Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No.

07 Tahun 2013

Pengaruh Pengolahan terhadap Kandungan Poliphenol dan Antosianin Beras


Wulung yang Berpotensi sebagai Makanan Diet Penderita Diabetes Mellitus
Effect of Cooking on Polyphenols and Anthocyanins of Wulung rice Potentialy as
Functional Food for Patients with Diabetes Mellitus

Sri Hartati
Fakultas Pertanian, Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo
E-mail : tatik_univet@yahoo.com

Abstract
Wulung rice called black rice in Java, it was believed the functional food for Diabetes Mellitus. The
purpose studies was to determine the chemical content of rice like the moisture content, carbohydrate,
protein, fat, ash and to know the changes in polyphenolic and anthocyanin levels after cooking and a
flour product. The Results showed that is a carbohydrate (64.98% wb), protein 15.41% wb, fat 4.23%
wb, minerals (ash) 2.04% wb, crude fiber 3.52% wb and moisture 13.34%. There were no differences
between the levels of phenols for whole grain that has been processed into rice, but there were
significant differences with flour. Total phenol of whole grain, flour, and rice respectively are 0.76,
0.55 and 0.84 mg. There were significant decreasing of anthocyanin in processing to the flour and
rice. The decrease in anthocyanin 83.60% occur in the processing of rice. Anthocyanin of whole grain,
flour and rice respectively: 2.8918, 2.4091 and 0.4741 mg/100g (% db).
Keyword : wulung rice, poliphenol, antosianin, diabetes mellitus

PENDAHULUAN Berbagai penelitian telah dilakukan di


beberapa negara berkembang dan data WHO
Diabetes Mellitus (DM) tergolong menunjukkan bahwa peningkatan tertinggi
penyakit degeneratif yang prevalensinya cukup jumlah pasien diabetes terjadi di Asia Tenggara
tinggi. Angka insiden dan prevalensi DM termasuk Indonesia yang menempati peringkat
cenderung meningkat dari berbagai penelitian ke-5 di dunia (Suyono, 2006). Kecenderungan
epidemiology. Prevalensi DM di dunia menurut meningkatnya penyakit degeneratif diperlukan
International Diabetes Federation (IDF) suatu preventif melalui pengembangan
mencapai 246 juta tahun 2007 dan makanan/minuman yang menyehatkan.
diproyeksikan menjadi 380 juta pada tahun Makanan (pangan) fungsional adalah
2025. (Perkem Ind, 2006; Pimentel,P, 2007). pangan yang selain bergizi juga mempunyai
WHO memprediksi di Indonesia terdapat pengaruh positif terhadap kesehatan seseorang
kenaikan jumlah pasien dari 8,4 juta pada tahun (Muchtadi dan Hanny, 1996). Meskipun
2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. diharapkan memberikan manfaat bagi
Prevalensi Diabetes type 2 meningkat secara kesehatan, makanan fungsional tidak dianggap
eksponensial, dan diperkirakan mencapai lebih sebagai obat, melainkan dikategorikan tetap
300 juta kasus pada tahun 2030 (Wild et al, sebagai makanan. Oleh karena itu makanan
2004). fungsional seharusnya dikonsumsi sebagai

57
Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 07 Tahun 2013

layaknya makanan sehari-hari, bentuknya dapat Belum diperoleh informasi seberapa


berupa makanan atau minuman (Fardiaz, 1997; besar perubahan kandungan total poliphenol
Hilliam, 2000). dan kadar antosianin beras wulung setelah
Beras merupakan salah satu padi-padian dilakukan penanakan sehingga potensi sebagai
paling penting di dunia untuk dikonsumsi makanan diet terapi masih dipertahankan
manusia. Diantara varian beras dijumpai beras setelah pemasakan. Selain dimasak menjadi
hitam (Oryza sativa L. indica). Beras hitam ini, nasi, beras seringkali juga diproses menjadi
memiliki nama yang berbeda-beda tergantung tepung untuk dipergunakan sebagai bahan
di mana beras hitam tersebut berada. Beras pembuatan makanan dalam bentuk selain nasi.
hitam yang ada di Solo dikenal dengan nama Belum diketahui, apakah pembuatan tepung
"beras wulung". Menurut sejarahnya, dulunya beras hitam juga akan mengubah komponen
beras Wulung merupakan beras pilihan yang poliphenol dan kadar antosianinya. Untuk
hanya ditanam dan dipergunakan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut
Keraton Kasunanan Surakarta, khusus penelitian ini dilakukan.
dikonsumsi di lingkungan para Raja dan Penelitian ini bertujuan untuk
digunakan untuk jenis ritual tertentu, mengetahui kandungan kimia beras wulung
(Kristamtini, 2009; Tri Dewanti, 2009). meliputi kadar air, karbohidrat, protein, lemak,
Dilaporkan bahwa dalam dedak beras dan abu serta mengetahui perubahan komponen
hitam terdapat kandungan antosianin (salah satu poliphenol (total phenol) dan kadar anthosianin
kelompok antioksidan) sebanyak 5,55 mg/g setelah dilakukan pemasakan menjadi nasi dan
bahan (Ono, et al., 2003). Pada lapisan kulit menjadi tepung (powder) yang dibandingkan
terluar (outer layer), beras hitam memiliki tanpa pengolahan (kontrol). Pengamatan
kandungan flavonoid yang di dalamnya meliputi analisa proksimat bahan baku (beras
termasuk antosianin sebanyak 6,4 g/100 gr kulit wulung pecah kulit) dan pengamatan perubahan
terluar. Pengaruh positif dari poliphenol kadar poliphenol dan kadar antosianin sebelum
(termasuk di dalamnya flavonoid) pada pengolahan dan sesudah pengolahan.
homeostatistik glukosa ditunjukkan dalam
sejumlah besar penilitian in vitro pada beberapa METODOLOGI
hewan coba yang didukung dengan bukti-bukti Penelitian ini merupakan penelitian
epidemiologi pada diet kaya poliphenol eksperimen yang dilaksanakan di Laboratorium
(Hanhineva et al, 2010). Oleh karena itu beras MIPA Universitas Veteran Bangun Nusantara
wulung diketahui mempunyai potensi dalam Sukoharjo. Bahan penelitian terutama beras
penurunan gula darah sehingga sangat cocok wulung varietas asal Boyolali diambil dari
dikonsumsi sebagai makanan diet para Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN)
penderita Diabetes Mellitus (DM). MARSUDI MULYO Dukuh Surodhuwur, Desa
58
Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 07 Tahun 2013

Tawangsari, Kecamatan Teras, Kabupaten Lengkap (RAL) Pola Searah. Perlakuan


Boyolali. (variabel tetap) adalah Metode/cara pengolahan
Dari Gambar 1 terlihat bahwa penelitian beras wulung (yaitu beras wulung pecah kulit
diawali dengan analisa proksimat untuk (tanpa pengolahan, pengolahan menjadi nasi
mengetahui komponen kimia yang dikandung dan pengolahan menjadi tepung melalui proses
dalam beras wulung meliputi : kadar air penyangraian). sedang variabel tergantung
(metode analisa Thermogravimetri), karbohidrat adalah zat-zat potensi yaitu total phenol dan
(by different), protein (metode Kjeldahl), lemak total antosianin. Masing-masing perlakuan
(metode Soxhlet), mineral total (cara kering) diulang 2 kali, dengan analisa sampel adalah
serta serat kasar (hidrolisa asam kuat). Sebagai triple. Data yang diperoleh dianalisis dengan
pembanding dilakukan pula analisa proksimat One Way Anova. Bila terdapat perbedaan antar
beras merah. perlakuan dilanjutkan dengan Uji Duncan.
Beras wulung dimasak/diolah dengan dua cara
pengolahan yaitu diolah menjadi tepung beras HASIL DAN PEMBAHASAN
hitam dengan cara sangrai menggunakan media Hasil Analisa Proksimat Beras Wulung
pasir, dan diolah menjadi nasi hitam dengan alat Sebelum beras wulung diolah, terlebih
Rice Cooker. Analisa kandungan poliphenol dahulu dianalisis proksimat untuk mengetahui
(total phenol) menggunakan metode yang komponen-komponen di dalamnya meliputi
dikembangkan oleh Taga et al (1984) sedang analisis kadar air, mineral, lemak, protein,
analisa kandungan total antosianin karbohidrat dan serat kasar. Hasil analisa
menggunakan metode yang dikembangkan oleh proksimat komponen beras wulung dan beras
Markakis (1982). Analisa dilakukan baik pada merah sebagaimana tampak pada Tabel 1.
beras wulung sebelum dimasak (beras pecah Tabel 1 tampak bahwa pada semua
kulit), tepung beras wulung dan nasi beras komponen yang diuji antara beras wulung
wulung untuk mengetahui pengaruh (beras hitam) dan beras merah tidak banyak
perubahannya. Proses penanakan nasi dilakukan perbedaan. Tampak pula bahwa baik beras
seperti terlihat pada Gambar 2, sedang proses wulung maupun beras merah komponen
pembuatan powder/tepung seperti tampak pada terbesar adalah karbohidrat yaitu 64,98 % pada
Gambar 3. Analisa Kandungan Total Antosianin beras wulung sedang beras merah adalah
(Markakis, 1982). Analisa Kandungan Total 65,59%.
Phenol (Taga et al, 1984) Kadar protein baik pada beras wulung
maupun beras merah juga relatif tinggi yakni
Rancangan Percobaan dan Analisis Data 15,41%. Hasil ini memperlihatkan jauh lebih
Rancangan percobaan yang digunakan tinggi dibanding penelitian Sompong et al
dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak (2011) yang menunjukkan dari 9 varietas beras
59
Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 07 Tahun 2013

merah yang diuji kadar maksimum kadar Gambar 4 tampak bahwa terdapat
protein adalah 10.36 ± 0.04 %. Pada 3 varietas perubahan fisik yang sangat berbeda dari bahan
beras hitam yang diuji berkisar 8.17 ± 0.41 % awal yaitu beras wulung pecah kulit baik
(minimum) dan 10.85 ± 0.09 % (maksimum). setelah diolah menjadi tepung beras wulung
Kadar lemak (4,23% pada beras wulung maupun menjadi nasi wulung. Perbedaan terjadi
dan 4,15% pada beras merah) serta kadar karena beras telah mengalami penambahan air
mineral total (beras wulung 2,04% dan beras dan perlakuan panas. Selain perubahan fisik
merah 1,57%) pada sampel yang diuji diperoleh tersebut beras wulung juga diuji perubahan
hasil yang mirip dengan yang dilakukan kimianya khususnya terhadap komponen
Sompong et al (2011) yang mempelihatkan poliphenolnya (total phenol) dan kadar
diantara sampel yang diuji bervariasi 2.85 ± antosianin.
0.09 - 3.72 ± 0.06 % kadar lemak beras hitam Hasil penelitian terhadap kandungan
dan 1.74 sampai 1,48 g/100 g db) kadar total phenol baik pada saat masih dalam bentuk
mineral. Sedang Deepa et al. (2008) dalam beras, setelah diolah menjadi tepung beras
penelitiannya terhadap beras Njavara, yaitu wulung dengan cara sangrai serta diolah
beras berwarna merah yang dipercaya berkasiat menjadi nasi beras wulung dengan Rice cooker
obat (a medicinal rice) di India mempunyai tampak sebagaimana pada Gambar 5.
komponen 73% Karbohidrat, 9.5% protein, Gambar 5 menunjukkan bahwa tidak
2.5% lemak, 1.4% abu. terdapat perbedaan kadar total phenol antara
beras wulung (pecah kulit) dengan yang telah
Pengaruh Pengolahan Beras Wulung diolah menjadi nasi wulung, namun terdapat
terhadap Kandungan Total Phenol
perbedaan yang signifikan (P<0,05) dengan
Pemasakan (pengolahan) beras menjadi tepung beras wulung. Hal ini diduga
produk siap konsumsi dimaksudkan untuk dikarenakan pada pengolahan tepung beras
memudahkan proses pencernaan. Dalam wulung ini melalui suatu proses pengayakan (60
penelitian ini dilakukan 2 (dua) pengolahan mesh) setelah diblender. Produk tepung beras
yaitu pengolahan beras wulung menjadi tepung wulung yang diuji adalah tepung yang lolos
beras wulung dengan cara penyangraian pengayakan. Kemungkinan bahan-bahan yang
(penggorengan tanpa menggunakan minyak), tidak lolos pengayakan adalah bahan-bahan
dalam hal ini menggunakan media pasir. yang sulit hancur dengan blender padahal
Pengolahan yang kedua adalah pengolahan diduga masih mengandung bekatul yang cukup
beras wulung menjadi nasi wulung dengan tinggi. Bekatul adalah bagian beras yang
menggunakan alat penanak nasi Rice cooker mengandung senyawa phenol tinggi.
selama 50 menit. Produk hasil penelitian Dibandingkan tepung beras pecah kulit (PK),
tampak sebagaimana pada Gambar 4. bekatul mengandung lebih banyak antioksidan
60
Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 07 Tahun 2013

dan berhubungan dengan nilai kapasitas terhadap kadar antosianin yang dikandung
antioksidan yang tinggi pula (Aguilar-Garcia, et dalam masing-masing produk tampak
al (2007). Sementara Randhir et al (2008) sebagaimana dalam Gambar 6. Dari Gambar 6
menyatakan penurunan kandungan total phenol tersebut terlihat bahwa terdapat perubahan
yang diobservasi dalam soba (buckwheat) kadar antosianin yang signifikan (P<0,05)
kemungkinan dikarenakan degradasi dari antara beras wulung (berupa beras pecah
beberapa komponen phenol oleh proses kulit/PK) dengan tepung beras wulung maupun
pemanasan. nasi beras wulung.
Dari hasil penelitian terhadap kadar total Kadar antosianin beras wulung pecah
phenol dengan perhitungan basis basah (wet kulit sebesar 2,506±0,02 mg/100g sampel
basic) diperoleh kadar total phenol beras (%wb), sedang tepung beras dan nasi berturut-
wulung, tepung beras wulung, dan nasi beras turut 2,133±0,06 dan 0,153±0,01 mg/100g
wulung berturut-turut adalah 0,656, 0,484 dan sampel (%wb). Dalam basis perhitungan dry
0,27 mg ekuivalen asam gallat /100 g (%wb). basis kadar antosianin beras wulung pecah kulit
Namun setelah dilakukan perhitungan secara adalah 2,8918 mg/100g, tepung beras wulung
basis kering (dry basic) diperoleh hasil 2,4091 dan nasi beras wulung adalah 0.4741
sebagaimana tampak pada Gambar 5. Kadar mg/100g. Kadar antosianin tersebut berbeda
total phenol beras wulung adalah 0,76 ±0,04 dengan kandungan antosianin beras hitam
mg ekuivalen asam gallat /100 g (% db), setelah setengah sosoh (SSH) dan pecah kulit (PK)
diolah menjadi tepung beras wulung kadar total yang diteliti oleh Swasti dan Astuti (2007) yang
phenol adalah 0,55±0,02 mg ekuivalen asam mempunyai kandungan antosianin 149 ± 11
gallat /100 g (% db) dan setelah menjadi nasi mg/100g (db) dan 152 ± 16 mg/100g (db).
beras wulung total phenol sebesar 0,84 ±0,06 Beras wulung yang masih berupa beras
mg ekuivalen asam gallat /100 g (% db). Kadar pecah kulit (Brs W.PK) memiliki kadar
air bahan berpengaruh terhadap kadar suatu antosianin yang paling tinggi, diikuti tepung
komponen per satuan bahan oleh karena untuk beras (Tep Brs W) dan nasi beras wulung (Nasi
melihat perubahan kandungan komponen Brs W). Hal ini dikarenakan produk berupa
tersebut lazimnya dilakukan dalam dry basic beras pecah kulit belum mengalami perlakuan
(db). panas dibanding dengan kedua produk yang
lain. Nasi beras wulung mengalami penurunan
Pengaruh Pengolahan Beras Wulung kadar antosianin yang paling tinggi dikarenakan
terhadap Kandungan Antosianin
proses pengolahan beras menjadi nasi
memerlukan perlakuan panas yang lebih tinggi
Pengaruh pemasakan beras wulung
dan lebih lama dibanding dengan proses
menjadi nasi wulung dan tepung beras wulung
pembuatan tepung beras wulung, disamping itu
61
Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 07 Tahun 2013

pada proses pembuatan tepung beras wulung Penelitian lanjut masih perlu terus
juga beras tidak mengalami proses pencucian dilakukan untuk mengetahui cara pengolahan
sehingga kemungkinan besar kandungan yang tepat dari beras wulung untuk memperoleh
antosianin tidak terikut terbuang bersama air bukti bahwa beras wulung mempunyai potensi
bekas pencucian. sebagai diet penderita diabetes mellitus.
Hasil penelitian ini dapat dikatakan
bahwa untuk mengambil manfaat dari beras DAFTAR PUSTAKA
wulung khususnya terhadap kandungan Aguilar-Garcia, C.; Gavino, G.; Baragano-
Mosqueda, M.; Hevia, P.; Gavino, V.
antosianin, sebaiknya pemasakan beras wulung C. Correlation of tocopherol,
dilakukan dengan dibuat menjadi tepung tocotrienol, γ-oryzanol and total
polyphenol content in rice bran with
(powder). Pengolahan beras wulung menjadi different antioxidant capacity assays.
tepung hanya mengalami sedikit pemanasan Food Chem. 2007, 102, 1228-1232.
yaitu dengan penyangraian. Anonim, 2010. Boyolali dalam Angka 2009.
BPS Kab. Boyolali.
Deepa,G, Vasudeva Singh, K. Akhilender
KESIMPULAN Naidu., 2008. Nutrient Composition
Dari penelitian ini dapat disimpulkan and Physicochemical Properties of
Indian Medicinal Rice – Njavara. Food
bahwa : Chemistry 106 : 165–171
1. Komponen dominan dari beras wulung Fardiaz, Dedi, 1997. Makanan Fungsional dan
(beras hitam) adalah karbohidrat (64,98 Pengembangannya melalui Makanan
Tradisional. Prosiding Seminar Tekn.
%wb). Kadar protein total 15,41%wb, Pangan, 5-8 Juli, Yogyakarta.
kadar lemak 4,23%wb, mineral (abu) 2,04 Hanhineva, Kati, Riitta Törrönen, Isabel
%wb, serat kasar 3,52 %wb serta kadar air Bondia-Pons, Jenna Pekkinen,
Marjukka Kolehmainen, Hannu
13,34%. Mykkänen and Kaisa Poutanen, 2010.
2. Tidak terdapat perbedaan kadar total Impact of Dietary Polyphenols on
Carbohydrate Metabolism. Review. Int.
phenol antara beras wulung (pecah kulit) J. Mol. Sci. 2010, 11, 1365-1402
dengan yang telah diolah menjadi nasi Hiemori,Miki, Eunmi Koh and Alyson E.
wulung, namun terdapat perbedaan yang Mitchell, 2009. Influence of Cooking
on Anthocyanins in Black Rice (Oryza
signifikan dengan tepung beras wulung. sativa L. japonica var. SBR). J. Agric.
3. Terjadi perubahan penurunan kandungan Food Chem., (5): 1908-1914.
Hilliam, M. 2000. Functional Food : How big is
antosianin yang signifikan dalam
the Market? World of Food Ingredients
pengolahan beras wulung (beras hitam) 12 : 50-53.
menjadi tepung beras wulung dan nasi Kristamtini, 2009. Mengenal Beras Hitam dari
Bantul.
wulung. Penurunan kandungan antosianin
http://www.litbang.deptan.go.id/arti
mencapai 83,60% terjadi pada pengolahan kel/
dengan pemasakan menjadi nasi wulung.
62
Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 07 Tahun 2013

Lai,Phoency, Ken Yuon Li, Shin Lu, Hua Han Scalbert, A., Johnson, I.T., Saltmarsh, M., 2005.
Chen, 2009. Phytochemicals and Polyphenols: antioxidants and beyond.
Antioxidant Properties of Solvent American Journal of Clinical Nutrition
Extracts from Japonica Rice Bran. 81: 215S–217S.
Food Chem. 117:538-544 Solopos, 2 April 2011. Boyolali Kembangkan
Markakis,Perieles, 1982. Anthocyanins as Food Beras Wulung.
Colors. Academic Press, Inc, London. Sompong,R, Siebenhandl-Ehn,S, G.Linsberger-
Muchtadi, D, dan C. Hanny Wijaya, 1996. Martin, E. Berghofer, (2011).
Pangan Fungsional : Pengenalan dan Physicochemical and Antioxidative
Perancangan. Kursus singkat “ properties of Red and Black Rice
Makanan Fungsional dan Keamanan Varieties from Thailand, China and Sri
Pangan” PAU PAngan dan Gizo, Lanka. Food Chemistry 124: 132–140
UGM, Yogyakarta. Suyono, S., 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit
Ono, K., Sugihara, N., Hirose, Y. dan Katagiri, Dalam jilid III edisi 4, Pusat
K., 2003. An Examination of Optimal Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Solvents for Anthocyainin Pigments Dalam FK UI, Jakarta, hal. 1874-1878.
from Black Rice Produced in Gifu. J. Swasti, Yuliana Reni dan Mary Astuti, 2007.
Agric. Food Chem., 2003, 51 (18), pp Aktivitas Antioksidan Antosianin
5274–5279. Beras Hitam Dalam Low-Density
Perkem Ind (Perkumpulan Endokrinologi Lipoprotein (LDL) Plasma Darah
Indonesia), 2006. Konsensus Manusia Secara In Vitro. Thesis.
Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Mellitus Tipe 2 di Indonesia 2006. Taga, M.S., Miller, E.E. dan Pratt, D.E.,1984.
Fakultas Kedokteran UI. Jakarta Chia Sheeds as source of natural
Pimentel, P, 2007. Diabetes Prevalence Surges lipid antioxidants. Journal of
to 246 milion. 19th World Diabetes American Oil Chemical Society 61:
Congress, 3-7 Desember 2006. Cape 928-931)
Town South Africa. Medical Tribune. Tri Dewanti W Mubandrio, 2009. Beras Hitam.
February. pp 6. http://terminalcurhat.blogspot.com/200
Randhir,R., Young-In Kwon, Kalidas Shetty., 9/10/beras-hitamberas-yang-
2008. Effect of Thermal Processing on menyehatkan.html
Phenolics, Antioxidant Activity and Wild, S.; Roglic, G.; Green, A; Sicree, R.; King,
Health-Relevant Functionality of H., 2004. Global prevalence of
Select Grain Sprouts and Seedlings diabetes: Estimates for the year 2000
Innovative Food Science and Emerging and projection for 2030. Diabetes Care
Technologies 9 :355–364 27: 1047-1053.

63
Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 07 Tahun 2013

Beras wulung pecah kulit Analisis kadar air,


karbohidrat, protein, lemak,
abu, total phenol dan kadar
antosianin

Pengolahan menjadi nasi Pengolahan menjadi tepung

Evaluasi kadar zat potensi Analisis kadar total phenol


dan Antosianin

Analisis Data

Pelaporan

Gambar 1. Jalan penelitian secara keseluruhan

Beras wulung sosoh

Pencucian

Air 1:4 Penanakan dalam Rice


Cooker, 50 menit

Nasi beras wulung

Gambar .2. Diagram alir pengolahan beras wulung menjadi nasi hitam

64
Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 07 Tahun 2013

Pasir Beras wulung

Pencucian

Pengeringan Penyangraian dalam wajan stainless


(Penjemuran) steel, 15 menit disertai pengadukan

Penggilingan dengan blender

Pengayakan

Bubuk (powder) beras wulung

Gambar 3. Diagram alir pengolahan beras wulung menjadi tepung (powder)

65
Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 07 Tahun 2013

Beras Wulung

Tepung Beras Wulung

Nasi Beras Wulung

Gambar 4. Beras wulung dan hasil olahannya

66
Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 07 Tahun 2013

Perubahan kandungan total phenol selama pengolahan beras wulung

t a 0.84 a
o 0.9 0.76
t 0.8 b
a 0.7 0.55
l 0.6
p 0.5
h 0.4
e
0.3
n
0.2
o
0.1
l
0
Brs W. PK Tep Brs W Nasi Brs W
Macam pengolahan

Gambar 5. Kandungan Total phenol mg ekuivalen asam gallat /100 g (% db) pada beras wulung (Brs
W.PK= 0,76±0,04), tepung beras wulung (Tep Brs W=0,55±0,02) dan nasi beras wulung
(Nasi Brs W=0,84±06). Diagram yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata.

a
2.8918
3.0
2.4091
b
a
2.5
n
t 2.0
k
o
a 1.5
s
d
i
a 1.0 0.4741
a
r c
n 0.5
i
n 0.0
Brs W. PK Tep Brs W Nasi Brs W
macam pengolahan

Gambar 6. Perubahan kadar antosianin (mg/100g, %db) beras Wulung (Brs W.PK=2,89±0,02) menjadi
tepung beras Wulung (Tep Brs W=2,41±0,06) dan Nasi beras Wulung (Nasi Brs
W=0,47±0,01). Diagram yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata.

Tabel 1. Hasil Analisa Proksimat Beras Wulung (Hitam) dan Beras Merah

Komponen Beras Wulung (%,wb) Beras Merah (%,wb)


Air 13,34 13,28
Mineral Total 2,04 1,57
Lemak 4,23 4,15
Protein Total 15,41 15,41
Karbohidrat 64,98 65,59
Serat Kasar 3,52 2,33

67

Anda mungkin juga menyukai