Anda di halaman 1dari 56

LABORATORIUM FISIKA

UNIVERSITAS MERCU BUANA Q


LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA

Disusun oleh :

Kelompok 4

1. MUHAMMAD LUTHFI GUNTUR. P 41420010055


2. AHMAD DWI PUTRA MUHYIDIN 41420010043
3. MUHAMMAD RIFAI 41420010029
4. SUSANDY SIDANAN HABIB 41420010042

Laboratorium Fisika
UNiVERSITAS MERCU
BUANA JAKARTA
2023
Telah diperiksa dan dinilai oleh :

1. Rahel Gracia Listiadi


KATA
PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, dan rahmat-Nya
kami masih diberikan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
Laporan Praktikum Fisika dengan baik dan tepat waktu. Laporan praktikum ini
dibuat bertujuan untuk memenuhi Tugas Praktikum Mata Kuliah Fisika.
Dengan selesainya penyusunan laporan praktikum ini, maka kami tidak lupa
mengucapkan banyak terima kasih. Kami turut menyampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan praktikum Fisika ini.
Khususnya kepada :
1. Bapak dosen selaku dosen pengampu mata kuliah Fisika Industri.
2. Kepada asisten laboratorium Fisika yang senantiasa sabar dalam membimbing
kami.
Dalam penyusunan laporan praktikum ini, kami tentu menyadari masih terdapat
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kami
mengharapkan kritik dan saran serta usulan yang membangun, mengingat tidak
ada sesuatu yang akan sempurna tanpa adanya kritik dan saran yang membangun.
Kami berharap laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 17 Juni 2022

Muhammad Luthfi Guntur Putra


41420010055

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I Pengukuran Benda Padat..........................................................................1

1.1 Tujuan Praktikum..................................................................................1


1.2 Alat Yang Digunakan.............................................................................1
1.3 Teori.........................................................................................................2
1.4 Cara Kerja...............................................................................................2
1.5 Lembar Pengamatan..............................................................................3
1.6 Tugas Pendahuluan................................................................................3
1.7 Tugas Akhir.............................................................................................6

BAB II Bandul Matematis...................................................................................12

2.1 Tujuan Praktikum................................................................................12


2.2 Alat Yang Digunakan...........................................................................12
2.3 Teori.......................................................................................................12
2.4 Cara Kerja.............................................................................................13
2.5 Lembar Pengamatan............................................................................14
2.6 Tugas Pendahuluan..............................................................................14
2.7 Tugas Akhir...........................................................................................16

BAB III Modulus Elastisitas................................................................................19

3.1 Tujuan Praktikum................................................................................19


3.2 Alat Yang Digunakan...........................................................................19

iii
3.3 Teori.......................................................................................................19
3.4 Cara Kerja.............................................................................................21
3.5 Lembar Pengamatan............................................................................21
3.6 Tugas Pendahuluan..............................................................................22
3.7 Tugas Akhir...........................................................................................26

BAB IV Tetapan Gaya Pegas dan Percepatan Gravitasi..................................31

4.1 Tujuan Praktikum................................................................................31


4.2 Alat Yang Digunakan...........................................................................31
4.3 Teori.......................................................................................................31
4.4 Cara Kerja.............................................................................................32
4.5 Lembar Pengamatan............................................................................33
4.6 Tugas Pendahuluan..............................................................................34
4.7 Tugas Akhir...........................................................................................36

BAB V Modulus Puntir........................................................................................40

5.1 Tujuan Praktikum................................................................................40


5.2 Alat Yang Digunakan...........................................................................40
5.3 Teori.......................................................................................................40
5.4 Cara Kerja.............................................................................................42
5.5 Lembar Pengamatan............................................................................43
5.6 Tugas Akhir...........................................................................................43

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................45

iv
BAB I PENGUKURAN BENDA PADAT

PENGUKURAN BENDA PADAT

1.1 Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum pengukuran benda padat adalah untuk mengajarkan dan


melatih mahasiswa atau peserta praktikum dalam melakukan pengukuran
yang akurat dan presisi terhadap benda padat. Beberapa tujuan praktikum
pengukuran benda padat meliputi:

1. Memahami prinsip-prinsip dasar pengukuran: Praktikum ini


membantu mahasiswa memahami konsep dasar tentang pengukuran,
termasuk unit pengukuran, presisi, akurasi, dan ketelitian.
Mahasiswa juga dapat mempelajari tentang instrumen pengukuran
yang umum digunakan dalam pengukuran benda padat.

2. Mengenal dan menggunakan alat pengukuran: Praktikum ini


memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengenal
berbagai jenis alat pengukuran seperti penggaris, jangka sorong,
mikrometer, serta alat pengukuran lainnya yang relevan. Mahasiswa
akan belajar bagaimana menggunakan alat-alat ini dengan benar dan
menginterpretasikan hasil pengukuran.

3. Mengukur dimensi fisik: Praktikum ini mengajarkan cara mengukur


dimensi fisik dari benda padat, seperti panjang, lebar, dan tinggi.
Mahasiswa akan belajar teknik pengukuran yang tepat menggunakan
alat pengukuran yang sesuai, serta teknik mengurangi kesalahan
pengukuran.

4. Memahami dan menghitung ketelitian pengukuran: Mahasiswa akan


mempelajari bagaimana menghitung ketelitian pengukuran dan

5
menginterpretasikan hasilnya. Mereka akan belajar tentang
kesalahan pengukuran yang mungkin terjadi dan cara mengurangi
atau memperkirakan kesalahan tersebut.

5. Melakukan analisis data: Setelah melakukan pengukuran, mahasiswa


akan belajar untuk menganalisis dan mengolah data pengukuran
mereka. Mereka dapat membuat tabel, grafik, atau diagram yang
menggambarkan data mereka dan mengambil kesimpulan
berdasarkan hasil pengukuran yang diperoleh.

6. Mengembangkan keterampilan laboratorium: Praktikum pengukuran


benda padat juga membantu mahasiswa dalam mengembangkan
keterampilan praktis di laboratorium, seperti keakuratan dalam
mengambil dan mencatat hasil pengukuran, kehati-hatian dalam
menggunakan alat pengukuran, dan pemahaman tentang praktik
keselamatan yang berkaitan dengan pengukuran.

Dengan tujuan-tujuan ini, praktikum pengukuran benda padat diharapkan


dapat membantu mahasiswa memahami pentingnya pengukuran yang akurat
dan presisi dalam ilmu pengetahuan dan teknik, serta mengembangkan
keterampilan yang diperlukan untuk melakukan pengukuran yang tepat dan
menginterpretasikan hasilnya dengan benar.

1.2 Alat Yang Digunakan


 Penggaris
 Jangka Sorong (Verneier caliper)
 Mikrometer sekrup (Micrometer screw gauge)
 Pengukur sudut (Protactor)
 Timbangan
 Piala ukur (Gruduated cylinder)

6
 Alat ukur profil (Profile gauge)

1.3 Teori

Volume benda padat dapat dilakukan dengan pengukuran bendanyatersebut


atau dimensinya (jika bentuk benda berturan) dan untuk benda yang tidak
beraturan digunakan pengukuran dengan prinsip Archimedes. Pengukuran
bendayang beraturan bentuknya bisa juga disebut dengan cara statis, yaitu
mengukur panjang, lebar dan tebal benda tersebut dilain tempat. Pengukuran
benda yangtidak beraturan dilakukan dengan prinsip Archimedes atau
dengan cara dinamis,yaitu dengan mencelupkan benda padat kedalam gelas
ukur yang berisi air yangsebelumnya sudah diukur massa di udaranya,
kemudian setelah dicelupkandidapatlah massa yang baru yaitu massa di air.

FA = Wu - Wa

FA = Gaya ke atas dialami benda (N)


Wu = Berat benda d iudara (N)
Wa = Berat benda di air (N)

FA = Mf g – ρ f Vbt g

7
ρ f = Massa jenis fluida
Mf = Massa fluida yang dipindahkan
Vbt = Volume benda yang tercelup

1.4 Cara Kerja

1. Menyiapkan jangka sorong: Buka jangka sorong dengan melepaskan


kunci penjepit di bagian atasnya. Pastikan rahang tetap dan rahang geser
dalam posisi terbuka.
2. Menempatkan benda padat yang akan diukur: Letakkan benda padat di
antara rahang tetap dan rahang geser. Pastikan benda padat terletak
dengan stabil dan tepat di antara kedua rahang.
3. Mengunci rahang geser: Gunakan kunci penjepit di bagian atas jangka
sorong untuk mengunci rahang geser agar tetap dalam posisi yang
diinginkan.
4. Membaca skala utama: Perhatikan skala utama pada bagian tetap jangka
sorong yang sejajar dengan rahang tetap. Catat angka pada skala utama
yang terletak sebelum angka nol pada skala vernier.
5. Membaca skala vernier: Perhatikan skala vernier yang terdapat pada
rahang geser. Cari garis pada skala vernier yang sejajar dengan garis
pada skala utama yang terdekat, dan catat angka pada skala vernier yang
sesuai.
6. Menghitung hasil pengukuran: Jumlahkan angka pada skala utama dan
skala vernier untuk mendapatkan hasil pengukuran. Pastikan untuk
memperhatikan skala pembagian pada skala vernier yang digunakan
untuk mengoreksi nilai.
7. Menginterpretasikan hasil pengukuran: Hasil pengukuran dapat
dinyatakan dalam satuan yang sesuai (misalnya, dalam milimeter atau
sentimeter) dan dibulatkan ke angka yang tepat berdasarkan skala

8
pembagian yang terkecil yang dapat dibaca pada skala vernier.

1.5 Lembar Pengamatan

Ketentuan pada kelompok 4 yaitu dengan menambahkan panjang, lebar dan


tebal sebesar 0,04 cm.

Jenis Massa Panjang (cm) Lebar (cm) Tebal (cm)


No
Blok (gr) P1 P2 P3 Pr L1 L2 L3 Lr T1 T2 T3 Tr
1 Balok
51,4 3,18 3,24 3,1 3,17 1,99 2,03 2 2,006 1,03 1,03 1,04 1,33
Kuning
2 Balok
47,2 3,24 3,19 3,03 3,15 2,02 2,03 2,01 2,05 1,02 1,02 1,01 1,16
Silver
3 Balok
15,2 3,03 3,03 3,03 3,03 2,03 2,04 2,03 2.15 1,03 1,03 1,03 1,03
Coklat

1.6 Tugas Pendahuluan

1. Apa yang dimaksud dengan pengukuran dalam ilmu Fisika?


2. Sebutkan alat ukur dalam pengukuran yang Anda ketahui serta jelaskan
bagian-bagiannya!
3. Bagaimana cara membaca alat ukur yang sudah disebutkan dalam
nomor 2?
4. Tuliskan pelaporan hasil pengukuran berikut dengan benar
a. 5,8913 ± 0,2357
b. 2,2543 ±1,1345
c. 0,5 ± 3,4988

Jawaban

1. Dalam ilmu fisika, pengukuran merujuk pada proses mendapatkan


informasi kuantitatif tentang fenomena fisik atau sifat objek
menggunakan alat pengukur dan metode yang sesuai. Pengukuran
dalam ilmu fisika memiliki beberapa karakteristik penting:

9
a) Kuantitatif: Pengukuran dalam fisika melibatkan pengumpulan data
numerik atau kuantitatif. Hasil pengukuran dinyatakan dalam angka
atau nilai numerik yang dapat digunakan untuk analisis dan
perbandingan.

b) Objektif: Pengukuran dalam fisika didasarkan pada fakta-fakta


objektif dan tidak tergantung pada interpretasi individu.
Pengukuran yang akurat dan terpercaya harus dapat diulang oleh
pengamat lain dengan hasil yang serupa.

c) Akurasi dan Presisi: Akurasi merujuk pada seberapa dekat hasil


pengukuran dengan nilai yang benar atau nilai sebenarnya dari
kuantitas yang diukur. Presisi menggambarkan sejauh mana hasil
pengukuran konsisten dan berulang dalam beberapa pengukuran
yang dilakukan. Pengukuran yang baik harus mencapai tingkat
akurasi yang tinggi dan presisi yang baik.

d) Satuan dan Skala: Pengukuran fisika melibatkan penggunaan


satuan yang baku dan skala yang sesuai. Satuan pengukuran
digunakan untuk memberikan nilai dan dimensi pada hasil
pengukuran, sementara skala pengukuran memberikan acuan untuk
memperoleh nilai yang tepat dalam suatu rentang.

2. Jangka sorong (Vernier caliper) terdiri dari beberapa bagian yang


penting dalam pengukuran. Berikut adalah penjelasan mengenai bagian-
bagian utama pada jangka sorong:

e) Rahang Tetap (Fixed Jaw): Bagian ini adalah rahang yang tidak
bergerak pada jangka sorong. Rahang tetap biasanya memiliki
permukaan rata dan tegak lurus terhadap skala utama.

f) Rahang Geser (Sliding Jaw): Bagian ini adalah rahang yang dapat
digerakkan maju-mundur pada jangka sorong. Rahang geser

10
digunakan untuk menyesuaikan ukuran jangka sorong agar sesuai
dengan benda yang diukur.

g) Skala Utama (Main Scale): Skala utama adalah skala yang tercetak
pada bagian tetap jangka sorong. Skala utama memberikan
pembagian atau skala besar untuk membaca ukuran pada rahang
tetap.

h) Skala Vernier (Vernier Scale): Skala vernier terletak pada rahang


geser jangka sorong. Skala ini berisi pembagian yang lebih halus
dibandingkan dengan skala utama, yang memungkinkan
pembacaan ukuran dengan presisi lebih tinggi.

i) Nol (Zero Point): Nol pada jangka sorong menunjukkan posisi di


mana rahang tetap dan rahang geser sepenuhnya ditutup atau dalam
kontak penuh. Pada posisi ini, nol pada skala utama dan nol pada
skala vernier harus sejajar.

j) Kunci Penjepit (Locking Screw): Jangka sorong biasanya


dilengkapi dengan kunci penjepit yang berfungsi untuk mengunci
rahang geser agar tetap dalam posisi yang diinginkan selama
pengukuran dilakukan. Kunci penjepit ini membantu menjaga
stabilitas pengukuran dan mencegah perubahan posisi rahang geser.

k) Penunjuk Ukur (Depth Gauge): Beberapa jenis jangka sorong


memiliki penunjuk ukur yang terletak pada bagian belakang jangka
sorong. Penunjuk ukur ini digunakan untuk mengukur kedalaman
suatu lubang atau celah.

3. langkah-langkah umum untuk membaca jangka sorong (Vernier


caliper):

a) Pastikan jangka sorong dalam kondisi yang baik dan bersih


sebelum digunakan. Pastikan juga rahang geser dalam posisi
tertutup atau dalam kontak penuh dengan rahang tetap.

11
b) Buka rahang geser dengan melepaskan kunci penjepit di bagian
atas jangka sorong. Letakkan benda padat yang akan diukur di
antara rahang tetap dan rahang geser. Pastikan benda padat terletak
dengan stabil dan tepat di antara kedua rahang.

c) Gunakan kunci penjepit untuk mengunci rahang geser agar tetap


dalam posisi yang diinginkan. Pastikan rahang geser tidak bergeser
saat pengukuran dilakukan.

d) Perhatikan skala utama pada bagian tetap jangka sorong yang


sejajar dengan rahang tetap. Catat angka pada skala utama yang
terletak sebelum angka nol pada skala vernier.

e) Perhatikan skala vernier yang terdapat pada rahang geser. Cari garis
pada skala vernier yang sejajar dengan garis pada skala utama yang
terdekat.

f) Perhatikan angka pada skala vernier yang sesuai dengan garis yang
sejajar dengan skala utama. Catat angka ini.

g) Hitung hasil pengukuran dengan menjumlahkan angka pada skala


utama dan angka pada skala vernier yang sesuai. Pastikan untuk
memperhatikan skala pembagian pada skala vernier yang
digunakan untuk mengoreksi nilai.

h) Jika ada skala penunjuk ukur pada bagian belakang jangka sorong,
perhatikan juga angka pada skala tersebut jika sedang digunakan.

i) Hasil pengukuran dapat dinyatakan dalam satuan yang sesuai


(misalnya, milimeter atau sentimeter) dan dibulatkan ke angka yang
tepat berdasarkan skala pembagian yang terkecil yang dapat dibaca
pada skala vernier.

4. Hasil pengukuran berikut

a. (5,8913 ± 0,2357). Artinya alat ukur kita menunjukkan hasil baca


5,8913 dengan ketidakpastian/ralat pengukuran 0,2357. sedangkan

12
nilai benar kita berada dalam selang nilai (5,8913 – 0,2357 =
5,6556) sampai dengan (5,8913 + 0,2357 = 6,127)

b. (2,2543 ±1,1345). Artinya alat ukur kita menunjukkan hasil baca


2,2543 dengan ketidakpastian/ralat pengukuran 1,1345. sedangkan
nilai benar kita berada dalam selang nilai (2,2543 – 1,1345 =
1,1198) sampai dengan (2,2543 + 1,1345 = 3,3888)

c. (0,5 ± 3,4988). Artinya alat ukur kita menunjukkan hasil baca


5,8913 dengan ketidakpastian/ralat pengukuran 0,2357. sedangkan
nilai benar kita berada dalam selang nilai (0,5 – 3,4988 = 2,9988)
sampai dengan (0,5 + 3,4988 = 3,9988)

1.7 Tugas Akhir

1. Hitunglah massa jenis dari masing-masing benda


2. Sebutkan dan jelaskan kategori massa jenis pada tiap benda berdasarkan
perhitungan massa jenis yang diperoleh!
3. Berikanlah kesimpulan pada percobaan ini!

Jawaban

1. Massa jenis dari masing-masing benda:


a) Balok Kuning = 51,4
b) Balok Sliver = 47,2
c) Balok Coklat = 15,2

2. Kategori massa jenis pada tiap benda berdasarkan perhitungan massa


jenis yang diperoleh
a) Balok Kuning = 51,4 x 8,73
= 448,72 g/cm³

b) Balok Sliver = 47,2 * 1,7 . 10-21

13
= 97,42 . 10-21 g/cm³

c) Balok Coklat = 15,2 * 7,4 . 106

= 112,48 . 106 g/cm³

3. Dari percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan, maka


dapatdiambil kesimpulan sebagai berikut :

1) Mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur ketebalan suatu


bendasedangkan jangka sorong digunakan untuk mengukur panjang
serta lebarsuatu benda.

2) Untuk mengetahui volume suatu benda dapat dilakukan dengan 2


cara.Yaitu dengan cara statis dan dinamis.

3) Pengukuran dengan cara statis dan dinamis memiliki ketelitian yang


berbeda, ketelitian yang dihasilkan dari cara statis lebih
besardibandingkan dengan cara dinamis.

BAB II BANDUL MATEMATIS

BANDUL MATEMATIS

14
2.1 Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum bandul matematis adalah untuk mempelajari dan


mengamati gerakan osilasi bandul matematis serta untuk memahami konsep-
konsep dasar dalam mekanika osilasi. Beberapa tujuan khusus dari
praktikum ini meliputi:

1. Memahami prinsip gerakan osilasi: Praktikum bandul matematis


memungkinkan siswa untuk memahami prinsip dasar gerakan
osilasi, termasuk periode, frekuensi, amplitudo, dan fase.

2. Mempelajari pengaruh panjang tali terhadap gerakan osilasi: Dalam


praktikum ini, panjang tali bandul matematis dapat diubah-ubah.
Tujuannya adalah untuk mempelajari pengaruh panjang tali terhadap
periode dan frekuensi osilasi.

3. Mempelajari pengaruh massa pada gerakan osilasi: Siswa juga dapat


mempelajari pengaruh massa pada gerakan osilasi dengan mengubah
massa bandul pada praktikum ini. Dalam hal ini, tujuan praktikum
adalah untuk memahami bagaimana massa mempengaruhi periode
dan frekuensi osilasi.

4. Mempelajari hukum gerak bandul matematis: Praktikum bandul


matematis juga memungkinkan siswa untuk mempelajari hukum
gerak bandul matematis, seperti Hukum Hooke dan Hukum
Kekekalan Energi Mekanik.

5. Mengamati hubungan antara periode osilasi dengan variabel yang


mempengaruhinya: Dalam praktikum ini, siswa dapat mengamati
dan mengukur hubungan antara panjang tali, massa, dan periode

15
osilasi. Tujuannya adalah untuk memahami hubungan matematis
antara variabel-variabel tersebut.

2.2 Alat Yang Digunakan

 Set alat bandul matematis


 Stopwatch
 Mistar

2.3 Teori

Bandul matematis adalah sistem fisik yang terdiri dari massa titik yang
diikatkan pada tali yang tak berat dan tidak lentur. Gerakan bandul
matematis adalah gerakan osilasi yang terjadi ketika massa titik
digantungkan pada tali dan dibiarkan bebas bergerak. Berikut adalah teori
dasar yang terkait dengan bandul matematis:

1. Periode (T): Periode adalah waktu yang diperlukan oleh massa titik
untuk melakukan satu siklus lengkap osilasi. Dalam bandul
matematis, periode osilasi tidak bergantung pada amplitudo (besar
sudut awal) dan massa titik, tetapi hanya bergantung pada panjang
tali (L) dan percepatan gravitasi (g). Periode dapat dihitung
menggunakan rumus:
T = 2π√(L/g)

di mana π adalah konstanta Pi (sekitar 3.14159), L adalah panjang


tali, dan g adalah percepatan gravitasi.

2. Frekuensi (f): Frekuensi adalah jumlah siklus osilasi yang dilakukan


oleh massa titik dalam satu detik. Frekuensi adalah kebalikan dari
periode (T), sehingga frekuensi (f) dapat dihitung menggunakan

16
rumus:
f = 1/T

Frekuensi diukur dalam Hertz (Hz), yang merupakan jumlah osilasi


per detik.

3. Amplitudo (A): Amplitudo adalah besarnya sudut maksimum yang


dilalui oleh massa titik dari posisi keseimbangan saat melakukan
osilasi. Amplitudo dapat berbeda untuk setiap siklus osilasi dan
mempengaruhi energi kinetik dan energi potensial elastis pada setiap
titik osilasi.

4. Periode Harmonik Sederhana: Bandul matematis yang memenuhi


kondisi-kondisi tertentu disebut sebagai bandul harmonik sederhana.
Kondisi-kondisi tersebut adalah panjang tali yang relatif panjang
dibandingkan dengan amplitudo, serta sudut awal yang relatif kecil.

5. Hukum Hooke: Hukum Hooke berlaku untuk bandul matematis yang


memenuhi kondisi bandul harmonik sederhana. Hukum ini
menyatakan bahwa gaya restorasi yang bekerja pada massa titik
sebanding dengan perpindahan massa titik dari posisi keseimbangan.
Rumus hukum Hooke untuk bandul matematis adalah:
F = -kx

di mana F adalah gaya restorasi, k adalah konstanta pegas, dan x


adalah perpindahan massa titik dari posisi keseimbangan.

2.4 Cara Kerja

1. Memasang alat percobaan ayunan matematis.


2. Menentukan panjang tali penggantung yang digunakan, yang diukur

17
dari ujung tali sampai kedudukan pusat tali.
3. Menyimpangkan berat dari titik simpangan kemudian lepaskan.
4. Mencatat waktu yang di perlukan untuk banyaknya ayunan atau periode
(T).
5. Mengulangi langkah nomor 3 dan nomor 4.
6. Mengulangi percobaan nomor 2 sampai nomor 5 dengan panjang tali
yang telah dipersiapkan oleh asisten.

2.5 Lembar Pengamatan

Ketentuan pada kelompok 4 yaitu dengan menambahkan panjang, lebar dan


tebal sebesar 0,04 cm. Dengan percepatan gravitasi 9,8 m/s2.

PERCOBAAN I
Panjang X Y
Waktu/t Periode/
No tali X.Y X2
(Detik) T L(m) T2
(cm)
1 30 22,62 258,5 0,3 66.822,2 20.046,6 0,09
2 27 21,87 230,2 0,27 52.992 14.307,8 0,0729
3 24 20,78 205,7 0,24 42.312,4 10.154,9 0,0565
4 21 19,76 182,9 0,21 33.452,4 7,025 0,0441
5 18 18,94 161,8 0,18 26.178,2 4.712 0,0324
ΣX = ΣY = ΣX.Y = Σ X2 =
1,2 221.757,2 49.228,3 0,2959
2.6 Tugas Pendahuluan

1. Apa yang dimaksud dengan simple pendulum? Digunakan untuk apakah


simple pendulum itu?

2. Buktikan rumus T =2 π
√ l
g
(Beserta gambarnya)

3. Sebutkan penerapan bandul matematis dalam dunia kerja!

Jawaban

1. Simple pendulum atau bandul sederhana adalah sistem fisik yang terdiri
dari massa titik yang diikatkan pada tali yang ringan dan tidak lentur,
serta digantungkan dari suatu titik tetap. Simple pendulum digunakan

18
sebagai model sederhana untuk mempelajari prinsip-prinsip dasar dalam
mekanika osilasi.

Simple pendulum sering digunakan untuk mempelajari konsep-konsep


berikut:

1) Periode dan Frekuensi: Simple pendulum dapat digunakan untuk


mempelajari hubungan antara panjang tali (L) dan periode (T)
osilasi. Periode osilasi pada simple pendulum bergantung hanya
pada panjang tali dan percepatan gravitasi (g). Periode dapat
dihitung menggunakan rumus:
T = 2π√(L/g)

Frekuensi osilasi pada simple pendulum adalah kebalikan dari


periode.

2) Pengaruh Perubahan Panjang Tali: Simple pendulum


memungkinkan kita untuk mengamati bagaimana perubahan
panjang tali mempengaruhi periode dan frekuensi osilasi. Panjang
tali yang lebih panjang akan menghasilkan periode yang lebih
lama, sedangkan panjang tali yang lebih pendek akan
menghasilkan periode yang lebih pendek.

3) Pengaruh Perubahan Massa: Simple pendulum juga dapat


digunakan untuk mempelajari pengaruh perubahan massa pada
periode osilasi. Pada simple pendulum, massa titik yang
digunakan harus diabaikan, sehingga massa tidak mempengaruhi
periode osilasi. Periode osilasi simple pendulum hanya
bergantung pada panjang tali dan percepatan gravitasi.

4) Gerakan Harmonik Sederhana: Simple pendulum merupakan


contoh dari gerakan harmonik sederhana, di mana gaya restorasi
(gaya yang mengarah kembali ke posisi keseimbangan)
berbanding lurus dengan perpindahan massa titik dari posisi

19
keseimbangan. Gerakan harmonik sederhana memiliki
karakteristik osilasi sinusoidal.

2. Jawaban yang benar adalah terbukti bahwa periode bandul yang


digerakkan secara harmonik yaitu T = 2π√(l/g).
Pembahasan: Konsep yang kita gunakan adalah periode getaran pada
bandul. Ketika bandul diayunkan, maka terjadi gerak osilasi (gerak
harmonis) pada bandul. Adapun periode osilasi ini dirumuskan oleh:
T = 2π√(L/g)
dengan:
T = periode getaran (s)
l = panjang tali (m)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
Persamaan di atas dapat dibuktikan sebagai berikut. Dari gambar
diagram gaya pada foto di bawah, terdapat gaya pemulih (Fp) yang
bekerja pada bandul saat disimpangkan sejauh θ, yaitu:
Fp = -mg sin θ.

Untuk sudut simpangan yang kecil, maka berlaku:


sin θ = tan θ = y/L.

Sehingga dari hukum II Newton berlaku:

F = Fp m x a = -mg sin θm x a = -mg (y/L).

Percepatan gerak harmonik yang dihasilkan adalah:

a = - ω²y

Maka, dengan menggabungkan kedua persamaan di atas dapat


diperoleh:

m x a = -mg (y/L)

20
m x (- ω²y) = -mg (y/L)

ω² = g/L

ω = √(g/L)

2π/T = √(g/L)

Ingat bahwa frekuensi sudut ω = 2π/T

T = 2π√(L/g).

Jadi, terbukti bahwa pada bandul yang digerakkan secara harmonik


berlaku T = 2π√(L/g).

3. Beberapa penerapan penting dalam dunia kerja. Berikut adalah


beberapa contoh penerapannya:

1) Pengukuran dan kalibrasi: Bandul matematis digunakan dalam


pengukuran dan kalibrasi peralatan yang memerlukan ketelitian
tinggi, seperti pengukuran panjang, waktu, dan percepatan
gravitasi. Dalam laboratorium dan industri, bandul matematis
dapat digunakan sebagai standar untuk mengkalibrasi peralatan
pengukuran yang melibatkan waktu atau perpindahan.

2) Penelitian ilmiah: Bandul matematis digunakan dalam penelitian


ilmiah untuk mempelajari perilaku osilasi dan prinsip mekanika.
Dalam bidang fisika, bandul matematis digunakan untuk
mempelajari hukum gerak, resonansi, dan sistem osilator lainnya.
Penerapan bandul matematis dalam penelitian membantu dalam
pengembangan teori dan pemahaman tentang fenomena fisika.

3) Pemeliharaan jam dan peralatan waktu: Bandul matematis telah


digunakan dalam pembuatan jam tangan dan jam mekanik sejak
lama. Meskipun teknologi jam telah berkembang, bandul
matematis tetap menjadi dasar dalam mekanisme jam mekanik
yang menggunakan bandul sebagai pengatur gerakan osilasi.

21
4) Kecepatan pendulum: Kecepatan pendulum pada bandul
matematis dapat digunakan sebagai referensi untuk mengukur
kecepatan rotasi atau getaran pada mesin-mesin industri. Bandul
matematis dapat digunakan untuk menentukan frekuensi atau
periode osilasi yang dikaitkan dengan kecepatan rotasi suatu
mesin, yang dapat digunakan dalam pengaturan dan pemeliharaan
mesin.

5) Stabilitas struktural: Konsep bandul matematis juga diterapkan


dalam analisis kestabilan struktural. Dalam bidang rekayasa
struktural, bandul matematis dapat digunakan untuk menguji dan
memprediksi kestabilan struktur tertentu terhadap gaya-gaya luar
seperti gempa bumi atau angin kencang.

2.7 Tugas Akhir

1. Berdasarkan lembar pengamatan, buatlah grafik antara panjang tali (l)


dan T

2. Dengan melihat grafik antara l dan T2, hitunglah besar percepatan


gravitasinya!

3. Bandingkan hasil peroleh dari rumus 3.1 (teori) dengan yang di dapat
dari rumus grafik!

4. Mengapa simpangan yang diberikan harus kecil?

5. Hal apa saja yang menyebabkan kesalahan dalam percobaan?

6. Berikan kesimpulan dari percobaan Bandul Matematis!

Jawaban

1. Grafik antara panjang tali (l) dan T

22
Grafik antara panjang tali (l) dan T

30
27
24
21
Panjang Tali

18

161.8 182.9 205.7 230.2 258.5


Periode (T)

2. Percepatan Gravitasi pada Bandul Kecil :


g = 4 2/b
= 4 (3,14)2 /(3,71)
= 10,6 meter/detik2
Percepatan Gravitasi pada Bandul Besar :
g = 4 2/b
= 4 (3,14)2 /(3,9)
= 10,11 meter/detik2

3. Dengan menggunakan rumus (3-1)


T = 2 .................... (3-1)
g = 4 ²l/T²

Percepatan Gravitasi pada Bandul Kecil :


l = 30 cm g = 9,67 m/s2
l = 27 cm g = 9,601 m/s2
l = 24 cm g = 9,18 m/s2
l = 21 cm g = 8,99 m/s2
l = 18 cm g = 9,34 m/s2

23
g = (9,67 + 9,601 + 9,18 + 8,99 + 9,34) / 5
= 9,35 m/s2

Percepatan Gravitasi pada Bandul Besar :


l = 30 cm g = 9,09 m/s2
l = 27 cm g = 8,85 m/s2
l = 24 cm g = 9,39 m/s2
l = 21 cm g = 9,18 m/s2
l = 18 cm g = 8,19 m/s2
g = (9,09 + 8,85 + 9,39 + 9,18 + 8,19) / 5
= 8,94 m/s2

4. Agar periode waktu yang di peroleh juga semakin kecil. Karena


simpangan dan periode berbanding lurus, jadi jika simpangan sudutnya
kecil maka periodenya pun akan semakin kecil.

5. Hal – hal yang mengakibatkan kesalahan dalam percobaan :

– Kurang tepatnya cara melepas bandul sehingga gerakan ayunan


menjadi miring.

– Pengukuran waktu yang kurang tepat, ketika melepas bandul dan


menekan tombol stopwatch.

– Kurang tepatnya pemberian simpangan sudut sesuai yang di


tentukan yaitu sebesar 45o.

6. Dari hasil percobaan dapat di simpulkan bahwa semakin panjang tali


yang di gunakan untuk menggantungkan bandul maka semakin besar
pula nilai periode dan waktunya. Selain itu, semakin berat beban yang
digunakan, maka semakin cepat percepatan gaya gravitasinya dan begitu
pula dengan periodenya. Karena beban dan gravitasi saling berhubungan
dan tegak lurus. Apabila sebuah bandul matematis dan bandul fisis
digantung kemudian diberi simpangan kecil , maka bandul akan berayun
dan melakukan gerakan harmonis sederhana. Dengan dasar gerakan
harmonis sederhana ini maka dapat dihitung besarnya percepatan

24
gravitasi bumi di tempat dimana percobaaan dilakukan dengan cara
mengukur panjang tali dan periode pada bandul matematis. Massa
bandul tidak berpengaruh pada besarnya percepatan gravitasi sedangkan
panjang tali berbanding terbalik dengan kuadrat periode.

25
BAB III MODULUS ELASTISITAS

MODULUS ELASTISITAS
4

3.1 Tujuan Praktikum


Tujuan menentukan modulus elastisitas adalah untuk mendapatkan
informasi tentang sifat elastis suatu bahan. Modulus elastisitas
menggambarkan kekakuan atau kemampuan bahan untuk mengalami
deformasi elastis saat diberi beban atau gaya eksternal. Beberapa tujuan
khusus dari menentukan modulus elastisitas antara lain:

1) Karakterisasi Bahan: Menentukan modulus elastisitas membantu


dalam karakterisasi bahan. Informasi tentang modulus elastisitas
penting untuk memahami perilaku mekanik bahan dan memprediksi
respons bahan terhadap beban atau gaya tertentu. Hal ini
memungkinkan pemilihan bahan yang tepat untuk aplikasi tertentu.

2) Desain Struktur: Modulus elastisitas digunakan dalam desain


struktur untuk memperkirakan deformasi dan ketegangan pada
bahan struktural. Dengan mengetahui modulus elastisitas suatu
bahan, insinyur dapat memperhitungkan deformasi elastis dan
mencegah kegagalan struktur akibat deformasi yang tidak
diinginkan.

3) Analisis Mekanik: Menentukan modulus elastisitas memungkinkan


analisis yang lebih akurat terkait respons elastis bahan terhadap
beban atau gaya. Ini membantu dalam memahami perilaku
deformasi dan distribusi tegangan di dalam suatu struktur, dan juga
dapat digunakan dalam analisis elemen hingga (finite element
analysis) untuk memprediksi respons struktural.

4) Kualitas Kontrol: Menentukan modulus elastisitas juga penting


dalam kontrol kualitas. Pengujian modulus elastisitas pada bahan

26
yang diproduksi secara massal memungkinkan untuk memastikan
kualitas yang konsisten dan memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.

5) Inovasi dan Pengembangan Bahan: Penentuan modulus elastisitas


juga digunakan dalam riset dan pengembangan bahan baru.
Mengetahui nilai modulus elastisitas bahan yang berbeda dapat
membantu dalam mengembangkan bahan baru dengan sifat mekanik
yang diinginkan, seperti kekakuan yang tinggi atau elastisitas yang
tinggi.

3.2 Alat Yang Digunakan

 Kait dengan tumpuan yang dilengkapi dengan garis rambut (K)


 Tumpuan (T)
 Beban dan dudukan beban (B)
 Skala dengan cermin (S)
 Batang yang diukur E nya (R)

3.3 Teori

Teori modulus elastisitas merujuk pada prinsip-prinsip yang menjelaskan


sifat elastis dari material. Modulus elastisitas adalah ukuran yang

27
menggambarkan kekakuan atau kekakuan suatu bahan saat diberikan gaya
dan kemampuannya untuk mengembalikan bentuk aslinya setelah gaya
tersebut dihilangkan.

Ada tiga jenis modulus elastisitas yang umum digunakan dalam teori
modulus elastisitas, yaitu:

1. Modulus Young (E): Modulus Young mengukur respons linear suatu


bahan terhadap gaya tarik atau gaya tekan yang diberikan padanya.
Modulus Young dinyatakan sebagai perbandingan antara tegangan
(gayatan) yang diberikan pada bahan dengan perubahan panjang
atau deformasi yang dihasilkan sejajar dengan arah tegangan.
Modulus Young digunakan untuk menggambarkan sifat elastisitas
bahan padat seperti logam, kayu, dan beton.

2. Modulus Geser (G): Modulus geser atau modulus puntir (shear


modulus) mengukur kekakuan suatu bahan saat diberikan gaya
puntir. Modulus geser dinyatakan sebagai perbandingan antara
tegangan geser yang bekerja pada bahan dengan perubahan sudut
geser yang dihasilkan. Modulus geser umumnya digunakan dalam
analisis dan perencanaan struktur yang mengalami beban puntir,
seperti poros mesin, gigi, dan struktur baja.

3. Modulus Bulk (K): Modulus bulk mengukur respons suatu bahan


terhadap gaya kompresi atau gaya tekan yang bekerja secara merata
pada semua arah. Modulus bulk dinyatakan sebagai perbandingan
antara tegangan hidrostatis (tekanan) yang diberikan pada bahan
dengan perubahan volume yang dihasilkan. Modulus bulk digunakan
dalam analisis deformasi volumetrik pada bahan seperti cairan, gas,
dan material kompresibel.

28
3.4 Cara Kerja

1. Mengukur panjang batang dari beberapa bahan.


2. Mengukur lebar dan tebal batang dari beberapa bahan.
3. Menimbang masing-masing beban B.
4. Mengatur jarak titik tumpu sejauh 80cm dengan jarak kanan dan kiri
sama.
5. Meletakkan batang uji I (tebal) dan memberinya beban awal yang
diberikan asisten, kemudian mengukur kelenturan yang dihasilkan dan
dicatat dalam form pengambilan data.
6. Tambahkan beban uji, lalu catat lagi hasil kelenturan yang di dapat ke
dalam form pengambilan data. Percobaan dilakukan sebanyak 5 kali.
7. Lalu lakukan pengukuran dengan batang uji II (sedang), dengan
melakukan hal yang sama pada poin 4 s/d 6.

3.5 Lembar Pengamatan

Ketentuan pada kelompok 4 yaitu dengan menambahkan angka lebar dan


tebal batang, panjang tumpuan, kelenturan awal kayu, dan semua angka
kelenturan sebesar 2 .

PERCOBAAN I (Batang 1)
Lebar batang (b) = 4,5 cm = 0,45 m
Tebal batang (h) = 6,9 cm = 0,69 m
Panjang tumpuan (l) = 82 cm = 8,2 m
Kelenturan awal kayu (f0) = 6 cm = 0,6 m
Massa Kelenturan X Y
No X.Y X2
(kg) F = f - f0 M (kg) f (m)
1 200 0,61 200 0,01 20 40.000
2 500 0,63 500 0,03 150 250.000
3 700 0,65 700 0,05 350 490.000
4 1000 0,69 1000 0,09 900 1.000.000

29
5 1500 0,71 1.500 0,11 1.650 2.250.000
ΣX = ΣY = ΣX.Y = Σ X2 =
3.900 2,9 3.070 4.030.000

PERCOBAAN II (Batang 2)
Lebar batang (b) = 4,9 cm = 0,49 m
Tebal batang (h) = 11,9 cm = 1,19 m
Panjang tumpuan (l) = 82 cm = 8,2 m
Kelenturan awal kayu (f0) = 6 cm = 0,6 m
Massa Kelenturan X Y
No X.Y X2
(kg) F = f - f0 M (kg) f (m)
1 200 0,61 200 0,01 20 40.000
2 500 0,63 500 0,03 150 250.000
3 700 0,65 700 0,05 350 490.000
4 1000 0,69 1000 0,09 900 1.000.000
5 1500 0,71 1.500 0,11 1.650 2.250.000
ΣX = ΣY = ΣX.Y = Σ X2 =
3.900 2,9 3.070 4.030.000

3.6 Tugas Pendahuluan

1. Tulis definisi modulus elastisitas beserta satuannya!

2. Jelaskan perbedaan tegangan dan regangan! Sebutkan rumusnya


masing-masing!

3. Sebutkan dan jelaskan secara singkat penggunaan modulus elastisitas


pada dunia teknik!

30
4. Sebuah balok kayu memiliki dimensi 10 cm x 15 cm x 200 cm dan
modulus elastisitas sebesar 12 GPa. Jika balok tersebut diberi beban
pada ujungnya dengan gaya sebesar 500 Gram (g = 10 m/s2), maka
berapa besar regangan yang terjadi pada kayu?

Jawaban

1. Modulus elastisitas adalah ukuran kekakuan suatu bahan atau


kemampuannya untuk mengalami deformasi elastis (balikan) ketika
diberi beban atau gaya eksternal. Modulus elastisitas menggambarkan
sejauh mana bahan dapat mengembalikan bentuknya semula setelah
mengalami deformasi sementara.
Modulus elastisitas dapat dinyatakan dalam beberapa bentuk,
tergantung pada jenis deformasi yang diamati. Tiga jenis modulus
elastisitas yang umum digunakan adalah:

1) Modulus Young (Young's modulus atau modulus elastisitas


longitudinal): Modulus Young mengukur kekakuan bahan
terhadap deformasi sejajar dengan arah penerapan gaya. Modulus
Young dinyatakan dalam satuan tekanan, yaitu pascal (Pa) atau
newton per meter persegi (N/m²).

2) Modulus Shear (Shear modulus atau modulus elastisitas geser):


Modulus Shear mengukur kekakuan bahan terhadap deformasi
geser. Modulus Shear dinyatakan dalam satuan tekanan, yaitu
pascal (Pa) atau newton per meter persegi (N/m²).

3) Modulus Bulk (Bulk modulus atau modulus elastisitas


volumetrik): Modulus Bulk mengukur kekakuan bahan terhadap
perubahan volume. Modulus Bulk dinyatakan dalam satuan
tekanan, yaitu pascal (Pa) atau newton per meter persegi (N/m²).

31
2. Tegangan:

– Tegangan adalah ukuran dari gaya yang diberikan pada suatu


benda per satuan luasnya.

– Tegangan menggambarkan sejauh mana suatu benda mengalami


beban atau gaya eksternal.

– Tegangan dihitung dengan membagi gaya yang bekerja pada


benda dengan luas penampang melintang benda tersebut.

– Satuan tegangan adalah pascal (Pa) atau newton per meter persegi
(N/m²).

Rumus Tegangan:
Tegangan = F / A

di mana:

Tegangan, (dalam pascal, Pa atau newton per meter persegi,


N/m²),

F, Gaya yang bekerja pada benda (dalam newton, N),

A, Luas penampang melintang benda (dalam meter persegi, m²).

Regangan:

– Regangan adalah ukuran perubahan dimensi suatu benda akibat


tegangan yang diterimanya.

– Regangan menggambarkan sejauh mana benda mengalami


perubahan panjang, perubahan sudut, atau perubahan volumenya.

– Regangan dihitung dengan membandingkan perubahan dimensi


benda dengan dimensi aslinya.

– Regangan umumnya dinyatakan dalam bentuk persentase atau


dalam satuan yang tidak berdimensi.

Rumus Regangan:
Regangan = (ΔL / L0)

32
di mana:

Regangan, regangan (tanpa satuan),

ΔL, perubahan panjang atau dimensi benda (dalam meter, m),

L0, panjang atau dimensi asli benda sebelum tegangan diberikan


(dalam meter, m).

3. Modulus elastisitas memiliki berbagai penggunaan dalam dunia teknik,


di antaranya:

1. Desain Struktur: Modulus elastisitas digunakan dalam desain


struktur untuk menghitung deformasi yang diharapkan dari bahan
yang digunakan. Misalnya, dalam perencanaan bangunan,
modulus elastisitas digunakan untuk memperkirakan deformasi
pada bahan struktural seperti beton, baja, atau kayu. Hal ini
memungkinkan insinyur untuk memilih bahan yang tepat dan
mengatur dimensi dan ketebalan komponen struktural dengan
mempertimbangkan kinerja dan kekuatan yang diinginkan.

2. Desain Mekanik: Modulus elastisitas digunakan dalam desain


mesin dan komponen mekanik. Misalnya, dalam desain per satu
mekanik, modulus elastisitas digunakan untuk memperkirakan
deformasi pada elemen seperti poros, pegas, atau gigi.
Pengetahuan tentang modulus elastisitas memungkinkan insinyur
untuk memperkirakan ketepatan, stabilitas, dan umur pakai
komponen mekanik yang dihasilkan.

3. Analisis Struktur: Modulus elastisitas digunakan dalam analisis


struktural untuk memperhitungkan respons dan kekuatan bahan
terhadap beban. Misalnya, dalam analisis elemen hingga (finite
element analysis), modulus elastisitas digunakan untuk

33
menentukan respons struktural dan deformasi pada elemen-
elemen yang terhubung. Dengan memodelkan perilaku elastis
material dengan benar menggunakan modulus elastisitas yang
tepat, hasil analisis yang akurat dapat diperoleh.

Manufaktur dan Material: Modulus elastisitas digunakan dalam


pengendalian kualitas dan pemilihan material dalam proses manufaktur.
Dalam proses manufaktur, pengukuran modulus elastisitas dapat membantu
memverifikasi kekakuan dan integritas material yang digunakan. Selain itu,
pemahaman tentang modulus elastisitas juga penting dalam pemilihan
material untuk memenuhi persyaratan kekakuan, kekakuan, atau fleksibilitas
yang diinginkan dalam aplikasi tertentu.

4. Diketahui:
Dimensi Kayu = 10 x 15 x 200 => 30.000 cm2
Elastisitas (σ) = 12 Gpa = 12 N/m2
Beban (m) = 500 gr = 0,5 kg
Gravitasi (g) = 9,8 m/s2

Dicari Regangan (ε)


Gaya (F) = m . g
= 0.5 x 9,8
= 4,9 N

Luas Penampang (A) = 30.000 cm2 = 300 m2

Tegangan (σ) =F/A


= 4,9 / 300
= 16 . 10-3 N/m2
Regangan (ε) = Tegangan (σ) / Elastisitas (σ)
= 16 . 10-3 N/m2 / 12 N/m2
= 13 . 10-4

34
3.7 Tugas Akhir

1. Buatlah grafik antara f(m) dengan beban (kg).

2. Bandingkan hasil saudara peroleh dari rumus (3-1) dengan E yang


didapat dari rumus grafik.

3. Buatlah kesimpulan percobaan ini

Jawaban

1. Grafik antara f(m) dengan beban (kg)

Grafik antara f(m) dengan beban (kg)


0.11

0.09
Panjang Regangan

0.05

0.03

0.01

200 500 700 1000 1500


Berat Beban (kg)

2. l = 27 cm
g = 9,601 m/s2
3. l = 24 cm

35
g = 9,18 m/s2

3. Bandul matematis adalah salah satu matematis yang bergerak


mengikuti gerak harmonik sederhana. Bandul matematis merupakan
benda ideal yang terdiri dari sebuahtitik massa yang digantungkan
pada tali ringan yang tidak bermassa. Jika bandul disimpangkan
dengan sudut θ dari posisi setimbangnya lalu dilepaskan maka
bandul akan berayun pada bidang vertikal karena pengaruh dari gaya
gravitasinya. Dari hasil praktikum yang telah kami lakukan dapat
ditarik kesimpulan bahwa semakin panjang tali yang digunkan
dalam ayunan/bandul matematis tersebut maka semakin lama atau
banyak waktu yang diperlukan untuk berosilasi atau ber-getar,
sebaliknya semakin pendek tali yang digunakan maka secara
otomotis waktuyang dibutuhkan untuk berosilasi-pun semakin sedikit
atau cepat. Selain panjang tali ada faktor luar juga yang
mempenagaruhi yaitu ketelitiancara praktikan pada saat percobaan,
misalnya pada saat pelepasan bola, apabila tidak sama caranya pada
percobaan pertama dan kedua maka hasil yang akan didapatkan akan
berbeda.

36
BAB IV TETAPAN GAYA PEGAS DAN
PERCEPATAN GRAVITASI
TETAPAN GAYA PEGAS DAN
PERCEPATAN GRAVITASI

4.1 Tujuan Praktikum


1. Menentukan tetapan gaya pegas (k): Praktikum ini bertujuan untuk
menentukan tetapan gaya pegas suatu pegas dengan mengukur gaya
restorasi yang diberikan oleh pegas terhadap perpindahan atau
deformasi yang dihasilkan. Dengan mengukur perpindahan dan gaya
restorasi pada berbagai posisi, tetapan gaya pegas dapat dihitung
menggunakan rumus:

k = F/x

di mana k adalah tetapan gaya pegas, F adalah gaya restorasi, dan x


adalah perpindahan atau deformasi pegas.

2. Mengukur periode osilasi pegas: Praktikum ini bertujuan untuk


mengukur periode osilasi pegas yang bergantung pada massa yang
digantungkan pada pegas. Dengan mengamati waktu yang diperlukan
untuk melakukan satu siklus lengkap osilasi, periode osilasi dapat
dihitung.

3. Menentukan percepatan gravitasi (g): Praktikum ini bertujuan untuk


menentukan percepatan gravitasi di lokasi eksperimen dengan
menggunakan pegas yang digantung secara vertikal. Dengan mengukur
periode osilasi pegas pada berbagai panjang tali atau perpindahan pegas,
percepatan gravitasi dapat dihitung menggunakan rumus:

37
g = 4π²L/T²

di mana g adalah percepatan gravitasi, L adalah panjang tali atau


perpindahan pegas, dan T adalah periode osilasi.

4. Memahami hubungan antara gaya restorasi, tetapan gaya pegas, massa,


periode osilasi, dan percepatan gravitasi: Praktikum ini membantu
memahami hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi osilasi
pegas, seperti gaya restorasi, tetapan gaya pegas, massa yang
digantungkan, periode osilasi, dan percepatan gravitasi.

4.2 Alat Yang Digunakan

 Stopwatch
 Penyangga beban
 Statip
 Pegas
 Mistar ukur

4.3 Teori

38
Pegas merupakan benda berbentuk spiral yang terbuat dari logam. Pegas
sendiri mempunyai sifat elastis. Maksudnya ia bisa mempertahankan
bentuknya dan kembali ke bentuk semula setelah diberi gaya. Gaya pegas
dapat didefinisikan sebagai gaya atau kekuatan lenting suatu pegas untuk
kembali ke posisi atau bentuk semula.

Elastis adalah kemampuan benda untuk kembali ke bentuk semulasetelah


gaya yang bekerja padanya dihilangkan. Ketika pegas ditarik yang
berartiada gaya luar yang bekerja maka ia akan molor atau memannjang.
Ketika gayaluar itu dihilangkan ia akan kembali ke bentuk semula.Jika
sebuah pegas diberi gaya berat dengan besar tertentu, maka secaraotomatis
pegas tersebut akan mengalami pertambahan panjang. Hubungan antara
besar gaya yang bekerja pada pegas dengan pertambahan panjang pegas
adalah konsep dasar dari hukum Hooke. Hukum Hooke adalah hukum atau
ketentuan mengenai gaya dalam ilmu fisika yang terjadi karena sifat
elastisitas dari sebuah pegas. Sifat elastisitas adalah kemampuan sebuah
benda untuk kembali kebentuksemula.

HUKUM HOOKE

Bunyi hukum Hooke adalah sebagai berikut :

“ Bila pada sebuah pegas bekerja sebuah gaya, maka pegas tersebut akan
bertambah panjang sebanding dengan besarnya gaya yang mempengaruhi
pegas tersebut”

Sesuai dengan hukum Hooke tersebut, maka besar gaya berat (F) yang
diberikan akan sebanding dengan pertambahan panjang pegas (x). Sehingga
dapat digambarkan dengan grafik HUBUNGAN antara F-x yaitu semakin
besar gaya berat yang diberikan, maka semakin besar pula grafik tersebut
menunjukan pertambahan panjang pada pegas. Dan secara sistematis,
Hukum Hooke dapat dituliskan dengan persamaan :
F= k.x

39
Dengan :
F = gaya yang bekerja pada pegas (N)
k = konstanta pegas (N/m)
x = pertambahan panjang pegas (m)

4.4 Cara Kerja

A. Hukum Hooke

1. Gantungkan penyangga beban pada pegas dan ukur panjang pegas


dan catat pada form pengambilan data sebagai LO.
2. Masukkan keping beban pada penyangga beban dan ukur
pertambahan panjangnya dan kemudian hasilnya dicatat pada
form pengambilan data.
3. Tambahkan beban pada ember berturut-turut (sesuai pengarahan
dari asisten) dan ukur masing-masing pertambahan panjangnya
dan dicatat pada form pengambilan data.

B. Periode Getaran

1. Pasang beban awal (sesuai dengan instruksi asisten) lalu tarik


pegas ke bawah sejauh jarak yang ditentukan.
2. Lepaskan beban dan menghitung sampai 20 kali getaran.
3. Catat waktu yang di tempuh sebanyak 20 kali getaran tersebut dan
dicatat pada form pengambilan data.
4. Lepaskan beban
5. Mengulangi Langkah kerja kedua sampai dengan langkah kelima
terhadap beban, dengan melakukan penambahan beban sesuai
instruksi.

40
4.5 Lembar Pengamatan

Ketentuan pada kelompok 4 yaitu dengan menambahkan panjang awal


pegas (L0) dan panjang pegas (L) sebesar 0,4 cm.

PERCOBAAN I (HUKUM HOOKE)


Panjang Awal Pegas (L0) = 6,4
Massa Panjang X Y
No X.Y X2
(gr) pegas (cm) L – L0 F = m.g
1 50 7,9 1,5 0,49 0,735 2,25
2 100 8,9 2,5 0,98 2,45 6,25
3 150 9,9 3,5 1,47 5,145 12,25
4 200 10,9 4,5 1,96 8,82 20,25
5 250 11,9 5,5 2,45 11,025 30,25
ΣX = ΣY = ΣX.Y = Σ X2 =
17,5 7,35 28,175 71,25

Ketentuan pada kelompok 4 yaitu dengan menambahkan angka waktu/t


(detik) sebesar 0,4 cm.

PERCOBAAN I (Getaran Pegas)


Percobaan dilakukan sebanyak 20x getaran
X Y
Massa Waktu/t Periode/
No Massa X.Y X2
(gr) (Detik) T T 2

(kg)
1 50 11,74 0,587 0,05 0,344 0,017 0,0025

41
2 100 12,93 0,646 0,1 0,417 0,0417 0,01
3 150 13,37 0,668 0,15 0,446 0,0669 0,0225
4 200 14,21 0,71 0,2 0,504 0,1008 0,04
5 250 15,24 0,762 0,25 0,58 0,145 0,0625
ΣX = ΣY = ΣX.Y = Σ X2 =
0,75 2,291 0,3714 0,1375

4.6 Tugas Pendahuluan

1. Apa yang dimaksud dengan Hukum Hooke?


2. Tuliskan rumus yang digunakan dalam Hukum Hooke beserta
keterangannya!
3. Tuliskan rumus yang digunakan untuk menentukan periode getaran
pada pegas beserta keterangannya!
4. Sebutkan dan jelaskan secara singkat penerapan penggunaan pegas
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam dunia teknik!

Jawaban
1. Hukum Hooke adalah prinsip dasar dalam ilmu fisika yang
menggambarkan hubungan antara gaya yang diberikan pada suatu
benda dan perubahan bentuk atau deformasi yang terjadi pada benda
tersebut. Hukum Hooke ditemukan oleh seorang fisikawan Inggris
bernama Robert Hooke pada abad ke-17.
Hukum Hooke menyatakan bahwa gaya yang diberikan pada suatu
benda elastis (seperti pegas atau tali) akan berbanding lurus dengan
perubahan panjang atau deformasi benda tersebut, asalkan perubahan
tersebut tidak melebihi batas elastisitas benda.

2. Dalam bentuk matematis, hukum Hooke dapat dinyatakan sebagai


persamaan berikut:
F= k.x

42
Di mana:
F adalah gaya yang diberikan pada benda (dalam newton).
k adalah konstanta pegas atau konstanta elastisitas (dalam newton
per meter).
x adalah perubahan panjang atau deformasi benda (dalam meter).

3. Rumus yang digunakan untuk menentukan periode getaran pada pegas


adalah sebagai berikut:
T = 2π√(m/k)
Di mana:
T adalah periode getaran (dalam detik).
π (pi) adalah konstanta matematis yang memiliki nilai kira-kira
3.14159.
m adalah massa benda yang terikat pada pegas (dalam kilogram).
k adalah konstanta pegas atau konstanta elastisitas pegas (dalam
newton per meter).

4. Beberapa contoh penerapannya adalah sebagai berikut:

– Pegas pada suspensi mobil: Pegas digunakan dalam sistem


suspensi mobil untuk menyerap guncangan dan getaran saat
kendaraan bergerak. Pegas pada suspensi membantu menjaga
kenyamanan penumpang dengan meredam benturan saat melewati
jalan yang tidak rata.

– Pegas pada matras atau kasur: Pegas digunakan dalam matras atau
kasur untuk memberikan dukungan dan kenyamanan saat tidur.
Pegas yang terdapat dalam matras membantu meredam tekanan
dan menyesuaikan diri dengan bentuk tubuh pengguna.

– Pegas pada alat pengukur: Pegas sering digunakan dalam alat

43
pengukur, seperti jangka sorong, meteran pita, atau pengukur
tekanan. Pegas pada alat-alat tersebut membantu menghasilkan
pengukuran yang akurat dengan memberikan tegangan yang
sesuai dan kembali ke bentuk semula setelah pengukuran
dilakukan.

– Pegas pada pintu dan jendela: Pegas pintu atau jendela, seperti
pegas penutup pintu atau pegas pembuka jendela, digunakan
untuk memudahkan pembukaan dan penutupan dengan
memberikan gaya dorong atau tarikan.

– Pegas pada kendaraan roda dua: Pegas digunakan dalam


kendaraan roda dua, seperti sepeda atau motor, pada sistem
suspensi belakang atau garpu depan. Pegas membantu menjaga
stabilitas kendaraan

4.7 Tugas Akhir

1. Gambarlah grafik antara F (gaya) dan x (perpanjangan)!

2. Hitunglah k dari grafik ini!

3. Gambarlah grafik antara T2 dan Mbeban!

4. Bandingkan antara harga k (poin 2) dan k (point 4)! Cara mana yang
lebih baik?

5. Hitunglah harga g pada percobaan B atau percobaan 2!

6. Berikan kesimpulan dari percobaan ini!

Jawaban

1. Grafik antara F (gaya) dan x (perpanjangan)

44
Grafik antara F (gaya) dan x
(perpanjangan)
2.45
1.96
Gaya (F)

1.47
0.98
0.49

0.5 1.5 3 4 5
Perpanjangan

2. k = F / x

– k = 0,49 / 0,5 => 0,98


– k = 0,98 / 1,5 => 0,65
– k = 1,47 / 3 => 0,49
– k = 1,96 / 4 => 0,49
– k = 2,45 / 5 => 0,49

3. Grafik antara T2 dan Mbeban

Grafik antara T2 dan Mbeban


0.58
0.504
0.417 0.446
0.344
T2

0.05 0.1 0.15 0.2 0.25


Beban

45
4. Cara ke 4 (empat) lebih baik karena beban lebih berat.

5. T =2 π
√ l
2g

6. Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa :

1) Hukum Hooke
– Semakin besar beban yang diberikan semakin besar pula
pertambahan panjang pegas
– Gaya yang bekerja pada pegas berbanding lurus dengan
pertambahan panjang pegas.
– Nilai konstanta pegas (k) relatif stabil, meskipun massa
beban ditambah dan terjadi perubahan panjang pegas.

2) Percepatan Gravitasi
– Gerak harmonik yang dilakukan beban memiliki periode.
Bertambahnya massa beban maka semakin besar periode
(T).

46
– Nilai gravitasi yang didapatkan adalah 5.08 m/s2
(Normalnya 9.8 m/s2 – 10 m/s2). Gravitasi kurang dari
normal mungkin disebabkan oleh:
1. Kondisi pegas dan kondisi angin saat melakukan
praktikum.
2. Ketidaktelitian dalam mengamati nilai atau angka.
BAB V MODULUS PUNTIR

MODULUS PUNTIR
5.1 Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum Modulus Puntir adalah untuk mengukur modulus


elastisitas (modulus puntir) suatu bahan. Modulus puntir adalah ukuran
kekakuan bahan terhadap deformasi torsi atau perputaran.
Tujuan praktikum ini meliputi:

1. Memahami konsep modulus elastisitas dan modulus puntir.


2. Mengenal dan menggunakan alat pengukur modulus puntir, seperti mesin
pengujian torsi.
3. Mengukur dan mencatat data deformasi torsi pada berbagai bahan, seperti
logam, plastik, atau kayu.
4. Menghitung modulus puntir menggunakan data yang diperoleh dan rumus
yang sesuai.
5. Menganalisis hasil pengukuran untuk membandingkan kekakuan relatif
dari berbagai bahan yang diuji.
6. Memahami aplikasi dan relevansi modulus puntir dalam industri dan
desain teknik.

5.2 Alat Yang Digunakan

 Mikrometer skrup
 Jangka sorong

47
 Mistar baja
 Batang uji
 Roda puntir
 Beban (massa)
 Katrol dan tali P
 Jarum penunjuk dan busur derajat (skala sudut S)
 Penyekat (penjepit) batang T

5.3 Teori

Sebuah batang dijepit keras-keras pada salah satu ujungnya T dan ujung
yang lain bebas berputar dan padanya dipasang keras-keras sebuah roda P,
kalau roda dengan pertolongan katrol dan diberi beban pada ujung talinya
maka roda itu akan menghasilkan momen M terhadap batang tersebut
(gambar 1.M10). Dengan jarum penunjuk yang melekat pada batang dan
pembagian skala S dapat dibaca sudut puntiran batang. Maka modulus
puntiran dapat dihitung dari :
2.M . L
G=
R4

Atau

360 . g . r . L. m
G=
π 2 . R4 . θrad
Dimana :

G = Modulus puntir (modulus geser)


M = Momen yang bekerja pada batang
L = Panjang batang yang dipuntir
R = Jari-jari batang yang dipuntir
θ = Sudut puntiran dalam radial
g = Percepatan gravitasi
r = Jari-jari joda P
m = Masa beban-beban

48
α = Sudut puntiran dalam derajat

5.4 Cara Kerja


1. Memasang satu batang yang diberikan oleh asisten, kemudian
mengeraskan semua skrup.
2. Memeriksa kebebasan gerak puntiran ujung batang yang beroda dan
memeriksa apakah momen sudah akan diteruskan ke seluruh batang.
3. Mengukur L, R, r dan menimbang m.
4. Memastikan kedudukan jarum penunjuk pada posisi tegak lurus terhadap
busur derajat (dianggap posisi nol).
5. Memberikan beban pada roda puntir dan mengamati pergerakan jarum
penunjuk pada busur derajat dan mencatat hasilnya pada Form
Pengambilan Data.
6. Melakukan hal diatas (no. 5) secara berturut-turut hingga semua beban uji
yang diberikan asisten dapat teruji.

5.5 Lembar Pengamatan

Ketentuan pada kelompok 4 yaitu dengan menambahkan panjang batang


yang dipuntir, jari-jari batang yang dipuntir, jari-jari roda P dan semua
angka derajat puntiran sebesar 2,5

PERCOBAAN
Panjang batang yang dipuntir (L) = 50,5 cm
Jari-jari batang yang dipuntir R = 2,75 cm
Jari jari roda P = 8,505 cm
Massa Derajat X Y
No X.Y X2
(gr) puntiran M (kg) Θ (rad)
1 500 2° 0,5 0,0349 17,45 250.000
2 1000 5° 1 0,0872 87,2 1.000.000

49
3 1500 6° 1,5 0,1047 157,05 2.250.000
4 2000 9° 2 0,157 314 4.000.000
5 2500 10° 2,5 0,1745 436,25 6.250.000
ΣX = ΣY = ΣX.Y = Σ X2 =
7.500 0,5583 1011,95 13.750.000

5.6 Tugas Pendahuluan


1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan modulus puntir!
2. Berapakah 1 derajat dalam bentuk radian dan sebaliknya!
3. Ubahlah sudut berikut kedalam bentuk radian:
a. 20° b. 30° c. 45°
4. Tuliskan rumus yang digunakan dalam menghitung modulus puntir
beserta keterangannya!
5. Sebutkan dan jelaskan secara singkat penggunaan modulus puntir pada
dunia teknik!

Jawaban

1. Modulus puntir adalah ukuran yang menggambarkan kekakuan atau


sifat tahan terhadap torsi atau gaya puntir pada suatu benda. Juga
dikenal sebagai modulus geser atau modulus elastisitas geser (shear
modulus atau modulus of rigidity dalam bahasa Inggris), modulus
puntir mengukur kemampuan suatu benda untuk menahan deformasi
akibat aplikasi gaya puntir.

2. 1° × π/180 = 0.01745rad
1rad × 180/π = 57.296°

3. 20° × π/180 = 0.3491rad


30° × π/180 = 0.5236rad
45° × π/180 = 0.7854rad

50
4. Modulus puntir dinyatakan dengan simbol G dan dihitung sebagai
perbandingan antara tegangan geser (τ) yang bekerja pada benda dengan
perubahan sudut geser (θ) yang dihasilkan dalam benda tersebut. Rumus
matematikanya adalah:

G=τ/θ

Di mana:

G adalah modulus puntir (dalam pascal atau psi),

τ adalah tegangan geser (dalam pascal atau psi),

θ adalah perubahan sudut geser (dalam radian atau derajat).

5. Penggunaan modulus puntir dalam dunia teknik meliputi:

– Desain Struktur: Modulus puntir digunakan dalam perencanaan


dan analisis struktur seperti jembatan, bangunan, dan struktur
lainnya. Modulus puntir digunakan untuk memperhitungkan
kekakuan struktur terhadap gaya puntir, seperti beban angin atau
gempa bumi. Ini membantu insinyur memastikan bahwa struktur
dapat menahan torsi dan deformasi yang mungkin terjadi.

– Perancangan Mesin: Dalam perancangan mesin dan komponen


mekanik, modulus puntir penting untuk memperhitungkan
deformasi dan kekakuan benda saat terkena torsi. Misalnya, dalam
perancangan poros mesin atau gigi, modulus puntir digunakan
untuk menentukan kekakuan dan keandalan struktur tersebut.

51
– Industri Otomotif: Modulus puntir digunakan dalam desain dan
analisis komponen otomotif, seperti suspensi, sistem roda, dan
transmisi. Dalam sistem suspensi, modulus puntir digunakan
untuk memperhitungkan kekakuan pegas dan bahan suspensi yang
diperlukan untuk menyerap torsi dan menjamin stabilitas
kendaraan.

– Manufaktur dan Fabrikasi: Modulus puntir penting dalam proses


manufaktur dan fabrikasi logam. Ketika bahan logam ditekuk,
ditekan, atau dipotong menggunakan gaya puntir, modulus puntir
digunakan untuk memastikan deformasi yang terjadi dalam batas
yang diinginkan dan mencegah kegagalan struktural.

– Rekayasa Material: Modulus puntir digunakan dalam penelitian


dan pengembangan material baru. Pengetahuan tentang modulus
puntir membantu insinyur dan ilmuwan memahami sifat
elastisitas dan kekakuan material, yang penting dalam memilih
bahan yang sesuai untuk aplikasi tertentu, seperti dalam industri
pesawat terbang atau teknologi medis.

5.2 Tugas Akhir

1. Buatlah grafik antara θ rad dengan m untuk tiap-tiap harga L!


2. Buatlah grafik antara θ rad dengan L untuk tiap-tiap m!
3. Hitunglah harga G untuk tiap harga L dan hitunglah harga G rata-rata!
4. Berilah kesimpulan dari percobaan!

Jawaban

1. Grafik antara θ rad dengan m untuk tiap-tiap harga L

52
Grafik antara θ rad dengan m
0.1745
0.157

0.1047
Rad

0.0872

0.0349

500 1000 1500 2000 2500


Massa

2. Grafik antara θ rad dengan L

Grafik antara θ rad dengan L


59.3
58.4

55.7
54.9
L

52.2

0.0349 0.0872 0.1047 0.157 0.1745


Rad

360 . g . r . L. m
3. Rumus yang dipakai, G= 2 4 rad
π . R .θ

360 . g . r . L. m
1) G= 2 4 rad
π . R .θ
360 x 9,8 x 8,505 x 50,5 x 0,5
G= 2 4
π x (2,75) x 0,0349

53
G = 38.498,94

360 . g . r . L. m
2) G=
π 2 . R4 . θrad
360 x 9,8 x 8,505 x 50,5 x 1
G= 2 4
π x (2,75) x 0,0872
G = 30.816,81

360 . g . r . L. m
3) G=
π 2 . R4 . θrad
360 x 9,8 x 8,505 x 50,5 x 1,5
G= 2 4
π x (2,75) x 0,1047
G = 38.498,94

360 . g . r . L. m
4) G= 2 4 rad
π . R .θ
360 x 9,8 x 8,505 x 50,5 x 2
G=
π 2 x (2,75)4 x 0,157
G = 34.232,17

360 . g . r . L. m
5) G=
π 2 . R4 . θrad
360 x 9,8 x 8,505 x 50,5 x 2,5
G= 2 4
π x (2,75) x 0,1745
G = 38.498,94

Maka hasil Grata-ratanya adalah 36.109,16

4. Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan dapat diambil kesimpulan


sebagai berikut :

1) Semakin besar massa benda yang di ukur, maka semakin besar


pula sudut yang terbentuk.

54
2) Modulus puntir juga merupaka modulus geser yang mempunyai
persamaan dengan modulus yang lain.
3) Untuk modulus puntir momen yang bekerja disana adalah
momen pada batang statip.

55
DAFTAR PUSTAKA

[1] Alonso, Marcello & Edward J. Finn. 1980. Dasar-Dasar Fisika Universitas Erlangga. Jakarta

[2] Buku Penuntun Praktikum Fisika Dasar. Universitas Pakuan. Bogor

[3] Hilliday, David & Robert Resnick. 1985. Fisika. Erlangga. Jakarta

[4] Suhada, Resa Taruna. 2009. Modul Fisika Dasar . Universitas Mercu Buana.Jakarta

[5] Tiper, Paul A. 1991. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Erlangga. Jakarta

[6] Kartika, Widya Sari (2014, 08 Maret). Laporan Praktikum Fisika Perco-baan Bandul Sederhana.

[7] Putra, Angga (2011, 29 November). Bandul Matematis

[8] Buddyatman, Dani (2012, 29 Desember). Bandul Matematis

[9] Kanginan, Marthen.2004. Fisika untuk SMA Kelas XI . Bandung: Erlangga

[10] Zaida. 2008.Petunjuk Praktikum Fisika Dasar.Bandung: Fakultas TeknologiIndustri Pertanian


Universitas Padjadjaran

56

Anda mungkin juga menyukai