2 Art therapy
perasaan negatif yang muncul (Ganim, 1999). Art therapy merupakan terapi yang
Partisipan yang menggunakan pendekatan art therapy tidak harus memiliki kemampuan di
dalam kesenian karena art therapy tidak mengutamakan keindahan dari hasil yang
dilakukan tetapi mengutamakan proses pelaksanaan art therapy (British Association of Art
therapy dalam Edwards, 2004). Art therapy merupakan proses mengekspresikan diri melalui
seni dan proses kreatif yang diterapkan berdasarkan teori psikologis dan pengalaman
Art therapy dapat membantu partisipan menceritakan dan mengeksplorasi emosi yang
sulit diungkapkan atau sebagai media untuk mengembangkan cara baru dalam
mengungkapkan perasaan ke dalam bentuk gambar (Edwards, 2004). Art therapy berupa
ekspresi kreatif yang dapat digunakan untuk mengatasi keterbatasan bahasa yang dapat
digunakan. Jika sulit mengungkapkan hal yang membingungkan atau menyakitkan maka
dapat menggunakan seni seperti menggambar, melukis, memahat, mewarnai, menjahit, dan
menempel (American Art therapy Association, 2017). Art therapy dapat digunakan untuk
segala usia. Aktivitas seni dapat menenangkan perasaan, melepaskan ketegangan dan
2007).
Art therapy bermanfaat untuk mengekspresikan emosi secara spontan yang dapat
2009). Art therapy dapat memberikan peluang untuk mengungkapkan perasaan, harapan,
dan konflik yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir pada partisipan. Art therapy
dapat mereduksi stress yang diakibatkan karena masalah fisik, emosi, dan mental (Ganim,
1999).
Art therapy dapat membantu individu menjadi rileks dan lebih fokus. Menciptakan
kreasi seni dapat menjadi katarsis karena menggunakan energi secara konstruktif sehingga
dapat melepaskan ketegangan. Partisipan yang melakukan art therapy tidak perlu khawatir
akan hasilnya, hanya perlu berkonsentrasi pada tugas yang diberikan. Hal ini dapat
membebaskan diri dari stressor sehingga menurunkan stress, kecemasan, ketakutan, dan
depresi (Buchalter, 2004). Art therapy menekankan pada mengatur ulang pikiran yang
bertujuan mengurangi stress atau membuat keadaan mental menjadi lebih baik. Seni juga
situasi yang penuh tekanan (Leviton & Leviton; Pinkard dalam Curl & Forks, 2008).
Dalam tahapan art therapy terdapat elemen penting yaitu media, tema, dan tata cara
dalam pengerjaan (Rubin, 2010). Terapis perlu menetapkan menyiapkan kondisi ruangan
(setting the stage). Terapis juga perlu menstimulasi dan memfasilitasi partisipan untuk
berekspresi (evoking and facilitating expression). Hal ini diperlukan agar partisipan dapat
Ganim (1998) menyatakan bahwa terdapat empat tahapan art therapy. Pertama
membantu partisipan memahami perbedaan cara mengekspresikan diri melalui verbal dan
gambar. Kedua adalah healing the mind yang bertujuan untuk menyadari pikiran negatif dan
mengubah pikiran negatif tersebut menjadi positif. Ketiga adalah healing the body yang
bertujuan untuk mengenali tanda atau sinyal tubuh yang membuat partisipan tidak nyaman.
Keempat adalah transformation of the spirit yang bertujuan untuk memperoleh kebebasan
dari batasan dan pola yang buruk di masa lalu sehingga memiliki potensi yang tidak terbatas
Menggambar dan melukis termasuk ke dalam jenis visual art therapy. Menggambar
biasanya menjadi tahap awal dalam membuat karya seni. Dalam meggambar, garis
merupakan elemen seni yang paling penting. Karakteristik garis ditentukan oleh media yang
dipakai untuk menggambar. Media yang sering digunakan untuk menggambar adalah pensil,
krayon, spidol berwarna, pena, kapur, tinta, dan cat air juga digunakan dalam menggambar
(Ragans, 2005).
perkembangan, emosi, fungsi kognitif, ekspresi, trauma, dan persepsi. Visual art therapy
mendorong partisipan untuk menceritakan emosi yang sulit untuk diungkapkan ke dalam
menggunakan alat seperti kuas, pisau lukis, penggulung (roller), atau jari. Permukaan yang
sering digunakan untuk melukis adalah kanvas, kertas, dan kayu. Media yang digunakan
dalam melukis adalah cat minyak dan cat yang larut dalam air. Cat minyak akan mengering
lebih lama sehingga memudahkan pencampuran warna pada kanvas. Cat yang larut dalam
air misalnya tempera dan akrilik (Ragans, 2005). Media pensil atau krayon memungkinkan
lebih banyak kontrol emosi sehingga menunjukkan kebutuhan untuk terstruktur. Sedangkan,
media cat air dan cat poster disebut sebagai loosening agent karena kurang terstruktur
Art therapy dengan menggambar dan melukis dapat digunakan sebagai psikoterapi
pada perempuan hamil sebagai sarana untuk mengekspresikan perasaan takut dan khawatir
kesadaran diri pada perempuan hamil sehingga mengarahkan kepada self-esteem yang
lebih tinggi, kemampuan kontrol diri, dan pembentukan persepsi baru untuk menghadapi
Art therapy dengan menggambar efektif untuk perempuan hamil yang khawatir dan
cemas dalam menghadapi persalinan. Art therapy membantu perempuan hamil dengan usia
kehamilan trimester ketiga dalam mengekspresikan perasaan takut dan khawatir pada saat
akan melahirkan nantinya. Ekspresi ketakutan yang diekspresikan dalam bentuk gambar
membuat ibu hamil dapat menceritakan bebannya sehingga meningkatkan harapan dan
Penelitian serupa yang dilakukan oleh Unsalver dan Sezen (2017) menunjukkan art therapy
dalam bentuk visual dapat menurunkan kecemasan dan depresi pada perempuan hamil
dengan usia kehamilan trimester ketiga sehingga dapat menangani rasa takut dan khawatir
terhadap persalinan.
Penelitian yang dilakukan oleh Chetu (2015) menunjukkan art therapy dengan
kedekatan secara emosional antara ibu dan janinnya pada ibu hamil dengan usia kehamilan
trimester kedua. Penelitian yang dilakukan Miller (2017) menunjukkan art therapy dengan
menggambar, mewarnai, dan melukis dapat membangun attachment yang aman (secure
2.3 Kehamilan
Kehamilan terjadi jika ada pertemuan antara sel telur (ovum) dan sel mani
wanita, biasanya mereka memiliki ingatan yang kuat mengenai kehamilan dan kelahiran
selama 20 tahun setelah kejadian tersebut. Kehamilan pada umumnya terjadi selama 40
minggu dari proses pembentukan hingga kelahiran. Kehamilan kurang dari 37 minggu
memiliki risiko rendahnya berat badan bayi (kurang dari 2500 gram). Berat badan bayi yang
Kehamilan dibagi menjadi tiga trimester, yaitu trimester pertama (1-13 minggu),
trimester kedua (14-26 minggu), dan trimester ketiga (27-40 minggu). Pada trimester
dinyatakan positif, dan janin seolah-olah tidak nyata (Lumley, dalam Susanti, 2008). Ibu
hamil mulai melakukan penyesuaian fisik dan emosional terhadap kehamilan. Ibu akan
merasakan pembengkakan atau rasa nyeri pada payudara atau rasa sakit pada perut
bagian bawah, keletihan dan membutuhkan tidur lebih banyak karena terjadinya perubahan
metabolisme pada tubuh. Ibu juga akan mengalami mual dan muntah atau yang sering
disebut sebagai morning sickness tetapi keadaan tersebut dapat muncul kapan saja.
Penyebab mual dan muntah diperkirakan karena human chorionic gonadotropin (hCG) yang
diproduksi oleh plasenta yang sedang berkembang. Beberapa wanita akan merasa rasa
logam di dalam mulutnya tetapi penyebabnya tidak diketahui (Simkin, Whalley, Keppler,
2010).
Selama bulan pertama kehamilan, ibu hamil biasanya mengalami gejolak emosi yang
naik turun. Ibu menjadi mudah menangis. Keadaan kehamilan dan akan menjadi seorang
ibu membuat wanita senang tetapi terkadang kurang nyaman. Gejolak emosi tersebut sulit
untuk dipahami oleh wanita hamil ataupun pasangannya. Perasaan saat wanita mengetahui
dirinya hamil menimbulkan emosi yang beragam pada dirinya dan pasangannya. Ibu akan
khawatir akan adanya perubahan hubungan dengan pasangan, ragu-ragu akan kemampuan
menjadi orangtua, dan bahagia akan menjadi orangtua (Simkin, Whalley, Keppler, 2010).
Pada trimester kedua, organ-organ dan struktur janin sudah mulai membesar dan
menjadi matang. Rambut, alis, dan bulu mata mulai muncul, serta kuku pada jari mulai
tampak. Kira-kira pada minggu kedelapan belas, janin mampu melakukan gerakan yang
berbeda-beda. Pada trimester kedua perasaan mual dan muntah pada ibu hamil menjadi
berkurang atau hilang sehingga ibu hamil merasa sehat secara fisik. Perubahan fisik berupa
perut yang membesar pada trimester kedua membuat beberapa wanita menyukai
penampilannya. Tetapi, untuk beberapa wanita merasa dirinya tidak menarik, tidak nyaman,
dan hanya dapat melakukan gerakan yang terbatas (Simkin, Whalley, Keppler, 2010).
Pada trimester ketiga, antibodi mengalir dari plasenta ke janin sehingga memberikan
ketahanan terhadap penyakit-penyakit yang sudah diimunisasikan oleh ibu. Bayi yang lahir
prematur akan menerima perlindungan yang lebih sedikit daripada bayi yang lahir normal.
Maka bayi prematur lebih rentan terhadap infeksi sesudah lahir atau pada masa kanak-
kanak. Rahim ibu akan membesar sampai tepat di bawah tulang payudara. Kepala janin
yang berada di posisi bawah di dekat rahim menekan kandung kemih sehingga membuat
ibu hamil sering buang air kecil (Simkin, Whalley, Keppler, 2010).