Buku A. Khusnul Hakim
Buku A. Khusnul Hakim
Penulis:
Ahmad Khusnul Hakim
Bekti Widyaningsih S.Kom, M.E
ii
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
iii
PERAN BAZNAS DALAM
MEMANAJEMEN AMIL
Penulis:
Ahmad Khusnul Hakim
Bekti Widyaningsih,S.Kom
ISBN : -
Penyunting:
Ahmad Khusnul Hakim
Penerbit :
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)
Universitas KH. A. Wahab Hasbullah
Redaksi :
Jl. Garuda No.9 Tambakberas
Jombang – Jawa Timur
Telp/Fax +0321-853533
Email : lppm@unwaha.ac.id
Cetakan pertama, Maret 2023
iv
KATA PENGANTAR
Penulis
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Manfaat
BAB II
GAMBARAN UMUM BAZNAS
A. Difinisi BAZNAS
B. Fungsi BAZNAS
C. Peran BAZNAS
BAB III
GAMBARAN UMUM AMIL
A. Tentang Amil
B. Fungsi Amil
C. Peran Amil
BAB IV
JOB DESK SEORANG AMIL
A. Target Kerja Baznas
B. Job Desk Amil
BAB V
SEPUTAR BAZNAS JOMBANG
A. Seputar BAZNAS Jombang
B. Struktur Organisasi
C. Income BAZNAS Jombang
BAB VI
MANAJEMEN AMIL DI BAZNAS KABUPATEN JOMBANG
A. Peran BAZNAS Dalam Memanajemen Amil
B. Pengaruh Amil Pada Masarakat Kabupaten Jombang
C. Strategi Menyadarkan Mayarakat Kabupaten Jombang
Dalam Berzakat
DAFTAR PUSTAKA.……………………………………………………………..66
vi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.2 Manfaat
Dalam penulisan buku ini, pembaca diharapkan
dapat mengetahui peran BAZNAS khususnya di daerah
Kabupaten/Kota, yang dimana BAZNAS memiliki peran
memanajemen seorang Amil untuk kesejahteraan
masyarakat di sekitar Kabupaten/Kota. Perlu diketahui
bahwa penyaluran ZIS tidak hanya konsumtif tetapi
dapat memberdayakan masyarakat atau disebut zakat
produktif. Dengan penulisan buku ini selesai, pembaca
dan penulis dapat mengetahuinya bahwa dana Zakat
tidak hanya dibagikan kepada fakir miskin, dhuafa dan
anak yatim, tetapi juga dapat membantu keberlanjutan
hidup bagi rakyat kecil di sekitar Kabupaten/Kota.
5
BAB 2. GAMBARAN UMUM BAZNAS
6
Memperkuat kompetensi, profesionalisme,
integritas, dan kesejahteraan amil zakat nasional
secara berkelanjutan
Modernisasi dan digitalisasi pengelolaan zakat
nasional dengan sistem manajemen berbasis data
yang kokoh dan terukur
Memperkuat sistem perencanaan, pengendalian,
pelaporan, pertanggungjawaban, dan koordinasi
pengelolaan zakat secara nasional
Membangun kemitraan antara muzakki dan
mustahik dengan semangat tolong menolong
dalam kebaikan dan ketakwaan
Meningkatkan sinergi dan kaloborasi seluruh
pemangku kepentingan terkait untuk
pembangunan zakat nasional dan
Berperan aktif dan menjadi referensi bagi gerakan
zakat dunia
Sejarah BAZNAS
Pengelolaan zakat oleh lembaga awalnya
hanya diatur oleh Keppres No 07/POIN/10/1968
tertanggal 31 Oktober 1968 tentang pengelolaan zakat
nasional. Lembaga pengelola zakat saat itu hanya
dilakukan terbatas di beberapa daerah saja seperti
BAZIS DKI (1968), BAZIS Kaltim (1972), BAZIS Jawa
Barat (1974) dan beberapa BUMN mendirikan lembaga
zakat seperti BAMUIS BNI (1968). Lahirnya Undang-
Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Zakat merupakan langkah awal pengelolaan zakat yang
berlaku secara Nasional. Sebagai implementasi UU
Nomor 38 Tahun 1999 dibentuklah Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) dengan Surat Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2001.
Dalam Surat Keputusan ini disebutkan tugas
dan fungsi BAZNAS yaitu untuk melakukan
penghimpunan dan pendayagunaan zakat. Dalam
Undang-Undang tersebut diakui adanya dua jenis
7
organisasi pengelola zakat yaitu Badan Amil Zakat
(BAZ) yang dibentuk pemerintah dan Lembaga Amil
Zakat (LAZ) yang dibentuk oleh masyarakat dan
dikukuhkan oleh pemerintah. Adapun BAZ terdiri dari
BAZNAS pusat, BAZ Propinsi, BAZ kota, BAZ
Kecamatan.
Terbentuknya lembaga zakat yang berbadan
hukum dan didukung dengan sosialisasi zakat yang
dilakukan oleh lembaga zakat di berbagai media
berdampak pada peningkatan kesadaran masyarakat
untuk berzakat melalui amil zakat. Sejak tahun 2002
total dana zakat yang berhasil dihimpun BAZNAS dan
LAZ mengalami peningkatan pada tiap tahunnya. Selain
itu, pendayagunaan zakat juga semakin bertambah luas
dan bahkan menjangkau sampai ke pelosok-pelosok
negeri. Pendayagunaan zakat mulai dilaksanakan pada
lima program yaitu kemanusiaan, pendidikan,
kesehatan, ekonomi, dan dakwah.
Pada tanggal 27 Oktober 2011, DPR RI
menyetujui undang-undang pengelolaan zakat
pengganti Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 yang
kemudian diundangkan sebagai UU Nomor 23 Tahun
2011 pada tanggal 25 November 2011. UU ini
menetapkan bahwa pengelolaan zakat bertujuan
untuk : (1) meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pelayanan dalam pengelolaan zakat dan (2)
meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan
kemiskinan. Untuk mencapai tujuan dimaksud, UU
mengatur bahwa kelembagaan pengelola zakat harus
terintegrasi dengan BAZNAS sebagai koordinator
seluruh pengelola zakat, baik BAZNAS daerah maupun
LAZ.
8
1. Perencanaan penghimpunan, pendistribusian
dan pendayagunaan zakat.
2. Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian dan
pendayagunaan zakat.
3. Pengendalian penghimpunan, pendistribusian
dan pendayagunaan zakat.
4. Pelaporan & pertanggungjawaban pelaksanaan
pengelolaan zakat.
9
BAB 3. GAMBARAN UMUM AMIL
10
pengelolaan dan pendistribusian zakat masuk
dalam lafadz amil. Perluasan makna amil ke
beberapa makna lain nampaknya perlu
diperhatikan ruang lingkupnya.
Perbedaan lain antara mazhab Hanafi dan
jumhur adalah mazhab Hanafi menyatakan
bahwa amil diangkat oleh imam/pemimpin
umat Islam. Jumhur ulama tidak menyebutkan
bahwa amil diangkat oleh imam. Penjelasan ini
dapat kita pahami dengan mengatakan bahwa
menurut mazhab Hanafi, amil harus diangkat
oleh imam/penguasa dan bukan diangkat oleh
masyarakat, seperti yang dilakukan oleh para
Nabi dan para Khulafaurrasyidin. Sedangkan
menurut Jumhurul ulama amil sendiri ditunjuk
oleh imam atau oleh komunitas, seperti yang
banyak dilakukan saat ini.
Ulama Tafsir
Beralih ke konsep amil menurut para
mufassir, berikut pendapat empat mufassir
yang dikutip, yaitu Ibnu Jarir ath-Thabary
dalam Tafsir Ath-Thabary, al-Qurtubi dalam
Tafsir al-Qurthiby, Muhammad Rasyid Ridha
dalam Tafsir Al-Manar, dan Muhammad Ali al-
Sais dalam Tafsir Ayat Ahkam.
Ibnu Jarir al-Tabary
Menurut Ibnu Jarir al-Thabary, amil adalah
pemungut zakat dari para muzakki dan
menyalurkannya kepada para mustahiq zakat.
Mereka diberi zakat karena pekerjaannya. Tidak
peduli apakah dia kaya atau miskin. Untuk
menguatkan pendapat ini, ia mengutip
pendapat ahl al-'ilm dan bahasa, seperti al-
Zuhry dan Qatadah.
Arti amil yang diberikan oleh al-Tabari
sangat sederhana. Amil hanya dipahami sebagai
mengumpulkan zakat dari muzakki dan
menyalurkannya kepada mustahiqnya. Penulis
11
tidak menemukan penjelasan, apakah kata amil
dapat mencakup arti yang lebih luas atau tidak.
Selain itu, penulis juga tidak menemukan dalil-
dalil yang digunakannya untuk mendukung
maksud dari amil ini. Berdasarkan penjelasan-
penjelasan yang ada, nampaknya Thabary
merumuskan pengertian dari amil itu hanya
berdasarkan pemahaman lughawy (linguistik).
Al-Qurthubi, Rashid Ridha dan Muhammad 'Ali
al-Sais
Menurut Al-Qurthubi, amil adalah pemungut
zakat yang ditugaskan oleh imam untuk
mengumpulkan zakat. Hal ini berdasarkan apa
yang pernah dilakukan Nabi, sebagaimana
diriwayatkan oleh Bukhari dari Abu Humaid al-
Sa'idy, yang artinya: Dari Abi Humaid al-Sa'idy
ra. dia berkata: “Rasulullah saw menyewa
seorang pria dari bani Asad untuk
mengumpulkan sedekah (zakat) dari bani
Sulaim yang dipanggil oleh Ibn al-Latbiyyah
ketika dia datang dia menghitungnya.” (HR
Bukhari)
Al-Qurthubi menambahkan, makna yang
termuat dalam lafadh al-amilin 'alaihah sangat
luas. Ini mencakup semua orang yang terlibat
dalam menangani masalah zakat. Ini termasuk
kolektor, penulis, wali, distributor dan lain-lain
yang berkaitan dengan pengelolaan zakat.
Pendapat Al-Qurthubi ini sejalan dengan
pendapat Rashid Ridha dan Muhammad 'Ali al-
Sais. Dalam memberikan ruang lingkup
pengertian amil yang meliputi orang-orang
yang mengelola zakat, baik pemungut zakat,
penulis, wali, penyalur dan lain-lain, ketiga
ulama ini tidak mengemukakan dalil dalilnya
yang menunjukkan arti ini. Tampaknya makna
amil hanya didasarkan pada pemahaman
lughawy (linguistik). Mereka berpendapat,
12
cakupan makna amil sangat luas, yakni
mencakup semua orang yang mengurusi
masalah zakat.
Memperhatikan pendapat para ulama fikih
dan ahli tafsir di atas, dapat diketahui bahwa
penentuan makna amil didasarkan pada nash
(al-Qur'an dan hadits) dan bahasa. Sehingga
pengertian amil dalam surat al-Taubah ayat 60
adalah khusus untuk orang-orang yang
ditugaskan oleh imam sebagai pemungut dan
penyalur zakat. Kemudian sebagian ulama
membatasi pengertiannya pada penghimpun
dan penyalur zakat, sedangkan sebagian ulama
memperluas cakupan pengertiannya, yaitu
mencakup semua orang yang terlibat dalam
penanganan zakat, keduanya kolektor, penulis,
penjaga, pembagi dan lain-lain. (Wallahu a'lam
bishshawab).
14
pemerintah harus mengoptimalkan peran Amil dan LAZ
(Lembaga Amil Zakat).
Peran Amil dan LAZ harus lebih dioptimalkan,
terutama dalam menjaring dana zakat dari wajib zakat.
Selain itu, sebagai amil zakat, Amil dan LAZ harus mampu
melakukan berbagai macam strategi yang fokus pada dua
hal, yaitu meningkatkan kesadaran berzakat di kalangan
masyarakat yang wajib berzakat dan melakukan
pengelolaan zakat secara berkesinambungan. Untuk
meningkatkan kesadaran berzakat, amil zakat telah
melakukan berbagai cara antara lain himbauan tertulis dan
tidak tertulis kepada masyarakat, memberikan edukasi
zakat kepada masyarakat melalui berbagai media.Namun
masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang
zakat, mayoritas pengetahuan masyarakat hanya zakat
fitrah, sedangkan zakat mal (harta) masih minim
pengetahuan dan kesadaran akan wajib zakat.
Oleh karena itu, peran Amil dan LAZ harus
didukung oleh pemerintah melalui kebijakannya seperti
menerbitkan peraturan daerah atau peraturan presiden
tentang pemotongan zakat yang dilakukan oleh
Negara/Pemerintah bagi pegawai negeri sipil yang
memiliki gaji/aset yang telah mencapai nishab atau haul.
Untuk pengelolaan zakat diharapkan amil zakat
lebih kreatif dalam mengelola zakat. Zakat yang
sebelumnya diberikan langsung kepada mustahiq
menyebabkan mustahiq hanya mengandalkan zakat ini
tanpa ada pemikiran untuk mengelolanya agar bisa
berkembang. Oleh karena itu diperlukan strategi baru
dalam mengelola zakat, misalnya digunakan untuk
investasi bisnis dimana pengelolanya adalah amil zakat
atau mustahiq.
Dan hasil usaha tersebut sebagian dapat
diberikan kepada Mustahiq dan sebagian dikembalikan
untuk mengembangkan usaha. Manfaat lain yang dapat
diperoleh adalah dapat memberikan pekerjaan dan
pengalaman usaha kepada mustahiq. Sehingga mereka juga
15
bisa berusaha mengangkat diri dari kemiskinan secara
mandiri.
16
BAB 4. JOB DESK SEORANG AMIL
17
yang akan mengintegrasikan data dan informasi
yang ada di dalam jaringan pengelolaan zakat
nasional.
Pada tahun 2022 BAZNAS telah menetapkan 19
Indikator Kinerja Kunci (IKK) yang dituangkan dalam
naskah Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT)
yang dalam penyusunannya mengacu pada naskah
Rencana Strategis Zakat Nasional 2020-2025. Pencapaian
IKK tersebut merupakan dasar dari penyusunan Laporan
Kinerja BAZNAS tengah tahun 2022, dengan rerata
capaiannya adalah sebesar 23.80%.
18
Tabel 1.1
Rencana dan Realisasi Penyaluran Berdasarkan
Asnaf BAZNAS Tahun 2022
20
BAB 5 SEPUTAR BAZNAS JOMBANG
21
3. Menumbuh semangat keunggulan secara intensif
kepada seluruh warga
5. 2. Struktur Organisasi
1. Nurus Saadah
22
2. Ida Sukarsih
3. Nurfiana Yasmine
1. Iin Nuraini
2. Devina Ayu Lestari
1. Rahmat Sularso Nh
2. Ali Murtado
3. Ahmad Fatoni
4. Qowwiyudin
5. Megif Timor Setiawan
Income BAZNAS
Kemampuan pengelolaan keuangan harus
dipandang penting dalam konteks agama (Atan et al.,
2013) dan dievaluasi sebagai salah satu penilaian kinerja
manajemen. Data laporan keuangan untuk mengetahui
income dan pencapaian keuangan BAZNAS Kabupaten
Jombang tahun 2021 dan 2022. Besaran masing-masing
komponen akan dihitung sesuai dengan rasio yang akan
digunakan. Untuk memudahkan proses penelitian, data
diperoleh dari komponen-komponen laporan keuangan
yang terdiri dari laporan perubahan dana, laporan posisi
keuangan, laporan arus kas, laporan aset kelolaan dan
catatan atas laporan keuangan. rasio kinerja keuangan dan
kinerja operasional OPZ (BAZNAS Kabupaten Jombang dan
LAZ Kabupaten Jombang) yang terdiri dari:
Kinerja Keuangan:
Net Income Ratio = Change in net assets
Total Income
Operating Income Ratio = Core Income
Expenses
Income growth = Income year n – Income year (n-1)
Income year (n-1)
23
Rasio kinerja keuangan, yaitu rasio yang memberikan
hasil pengukuran hasil kegiatan penghimpunan dana
dibandingkan dengan penggunaan dana, terdiri dari:
Net Income Ratio: mengukur kelebihan/surplus atau
defisit yang dihasilkan dari kegiatan operasi OPZ.
Perhitungan dengan membandingkan surplus dari
aktivitas operasi, angka nominal yang diperoleh dari
laporan arus kas dari aktivitas operasi, dengan total
penerimaan yang berasal dari penghimpunan ZIS,
bagi hasil, penerimaan dana non syariah/dana non
halal, hibah, dan penerimaan pelunasan pinjaman
qordul hasan.
Operating Income Ratio: mengukur kemampuan
OPZ untuk menghimpun dana dari kegiatan
utamanya. Perhitungan dengan membandingkan
penerimaan ZIS dengan total pengeluaran yang
terdiri dari penyaluran ZIS termasuk penyaluran
pinjaman qordhul hasan, dan biaya administrasi.
Pertumbuhan pendapatan: mengukur pertumbuhan
penghimpunan dana OPZ dibandingkan tahun
sebelumnya. Perhitungannya dengan menghitung
selisih total pendapatan OPZ tahun 2022 dan 2021,
kemudian dibandingkan dengan pendapatan OPZ
tahun 2021.
Kinerja Operasional:
Administrative Efficiency = Administrative expenses
Total expenses
Program Efficiency = Program Expenses
Total expensGrowth of Program = Prog. Expenses
year (n) – Prog. Expenses year (n-1)
Prog. Expenses year (n-1)
Fundrasing efficiency = Surplus
Total donation
Cash availability = Cash and bank balances
Total assets
24
Rasio kinerja operasional adalah rasio yang
memberikan hasil pengukuran pencapaian kegiatan
operasional OPZ yang terdiri dari:
Efisiensi Administrasi: mengukur persentase
belanja administratif terhadap total belanja.
Perhitungan dengan cara membandingkan biaya
administrasi yang terdiri dari biaya pegawai,
umum dan biaya administrasi lainnya serta biaya
penyusutan, dengan total biaya OPZ
Efisiensi Program: mengukur persentase belanja
administrasi terhadap total belanja
Pertumbuhan Program: mengukur peningkatan
kegiatan utama OPZ. Perhitungannya dengan
membandingkan selisih pengeluaran per program
Efisiensi penggalangan dana: mengukur kelebihan
atau kelebihan penggunaan dana dibandingkan
dengan penggalangan dana, untuk OPZ dana zakat
lebih penting secepatnya disalurkan, maka
pengukuran rasio ini dilakukan untuk dana amil.
Perhitungannya dengan membandingkan surplus
dana amil dengan total penghimpunan ZIS pada
tahun 2022.
Ketersediaan kas: mengukur ketersediaan kas di
OPZ dengan membandingkan jumlah kas dan
setara kas dengan total aset OPZ.
26
melakukan penyesuaian terhadap kewajaran
penggunaan dana dan kinerja hasil dari penghimpunan,
penyaluran dan pemberdayaan.
Berdasarkan hasil perhitungan Program
BAZNAS Kabupaten Jombang Rasio Efisiensi adalah
1,0754 sedangkan LAZ Kabupaten Jombang adalah
0,8528. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa BAZNAS
Kabupaten Jombang lebih banyak menyalurkan dana
yang terkumpul untuk kegiatan penyaluran ZIS daripada
kegiatan di luar usaha pokoknya dan lebih besar dalam
penyaluran ZIS untuk keseluruhan pengeluarannya. Hal
ini disebabkan kebijakan pengurus BAZNAS Kabupaten
Jombang yang berupaya menyalurkan dana zakat yang
diterima tidak mengendap lebih dari 1 tahun. Rasio
pertumbuhan distribusi (Growth of Program Ratio)
Fakir dan Miskin BAZNAS di Kabupaten Jombang adalah
0,0857 sedangkan LAZ Kabupaten Jombang adalah
0,0901. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi
pertumbuhan penyaluran kepada kelompok fakir dan
asnaf. Rasio pertumbuhan distribusi terhadap fisabilillah
BAZNAS Kabupaten Jombang mengalami penurunan
sebesar -0,2231 sedangkan LAZ Kabupaten Jombang
mengalami peningkatan sebesar 0,0637. Rasio
pertumbuhan distribusi untuk kelompok asnaf mualaf
adalah 0,0101. Rasio ini juga tidak terlalu besar. Rasio
pertumbuhan distribusi kelompok asnaf Ghorimin di
LAZ Kabupaten Jombang mengalami penurunan sebesar
-0,4125.
Rasio pertumbuhan distribusi kelompok asnaf
Ibnu Sabil, BAZNAS Kabupaten Jombang mengalami
penurunan sedangkan LAZ Kabupaten Jombang
mengalami peningkatan. BAZNAS Kabupaten Jombang
bekerjasama dengan dinas sosial agar penanganan
terhadap jumlah masyarakat yang tidak mampu biaya
perjalanan mengalami penurunan. Namun, tidak semua
dana zakat 8 ansnaf itu disalurkan, yakni kepada Riqab
(budak). Hal ini terlihat dari program penyaluran
27
BAZNAS Kabupaten Jombang dan LAZ Kabupaten
Jombang. Program penyaluran BAZNAS Kabupaten
Jombang adalah untuk: Fakir Miskin, Fisabilillah, Muallaf
dan Ibnu Sabil. Sedangkan penyaluran LAZ Kabupaten
Jombang kepada fakir miskin, fisabilillah, ghorimin dan
Ibnu Sabil. Perbedaan dari BAZNAS Kabupaten Jombang
tidak menyalurkan kepada Ghorimin sedangkan LAZ
Kabupaten Jombang tidak menyalurkan kepada mualaf
karena dipengaruhi oleh kondisi mustahik di wilayah
operasional.
Pembagian harta zakat, menurut mayoritas
ulama, tidak harus merata untuk setiap asnaf. Namun,
prioritas diberikan kepada kelompok fakir dan miskin
(Sabiq (2006) dalam Akbar, 2009). Dan penyaluran OPZ
terbesar kedua adalah untuk fisabilillah. Kemudian
diikuti kelompok asnaf lainnya.
Berdasarkan hasil perhitungan Rasio Efisiensi
Penggalangan Dana BAZNAS Kabupaten Jombang adalah
-0,0126 sedangkan LAZ Kabupaten Jombang adalah
0,0043. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa tingkat
efisiensi BAZNAS di Kabupaten Jombang lebih rendah.
efisiensi tetap menjadi ukuran kinerja yang menarik
karena para donatur (biasanya yang besar) ingin
memantau bagaimana donasi mereka digunakan dengan
tujuan untuk mendapatkan reputasi yang baik bagi
organisasi mereka dan keberlanjutan organisasi mereka.
Efisiensi OPZ setidaknya menjadi perhatian utama para
donatur yang akan membayarkan zakatnya. Beberapa
penelitian menyimpulkan bahwa efisiensi lembaga
donasi (amal) merupakan salah satu faktor utama yang
mempengaruhi keputusan donasi donatur (Trussel dan
Parson, 2008 dalam Laela, 2010).
Hasil perhitungan rasio ketersediaan kas
BAZNAS Kabupaten Jombang adalah 0,8786 sedangkan
LAZ Kabupaten Jombang adalah 0,7576. Angka rasio
yang mendekati 1 menunjukkan jumlah kas menganggur
yang dimiliki oleh OPZ (Shafii et al., 2014). Hal ini
28
menuntut perlunya pengelolaan kas yang baik, guna
memaksimalkan pencapaian tujuan sesuai dengan visi
dan misi organisasi.
29
Santripreneur merupakan salah satu upaya BAZNAS
Kabupaten Jombang untuk mengangkat perekonomian
para mahasiswa dan keluarganya. Dengan bekal
kewirausahaan, mahasiswa alumni diharapkan menjadi
panutan kesuksesan dan menjadi contoh yang baik bagi
orang-orang di sekitarnya.
BAZNAS Kabupaten Jombang memiliki
keinginan agar mahasiswa dapat menjadi muzzaki di
masa depan, sehingga pada akhirnya mahasiswa dapat
menguasai perekonomian di Indonesia dan dunia. Kami
berharap para mahasiswa ini dapat menjadikan
mahasiswa kreatif dalam menjalankan bisnisnya,
sehingga membawa kesuksesan dan keuntungan
sekitar.
Dalam Program Santripreneur ini potensi
besar pesantren dapat menjadi faktor pendukung
keberhasilan usaha santri. “Pesantren merupakan
pasar yang luar biasa dan memiliki potensi yang besar.
Kami berharap semua pihak yang terlibat didalamnya
dapat memanfaatkan momentum emas seperti ini
untuk membangkitkan ekonomi umat. Proses
transformasi mustahik menjadi muzzaki merupakan
tujuan utama BAZNAS Kabupaten Jombang yang
memiliki fokus kuat pada kesejahteraan umat. Semoga
apa yang dicita-citakan dapat terwujud.
Sementara itu, Kepala BAZNAS Kabupaten
Jombang Bidang Distribusi dan Pendayagunaan, Ibu
Imma Rahmawati Ulfa mengatakan Program
Santripreneur merupakan bagian dari upaya BAZNAS
Kabupaten Jombang untuk memberdayakan potensi
dan modal sosial pesantren.
Karena jika melihat jumlah pesantren di
Kabupaten Jombang, kita memiliki 155 pesantren yang
santrinya mencapai sekitar 30.590 santri. Ini modal
sosial yang akan diberdayakan oleh BAZNAS Kabupaten
Jombang, yang akan menggerakkan ekonomi dan
melahirkan inovator berbasis di pesantren.
30
Hal Ini yang dapat melatarbelakangi, modal
demografi pesantren merupakan modal sosial yang
berdaya, dan akan menjadi potensi utama dalam
pemberdayaan ekonomi umat Islam di Indonesia.
BAZNAS Kabupaten Jombang juga ingin
menjadikan pesantren sebagai pusat pemberdayaan
ekonomi yang menyasar tiga pilar tersebut. Pertama,
BAZNAS Kabupaten Jombang menginginkan program
santripreneur memperkuat lembaga pesantren. Jadi
istilah kita pesantren menjadi simpul kesejahteraan
baru. Kita ingin membuat pesantren yang memperkuat
ekonomi umat. Kemudian selanjutnya adalah pilar
sosial yaitu penguatan lingkungan sekitar. Mahasiswa
yang sudah berdaya, maka dia akan menjadi simpul
atau orang yang dapat memberdayakan orang-orang di
sekitarnya.
Jadi kalau mahasiswa berdaya bukan hanya
berdaya bagi dirinya sendiri, tetapi juga memberikan
manfaat bagi lingkungannya. Dan pilar ketiga, kami
ingin program ini mampu memperkuat membangun
kemandirian mahasiswa di lingkungannya. Kami
perkuat SDM-nya. Agar mahasiswa mampu untuk
membangun kemandirian mahasiswa dalam konteks
berwirausaha.
Pencapaian Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) Kabupaten Jombang yang kedua yaitu :
Program Z-Mart Kabupaten Jombang yang baru dimulai
pada awal tahun 2022 kini mulai menunjukkan
kemajuan yang signifikan.
Dari 20 Z-Mart yang menyasar warung atau
toko di Kota Santri, sebagian besar berhasil meraup
untung. Dari mulai branding dan pendampingan
dilakukan oleh BAZNAS Kabupaten Jombang mulai dari
pengecatan, pemasangan papan nama, hingga penataan
rak untuk berjualan. Dengan demikian, modal awal
untuk pemenuhan barang dagangan itu sebesar 2 juta
rupiah, kini telah berhasil dikembangkan dan meraih
31
keuntungan yang dapat diputar serta menambah
variasi barang yang dijual.
Salah satu mustahik mengaku ada reorganisasi
yang semakin baik di tokonya, semakin banyak
pelanggan yang berdatangan. Apalagi ketika mereka
mengetahui bahwa semakin banyak variasi barang
yang ditawarkan dengan harga yang terjangkau,
membuat berbelanja semakin nyaman.
Selain itu, warung kami ini dijadikan rujukan
para pelajar di sekitar Kota Jombang sepulang sekolah
untuk berkumpul. Menjadikan barang yang kami
tawarkan semakin cepat terjual dan bisa diputar ulang.
Berbeda dengan yang sebelumnya hanya
menjual jajanan seperti gorengan dan aneka jajanan
untuk anak-anak, kini meningkat menjadi menjual
kebutuhan pokok sehari-hari. Bahkan omzet yang
diraihnya bisa mencapai 300 ribu rupiah setiap
harinya. Kalau seramai Ramadan kemarin, omzetnya
bisa mencapai Rp 750 ribu per hari.
Pengalaman penjualannya masih sangat
minim. Oleh karena itu, setiap ada arahan dari tim
BAZNAS Z-Mart Kabupaten Jombang, harus selalu kita
ikuti. Mulai dari hal-hal teknis mengenai penataan dan
jenis barang yang harus ditambah, hingga pengelolaan
keuangan yang saat ini sedang saya pelajari agar lebih
rapi dan disiplin.
Sementara itu, Koordinator tim Baznas Z-Mart
Kabupaten Jombang, M. Asep Irawan mengatakan,
keberhasilan ini patut disyukuri. Setidaknya upaya
yang kami bangun selama ini telah membuahkan hasil
manis yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.
Kedepannya, untuk menjadi toko ritel mandiri, Z-Mart
juga akan dilengkapi dengan teknik manajemen
keuangan yang baik.
Jadi diharapkan ada mekanisme gajian. Jadi
pemilik toko Z-Mart tidak diperbolehkan mengambil
keuntungan setiap hari, melainkan hanya seminggu
32
sekali. Semuanya harus dicatat di sana, sehingga pada
akhir bulan omzet yang didapat dan laba bersih bisa
diakumulasikan.
33
BAB 6. MANAJEMEN AMIL DI BAZNAS KABUPATEN JOMBANG
34
dengan perusahaan yang memuat ketentuan
tentang hak dan kewajiban para.
Orientasi dan penempatan merupakan program
pengenalan, pada posisi masing-masing, baik
orientasi unit maupun orientasi organisasi.
Pelatihan dan pengembangan dilakukan untuk
mengubah perilaku tertentu tenaga kerja agar
sejalan dengan pencapaian tujuan.
Penilaian kinerja dilakukan untuk memberikan
umpan balik kepada karyawan sebagai upaya
peningkatan kinerja karyawan dan organisasi.
Kompensasi/imbalan atas jasa merupakan
bagian dari hubungan timbal balik antara
organisasi dengan sumber daya manusia, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Pemberhentian merupakan fungsi operatif
terakhir dari manajemen sumber daya manusia
yang biasa disebut pemisahan, atau pemutusan
hubungan kerja (PHK).
36
Profesionalisme dalam Islam
Islam sangat menganjurkan seorang muslim
untuk menumbuhkan sikap profesional dalam segala
aspek kehidupan, baik yang berorientasi duniawi
maupun ukhrawi. Bekerja secara profesional adalah
bekerja secara maksimal dan penuh komitmen serta
keikhlasan. Dalam Islam, kata profesional disamakan
dengan itqân. Itqân berarti berbuat dengan kualitas
sebaik mungkin. Bekerja dalam itqân berarti
mencurahkan pikiran terbaik, fokus terbaik, koordinasi
terbaik, semangat terbaik, dan bahan mentah terbaik.
Itqân juga memiliki arti profesionalisme dan spesialisasi
Seseorang dikatakan profesional jika mahir dalam bidang
pekerjaannya.
Profesional dalam Islam juga merupakan ciri
seseorang yang mencapai tingkat ihsân, yang memiliki
kedudukan lebih tinggi dari iman dan Islam. Seseorang
yang mencapai tingkat ihsan tidak merasa cukup hanya
melakukan pekerjaan yang sederhana, tetapi dia akan
melakukannya secara profesional dan sungguh-sungguh,
mengerahkan seluruh kemampuannya untuk kebaikan
dan ketepatan pekerjaannya.
Inti dari profesionalisme dalam Islam
setidaknya dicirikan oleh tiga hal, yaitu: Kafa'ah, yaitu
cakap atau ahli dalam bidang pekerjaan yang dilakukan,
Himmatul-'amal, yaitu memiliki semangat atau etos kerja
yang tinggi; Amanah, yaitu bertanggung jawab dan
amanah dalam menjalankan setiap tugas atau
kewajibannya. Amanah adalah sikap amanah yang
muncul dari kepribadian seorang muslim yang tidak suka
melakukan penyimpangan dan pengkhianatan. Hal ini
didorong oleh pemahamannya bahwa ketaatan
merupakan ciri pribadi umat Islam.
Profesionalisme juga tidak terlepas dari akhlak,
karena keduanya itu merupakan dua hal yang
bersinggungan. Penghayatan nilai/makna kehidupan,
agama, pengalaman dan pendidikan harus diarahkan
37
untuk menciptakan sikap kerja yang profesional,
sedangkan penghayatan nilai yang apresiatif akan
menghasilkan akhlakul karimah. Garis singgung
keduanya adalah kinerja aktual atau kinerja yang harus
dikembangkan sedemikian rupa sehingga jaraknya
semakin dekat seperti ditunjukkan di bawah ini.
Amil Profesional
Profesionalisme amil dapat diartikan sebagai
komitmen seorang amil terhadap profesi amilnya.
Profesionalisme amil menekankan pada penguasaan
ilmu tentang zakat, infaq dan sedekah serta pengetahuan
tentang pengelolaan ZIS dan strategi pelaksanaannya.
Profesionalisme amil tidak hanya pengetahuan syariah
tentang ZIS tetapi juga dalam kaitannya dengan
manajemen.
Menjadi amil profesional selain menguasai
pengelolaan ZIS juga menguasai soal berbagai kaidah
pengelolaan ZIS serta sejumlah keterampilan teknis
lainnya dalam mengelola zakat. Seorang amil harus
mampu menjunjung tinggi amanah yang diemban dan
bekerja dengan sungguh-sungguh dalam koridor aturan
yang ada, baik koridor syar'i maupun koridor aturan
aturan lainnya. Seorang amil profesional harus bekerja
sepenuh hati dan full time (all out), kreatif dan inovatif.
Di BAZNAS Kabupaten Jombang tentang
program perencanaan SDM untuk meningkatkan kinerja
Islami, menjelaskan bahwa unsur profesionalisme
merupakan salah satu bagian terpenting bagi amil
sebagai sikap keseriusan amil yang sejalan dengan
karakteristik nilai kepercayaan dalam ruang lingkup
pengelolaan zakat, yang menunjukkan kredibilitas
seorang amil dalam bekerja.
Dari segi organisasi, Organisasi Pengelola Zakat
(OPZ) yang profesional dituntut untuk: pertama,
memiliki kompetensi formal, kedua, mampu
menyediakan laporan keuangan sebagai bentuk
38
akuntabilitas dan transparansi kelembagaan, ketiga
terbuka dalam pengelolaan dan mencakup semua unsur
dalam pengambilan keputusan dan proses pelaksanaan
kegiatan, keempat memiliki pakar di bidangnya seperti:
pakar syariah, pakar manajemen, ekonom dan yang
terkait dengannya, kelima, seluruh pengurus memiliki
komitmen kerja yang tinggi dan menjunjung tinggi etika
profesi, dan keenam, memiliki berbagai program yang
memiliki manfaat yang sangat besar bagi mustahiq dan
mengutamakan program pemberdayaan.
39
dalam sistem rekrutmen adalah variabel spiritual.
Pentingnya perencanaan dan rekrutmen juga diperkuat
oleh penelitian Moch Aminudin Hadi mengenai model
strategi pengelolaan sumber daya manusia Badan Amil
Zakat Nasional bahwa terdapat tiga klaster dalam
perencanaan dan rekrutmen sumber daya manusia di
BAZNAS Kabupaten Jombang, yaitu perencanaan sumber
daya manusia, pengadaan sumber daya manusia, dan
pengembangan organisasi. Ketiga klaster tersebut
memiliki peran strategis dalam meningkatkan kualitas
kinerja amil. BAZNAS Kabupaten Jombang telah
melakukan perencanaan dan pola rekrutmen yang tepat.
Tahap Seleksi
Seleksi dilakukan untuk mencari calon amil
yang memiliki kompetensi dan kemampuan yang sesuai
dengan kebutuhan lembaga. Untuk tahun 2020, BAZNAS
Kabupaten Jombang melakukan open recruitment yang
dibuka pada awal Maret 2020. Jumlah pelamar yang
mendaftar sebanyak 184 orang untuk memperebutkan
20 posisi yang ditawarkan. Seleksi diadakan secara
bertahap, meliputi tes tertulis dan lisan serta
wawancara. Tes tertulis meliputi pengetahuan umum,
pengetahuan tentang zakat. Tes lisan berupa tes
membaca Al-Qur'an dan wawancara, serta tes
kompetensi sesuai posisi yang dilamar, seperti posisi
pemasaran, keuangan dan lain-lain.
Seleksi adalah salah satu tugas yang paling sulit
dalam perekrutan karyawan. Prosesnya melibatkan
banyak pelamar untuk posisi yang ditawarkan. Proses
seleksi di BAZNAS Kabupaten Jombang juga melibatkan
peserta yang cukup banyak sedangkan posisi yang
ditawarkan terbatas, sehingga proses seleksi menjadi
sangat ketat. Hal ini sangat baik bagi institusi karena
dapat menyaring siapa yang paling memenuhi syarat
untuk pekerjaan tersebut. Adapun fungsi seleksi adalah
merekrut calon karyawan yang dianggap mampu
40
menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang ditawarkan.
Tes seleksi amil BAZNAS Kabupaten Jombang
sangat lengkap dengan konten materi yang mendalam
dan komprehensif. Ini bisa menjadi cara yang efektif
untuk menyaring amil profesional. Sesuai dengan
rekomendasi yang ada bahwa rekrutmen dan seleksi
sebaiknya menerapkan tes yang dapat mengenali dan
mengetahui kemampuan dan karakter calon karyawan
baru secara mendalam seperti tes psikologi, tes
pengetahuan dan tes kinerja.
Perjanjian kerja
Perjanjian kerja tersebut memuat hak dan
kewajiban amil berupa jam kerja, job description,
kompensasi/gaji dan tunjangan. Selain itu, sangat
penting juga setiap amil menandatangani pakta
integritas sebagai amil. Pakta integritas ini berisi ikrar
seorang amil untuk bekerja sungguh-sungguh dengan
menjaga nama baik lembaga yaitu BAZNAS Kabupaten
Jombang. Untuk menjaga integritas dan independensi,
amil tidak boleh menerima pemberian apapun dari
donatur atau rekanan dalam jabatan amil. Selain itu, amil
harus berakhlak mulia seperti yang dicontohkan Nabi
Muhammad SAW yaitu; siddîq, amânah, fathânah dan
tablîgh. Hal ini harus dilakukan secara konsisten sebagai
karakter seorang muslim. Karena profesionalisme dan
akhlak merupakan dua hal yang bersinggungan.
Dari apa yang telah disepakati, masing-masing
pihak harus saling menghormati dengan apa yang
mereka janjikan, sebagaimana disebutkan dalam Q.S. Al
Maidah, ayat 1 “Wahai orang-orang yang beriman,
penuhilah akad…”. Perjanjian kerja antara BAZNAS
Kabupaten Jombang dengan amil dilakukan secara
sukarela tanpa paksaan. Hal ini dilakukan karena akan
menentukan sah atau tidaknya perjanjian tersebut, dan
agar tidak terjadi masalah dikemudian hari. Penjelasan
mengenai Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
41
di Koperasi Desa “Padang Bulan”, merekomendasikan
agar perjanjian kerja tersebut memperhatikan prinsip
Ikhtiyari/sukarela dan Taswiyah/kesetaraan. Perjanjian
kontrak untuk waktu tertentu didasarkan atas kerelaan
kedua belah pihak ('antaradin).
Orientasi Penempatan
Penempatan amil BAZNAS Kabupaten Jombang
tersebar di berbagai kantor cabang di kabupaten/kota di
Jombang. Mutasi dapat dilakukan secara periodik,
misalnya seorang amil di Wonosalam dipindahkan ke
Jombang kota sesuai kebutuhan. Penempatan pegawai
baru adalah penyerahan pegawai baru kepada unit kerja
yang membutuhkan dan kepada pimpinan langsung.
Untuk menjaga profesionalitas kerja, pada tahap
penempatan juga dilakukan program pengenalan atau
orientasi, baik orientasi maupun orientasi unit kerja atau
orientasi organisasi. Orientasi dilakukan untuk
mengetahui tujuan dari unit kerja dan pencapaiannya,
mengenal rekan kerja, tujuan perusahaan, sejarah,
filosofi, prosedur dan peraturan.
Penempatan para karyawan itu harus sesuai
dengan keahliannya dan itu sendiri merupakan unsur
terpenting dalam pengelolaan sumber daya manusia. Jika
karyawan tersebut individu, maka ia tidak dapat segera
beradaptasi, mereka dapat menganggap ini sebagai
tekanan yang mengancam mereka dan lama kelamaan
dapat menyebabkan stress bagi karyawan yang
bersangkutan. Sebaliknya dengan sistem penempatan
yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai. Seperti yang
di ucapkan oleh Bapak Rian Efendi (2023), Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Jombang, bahwa penempatan
kerja berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja
pegawai.
42
Pelatihan dan pengembangan
Untuk menghasilkan amil yang profesional,
BAZNAS Kabupaten Jombang telah melakukan pelatihan
dan pengembangan kompetensi bagi amil. Amil baru saja
menjalani masa pelatihan selama 3 bulan dengan materi
zakat yang komprehensif dan penguatan akhlak seorang
muslim. Selain itu, ada juga pelatihan dan pengembangan
rutin dengan program SDB (Salam DPU Berkah) setiap
pagi di awal kerja berupa tausiyah pagi oleh masing-
masing departemen secara bergilir tentang kompetensi
inti dan kompetensi keahlian amil. Setiap hari Sabtu
dilakukan pengembangan kompetensi amil melalui acara
CURGAS (Curhat Ideas), dan sekolah fikih zakat yang
mengundang narasumber eksternal. Selain itu, BAZNAS
Kabupaten Jombang juga kerap mengirimkan amil untuk
mengikuti pelatihan di luar.
Pelatihan seperti ini dapat berguna untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas produktivitas
organisasi, menghemat waktu untuk pembelajaran yang
dibutuhkan karyawan untuk mencapai standar kinerja
yang dapat diterima, menciptakan sikap loyalitas dan
kerjasama tim yang lebih menguntungkan, mampu
memenuhi kebutuhan perencanaan sumber daya
manusia. Di Pusat Zakat Umat (LAZ Persatuan Islam)
menyatakan bahwa pembinaan amil zakat dilakukan
dengan menggunakan beberapa metode yaitu; studi,
motivasi, wisata religi, dan pelatihan.
Pentingnya pelatihan amil juga ditekankan di 14
negara bagian Malaysia, dan hasil dari pengamatan
menyimpulkan bahwa sangatlah penting untuk
meningkatkan peran amil zakat melalui kursus dan
pelatihan yang efektif. Untuk mencetak amil profesional,
Rahman mengembangkan model integrasi amil zakat di
Malaysia melalui sertifikasi amil profesi menggunakan
10 modul pembelajaran guna meningkatkan integritas
dan keahlian amil dari berbagai aspek seperti
komunikasi, dakwah dan kepemimpinan.
43
Penilaian kinerja
Evaluasi kinerja BAZNAS Kabupaten Jombang
melalui absensi Senin sampai Jumat pukul 08.00 sampai
16.00 dan Sabtu pukul 08.00 sampai 12.00. Untuk
mengecek absensi, gunakan finger scan absen. Bagi amil
yang datang terlambat dari pukul 08.00 tidak mendapat
uang makan pagi dan bagi amil yang baru masuk kerja
akan ditraining di tiga bulan pertama. Jika performance
mencapai > 65% maka kontrak akan dilanjutkan pada
tiga bulan kedua. Jika dalam tiga bulan kedua kinerja
tidak membaik, kontrak kerja tidak diperpanjang.
Selain itu BAZNAS Kabupaten Jombang telah
menetapkan standar dalam penilaian kinerja dengan Key
Performance Indicators (KPI). Setiap amil harus bekerja
berdasarkan KPI untuk mengetahui apakah target
tercapai atau tidak. Untuk itu, setiap amil mendapatkan
pelatihan pembuatan KPI. Selain itu, setiap lembaga
zakat di pusat dan cabang serta setiap departemen harus
membuat Rencana Strategis (Renstra). Rencana kerja
dibuat sesuai dengan jabatannya masing-masing, dimana
75% manager menuangkan ide dan 25% kegiatan
administrasi sedangkan staf rencana kerja 75% teknis
dan hanya 25% ide. Penyusunan rencana strategis ini
dilatih oleh pelatih profesional. Penilaian kinerja berupa
pencapaian rencana strategis dilakukan melalui
pengendalian internal dan eksternal. Pengendalian
internal dilakukan oleh sekretaris yayasan dan
pengendalian eksternal dilakukan oleh tim ahli dengan
mendatangkan konsultan dari luar lembaga.
BAZNAS Kabupaten Jombang telah melakukan
penilaian kinerja pegawai dengan pendekatan yang biasa
digunakan di perusahaan profesional, yaitu dengan Key
Performance Indicator (KPI). Pada perusahaan
Electronic Manufacturing Services (EMS) PT. Tridharma
Kencana, bahwa berdasarkan hasil penilaian KPI PT.
Tridharma Kencana periode tahun 2016, kinerja seluruh
44
pegawai dikategorikan cukup baik dan memuaskan.
Penilaian kinerja dalam perusahaan dilakukan untuk
memberikan umpan balik kepada karyawan sebagai
upaya untuk meningkatkan kinerja karyawan dan
organisasi. Penilaian prestasi kerja adalah prosedur
formal yang dilakukan di dalam organisasi untuk
mengevaluasi karyawan dan kontribusi serta minat bagi
karyawan. Hasil penilaian kinerja dapat digunakan untuk
berbagai keperluan, seperti pertimbangan promosi,
pembuatan program pelatihan, kenaikan gaji, pemberian
bonus, dan lain sebagainya.
45
Penghentian
Berdasarkan penilaian kinerja, BAZNAS
Kabupaten Jombang juga telah melakukan proses
pemecatan bagi para pekerja amil yang kinerjanya buruk
seperti sering terlambat, tidak disiplin karena ada
pekerjaan lain, padahal di BAZNAS Kabupaten Jombang
harus bekerja full time. .
Pemutusan adalah fungsi operasi terakhir dari
manajemen sumber daya manusia. Istilah pemecatan
sering juga disebut dengan istilah pisah, pisah, atau
pemutusan hubungan kerja (PHK). Pemberhentian
adalah pemutusan hubungan kerja karyawan dengan
organisasi perusahaan. Dengan pemecatan berarti
berakhirnya keterikatan kerja karyawan dengan
perusahaan.
PHK bukanlah sesuatu yang menyenangkan.
Namun, ada kalanya PHK tidak dapat dihindari dan
terpaksa dilakukan oleh perusahaan karena berbagai
faktor. Diantara faktor penyebab PHK adalah faktor
pribadi, budaya perusahaan, dan kepuasan kerja. Faktor
PHK di BAZNAS Kabupaten Jombang adalah
ketidakmampuan amil untuk menyesuaikan diri dengan
budaya lembaga, sehingga sering melanggar disiplin jam
kerja dan tata tertib kerja yang telah disepakati dalam
perjanjian kerja. Hal ini menyatakan bahwa faktor
personal dan budaya perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap pemutusan hubungan kerja.
46
empat prinsip dasar sebagai prinsip manajemen sumber
daya manusia dalam Islam yaitu; prinsip-prinsip
abdullah dan khalifah, keadilan, pemerataan tujuan
individu dan organisasi, dan sifat Nabi.
Penerapan prinsip Abdullah dan Khalifah
mengacu pada tujuan diciptakannya manusia sebagai
hamba Allah SWT yang tugasnya beribadah (Abdullah)
dan sebagai pelacur bumi (khalifah). Implikasinya, setiap
karyawan menyadari bahwa setiap perilaku dan
keputusan yang diambil akan selalu mengacu pada
mencari ridha Allah SWT. Prinsip keadilan diterapkan
dengan menyeimbangkan hak dan kewajiban,
membedakan antara benar dan salah, bertindak jujur
dan tepat sesuai aturan dan hukum yang ditetapkan dan
tidak bertindak sewenang-wenang atas dasar
persaudaraan (ukhuwah), saling mencintai (mahabbah),
bahu membahu (takaful) dan saling membantu
(ta'awun). Menyatukan tujuan organisasi dan tujuan
individu agar selaras. Jika tidak, akan sulit mengelola
sumber daya manusia. Lebih lanjut, semua tindakan dan
perilaku amil mengacu pada sifat Nabi SAW, yaitu; Siddiq
(benar dan jujur), Amanah (jujur/terpercaya,
bertanggung jawab), Fathanah (cerdas), Tabligh
(transparan).
48
untuk meraih ridha Ilahi dan pajak dikeluarkan sebagai
ketaatan sebagai warga negara.
Kesadaran, secara harfiah berarti kesadaran
diri, yaitu suatu kondisi di mana seorang individu
memiliki kendali penuh atas rangsangan internal dan
eksternal. Kesadaran juga mencakup pikiran-pikiran
yang disadari secara samar-samar oleh individu sehingga
perhatiannya dapat terarah atau terfokus. Pendidikan
sangat penting dalam mendorong kesadaran manusia
untuk melakukan sesuatu sesuai dengan hati nuraninya.
Kesadaran dalam hal ini adalah kesadaran dalam berbuat
kebaikan. Kesadaran juga dapat diasah melalui
pengalaman yang didapat dari masyarakat. Kesadaran ini
muncul karena adanya rangsangan dari luar. Sedangkan
kesadaran yang muncul dari kondisi internal adalah
kesadaran yang muncul dari dalam diri sendiri, hati
nurani yang telah dibekali dengan pendidikan spiritual
keagamaan serta tentang nilai dan norma kemanusiaan.
Badan amil zakat nasional merupakan lembaga
yang mengelola zakat di Indonesia. BAZNAS adalah
lembaga resmi yang bertanggung jawab untuk
mengumpulkan, mendistribusikan, dan mengelola zakat.
Untuk memudahkan pengelolaan zakat, pemerintah
membentuk BAZNAS di seluruh wilayah di Indonesia.
Seluruh provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia telah
membentuk BAZNAS untuk memfasilitasi pengelolaan
zakat di daerah-daerah tersebut berdasarkan peraturan
pemerintah. Undang-undang yang mengatur tentang
tugas dan fungsi BAZNAS di masing-masing kota diatur
dalam Peraturan Pemerintah tahun 2014 yang direvisi
dari peraturan sebelumnya pada tahun 2011. Dalam
Peraturan Pemerintah ini ditegaskan bahwa tugas
BAZNAS kabupaten/kota adalah mengelola zakat dan
bertanggung jawab kepada BAZNAS pada tingkat yang
lebih tinggi yaitu BAZNAS provinsi. BAZNAS
kabupaten/kota mempunyai tugas menghimpun,
menyalurkan, dan mengelola zakat sebagaimana
49
tertuang dalam peraturan BAZNAS pusat Nomor 03
Tahun 2014. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Pasal
29, BAZNAS kabupaten/kota bertugas menyusun
perencanaan pengelolaan zakat. Intinya, sebelum
BAZNAS kabupaten/kota melakukan pengumpulan,
pendistribusian dan pengelolaan zakat, BAZNAS
kabupaten/kota harus melakukan perencanaan terlebih
dahulu. Jika perencanaan telah dibuat, BAZNAS
kabupaten/kota dapat melakukan kutipan, distribusi,
dan pengelolaan. Namun dalam mengelola zakat,
BAZNAS harus mengawasi semua tugas yang dilakukan
sesuai dengan peraturan yang diatur dalam Pasal 29
Peraturan Pemerintah tersebut.
Semua tugas pengutipan, pendistribusian dan
pengelolaan BAZNAS kabupaten/kota harus membuat
laporan agar tidak terjadi penyelewengan dalam
pengelolaan zakat. BAZNAS kabupaten/kota juga dapat
mengusulkan lembaga zakat yang ingin membantu
BAZNAS dalam mengelola zakat, namun semua kegiatan
lembaga zakat tersebut harus diketahui oleh BAZNAS
kabupaten/kota. Semua peraturan yang dikeluarkan oleh
Presiden dan pemerintah serta BAZNAS pusat
merupakan peraturan untuk memfasilitasi BAZNAS
kabupaten/kota dalam mengelola zakat di masing-
masing daerah. BAZNAS Kabupaten Jombang adalah
BAZNAS yang berada di wilayah Kabupaten Jombang,
Indonesia yang juga harus mematuhi semua peraturan
pemerintah dan Sesuai dengan peraturan BAZNAS pusat,
BAZNAS BAZNAS Kabupaten Jombang bertugas
mengumpulkan, mendistribusikan dan mengelola zakat
untuk wilayah Kabupaten Jombang. BAZNAS Kabupaten
Jombang harus membuat laporan ke BAZNAS Provinsi
Jawa Timur yang merupakan BAZNAS tingkat kedua
setelah BAZNAS Pusat.
Membayar zakat adalah bagi setiap muslim
yang memiliki cukup harta, nisab dan haul. Namun,
banyak orang yang tidak menyadari kewajiban ini. Zakat
50
yang masih sulit dibayar adalah zakat harta, investasi,
ternak, emas, dan lain-lain. Hal ini dipicu oleh
ketidaktahuan masyarakat akan pembayaran zakat
selain zakat fitrah. Ada dua faktor yang menyebabkan
orang tidak membayar zakat. Faktor-faktor tersebut
terbagi menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari
pembayar zakat itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal
adalah faktor yang berasal dari lembaga atau tempat
membayar zakat. Jenis kelamin, umur, usia menikah,
pendapatan dan pengeluaran merupakan faktor-faktor
yang mempengaruhi kepatuhan seseorang untuk
membayar zakat. Faktor-faktor tersebut secara
signifikan mempengaruhi tingkat kesadaran seseorang
untuk membayar zakat. Misalnya umur, semakin tua
seseorang maka kesadaran untuk melaksanakan
kewajiban sangat tinggi. Namun diantara semua faktor
tersebut, faktor pendapatan merupakan faktor yang
paling mempengaruhi seseorang untuk membayar zakat.
Hal ini menyatakan bahwa tahapan pendapatan dan
pengeluaran individu dan rumah tangga berpengaruh
signifikan terhadap kesadaran membayar zakat. Artinya,
semakin tinggi pendapatan seseorang maka semakin
tinggi pula kesadaran untuk membayar zakat. Faktor
eksternal berasal dari lembaga zakat yang kurang
dipercaya oleh masyarakat. Persepsi penyaluran zakat
dan dampaknya terhadap pembayaran zakat melalui
lembaga formal menyatakan bahwa pembayaran zakat
kepada lembaga formal secara positif dipengaruhi oleh
perasaan puas terhadap pengelolaan zakat oleh lembaga
zakat itu sendiri. Artinya, peran lembaga zakat dan
kinerjanya juga sangat menentukan kesadaran
masyarakat untuk membayar zakat secara formal.
Metode pengumpulan dan pendistribusian
zakat yang dilakukan oleh lembaga zakat harus membuat
pembayar zakat atau muzakki merasa aman dan nyaman
dengan uang yang disalurkan oleh lembaga tersebut.
51
Perasaan puas inilah yang akan membuat pembayar
zakat terus menerus membayarkan zakatnya kepada
lembaga zakat.
Bapak Sugeng Santoso menjelaskan bahwa
aturan distribusi zakat yang baik harus sesuai dengan
perspektif Islam. Penyaluran zakat perlu mencapai tahap
kecukupan dan kenyamanan bagi penerima zakat dan
tanggungannya. Zakat yang disalurkan harus mencapai
tingkat yang dapat menjamin kualitas hidup. Artinya,
penyaluran dan pendistribusian zakat yang diberikan
harus dapat membantu kehidupan sekurang-kurangnya
dapat membeli barang-barang yang dapat digunakan
untuk mencari nafkah.
Tabel 1
Masyarakat Mengetahui
BAZNAS Kabupaten Jombang
Jumlah Persen(%)
Ya 92 43,8
Tidak 118 56.2
52
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa hampir
semua respondentidak membayar zakat kepada BAZNAS
Kabupaten Jombang, namun membayar zakat kepada
masjid. Dari pengamatan, sebanyak 4,8% membayar
zakat kepada lembaga zakat swasta yang sudah mereka
percaya. Ini merupakan pembayaran zakat secara tidak
formal karena pengelolaannya hanya akan dilakukan
oleh amil zakat di masjid saja. Dengan sistem
pembayaran zakat tidak formal ini, data akan lebih sulit
didapat. Karena hanya akan ada pendataan secara
manual baik data muzakki mahupun mustahik.
Tabel 3
Membayar Zakat Harta
Jumlah Persen(%)
Ya 92 43.6
Tidak 118 56.2
Tabel 4
53
Hasil Regresi
Pemboleh Nilai Exp (B) Statistik
ubah Koefisien Wald
(B)
Konstan -1.192 0.30 0.191
(2.728) 4
Hosmer 8.720ns
Dan
Lemeshow(χ2)
Cox dan 0.250
Snell R2
Nagelkerke R2 0.345
*signifikan pada tingkat 10%
55
6.3 Strategi Menyadarkan Masyarakat Kabupaten
Jombang
57
berzakat mau membayar zakatnya melalui
BAZNAS Kabupaten Jombang. Pemahaman
tentang kewajiban membayar zakat perlu
ditingkatkan agar terbentuk masyarakat yang
sadar zakat.
Seminar
Seminar merupakan forum diskusi yang
terdiri dari beberapa pembicara dan juga
audiens. Sosialisasi berupa seminar dilakukan
oleh BAZNAS Kabupaten Jombang untuk
memperkenalkan profil BAZNAS dan program-
program yang ada di BAZNAS. Tujuannya agar
audiens yang dihadirkan dalam seminar tersebut
dapat mengenal BAZNAS sebagai lembaga
pengelola zakat. Seminar dilakukan untuk
menambah pengetahuan masyarakat tentang
zakat, seminar merupakan forum diskusi dengan
membahas materi yang disampaikan oleh
seorang ahli dan dalam seminar diperlukan
moderator sebagai pemandu acara. Sosialisasi
melalui seminar ini perlu dilakukan untuk
meningkatkan pemahaman audiens yang
dihadirkan dalam kegiatan tersebut.
Data yang ditemukan di lapangan
menunjukkan bahwa sosialisasi BAZNAS melalui
seminar dilakukan bekerjasama dengan pihak
lain, seperti halnya kerjasama dengan kantor
Kementerian Agama Kabupaten Jombang. Pada
saat penyelenggaraan seminar tersebut Kemenag
bekerjasama dengan BAZNAS, yang dimana
Kemenag sebagai tuan rumahnya, sedangkan
BAZNAS didatangkan sebagai narasumber,
narasumber dari BAZNAS nantinya juga akan
menyampaikan sosialisasi tentang kewajiban
membayar zakat, serta mengajak calon muzakki
untuk menunaikan zakatnya melalui lembaga
yang berwenang dalam menghimpun dana zakat
58
seperti BAZNAS. Kemudian acara tersebut
dihadiri oleh hadirin yang terdiri dari ustadz
yang berstatus ASN dan non ASN. Harapannya
ketika seminar telah dilaksanakan dengan
menghadirkan para ustadz non ASN agar menjadi
penyuluh di masyarakat untuk mensosialisasikan
tentang zakat di berbagai masjid dan musholla.
Kegiatan seminar yang dilaksanakan di
lembaga zakat memiliki peran dalam membentuk
kerjasama dengan pihak lain, & yang terpenting
adalah membentuk kesadaran berzakat di
masyarakat terutama para muzakki. Penulis juga
mengungkapkan bahwa sosialisasi tentang zakat
penting untuk memberikan pemahaman kepada
masyarakat, salah satunya melalui kegiatan
seminar, seperti mengadakan seminar dengan
tema zakat dengan sasaran masyarakat umum.
Senada dengan pendapat di atas, sosialisasi
melalui seminar itu dapat mengembangkan
pengetahuan dan pengalaman peserta seminar.
Dalam kegiatan seminar yang berkaitan
dengan zakat, amil zakat mempersiapkan segala
sesuatunya jika nanti setelah sosialisasi ada yang
membayar zakat seperti membawa pemungut
zakat, nomor rekening, brosur dan lain-lain.
Sosialisasi melalui seminar dapat meningkatkan
pemahaman masyarakat mengenai pentingnya
menunaikan kewajiban zakat dan dengan adanya
kegiatan ini khalayak yang belum memahami tata
cara melakukan pembayaran zakat melalui
BAZNAS Kabupaten Jombang, karena pada saat
sosialisasi amil zakat diperkenalkan oleh BAZNAS
Kabupaten Jombang.
65
dapat meningkatkan kesadaran masyarakat
terhadap sesama melalui berbagai postingan
tentang zakat di media sosial maupun cetak, dan
kampanye ini bertujuan untuk membangun citra
BAZNAS Kabupaten Jombang yang baik.
66
DAFTAR PUSTAKA
68