Anda di halaman 1dari 75

i

PERAN BAZNAS DALAM MEMANAJEMEN


AMIL

Penulis:
Ahmad Khusnul Hakim
Bekti Widyaningsih S.Kom, M.E

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)


Universitas KH. A. Wahab Hasbullah
2023

ii
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan


pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1
(satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp
100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin
Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan
pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,
dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
3. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin
Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan
pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e,
dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial
dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
4. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk
pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama
10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

iii
PERAN BAZNAS DALAM
MEMANAJEMEN AMIL

Penulis:
Ahmad Khusnul Hakim
Bekti Widyaningsih,S.Kom

ISBN : -

Penyunting:
Ahmad Khusnul Hakim

Desain sampul dan Tata letak:

Penerbit :
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)
Universitas KH. A. Wahab Hasbullah

Redaksi :
Jl. Garuda No.9 Tambakberas
Jombang – Jawa Timur
Telp/Fax +0321-853533
Email : lppm@unwaha.ac.id
Cetakan pertama, Maret 2023

Hak cipta dilindungi undang – undang


All Rights Reserved
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk
dan dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari penerbit

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Tuhan Yang Maha Esa yang


telah memberikan anugrah dan segali kenikmatan kepada kita
semua sehingga penulis dapat menyelesaikan buku ini dengan
baik, Adapun judul buku ini adalah “PERAN BAZNAS DALAM
MEMANAJEMEN AMIL”.
Buku ini menjelaskan tentang peran BAZNAS dalam
membangun seorang amil yang bertujuan untuk keberhasilan
dalam menghimpun, menyalurkan dan memberdayakan zakat.
Buku ini disusun untuk memberikan pemahaman kepada para
pembaca mengenai peran dari Lembaga BAZNAS dalam
memanajemen amil yang mampu mengelola zakat dengan baik,
terukur dan sesuai dengan kepentingan lembaga.
Penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang membangun penulis. Semoga laporan ini memberikan
manfaat bagi para pembaca semua. Amin.

Jombang, 25 Februari 2023

Penulis

v
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Manfaat
BAB II
GAMBARAN UMUM BAZNAS
A. Difinisi BAZNAS
B. Fungsi BAZNAS
C. Peran BAZNAS
BAB III
GAMBARAN UMUM AMIL
A. Tentang Amil
B. Fungsi Amil
C. Peran Amil
BAB IV
JOB DESK SEORANG AMIL
A. Target Kerja Baznas
B. Job Desk Amil
BAB V
SEPUTAR BAZNAS JOMBANG
A. Seputar BAZNAS Jombang
B. Struktur Organisasi
C. Income BAZNAS Jombang
BAB VI
MANAJEMEN AMIL DI BAZNAS KABUPATEN JOMBANG
A. Peran BAZNAS Dalam Memanajemen Amil
B. Pengaruh Amil Pada Masarakat Kabupaten Jombang
C. Strategi Menyadarkan Mayarakat Kabupaten Jombang
Dalam Berzakat
DAFTAR PUSTAKA.……………………………………………………………..66

vi
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peran BAZNAS dalam membangun seorang amil


merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam
menghimpun, menyalurkan dan memberdayakan zakat.
BAZNAS sendiri memerlukan tokoh agama untuk
mempengaruhi kinerja seorang amil yang harus
dipertanggungjawabkan secara transparan dan wajar.
Untuk itu seorang amil harus mengelolanya dengan
baik, terukur dan sesuai dengan kepentingan lembaga
dengan tetap memperhatikan kepentingan. Amil
BAZNAS menurut tingkatannya, mempunyai tugas
sebagai pengawas syariah, pengawas syariah adalah
pihak yang mempelajari, meneliti dan menilai apakah
pengelolaan zakat berpedoman pada syariah, memiliki
kemampuan teknis, administratif dan finansial untuk
menjalankan kegiatannya.
Lembaga zakat yang terhimpun selama ini
tercatat 1 BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) tingkat
nasional, 33 BAZDA (Badan Amil Zakat Daerah) di
tingkat provinsi dan 240 BAZDA di tingkat kota atau
kabupaten dan 18 LAZ (Lembaga Amil Zakat). di
tingkat nasional yang telah mendapat pengesahan dari
menteri agama.
Dengan ini tentunya akan sangat membantu
para muzakki (orang yang wajib mengeluarkan zakat)
dalam membayar zakat. Maka, muzakki datang ke
lembaga zakat dengan menyerahkan harta yang telah
mencapai nishab. Selanjutnya itu adalah kewajiban dari
lembaga zakat untuk mendistribusikan zakatnya.
Tujuan utama zakat ini adalah untuk
menyeimbangkan antara orang yang memiliki kelebihan
dana (surplus dana) dan orang yang kekurangan dana
(deficit fund). Sehingga akan tercipta perekonomian yang
stabil. Artinya zakat digunakan untuk mengentaskan
kemiskinan, dimana namanya tercatat dalam 8 golongan
1
orang yang wajib menerima zakat. Sedangkan menurut
buku Peta Kemiskinan, jumlah mustahik (orang yang wajib
menerima zakat) di seluruh Indonesia adalah 33.943.313
orang. Dari segi jenis kelamin hampir berimbang: 49,9
persen mustahik laki-laki, sisanya 50,1 persen perempuan.
Kemudian, 52 persen mustahik belum menikah 42 persen
menikah, cerai mati 4,6 persen dan bercerai 1,4 persen.
Tingkat pendidikan mereka juga sangat rendah yaitu 77
persen tidak tamat/tamat SD. Sebagian besar mustahik
bekerja di sektor pertanian (63,1 persen) industri 8.9,
perdagangan 8.8 dan layanan 7.2.
Peta Kemiskinan juga mencatat terdapat 23.676.263
muzakki di seluruh Indonesia dengan jumlah kumulatif
terbesar di Jawa Barat. 4.721.101 orang, Jawa Timur
2.871.741 orang, DKI Jakarta 2.467.677 orang, Jawa Tengah
2.181.139, Banten 1.324.908 orang, dan Sumatera Utara
1.094.889 orang. Mayoritas (60,6 persen) muzakki adalah
laki-laki, namun potensi perempuan tidak bisa diabaikan
yaitu 39,4 persen. Penting untuk dicatat bahwa sebagian
besar muzakki ini berusia antara 25-59 tahun (26,1 persen
berusia antara 25-34 tahun 25,00 antara 35-44 dan 26,4
persen antara 45-59 tahun). latar belakang pekerjaan
Muzakki 27,3 persen bekerja di sektor pertanian, 20,8
persen aktif sektor industri 18,2 persen di sektor jasa; dan
10,7 persen di sektor industri.
Dengan data diatas, jumlah mustahik yang ada
di seluruh wilayah Indonesia sangat banyak, dimana
mereka sangat membutuhkan dana tersebut untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, fakta
menunjukkan hal yang berbeda. Menurut Irfan Syauki
Beik, salah satu peneliti zakat mengatakan sebenarnya
potensi dana zakat di Indonesia sangat besar yaitu
mencapai 200 triliun. Sedangkan dana yang terkumpul
mencapai 1,8 triliun. Maka dari itu, yang harus
dilaksanakan yaitu:
Pertama, sosialisasi kepada masyarakat. Dalam hal ini
masyarakat diberikan pengetahuan, pemahaman
tentang apa itu zakat dan apa manfaatnya bagi jiwa dan
2
raga. Sebab, tanpa mengetahuinya, biasanya orang
merasa tidak paham dan acuh tak acuh terhadap zakat.
Akhirnya tidak mau membayar zakat dan menjadi
penyebab musnahnya zakat tersebut.
Namun dengan mengetahui manfaat dan ilmu
lain tentang zakat, mereka akan merasakannya
termotivasi dan ingin merasakan manfaatnya.
Kebanyakan orang yang tidak mau membayar zakat
karena tidak tahu berapa besar pahalanya. Sebagai
firman Tuhan :
“Dan perumpamaan orang-orang yang menafkahkan
hartanya untuk mencari ridha allah dan menguatkan
jiwanya, adalah seperti sebuah taman yang letaknya di
dataran tinggi yang diairi oleh hujan lebat, maka kebun
itu menghasilkan buah-buahan berganda. Tidak
menyiraminya, maka embunnya (cukup).
Sesungguhnya allah maha melihat apa yang kamu
kerjakan.” (al-baqarah: 265).
Bentuk penyampaian kepada masyarakat dapat
berupa pelatihan, seminar, workshop. Dengan bantuan
para ahli di bidang zakat yang mampu menjelaskan
secara detail dan lugas serta memahami bahasanya,
akan sangat membantu menggugah hati para muzakki
untuk membayar zakat.
Bukan perkara mudah mendapatkan respon
positif dari muzakki untuk bisa menunaikan zakat.
Tentunya setelah itu perlu dilakukan pembinaan dan
pemberian kejelasan dari masing-masing lembaga
zakat yang ada di daerah. Jadi, muzakki tidak kesulitan
menemukan institusi. Selain itu lembaga harus dapat
menjelaskan dengan benar agar muzakki dapat
menyalurkan zakatnya kepada lembaga zakat.
Kedua, penguatan amil zakat untuk selalu jujur dan
profesional. Lembaga zakat ini sebenarnya sama
dengan perbankan, yaitu berdasarkan amanah. Lantas,
bagaimana membuat masyarakat percaya pada institusi
dengan berbagai tindakan dan aktivitas yang ada.
Dengan demikian, publik dapat melihat fakta yang telah
3
dilakukan lembaga tersebut selama ini. Dengan ini,
masyarakat akan tergerak untuk menyalurkan
zakatnya ke lembaga-lembaga.
Maka peran amil harus sangat aktif dan
memiliki berbagai program ke depan untuk dapat
menunjukkan bahwa dana zakat yang telah diterima itu
menjadi amanah dan benar-benar tersalurkan kepada
delapan mustahik (fakir, miskin, amil zakat, mualaf,
orang yang merdeka). budak, ghorimun, muhajirin dan
ibnu sabil).
Sebagaimana Allah berfirman: “Sesungguhnya
zakat-zakat itu hanya untuk fakir, fakir, pengurus zakat,
mu'allaf yang terbujuk hatinya, untuk (membebaskan)
budak, orang yang terlilit hutang, untuk jalan allah dan
untuk mereka. Yang berjalan, sebagai kebutuhan yang
wajib allah, dan allah diketahui kembali yang maha
bijak” (at-taubah: 60).
Kedelapan golongan di atas telah disusun
secara berurutan sesuai dengan yang ada dalam
Alquran. Jadi, orang pertama dan kedua yang
mendapatkan zakat adalah fakir dan miskin. namun
realita yang ada di masyarakat saat ini adalah seorang
amil zakat mengambil haknya sebelum disalurkan. Hal
ini merupakan salah satu keengganan masyarakat
untuk menyalurkan dana zakatnya ke lembaga.
Terlepas dari benar atau tidaknya, seorang amil dalam
urutan di atas harus bisa melapor kepada muzakki
tentang jumlah uang yang terkumpul, dibagikan kepada
siapa dan dalam bentuk apa. Hal ini perlu diklarifikasi
agar tidak ada rasa saling tidak percaya antara muzakki
dan amil dalam lembaga zakat.
Selain itu, zakat harus tepat sasaran kepada
mustahik tersebut. Sebab, saat ini banyak orang yang
mengaku fisabilillah, ibn sabil agar bisa menikmati
zakat. Maka para amil zakat harus jeli dan teliti dalam
menganalisis kedelapan golongan di atas agar
penyerahan dari dana zakat dapat disalurkan kepada
orang yang membutuhkan sesuai dengan yang ada
4
dalam Al-Qur’an.
Ketiga, sinergi dan gotong royong antar lapisan
masyarakat, pemerintah, tokoh agama dan juga amil
zakat. Dengan adanya relasi tersebut maka akan mudah
untuk mendistribusikan zakat kepada berbagai
mustahik. Bentuknya, lapisan masyarakat mendukung
keberadaan lembaga zakat dengan menyalurkan dana
ke lembaga tersebut. Pemerintah mendukung dengan
regulasi yang jelas dan tegas bagi yang tidak mau
membayar zakat dengan sanksi yang sesuai. Para tokoh
masyarakat ini juga berperan dalam memberikan
pengarahan dan pengetahuan kepada masyarakat
tentang pentingnya, manfaat dan hukum zakat.
Selain itu, amil zakat juga memiliki sifat amanah
dalam menjalankan dana zakat yang harus disalurkan
dengan tepat sasaran kepada delapan kelompok
tersebut. Dengan itu, semuanya akan berjalan sesuai
rencana. Hubungan sinergis dan kerjasama ini telah
dijelaskan oleh allah SWT dalam firman-nya : “Dan
tolonglah kamu dalam (melakukan) kebajikan dan
takwa, dan janganlah saling tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran” (al-maidah: 2).

1.2 Manfaat
Dalam penulisan buku ini, pembaca diharapkan
dapat mengetahui peran BAZNAS khususnya di daerah
Kabupaten/Kota, yang dimana BAZNAS memiliki peran
memanajemen seorang Amil untuk kesejahteraan
masyarakat di sekitar Kabupaten/Kota. Perlu diketahui
bahwa penyaluran ZIS tidak hanya konsumtif tetapi
dapat memberdayakan masyarakat atau disebut zakat
produktif. Dengan penulisan buku ini selesai, pembaca
dan penulis dapat mengetahuinya bahwa dana Zakat
tidak hanya dibagikan kepada fakir miskin, dhuafa dan
anak yatim, tetapi juga dapat membantu keberlanjutan
hidup bagi rakyat kecil di sekitar Kabupaten/Kota.

5
BAB 2. GAMBARAN UMUM BAZNAS

2.1. Difinisi BAZNAS


Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
merupakan badan resmi dan satu-satunya yang
dibentuk pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden
RI No. 8 Tahun 2001 yang mempunyai tugas dan fungsi
menghimpun dan menyalurkan zakat, infak, dan
sedekah (ZIS) pada tingkat nasional. Lahirnya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Zakat semakin memperkuat peran BAZNAS sebagai
lembaga yang berwenang mengelola zakat secara
nasional. Dalam undang-undang, BAZNAS dinyatakan
sebagai lembaga pemerintah nonstruktural yang
mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden
melalui Menteri Agama.
Dengan demikian, BAZNAS dan Pemerintah
bertanggung jawab mengawasi pengelolaan zakat
berdasarkan: Syariat Islam, Amanah, kemaslahatan,
keadilan, kepastian hukum, keterpaduan dan
akuntabilitas.
Visi BAZNAS adalah :
“MENJADI LEMBAGA UTAMA MENYEJAHTERAKAN
UMMAT”
Misi BAZNAS adalah :
 Membangun BAZNAS yang kuat, terpercaya, dan
modern sebagai lembaga pemerintah non-
struktural yang berwenang dalam pengelolaan
zakat
 Memaksimalkan literasi zakat nasional dan
peningkatan pengumpulan ZIS-DSKL secara masif
dan terukur
 Memaksimalkan pendistribusian & pendayagunaan
ZIS-DSKL untuk mengentaskan kemiskinan,
meningkatkan kesejahteraan ummat, dan
mengurangi kesenjangan sosial

6
 Memperkuat kompetensi, profesionalisme,
integritas, dan kesejahteraan amil zakat nasional
secara berkelanjutan
 Modernisasi dan digitalisasi pengelolaan zakat
nasional dengan sistem manajemen berbasis data
yang kokoh dan terukur
 Memperkuat sistem perencanaan, pengendalian,
pelaporan, pertanggungjawaban, dan koordinasi
pengelolaan zakat secara nasional
 Membangun kemitraan antara muzakki dan
mustahik dengan semangat tolong menolong
dalam kebaikan dan ketakwaan
 Meningkatkan sinergi dan kaloborasi seluruh
pemangku kepentingan terkait untuk
pembangunan zakat nasional dan
 Berperan aktif dan menjadi referensi bagi gerakan
zakat dunia

Sejarah BAZNAS
Pengelolaan zakat oleh lembaga awalnya
hanya diatur oleh Keppres No 07/POIN/10/1968
tertanggal 31 Oktober 1968 tentang pengelolaan zakat
nasional. Lembaga pengelola zakat saat itu hanya
dilakukan terbatas di beberapa daerah saja seperti
BAZIS DKI (1968), BAZIS Kaltim (1972), BAZIS Jawa
Barat (1974) dan beberapa BUMN mendirikan lembaga
zakat seperti BAMUIS BNI (1968). Lahirnya Undang-
Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Zakat merupakan langkah awal pengelolaan zakat yang
berlaku secara Nasional. Sebagai implementasi UU
Nomor 38 Tahun 1999 dibentuklah Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) dengan Surat Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2001.
Dalam Surat Keputusan ini disebutkan tugas
dan fungsi BAZNAS yaitu untuk melakukan
penghimpunan dan pendayagunaan zakat. Dalam
Undang-Undang tersebut diakui adanya dua jenis

7
organisasi pengelola zakat yaitu Badan Amil Zakat
(BAZ) yang dibentuk pemerintah dan Lembaga Amil
Zakat (LAZ) yang dibentuk oleh masyarakat dan
dikukuhkan oleh pemerintah.  Adapun BAZ terdiri dari
BAZNAS pusat, BAZ Propinsi, BAZ kota, BAZ
Kecamatan.
Terbentuknya lembaga zakat yang berbadan
hukum dan didukung dengan sosialisasi zakat yang
dilakukan oleh lembaga zakat di berbagai media
berdampak pada peningkatan kesadaran masyarakat
untuk berzakat melalui amil zakat. Sejak tahun  2002
total dana zakat yang berhasil dihimpun BAZNAS dan
LAZ mengalami peningkatan pada tiap tahunnya. Selain
itu, pendayagunaan zakat juga semakin bertambah luas
dan bahkan menjangkau sampai ke pelosok-pelosok
negeri. Pendayagunaan zakat mulai dilaksanakan pada
lima program yaitu kemanusiaan, pendidikan,
kesehatan, ekonomi, dan dakwah.
Pada tanggal 27 Oktober 2011, DPR RI
menyetujui undang-undang pengelolaan zakat
pengganti Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 yang
kemudian diundangkan sebagai UU Nomor 23 Tahun
2011 pada tanggal 25 November 2011. UU ini
menetapkan bahwa pengelolaan zakat bertujuan
untuk : (1) meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pelayanan dalam pengelolaan zakat dan (2)
meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan
kemiskinan. Untuk mencapai tujuan dimaksud, UU
mengatur bahwa kelembagaan pengelola zakat harus
terintegrasi dengan BAZNAS sebagai koordinator
seluruh pengelola zakat, baik BAZNAS daerah maupun
LAZ.

2.2 Fungsi BAZNAS

BAZNAS sendiri menjalani 4 fungsi yaitu :

8
1. Perencanaan penghimpunan, pendistribusian
dan pendayagunaan zakat.
2. Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian dan
pendayagunaan zakat.
3. Pengendalian penghimpunan, pendistribusian
dan pendayagunaan zakat.
4. Pelaporan & pertanggungjawaban pelaksanaan
pengelolaan zakat.

2.3 Peran BAZNAS

BAZNAS sendiri mempunyai peran yaitu :


1. Meningkatkan kesadaran berzakat sesuai
syariah dan peraturan perundang-undangan
untuk meningkatkan kesejahteraan mustahik.
2. Memberikan pelayanan terbaik bagi muzaki dan
mustahik.
3 Menciptakan program pendayagunaan zakat
yang sesuai syariah secara terencana, terukur
dan berkelanjutan dalam meningkatkan
kesejahteraan mustahik.
4 Pembinaan, pengembangan, dan koordinasi
BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota,
dan LAZ.
5 Mengembangkan sistem teknologi informasi
yang handal untuk menyajikan data-data
penerimaan, pendistribusian & pendayagunaan
zakat secara nasional.
6 Mengembangkan manajemen yang profesional,
transparan dan akuntabel yang sesuai dengan
lembaga keuangan syariah.
7 Membina dan mengembangkan amil yang
amanah, berintegritas dan kompeten yang
mampu menumbuhkan budaya kerja yang
islami.
8 Mengembangkan model pengelolaan zakat
terbaik yang dapat dijadikan acuan dunia.

9
BAB 3. GAMBARAN UMUM AMIL

3.1 Tentang Amil


Amil merupakan isim fa’il dari: amila –
ya’malu, amilan, yang secara leksikal berarti “bekerja”,
sedangkan Amil adalah orang yang bekerja. Bila
disebut: “kaana amilan lahu alash shadaqah” (orang
yang bekerja untuk urusan shadakah/zakat). Para
ulama berbeda pendapat dalam menentukan keluasan
maknanya, sebagaimana ditunjukkan di bawah ini:
 Mazhab Hanafi
Menurut mazhab Hanafi, amil adalah
orang yang dipekerjakan oleh imam untuk
mengumpulkan zakat. Amil adalah sinonim dari
Al-sa’i. Lafadz ini berarti orang yang ditugaskan
oleh imam kepada kabilah-kabilah untuk
memungut zakat dari mereka. Madzab Hanafi
hanya menjelaskan bahwa amil adalah petugas
yang ditunjuk oleh imam untuk mengumpulkan
zakat dari muzakki (wajib zakat) saja.
 Jumhur Ulama : Madzhab Syafi'i, Maliki dan
Hambali
Pengertian amil menurut jumhur ulama
adalah petugas yang mengurus semua urusan
zakat, seperti orang yang mengumpulkan dan
memungut zakat, mencatat jumlah yang masuk
dan keluar, berapa sisa dan, pengurus harta
zakat, dan menyalurkannya. kepada mustahiq
(orang yang berhak menerima zakat).
Sebagaimana yang diketahui bahwa fungsi
pengelola zakat tidak hanya mengumpulkan
zakat dari muzakki, tetapi juga mengumpulkan,
memelihara dan menyalurkannya kepada para
mustahiq.
Bedanya dengan mazhab Hanafi, jumhur
menyebutkan dalam rumusannya dengan jelas
bahwa segala kegiatan yang berkaitan dengan

10
pengelolaan dan pendistribusian zakat masuk
dalam lafadz amil. Perluasan makna amil ke
beberapa makna lain nampaknya perlu
diperhatikan ruang lingkupnya.
Perbedaan lain antara mazhab Hanafi dan
jumhur adalah mazhab Hanafi menyatakan
bahwa amil diangkat oleh imam/pemimpin
umat Islam. Jumhur ulama tidak menyebutkan
bahwa amil diangkat oleh imam. Penjelasan ini
dapat kita pahami dengan mengatakan bahwa
menurut mazhab Hanafi, amil harus diangkat
oleh imam/penguasa dan bukan diangkat oleh
masyarakat, seperti yang dilakukan oleh para
Nabi dan para Khulafaurrasyidin. Sedangkan
menurut Jumhurul ulama amil sendiri ditunjuk
oleh imam atau oleh komunitas, seperti yang
banyak dilakukan saat ini.
 Ulama Tafsir
Beralih ke konsep amil menurut para
mufassir, berikut pendapat empat mufassir
yang dikutip, yaitu Ibnu Jarir ath-Thabary
dalam Tafsir Ath-Thabary, al-Qurtubi dalam
Tafsir al-Qurthiby, Muhammad Rasyid Ridha
dalam Tafsir Al-Manar, dan Muhammad Ali al-
Sais dalam Tafsir Ayat Ahkam.
Ibnu Jarir al-Tabary
Menurut Ibnu Jarir al-Thabary, amil adalah
pemungut zakat dari para muzakki dan
menyalurkannya kepada para mustahiq zakat.
Mereka diberi zakat karena pekerjaannya. Tidak
peduli apakah dia kaya atau miskin. Untuk
menguatkan pendapat ini, ia mengutip
pendapat ahl al-'ilm dan bahasa, seperti al-
Zuhry dan Qatadah.
Arti amil yang diberikan oleh al-Tabari
sangat sederhana. Amil hanya dipahami sebagai
mengumpulkan zakat dari muzakki dan
menyalurkannya kepada mustahiqnya. Penulis
11
tidak menemukan penjelasan, apakah kata amil
dapat mencakup arti yang lebih luas atau tidak.
Selain itu, penulis juga tidak menemukan dalil-
dalil yang digunakannya untuk mendukung
maksud dari amil ini. Berdasarkan penjelasan-
penjelasan yang ada, nampaknya Thabary
merumuskan pengertian dari amil itu hanya
berdasarkan pemahaman lughawy (linguistik).
Al-Qurthubi, Rashid Ridha dan Muhammad 'Ali
al-Sais
Menurut Al-Qurthubi, amil adalah pemungut
zakat yang ditugaskan oleh imam untuk
mengumpulkan zakat. Hal ini berdasarkan apa
yang pernah dilakukan Nabi, sebagaimana
diriwayatkan oleh Bukhari dari Abu Humaid al-
Sa'idy, yang artinya: Dari Abi Humaid al-Sa'idy
ra. dia berkata: “Rasulullah saw menyewa
seorang pria dari bani Asad untuk
mengumpulkan sedekah (zakat) dari bani
Sulaim yang dipanggil oleh Ibn al-Latbiyyah
ketika dia datang dia menghitungnya.” (HR
Bukhari)
Al-Qurthubi menambahkan, makna yang
termuat dalam lafadh al-amilin 'alaihah sangat
luas. Ini mencakup semua orang yang terlibat
dalam menangani masalah zakat. Ini termasuk
kolektor, penulis, wali, distributor dan lain-lain
yang berkaitan dengan pengelolaan zakat.
Pendapat Al-Qurthubi ini sejalan dengan
pendapat Rashid Ridha dan Muhammad 'Ali al-
Sais. Dalam memberikan ruang lingkup
pengertian amil yang meliputi orang-orang
yang mengelola zakat, baik pemungut zakat,
penulis, wali, penyalur dan lain-lain, ketiga
ulama ini tidak mengemukakan dalil dalilnya
yang menunjukkan arti ini. Tampaknya makna
amil hanya didasarkan pada pemahaman
lughawy (linguistik). Mereka berpendapat,
12
cakupan makna amil sangat luas, yakni
mencakup semua orang yang mengurusi
masalah zakat.
Memperhatikan pendapat para ulama fikih
dan ahli tafsir di atas, dapat diketahui bahwa
penentuan makna amil didasarkan pada nash
(al-Qur'an dan hadits) dan bahasa. Sehingga
pengertian amil dalam surat al-Taubah ayat 60
adalah khusus untuk orang-orang yang
ditugaskan oleh imam sebagai pemungut dan
penyalur zakat. Kemudian sebagian ulama
membatasi pengertiannya pada penghimpun
dan penyalur zakat, sedangkan sebagian ulama
memperluas cakupan pengertiannya, yaitu
mencakup semua orang yang terlibat dalam
penanganan zakat, keduanya kolektor, penulis,
penjaga, pembagi dan lain-lain. (Wallahu a'lam
bishshawab).

3.2 Fungsi Amil

Membayar zakat merupakan kewajiban setiap


muslim yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari. Sedangkan bagi umat Islam yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan sehari-hari, membayar zakat tidak
wajib, sebaliknya wajib menerima zakat. Dijelaskan bahwa
ada 8 (delapan) kelompok orang yang berhak menerima
zakat. Salah satunya adalah amil, yang menempati urutan
ketiga setelah fakir dan miskin.
Amil sendiri berasal dari kata 'amila ya'malu'
yang artinya berbuat atau melakukan sesuatu. Kata 'amil'
berarti seseorang yang melakukan sesuatu. Sedangkan
Imam Syafii mengungkapkan bahwa amil zakat adalah
orang yang ditunjuk oleh imam/pemimpin untuk
mengumpulkan zakat. Singkatnya, amil zakat adalah orang
yang bertanggung jawab mengumpulkan dan menyalurkan
zakat.
Pada masa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi
13
wasallam, pendistribusian zakat dilakukan oleh beberapa
sahabat yang mampu dan mumpuni. Mereka diangkat oleh
Nabi Shallallahu alaihi wasallam dan diberi tanggung jawab
untuk mengatur penyaluran zakat secara profesional.
Setiap orang yang bertugas wajib mengumpulkan dan
menyalurkan zakat di suatu wilayah tertentu.
Berikut ini adalah berbagai fungsi atau peran amil
zakat, antara lain:
1. Mendata atau mencatat orang-orang yang wajib
mengeluarkan zakat (muzakki).
2. Mendata atau mencatat orang-orang yang berhak
menerima zakat (mustahik).
3. Mengambil dan mengumpulkan zakat dari para
muzakki, baik perorangan (individu) atau badan
usaha.
4. Mencatat keluar masuknya zakat.
5. Menjaga harta zakat yang terkumpul.
6. Membagikan atau mendistribusikan zakat kepada
para mustahik.

3.3 Peran Amil

Kemiskinan merupakan salah satu aspek yang


harus diselesaikan oleh pemerintah Indonesia. Karena atas
dasar ekonomi yang sulit, banyak kejahatan muncul
dengan motif untuk memenuhi kebutuhan. Selain itu,
kemiskinan juga menjadi kendala bagi sebuah keluarga
untuk mendapatkan kehidupan yang layak, seperti
pendidikan yang berkualitas.
Oleh karena itu pemerintah harus berperan aktif
dalam mengentaskan masyarakat dari kemiskinan. Salah
satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan
mengoptimalkan penyaluran zakat, infak, dan sedekah
kepada orang-orang yang membutuhkan, terutama yang
termasuk mustahiq. Kesejahteraan mustahiq merupakan
salah satu indikator dalam mengurangi kemiskinan. Ketika
mustahiq sejahtera, kemiskinan juga akan mulai
berkurang, dan demi terciptanya kondisi tersebut,

14
pemerintah harus mengoptimalkan peran Amil dan LAZ
(Lembaga Amil Zakat).
Peran Amil dan LAZ harus lebih dioptimalkan,
terutama dalam menjaring dana zakat dari wajib zakat.
Selain itu, sebagai amil zakat, Amil dan LAZ harus mampu
melakukan berbagai macam strategi yang fokus pada dua
hal, yaitu meningkatkan kesadaran berzakat di kalangan
masyarakat yang wajib berzakat dan melakukan
pengelolaan zakat secara berkesinambungan. Untuk
meningkatkan kesadaran berzakat, amil zakat telah
melakukan berbagai cara antara lain himbauan tertulis dan
tidak tertulis kepada masyarakat, memberikan edukasi
zakat kepada masyarakat melalui berbagai media.Namun
masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang
zakat, mayoritas pengetahuan masyarakat hanya zakat
fitrah, sedangkan zakat mal (harta) masih minim
pengetahuan dan kesadaran akan wajib zakat.
Oleh karena itu, peran Amil dan LAZ harus
didukung oleh pemerintah melalui kebijakannya seperti
menerbitkan peraturan daerah atau peraturan presiden
tentang pemotongan zakat yang dilakukan oleh
Negara/Pemerintah bagi pegawai negeri sipil yang
memiliki gaji/aset yang telah mencapai nishab atau haul.
Untuk pengelolaan zakat diharapkan amil zakat
lebih kreatif dalam mengelola zakat. Zakat yang
sebelumnya diberikan langsung kepada mustahiq
menyebabkan mustahiq hanya mengandalkan zakat ini
tanpa ada pemikiran untuk mengelolanya agar bisa
berkembang. Oleh karena itu diperlukan strategi baru
dalam mengelola zakat, misalnya digunakan untuk
investasi bisnis dimana pengelolanya adalah amil zakat
atau mustahiq.
Dan hasil usaha tersebut sebagian dapat
diberikan kepada Mustahiq dan sebagian dikembalikan
untuk mengembangkan usaha. Manfaat lain yang dapat
diperoleh adalah dapat memberikan pekerjaan dan
pengalaman usaha kepada mustahiq. Sehingga mereka juga

15
bisa berusaha mengangkat diri dari kemiskinan secara
mandiri.

16
BAB 4. JOB DESK SEORANG AMIL

4.1 Indikator Kinerja

Mengacu pada rencana Pengelolaan Zakat


Nasional 2020-2025 yang tertulis dalam Naskah Rencana
Strategis Zakat Nasional 2020-2025, sebagai upaya
optimalisasi tantangan dan peluang di dalam tata kelola
zakat nasional, BAZNAS di tahun 2022 ini menetapkan 4
kebijakan penguatan pengelolaan zakat nasional, yaitu:
1. Penguatan Kelembagaan, yaitu memantapkan
BAZNAS sebagai Lembaga Pemerintah Non-
Struktural yang mampu bertanggungjawab dalam
pengelolaan zakat nasional dengan tujuan untuk
mensejahterakan setiap umat dan pengentasan
kemiskinan, dalam konteks Aman Syar’i, Aman
Regulasi, dan Aman NKRI.
2. Penguatan Sumber Daya Manusia (SDM), yaitu
memperkuat kebijakan ketenagakerjaan SDM amil
zakat secara nasional, penerapan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dan
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)
dalam pengelolaan, serta mengoptimalkan proses
sertifikasi amil zakat nasional.
3. Penguatan Tata Kelola, yaitu mendorong
pelaksanaan good amil governance, memperkuat
manajemen mutu dan risiko dalam pengelolaan
zakat nasional, standarisasi sistem kepatuhan
syariah, serta pemanfaatan teknologi informasi
dalam pembangunan sistem informasi zakat
nasional; dan
4. Penguatan Jaringan, yaitu memperkuat koordinasi
dan sinergi seluruh OPZ dalam pengumpulan dan
penyaluran zakat, mengembangkan Standar
Nasional Organisasi Pengelola Zakat (SN-OPZ), serta
implementasi platform Satu Data Zakat Nasional

17
yang akan mengintegrasikan data dan informasi
yang ada di dalam jaringan pengelolaan zakat
nasional.
Pada tahun 2022 BAZNAS telah menetapkan 19
Indikator Kinerja Kunci (IKK) yang dituangkan dalam
naskah Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT)
yang dalam penyusunannya mengacu pada naskah
Rencana Strategis Zakat Nasional 2020-2025. Pencapaian
IKK tersebut merupakan dasar dari penyusunan Laporan
Kinerja BAZNAS tengah tahun 2022, dengan rerata
capaiannya adalah sebesar 23.80%.

4.2 Jobdesk Amil


Dana zakat, infak/sedekah, dan dana sosial
kemanusiaan lainnya yang berhasil dikumpulkan BAZNAS
disalurkan kepada delapan golongan/asnaf yang berhak
menerima (mustahik) melalui program-program yang
didesain untuk mewujudkan pemuliaan para mustahik
dan mengantarkannya menjadi muzakki. Penyaluran dana
zakat, infak/sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya
yang terkumpul dilakukan dalam bentuk program
pendistribusian (konsumtif) dan pemberdayaan
(produktif). Pada tengah tahun 2022 BAZNAS telah
menyalurkan dana zakat, infak/sedekah, dan dana sosial
keagamaan lainnya sejumlah 264,18 miliar rupiah
(unaudited) atau 37.2% dari rencana yang ditetapkan,
angka ini belum termasuk angka penyaluran untuk amil
dan operasional BAZNAS. Berikut adalah rincian
penyaluran BAZNAS tengah tahun 2022 yang disajikan
berdasarkan golongan/asnaf penerima manfaat.

18
Tabel 1.1
Rencana dan Realisasi Penyaluran Berdasarkan
Asnaf BAZNAS Tahun 2022

No Jenis Rencana Realisasi Capaian (%)


Dana 2022 2022
1 Penyaluran Dana 606,480,000 289,051,722,66 47.7
Zakat ,000 5
1.1 Penyaluran Dana 181,295,056 1,861,937,863 1.0
Zakat untuk Fakir ,000
1.2 Penyaluran Dana 181,295,056 205,982,852,48 113.6
Zakat untuk Miskin ,000 0
1.3 Penyaluran Dana 77,350,000, 43,044,502,469 23.7
Zakat untuk Amil 000
1.4 Penyaluran Dana 21,407,088, 251,282,520 1.2
Zakat untuk Muallaf 000
1.5 Penyaluran Dana 15,118,000, 0 0.0
Zakat untuk Riqab 000
1.6 Penyaluran Dana 15,118,000, 133,538,000 0.9
Zakat untuk Gharimin 000
1.7 Penyaluran
Dana Zakat 105,826,000 37,775,175,433 35.7
untuk ,000
Fisabilillah
1.8 Penyaluran Dana 9,070,800,0 2,433,900 0.0
Zakat untuk Ibnu Sabil 00
2 Penyaluran Dana 11,206,000, 6,278,316,276 56.0
Infak 000
2.1 Penyaluran Infak 9,149,300,0 4,200,644,853 45.9
00
2.2 Penyaluran Infak 2,056,700,0 2,077,671,423 101.0
untuk Amil 00
3 Penyaluran Dana 55,000,000, 1,915,100,122 3.5
Infak Terikat 000
3.1 Penyaluran Infak 45,900,000, 1,915,100,122 4.2
Terikat 000
3.2 Penyaluran Infak 9,100,000,0 0 0.0
Terikat untuk Amil 00
4 Penyaluran Dana CSR 12,100,000, 11,502,917,422 95.1
000
4.1 Penyaluran Dana CSR 10,890,000, 11,354,423,873 104.3
000
19
4.2 Penyaluran Dana CSR 1,210,000,0 148,493,549 12.3
untuk Amil 00
5 Penyaluran DSKL 17,314,000, 709,880,000 4.1
000
5.1 Penyaluran DSKL 13,851,200, 709,880,000 5.1
000
5.2 Penyaluran DSKL 3,462,800,0 0 0.0
untuk Amil 00
6 Penyaluran Dana 7,900,000,0 0 0.0
Infak Operasional 00
6.1 Penyaluran Dana Infak 7,900,000,0 0 0.0
Operasional 00
TOTAL 710,000,000, 309,457,936,485 43.6
000

20
BAB 5 SEPUTAR BAZNAS JOMBANG

5.1. Seputar BAZNAS Jombang

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan


badan resmi dan satu-satunya yang dibentuk oleh
pemerintah berdasarkan keputusan Presiden RI No.8
Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun
dan menyalurkan Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS) pada
tingkat nasional. Lahirnya Undang-undang Nomor 23
Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat semakin
mengukuhkan peran BAZNAS sebagai lembaga pengelolaan
zakat secara nasional. Dalam UU tersebut, BAZNAS
dinyatakan sebagai lembaga pemerintah nonstruktural
yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada
Presiden melalui Menteri Agama. BAZNAS bersama
pemerintah bertanggung jawab untuk mengawal
pengelolaan Zakat yang berasaskan : Syariat Islam,
Amanah, Kemanfaatan, Keadilan, Kepastian Hukum,
Terintegrasi dan Akuntabilitas.
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten
Jombang terletak di Jalan Arief Rahman Hakim Kelurahan
Jombatan Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang. Yang
bertepatan di Gedung Islamic Centre Lantai 2 (Kantor
Sekretariat Masjid Agung). Adapun Visi Misi pada Badan
Amil Zakat Nasional (BAZNAS), yaitu :
Visi : Anggun dalam budi pekerti, unggul dalam prestasi,
terampil dalam amali.
Misi :
1. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara
efektif dan efisien, sehingga siswa dapat
berkembang secara optimal sesuai dengan potensi
yang dimilikinya.
2. Menumbuh kembangkan keimanan dan ketaqwaan
kepada Allah SWT serta Akhlaq yang berbasis
Nahdliyin

21
3. Menumbuh semangat keunggulan secara intensif
kepada seluruh warga

5. 2. Struktur Organisasi

Susunan kepengurusan Badan Amil Zakat


Nasional (BAZNAS) Kabupaten Jombang Periode 2020-
2025, yaitu :

Ketua : Didin Achmad Sholahudin


Wakil Ketua 1 : Achmad Zaenuri
Wakil Ketua 2 : Siroju Rosidin
Wakil Ketua 3 : Siti Maslahah
Wakil Ketua 4 : Sugeng Santoso
Sekretaris : M. Luqman Hakim
Wakil Sekretaris : Yuli Masindatul Bariroh
Bendahara : Milla Ummil Habibah
Wakil Bendahara : Anita Harmayanti

Dalam lembaga Badan Amil Zakat Nasional


(BAZNAS) Kabupaten Jombang, terdapat pegawai yang
membantu pengelolaan guna kelanacaran di BAZNAS
Kabupaten Jombang yang mana dibagi menjadi beberapa
Devisi, diantaranya :

Devisi Penghimpunan Dana :


1. M. Hanafi
2. M. Mansyur Abidin

Devisi Pendistribusian dan Pendayagunaan

1. Lilis Purwanto (Kesehatan)


2. Imma Rahmawati Ulfa (Pendidikan)
3. M. Asep Irwan (Ekonomi)
4. Khoirotul Maghfiroh (Dakwah Islam)
5. M. Malik Ibrahim (Tanggap Bencana)

Devisi Perencanaan Keuangan dan Pelaporan

1. Nurus Saadah
22
2. Ida Sukarsih
3. Nurfiana Yasmine

Devisi Administrasi dan Umum

1. Iin Nuraini
2. Devina Ayu Lestari

Devisi Media, Humas dan IT

1. Rahmat Sularso Nh
2. Ali Murtado
3. Ahmad Fatoni
4. Qowwiyudin
5. Megif Timor Setiawan

5.3. Income Dan Pencapaian BAZNAS Jombang

Income BAZNAS
Kemampuan pengelolaan keuangan harus
dipandang penting dalam konteks agama (Atan et al.,
2013) dan dievaluasi sebagai salah satu penilaian kinerja
manajemen. Data laporan keuangan untuk mengetahui
income dan pencapaian keuangan BAZNAS Kabupaten
Jombang tahun 2021 dan 2022. Besaran masing-masing
komponen akan dihitung sesuai dengan rasio yang akan
digunakan. Untuk memudahkan proses penelitian, data
diperoleh dari komponen-komponen laporan keuangan
yang terdiri dari laporan perubahan dana, laporan posisi
keuangan, laporan arus kas, laporan aset kelolaan dan
catatan atas laporan keuangan. rasio kinerja keuangan dan
kinerja operasional OPZ (BAZNAS Kabupaten Jombang dan
LAZ Kabupaten Jombang) yang terdiri dari:
Kinerja Keuangan:
 Net Income Ratio = Change in net assets
Total Income
 Operating Income Ratio = Core Income
Expenses
 Income growth = Income year n – Income year (n-1)
Income year (n-1)
23
Rasio kinerja keuangan, yaitu rasio yang memberikan
hasil pengukuran hasil kegiatan penghimpunan dana
dibandingkan dengan penggunaan dana, terdiri dari:
 Net Income Ratio: mengukur kelebihan/surplus atau
defisit yang dihasilkan dari kegiatan operasi OPZ.
Perhitungan dengan membandingkan surplus dari
aktivitas operasi, angka nominal yang diperoleh dari
laporan arus kas dari aktivitas operasi, dengan total
penerimaan yang berasal dari penghimpunan ZIS,
bagi hasil, penerimaan dana non syariah/dana non
halal, hibah, dan penerimaan pelunasan pinjaman
qordul hasan.
 Operating Income Ratio: mengukur kemampuan
OPZ untuk menghimpun dana dari kegiatan
utamanya. Perhitungan dengan membandingkan
penerimaan ZIS dengan total pengeluaran yang
terdiri dari penyaluran ZIS termasuk penyaluran
pinjaman qordhul hasan, dan biaya administrasi.
 Pertumbuhan pendapatan: mengukur pertumbuhan
penghimpunan dana OPZ dibandingkan tahun
sebelumnya. Perhitungannya dengan menghitung
selisih total pendapatan OPZ tahun 2022 dan 2021,
kemudian dibandingkan dengan pendapatan OPZ
tahun 2021.

Kinerja Operasional:
 Administrative Efficiency = Administrative expenses
Total expenses
 Program Efficiency = Program Expenses
Total expensGrowth of Program = Prog. Expenses
year (n) – Prog. Expenses year (n-1)
Prog. Expenses year (n-1)
 Fundrasing efficiency = Surplus
Total donation
 Cash availability = Cash and bank balances
Total assets

24
Rasio kinerja operasional adalah rasio yang
memberikan hasil pengukuran pencapaian kegiatan
operasional OPZ yang terdiri dari:
 Efisiensi Administrasi: mengukur persentase
belanja administratif terhadap total belanja.
Perhitungan dengan cara membandingkan biaya
administrasi yang terdiri dari biaya pegawai,
umum dan biaya administrasi lainnya serta biaya
penyusutan, dengan total biaya OPZ
 Efisiensi Program: mengukur persentase belanja
administrasi terhadap total belanja
 Pertumbuhan Program: mengukur peningkatan
kegiatan utama OPZ. Perhitungannya dengan
membandingkan selisih pengeluaran per program
 Efisiensi penggalangan dana: mengukur kelebihan
atau kelebihan penggunaan dana dibandingkan
dengan penggalangan dana, untuk OPZ dana zakat
lebih penting secepatnya disalurkan, maka
pengukuran rasio ini dilakukan untuk dana amil.
Perhitungannya dengan membandingkan surplus
dana amil dengan total penghimpunan ZIS pada
tahun 2022.
 Ketersediaan kas: mengukur ketersediaan kas di
OPZ dengan membandingkan jumlah kas dan
setara kas dengan total aset OPZ.

Hasil perhitungan Operating Income Ratio


menunjukkan bahwa BAZNAS Kabupaten Jombang lebih
tinggi dari LAZ Kabupaten Jombang, namun tidak jauh
berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa total penerimaan
utama dari ZIS baik yang dihimpun oleh BAZNAS
Kabupaten Jombang maupun LAZ Kabupaten Jombang
hampir sama dengan rasio pengeluaran yang juga
hampir sama. Pendapatan LAZ Kabupaten Jombang
terbesar berasal dari gaji pegawai PEMKAB Jombang
yang memiliki tingkat penghasilan yang tinggi
25
dibandingkan dengan jumlah pegawai SKPD di
lingkungan Kabupaten Jombang. Meskipun lebih banyak
namun tingkat pendapatan yang tidak sebesar karyawan
PEMKAB Jombang. Angka rasio yang lebih besar dari
satu menunjukkan bahwa penerimaan utama dari
penghimpunan ZIS lebih besar dari total pengeluaran.
Untuk BAZNAS Kabupaten Jombang, penyaluran zakat
tahun 2022 diupayakan mendekati rasio 100%,
sedangkan penyaluran infaq tahun 2015 sebesar
144,5%.
Berdasarkan hasil perhitungan Rasio
Pertumbuhan Pendapatan BAZNAS Kabupaten Jombang
adalah -0,0610 sedangkan LAZ Kabupaten Jombang
sebesar 0,1375. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa
BAZNAS Kabupaten Jombang mengalami penurunan
pertumbuhan pendapatan dibandingkan dengan LAZ
Kabupaten Jombang. Hal ini dikarenakan tidak adanya
penurunan pendapatan yang bersumber dari sinergi
program BAZNAS Pusat dari Rp. 1.081.600.647 menjadi
hanya Rp. 122.200.000. mengurangi. Perhitungan rasio
LAZ Kabupaten Jombang yang tidak terlalu besar
menandakan penerimaan tahun 2015 lebih besar namun
tidak terlalu berbeda dengan tahun 2021. Hal ini
memerlukan upaya pengumpulan dan sosialisasi dari
LAZ Kabupaten Jombang untuk meningkatkan
penghimpunannya dengan memperhatikan potensi
jumlah muzakki di lingkungan Pemerintah Kabupaten
Jombang dan daerah sekitar operasinya.
Rasio Efisiensi Administrasi BAZNAS
Kabupaten Jombang adalah 0,1848 sedangkan LAZ
Kabupaten Jombang adalah 0,1454. Hasil perhitungan
menunjukkan bahwa LAZ Kabupaten Jombang lebih
kecil dalam hal belanja pegawai dan belanja
administrasi umum lainnya dibandingkan dengan
BAZNAS Kabupaten Jombang. Jumlah pegawai dan luas
wilayah operasional akan mempengaruhi penyerapan
biaya administrasi sehingga pengurus OPZ perlu

26
melakukan penyesuaian terhadap kewajaran
penggunaan dana dan kinerja hasil dari penghimpunan,
penyaluran dan pemberdayaan.
Berdasarkan hasil perhitungan Program
BAZNAS Kabupaten Jombang Rasio Efisiensi adalah
1,0754 sedangkan LAZ Kabupaten Jombang adalah
0,8528. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa BAZNAS
Kabupaten Jombang lebih banyak menyalurkan dana
yang terkumpul untuk kegiatan penyaluran ZIS daripada
kegiatan di luar usaha pokoknya dan lebih besar dalam
penyaluran ZIS untuk keseluruhan pengeluarannya. Hal
ini disebabkan kebijakan pengurus BAZNAS Kabupaten
Jombang yang berupaya menyalurkan dana zakat yang
diterima tidak mengendap lebih dari 1 tahun. Rasio
pertumbuhan distribusi (Growth of Program Ratio)
Fakir dan Miskin BAZNAS di Kabupaten Jombang adalah
0,0857 sedangkan LAZ Kabupaten Jombang adalah
0,0901. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi
pertumbuhan penyaluran kepada kelompok fakir dan
asnaf. Rasio pertumbuhan distribusi terhadap fisabilillah
BAZNAS Kabupaten Jombang mengalami penurunan
sebesar -0,2231 sedangkan LAZ Kabupaten Jombang
mengalami peningkatan sebesar 0,0637. Rasio
pertumbuhan distribusi untuk kelompok asnaf mualaf
adalah 0,0101. Rasio ini juga tidak terlalu besar. Rasio
pertumbuhan distribusi kelompok asnaf Ghorimin di
LAZ Kabupaten Jombang mengalami penurunan sebesar
-0,4125.
Rasio pertumbuhan distribusi kelompok asnaf
Ibnu Sabil, BAZNAS Kabupaten Jombang mengalami
penurunan sedangkan LAZ Kabupaten Jombang
mengalami peningkatan. BAZNAS Kabupaten Jombang
bekerjasama dengan dinas sosial agar penanganan
terhadap jumlah masyarakat yang tidak mampu biaya
perjalanan mengalami penurunan. Namun, tidak semua
dana zakat 8 ansnaf itu disalurkan, yakni kepada Riqab
(budak). Hal ini terlihat dari program penyaluran

27
BAZNAS Kabupaten Jombang dan LAZ Kabupaten
Jombang. Program penyaluran BAZNAS Kabupaten
Jombang adalah untuk: Fakir Miskin, Fisabilillah, Muallaf
dan Ibnu Sabil. Sedangkan penyaluran LAZ Kabupaten
Jombang kepada fakir miskin, fisabilillah, ghorimin dan
Ibnu Sabil. Perbedaan dari BAZNAS Kabupaten Jombang
tidak menyalurkan kepada Ghorimin sedangkan LAZ
Kabupaten Jombang tidak menyalurkan kepada mualaf
karena dipengaruhi oleh kondisi mustahik di wilayah
operasional.
Pembagian harta zakat, menurut mayoritas
ulama, tidak harus merata untuk setiap asnaf. Namun,
prioritas diberikan kepada kelompok fakir dan miskin
(Sabiq (2006) dalam Akbar, 2009). Dan penyaluran OPZ
terbesar kedua adalah untuk fisabilillah. Kemudian
diikuti kelompok asnaf lainnya.
Berdasarkan hasil perhitungan Rasio Efisiensi
Penggalangan Dana BAZNAS Kabupaten Jombang adalah
-0,0126 sedangkan LAZ Kabupaten Jombang adalah
0,0043. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa tingkat
efisiensi BAZNAS di Kabupaten Jombang lebih rendah.
efisiensi tetap menjadi ukuran kinerja yang menarik
karena para donatur (biasanya yang besar) ingin
memantau bagaimana donasi mereka digunakan dengan
tujuan untuk mendapatkan reputasi yang baik bagi
organisasi mereka dan keberlanjutan organisasi mereka.
Efisiensi OPZ setidaknya menjadi perhatian utama para
donatur yang akan membayarkan zakatnya. Beberapa
penelitian menyimpulkan bahwa efisiensi lembaga
donasi (amal) merupakan salah satu faktor utama yang
mempengaruhi keputusan donasi donatur (Trussel dan
Parson, 2008 dalam Laela, 2010).
Hasil perhitungan rasio ketersediaan kas
BAZNAS Kabupaten Jombang adalah 0,8786 sedangkan
LAZ Kabupaten Jombang adalah 0,7576. Angka rasio
yang mendekati 1 menunjukkan jumlah kas menganggur
yang dimiliki oleh OPZ (Shafii et al., 2014). Hal ini

28
menuntut perlunya pengelolaan kas yang baik, guna
memaksimalkan pencapaian tujuan sesuai dengan visi
dan misi organisasi.

Pencapaian BAZNAS Jombang


Salah satu pencapaian dari Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) Kabupaten Jombang yaitu
terlaksananya pelatihan Program Santripreneur, dalam
rangka mendorong kemandirian para santri dalam
berwirausaha. Pelatihan ini digelar secara daring dan
disiarkan di kanal YouTube BAZNAS TV.
Program Santripreneur BAZNAS Kabupaten
Jombang merupakan suatu program pembinaan,
pendampingan dan pelatihan usaha serta bantuan
modal usaha yang ditujukan kepada mahasiswa santri
yang bertujuan untuk memperkuat dan meningkatkan
kesejahteraan para mahasiswa santri dalam
mengembangkan kewirausahaan UMKM yang berupa
bantuan modal usaha, pelatihan dan pendampingan.
Santripreneur menyasar mahasiswa santi
yang berasal dari keluarga mustahik, yang dimana
sangat diharapkan dapat berperan penting dalam
meningkatkan kesejahteraan. Penerima manfaat
program Santripreneur BAZNAS Kabupaten Jombang
sebanyak 5.000 orang, dan 281 orang diantaranya telah
mengikuti pelatihan yang terbagi dalam 3 angkatan.
Pelatihan gelombang pertama diikuti oleh 100
penerima manfaat dilaksanakan pada tanggal 20 Juli,
kemudian pelatihan gelombang kedua yang diikuti oleh
100 orang penerima direncanakan akan dilaksanakan
pada tanggal 28 Juli, dan gelombang ketiga diikuti oleh
81 orang penerima manfaat dilaksanakan pada tanggal
3 Agustus. dilaksanakan dalam satu hari, dengan tiga
materi unggulan program Santripreneur dan 1 kisah
sukses dari seorang wisudawan sukses.
Ketua BAZNAS Kabupaten Jombang, Bapak
Didin Achmad Sholahudin mengatakan Program

29
Santripreneur merupakan salah satu upaya BAZNAS
Kabupaten Jombang untuk mengangkat perekonomian
para mahasiswa dan keluarganya. Dengan bekal
kewirausahaan, mahasiswa alumni diharapkan menjadi
panutan kesuksesan dan menjadi contoh yang baik bagi
orang-orang di sekitarnya.
BAZNAS Kabupaten Jombang memiliki
keinginan agar mahasiswa dapat menjadi muzzaki di
masa depan, sehingga pada akhirnya mahasiswa dapat
menguasai perekonomian di Indonesia dan dunia. Kami
berharap para mahasiswa ini dapat menjadikan
mahasiswa kreatif dalam menjalankan bisnisnya,
sehingga membawa kesuksesan dan keuntungan
sekitar.
Dalam Program Santripreneur ini potensi
besar pesantren dapat menjadi faktor pendukung
keberhasilan usaha santri. “Pesantren merupakan
pasar yang luar biasa dan memiliki potensi yang besar.
Kami berharap semua pihak yang terlibat didalamnya
dapat memanfaatkan momentum emas seperti ini
untuk membangkitkan ekonomi umat. Proses
transformasi mustahik menjadi muzzaki merupakan
tujuan utama BAZNAS Kabupaten Jombang yang
memiliki fokus kuat pada kesejahteraan umat. Semoga
apa yang dicita-citakan dapat terwujud.
Sementara itu, Kepala BAZNAS Kabupaten
Jombang Bidang Distribusi dan Pendayagunaan, Ibu
Imma Rahmawati Ulfa mengatakan Program
Santripreneur merupakan bagian dari upaya BAZNAS
Kabupaten Jombang untuk memberdayakan potensi
dan modal sosial pesantren.
Karena jika melihat jumlah pesantren di
Kabupaten Jombang, kita memiliki 155 pesantren yang
santrinya mencapai sekitar 30.590 santri. Ini modal
sosial yang akan diberdayakan oleh BAZNAS Kabupaten
Jombang, yang akan menggerakkan ekonomi dan
melahirkan inovator berbasis di pesantren.

30
Hal Ini yang dapat melatarbelakangi, modal
demografi pesantren merupakan modal sosial yang
berdaya, dan akan menjadi potensi utama dalam
pemberdayaan ekonomi umat Islam di Indonesia.
BAZNAS Kabupaten Jombang juga ingin
menjadikan pesantren sebagai pusat pemberdayaan
ekonomi yang menyasar tiga pilar tersebut. Pertama,
BAZNAS Kabupaten Jombang menginginkan program
santripreneur memperkuat lembaga pesantren. Jadi
istilah kita pesantren menjadi simpul kesejahteraan
baru. Kita ingin membuat pesantren yang memperkuat
ekonomi umat. Kemudian selanjutnya adalah pilar
sosial yaitu penguatan lingkungan sekitar. Mahasiswa
yang sudah berdaya, maka dia akan menjadi simpul
atau orang yang dapat memberdayakan orang-orang di
sekitarnya.
Jadi kalau mahasiswa berdaya bukan hanya
berdaya bagi dirinya sendiri, tetapi juga memberikan
manfaat bagi lingkungannya. Dan pilar ketiga, kami
ingin program ini mampu memperkuat membangun
kemandirian mahasiswa di lingkungannya. Kami
perkuat SDM-nya. Agar mahasiswa mampu untuk
membangun kemandirian mahasiswa dalam konteks
berwirausaha.
Pencapaian Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) Kabupaten Jombang yang kedua yaitu :
Program Z-Mart Kabupaten Jombang yang baru dimulai
pada awal tahun 2022 kini mulai menunjukkan
kemajuan yang signifikan.
Dari 20 Z-Mart yang menyasar warung atau
toko di Kota Santri, sebagian besar berhasil meraup
untung. Dari mulai branding dan pendampingan
dilakukan oleh BAZNAS Kabupaten Jombang mulai dari
pengecatan, pemasangan papan nama, hingga penataan
rak untuk berjualan. Dengan demikian, modal awal
untuk pemenuhan barang dagangan itu sebesar 2 juta
rupiah, kini telah berhasil dikembangkan dan meraih

31
keuntungan yang dapat diputar serta menambah
variasi barang yang dijual.
Salah satu mustahik mengaku ada reorganisasi
yang semakin baik di tokonya, semakin banyak
pelanggan yang berdatangan. Apalagi ketika mereka
mengetahui bahwa semakin banyak variasi barang
yang ditawarkan dengan harga yang terjangkau,
membuat berbelanja semakin nyaman.
Selain itu, warung kami ini dijadikan rujukan
para pelajar di sekitar Kota Jombang sepulang sekolah
untuk berkumpul. Menjadikan barang yang kami
tawarkan semakin cepat terjual dan bisa diputar ulang.
Berbeda dengan yang sebelumnya hanya
menjual jajanan seperti gorengan dan aneka jajanan
untuk anak-anak, kini meningkat menjadi menjual
kebutuhan pokok sehari-hari. Bahkan omzet yang
diraihnya bisa mencapai 300 ribu rupiah setiap
harinya. Kalau seramai Ramadan kemarin, omzetnya
bisa mencapai Rp 750 ribu per hari.
Pengalaman penjualannya masih sangat
minim. Oleh karena itu, setiap ada arahan dari tim
BAZNAS Z-Mart Kabupaten Jombang, harus selalu kita
ikuti. Mulai dari hal-hal teknis mengenai penataan dan
jenis barang yang harus ditambah, hingga pengelolaan
keuangan yang saat ini sedang saya pelajari agar lebih
rapi dan disiplin.
Sementara itu, Koordinator tim Baznas Z-Mart
Kabupaten Jombang, M. Asep Irawan mengatakan,
keberhasilan ini patut disyukuri. Setidaknya upaya
yang kami bangun selama ini telah membuahkan hasil
manis yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.
Kedepannya, untuk menjadi toko ritel mandiri, Z-Mart
juga akan dilengkapi dengan teknik manajemen
keuangan yang baik.
Jadi diharapkan ada mekanisme gajian. Jadi
pemilik toko Z-Mart tidak diperbolehkan mengambil
keuntungan setiap hari, melainkan hanya seminggu

32
sekali. Semuanya harus dicatat di sana, sehingga pada
akhir bulan omzet yang didapat dan laba bersih bisa
diakumulasikan.

33
BAB 6. MANAJEMEN AMIL DI BAZNAS KABUPATEN JOMBANG

6.1 Peran BAZNAS Dalam Memanajemen Amil

Manajemen Sumber Daya Manusia


Manajemen sumber daya manusia (SDM)
adalah ilmu dan seni mengelola hubungan dan peran
tenaga kerja agar efektif dan efisien dalam membantu
perusahaan, karyawan dan masyarakat agar bisa
mencapai tujuannya. Manajemen sumber daya manusia
juga berarti penarikan, pemilihan, pengembangan,
pemeliharaan dan penggunaan sumber daya manusia
untuk mencapai tujuan baik individu maupun organisasi.
Tujuan SDM berkisar pada upaya pengelolaan unsur
manusia dengan segala potensinya secara efektif
sehingga diperoleh sumber daya manusia yang puas dan
memuaskan bagi organisasi.
Secara umum, proses pengelolaan sumber daya
manusia dimulai dari tahapan perencanaan, rekrutmen,
seleksi, perjanjian kerja, orientasi dan penempatan,
pelatihan dan pengembangan karyawan, penilaian
kinerja, kompensasi, hingga pemutusan hubungan kerja
(PHK).
 Perencanaan adalah suatu proses yang dimana
manajer memastikan bahwa mereka memiliki
jumlah dan jenis orang yang tepat di tempat yang
tepat pada waktu yang tepat.
 Rekrutmen adalah proses mencari dan menarik
calon tenaga kerja yang memenuhi syarat sesuai
dengan lowongan kerja yang ada.
 Seleksi adalah menyaring pelamar pekerjaan
untuk menentukan siapa yang paling memenuhi
syarat untuk pekerjaan itu, yaitu mereka yang
dianggap mampu menyesuaikan diri dengan
pekerjaan yang ditawarkan.
 Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja

34
dengan perusahaan yang memuat ketentuan
tentang hak dan kewajiban para.
 Orientasi dan penempatan merupakan program
pengenalan, pada posisi masing-masing, baik
orientasi unit maupun orientasi organisasi.
 Pelatihan dan pengembangan dilakukan untuk
mengubah perilaku tertentu tenaga kerja agar
sejalan dengan pencapaian tujuan.
 Penilaian kinerja dilakukan untuk memberikan
umpan balik kepada karyawan sebagai upaya
peningkatan kinerja karyawan dan organisasi.
 Kompensasi/imbalan atas jasa merupakan
bagian dari hubungan timbal balik antara
organisasi dengan sumber daya manusia, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
 Pemberhentian merupakan fungsi operatif
terakhir dari manajemen sumber daya manusia
yang biasa disebut pemisahan, atau pemutusan
hubungan kerja (PHK).

Prinsip Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam


Islam
Ada empat landasan dasar dalam manajemen
sumber daya manusia dalam Islam, yaitu; Konsep
Abdullah & khalifah, Konsep Keadilan, Tujuan Organisasi
dan Tujuan Individu, Sesuatu yang pernah dilakukan
oleh para Nabi.
Sebagai abdullah & khalifah, manusia harus
menyadari bahwa dirinya diciptakan Allah SWT dengan
dua tugas utama, yaitu sebagai abdullah (hamba Allah)
untuk beribadah dan sebagai khalifah yang diberi
amanah untuk mengelola bumi. Konsep abdullah
memberikan kesadaran bahwa setiap perilaku dan
keputusan yang diambil akan selalu mengacu pada
mencari keridhaan Allah SWT. Hal ini juga berlaku ketika
dia diserahi amanah untuk mengelola sumber daya
manusia sebagai khalifah di muka bumi.
35
Konsep keadilan diartikan sebagai pengakuan
dan perlakuan terhadap keseimbangan antara hak dan
kewajiban. Adil dapat dipahami sebagai moderat, yaitu
sikap yang tengah dan seimbang antara hak dan
kewajiban. Bertindak adil berarti mengetahui hak dan
kewajiban, memahami mana yang benar dan salah,
bertindak jujur dan tepat sesuai aturan dan hukum serta
tidak bertindak sewenang-wenang. Keadilan dalam Islam
harus dilandasi rasa persaudaraan (ukhuwah), saling
menyayangi (mahabbah), bahu membahu (takaful) dan
gotong royong (ta’awun) di antara seluruh umat
manusia.
Tujuan Organisasi dan Sumber Daya Manusia
Tujuan individu harus selaras. Jika tidak, akan sulit
mengelola sumber daya yang ada di dalam organisasi
perusahaan. Dalam Islam, tujuan hidup setiap manusia
adalah untuk mendapatkan ridha Allah SWT, apapun
jabatan dan profesi yang diembannya. Proses penyamaan
atau penyelarasan kedua tujuan tersebut, dimulai sejak
karyawan bergabung dengan organisasi.
Pengelolaan SDM Islami harus mengacu pada
sifat-sifat mulia yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW
sebagai landasan setiap kegiatan ekonomi dan etika
dasar manusia (fundamental human ethics). Ciri-ciri
tersebut adalah: Siddiq (benar dan jujur), Amanah
(jujur/dapat dipercaya, bertanggung jawab). Fathanah
dapat diartikan sebagai kecerdikan atau kebijaksanaan.
Potensi paling berharga dan paling mahal yang hanya
diberikan kepada manusia adalah akal (akal). Tabligh
(transparan), Sifat tabligh artinya komunikatif dan
argumentatif. Orang yang memiliki sifat tabligh akan
menyampaikan sesuatu dengan benar (berbobot) dan
dengan kata-kata yang tepat serta tidak akan
mengurangi atau menambah sesuatu yang ingin
disampaikan.

36
Profesionalisme dalam Islam
Islam sangat menganjurkan seorang muslim
untuk menumbuhkan sikap profesional dalam segala
aspek kehidupan, baik yang berorientasi duniawi
maupun ukhrawi. Bekerja secara profesional adalah
bekerja secara maksimal dan penuh komitmen serta
keikhlasan. Dalam Islam, kata profesional disamakan
dengan itqân. Itqân berarti berbuat dengan kualitas
sebaik mungkin. Bekerja dalam itqân berarti
mencurahkan pikiran terbaik, fokus terbaik, koordinasi
terbaik, semangat terbaik, dan bahan mentah terbaik.
Itqân juga memiliki arti profesionalisme dan spesialisasi
Seseorang dikatakan profesional jika mahir dalam bidang
pekerjaannya.
Profesional dalam Islam juga merupakan ciri
seseorang yang mencapai tingkat ihsân, yang memiliki
kedudukan lebih tinggi dari iman dan Islam. Seseorang
yang mencapai tingkat ihsan tidak merasa cukup hanya
melakukan pekerjaan yang sederhana, tetapi dia akan
melakukannya secara profesional dan sungguh-sungguh,
mengerahkan seluruh kemampuannya untuk kebaikan
dan ketepatan pekerjaannya.
Inti dari profesionalisme dalam Islam
setidaknya dicirikan oleh tiga hal, yaitu: Kafa'ah, yaitu
cakap atau ahli dalam bidang pekerjaan yang dilakukan,
Himmatul-'amal, yaitu memiliki semangat atau etos kerja
yang tinggi; Amanah, yaitu bertanggung jawab dan
amanah dalam menjalankan setiap tugas atau
kewajibannya. Amanah adalah sikap amanah yang
muncul dari kepribadian seorang muslim yang tidak suka
melakukan penyimpangan dan pengkhianatan. Hal ini
didorong oleh pemahamannya bahwa ketaatan
merupakan ciri pribadi umat Islam.
Profesionalisme juga tidak terlepas dari akhlak,
karena keduanya itu merupakan dua hal yang
bersinggungan. Penghayatan nilai/makna kehidupan,
agama, pengalaman dan pendidikan harus diarahkan

37
untuk menciptakan sikap kerja yang profesional,
sedangkan penghayatan nilai yang apresiatif akan
menghasilkan akhlakul karimah. Garis singgung
keduanya adalah kinerja aktual atau kinerja yang harus
dikembangkan sedemikian rupa sehingga jaraknya
semakin dekat seperti ditunjukkan di bawah ini.

Amil Profesional
Profesionalisme amil dapat diartikan sebagai
komitmen seorang amil terhadap profesi amilnya.
Profesionalisme amil menekankan pada penguasaan
ilmu tentang zakat, infaq dan sedekah serta pengetahuan
tentang pengelolaan ZIS dan strategi pelaksanaannya.
Profesionalisme amil tidak hanya pengetahuan syariah
tentang ZIS tetapi juga dalam kaitannya dengan
manajemen.
Menjadi amil profesional selain menguasai
pengelolaan ZIS juga menguasai soal berbagai kaidah
pengelolaan ZIS serta sejumlah keterampilan teknis
lainnya dalam mengelola zakat. Seorang amil harus
mampu menjunjung tinggi amanah yang diemban dan
bekerja dengan sungguh-sungguh dalam koridor aturan
yang ada, baik koridor syar'i maupun koridor aturan
aturan lainnya. Seorang amil profesional harus bekerja
sepenuh hati dan full time (all out), kreatif dan inovatif.
Di BAZNAS Kabupaten Jombang tentang
program perencanaan SDM untuk meningkatkan kinerja
Islami, menjelaskan bahwa unsur profesionalisme
merupakan salah satu bagian terpenting bagi amil
sebagai sikap keseriusan amil yang sejalan dengan
karakteristik nilai kepercayaan dalam ruang lingkup
pengelolaan zakat, yang menunjukkan kredibilitas
seorang amil dalam bekerja.
Dari segi organisasi, Organisasi Pengelola Zakat
(OPZ) yang profesional dituntut untuk: pertama,
memiliki kompetensi formal, kedua, mampu
menyediakan laporan keuangan sebagai bentuk

38
akuntabilitas dan transparansi kelembagaan, ketiga
terbuka dalam pengelolaan dan mencakup semua unsur
dalam pengambilan keputusan dan proses pelaksanaan
kegiatan, keempat memiliki pakar di bidangnya seperti:
pakar syariah, pakar manajemen, ekonom dan yang
terkait dengannya, kelima, seluruh pengurus memiliki
komitmen kerja yang tinggi dan menjunjung tinggi etika
profesi, dan keenam, memiliki berbagai program yang
memiliki manfaat yang sangat besar bagi mustahiq dan
mengutamakan program pemberdayaan.

Perencanaan dan Rekrutmen


BAZNAS Kabupaten Jombang melakukan
perencanaan SDM terkait posisi yang dibutuhkan di
setiap unit dan kantor cabang. Perencanaan diawali
dengan inventarisasi kebutuhan SDM, kemudian
dirumuskan kualifikasi dan persyaratan yang harus
dipenuhi oleh calon amil. Perencanaan SDM adalah
proses dimana manajer memastikan bahwa mereka
memiliki jumlah dan jenis orang yang tepat di tempat
yang tepat pada waktu yang tepat. Melalui perencanaan,
organisasi dapat menghindari kekurangan dan kelebihan
personel secara tiba-tiba. Selanjutnya adalah tahap
rekrutmen. Rekrutmen dilakukan secara terpusat di
kantor pusat BAZNAS Kabupaten Jombang. Rekrutmen
dipublikasikan secara terbuka melalui media sosial yang
dilengkapi dengan penjelasan kualifikasi dan formasi
yang dibutuhkan oleh lembaga.
Peningkatan kualitas kinerja amil dapat
dilakukan dengan memperbaiki mekanisme rekrutmen
dan seleksi yang membuat sistem kinerja amil berfungsi
sebagaimana mestinya. Hal ini dipertegas oleh M.
Amanah dan M. Paramita (2015) dalam penelitiannya
mengenai analisis sistem rekrutmen dan seleksi amilin
pada Badan Amil Zakat Kabupaten Jombang dan
Lembaga Amil Zakat Dhompet Dhuafa. Hasil analisis
menyatakan bahwa variabel yang paling menentukan

39
dalam sistem rekrutmen adalah variabel spiritual.
Pentingnya perencanaan dan rekrutmen juga diperkuat
oleh penelitian Moch Aminudin Hadi mengenai model
strategi pengelolaan sumber daya manusia Badan Amil
Zakat Nasional bahwa terdapat tiga klaster dalam
perencanaan dan rekrutmen sumber daya manusia di
BAZNAS Kabupaten Jombang, yaitu perencanaan sumber
daya manusia, pengadaan sumber daya manusia, dan
pengembangan organisasi. Ketiga klaster tersebut
memiliki peran strategis dalam meningkatkan kualitas
kinerja amil. BAZNAS Kabupaten Jombang telah
melakukan perencanaan dan pola rekrutmen yang tepat.

Tahap Seleksi
Seleksi dilakukan untuk mencari calon amil
yang memiliki kompetensi dan kemampuan yang sesuai
dengan kebutuhan lembaga. Untuk tahun 2020, BAZNAS
Kabupaten Jombang melakukan open recruitment yang
dibuka pada awal Maret 2020. Jumlah pelamar yang
mendaftar sebanyak 184 orang untuk memperebutkan
20 posisi yang ditawarkan. Seleksi diadakan secara
bertahap, meliputi tes tertulis dan lisan serta
wawancara. Tes tertulis meliputi pengetahuan umum,
pengetahuan tentang zakat. Tes lisan berupa tes
membaca Al-Qur'an dan wawancara, serta tes
kompetensi sesuai posisi yang dilamar, seperti posisi
pemasaran, keuangan dan lain-lain.
Seleksi adalah salah satu tugas yang paling sulit
dalam perekrutan karyawan. Prosesnya melibatkan
banyak pelamar untuk posisi yang ditawarkan. Proses
seleksi di BAZNAS Kabupaten Jombang juga melibatkan
peserta yang cukup banyak sedangkan posisi yang
ditawarkan terbatas, sehingga proses seleksi menjadi
sangat ketat. Hal ini sangat baik bagi institusi karena
dapat menyaring siapa yang paling memenuhi syarat
untuk pekerjaan tersebut. Adapun fungsi seleksi adalah
merekrut calon karyawan yang dianggap mampu

40
menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang ditawarkan.
Tes seleksi amil BAZNAS Kabupaten Jombang
sangat lengkap dengan konten materi yang mendalam
dan komprehensif. Ini bisa menjadi cara yang efektif
untuk menyaring amil profesional. Sesuai dengan
rekomendasi yang ada bahwa rekrutmen dan seleksi
sebaiknya menerapkan tes yang dapat mengenali dan
mengetahui kemampuan dan karakter calon karyawan
baru secara mendalam seperti tes psikologi, tes
pengetahuan dan tes kinerja.

Perjanjian kerja
Perjanjian kerja tersebut memuat hak dan
kewajiban amil berupa jam kerja, job description,
kompensasi/gaji dan tunjangan. Selain itu, sangat
penting juga setiap amil menandatangani pakta
integritas sebagai amil. Pakta integritas ini berisi ikrar
seorang amil untuk bekerja sungguh-sungguh dengan
menjaga nama baik lembaga yaitu BAZNAS Kabupaten
Jombang. Untuk menjaga integritas dan independensi,
amil tidak boleh menerima pemberian apapun dari
donatur atau rekanan dalam jabatan amil. Selain itu, amil
harus berakhlak mulia seperti yang dicontohkan Nabi
Muhammad SAW yaitu; siddîq, amânah, fathânah dan
tablîgh. Hal ini harus dilakukan secara konsisten sebagai
karakter seorang muslim. Karena profesionalisme dan
akhlak merupakan dua hal yang bersinggungan.
Dari apa yang telah disepakati, masing-masing
pihak harus saling menghormati dengan apa yang
mereka janjikan, sebagaimana disebutkan dalam Q.S. Al
Maidah, ayat 1 “Wahai orang-orang yang beriman,
penuhilah akad…”. Perjanjian kerja antara BAZNAS
Kabupaten Jombang dengan amil dilakukan secara
sukarela tanpa paksaan. Hal ini dilakukan karena akan
menentukan sah atau tidaknya perjanjian tersebut, dan
agar tidak terjadi masalah dikemudian hari. Penjelasan
mengenai Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

41
di Koperasi Desa “Padang Bulan”, merekomendasikan
agar perjanjian kerja tersebut memperhatikan prinsip
Ikhtiyari/sukarela dan Taswiyah/kesetaraan. Perjanjian
kontrak untuk waktu tertentu didasarkan atas kerelaan
kedua belah pihak ('antaradin).

Orientasi Penempatan
Penempatan amil BAZNAS Kabupaten Jombang
tersebar di berbagai kantor cabang di kabupaten/kota di
Jombang. Mutasi dapat dilakukan secara periodik,
misalnya seorang amil di Wonosalam dipindahkan ke
Jombang kota sesuai kebutuhan. Penempatan pegawai
baru adalah penyerahan pegawai baru kepada unit kerja
yang membutuhkan dan kepada pimpinan langsung.
Untuk menjaga profesionalitas kerja, pada tahap
penempatan juga dilakukan program pengenalan atau
orientasi, baik orientasi maupun orientasi unit kerja atau
orientasi organisasi. Orientasi dilakukan untuk
mengetahui tujuan dari unit kerja dan pencapaiannya,
mengenal rekan kerja, tujuan perusahaan, sejarah,
filosofi, prosedur dan peraturan.
Penempatan para karyawan itu harus sesuai
dengan keahliannya dan itu sendiri merupakan unsur
terpenting dalam pengelolaan sumber daya manusia. Jika
karyawan tersebut individu, maka ia tidak dapat segera
beradaptasi, mereka dapat menganggap ini sebagai
tekanan yang mengancam mereka dan lama kelamaan
dapat menyebabkan stress bagi karyawan yang
bersangkutan. Sebaliknya dengan sistem penempatan
yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai. Seperti yang
di ucapkan oleh Bapak Rian Efendi (2023), Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Jombang, bahwa penempatan
kerja berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja
pegawai.

42
Pelatihan dan pengembangan
Untuk menghasilkan amil yang profesional,
BAZNAS Kabupaten Jombang telah melakukan pelatihan
dan pengembangan kompetensi bagi amil. Amil baru saja
menjalani masa pelatihan selama 3 bulan dengan materi
zakat yang komprehensif dan penguatan akhlak seorang
muslim. Selain itu, ada juga pelatihan dan pengembangan
rutin dengan program SDB (Salam DPU Berkah) setiap
pagi di awal kerja berupa tausiyah pagi oleh masing-
masing departemen secara bergilir tentang kompetensi
inti dan kompetensi keahlian amil. Setiap hari Sabtu
dilakukan pengembangan kompetensi amil melalui acara
CURGAS (Curhat Ideas), dan sekolah fikih zakat yang
mengundang narasumber eksternal. Selain itu, BAZNAS
Kabupaten Jombang juga kerap mengirimkan amil untuk
mengikuti pelatihan di luar.
Pelatihan seperti ini dapat berguna untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas produktivitas
organisasi, menghemat waktu untuk pembelajaran yang
dibutuhkan karyawan untuk mencapai standar kinerja
yang dapat diterima, menciptakan sikap loyalitas dan
kerjasama tim yang lebih menguntungkan, mampu
memenuhi kebutuhan perencanaan sumber daya
manusia. Di Pusat Zakat Umat (LAZ Persatuan Islam)
menyatakan bahwa pembinaan amil zakat dilakukan
dengan menggunakan beberapa metode yaitu; studi,
motivasi, wisata religi, dan pelatihan.
Pentingnya pelatihan amil juga ditekankan di 14
negara bagian Malaysia, dan hasil dari pengamatan
menyimpulkan bahwa sangatlah penting untuk
meningkatkan peran amil zakat melalui kursus dan
pelatihan yang efektif. Untuk mencetak amil profesional,
Rahman mengembangkan model integrasi amil zakat di
Malaysia melalui sertifikasi amil profesi menggunakan
10 modul pembelajaran guna meningkatkan integritas
dan keahlian amil dari berbagai aspek seperti
komunikasi, dakwah dan kepemimpinan.

43
Penilaian kinerja
Evaluasi kinerja BAZNAS Kabupaten Jombang
melalui absensi Senin sampai Jumat pukul 08.00 sampai
16.00 dan Sabtu pukul 08.00 sampai 12.00. Untuk
mengecek absensi, gunakan finger scan absen. Bagi amil
yang datang terlambat dari pukul 08.00 tidak mendapat
uang makan pagi dan bagi amil yang baru masuk kerja
akan ditraining di tiga bulan pertama. Jika performance
mencapai > 65% maka kontrak akan dilanjutkan pada
tiga bulan kedua. Jika dalam tiga bulan kedua kinerja
tidak membaik, kontrak kerja tidak diperpanjang.
Selain itu BAZNAS Kabupaten Jombang telah
menetapkan standar dalam penilaian kinerja dengan Key
Performance Indicators (KPI). Setiap amil harus bekerja
berdasarkan KPI untuk mengetahui apakah target
tercapai atau tidak. Untuk itu, setiap amil mendapatkan
pelatihan pembuatan KPI. Selain itu, setiap lembaga
zakat di pusat dan cabang serta setiap departemen harus
membuat Rencana Strategis (Renstra). Rencana kerja
dibuat sesuai dengan jabatannya masing-masing, dimana
75% manager menuangkan ide dan 25% kegiatan
administrasi sedangkan staf rencana kerja 75% teknis
dan hanya 25% ide. Penyusunan rencana strategis ini
dilatih oleh pelatih profesional. Penilaian kinerja berupa
pencapaian rencana strategis dilakukan melalui
pengendalian internal dan eksternal. Pengendalian
internal dilakukan oleh sekretaris yayasan dan
pengendalian eksternal dilakukan oleh tim ahli dengan
mendatangkan konsultan dari luar lembaga.
BAZNAS Kabupaten Jombang telah melakukan
penilaian kinerja pegawai dengan pendekatan yang biasa
digunakan di perusahaan profesional, yaitu dengan Key
Performance Indicator (KPI). Pada perusahaan
Electronic Manufacturing Services (EMS) PT. Tridharma
Kencana, bahwa berdasarkan hasil penilaian KPI PT.
Tridharma Kencana periode tahun 2016, kinerja seluruh

44
pegawai dikategorikan cukup baik dan memuaskan.
Penilaian kinerja dalam perusahaan dilakukan untuk
memberikan umpan balik kepada karyawan sebagai
upaya untuk meningkatkan kinerja karyawan dan
organisasi. Penilaian prestasi kerja adalah prosedur
formal yang dilakukan di dalam organisasi untuk
mengevaluasi karyawan dan kontribusi serta minat bagi
karyawan. Hasil penilaian kinerja dapat digunakan untuk
berbagai keperluan, seperti pertimbangan promosi,
pembuatan program pelatihan, kenaikan gaji, pemberian
bonus, dan lain sebagainya.

Pemberian Imbalan Jasa


Kompensasi atas jasa yang diberikan oleh
BAZNAS Kabupaten Jombang sesuai dengan motto yang
dicanangkan oleh BAZNAS Kabupaten Jombang, bahwa
seorang amil harus bekerja secara profesional, sehingga
kompensasi yang diberikan juga diupayakan secara
profesional. Amil LAZ BAZNAS Kabupaten Jombang
bekerja full time bukan part time sehingga LAZ BAZNAS
Kabupaten Jombang memenuhi kebutuhannya agar amil
tenang saat bekerja. Hal ini agar amil dapat bekerja
dengan baik karena semua kebutuhan terpenuhi.
Imbalan jasa yang diterima berupa: Gaji Pokok,
Tunjangan Makan, Tunjangan Keluarga, Tunjangan
Kesehatan dan Tunjangan Tunjangan dan Pensiun.
Agar pekerja dapat terus memberikan
kontribusi positif bagi perusahaan, mereka harus
diberikan kompensasi yang sepadan atas kinerja yang
telah mereka tunjukkan baik secara finansial maupun
non finansial. Karena kompensasi akan mempengaruhi
karyawan dalam bekerja. Yang di ketahui bahwa
kompensasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja
karyawan PT. JAEIL Indonesia. Menegaskan bahwa
kompensasi berpengaruh signifikan terhadap
produktivitas kerja amil zakat di Kota Bandung.

45
Penghentian
Berdasarkan penilaian kinerja, BAZNAS
Kabupaten Jombang juga telah melakukan proses
pemecatan bagi para pekerja amil yang kinerjanya buruk
seperti sering terlambat, tidak disiplin karena ada
pekerjaan lain, padahal di BAZNAS Kabupaten Jombang
harus bekerja full time. .
Pemutusan adalah fungsi operasi terakhir dari
manajemen sumber daya manusia. Istilah pemecatan
sering juga disebut dengan istilah pisah, pisah, atau
pemutusan hubungan kerja (PHK). Pemberhentian
adalah pemutusan hubungan kerja karyawan dengan
organisasi perusahaan. Dengan pemecatan berarti
berakhirnya keterikatan kerja karyawan dengan
perusahaan.
PHK bukanlah sesuatu yang menyenangkan.
Namun, ada kalanya PHK tidak dapat dihindari dan
terpaksa dilakukan oleh perusahaan karena berbagai
faktor. Diantara faktor penyebab PHK adalah faktor
pribadi, budaya perusahaan, dan kepuasan kerja. Faktor
PHK di BAZNAS Kabupaten Jombang adalah
ketidakmampuan amil untuk menyesuaikan diri dengan
budaya lembaga, sehingga sering melanggar disiplin jam
kerja dan tata tertib kerja yang telah disepakati dalam
perjanjian kerja. Hal ini menyatakan bahwa faktor
personal dan budaya perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap pemutusan hubungan kerja.

Penerapan Prinsip dan Nilai Manajemen SDM Islami


Proses pengelolaan sumber daya manusia yang
diterapkan di BAZNAS Kabupaten Jombang didasarkan
pada prinsip dan nilai-nilai SDM Islami. Tujuannya agar
tidak salah merekrut orang untuk suatu pekerjaan,
turnover yang tinggi, mendapatkan karyawan yang tidak
bekerja maksimal/efisien, membuang waktu dengan
wawancara yang tidak berguna dan berbagai masalah
lain yang merugikan perusahaan. Untuk itu diterapkan

46
empat prinsip dasar sebagai prinsip manajemen sumber
daya manusia dalam Islam yaitu; prinsip-prinsip
abdullah dan khalifah, keadilan, pemerataan tujuan
individu dan organisasi, dan sifat Nabi.
Penerapan prinsip Abdullah dan Khalifah
mengacu pada tujuan diciptakannya manusia sebagai
hamba Allah SWT yang tugasnya beribadah (Abdullah)
dan sebagai pelacur bumi (khalifah). Implikasinya, setiap
karyawan menyadari bahwa setiap perilaku dan
keputusan yang diambil akan selalu mengacu pada
mencari ridha Allah SWT. Prinsip keadilan diterapkan
dengan menyeimbangkan hak dan kewajiban,
membedakan antara benar dan salah, bertindak jujur
dan tepat sesuai aturan dan hukum yang ditetapkan dan
tidak bertindak sewenang-wenang atas dasar
persaudaraan (ukhuwah), saling mencintai (mahabbah),
bahu membahu (takaful) dan saling membantu
(ta'awun). Menyatukan tujuan organisasi dan tujuan
individu agar selaras. Jika tidak, akan sulit mengelola
sumber daya manusia. Lebih lanjut, semua tindakan dan
perilaku amil mengacu pada sifat Nabi SAW, yaitu; Siddiq
(benar dan jujur), Amanah (jujur/terpercaya,
bertanggung jawab), Fathanah (cerdas), Tabligh
(transparan).

6.2 Pengaruh Amil Pada Masyarakat Kabupaten


Jombang

Menurut Bapak Ki Hajar Dewantara, pendidikan


adalah hal yang menuntun segala daya alam yang ada
pada manusia, terutama anak-anak, agar dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Senada dengan pendapat Martinus Jan Langeveld bahwa
pendidikan adalah upaya membantu anak agar mampu
melaksanakan tugas-tugas dalam kehidupannya secara
mandiri sehingga bertanggung jawab dan pendidikan
adalah proses bimbingan agar manusia menjadi
bijaksana dan dewasa. Berbeda dengan Gunning dan
47
Kohnstan, menurut mereka pendidikan adalah
pembentukan diri secara etis menurut hati nurani. Dan
menurut UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, jati diri, masyarakat,
bangsa dan negara. Dari semua definisi tersebut
disebutkan bahwa pendidikan mendorong seseorang
untuk mengetahui potensi dirinya dan mengetahui apa
yang perlu dilakukan untuk mendapatkan kebahagiaan
dunia dan akhirat. Tujuan pendidikan menurut UU No.
20 tahun 2003 adalah mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang sejahtera. negara yang demokratis dan
bertanggung jawab. UNESCO telah menetapkan empat
pilar pendidikan saat ini dan masa depan, yaitu learning
to know, learning to do, learning to be, dan learning to
live together.
Faktor yang selanjutnya adalah pendapatan.
Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat
ekonomi yang timbul dari aktivitas normal suatu entitas
selama satu periode. Sedangkan menurut Skousen dan
kawan-kawan, pendapatan adalah arus masuk dari
pengiriman dan produksi barang dan jasa karena
berlangsungnya kegiatan utama atau kegiatan sentral.
Maksudnya pendapatan adalah arus masuk yang
dihasilkan karena adanya kegiatan yang dapat
menghasilkan uang seperti pendapatan yang dihasilkan
dari faktor produksi yaitu sewa, keuntungan, bunga/bagi
hasil dan gaji. Dalam perekonomian dikenal istilah
disposable income yang berarti penghasilan yang telah
dipotong pajak dan siap untuk dibelanjakan. Dalam
Islam, disposable income adalah pendapatan yang telah
dikeluarkan oleh zakat dan pajak. Zakat dikeluarkan

48
untuk meraih ridha Ilahi dan pajak dikeluarkan sebagai
ketaatan sebagai warga negara.
Kesadaran, secara harfiah berarti kesadaran
diri, yaitu suatu kondisi di mana seorang individu
memiliki kendali penuh atas rangsangan internal dan
eksternal. Kesadaran juga mencakup pikiran-pikiran
yang disadari secara samar-samar oleh individu sehingga
perhatiannya dapat terarah atau terfokus. Pendidikan
sangat penting dalam mendorong kesadaran manusia
untuk melakukan sesuatu sesuai dengan hati nuraninya.
Kesadaran dalam hal ini adalah kesadaran dalam berbuat
kebaikan. Kesadaran juga dapat diasah melalui
pengalaman yang didapat dari masyarakat. Kesadaran ini
muncul karena adanya rangsangan dari luar. Sedangkan
kesadaran yang muncul dari kondisi internal adalah
kesadaran yang muncul dari dalam diri sendiri, hati
nurani yang telah dibekali dengan pendidikan spiritual
keagamaan serta tentang nilai dan norma kemanusiaan.
Badan amil zakat nasional merupakan lembaga
yang mengelola zakat di Indonesia. BAZNAS adalah
lembaga resmi yang bertanggung jawab untuk
mengumpulkan, mendistribusikan, dan mengelola zakat.
Untuk memudahkan pengelolaan zakat, pemerintah
membentuk BAZNAS di seluruh wilayah di Indonesia.
Seluruh provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia telah
membentuk BAZNAS untuk memfasilitasi pengelolaan
zakat di daerah-daerah tersebut berdasarkan peraturan
pemerintah. Undang-undang yang mengatur tentang
tugas dan fungsi BAZNAS di masing-masing kota diatur
dalam Peraturan Pemerintah tahun 2014 yang direvisi
dari peraturan sebelumnya pada tahun 2011. Dalam
Peraturan Pemerintah ini ditegaskan bahwa tugas
BAZNAS kabupaten/kota adalah mengelola zakat dan
bertanggung jawab kepada BAZNAS pada tingkat yang
lebih tinggi yaitu BAZNAS provinsi. BAZNAS
kabupaten/kota mempunyai tugas menghimpun,
menyalurkan, dan mengelola zakat sebagaimana

49
tertuang dalam peraturan BAZNAS pusat Nomor 03
Tahun 2014. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Pasal
29, BAZNAS kabupaten/kota bertugas menyusun
perencanaan pengelolaan zakat. Intinya, sebelum
BAZNAS kabupaten/kota melakukan pengumpulan,
pendistribusian dan pengelolaan zakat, BAZNAS
kabupaten/kota harus melakukan perencanaan terlebih
dahulu. Jika perencanaan telah dibuat, BAZNAS
kabupaten/kota dapat melakukan kutipan, distribusi,
dan pengelolaan. Namun dalam mengelola zakat,
BAZNAS harus mengawasi semua tugas yang dilakukan
sesuai dengan peraturan yang diatur dalam Pasal 29
Peraturan Pemerintah tersebut.
Semua tugas pengutipan, pendistribusian dan
pengelolaan BAZNAS kabupaten/kota harus membuat
laporan agar tidak terjadi penyelewengan dalam
pengelolaan zakat. BAZNAS kabupaten/kota juga dapat
mengusulkan lembaga zakat yang ingin membantu
BAZNAS dalam mengelola zakat, namun semua kegiatan
lembaga zakat tersebut harus diketahui oleh BAZNAS
kabupaten/kota. Semua peraturan yang dikeluarkan oleh
Presiden dan pemerintah serta BAZNAS pusat
merupakan peraturan untuk memfasilitasi BAZNAS
kabupaten/kota dalam mengelola zakat di masing-
masing daerah. BAZNAS Kabupaten Jombang adalah
BAZNAS yang berada di wilayah Kabupaten Jombang,
Indonesia yang juga harus mematuhi semua peraturan
pemerintah dan Sesuai dengan peraturan BAZNAS pusat,
BAZNAS BAZNAS Kabupaten Jombang bertugas
mengumpulkan, mendistribusikan dan mengelola zakat
untuk wilayah Kabupaten Jombang. BAZNAS Kabupaten
Jombang harus membuat laporan ke BAZNAS Provinsi
Jawa Timur yang merupakan BAZNAS tingkat kedua
setelah BAZNAS Pusat.
Membayar zakat adalah bagi setiap muslim
yang memiliki cukup harta, nisab dan haul. Namun,
banyak orang yang tidak menyadari kewajiban ini. Zakat

50
yang masih sulit dibayar adalah zakat harta, investasi,
ternak, emas, dan lain-lain. Hal ini dipicu oleh
ketidaktahuan masyarakat akan pembayaran zakat
selain zakat fitrah. Ada dua faktor yang menyebabkan
orang tidak membayar zakat. Faktor-faktor tersebut
terbagi menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari
pembayar zakat itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal
adalah faktor yang berasal dari lembaga atau tempat
membayar zakat. Jenis kelamin, umur, usia menikah,
pendapatan dan pengeluaran merupakan faktor-faktor
yang mempengaruhi kepatuhan seseorang untuk
membayar zakat. Faktor-faktor tersebut secara
signifikan mempengaruhi tingkat kesadaran seseorang
untuk membayar zakat. Misalnya umur, semakin tua
seseorang maka kesadaran untuk melaksanakan
kewajiban sangat tinggi. Namun diantara semua faktor
tersebut, faktor pendapatan merupakan faktor yang
paling mempengaruhi seseorang untuk membayar zakat.
Hal ini menyatakan bahwa tahapan pendapatan dan
pengeluaran individu dan rumah tangga berpengaruh
signifikan terhadap kesadaran membayar zakat. Artinya,
semakin tinggi pendapatan seseorang maka semakin
tinggi pula kesadaran untuk membayar zakat. Faktor
eksternal berasal dari lembaga zakat yang kurang
dipercaya oleh masyarakat. Persepsi penyaluran zakat
dan dampaknya terhadap pembayaran zakat melalui
lembaga formal menyatakan bahwa pembayaran zakat
kepada lembaga formal secara positif dipengaruhi oleh
perasaan puas terhadap pengelolaan zakat oleh lembaga
zakat itu sendiri. Artinya, peran lembaga zakat dan
kinerjanya juga sangat menentukan kesadaran
masyarakat untuk membayar zakat secara formal.
Metode pengumpulan dan pendistribusian
zakat yang dilakukan oleh lembaga zakat harus membuat
pembayar zakat atau muzakki merasa aman dan nyaman
dengan uang yang disalurkan oleh lembaga tersebut.

51
Perasaan puas inilah yang akan membuat pembayar
zakat terus menerus membayarkan zakatnya kepada
lembaga zakat.
Bapak Sugeng Santoso menjelaskan bahwa
aturan distribusi zakat yang baik harus sesuai dengan
perspektif Islam. Penyaluran zakat perlu mencapai tahap
kecukupan dan kenyamanan bagi penerima zakat dan
tanggungannya. Zakat yang disalurkan harus mencapai
tingkat yang dapat menjamin kualitas hidup. Artinya,
penyaluran dan pendistribusian zakat yang diberikan
harus dapat membantu kehidupan sekurang-kurangnya
dapat membeli barang-barang yang dapat digunakan
untuk mencari nafkah.
Tabel 1
Masyarakat Mengetahui
BAZNAS Kabupaten Jombang
Jumlah Persen(%)
Ya 92 43,8
Tidak 118 56.2

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa responden


yang tidak mengetahui BAZNAS Kabupaten Jombang
hanya 118 orang dengan persentase 56,2% . ini berarti
masih banyak masyarakat yang tidak mermbayar zakat
kepada BAZNAS Kabupaten Jombang. Tidak mungkin
masyarakat tidak tahu BAZNAS Kabupaten Jombang itu
ada jika masyarakat membayar zakat kepada BAZNAS
Kabupaten Jombang.
Tabel 2
Membayar Zakat Di Masjid
Jumlah Persen(%)
Ya 200 95.2
Tidak 10 4.8

52
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa hampir
semua respondentidak membayar zakat kepada BAZNAS
Kabupaten Jombang, namun membayar zakat kepada
masjid. Dari pengamatan, sebanyak 4,8% membayar
zakat kepada lembaga zakat swasta yang sudah mereka
percaya. Ini merupakan pembayaran zakat secara tidak
formal karena pengelolaannya hanya akan dilakukan
oleh amil zakat di masjid saja. Dengan sistem
pembayaran zakat tidak formal ini, data akan lebih sulit
didapat. Karena hanya akan ada pendataan secara
manual baik data muzakki mahupun mustahik.

Tabel 3
Membayar Zakat Harta
Jumlah Persen(%)
Ya 92 43.6
Tidak 118 56.2

Berdasarkan tabel 3, dapat dilihat bahwa


jumlah responden yang membayar zakat harta memiliki
perbandingan yang lebih kecil dibandingkan dengan
yang membayar zakat harta. Responden yang membayar
zakat harta hanya 92 orang dengan jumlah persen
43.6%, sedangkan yang tidak membayar lebih banyak
yaitu 118 orang dengan persen 56.2%. Hal ini
menunjukkan bahawa masyarakat belum memahami
bahwa zakat harta juga wajib dibayarkan. Berdasarkan
hasil perbincangan dengan responden, mereka hanya
mengetahui zakat fitrah sebagai kewajiban, dan untuk
membersihkan harta yang mereka miliki adalah dengan
bersedekah. Masyarakat Kabupaten Jombang masih
banyak yang tidak membayar zakat harta, namun selalu
memberikan sedekah kepada golongan fakir dan miskin
yang mereka anggap layak untuk diberikan sedekah.

Tabel 4
53
Hasil Regresi
Pemboleh Nilai Exp (B) Statistik
ubah Koefisien Wald
(B)
Konstan -1.192 0.30 0.191
(2.728) 4

Pendidikan 0.348 1.41 0.832


(0.381) 6

Pendapatan 0.538* 1.71 4.184


(0.263) 3

Kesadaran 0.416 1.51 0.832


(0.456) 6

Hosmer 8.720ns
Dan
Lemeshow(χ2)
Cox dan 0.250
Snell R2
Nagelkerke R2 0.345
*signifikan pada tingkat 10%

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa


variabel yang secara signifikan mempengaruhi
masyarakat membayar zakat ke BAZNAS Kabupaten
Jombang adalah variabel pendapatan. Variabel
pendidikan dan kesadaran bukan merupakan faktor
penting yang menentukan masyarakat membayar zakat
ke BAZNAS Kabupaten Jombang. Artinya, jika
pendapatan meningkat, masyarakat akan lebih dominan
membayar zakat ke BAZNAS Kabupaten Jombang.
Namun faktor pendidikan dan kesadaran juga
berpengaruh namun tidak sebesar faktor pendapatan.
Pengujian model menggunakan Hosmer dan Lemeshow
menghasilkan nilai Chi-Square sebesar 8,720 (sig =
54
0,366) dengan derajat kebebasan 10. Posisi ini
menjelaskan bahwa model memiliki kecocokan yang baik
dengan data. Selanjutnya, nilai R2 juga menunjukkan
variasi semua variabel untuk model yaitu sebesar 25,0
persen untuk uji Cox and Snell R2 dan 34,5 persen untuk
uji Nagelkerke R2. Hal ini menunjukkan bahwa variasi
variabel bebas terhadap variabel terikat adalah 25,0
persen dan 34,5 persen.
Dari uji statistik yang dilakukan dapat
dijelaskan bahwa faktor yang paling mempengaruhi
masyarakat Kabupaten Jombang membayar zakat ke
BAZNAS Kabupaten Jombang adalah pendapatan.
Semakin tinggi pendapatan seseorang maka semakin
besar kemungkinan membayar zakat ke BAZNAS
Kabupaten Jombang. Hal ini juga menggambarkan bahwa
orang yang banyak membayar zakat dan menaati zakat
memiliki pendapatan yang lebih tinggi. Islam mengatur
zakat tidak hanya untuk orang yang berpenghasilan
tinggi, tetapi untuk semua orang yang mampu membayar
zakat. Dari penelitian ini juga ditemukan bahwa masih
banyak warga kota Medan yang hanya membayar zakat
fitrah. Masih banyak zakat lainnya yang belum
mengetahui hukum dan kewajibannya. Seharusnya ini
menjadi tugas BAZNAS Kabupaten Jombang untuk
mengedukasi masyarakat bahwa zakat tidak hanya
dibayarkan setiap bulan Ramadhan saja, yaitu zakat
fitrah.
Pendidikan dan kesadaran masyarakat juga
diperlukan untuk ini. Orang yang memiliki ilmu yang
lebih tinggi akan lebih sadar akan kewajiban yang harus
mereka laksanakan. Dari pengujian yang dilakukan juga
terlihat bahwa masih sangat banyak masyarakat yang
belum mengetahui BAZNAS Kabupaten Jombang. Hal ini
juga harus menjadi perhatian BAZNAS Kabupaten
Jombang, apakah peran BAZNAS Kabupaten Jombang
sudah sesuai dengan peraturan pemerintah atau belum.

55
6.3 Strategi Menyadarkan Masyarakat Kabupaten
Jombang

Program sosialisasi BAZNAS Kabupaten


Jombang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang zakat, program sosialisasi dapat
meningkatkan pengetahuan dan meningkatkan
kesadaran individu yang sudah berhak membayar zakat,
terutama bagi individu yang berpenghasilan tinggi tetapi
tidak tahu tentang kewajiban membayar zakat.
Pengamatan dilakukan di BAZNAS Kabupaten
Jombang yang terletak di Gedung Islamic Centre Lantai 2
(Kantor Sekretariat Masjid Agung). Jln. Arief Rahman
Hakim Kelurahan Jombatan Kecamatan Jombang
Kabupaten Jombang. Hasil kajian menemukan bahwa ada
delapan bentuk sosialisasi program BAZNAS di
Kabupaten Jombang, yaitu:
 Sosialisasi dalam bentuk ceramah/khutbah
keagamaan
Ceramah/Khutbah merupakan metode
untuk menyampaikan ilmu kepada orang lain
melalui materi Agama Islam. Pelaksanaan
sosialisasi berupa ceramah/khutbah yaitu para
penceramah yang berada di pengurus BAZNAS
Kabupaten Jombang baik dari pimpinan maupun
staf amil memberikan kajian atau pengajian
kerohanian mengenai kewajiban membayar
zakat kepada masyarakat di masjid . Sosialisasi
melalui ceramah agama ini dilakukan sebagai
pengingat dan nasehat bagi umat.
Masyarakat perlu memiliki pemahaman
atau pengetahuan tentang kewajiban membayar
zakat sehingga dengan pemahaman tersebut
akan muncul kesadaran untuk membayar zakat.
Dalam penulisan ini yang dinilai adalah
efektivitas pemanfaatan sosialisasi zakat melalui
ceramah agama dalam meningkatkan kesadaran
masyarakat. Data yang diperoleh di lapangan
56
menunjukkan bahwa peningkatan pemahaman
masyarakat mengenai pentingnya berzakat.
Khususnya pemahaman tentang BAZNAS di
Kabupaten Jombang.
Ceramah tentang zakat dilakukan oleh
BAZNAS untuk mendorong dan meningkatkan
pemahaman umat Islam tentang zakat dan
menyalurkan kewenangan kelembagaan BAZNAS
kepada mubaligh dan masyarakat. Data tersebut
membuktikan bahwa BAZNAS Kabupaten
Jombang melakukan sosialisasi dalam bentuk
pengajian di masjid. Para narasumber langsung
diisi oleh penceramah dari pimpinan atau
pengurus BAZNAS. Kemudian dalam prakteknya
materi tersebut dijelaskan secara lisan tanpa
menggunakan media. Penontonnya bebas yaitu
jemaah masjid dari berbagai jenjang pendidikan.
Sosialisasi tentang zakat sangat penting
untuk menanamkan kecintaan terhadap zakat di
masyarakat melalui kajian-kajian spiritual yang
dilakukan di berbagai masjid. Beberapa
penelitian sebelumnya juga menyebutkan bahwa
ceramah/khutbah keagamaan memiliki peran
penting dalam memotivasi masyarakat untuk
membayar zakat, khususnya pada bulan
Ramadhan, dengan memberikan pemahaman
kepada masyarakat tentang zakat dan besarnya
pahala bila dibagikan kepada orang yang
membutuhkan. Senada dengan pendapat di atas,
metode ceramah juga digunakan untuk
menjelaskan kepada masyarakat tentang peran
zakat, infak dan sedekah sebagai upaya
peningkatan perekonomian, khususnya bagi
mustahik zakat. Kegiatan sosialisasi melalui
ceramah agama dilakukan dengan harapan
masyarakat yang masih belum berzakat mau
berzakat dalam artian yang sudah mampu

57
berzakat mau membayar zakatnya melalui
BAZNAS Kabupaten Jombang. Pemahaman
tentang kewajiban membayar zakat perlu
ditingkatkan agar terbentuk masyarakat yang
sadar zakat.
 Seminar
Seminar merupakan forum diskusi yang
terdiri dari beberapa pembicara dan juga
audiens. Sosialisasi berupa seminar dilakukan
oleh BAZNAS Kabupaten Jombang untuk
memperkenalkan profil BAZNAS dan program-
program yang ada di BAZNAS. Tujuannya agar
audiens yang dihadirkan dalam seminar tersebut
dapat mengenal BAZNAS sebagai lembaga
pengelola zakat. Seminar dilakukan untuk
menambah pengetahuan masyarakat tentang
zakat, seminar merupakan forum diskusi dengan
membahas materi yang disampaikan oleh
seorang ahli dan dalam seminar diperlukan
moderator sebagai pemandu acara. Sosialisasi
melalui seminar ini perlu dilakukan untuk
meningkatkan pemahaman audiens yang
dihadirkan dalam kegiatan tersebut.
Data yang ditemukan di lapangan
menunjukkan bahwa sosialisasi BAZNAS melalui
seminar dilakukan bekerjasama dengan pihak
lain, seperti halnya kerjasama dengan kantor
Kementerian Agama Kabupaten Jombang. Pada
saat penyelenggaraan seminar tersebut Kemenag
bekerjasama dengan BAZNAS, yang dimana
Kemenag sebagai tuan rumahnya, sedangkan
BAZNAS didatangkan sebagai narasumber,
narasumber dari BAZNAS nantinya juga akan
menyampaikan sosialisasi tentang kewajiban
membayar zakat, serta mengajak calon muzakki
untuk menunaikan zakatnya melalui lembaga
yang berwenang dalam menghimpun dana zakat
58
seperti BAZNAS. Kemudian acara tersebut
dihadiri oleh hadirin yang terdiri dari ustadz
yang berstatus ASN dan non ASN. Harapannya
ketika seminar telah dilaksanakan dengan
menghadirkan para ustadz non ASN agar menjadi
penyuluh di masyarakat untuk mensosialisasikan
tentang zakat di berbagai masjid dan musholla.
Kegiatan seminar yang dilaksanakan di
lembaga zakat memiliki peran dalam membentuk
kerjasama dengan pihak lain, & yang terpenting
adalah membentuk kesadaran berzakat di
masyarakat terutama para muzakki. Penulis juga
mengungkapkan bahwa sosialisasi tentang zakat
penting untuk memberikan pemahaman kepada
masyarakat, salah satunya melalui kegiatan
seminar, seperti mengadakan seminar dengan
tema zakat dengan sasaran masyarakat umum.
Senada dengan pendapat di atas, sosialisasi
melalui seminar itu dapat mengembangkan
pengetahuan dan pengalaman peserta seminar.
Dalam kegiatan seminar yang berkaitan
dengan zakat, amil zakat mempersiapkan segala
sesuatunya jika nanti setelah sosialisasi ada yang
membayar zakat seperti membawa pemungut
zakat, nomor rekening, brosur dan lain-lain.
Sosialisasi melalui seminar dapat meningkatkan
pemahaman masyarakat mengenai pentingnya
menunaikan kewajiban zakat dan dengan adanya
kegiatan ini khalayak yang belum memahami tata
cara melakukan pembayaran zakat melalui
BAZNAS Kabupaten Jombang, karena pada saat
sosialisasi amil zakat diperkenalkan oleh BAZNAS
Kabupaten Jombang.

 Sosialisasi Di Antara Pembuat Kebijakan


Sosialisasi merupakan langkah awal dalam
59
pelaksanaan suatu program. Sosialisasi tentang
zakat di lingkungan pemerintah atau pengambil
kebijakan yang dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan kesadaran ASN dalam kewajiban
membayar zakat. Kemudian pengusulan surat
instruksi/surat edaran tentang kesadaran zakat
dari Bupati merupakan upaya penguatan
program dan penguatan sinergi antara BAZNAS
dengan pemerintah. Berdasarkan data yang
ditemukan, BAZNAS Kabupaten Jombang telah
melakukan sosialisasi kepada Bupati dan Ketua
OPD yang berpengaruh besar terhadap ASN dan
Non ASN di Kabupaten Jombang. BAZNAS
menjalin kerjasama dengan para pengambil
kebijakan tersebut untuk meminta kebijakannya
membuat dan mengedarkan surat edaran tentang
kewajiban membayar zakat kepada ASN. Bentuk
sosialisasinya adalah dengan melihat potensi
Dinas Pendidikan yang sangat besar sementara
targetnya hanya sebagian kecil atau dari potensi
tersebut baru terkumpul persentase tertentu.
Sehingga untuk mencapai hasil yang maksimal
perlu ada surat edaran atau himbauan dari
Bupati, kemudian Bupati akan menyampaikan
kepada Kepala Dinas bahwa BAZNAS Kabupaten
Jombang perlu melakukan pendekatan kepada
Bupati.
 Menyelenggarakan Gerakan Cinta Zakat
Pimpinan BAZNAS Kabupaten Jombang
beserta jajarannya melakukan sosialisasi
program berupa Gerakan Cinta Zakat ke berbagai
dinas, instansi serta dinas yang ada di lingkungan
pemerintah Kabupaten Jombang. Tujuannya
adalah untuk membentuk masyarakat yang sadar
hukum dalam membayar zakat pimpinan dan
pegawai di suatu lembaga atau kantor membayar
zakat melalui BAZNAS Kabupaten Jombang.
60
Berdasarkan Inpres No. 3 Tahun 2014 tentang :
menghimpun zakat dengan cara sosialisasi &
menyebarluaskan informasi tentang zakat
kepada seluruh pegawai yang beragama Islam
dan mendorong pegawai di lingkungan instansi
masing-masing untuk membayar zakat melalui
BAZNAS Kabupaten Jombang.
Data yang telah ditemukan di lapangan
menunjukkan bahwa bentuk sosialisasi Gerakan
Cinta Zakat ini dilakukan dengan menjalin
kerjasama dengan pimpinan di lingkungan
pemerintah Kabupaten Jombang. Serta mengajak
pegawai di berbagai instansi dan masyarakat
umum untuk menyalurkan zakat melalui BAZNAS
Kabupaten Jombang.
Bentuk sosialisasi Gerakan cinta zakat yang
dilakukan oleh BAZNAS di berbagai bank
berperan dalam membangun kerjasama dengan
pimpinan dan memperkenalkan BAZNAS kepada
pegawai sehingga terbentuk kesadaran berzakat.
BAZNAS mensosialisasikan kepada pimpinan dan
staff terkait hal ini, yang dimana nantinya
pimpinan akan menginformasikan kepada
bawahannya. Penghimpunan dana zakat dapat
dilakukan dengan cara bermitra dengan bank,
seperti pertemuan dengan pimpinan bank yang
bertujuan untuk meningkatkan penghimpunan
zakat.
 Pendekatan Face to Face/individu
Sosialisasi zakat dalam bentuk pendekatan
tatap muka dilakukan oleh amil zakat baik
pimpinan maupun staf pelaksana amil zakat
BAZNAS Kabupaten Jombang. Pelaksanaannya
dilakukan dengan melakukan dialog dengan
individu yang berpotensi sebagai muzakki.
Pendekatan individual ini bertujuan untuk
membangun kepercayaan masyarakat terhadap
61
amil zakat sehingga masyarakat yang berpotensi
menjadi muzakki dapat memiliki kepercayaan
penuh untuk menunaikan zakatnya melalui
BAZNAS Kabupaten Jombang. Door to door
adalah proses penyampaian informasi kepada
seseorang dengan cara mendatangi rumah orang
yang menjadi objek dari penyampaian informasi.
Sosialisasi zakat melalui metode ini dapat
memungkinkan sosialisasi dan lawan bicara lebih
akrab serta mampu berbicara secara mendalam
sesuai kebutuhan.
Berdasarkan data yang ditemukan di
lapangan, terlihat bahwa pengurus BAZNAS telah
berusaha membangun kepercayaan publik,
dengan melakukan pendekatan kepada individu
di lingkungan tempat tinggalnya. Beberapa
khalayak yang telah mendapatkan sosialisasi
BAZNAS sudah mulai membentuk kesadaran
untuk membayar zakat melalui BAZNAS
Kabupaten Jombang, namun ada juga yang
membayar zakat secara tradisional yaitu
membagikannya di lingkungannya. Kampanye
kesadaran berzakat dapat dilakukan dengan
mengadakan interaksi langsung dengan calon
muzakki agar kepercayaan muzzakki terhadap
lembaga zakat meningkat, dilakukan pendekatan
kepada pengusaha, pedagang dan juga petani.
 Membagikan selebaran (Brosur) dan pamflet
Brosur atau pamflet adalah media yang
digunakan untuk menyebarkan informasi tentang
sesuatu yang ingin Anda informasikan kepada
orang lain. BAZNAS Kabupaten Jombang juga
memacu penghimpunan dana zakat dengan
menyebarkan brosur dan pamflet di media sosial
maupun secara langsung. Brosur dan pamflet
berisi rangkuman materi tentang kewajiban
membayar zakat dan motivasi untuk membentuk
62
masyarakat yang sadar atas zakat. Metode
penghimpunan dana zakat ini dapat dilakukan
melalui penyebaran brosur, pamflet atau bahan
cetakan lainnya untuk mendukung keberhasilan
penggalangan dana.
Sosialisasi BAZNAS melalui brosur dan
pamflet dilakukan dengan menyebarkan brosur
dan pamflet yang berisi ajakan untuk membayar
zakat melalui BAZNAS disertai dengan penulisan
nomor rekening BAZNAS, hal ini dilakukan
dengan tujuan untuk menarik minat dan
memudahkan masyarakat untuk mengirimkan
zakatnya melalui lembaga tersebut. . Saat amil
zakat turun langsung ke lapangan untuk
sosialisasi dan penyerahan bantuan kepada
masyarakat, amil zakat juga membagikan brosur
dan pamflet ajakan masyarakat untuk membayar
zakat kepada masyarakat sekitar. Kegiatan
sosialisasi melalui penyebaran brosur dan
pamflet dapat dilakukan secara langsung pada
saat sosialisasi di lapangan dan dapat juga
dilakukan secara tidak langsung dengan
menyebarkannya melalui media sosial. Brosur
tersebut berisi dakwah zakat, tata cara
pembayaran zakat, penyaluran dana zakat dan
dilengkapi dengan nomor rekening dari BAZNAS
Kabupaten Jombang. Strategi penggalangan dana
melalui brosur digunakan sebagai media
komunikasi dan promosi program-program yang
ada di lembaga atau donatur.
 Menyediakan Layanan Transfer Zakat
Sosialisasi zakat berupa pemberian layanan
transfer zakat dilakukan untuk memudahkan
calon muzakki membayar zakat. Strategi yang
digunakan untuk meningkatkan penghimpunan
dana ZIS adalah melalui strategi modern yang
menggunakan fitur donasi online untuk
63
memudahkan ibadah sedekah, platform donasi
online dengan transfer bank & fitur pembayaran
QRIS juga memudahkan donatur untuk menyetor
infak dan wakaf.
Berdasarkan data yang ditemukan, BAZNAS
Kabupaten Jombang menyediakan layanan
transfer bank seperti rekening bank dan aplikasi
QRIS di semua bank di Kabupaten Jombang untuk
memudahkan masyarakat membayar zakatnya
melalui BAZNAS.
Pembayaran zakat melalui aplikasi QRIS
yaitu dengan hanya memindai kode yang
diberikan, muzakki dapat membayar zakatnya
dengan mudah. Kemudian pembayaran zakat
juga dapat ditransfer ke rekening bank yang
disediakan oleh BAZNAS Kabupaten Jombang.
Penggunaan aplikasi QRIS sebagai media transfer
zakat sangat memudahkan masyarakat untuk
melakukan transaksi pembayaran zakat, infak
dan sedekah.
 Iklan Promosi Kegiatan BAZNAS
Iklan promosi kegiatan BAZNAS ini
merupakan salah satu bentuk sosialisasi program
BAZNAS. Tujuan dibuatnya iklan promosi adalah
untuk membangun keterbukaan informasi antara
BAZNAS Kabupaten Jombang dengan masyarakat.
Selain keterbukaan informasi, diharapkan para
muzakki yang belum menyalurkan zakatnya
melalui BAZNAS itu dapat tertarik dan dapat
meningkatkan kesadaran dalam membayar zakat
melalui BAZNAS Kabupaten Jombang.
Penghimpunan dana zakat, infaq dan
shodaqoh secara online dilakukan dengan cara
mensosialisasikannya melalui media sosial
seperti Instagram dan Facebook. Media sosial
dapat digunakan untuk mensosialisasikan
program kerja atau kegiatan di lembaga zakat.
64
Data yang ada di lapangan menunjukkan
sosialisasi berupa promosi kegiatan BAZNAS
dilakukan di media online dan media cetak. Iklan
promosi ini dilakukan dengan menyebarkan
berbagai macam kegiatan atau program BAZNAS
yang telah dilakukan di media sosial resmi
BAZNAS Kabupaten Jombang seperti Facebook,
Instagram dan Web.
BAZNAS Kabupaten Jombang membangun
kerjasama dengan menggandeng beberapa mitra
media cetak untuk melakukan sosialisasi, dimana
program-program yang telah dilaksanakan oleh
BAZNAS Kabupaten Jombang itu dipublikasikan
melalui media cetak seperti surat kabar.
Sosialisasi melalui media itu saling
menguntungkan karena BAZNAS Jombang dapat
melakukan sosialisasi, sedangkan mitra juga
diuntungkan karena juga diberikan pelayanan.
Sosialisasi program BAZNAS Jombang dalam
bentuk iklan promosi kegiatan juga dilakukan di
berbagai media sosial milik BAZNAS Kabupaten
Jombang seperti Facebook dan Instagram.
Implementasinya, kegiatan/program BAZNAS
yang belum dilaksanakan dibagikan di media
sosial Facebook: BAZNAS Kabupaten Jombang
dan IG:@baznasjombang.
Sosialisasi zakat melalui media sosial
dilakukan dengan membuat konten tentang zakat
kemudian membagikannya melalui media sosial
seperti facebook, instagram, twitter, youtube dan
media sosial lainnya yang sering diakses oleh
masyarakat, guna menarik minat masyarakat
untuk berzakat melalui media sosial. lembaga
yang bersangkutan.

Selain itu, kampanye kegiatan dari BAZNAS


Kabupaten Jombang merupakan strategi yang

65
dapat meningkatkan kesadaran masyarakat
terhadap sesama melalui berbagai postingan
tentang zakat di media sosial maupun cetak, dan
kampanye ini bertujuan untuk membangun citra
BAZNAS Kabupaten Jombang yang baik.

66
DAFTAR PUSTAKA

Adnan, Muhammad Akhyar. 2019. “The Need of Establishment of


Professional Amil Zakat to Enhance the Future Zakat
Development”. International Journal of Zakat 2 :71–79.
Amin, 2020 “Perjanjian Kerja Waktu Tertentu di Koperasi
Mahasiswa “Padang Bulan”. Jurisdictie: Jurnal Hukum dan
Syariah Vol. 7 No.1.
Apriyani, Anisa. 2021. “Peran Humas Lembaga Amil Zakat Nasional
Daarut Tauhiid Peduli Surakarta (LAZNAS DTP).” Jurnal
Education and Economics 3 :105–110.
Ayuniyyah, Qurroh, Didin Hafidhuddin, and Hambari Hambari.
2021. I“The Strategies in Strengthening the Role of Zakat
Boards and Institutions in Indonesia.” International Journal
of Zakat 5 :73–87.
Gunawan, Yongki, Amimah Oktarina, Khairiah Elwardah, and Esti
Alfiah. 2018. “Human Resource Management Strategy In
Improving Baznas Performance In Digital Era.” JEBI (Jurnal
Ekonomi Dan Bisnis Islam) 4 :137–146.
Hadi, Moch Aminudin. 2019. “Analisis Faktor–Faktor Yang
Memengaruhi Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia
Pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).” BENING
5 :136–151.
Hartono, Nono, and Achmad Kholiq. 2022. “Amil Zakat Governance
Risk Mitigation.” International Journal of Zakat 6 :1–12.
Nugraha, Wisnu, and Muhammad Zen. 2020. “Peran Amil Zakat
Dalam Meningkatkan Kesadaran Zakat Profesi Pada Laznas
Al-Azhar Jakarta Selatan.” Al Maal: Journal of Islamic
Economics and Banking 1:176–186.
Norvadewi. 2018. “Profesionalisme Bisnis dalam Islam, dalam
Mazahib”. Mazahib: Jurnal Pemikiran Hukum Islam, STAIN
Samarinda, Vol. XIV, No. 2.
Putranto, Hanafi Adi, and Siti Nur Azizah. 2020. “Mengukur
Kompetensi Amil Melalui Kemampuan Menajerial Dan
Profesionalitas Di Lembaga Zakat Nurul Hayat Surabaya.”
Management of Zakat and Waqf Journal (MAZAWA) 1 :44–
55.
Putri, Ice Wahyuni, Jusmawati Jusmawati, Ismet Rum, and Yeni
Fitri Wahyuni. 2020. “Strategi Pengurus Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) Dalam Meningkatkan Partisipasi
Muzakki Di Kabupaten Jombang.” Al Imam: Jurnal
Manajemen Dakwah 3 :61–71.
67
Qardhawi, Yusuf. 2018. “Peran Nilai dan Moral Dalam
Perekonomian Islam “. Jakarta : Robbani Press.
Rahardjo, M. Dawam. 2018. “Islam dan Tranformasi Sosial
Ekonomi”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rahman, Azman Abd et.al. 2019. “The Development Of An
Integrated Model For Amil Zakat In Malaysia”.
International Jurnal Of Islamic Business Ethics (IJIBE), Vol.
1, Number 2, 2016, : 131-141.
Robbins, Stephen P dan Mary Coulter. 2019. Manajemen. edisi 10
jilid I, Jakarta.

68

Anda mungkin juga menyukai