42.312,4 10.154,9 0,0565
4 21 19,76 182,9 0,21 33.452,4 7,025 0,0441
5 18 18,94 161,8 0,18 26.178,2 4.712 0,0324
ΣX = ΣY = ΣX.Y = Σ X2 =
1,2 221.757,2 49.228,3 0,2959
2.6 Tugas Pendahuluan
2. Buktikan rumus T =2 π
√ l
g
(Beserta gambarnya)
Jawaban
1. Simple pendulum atau bandul sederhana adalah sistem fisik yang terdiri
dari massa titik yang diikatkan pada tali yang ringan dan tidak lentur,
serta digantungkan dari suatu titik tetap. Simple pendulum digunakan
18
sebagai model sederhana untuk mempelajari prinsip-prinsip dasar dalam
mekanika osilasi.
19
keseimbangan. Gerakan harmonik sederhana memiliki
karakteristik osilasi sinusoidal.
a = - ω²y
m x a = -mg (y/L)
20
m x (- ω²y) = -mg (y/L)
ω² = g/L
ω = √(g/L)
2π/T = √(g/L)
T = 2π√(L/g).
21
4) Kecepatan pendulum: Kecepatan pendulum pada bandul
matematis dapat digunakan sebagai referensi untuk mengukur
kecepatan rotasi atau getaran pada mesin-mesin industri. Bandul
matematis dapat digunakan untuk menentukan frekuensi atau
periode osilasi yang dikaitkan dengan kecepatan rotasi suatu
mesin, yang dapat digunakan dalam pengaturan dan pemeliharaan
mesin.
3. Bandingkan hasil peroleh dari rumus 3.1 (teori) dengan yang di dapat
dari rumus grafik!
Jawaban
22
Grafik antara panjang tali (l) dan T
30
27
24
21
Panjang Tali
18
23
g = (9,67 + 9,601 + 9,18 + 8,99 + 9,34) / 5
= 9,35 m/s2
24
gravitasi bumi di tempat dimana percobaaan dilakukan dengan cara
mengukur panjang tali dan periode pada bandul matematis. Massa
bandul tidak berpengaruh pada besarnya percepatan gravitasi sedangkan
panjang tali berbanding terbalik dengan kuadrat periode.
25
BAB III MODULUS ELASTISITAS
MODULUS ELASTISITAS
4
26
yang diproduksi secara massal memungkinkan untuk memastikan
kualitas yang konsisten dan memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.
3.3 Teori
27
menggambarkan kekakuan atau kekakuan suatu bahan saat diberikan gaya
dan kemampuannya untuk mengembalikan bentuk aslinya setelah gaya
tersebut dihilangkan.
Ada tiga jenis modulus elastisitas yang umum digunakan dalam teori
modulus elastisitas, yaitu:
28
3.4 Cara Kerja
PERCOBAAN I (Batang 1)
Lebar batang (b) = 4,5 cm = 0,45 m
Tebal batang (h) = 6,9 cm = 0,69 m
Panjang tumpuan (l) = 82 cm = 8,2 m
Kelenturan awal kayu (f0) = 6 cm = 0,6 m
Massa Kelenturan X Y
No X.Y X2
(kg) F = f - f0 M (kg) f (m)
1 200 0,61 200 0,01 20 40.000
2 500 0,63 500 0,03 150 250.000
3 700 0,65 700 0,05 350 490.000
4 1000 0,69 1000 0,09 900 1.000.000
29
5 1500 0,71 1.500 0,11 1.650 2.250.000
ΣX = ΣY = ΣX.Y = Σ X2 =
3.900 2,9 3.070 4.030.000
PERCOBAAN II (Batang 2)
Lebar batang (b) = 4,9 cm = 0,49 m
Tebal batang (h) = 11,9 cm = 1,19 m
Panjang tumpuan (l) = 82 cm = 8,2 m
Kelenturan awal kayu (f0) = 6 cm = 0,6 m
Massa Kelenturan X Y
No X.Y X2
(kg) F = f - f0 M (kg) f (m)
1 200 0,61 200 0,01 20 40.000
2 500 0,63 500 0,03 150 250.000
3 700 0,65 700 0,05 350 490.000
4 1000 0,69 1000 0,09 900 1.000.000
5 1500 0,71 1.500 0,11 1.650 2.250.000
ΣX = ΣY = ΣX.Y = Σ X2 =
3.900 2,9 3.070 4.030.000
30
4. Sebuah balok kayu memiliki dimensi 10 cm x 15 cm x 200 cm dan
modulus elastisitas sebesar 12 GPa. Jika balok tersebut diberi beban
pada ujungnya dengan gaya sebesar 500 Gram (g = 10 m/s2), maka
berapa besar regangan yang terjadi pada kayu?
Jawaban
31
2. Tegangan:
– Satuan tegangan adalah pascal (Pa) atau newton per meter persegi
(N/m²).
Rumus Tegangan:
Tegangan = F / A
di mana:
Regangan:
Rumus Regangan:
Regangan = (ΔL / L0)
32
di mana:
33
menentukan respons struktural dan deformasi pada elemen-
elemen yang terhubung. Dengan memodelkan perilaku elastis
material dengan benar menggunakan modulus elastisitas yang
tepat, hasil analisis yang akurat dapat diperoleh.
4. Diketahui:
Dimensi Kayu = 10 x 15 x 200 => 30.000 cm2
Elastisitas (σ) = 12 Gpa = 12 N/m2
Beban (m) = 500 gr = 0,5 kg
Gravitasi (g) = 9,8 m/s2
34
3.7 Tugas Akhir
Jawaban
0.09
Panjang Regangan
0.05
0.03
0.01
2. l = 27 cm
g = 9,601 m/s2
3. l = 24 cm
35
g = 9,18 m/s2
36
BAB IV TETAPAN GAYA PEGAS DAN
PERCEPATAN GRAVITASI
TETAPAN GAYA PEGAS DAN
PERCEPATAN GRAVITASI
k = F/x
37
g = 4π²L/T²
Stopwatch
Penyangga beban
Statip
Pegas
Mistar ukur
4.3 Teori
38
Pegas merupakan benda berbentuk spiral yang terbuat dari logam. Pegas
sendiri mempunyai sifat elastis. Maksudnya ia bisa mempertahankan
bentuknya dan kembali ke bentuk semula setelah diberi gaya. Gaya pegas
dapat didefinisikan sebagai gaya atau kekuatan lenting suatu pegas untuk
kembali ke posisi atau bentuk semula.
HUKUM HOOKE
“ Bila pada sebuah pegas bekerja sebuah gaya, maka pegas tersebut akan
bertambah panjang sebanding dengan besarnya gaya yang mempengaruhi
pegas tersebut”
Sesuai dengan hukum Hooke tersebut, maka besar gaya berat (F) yang
diberikan akan sebanding dengan pertambahan panjang pegas (x). Sehingga
dapat digambarkan dengan grafik HUBUNGAN antara F-x yaitu semakin
besar gaya berat yang diberikan, maka semakin besar pula grafik tersebut
menunjukan pertambahan panjang pada pegas. Dan secara sistematis,
Hukum Hooke dapat dituliskan dengan persamaan :
F= k.x
39
Dengan :
F = gaya yang bekerja pada pegas (N)
k = konstanta pegas (N/m)
x = pertambahan panjang pegas (m)
A. Hukum Hooke
B. Periode Getaran
40
4.5 Lembar Pengamatan
(kg)
1 50 11,74 0,587 0,05 0,344 0,017 0,0025
41
2 100 12,93 0,646 0,1 0,417 0,0417 0,01
3 150 13,37 0,668 0,15 0,446 0,0669 0,0225
4 200 14,21 0,71 0,2 0,504 0,1008 0,04
5 250 15,24 0,762 0,25 0,58 0,145 0,0625
ΣX = ΣY = ΣX.Y = Σ X2 =
0,75 2,291 0,3714 0,1375
Jawaban
1. Hukum Hooke adalah prinsip dasar dalam ilmu fisika yang
menggambarkan hubungan antara gaya yang diberikan pada suatu
benda dan perubahan bentuk atau deformasi yang terjadi pada benda
tersebut. Hukum Hooke ditemukan oleh seorang fisikawan Inggris
bernama Robert Hooke pada abad ke-17.
Hukum Hooke menyatakan bahwa gaya yang diberikan pada suatu
benda elastis (seperti pegas atau tali) akan berbanding lurus dengan
perubahan panjang atau deformasi benda tersebut, asalkan perubahan
tersebut tidak melebihi batas elastisitas benda.
42
Di mana:
F adalah gaya yang diberikan pada benda (dalam newton).
k adalah konstanta pegas atau konstanta elastisitas (dalam newton
per meter).
x adalah perubahan panjang atau deformasi benda (dalam meter).
– Pegas pada matras atau kasur: Pegas digunakan dalam matras atau
kasur untuk memberikan dukungan dan kenyamanan saat tidur.
Pegas yang terdapat dalam matras membantu meredam tekanan
dan menyesuaikan diri dengan bentuk tubuh pengguna.
43
pengukur, seperti jangka sorong, meteran pita, atau pengukur
tekanan. Pegas pada alat-alat tersebut membantu menghasilkan
pengukuran yang akurat dengan memberikan tegangan yang
sesuai dan kembali ke bentuk semula setelah pengukuran
dilakukan.
– Pegas pada pintu dan jendela: Pegas pintu atau jendela, seperti
pegas penutup pintu atau pegas pembuka jendela, digunakan
untuk memudahkan pembukaan dan penutupan dengan
memberikan gaya dorong atau tarikan.
4. Bandingkan antara harga k (poin 2) dan k (point 4)! Cara mana yang
lebih baik?
Jawaban
44
Grafik antara F (gaya) dan x
(perpanjangan)
2.45
1.96
Gaya (F)
1.47
0.98
0.49
0.5 1.5 3 4 5
Perpanjangan
2. k = F / x
45
4. Cara ke 4 (empat) lebih baik karena beban lebih berat.
5. T =2 π
√ l
2g
1) Hukum Hooke
– Semakin besar beban yang diberikan semakin besar pula
pertambahan panjang pegas
– Gaya yang bekerja pada pegas berbanding lurus dengan
pertambahan panjang pegas.
– Nilai konstanta pegas (k) relatif stabil, meskipun massa
beban ditambah dan terjadi perubahan panjang pegas.
2) Percepatan Gravitasi
– Gerak harmonik yang dilakukan beban memiliki periode.
Bertambahnya massa beban maka semakin besar periode
(T).
46
– Nilai gravitasi yang didapatkan adalah 5.08 m/s2
(Normalnya 9.8 m/s2 – 10 m/s2). Gravitasi kurang dari
normal mungkin disebabkan oleh:
1. Kondisi pegas dan kondisi angin saat melakukan
praktikum.
2. Ketidaktelitian dalam mengamati nilai atau angka.
BAB V MODULUS PUNTIR
MODULUS PUNTIR
5.1 Tujuan Praktikum
Mikrometer skrup
Jangka sorong
47
Mistar baja
Batang uji
Roda puntir
Beban (massa)
Katrol dan tali P
Jarum penunjuk dan busur derajat (skala sudut S)
Penyekat (penjepit) batang T
5.3 Teori
Sebuah batang dijepit keras-keras pada salah satu ujungnya T dan ujung
yang lain bebas berputar dan padanya dipasang keras-keras sebuah roda P,
kalau roda dengan pertolongan katrol dan diberi beban pada ujung talinya
maka roda itu akan menghasilkan momen M terhadap batang tersebut
(gambar 1.M10). Dengan jarum penunjuk yang melekat pada batang dan
pembagian skala S dapat dibaca sudut puntiran batang. Maka modulus
puntiran dapat dihitung dari :
2.M . L
G=
R4
Atau
360 . g . r . L. m
G=
π 2 . R4 . θrad
Dimana :
48
α = Sudut puntiran dalam derajat
PERCOBAAN
Panjang batang yang dipuntir (L) = 50,5 cm
Jari-jari batang yang dipuntir R = 2,75 cm
Jari jari roda P = 8,505 cm
Massa Derajat X Y
No X.Y X2
(gr) puntiran M (kg) Θ (rad)
1 500 2° 0,5 0,0349 17,45 250.000
2 1000 5° 1 0,0872 87,2 1.000.000
49
3 1500 6° 1,5 0,1047 157,05 2.250.000
4 2000 9° 2 0,157 314 4.000.000
5 2500 10° 2,5 0,1745 436,25 6.250.000
ΣX = ΣY = ΣX.Y = Σ X2 =
7.500 0,5583 1011,95 13.750.000
Jawaban
2. 1° × π/180 = 0.01745rad
1rad × 180/π = 57.296°
50
4. Modulus puntir dinyatakan dengan simbol G dan dihitung sebagai
perbandingan antara tegangan geser (τ) yang bekerja pada benda dengan
perubahan sudut geser (θ) yang dihasilkan dalam benda tersebut. Rumus
matematikanya adalah:
G=τ/θ
Di mana:
51
– Industri Otomotif: Modulus puntir digunakan dalam desain dan
analisis komponen otomotif, seperti suspensi, sistem roda, dan
transmisi. Dalam sistem suspensi, modulus puntir digunakan
untuk memperhitungkan kekakuan pegas dan bahan suspensi yang
diperlukan untuk menyerap torsi dan menjamin stabilitas
kendaraan.
Jawaban
52
Grafik antara θ rad dengan m
0.1745
0.157
0.1047
Rad
0.0872
0.0349
55.7
54.9
L
52.2
360 . g . r . L. m
3. Rumus yang dipakai, G= 2 4 rad
π . R .θ
360 . g . r . L. m
1) G= 2 4 rad
π . R .θ
360 x 9,8 x 8,505 x 50,5 x 0,5
G= 2 4
π x (2,75) x 0,0349
53
G = 38.498,94
360 . g . r . L. m
2) G=
π 2 . R4 . θrad
360 x 9,8 x 8,505 x 50,5 x 1
G= 2 4
π x (2,75) x 0,0872
G = 30.816,81
360 . g . r . L. m
3) G=
π 2 . R4 . θrad
360 x 9,8 x 8,505 x 50,5 x 1,5
G= 2 4
π x (2,75) x 0,1047
G = 38.498,94
360 . g . r . L. m
4) G= 2 4 rad
π . R .θ
360 x 9,8 x 8,505 x 50,5 x 2
G=
π 2 x (2,75)4 x 0,157
G = 34.232,17
360 . g . r . L. m
5) G=
π 2 . R4 . θrad
360 x 9,8 x 8,505 x 50,5 x 2,5
G= 2 4
π x (2,75) x 0,1745
G = 38.498,94
54
2) Modulus puntir juga merupaka modulus geser yang mempunyai
persamaan dengan modulus yang lain.
3) Untuk modulus puntir momen yang bekerja disana adalah
momen pada batang statip.
55
DAFTAR PUSTAKA
[1] Alonso, Marcello & Edward J. Finn. 1980. Dasar-Dasar Fisika Universitas Erlangga. Jakarta
[3] Hilliday, David & Robert Resnick. 1985. Fisika. Erlangga. Jakarta
[4] Suhada, Resa Taruna. 2009. Modul Fisika Dasar . Universitas Mercu Buana.Jakarta
[5] Tiper, Paul A. 1991. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Erlangga. Jakarta
[6] Kartika, Widya Sari (2014, 08 Maret). Laporan Praktikum Fisika Perco-baan Bandul Sederhana.
56