Anda di halaman 1dari 64

MANAJEMEN STRATEGI PEMASARAN

SYARIAH

Penulis:
Dr. M. Dzikrul Hakim, M. Pd.I
Bekti Widyaningsih S.Kom, M.E
Mohammad Nur Habiba

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat


(LPPM)UniversitasKH. A. Wahab Hasbullah
2023

ii
SanksiPelanggaranPasal113
Undang-UndangNo.28Tahun2014TentangHakCipta

1. SetiapOrangyangdengantanpahakmelakukanpelanggaran
hak ekonomi sebagaimana dimaksud
dalamPasal9ayat(1)hurufiuntukPenggunaanSecaraKomer
sial dipidana dengan pidana penjara paling lama
1(satu)tahundan/atau
pidanadendapalingbanyakRp100.000.000(seratus juta
rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa
izinPenciptaataupemegangHakCiptamelakukanpelanggar
anhakekonomiPenciptasebagaimanadimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf
f,dan/atauhurufhuntukPenggunaanSecaraKomersialdipid
anadenganpidanapenjarapalinglama3(tiga)tahundan/
ataupidanadendapalingbanyakRp500.000.000,00(limarat
usjutarupiah).
3. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa
izinPenciptaataupemegangHakCiptamelakukanpelanggar
anhakekonomiPenciptasebagaimanadimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf
e,dan/atauhurufguntukPenggunaanSecaraKomersialdipid
ana dengan pidana penjara paling lama 4
(empat)tahundan/ataupidanadendapalingbanyakRp1.00
0.000.000,00 (satumiliarrupiah).
4. SetiapOrangyangmemenuhiunsursebagaimanadimaksudp
adaayat(3)yangdilakukandalambentukpembajakan,
dipidana dengan pidana penjara paling lama10 (sepuluh)
tahun dan/atau pidana denda paling
banyakRp4.000.000.000,00(empatmiliarrupiah).

iii
MANAJEMEN STRATEGI
PEMASARAN SYARIAH

Penulis:
Dr. M. Dzikrul Hakim, M. Pd.I
Bekti Widyaningsih, S. Kom. M.E
Mohammad Nur Habiba

ISBN : -

Penyunting:
Mohammad Nur Habiba

Desain sampul dan Tata letak:

Penerbit:
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)
Universitas KH. A. Wahab Hasbullah

Redaksi:
Jl. Garuda No.9 Tambakberas
Jombang – Jawa Timur
Telp/Fax +0321-853533
Email: lppm@unwaha.ac.id
Cetakan pertama, Maret 2023

Hak cipta dilindungi undang – undang


All Rights Reserved
Dilarang memperbanyakkarya tulis ini dalam bentuk dan
dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari penerbit

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Tuhan Yang Maha Esa


yang telah memberikan anugerah dan segala kenikmatan
kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan buku
ini dengan baik. Adapun judul buku ini adalah“MANAJEMEN
STRATEGI PEMASARAN SYARIAH”.
Buku ini menejelaskan tentang bagaimana cara
mengatur tentang pemasaran sesuai dengan nilai-nilai dan
prinsip islam. Buku ini disusun untuk memberikan pemahaman
kepada Lembaga atau perusahaan yang akan menerapkan
konsep pemasaran Syariah, dan juga bisa dipakai sebagai
rujukan atau refrensi bagi khalayak umum khususnya kalangan
Mahasiswa.
Penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan sarana dan
kritik yang membangun penulis. Semoga laporan ini
memberikan manfaat bagi para pembacas emua. Amin.

Jombang, 28 Februari 2023

Penulis

v
DAFTAR ISI

PENGANTAR PENULIS...................................................................................v
DAFTAR ISI......................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Manfaat.............................................................................................................3

BAB II MANAJEMEN.......................................................................................4
2. 1 Definisi Manajemen...................................................................................4
2. 2 Fungsi Manajemen......................................................................................7
2. 3 Peran Strategi Manajemen Bagi
Perusahaan......................................................................................................8

BAB III PEMASARAN SYARIAH................................................................10


3. 1 Definisi Pemasaran Syariah..................................................................10
3. 2 Tujuan dan Fungsi Pemasaran Syariah..........................................14
3. 3 Hubungan Pemasaran Syariah dan
Nasabah..........................................................................................................19

BAB IV PRODUK DALAM KSPPS..............................................................21


4.1 Prinsip Mengenal Nasabah dan Pendana.......................................21
4.2 Produk Simpanan KSPPS........................................................................23
4.3 Produk Pembiayaan KSPPS...................................................................23

BAB V SEPUTAR MANAJEMEN PEMASAFRAN SYARIAH KSPPS


BMT PETA......................................................................................................30
5.1 Sejarah KSPPS BMT PETA.....................................................................30
5.2 Visi dan Misi KSPPS BMT PETA..........................................................33
5.3 Struktur Organisasi KSPPS BMT PETA............................................33

BAB VI MANAJEMEN PEMASARAN SYARIAH PADA KSPPS BMT


PETA................................................................................................................36
6.1 ManajemenProduk dan Nasabah KSPPS BMT
PETA.......................................................................................................................36

vi
6.2 Pemasaran Syariah Pada KSPPS BMT
PETA........................................................................................................................43
6.3 Manfaat Pemasaran Syariah Bagi KSPPS BMT
PETA........................................................................................................................51

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................52
INDEKS.....................................................................................................54
GLOSARIUM............................................................................................55

vi
i
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan manusia manajemen
telah berlangsung ada sejak manusia berada di bumi ini.
Artinya ilmu tentang mengatur atau mengkonsep sudah ada
sejak zaman dahulu kala, seperti pada zaman purba atau
zaman batu, manusia menggunakan keterampilannya dan
keahliannya untuk membuat alat-alat dari batu guna
merealisasikan tujuan hidupnya. Istilah tersebut dinamakan
Manajemen, yang dimana suatu ilmu yang digunakan untuk
mengatur atau mengkonsep guna mewujudkan tujuan yang
ingin dicapai. Seiring dengan perkembangan dan tuntutan
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
manajemen kemudian berkembang sesuai dengan keahlian
serta pengetahuan dan kterampilan yang diperoleh dari
manusia itu sendiri.
Begitu juga dengan pemasaran ada pihak yang
meminta dan ada yang menawarkan. Pemasaran menarik
perhatian yang sangat besar baik dari perusahaan, lembaga
maupun antar bangsa. Berbagai organisasi dalam
melaksanakan pemasaran seperti lembaga-lemabaga
pemerintahan, organisasi keagamaan dan lain-lain
memandang peasaran sebagai suatu cara untuk baru untuk
berhubungan dengan masyarakat umum. Pada awalnya
sejarah bahwa pemasaran dilakukan dengan cara barter
dan terus berkembang menjadi peekonomian dengan
menggunakan uang sampai dengan pemasaran yang
modern.
Pemasaran adalah suatu proses sosial dan
manajerial dimana individu-individu dan kelompok-
kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan menciptakan dan saling mempertukarkan
produk dan jasa serta nilai antara seseorang dengan yang
lainnya. Peranan pemasaran tidak hanya menyampaikan
produk atau jasa hingga ke tangan konsumen tetapi juga
memberikan kepuasan kepada konsumen secara
berkelanjutan, sehingga keuntungan perusahaan dapat
diperoleh dengan terjadinya pembelian yang berulang.
Tujuan dari pemasaran sendiri ialah menarik pelanggan
baru dengan menciptakan suatu produk yang sesuai dengan
keinginan konsumen, menjanjikan nilai superior,
menetapkan harga menarik, mendistribusikan produk
1
dengan mudah, memprpmosikan secara efektif serta
mempertahankan pelanggan yang sudah ada dengan tetap
memegang prinsip kepuasan pelanggan.
Pada zaman sekarang tentunya di dunia bisnis
sudah melakukan yang namanya pemasaran dengan
berbagai cara untuk mengenalkan produk mereka dan
tentunya ingin mendapatkan keuntungan yang sebesar-
besarnya tanpa memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan,
lingkungan sekitar, nilai-nilai spiritual, dan lain-lain.
Tentunya itu akan berdampak kinerja pada karyawan dan
juga pada value dari suatu inisiator kepada stakholdernya.
Seiring dengan digulirkannya sistem ekonomi
syariah pada tahun 1991-an di Indonesia, seperti Bank
Muamalat Indonesia, Lembaga Keuangan Syariah (LKS)
yang pertama kali berdiri pada tahun itu. Kemudian disusul
oleh Lembaga Keuangan Syariah yang lain. Pada tahun itu
sudah mulai mensosialisasikan tentang ekonomi syariah
tentunya juga tentang pemasaran syariah. Pemasaran
Syariah merupakan suatu disiplin ilmu bisnis strategis yang
sesuai dengan nilai dan prinsip islam.
Konesp Pemasaran Syariah sendiri sebenarnya
tidak jauh beda dari konsep pemasaran yang kita kenal.
Konsep pemasaran yang kita kenal sekarang adalah sebuah
disiplin ilmu yang mengarah pada proses penciptaan,
penyampaian, dan pengkomunikasian Value kepada para
konsumen. Tentu saja berbeda dengan Pemasaran
Konvensionalyang terfokus pada keuntungan yang sebesar-
besarnya tanpa melihat nilai-nilai yang sudah disebutkan di
atas tadi.
Sejak digulirkannya sistem ekonomi syariah di
Indonesia ini dan berkembangnya lembaga kueangan
syariah yang lain, tentunya kita sebagai warga Indonesia
yang notabennya banyak beragama islam harus bisa
menerapkan dan mengimplementasikan nilai-nilai dari
Pemasaran Syariah sendiri. Tentunya ini juga berdampak
baik bagi warga yang non islam yang tidak merugikan satu
samu sama lain atau tidak memberatkan keduanya. Sudah
sepatutnya lemabag-lemabaga, instansi-instansi atau
organisasi yang lain harus bisa menerapkan pemasaran
syariah itu sendiri yang sudah jelas-jelas memiliki nilai-nilai
tentang kemanusiaan, spiritual dan lain-lain.

2
Dari latar belakang yang sudah dijelaksan di atas
tentunya penulis berpikir untuk membuat judal dari buku
ini yaitu “Manajemen Startegi Pemasaran Syariah”.
Diharapkan buku ini bisa menjadi pemahaman dan
pengetahuan bagi suatu organisasi, lembaga-lemabaga atau
instansi yang lainnya tentang pemasaran syariah.

1.2 Manfaat
Untuk mempermudah dan menambah wawasan dan
pengetahuan bagi para pembaca dalam Manajemen Strategi
Pemasaran Syariah. Dan juga bermanfaat bagi perusahaan
atau lembaga yang lain untuk menerapkan Pemasaran
Syariah.
Bermanfaat juga sebagai bahan refrensi atau
rujukan untuk kajian penelitian bagi mahasswa, organisasi
atau lembaga yang lain.

3
BAB 2 MANAJEMEN

2.1 Definisi Manajemen


Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno
ménagement, yang memiliki arti “seni melaksanakan dan
mengatur.” Sedangkan dalam bahasa Inggris manajemen
berasal dari kata kerja “to manage” yang dalam bahasa
Indonesia dapat berarti mengurus, mengemudikan,
mengelola, menjalankan, membina, dan memimpin.
Dalam organisasi peranan manajemen sangat
dibutuhkan, karena dengan manajemen yang baik akan
mendukung fungsi daripada organisasi tersebut didirikan.
Secara sederhana manajemen merupakan suatu proses
tindakan atau seni perencanaan, mengatur, pengarahan,
dan pengawasan yang dinamis untuk menggerakan
organisasi tersebut mencapai tujuannya.
Menurut Brantas menyebutkan bahwa manajemen
adalah penting untuk semua gerakan berhasilnya kegiatan
dari suatu organisasi dalam mencapai tujuannya. Factor
modal penggunaan teknologi adalah perlu bagi
perkembangan dan pertumbuhan organisasi. Tetapi juga
faktor kecakapan dan keahlian manusia adalah lebih
penting lagi sebab tak ada suatu organisasi pun dalam
mengejar tujuannya bisa tahan lama tanpa manajer yang
baik. Orang-orang inilah yang merencana, mengorganisasi,
dan mengontrol pelaksanaannya(Tudung Subali Patma,
Mohammad Maskan, 2020).
Manajemen menurut beberapa ahli yaitu:
1. G.R Terry “ Manaj emen adalah usaha-usaha untuk
mencapai tujuan y ang telah ditetapkan lebih dahulu
dengan memperg unakan kegiatan orang lain. Buku:
Principles of Man agement.
2. John D. Mil lett “Manajemen adalah proses
pembimbingan , pengarahan serta pemberian fasilitas
kerja kepada orang-orang yang diorganisir dalam
kelompok jurnal untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Buku: Management The Public.
Pada suatu negara yang telah maju manajemen dapat
memberi harapan yang bisa menjadi kenyataan. Mereka
berusaha un tuk membina dan mempertahankan kemajuan
supaya me ningkat, bukannya stagnan. Bagi negara yang
sudah berkemb ang mereka akan berusaha semaksimal
4
mungkin untuk menertibkan manajemennya agar diperoleh
suatu perubahan yang revolusioner dalam aspirasi rakyat,
politik, sosial budaya, dan kedamaian dalam suatu kesatuan
yang utuh.
Perkembangan manajemen sendiri dimulai sejak
1930 dan m enjadi populer pada tahun 1950-an, yaitu
manajemen yang banyak memberikan perhatian terhadap
hubungan kemanusiaan kepada para karyawan. Pandangan
ini muncul seba gai akibat dari kelemahan-kelemahan pada
manajemen yang berorientasi tugas (klasik) yang kemudian
menimbulkan banyak kritik terhadapnya. Dengan gaya
ortodoks dan otokratis itu, maka pekerjaan menjadi monoton
dan membosankan sehingga menimbulkan stres serta
produktivitas menjadi berhenti atau bahkan menurun.
Didalam manajemen sendiri terdapat unsur-unsur
yang menjadi poin penting dalam terlaksananya suatu
manajemen. Diantaranya:

1. Man (Sumber Daya Manusia)


Dalam manajemen, faktor manusia adalah
yang paling menentukan. Manusia yang membuat
tujuan dan manusia pula yang melakukan proses
untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada
proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah
mahluk kerja.
2. Money (uang)
Uang merupakan salah satu unsur yang tidak
dapat diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat
pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat
diukur dari jumlah uang yang beredar dalam
perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat
(tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena
segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional.
Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang
harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja,
alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta
berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.
3. Materials (bahan)
Materi terdiri dari bahan setengah jadi (raw
material) dan bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk
mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang
ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan
bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab
5
materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa
materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.
4. Machines (mesin)
Dalam kegiatan perusahaan, mesin sangat
diperlukan. Penggunaan mesin akan membawa
kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih
besar serta menciptakan efesiensi kerja.
5. Methods (metode)
Dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode-
metode kerja. Suatu tata cara kerja yang baik akan
memperlancar jalannya pekerjaan. Sebuah metode
daat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan
kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai
pertimbanganpertimbangan kepada sasaran, fasilitas-
fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta
uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun
metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya
tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman
maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan
demikian, peranan utama dalam manajemen tetap
manusianya sendiri.
6. Market (pasar)
Memasarkan produk sudah barang tentu
sangat penting sebab bila barang yang diproduksi
tidak laku, maka proses produksi barang akan
berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan
berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam
arti menyebarkan hasil produksi merupakan faktor
menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat
dikuasai maka kualitas dan harga barang harus sesuai
dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan)
konsumen(Tudung Subali Patma, Mohammad Maskan,
2020:6-7).
Dari definisi sampai unsur-unsur dari manajemen
tentunya bagi perusahaan atau lembaga-lembaga lain akan
memerlukan yang namanya manajemen sendiri. Artinya
manajemen ini merupakan sesuatu yang sangat penting bagi
suatu organisasi. Bagaimana suatu organisasi tersebut bisa
memanjemen semuanya dari manajemen pemasaran,
keuangan, sumber daya manusia, dan lain-lain. Didalam
manajemen sendiri tentunya ada beberapa macam tentang
manajemen seperti yang sudah disebutkan di atas, tapi di

6
buku ini penulis hanya membahas tentang manajemen
pemasaran. Karena suatu pemasaran sendiri merupakan hal
yang sangat penting, bagaimana masyarakat sendiri secara
langsung bisa tahu tentang suatu organisasinya atau
lembaganya. Artinya di pemasara sendiri hal yang sangat
dasar bagi suatu perusahaan, bagaimana perusahaan itu bisa
di kenal oleh masyarakat luas lewat manajemen pemasaran.
Oleh karena itu suatu organisasi baik yang bersifat
profit oriented maupun nirlaba memerlukan konsep
manajemen yang baik untuk memajukan organisasinya atau
dalam kata lain perlunya manajer yang baik tentunya paham
akan dari ilmu manajemen. Hal ini menjadi hal yang penting
dengan alasan dua hal, yaitu, pertama, secara internal dengan
pengelola (manajer) yang baik dapat mengelola sumberdaya
yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan mencapai tujuan
perusahaan secara efektif dan efisien. Adapun alasan kedua
adalah bahwa secara eksternal persaingan bisnis semakin
meningkat. Lebih-lebih kalau diingat bahwa daya saing
perusahaan sangat ditentukan oleh kemampuan perusahaan
menghasilkan produk yang memiliki competitive advantage
sehingga kelangsungan hidup dan pengembangan perusahaan
dapat terjamin di masa mendatang.

2.2 Fungsi Manajemen


Ada lima fungsi utama dari manajemen menurut
Brantas (Tudung Subali Patma, Mohammad Maskan, 2020:
6), terdiri dari:
1. Planning : menentukan tujuan-tujuan yang hendak
dicapai selama suatu masa yang akan dating dan apa
yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-
tujuan itu.
2. Organizing: mengelompokkan dan menentukan
berbagai kegiatan penting dan memberikan
kekuasaan untuk melaksanakan kegiatankegiatan itu.
3. Staffing: menentukan kebutuhan sumber daya
manusia, pengerahan, penyaringan, pelatihan dan
pengembangan tenaga kerja.
4. Motivating: mengarahkan atau mendorong perilaku
sumber daya manusia kearah tujuan-tujuan yang telah
ditentukan.

7
5. Controlling: mengukur pelaksanaan sesuai dengan
tujuan-tujuan, menentukan sebab-sebab
penyimpangan-penyimpangan dan mengambil
tindakan-tindakan korektif dimana perlu.

2.3 Peran Manajemen Strategi Bagi Perusahaan


Sebagai suatu kesatuan dalam sebuah organisasi
atau perusahaan perlunya menerapkan dan
mengembangkan kemampuan manajemen internalnya guna
mencapai tujuan yang diinginkan tentunya dengan
mengerahkan segenap potensi dan stratak (strategi dan
taktik) yang tepat untuk diaplikasikan. Proses manajemen
strategis dapat diuraikan sebagai pendekatan yang obyektif,
logis, sistematis untuk membuat keputusan besar dalam
suatu organisasi. Proses ini berusaha untuk
mengorganisasikan informasi kualitatif dan kuantitatif
dengan cara yang memungkinkan keputusan efektif diambil
dalam kondisi yang tidak menentu.
Dunia menjadi tanpa perbatasan dengan warga
Negara global, pesaing global, pelanggan global, pemasok
global, dan distributor global. Kebutuhan untuk
menyesuaikan diri terhadap perubahan menjadikan
organisasi atau perusahaan pada manajemen strategi ini
menjadi sangat penting untuk dilakukan.
Manajemen strategi merupakan strategik
merupakan proses atau rangkaian kegiatan pengambilan
keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh,
disertai penetapan cara melaksanakanya yang dibuat oleh
pimpinan dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran di
dalam suatu organisasi, untuk mencapai tujuan. Sedangkan
manajemen strategi menurut Hadar Nawawi (2005;148-
149), adalah perencanaan berskala besar (disebut
perencanaan strategik) yang berorientasi pada jangkauan
masa depan yang jauh (disebut visi), dan ditetapkan
sebagai keputusan pimpinan tertinggi (keputusan yang
bersifat mendasar dan prinsipil, agar memungkinkan
organisasi berinteraksi secara efektif (disebut misi), dalam
usaha menghasilkan sesuatu (perencanaan operasional
untuk menghasilkan barang dan/atau jasa serta pelayanan)
yang berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi
pencapaian tujuan (disebut tujuan strategis) dan berbagai
sasaran (tujuan operasional) organisasi(Taufiqurokman,
8
2016).

Untuk meraih cita-cita atau tujuan yang dinginkan


bagi perusahaan maka penerapan maka manajemen stratei
justru sangat dibutuhkan guna apa yang diinginkan
bersama dapat dicapai dengan sebaik mungkin. Peran
manajemen strategi sendiri bagi perusahaan jika
diimplementasikan adalah setiap bagian yang ada di dalam
perusahaan tersebut dapat melaksanakan tugas dan
tanggungjawab dengan sebaik mungkin. Apalagi pada
zaman sekarang dimana setia perusahaan telah melakukan
ekspansi pasar guna mendapatkan keuntungan yang
banyak. Semua itu perlu langkah strategis dan taktik yang
tepat sehingga proses atau langkah yang diambil oleh
pimpinan dapat dijalankan seefektif dan seefisien.
Daya saing erat kaitannya dengan pemahaman
mekanisme pasar (standar dan benchmarking), kecepatan
dan ketepatan penyampaian produk (barang dan jasa) yang
mampu menciptakan nilai tambah. Oleh karena itu,
peningkatan daya saing organisasi bersifat unik, tetapi pada
intinya dipengaruhi oleh aspek kreativitas, kapasitas,
teknologi yang digunakan dan jangkauan pemasaran yang
dicapai. Hal tersebut diwujudkan dari tampilan produk,
produktivitas yang ting-gi dan pelayanan yang baik
(Taufiqurokman, 2016:40).

9
BAB 3 PEMASARAN SYARIAH

3. 1 Pengertian Pemasaran Syariah


Definisi pemasaran sendiri adalah suatu proses dan
manajerial yang membuat individu atau kelompok apa yang
mereka butuhkan dengan menciptakan, menawarkan, dan
mempertukarkan produk yang bernilai kepada pihak lain
atau suatu kegiatan yang menyangkut tentang penyampaian
produk atau jasa mulai dari produsen sampai konsumen.
Menurut Kotler dan Armstrong (2008) Pemasaran
(marketing) sebagai proses dimana perusahaan
menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun
hubungan yang kuat dengan pelanggan, dengan tujuan
menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya.
Sedangkan menurut Alma (2007) “Pemasaran adalah
kegiatan atau usaha para pengusaha yang menyalurkan
barang dan jasa dari titik produsen ke titik konsumen.
Menurut Caceres dan Paproidamis dalam Parawansa
(2015) “pemasaran didasarkan pada hubungan jangka
panjang yang melampaui model bauran pemasaran
tradisional, produk, harga, tempat dan promosi (Zakhozi,
2020).
Peranan pemasaran sendiri tidak hanya
menyampaikan produk atau jasa saja hingga sampai ke
tangan konsumen tetapi bagaimana produk atau jasa
tersebut bisa memberikan kepuasan kepada konsumen
dengan menghasilkan laba. Sasarannya adalah menarik
pelanggan baru dengan menjanjikan nilai superior,
menetapkan harga menarik, mendistribusikan produk
dengan mudah, secara efektif mempromosikan, serta
mempertahankan pelanggan yang sudah ada dengan tetap
mempertahankan kepuasan konsumen.
Dari berbagi definisi mengenai pemasaran menurut
para ahli, pada intinya sebuah pemasaran memiliki tujuan
dan persepsi yang sama. Dapat disimpulkan bahwa
pemasaran adalah suatu rangkaian aktifitas atau kegiatan
dimana individu atau suatu kelompok dapat membuat
gagasan atau ide yang bernilai, proses komunikasi, dan
menyampaikan nilai, melalui proses pertukaran barang dan
jasa yang bernilai dan membangun hubungan dengan pihak
lain yang kuat untuk kepentingan organisasi dan
stakeholder dengan tujuan untuk dapat mengidentifikasi,
mengantisipasi, dan memenuhi kebutuhan sosial dan
10
keinginan manusia.
Sedangkan syariah adalah komponen ajaran islam
yang mengatur tentang kehidupan seseorang muslim baik
dalam bidang ibadah Hablumminaallah maupun dalam
bidang muamalah Hablumminannas yang merupakan
aktualisasi dari akidah yang menjadi keyakinan. Kata
syariah sendiri berasal dari kata syara’a al-syai’a yang
berarti ‘menerangkan’ atau ‘menjelaskan sesuatu’. Atau
berasal dari kata syir’ah dan syari’ah yang berarti ‘suatu
tempat yang dijadikan sarana untuk mengambil air secara
langsung sehingga orang yang mengambilnya tidal
memerlukan bantuan alat lain(Putra & Si, 2018:20).
Pemasaran syariah adalah suatu disiplin ilmu bisnis
strategis yang membahas tentang penawaran produk atau
jasa yang sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip
islam. Pemasaran syariah juga bukan hanya sebuah
pemasaran yang ditambah dengan kata syariah, tetapi lebih
jauhnya pemasaran berperan dalam syariah dan syariah
berperan dalam pemasaran. Pemasaran berperan dalam
syariah diartikan perusahaan yang berbasis syariah
diharapkan dapat bekerja dan bersikap profesional dalam
dunia bisnis, karena dengan profesionalitas dapat
menumbuhkan kepercayaan kosumen. Sedangkan syariah
berperan dalam pemasaran bermakna suatu pemahaman
akan pentingnya nilai-nilai etika dan moralitas pada
pemasaran, sehingga diharapkan perusahaan tidak akan
serta merta menjalankan bisnisnya demi keuntungan
pribadi saja ia juga harus berusaha untuk menciptakan dan
menawarkan bahkan dapat mengubah suatu values kepada
para stakeholders sehingga perusahaan tersebut dapat
menjaga keseimbangan laju bisnisnya sehingga menjadi
bisnis yang suistainable.
Dalam teknisnya pemasaran syariah, salah satunya
terdapat marketing strategy untuk memenangkan mind-
share dan syariah marketing value untuk memenangkan
heart-share. Strategi pemasaran syariah melakukan
segmentasi, targeting, dan positioning market dengan
melihat pertumbuhan pasar, keunggulan kompetitif, dan
situasi persaingan sehingga dapat melihat potensi pasar
yang baik agar dapat memenangkan mind-share.
Selanjutnya pemasaran syariah value melihat brand sebagai
nama baik yang menjadi identitas seseorang atau
perusahaan yang mendapatkan best costumer service
11
dalam bisnisnya sehingga mampu mendapatkan heart-
share.
Ada 4 karakteristik marketing syariah(Putra & Si,
2018:21-22) atau pemasaran syariah yang dapat menjadi
panduan bagi para pemasar suatu perusahaan sebagai
berikut:
1. Teistis (rabbaniyyah): Jiwa seorang syariah
marketer meyakini bahwa hokum-hukum syariat
yang teistis atau bersifat ketuhanan ini adalah yang
paling adil, paling sempurna, paling selaras dengan
segala bentuk kebaikan, paling dapat mencegah
segala bentuk kerusakan, paling mampu
mewujudkan kebenaran, memusnahkan kebatilan
dan menyebarluaskan kemaslahatan.
2. Etis (akhlaqiyyah): Keistimewaan lain dari syariah
marketer selain karena teistis (rabbaniyyah) juga
karena ia sangat mengedepankan masalah akhlak
(moral, etika) dalam seluruh aspek kegiatannya,
karena nilai-nilai moral dan etika adalah nilai yang
bersifat universalo, yang diajarkan oleh semua
agama.
3. Realistis (al-waqiyyah): Syariah marketer adalah
konsep pemasaran yang fleksibel, sebagaimana
keluasan dan keluwesan syariah islamiyah yang
melandasinya. Syariah marketer adalah para
pemasar profesional dengan penampilan yang
bersih, rapi dan bersahaja, apa pun model atau gaya
berpakaian yang dikenakannya, bekerja dengan
mengedepankan nilai-nilai religius, kesalehan, aspek
moral dan kejujuran dalan segala aktivitas
pemasarannya.
4. Humanistis (insaniyyah): Keistimewaan syariah
marketer yang lain adalah sifatnya yang humanistis
universal, yaitu bahwa syariah diciptakan untuk
manusia agar derajatnya terangkat, sifat
kemanusiaannya terjaga dan terpelihara, serta sifat-
sifat kehewanannya dapat terkekang dengan
panduan syariah. Syariat islam diciptakan untuk

12
manusia sesuai dengan kapasitasnya tanpa
menghiraukan ras, warna kulit, kebangsaan dan
status. Hal inilah yang membuat syariah memiliki
sifat universal sehingga menjadi syariah humanistis
universal.
Tentunya Pemasaran syariah dengan pemasaran
konvensinal berbeda, meskipun sama-sama melakukan
pemasaran tapi disini ada yang membedakan, dapat
dijelaskan sebagai berikut (Putra & Si, 2018:22-23):

1. Konsep dan filosofi Dasar, Pemasaran konvensional


merupakan pemasaran yang bebas nilai dan tidak
mendasarkan pada nilainilai ilahiyah dalam segala
aktivitas pemasarannya. Pemasar hanya lebih fokus
pada pencapaian target penjualan yang telah
ditetapkan perusahaan. Dalam pemasaran syariah
seorang pemasar harus merasakan bahwasanya setiap
aktivitas pemasarannya ia selalu diawasi oleh Allah
Swt., sehingga sangat berhati-hati dalam menjaga
aktivitas pemasarannaya.
2. Etika pemasar, pemasar syariah sangat memegang
teguh etika dalam melakukan pemasaran kepada
calon konsumennya. Sangat menghindari kebohongan,
berlebihan dalam promosi, menjaga kejujuran dan
janji. Dibandingkan pemasaran konvensional
cenderung bebas nilai sehingga seorang pemasar
bebas menggunakan cara-cara meskipun
bertentangan dengan syariah.
3. Pendekatan dengan konsumen, konsumen dalam
pemasaran syariah diletakkan sebagai mitra yang
sejajar. Perusahaan tidak menjadikan konsumen
sebagai “sapi perah” untuk membeli produknya.
Olehnya tidak boleh melakukan aktivitas pemasaran
yang merugikan konsumen. Selalu berupaya
menciptakan nilai produk yang positif dan umpan
balik dari konsumennya. Sebaliknya pada pemasaran
konvensional cenderung konsumen diletakkan
sebagai objek untuk mencapai target penjualan

13
semata. Konsumen terkadang dirugikan dengan
dengan janji yang berbeda dengan realitas.
4. Cara pandang terhadap pesaing, dalam pemasaran
syriah setiap perusahaan dapat bersaing secara sehat
dan masing-masing punya peluang untuk berkembang
dengan baik tanpa menjatuhkan pesaingnya. Pesaing
merupakan mitra yang turut dalam menyukseskan
implementasi ekonomi syariah. Hal berbeda pada
pemasaran konvensional cenderung menganggap
pesaing sebagai pihak lawan yang harus dimatikan
karena dapat menghambat laju perusahaan.
5. Budaya kerja, budaya kerja yang harus diaplikasikan
adalah bagaimana budya kerja yang dituntunkan oleh
Rasulullah Saw. yaitu memiliki sifat kejujuran
(shiddiq), cerdas atau kompeten (fathonah),
bertanggung jawab (amanah) dan mampu
menyebarluaskan dan mengkomunikasikan aktivitas
kerja yang baik (tabligh).
Konsep Pemasaran Syariah saat ini baru berkembang
seiring berkembangnya ekonomi syariah. Beberapa
perusahaan, lembaga-lemabag, dan bank khususnya yang
berbasis syariah tentunya telah menerapkan konsep ini dan
telah mendapatkan hasil yang positif. Kedepannya diprediksi
Pemasaran Syariah atau Marketing Syariah ini akan terus
berkembang dan dipercaya masyarakat karena nilai-nilai
yang sesuai dengan apa saja yang dibutuhkan masyarakat
yaitu kejujuran.

3.2 Tujuan Dan Fungsi Pemasaran Syariah.


Tujuan dan Fungsi tentunya memiliki definisi dan
pemaknaan yang berbeda tapi keduanya saling
membutuhkan. Dimana Fungsi memiliki pengertian suatu
kegunaan yang dimiliki oleh benda atau suatu sistem.
Sedangkan tujuan merupakan yang ingin dicapai oleh
seseorang atau organisasi. Dari pengertian tujuan dan fungsi
yang sudah dijelaskan di atas, tentunya kedua istilah tersebut
jika dikaitkan dengan pemasaran syariah adalah yang dimana
fungsi akan menjadi sebagai alat dari pemaaran syariah itu
sendiri, sedangkan tujuan adalah seuatu yang ingin dicapai
dari pemasaran syariah dengan unsur-unsur didalamnya.

14
Berdasarkan penjelasan di atas tentang tujuan dan
fungsi. Penulis akan berusaha menguraikan dari tujuan dan
fungsi pemasaran syariah berdasarkan refrensi yang
didapat. Berikut tujuan dari pemasaran
syariah(ArjiHarahap, 2000):
1. Sebagai Jiwa Bisnis
Binis merupakan suatu bentuk kegiatan
bermuamalah. Binis yang sehat adalah bisnis yang
berlandaskan pada etika. Pada pemasaran syariah
sendiri etika berbisnis diambil konsep dari
keteladanan sifat Rasulullah, yaitu sifat shiddiq,
amanah, fathonah, tabligh, dan istiqomah.
a. Shiddiq, artinya memiliki kejujuran dan selalu
melandasi ucapan, keyakinan, serta perbuatan berdasarkan
ajaran islam.
b. Fathanah, berarti mengerti, memahami dan
menghayati secara mendalam segala hal yang terjadi dalam
tugas dan kewajiban.
c. Amanah, memiliki makna tanggungjawab dalam
melaksanakan setiap tugas dan kewajiban. Amanah
ditampilkan dalam keterbukaan, kejujuran, pelayanan
prima dan ihsan (berupaya menghasilkan yang terbaik)
dalam segala hal.
d. Tabligh, artinya mengajak sekaligus memberikan
contoh kepada pihal lain untuk melaksanakan ketentuan-
ketentuan ajaran islam dalam setiap gerak aktivitas
ekonomi yang dilakukan sehari-hari. Tabligh yang
disampaikan dengan hikmah,sabar, argumentative dan
persuasif akan menumbuhkan hubungan kemanusiaan yang
semakin solid dan kuat.
e. Istiqamah artinya konsisten. Hal ini memberikan
makna seorang pemasar syariah dalam praktik
pemasarannya selalu istiqamah dalam penerapan aturan
syariah. Artinya bahwa seorang pemasar syariah harus
dapat dipegang janjinya, tidak diperkenankan seorang
pemasar syariah berubah-ubah dalam memberikan janji.
2. Sebagai Perencanaan (Planning)
Dalam sebuah perusahaan perencanaan ini
adalah suatu bentuk kegiatan paling awal dari sebuah

15
proses adanya suatu program. Dalam pemasaran
syariah sendiri, adanya perencaan adalah sebuah
bentuk yang sangat penting, yang nantinya akan
berkelanjutan bagi perusahaan kedapannya.
Perencanaan menurut syariah tentunya ada berbagai
bidang di dalamnya, diantaranya:
a. Perencanaan Bidang SDM. adalah penetapan
standar perekrutan Sumber Daya Manusia.
Dalam tinjauan syariah perencanaan SDM
harus memenuhi tiga unsur yaitu kafa’ah (ahli
di bidangnya), amanah (bersungguh-sungguh
dan bertanggung jawab), memiliki etos kerja
yang tinggi (himmatul ‘amal).
b. Perencanaa Bidang Keuangan. Adalah
penetapan sumber dana dan alokasi
pengeluaran. Dalam tinjauan syariah pada
bidang ini dapat berupa penetapan syarat
kehalalan dana, baik dari sumber pemasukan
maupun alokasinya. Maka tidak direncanakan
peminjaman yang mengandung unsur riba
atau pemanfaatan dana untuk menyogok
pejabat.
c. Perencanaan Bidang Produksi. Adalah
penetapan bahan masukan produksi dan
proses yang akan dilangsungkan. Dalam
tinjaun syariah pada bidang ini adalah
bagaimana suatu produksi itu mendapatkan
bahan atau cara prosesnya itu aman dan tidak
bertentangan dengan syariah.
d. Perencanaan Bidang Pemasaran. Adalah dapat
berupa segmentasi pasar, targeting,
positioning, dan promosi. Dalam tinjauan
syariah pada bidang ini adalah bagaimana
target yang akan dicapai itu ketika melakukan
sebuah pemasaran tidak boleh ada unsur
kebohongan, penipuan ataupun penggunaan
wanita tanpa menutup aurat sempurna.
3. Sebagai Pengorganisasian

16
Pengorganisasian adalah proses kegiatan
penyusunan anggota dalam bentuk struktur
organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-
sumber, dan lingkungannya. Pemasaran syariah
memiliki fungsi sebagai pengorganisasian ini
adalah untuk melihat sebagi bahan pertimbangan
kinerja dari seorang karyawan atau pemasar.
Tentunya ada beberapa aspek yang harus
diperhatikan:
a. Aspek Struktur. Pada aspek ini
diimplemtasikan pada Sumber Daya Manusia.
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah
tentang profesionalisme dan aqad yang akan
dikerjakan. Supaya tidak terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan.
b. Aspek Tugas dan Wewenang. Pada aspek ini
diimplementasikan pada kejelasan tugas dan
wewenang dari SDM itu sendiri, berdasarkan
kesanggupan dan kemampuan masing-masing
aqad pekerjaan tersebut.
c. Aspek Hubungan. Pada aspek ini
diimplementasikan pada penetapan budaya
organisasi. Bahwa setiap interaksi antar SDM
adalah hubungan muamalah yang selalu
mengacu pada amar ma’ruf nahi mungkar.
4. Sebagai Pengarahan (Actuating)
Pengarahan merupakan tugas utama dari
fungsi kepemimpinan. Pemasaran syariah memiliki
fungsi sebagai pengarahan adalah seorang
pemimpin harus bisa menjadi seorang
pembimbing, pengarah, pemberi solusi, dan
menjadi fasilitator. Dalam tinjauan syariahnya
adalah ketika berpendapat atau berargumen harus
dengan didukung adanya dalil atau hujjah yang
kuat yang nantinya dapat memberikan motivasi
ruhiyah kepada para SDM organisasi.
5. Sebagai Pengawasan

17
Pengawasan adalah proses memonitor
aktivitas untuk memastikan aktivitas-aktivitas
tersebut diselesaikan sesuai dengan yang
direncanakan dan memperbaiki setiap deviasi yang
signifikan. Pemasaran Syariah memiliki fungsi
sebagai pengawasan adalah proses manajemen
sendiri yang mencakup penafsiran dan
pengembanga, standar pelaksanaan, pengukuran
pelaksanaan yang sebenarnya, penilaian
pelaksanaan dan tindakan perbaikan bila mana
pelaksanaan berbeda dengan rencana. Dalam
tinjauan syariah pada pengawasan tentunya ada
poin-poin yang harus diperhatikan diantaranya:
a. Ketaqwaan individu. Seluruh personel SDM
perusahaan dipastikan dan dibina agar
menjadi SDM.
b. Pengontrolan anggota. Dengan suasana
organisasi yang mencerminkan formula TEAM,
maka proses keberlangsungan organisasi
selalu akan mendapatkan pengawalan dari
para SDM-nya agar sesuai dengan arah yang
telah ditetapkan.
c. Penerapan (supremasi) aturan. Organisasi
ditegakkan dengan aturan main yang jelas dan
transparan serta-tentu saja-tidak
bertentangan dengan syariah.
Setelah menguraikan terkait fungsi dari pemasaran
syariah, tentunya dalam suatu perusahaan ada tujuan yang
ingin dicapai. Tujuan pemasaran syariah adalah sejalan
dengan konsep Maqashid Syariah yaitu untuk menjaga agama,
jiwa, keturunan, harta, dan akal. Maqashid Syariah adalah
makna-makna dan tujuan-tujuan yang dipelihara oleh syara’
dalam seluruh hukumnya atau sebagian besar hukumnya,
atau juan akhir dari syariat dan rahasia-rahasia yang
diletakkan oleh syara’ pada setap hukumnya(Shidiq, 1970).

Dalam menjaga kelima tersebut, pemasaran syariah


mempunyai tujuan untuk menjaga moralitas pasar sehingga
terciptalah keadilan di dalam pasar bagi seluruh

18
stakeholdernya. Konsep keadilan dalam pemasaran syariah
diharapkan mampu menjadi solusi atas permasalahan-
permasalahan di dunia bisnis saat ini. Maka dari itu
masyarakat global saat ini atau perusahaan-persahaan pada
masa sekarang ini perlu mengkaji dan mengimplementasikan
pemasaran syariah ini di dunia bisnis.

3.3 Hubungan Pemasaran Syariah Dan Nasabah


Dalam dunia bisnis tentunya memiliki tujuan utama
yaitu perolehan keuntungan atau profit, sekaligus sebagai
upaya untuk mempertahankan kelangsungan usaha dan
tanggung jawab sosial. Islam mendorong umatnya untuk
bijak dalam berperilaku kaitannya dalam memperoleh
kekayaan. Hal inilah yang mendasari pendangan bisnis
dalam islam tidak hanya dinilai dalam hasil akhir,
melainkan juga dalam prosesnya.
Aspek pemasaran merupakan salah satu penentu
dalam memajukan suatu usaha. Binis dengan branding halal
global saat ini cukup menarik dikalangan pemasaran
modern karena mampu menyerap lebih dari USD 2,3 triliun
dalam setahun. Konsep pemasaran syariah saat ini cukup
dilirik oleh investor dan pengusaha karena memiliki pangsa
pasar yang cukup luas. Paradigma pergeseran tersebut
membuat konsep pemasaran konvensional mulai disisihkan
oleh keberadaan pemasaran syariah dalam perspektif etika
bisnis islam. Oleh karena itu pelaksanaan transaksi
dikehidupan bisnis tidak hanya semata-semata
melaksanakan kegiatan jual beli atau mengarapkan
keuntungan, tetapi juga mendatangkan kesepakatan yang
saling menguntungkan sehingga mampu merealisasikan
kesejahteraan material maupun spiritual.
Pertumbuhan bisnis dalam islam merupakan bagian
dari keuntungan yang diperoleh dari kepuasan pelanggan
atau keridhoan pelanggan dan juga ridho Allah SWT.
Perilaku etis para pelaku bisnis menjadi salah satu
indikator kepuasan konsumen. Oleh karena itu seorang
konsumen atau nasabah akan diperoleh tingkat kepuasan
dari perilaku atau hubungan dari pihak perusahaan itu
dengan nasabah.

Sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam


syariah, pemasaran syariah memposisikan nasabah sebagai
mitra sejajar atau sebagai keluarga karena dengan menjadi

19
posisi sejajar nasabah tersebut akan diperoleh tingkat
kepuasan tersendiri dengan cara diperlakukan dengan etika
yang sesuai dengan nilai-nilai islam. Berbeda dengan
pemasaran konvensional. Pemasaran konvensional
memposisikan nasabah adalah sebagai client atau hanya
sekedar pihak kerjasama. Artinya tidak ada hubungan
secara mendalam anatara nasabah dengan pihak
perusahaan. Hanya dibutuhkan keuntungan dari nasabah
itu sendiri tanpa memperhatikan nilai-nilai dari hubungan
manusia.
Adapun minat dari seorang konsumen atau nasabah
yang tinggi terhadap suatu produk secara tidak langsung
juga menggambarkan tingkat kepuasan pelanggansehingga
menggunakan produk itu secara terus menerus. Seperti
contoh Lembaga Keuangan Bank Syariah melayani
kebutuhan keuangan dari nasabah muslim maupun non
muslim. Karena non muslim sendiri mempercayai nilai etis
yang diterapkan oleh Bank syariah dengan melakukan
konsep pemasaran syariah. Tidak hanya lembaga keuangan
saja yang bisa menerapkan konsep pemasaran syariah.
Tetapi perusahaan-perusahaan yang lain bisa menggunakan
konsep pemasaran syariah ini.
Nilai etis dalam pemasaran syariah menjadi kunci
keberhasilan komunikasi dalam rangka mengetahui
ekspetasi pelanggan terhadap produk suatu perusahaan.
Oleh karena itu setiap orang yang terlibat dalam bagian
pemasaran dan penjualan menghadapi sebuah tekanan
yang lebih etis jika dibandingkan dengan bagi-bagian yang
lain. Karena bagian tersebut menghasilkan pendapatan
untuk perusahaan sehingga cukup ketat dan
diawasi(Fataron, 2021).

20
BAB 4 PRODUK DALAM KSPPS

4.1 Prinsip Mengenal Nasabah Dan Pendana


4.1.1 Nasabah
Sebelum membahas tentang produk-produk KSPPS
penulis akan membahas terlebih dahulu tentang prinsip
mengenal nasabah dan pendana. Seperti yang sudah
dijelaskan di awal tadi Koperasi merupakan suatu
kumpulan orang-orang yang mempunyai tujuan atau
kepentingan bersama yang berlandaskan Pancasila dan
UUD 1945, dan berasaskan kekeluargaan.
Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan (KSPPS)
sebelumnya disebut dengan Koperasi Jasa Keuangan
syariah (KJKS) merupakan koperasi yang bergerak
dibidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai
dengan pola bagi hasil syariah. Sedangkan Baitul Maal wat
Tamwil (BMT) merupakan sistem intermediasi keuangan
ditingkat mikro yang didalamnya terdapat Baitul Maal dan
Baitul Tamwil yang dalah operasionalnya dijalankan
dengan menerapkan prinsip-prinsip syariah (Wardhani,
2019).
Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS)
atau sebelumnya disebut Koperasi Jasa Keuangan Syariah
(KJKS) terlahir dari Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
merupakan entitas keuangan mikro syariah yang unik dan
spesifik khas Indonesia. Kegiatan KSPPS dalam
melaksanakan fungsi dan perannya menjalankan peran
ganda yaitu sebagai lembaga bisnis (tamwil) dan disisi
yang lain melakukan fungsi sosial yakni menghimpun,
mengelola dan menyalurkan dana ZISWAF (zakat, infaq,
Sodaqah, wakaf). Sedangkan perinsip syariah adalah
prinsip hukum islam dalam kegiatan usaha koperasi
berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan
Pengawas Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN
MUI).
Dari sini KSPPS merupakan sebuah bentuk
pengembangan dari Koperasi itu sendiri. Maka dari itu
penulis akan menggunakan kata KSPPS untuk membahas
lebih lanjut. Karena disini membahas tentang KSPPS dan
produk-produknya.

21
Kembali dipembahasan awal tentang Nasabah dan
Pendana. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah nasabah
adalah pihak yang menggunakan jasa bank syariah dan
atau unit usaha syariah. Nasabah dalam UU nomor 21
tahun 2008 terbagi menjadi tiga jenis nasabah (Wijayanti,
2019):
a. Nasabah Penyimpan adalah nasabah yang
menempatkan dananya di Bank Syariah dan / atau
Unit usaha syariah dalam bentuk simpanan
berdasarkan akad antara bank syariah atau UUS
dan nasabah yang bersangkutan sedangkan.
b. Nasabah Investor nasabah yang menempatkan
dananya di Bank Syariah dan Unit usaha syariah
dalam bentuk Investasi berdasarkan akad antara
bank syariah atau UUS dan nasabah yang
bersangkutan.
c. Nasabah penerima fasilitas adalah nasabah yang
memperoleh fasilitas dana atau yang dipersamakan
dengan itu, berdasarkan prinsip syariah.
Prinsip mengenal nasabah adalah prinsip yang
diterapkan oleh Bank untuk mengetahui secara mendalam
identitas nasabah dan memantau kegiatan transaksi yang
mencurigakan. Penerapan prinsip mengenal nasabah ini
meliputi baik nasabah bank biasa maupun nasabah tanpa
berhadapan seperti nasabah yang melakukan transaksi
melalui telepon, surat menyurat, elektronik banking.
Pada KSPPS sendiri prinsip dalam mengenal nasabah
adalah suatu prinsip yang digunakan untuk mengenal
nasabah mulai dari identitas, karakter, segi ekonomi, dan
lain-lain sehingga mengurangi bentuk transaksi yang
mencurigakan yang tidak sesuai dengan prinisp-prinsip
syariah.
Dalam KSPPS BMT PETA dalam prinsip mengenal
nasabah adalah dilakukan mulai dari tahap calon anggota
membuka rekening hingga jika anggota akan mengajukan
pembiayaan dengan kriteria 5 C adalah sebagai berikut
(MSDM KSPPS BMT PETA, 2023):

22
a. Character
Adalah keadaan watak atau sifat dari anggota
baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam
lingkugan usahanya. Kegunaan dari penilaian ini
adalah untuk mengetahui samapi sejauh mana
i’tikad atau kemauan anggota untuk memenuhi
kewajibannya. Penilain ini dilakukan dengan
meneliti gaji yang diperoleh atau gaya hidup
nasabah, meneliti reputasi calon anggota di
kondisi lingkungan usahanya, mencari infoprmasi
tentang lokasi usahanya, mencari informasi
apakah calon anggota suka berjudi atau tidak,
mencari informasi calon anggotanya suka hidup
foya-foya atau tidak, dan lain-lain.
b. Capital
Adalah jumlah dana atau modal sendiri yang
dimiliki oleh calon anggota. Semakin besar modal
sendiri dalam perusahaan tentu semakin tinggi
kesungguhan calon anggota menjalankan
usahanya dari BMT PETA akan merasa lebih yakin
memberikan pembiayaan.. Untuk perorangan
besar kecilnya capital ini dapat dilihat dari daftar
kekayaan yang bersangkutan setelah dikurangio
utang-utangnya.
c. Capacity
Adalah kemampuan yang dimiliki calon
anggota dalam menjalankan usahanya guna
memperoleh laba yang diharapkan. Kegunaan dari
peilaian ini adalah untuk mengukur sampai sejauh
mana calon anggota mampu mengembalikan atau
melunasi utang-utangnya secara tepat waktu dari
hasil usaha yang diperolehnya. Pengukuran
capacity ini dapat dilakukan dengan cara
pendekatan historis (menilai kinerja masa lalu)
dan pendekatan yuridis (mempunyai kapasitas
untuk mewakili badn usaha atau dirinya sendiri).
d. Collateral
Adalah barang yang diserahkan calon anggota
sebagai agunan terhadap pembiayaan yang
diterimanya.Penilaian ini dapat ditinjau dari dua
segi yaitu: Segi Ekonomis yaitu nilai ekonomis dari
barangbarang yang akan diagunkan. Segi Yuridis
yaitu apakah agunan tersebut memenuhi syarat
23
yuridis untuk dipakai sebagai agunan.
e. Condition Of Economy
Adalah situasi dan kondisi politik, sosial,
ekonomi, dan budaya yang mempengaruhi
keadaan perekonomian yang kemungkinan pada
suatu saat mempengaruhi kelancaran usaha calon
anggota.
Adapun persyaratan yang dibutuhkan ketika
bergabung menjadi nasabah di KSPPS BMT PETA adalah
sebagai berikut:

a. Identitas diri (Seperti KTP, SIM, atau kartu


identitas yang lain.
b. Kartu Keluarga.
c. Saldo Awal sebesar 20.000.
d. Nomor Telepon.
Dalam prinsip mengenal nasabah ini memiliki
fungsi supaya tidak terjadi hal-hal yang mencurigakan
pada saat transaksi dan tentunya yang sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah. Jadi seorang Marketing pemasaran
syariah harus bisa memahami prinsip mengenal nasabah
yang sudah diatur oleh lembaga tersebut, supaya transaksi
antar nasabah dengan pihak KSPPS bisa terus berlanjut
seterusnya dan aman dari tindakan-tindakan yang tidak
sesuai dengan prinsip syariah.

4.1.2 Pendana
Pendana dalam hal ini adalah KSPPS BMT PETA.
KSPPS (Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah)
BMT PETA adalah suatu lembaga keuangan syariah
berbentuk non bank atau koperasi yang menghimpun dana
nasabah dan dikembalikan lagi kepada nasabah atau
masyarakat umum yang membutuhkan. KSPPS BMT PETA
sudah beroperasi sejak tahun 2015, artinya KSPPS BMT
PETA ini sudah berpengalaman dalam memberikan
simpanan dan pembiayaan kepada masyarakat atau
nasabah. Sejak tahun tersebut tidak pernah terjadi
tindakan-tindakan yang melawan hukum sehingga bisa
dikategorikan sebagai pendana yang aman dan amanah
bagi masyarakat.

24
Prinsip mengenal pendana atau yang disebut
juga KSPPS BMT PETA adalah prinsip-prinsip yang
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perbankan,prinsip-prinsip tersebut
diantaranya(Renaz R, 2017):
a. Prinsip Kepercayaan (Fiduciary Principle).
b. Prinsip Kehati-hatian (Prudential Principle).
c. Prinsip Kerahasiaan (Confidential Principle).
d. Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your
Customer Principle).

4.2 Produk Simpanan KSPPS


Produk simpanan adalah sejumlah uang nasabah yang
dititipkan ke bank yang bisa berbentuk buku rekening.
Nasabah yang menitipkan uang ini akan mendapatkan
imbalan balas jasa berupa bunga untuk yang konvensional
atau bagi hasil untuk yang syariah.
Dalam hal ini produk simpanan KSPPS BMT PETA
adalah sebagai berikut:
1. Simpanan Tabaruk (Tabungan Barokah Umum).
2. Simpanan Taburi (Tabungan Barokah Idul Fitri).
3. Simpanan Tahajud (Tabungan Haji dan Umroh
Terwujud).
4. Simpanan Tahalul (Tabungan Untuk Haul)
5. Simpanan Tafakur (Tabungan Barokah Qurban).
6. Simpanan Tadabur (Tabungan Untuk Hari Libur).

4.3 Produk Pembiayaan KSPPS


Produk Pembiayaan merupakan dukungan pendanaan
untuk kebutuhan atau pengadaan barang, aset atau jasa
tertentu yang mekanisme umumya melibatkan tiga pihak
yaitu pihak pemberi pendanaan, pihak penyedia barang,
aset atau jasa tertent, dan pihak yang memanfaatkan
barang, aset atau jasa tertentu.
Menurut Muhammad pembiayaan dalam arti luas
berarti Financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan
yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan
oleh orang lain. Sedangkan dalam arti sempit pembiayaan
adalah pendanaan yang dilakukan oleh lembaga
pembiayaan seperti Bank Syariah kepada nasabah.
Istilah Pembiayaan pada dasarnya lahir dari
pengertian I belive, I trust, yaitu saya percaya atau saya
25
menaruh kepercayaan. Perkataan pembiayaan yang
artinya kepercayaan yang berarti bank menaruh
kepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakan
amanah yang diberikan oleh bank selaku shohibul maal.
Dana tersebut harus digunakan dengan benar, adil, dan
harus disertai dengan ikatan dan syarat-syarat yang jelas
serta saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Islam tidak melarang hubungan pinjam-meminjam
dalam suatu kegiatan ekonomi, bahkan kegiatan tersebut
sangat dianjurkan karena bertujuan untuk saling
membantu antara sesama manusia. Adapun dasar hukum
dibolehkannya pinjam-meminjam dalam pembiayaan
tersebut berdasarkan firman Allah SWT dalam surat Al-
Baqarah (2) ayat 246, yang artinya: “Siapakah yang mau
memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik
(menafkahkan hartanya dijalan Allah), Maka Allah akan
memeprlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan
lipat ganda yang banyak, dan Allah menyempitkan dan
melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu
dikembalikan).
Dalam mengajukan pembiayaan pada KSPPS BMT
PETA tentunya ada syarat-syaratnya yaitu:

1. Anggota berakhlak SATAFA (Sidiq, Amanah,


Tabligh, dan Fatonah).
2. Tidak mempunyai masalah dengan lembaga
keuangan lain.
3. Bersedia disurvei dan mengikuti prosedur
pengajuan pembiayaan di KSPPS BMT PETA.
4. Menjadi Anggota (membayar simpanan wajib Rp.
5.000,- dan simpanan pokok Rp. 25.000,-).
5. Dalam satu KK tidak boleh melakukan 2
pembiayaan kecuali pembiayaan yang selanjutnya
agunan emas atau tunai atau deposito yang
senilai, dan pada pembiayaan sebelumnya lancar.
6. Tidak boleh me;lakukan 2 Pembiayaan dengan
atas nama yang sama kecuali pembiayaan yang
selanjutnya agunan emas atau tunai/deposito
yang senilai, dan pada pembiayaan sebelumnya
lancar.
7. Menyertakan foto pada saat pendatanganan akad
dan dalam foto harus ada watermark minimal

26
tannggal dan waktu saat akad (untuk
kelengkapan arsip pembiayaan).
8. Untuk pembiayaan lama menyertakan kartu
angsuran pembiayaan sebelumnya yang diprint
dari sistem.

Untuk kelengkapan berkas pembiayaan di KSPPS BMT


PETA antara lain:

1. Foto Copy KTP, dengan ketentuan:


a. Untuk yang sudah menikah sebagai
tambahan melampirkan FC KTP Suami
atau istri 1 lembar.
b. Untuk yang belum menikah wajib
melampirkan fotokopi KTP orang
tua/walinya.
2. fotokopi Kartu Keluarga 1 lembar.
3. Fotokopi surat nikah 1 lembar, apabila surat
nikah hilang maka harus melampirkan surat
keterangan yang menerangkan bahwa benar
sebagai pasangan dari desa setempat.
4. Fotokopi BPKB/SHM (barang jaminan) 1 lembar
5. Fotokopi STNK dan pajak terbaru 1 lembar dan
menunjukkan aslinya.
6. Fotokopi SPPT untuk plafond kurang lebih Rp.
10.000.000
7. Menyertakan surat persetujuan suami/istri,
apabila ahli waris bukan pasangan. Dan
menyertakan surat persetujuan orang tua, apabila
belum menikah dan ahli waris bukan orang tua.
8. Menyertakan surat kuasa bermaterai jika jaminan
yang diagunkan milik orang lain.
9. Menyertakan surat pernyataan kepemilikan
jaminan bermaterai, jika jaminan milik sendiri
tetapi masih atas nama orang lain.
10. Cek fisik Kendaraan:
a. Agunan kendaraan bermotor
melampirkan hasil cek fisik rangka dan
mesin
b. Agunan mobil melampirkan hasil cek fisik
rangka dan mesin dari samsat setempat.
Dengan plafond pembiayaan kurang lebih

27
Rp. 25.000.000,dibawah plafond tersebut
tetap cek fisik, namun tidak dari samsat.
11. Foto agunan yang dijaminkan:
a. Agunan kendaraan bermotor atau mobil:
foto nomor polisi dan fisik kendaraan.
b. Agunan sertifikat tanah: foto tanah
diatasnya berdiri bangunan.
12. Foto usaha yang menjadi sumber pengembalian
atau usaha yang dibiayai.

Pada pembayaan di KSPPS BMT PETA tentunya ada


Margin atau ujroh yang dibagi hasilkan kepada nasabah.
Margin adalah presentase keuntungan yang didapat
perusahaan dari penjualan produk atau jasa dengan
modal yang dikeluarkan. Adapun rincian margin
pembiayaan pada KSPPS BMT PETA sebagai berikut:

1. Angsuran bulanan sebesar 6-20 persen per tahun


a. Plafond Rp. 25.000.000, kebawah sebesar
18-20% per tahun
b. Plafond di atas Rp. 25.000.000, sampai
dengan Rp. 50.000.000, sebesar 15-18%
pertahun.
c. Plafond di atas Rp. 50.000.000, sebesar
12-15 persen per tahun.
2. Musiman,angsuran triwulan, caturwulan dan 6
bulanan sebesar 18-27% pertahun.
a. Plafond Rp. 25.000.000, kebawah sebesar
24-27 % pertahun.
b. Plafond di atas Rp. 25.000.000, sampai
dengan Rp. 50.000.000, sebesar 21-24 %
pertahun.
c. Plafond diatas Rp. 50.000.000, sebesar 18-
21% pertahun.
3. Pengecualian untuk anggota yang punya
pinjaman dibank bisa mengikuti perhitungan di
bank dengan menyetorkan buku angsurannya.
Jika ada pemotongan margin (tidak sesuai dengan
peraturan di atas) maka harus ada persetujuan
dari pusat (Bagian Keuangan dan General
Manager disertai berita acara).
4. Pembiayaan musiman (jatuh tempo) 2 bulan ke
bawah range margin 18-24% pertahun biaya
28
admin tetap Rp. 20.000, infaq 1,5% dan yang
lainnya tetap sama.
5. Orang-orang khusus (keluarga ndalem, pengurus,
pengawas, perwakilan pengurus dari provinsi
sampai titik dan pengelola).
6. Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan
khusus bisa digantio dengan berita acara.

Untuk menghitung Margin bisa diterapkan rumus


sebagai berikut:

1. Cara menentukan Margin bulanan:

Plafond X persentase margin bulanan

Contoh: Rp. 14.500.000 X 1,67% = 242.150


2. Cara menentukan angsuran pokok:

Plafond : jangka waktu pinjaman

Contoh: 14.500.000 : 36 = 402.777


3. Cara menentukan angsuran bulanan dengan
rumus:

Angsuran pokok + Margin bulanan

Contoh: Rp. 402.777 + 242.150 = Rp. 644.927


Dalam hal ini produk pembiayaan dari KSPPS BMT
PETA adalah sebagai berikut:

1. Syariah PETA Musahadah (Pembiayaan Anggota


Modal Usaha Berkah) adalah Jenis pembiayaan anggota
untuk modal usaha dengan menggunakan akad rahn
(gadai) atau murobahah (jual beli), yang bebas dari
praltik riba sehingga menjadi berkah.
2. Syariah PETA Maslahah (Pembiayaan Anggota
Multijasa) adalah jenis pembiayaan anggota untuk
kebutuhan jasa maupun keperluan 3 selain modal usaha
dengan akad Rahn (Gadai) atau ijarah parallel atau
murobahah (Jual Beli)
3. Syariah PETA Mustaniah (Pembiayaan
Anggota Modal Usaha Tani Berkah) adalah jenis
pembiayaan anggota untuk modal usaha tani dengan

29
menggunakan akad Rahn (Gadai) atau Murobahah (Jual
Beli) yang terbebas dari praktik Riba sehingga menjadi
berkah.
4. Syariah PETA Pembeda (Pembiayaan Aggota
Pembelian Kendaraan) adalah jenis pembiayaan anggota
untuk pembelian kendaraan bermotor dengan
menggunakan akad Rahn atau Murobahah yang terbebas
dari praktik riba sehingga menjadi berkah.

30
BAB V SEPUTAR KSPPS BMT PETA

5.1 Sejarah KSPPS BMT PETA


KSPPS BMT PETA adalah sebuah lembaga keuangan
non bank berbasis islam yang didirikan oleh Yayasan
Pondok Pesantren Pesulukan Agung Tulungagung (PETA)
guna memperkuat ekonomi Jamaah. Pengasuh dari Yayasan
Pondok Pesantren PETA adalah KH. M. Sholachuddin Abdul
Djalil, yang sekarang diteruskan oleh anaknya yaitu KH.
Charir M. Sholachuddin Al Ayyubi atau sapaan akrabnya Yai
Charir pada tahun 2005.
Pada masa Kyai Charir sendiri beliau ingin
mengembangkan Yayasan Pondok Peta sendiri dengan
mendirikan kepengurusan atau kesekretariatan yang diberi
nama Sulta Agung 78 atau yang disingkat SA 78 (2011). SA
sendiri diambil nama dari julukan beliau yang tidak mau
dipanggil dengan sebutan Kyai tetapi dengan sebutan SA,
oleh karena itu para santri memanggilnya dengan sebutan
Sultan. Dan 78 diambil dari tahun kelahiran beliau.
Pada tahun tersebut SA 78 mendata semua jamaah
dari pondok PETA sampai dengan tahun 2012. Kemudian
ditahun 2013 ada rasa keiginan dari Kyai Charir yang
disampaikan kepada SA 78 untuk membentuk BMT PETA.
Akhirnya SA 78 menyetujui dibentuknya BMT PETA dengan
memberikan persyaratan untuk berdirinya sebuah kantor
Cabang di semua kabupaten Jamaah dari Pondok PETA.
Persyaratannya adalah di tahun 2013 jika
didirikannya kantor harus terkumpulnya uang simpanan
pokok wajib dan saham dalam satu Kabupaten sebesar 400
juta. Diantara Kabupaten yang sanggup berdiri kantor
cabang adalah Kabupaten Tulungagung, Trenggalek,
Jombang, Blora, Grobokan dan Kudus.
Pada masa itu BMT PETA masih belum melakukan
yang namanya Pembiayaan tetapi masih peletakkan batu
manajemen pertama. Kemudian Kyai Charir sendiri
memberikan bantuan modal sebesar 5M dan selainnya dari
Jamaah. Kemudian pada tahun 2015 barulah BMT PETA
memberikan Pembiayaan, yang awalnya masih bernama
KSP BMT PETA kemudian berubah menjadi KSPPS BMT
PETA. KSPPS BMT PETA telah mengalami perubahan badan
hukum dari tahun ke tahun sampai yang terakhir pada
tahun 2022.

31
Alasan dibentuknya KSPPS BMT PETA sendiri
adalah seperti kata Kyai Charir sendiri “bahwa dalam
bernegara kita itu tidak boleh menunggu bantuan dari
pemerintah, tetapi kita harus aktif sendiri, harus berdaya
kreatif sendiri, jangan menunggu bola tetapi mengejar bola.
Istilah kita bertoriqoh harus membantu Negara dan ikut
mensukseskan visi misi negara sendiri yaitu memberikan
putaran roda ekonomi kepada msyarakat”. Alasan tersebut
berangkat dari salah satu program Presiden kita saat ini
yaitu meningkatkan industri UMKM Masyarakat. Karena
masyarakat sendiri kalau meminjam uang di Bank itu sulit
dan bahkan mengsengsarakan rakyat. Maka dari itu adanya
KSPPS BMT PETA ini adalah untuk memberikan bantuan
modal pengembangan usaha atau untuk memulai usaha
serta memberikan bantuan-bantuan yang lain sesuai
kebutuhan masyarakat.
Berdirinya KSPPS BMT PETA ini dalam rangka
untuk menata umat dan mengumpulkan kekuatan
perekonomian masyarakat dan dapat bermanfaat dalam
kehidupan Jamaah khususnya. KSPPS BMT PETA juga
merupakan Lembaga Keuangan yang operasionalnya
berdasarkan prinsip-prinsip syariah atas dasar
kekeluargaan. Lokasi KSPPS BMT PETA ini terletak di Jl. Kh.
Wahid Hasyim No. 27 Tulungagung Jawa Timur.
Pengelolaan di BMT PETA ini sendiri diamanahkan
sepenuhnya kepada pengurus BMT PETA, yang setiap 5
tahun sekali berganti kepengurusan. Data nasabah di BMT
PETA ini dari awal berdiri sampai sekarang mengalami
kenaikan yang cukup signifikan. Berdasarkan wawancara
bersama manajernya, data nasabah pada tahun 2020
mencapai 3.500 nasabah, kemudian pada tahun 2021
mencapai 4.000 nasabah dan pada tahun 2022 ini mecapai
angka 4.700 nasabah. Hal ini menandakan bahwa minat
menabung nasabah di BMT PETA Cabang Jombang ini
sangat tinggi. Dan ini patut untuk dipertahankan
pencapaiannya. Menurut manajernya untuk mencapai
sebuah kualitas pada diri BMT PETA ini adalah untuk selalu
konsisten dan selalu membuat inovasi-inovasi yang
menarik dan menjadi kebutuhan oleh masyarakat.

32
TAHUN JUMLAH NASABAH
2020 ≤ 3.500 Nasabah
2021 ≤ 4.000 Nasabah
2022 ≤ 4.700 Nasabah
Tabel 5.1 Jumlah Nasabah dari Tahun 2020-2022

5.2 Visi dan Misi KSPPS BMT PETA


Dalam sebuah Lembaga atau Instansi tentunya ada
yang namanya Visi dan Misi yang harus diwujudkan. Visi
adalah suatu rangkaian kata yang di dalamnya erdapat
impian, cita-cita atau nilai inti dari suatu Lembaga atau
Organisasi. Sedangkan Misi adalah suatu proses atau
tahapan yang seharusnya dilalui oleh suatu proses atau
tahapan yang seharusnya dilalui oleh suatu lembaga,
instansi atau organisasi dengan tujuan bisa mencapai visi
mereka.
Tentunya KSPPS BMT PETA mempunyai Visi dan
Misi sendiri yaitu Menjadi Koperasi Syariah terbaik yang
bermanfaat bagi kesejahteraan Anggota dan Masyarakat
islami yang berekonomi mandiri (MSDM KSPPS BMT PETA,
2023).
Hal ini terbukti dengan adanya KSPPS BMT PETA
mempemudah para Jamaah melakukan peminjaman uang
tanpa harus memenuhi aturan dan persyaratan
peminjaman yang berbelit-belit. Tujuannya yaitu murni
untuk kemaslahatan umat.

5.3 Struktur Organisasi KSPPS BMT PETA


Struktur Organisasi adalah sistem yang digunakan
untuk mendefinisikan hierarki dalam sebuah organisasi
dengan tujuan menetapkan cara sebuah organisasi dapat
beroperasi, dan dapat membantu organisasi tersebut dalam
mencapai tujuan yang ditetapkan di masa mendatang.
Tentunya di dalam setiap Lembaga atau Instansi tentunya
terdapat struktur organisasi yang sudah direncanakan.
Pada KSPPS BMT PETA sendiri tentunya memiliki
sturktur organisasinya sendiri dengan tugas dan tanggung
jawab yang sudah sesuai jobdisknya. Berikut ini Susunan
struktur organisasi KSPPS BMT PETA.

33
Gambar 5.2 Struktur KSPPS BMT PETA

Susunan Pengawas, Pengurus, Pengelola Pusat Koperasi


Simpan Pinjam Dan Pembiayaan Syariah Perekonomian
Tasyrikah Agung (KSPPS BMT PETA) Periode 2022-2027:

PENGURUS PUSAT
Ketua Pengurus : Drs. H. Mahmud Rosyidi,
M.Si.
Sekretaris Pengurus : H. Sandi Abdullah, ST.
Bendahara Pengurus : Khariotul Mizaniah, S.Kom,
M.T
PENGAWAS
Koordinator Pengawas : H. Ahmad Anshori
Pengawas Manajemen : Abdul Wasik
Pengawas Manajemen : Abdullah Musyafik, S.T
Pengawas Syariah : Sa’dulloh Syarofi, S.E., MM
Pengawas Syariah : DR. Ahmad Fauzi, M.HI

STAFF AHLI
Staff Ahli : Ust. Sholeh Wafi

PENGELOLA PUSAT
General Manager : H.M.Ayubi
Manager Marketing : Suprapto, SoS
Manager Resiko : Drs. Gandjar Wisnu
34
Widodo
Manager Sumber Daya Muhammad Zuhri,
Manusia : M.Pd.I
Manager Keuangan : Sholatul Rohmi, S.E
Manager Maal
merangkap Admin Ni’matu Rohamh, Amd
Pengurus :
Staf Marketing
Simpanan : Moh. Kutfi Ridwan, S.E
Staf Marketing
Pembiayaan : Ana Nur Lailin, S.E
Staf Risiko (DPK) : Selfina Nur Angriawan
Staf Risiko (NPF) : Wahyu Putri Lestari,
S.E
Staf Personalia : Slamet
Staf Akunting Maya Rizki Ramadhani,
S.E
Staf Likuiditas/ALMA Riska Krisna Sari, S.M

35
BAB 6 MANAJEMEN STRATEGI PEMASARAN SYARIAH PADA
KSPPS BMT PETA

6.1 Manajemen Produk dan Nasabah Pada KSPPS BMT PETA


Manajemen merupakan sebuah disiplin ilmu dalam proses
pengorganisasian, pengaturan, pengelolaan SDM, sampai
dengan pengendalian agar bisa mencapai tujuan dari suatu
kegiatan. Pada KSPPS BMT PETA sendiri tentunya memiliki
sebuah manajemen khusus untuk bagaiamana mereka akan
mengenalkan produk mereka mulai dari kelebihan, kegunaan,
sampai dengan memperoleh nasabah.

6.1.1 Manajemen Produk KSPPS BMT PETA


Pada KSPPS BMT PETA dalam memanajemen
produknya tentunya ada strategi sendiri yang sudah diatur
oleh manajer atau atasannya yaitu manajemen produk
dengan cara mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
bauran promosi. Bauran promosi adalah suatu kegiatan
yang dilakukan oleh perusahaan untuk
mengkomunikasikan produk ataupun jasa dengan
menggunakan alat-alat promosi untuk mencapai tujuan.
Berikut faktor-faktor bauran promosi (Ryan et al., 2013):
a. Sifat Pasar
Faktor yang dapat mempengaruhi bauran promosi
bersifat pasaran meliputi, luasnya geografi pasar, tipe
pelanggan, dan konsentrasi pasar. Pertama, apabila
berdasarkan luas geografi pasar tersebut dapat dilihat,
misalnya promosi yang dilakukan sudah
menggunakan kemajuan teknologi dengan
menggunakan televisi dan internet. Karena hal
tersebut akan lebih efektif dan efisien. Dikatakan
efektif, seorang manajer pemasaran tidak usah
memikirkan identidas para calon konsumennya yang
berada di negeri maupun luar negeri. Selain itu
dikatakannya efisien, seorang manajer pemasaran
tidak mengeluarkan bermacam-macam biaya untuk
menjangkau para konsumen, dengan begitu cukup
membayar biaya promosi ditelevisi dan internet saja
Kedua, tipe pelanggan ini apabila pelanggannya
cenderung sudah tidak menyukai membaca berarti
lebih menggunakan jenis bauran promosi seperti
radio, televisi, dan sampel produk. Jadi tipe pelanggan

36
berbeda-beda sehingga harus menyesuaikan terlebih
dahulu dan melakukan pendekatan dengan pelanggan.
Ketiga, konsentrasi pasar saat ini mengalami
persaingan sempurna, dengan lebih baik
menggunakan bauran promosi jenis iklan. Sebab
konsumen “diajak” untuk berfikir rasional dan
langsung melihat produk untuk dibandingkan
keunggulannya dengan produk lainnya.
b. Sifat Produk
Faktor yang mempengaruhi bauran promosi
bersifat produk ada tiga variabel: Pertama nilai unit
barang. Kedua tingkat kebutuhan barang. Ketiga
Presale and postsale service, barang-barang yang
memerlukan pelayanan sebelum dan sesudahnya
melakukan penjualan.
c. Daur Hidup Produk
Strategi suatu produk tentunya akan dipengaruhi
oleh tahap dasar hidup. Pada tahap perkenalan
produsen harus mestimulasi permintaan primer. Di
samping itu perantara harus diyakinkan dengan
berbagai cara, sehingga ia benar-benar bertanggung
jawab dalam membantu pemasarannya.Karena
dengan periklanan dapat menyakinkan konsumen,
selanjutnya dengan personal selling.
d. Dana yang Tersedia
Dana yang tersedia merupakan faktor yang
menentukan sebab program periklanan, tidak akan
berhasil baik jika dana sangat terbatas. Perusahan-
perusahaan kecil yang mempunyai dana terbatas,
biasanya lebih menyukai cara personal selling,
pameran dalam ruangan tokonya atau bekerja sama
dengan sesama perusahaan.
Jadi KSPPS BMT PETA dalam manajemen produk
tentunya dengan memasarkan dengan nilai bagi hasil yang
tidak begitu mahal dan juga tingkat kebutuhan produk itu
sesuai apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. KSPPS BMT
PETA sesuai dengan namaya sebuah Koperasi simpan
pinjam dan pembiayaan yang berbasis syariah tentunya
tidak mengenal riba dalam sistem untung atau ruginya,
tetapi dengan istilah kalau bagi hasil adalah nisbah. Pada
pembagian hasil anatar nasabah dengan pihak pendana,
tentunya KSPPS BMT PETA tidak erlalu memberatkan
37
nasabah. Karena ada akad-akad yang terkandung
didalamya. Seperti Mudhorobah, Musyarokah, Qard, Ijarah,
Wadiah, dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan. Selain akad
tentunya ada sebuah perjanjian antara nasabah dan pihak
pendana serta jaminan yang akan digunakan.
Bagi KSPPS BMT PETA sendiri tentunya sudah
menganalisis produk-produk apa saja yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Seperti produk simpanan dan pembiayaan.
Didalam produk-produknya terdapat sebuah akad—akad
yang memperkuat dasar syariahnya dan perjanjian yang
harus disepakati oleh nasabah dan pendana. Jika sama-
sama ridhlo semua bentuk transaksi yang dilakukan oleh
nasabah dan pendana dalam menjual produknya akan
aman, nyaman, dan terpercaya.

6.1.2 Manajemen Nasabah KSPPS BMT PETA


Pada KSPPS BMT PETA dalam memanajemen nasabah
tentunya sudah diatur oleh manajer atau atasannya.
Dengan menerapkan prinsip 5 C. Adapun prinsipnya
sebagai berikut:
a. Character
Adalah keadaan atau sifat dari nasabah sendiri
baik dalam kehidupan pribadi maupun
lingkungannya. Kegunaannya adalah untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan anggota
untuk memenuhi kewajibannya sesuai dengan
perjanjian yang telah ditetapkan.
b. Capital
Adalah jumlah dana atau modal sendiri yang
dimiliki oleh calon anggota. Penilaian atas besarnya
modal sendiri adalah penting mengingat
pembiayaan bank hany sebagai tambahan
pembiayaan dan bukan untuk membiayai seluruh
modal yang diperlukan.
c. Capacity
Adalah kemampuan yang dimiliki calon
anggota dalam menjalnkan usahanya guna
memperoleh laba yang diharapkan. Kegunannya
dalah untuk mengukur sampai sejauh mana calon
anggota mampu mengembalikan atau melunasi
utang-utangnya secara tepat waktu dari hasil usaha
yang diperolehnya.
38
d. Collateral
Adalah barang yang diserahkan calon anggota
sebagai agunan terhadap pembiayaan yang
diterimanya. Collateral harus dinilai oleh lembaga
untuk mengetahui sejauh mana risiko kewajiban
finansial calon anggota kepada KSPPS BMT PETA.
e. Condition Of Economy
Adalah situasi dan kondisi politik, sosial,
ekonomi, dan budaya yang mempengaruhi keadaan
yang kemungkinan pada suatu saat mempengaruhi
kelancaran usaha calon anggota.
Didalam manajemen nasabah sendiri tentunya ada
nasabah yang macet pembiayaan, bagaimanakh KSPPS
BMT PETA mengatasi pembiayaan yang macet?. Bagi
KSPPS BMT PETA untuk mengatasi pembiayaan yang
macet adalah dengan melakukan manajemen nasabah
tentunya, dengan cara meminimalisir risiko yang ada.
Risiko dalm operasional perbankan selalu ada, salah
satunya adalah risiko pembiayaan. Risiko ini muncul jika
lembaga keuangan tidak mendapatkan kembali cicilan
pokok atau keuntungan yang diperoleh dari pembiayaan
atau investasi yang diberikan.
Risiko tersebut dalam bank syariah disebut
pembiayaan yang bermasalah. Pembiayaan bermasalah
merupakan pembiayaan yang disalurkan oleh lembaga
keuangan tetapi nasabah/anggota tidak dapat melakukan
pembayaran atau melakukan angsuran sehingga tidak
sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati
sebelumnya.
Non Performing Finance (NPF) adalah tingkat
pengembalian pembiayaan yang diberikan kepada lembaga
keuangan rendah, dengan kata lain NPF merupakan tingkat
pembiayaan macet pada lembaga keuangan tersebut.
NPF diketahui dengan cara mengetahui pembiayaan
pembiayaan non lancar terhadap total pembiayaan.
Apabila semakin rendah NPF maka lembaga keuangan
tersebut akan semakin mengalami keuntungan, sebaliknya
bila tingkat NPF tinggi lembaga keuangan tersebut akan
mengalami kerugian yang diakibatkan tingkat
pengembalian kredit macet.

39
Menurut kamus Bank Indonesia NPF adalah kredit
bermasalah yang erdiri dari pembiayaan yang
berklarifikasi kurang lancar, diragukan dan macet.
Semakin besar NPF mengakibatkan semakin menurunnya
ROA. Karena angka NPF merupakan salah satu indikator
penting dalam pengukuran tingkat kesehatan lembaga
keuangan, maka seluruh lembaga keuangan akan tetap
berusaha menekan angka NPF ini, jika perlu lembaga
keuangan tidak melakukan ekspansi pembiayaan jika
mereka tidak yakin terhadap prospek calon anggota yang
dibiayai. Angka NPF dan CAR merupakan dua indikator
prinsip kehati-hatian lembaga keuangan yang harus dijaga
di dalam setiap melakukan ekspansi pembiayaan.
Agar terhindar dari NPF lembaga keuangan perlu
mempertimbangkan secara cermat calon anggota dalam
menganalisa atau menilai sebuah permohonan pembiayaan
yang diajukan calon anggota sehingga pihak lembaga
memperoleh keyakinan bahwa usaha yang dibiayai dengan
dana pembiayaan layak untuk dijalankan. Untuk
mengetahui layak atau tidaknya pembiayaan yang
diberikan kepada anggota, maka seorang marketing dari
lembaga keuangan perlu melakukan analisis 5c (character,
capital, capacity, collateral, dan condition of economy ).

Peringkat Nilai NPF Predikat


1 NPF < 2% Sangat Baik
2 2% ≤ NPF ≤ 5% Baik
3 5% ≤ NPF ≤ 8% Cukup Baik
4 8% ≤ NPF ≤ 12 Kurang Baik
5 NPF ≥ 12% Tidak Baik
Tabel 6.1.2.1 Kriteri Penilaian Peringkat NPF

Gambar 6.1.2.2 Rumus Rasio NPF

40
Ket:
KL = Kurang Lancar
D = Diragukan
M = Macet

Dalam peraturan Bank Indoensia tentang penilaian


Kualitas Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah pasal 9 ayat (2), bahwa
kualitas aktiva produktif dalam bentuk pembiayaan dibagi
dalam 5 golongan yaitu lancar (L), dalam perhatian khusus
(DPK), kurang lancar (KL), diragukan (D), macet (M).
Adapun penggolongan dari kualitas pembiayaan pada
anggota KSPPS BMT PETA adalah sebagai berikut:

1. Pembiayaan Lancar (pass). Pembiayaan lancar apabila


memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Pembayaran angsuran pokok dan margin tepat
waktu.
b. Pembiayaan dengan agunan tunai (cash Collateral).
2. Perhatian khusus (spesial mention). Pembiayaan yang
digolongkan kedalam pembiayaan perhatian khusus
apabila terdapat tunggakan angsuran pokok dan
margin sebanyak 1-3 kali angsuran.
3. Kurang Lancar (Substandard). Pembiayaan yang
digolongkan pembiayaan kurang lancar apabila
terdapat tunggakan angsuran pokok dan margin
sebanyak 2-6 kali angsuran.
4. Diragukan (Doubtful). Pembiayaan yang digolongkan
kedalam pembiayaan diragukan apabila:
a. Untuk pembiayaan bulanan terdapat
tunggakan angsuran pokok dan margin
sebanyak 7-9 kali angsuran.
b. Untuk pembiayaan musiman yang sudah jatuh
tempo apabila tidak dilunasi setelah janhgka
waktu 1 bulan.
5. Macet (Loss). Pembiayaan yang digolongkan kedalam
pembiayaan macet apabila terdapat tunggakan
angsuran pokok dan margin lebih dari 9 kali angsuran.

41
Strategi lembaga keuangan dalam mengatasi Non
Performing Financing (NPF) adalah sebagai berikut:

1. Penagihan
Dalam menjaga kualitas pembiayaan biar tidak
turun di NPF maka harus dilakukan secara intens
dengan dua cara yaitu melalui telepon ke anggota
maupun langsung menagih ke rumah anggota.
Kedua cara ini merupakan cara yang paling
efektif untuk menyelamatkan pembiayaan. Karena
dengan silaturrahim baik melalui terlepon terlebih
kunjungan ke rumah anggota akan membangun
hubungan yang hangat dan harmonis antara lembaga
yang diwakili karyawan dengan anggota tersebut.
Sehingga hikmah silaturrahim akan sangat mengena
sebagaimana sabda Rasulullah SAW, yang artinya:
“Dari Ibnu Syihab dia berkata telah mengabarkan
kepadaku Annas Bin Malik bahwa Rasulullah SAW,
bersabda Barangsiapa ingin dilapangkan pintu rizqi
untuknya dan dipanjangkan umurnya hendaknya ia
menyambung tali silaturrahim.”) (HR. Bukhari)
2. Restrukturisasi
Restrukturisasi pembiayaan adalah sebuah
langkah dan srategi penyelamatan pembiayaan
sebagai upaya dalam memperbaiki posisi pembiayaan
dan keadaan keuangan lembaga dengan jalan
mendudukkan kembali pembiayaan tersebut agar
kembali lancar melalui rescheduling, reconditioning,
dan restructuring.
Rescheduling adalah sebuah upaya dalam
mengatasi pembiayaan bermasalah dengan
penjadwalan kembali kepada anggota yang memiliki
iktikad baik untuk membayar kewajibannya.
Reconditioning adalah penyelamatan
pembiayaan bermasalah dengan mengubah seluruh
atau sebagian perjanjian antara lembaga dengan
anggota dengan harapan anggota dapat melunasi
kewajibannya. Sementara Restructuring adalah upaya
dalam menyelamatkan pembiayaan bermasalah
dengan mengubah struktur pembiayaan tersebut.

42
3. Jual Suka Rela
Dalam hal ini lembaga memberikan kesempatan
kepada anggota agar aset yang dimiliki dijual sendiri
dengan harapan mendapatkan harga yang lebih tinggi
sehingga tidak merugikan anggota. Setelah aset yang
dimiliki terjual baru digunakan untuk pelunasan
pembiayaan yang menjadi tanggungannya.
4. Lelang
Apabila anggota tidak sanggup lagi melakukan
jual aset secara suka rela maka lembaga akan
melelang aset anggota. Lelang adalah penjualan
barang atau aset secara terbuka untuk umum dengan
penawaran harga secara tertulis dan atau lisan yang
semakin meningkat atau menurun untuk mencapai
harga tertinggi yang didahului dengan pengumuman
lelang.
5. Hapus Buku (PPAP)
Hapus buku adalah cara yang dilakukan
lembaga untuk menyehatkan sistem angsuran dengan
memindahkan pembiayaan yang bermasalah, macet,
atau yang sulit ditangani dari neraca bank menjadi
ekstrakomtable sehingga tidak membebani kinerja
lembaga lagi.
Itulah manajemen produk dan nasabah oleh KSPPS
BMT PETA, yang dimana memanajemen sebuh produk dan
nasabah tentunya harus memperhatikan faktor-faktor bauran
pemasraan dan juga karakteristik dari nasabah itu sendiri.
Supaya menciptakan manajemen yang profesional, aman,
nyaman, dan terpercaya.

6.2 Pemasaran Syariah dalam KSPPS BMT PETA


Pemasaran syariah atau sering disebut juga marketing
syariah adalah sebuah ilmu disiplin bisnis strategis yang
mengarahkan proses penciptaan, penawaran, dan perubahan
value dari suatu inisiator kepada stakeholders, yang dalam
keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad dan prinsip-
prinsip muamalah dalam islam.
Pada KSPPS BMT PETA dalam melakukan pemasaran
syariah ini. Tentunya ada hal yang harus dipahami bagi
marketing atau pemasar di KSPPS BMT PETA yaitu
karakteristik dan prinsip-prinsip Pemasaran Syariah. KSPPS
BMT PETA tentunya sudah menerapkan konsep itu semua.
43
Ada empat karakteristik pemasaran syariah:
1. Teistis (Rabbaniyah)
Yaitu kondisi yang tercipta dari kesadaran akan nilai-
nilai religius, yang dipandang penting dan mewarnai
aktifitas pemasaran agar tidak terperosok ke dalam
perbuatan yang dapat merugikan orang lain.
2. Etis (akhlaqiyah)
Yaitu suatu sifat yang mengedepankan masalah moral
dan etika dalam seluruh aspek kegiatan. Para
marketing tentunya harus mengedepankan nilai-nilai
moral dan etika tidak peduli apa pun agamanya.
Karena nilai-nilai moral dan etika adalah nilai-nilai
yang bersifat universal yang diajarkan oleh semua
agama.
3. Realistis (al-waqiyyah)
Yaitu tentang keluasan dan keluwesan syariah
islamiyah. Artinya para Marketing sendiri buka berarti
harus berpenampilan secara Arab melainkan dengan
berpenampilan yang bersih, rapi, dan bersahaja,
apapun model gaya berpakaian yang dipakainya.
4. Humanistis (al-Insaniyah)
Adalah memanusiakan manusia. Artinya bahwa
syariah diciptakan adalah untuk manusia agar
derajatnya terangkat, sifat kemanusiaannya terjaga
dan terpelihara, serta sifat-sifat kehewanannya dapat
terkekang dengan panduan syariah. Dengan demikian
para Marketing menjadi manusia yang terkontrol, dan
seimbang , bukanmanusia yang mencari keuntungan
sebesar-besarnya dengan menghalalkan segala cara.
Bukan menjadi manusia yang tertawa di atas
penderitaan orang lain.
Adapun untuk prinsip-prinsip dari pemasaran KSPPS
BMT PETA adalah sesuai dengan prinsip-prinsip pemasaran
syariah secara umum yang diterapkan oleh perusahaan atau
lembaga yang menerapkan konsep pemasaran syariah.
Dengan pendekatan etika binis yang didasarkan oleh sifat
Rasulluah SAW yaitu: jujur, amanah, ramah, dan adil, dan
tentunya dilandasi oleh prinip-prinsip sebagai berikut:

44
1. Information technology allows us to be transparent
(change).
Perubahan adalah suatu hal yang pasti terjadi.
Oleh karena itu perubahan disikapi dengan cermat.
Kekuatan perubahan terdiri dari lima unsur:
perubahan teknologi, perubahan politik legal,
sosialkultural, ekonomi, dan perubahan pasar. Dalam
hal ini lebih menekankan pada dampak perubahan
teknologi. Dalam hal ini KSPPS BMT PETA melakukan
perubahan teknologi yaitu dengan membuat aplikasi
BMT PETA yang bisa diakses oleh semua nasabah.
Untuk mempermudahkan dalam hal pelayanan dan
juga menopang kinerja dari para marketing itu
sendiri.
2. Be respectful to your competitors (competitor).
Dalam menjalankan syariah marketing
perusahaan harus memperhatikan cara mereka untuk
menghadapi persaingan usaha yang serba dinamis.
Ketika persaingan usaha yang dihadapi semakin ketat
dan bersifat kotor, maka perusahaan harus
mempunyai moral untuk tidak terpengaruh oleh
permainan bisnis seperti itu. Dalam KSPPS BMT PETA
menuntut para karyawannya terutama di bagian
marketing, harus bisa bersaing secara sehat dan tidak
menggunakan cara-cara yang kotor.
3. The emergence of customers global paradox
(customer).
Di era globalisasi sekarang masyarakat
menjalani kehidupannya secara paradoks. Paradoks
yang terjadi ini mengharuskan kita untuk fokus
terhadap apa yang terpenting dalam aktivitas sehari-
hari. Bagi umat beragama globalisasi membawa
banyak manfaat dan peluang, karena itu kita harus
mesti belajar satu sama lain tanpa meninggalkan jati
diri kita. Dalam KSPPS BMT PETA sendiri menuntut
para marketing sendiri harus cepat beradaptasi pada
lingkungan. Karena di zaman globalisasi ini muncul
budaya-budaya baru yang masuk karena pengaruh
globalisasi.

45
4. Develop A spiritual-based organization (company).
Adalah prinsip kejujuran, yang ditunjukkan
dengan memberikan value yang sesuai kepada
pelanggan dari produk-produk yang dihasilkan.
Dengan menerapkan spiritual-based organization,
mereka selalu menyampaikan pesan-pesan kepada
bawahannya untuk menjadikan dunia sebagai tempat
yang lebih baik dengan mengedepankan kerendahan
hati dan kejujuran,bahkan ketika mereka telah
menjadi pengusaha sukses. KSPPS BMT PETA sendiri
mengharuskan kepada karyawannya untuk
berperilaku jujur disetiap waktu, seperti yang
dijelaskan pada salah satu nilai etika bisnis pemasaran
islam yaitu kejujuran.
5. View market universally (segmentation).
Segmentasi adalah seni mengidentifikasi serta
memanfaatkan peluang-peluang yang muncul di pasar.
Segmentasi memungkinkan perusahaan untuk lebih
fokus dalam mengalokasikan sumber daya. Dengan
cara-cara yang kreatif dalam membagi-bagi pasar ke
dalam beberapa segmen, perusahaan dapat
menentukan di mana mereka harus memberikan
pelayanan terbaik dan di mana mereka mempunyai
keunggulan kompetitif paling besar. Dalam KSPPS
BMT PETA sendiri memiliki cara-cara sendiiri yang
kreatif dalam melakukan pelayanan kepada
masyarakat. Yaitu dengan cara menjemput bola
disetiap nasabah, dengan begitu para nasabah akan
seerti tertarik kepada KSPPS BMT PETA karena dinilai
mengutamakan kebutuhan dan keinginan para
nasabah.
6. Target customer sheart and soul.
Targeting adalah strategi mengalokasikan
sumber daya perusahaan secara efektif, karena
sumber daya yang dimiliki terbatas. Dengan
menentukan target yang akan dibidik, usaha kita akan
lebih terarah. Tanpa adanya targeting maka para
karyawan akan bekerja semaunya sendiri, padahal
mereka mempunyai potensi yang besar untuk
memperoleh hasil yang maksimal. Maka dari itu
targeting penting dalam perusahaan untuk
merealisasikan potensi pada karyawan itu sendiri.
46
KSPPS BMT PETA sendiri juga mempunyai targeting
sendiri dengan menarget mencari tabungan dengan
nilai sekian dan mencari pembiayaan dengan nilai
sekian. Karena per tahun itu akan terus berubah-ubah
sesuai dengan kebijakan dari pengurus pusat KSPPS
BMT PETA.
7. Build A belief system (positioning).
Positioning adalah strategi untuk merebut
posisi dibenak konsumen, sehingga strategi ini
menyangkut bagaimana membangun kepercayaan,
keyakinan, dan kompetensi bagi pelanggan. Dan untuk
perusahaan berbasis syariah, membangun
kepercayaan berarti menunjukkan komitmen bahwa
perusahaan syariah itu menawarkan sesuatu yang
lebih jika dibandingkan perusahaan non-syariah. Pada
KSPPS BM PETA sendiri menerapkan konsep merebut
hati dari nasabah adalah dengan cara mengajak para
nasabah tersebut agar selalu santai, tenang, dan enak
diajak bicara. Dengan begitu suasan kekeluargaan
akan terbentuk pada Marketing dengan nasabah.
Sehingga akan diperoleh sebuah keyakinan dan
kepercayaan dari nasabah ke pihak KSPPS BMT PETA.
8. Differ yourself with A good package of content and
context (differentiation).
Diferensiasi didefinisikan sebagai tindakan
merancang seperangkat perbedaan yang bermakna
dalam tawaran perusahaan. Diferensiasi bisa berupa
content (dimensi diferensiasi yang merujuk pada
value yang ditawarkan kepada pelanggan), dan
context (dimensi yang merujuk pada cara anda
menawarkan produk).
9. Be honest with your 4 ps (marketing-mix).
Marketing-mix yang elemen-elemennya adalah
product, price, place, dan promotion (4P). Product dan
price adalah komponen dari tawaran (offers),
sedangkan place dan promotion adalah komponen
dari akses (access). Bagi perusahaan syariah, untuk
komponen tawaran (offer), produk dan harga
haruslah didasari dengan nilai kejujuran dan keadilan;
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Komponen
akses (access) sangat berpengaruh terhadap
bagaimana usaha dari perusahaan dalam menjual
47
produk dan harganya. Promosi bagi perusahaan yang
berlandaskan syariah haruslah menggambarkan
secara riil apa yang ditawarkan dari produk-produk
perusahaan tersebut.
10. Partice a relationship-based selling (selling).
Selling yang dimaksud di sini adalah
bagaimana memaksimalkan kegiatan penjualan
sehingga dapat menciptakan situasi yang win-win
solution bagi si penjual dan pembeli. Dalam
melakukan selling, perusahaan tidak hanya
menyampaikan fitur-fitur dari produk dan jasa yang
ditawarkan saja, melainkan juga keuntungan dan
bahkan solusi dari produk dan jasa tersebut. Pada
KSPPS BMT PETA sendiri tentunya menyiapkan
produk-produknya sesuai dengan kebutuhan
masyrakat, dan juga ada akad dan perjan j i an yang
harus d ipatuhi. Supaya sama-sama saling
menguntungkan.
11. Use A spiritual brand character (brand).
Dalam pandangan syariah, Brand yang baik
adalah yang mempunyai katakter yang kuat. Dan bagi
perusahaan atau produk yang menerapkan syariah
marketing, suatu brand juga harus mencerminkan
karakter-karakter yang tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip syariah atau nilai-nilai spiritual.
Beberapa karakter yang bisa dibangun untuk
menunjukkan nilai spiritual ini bisa digambarkan
dengan nilai kejujuran, keadilan, kemitraan,
kebersamaan, keterbukaan, dan universalitas.
12. Services should have the ability to transform (service).
Untuk menjadi perusahaan yang besar dan
sustainable, perusahaan berbasis syariah marketing
harus memperhatikan servis yang ditawarkan untuk
menjaga kepuasan Stakeholders. Stakeholders yang
dimaksud bukan Cuma konsumen saja tapi juga
pemegang saham, pemerintah, dan para karyawan
sendiri. Pada KSPPS BMT PETA sendiri juga
menerapkan kepercayaan dan pelayanan kepada
stakholder juga, dengan cara selalu menjaga
profesionalitas kinerja.

48
13. Practice A reliable business process (process).
Proses mencerminkan tingkat quality, cost,
dan delivery yang sering disingkat sebagai QCD.
Proses dalam konteks kualitas adalah bagimana
menciptakan proses yang mempunyai nilai lebih
untuk konsumen. Proses dalam konteks cost adalah
bagaimana menciptakan proses yang efisien yang
tidak membutuhkan biaya yang banyak, tetapi kualitas
terjamin. Sedangkan proses dalam konteks delivery
adalah bagaimana proses pengiriman atau
penyampaian produk atau servis yang ditawarkan
perusahaan kepada konsumen.
14. Create value to your stakeholders (scorecard).
Prinsip dalam syariah marketing adalah
menciptakan value bagi para stakeholders-nya. Tiga
stakeholders utama dari suatu perusahaan adalah
pelanggan, karyawan, dan pemegang saham. Ketiga
stakeholders itu sangat penting, karena mereka adalah
orang-orang yang sangat berperan dalam
menjalankan suatu usaha. Dalam menjaga
keseimbangan ini, perusahaan harus bisa
menciptakan value yang unggul bagi ketiga
stakeholders utama tersebut dengan ukuran bobot
yang sama.
15. Create A noble cause (inspiratio).
Inspirasi adalah tentang impian yang hendak
dicapai yang akan membimbing perusahaan
sepanjang perjalanannya untuk mewujudkan goals
perusahaan tersebut. Maka, dalam perusahaan
berbasis syariah marketing, penentuan visi dan misi
tidak bisa terlepas dari makna syariah itu sendiri, dan
tujuan akhir yang ingin dicapai. Tujuan akhir ini harus
bersifat mulia, lebih dari sekedar keuntungan finansial
semata. KSPPS BMT PETA juga mempunyai visi dan
misi yaitu “Menjadi Koperasi Syariah terbaik yang
bermanfaat bagi kesejahteraan Anggota dan
Masyarakat islami yang berekonomi mandiri”.
16. Develop an ethical corporate culture (culture).
Budaya perusahaan menggambarkan jati diri
perusahaan tersebut. Hal ini tercermin dari nilai-nilai
yang dianut oleh setiap individu di perusahaan dan
perilakunya ketika menjalankan proses bisnisnya.
49
Budaya perusahaan yang sehat adalah budaya yang
diekspresikan oleh setiap karyawannya dengan hati
terbuka dan sesuai dengan nilainilai etika. Berikut ini
adalah beberapa budaya dasar dalam sebuah
perusahaan berbasis syariah: Budayakan mengucap
salam, murah hati, bersikap ramah, dan melayani. cara
busana nuansa syariah, dan lingkungan kerja bersih.
17. Measurement mustbe clear and transparent
(institution).
Prinsip yang terakhir adalah bagaimana
membangun organisasi/institusi sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah. Dalam perusahaan syariah
harus mempunyai sistem umpan balik yang bersifat
transparan. Sistem umpan balik ini memeriksa
tentang kepuasan akan terpenuhinya kebutuhan
ketiga steak-holders utamanya. Transparansi berarti
bahwa ketiga steak-holders utama itu harus
mendapatkan informasi yang sejelas dan sejujur
mungkin dari perusahaan.

Gambar 6.2 Pola Pemasaran Syariah KSPPS BMT PETA

50
6.3 Manfaat Pemasaran Syariah Bagi KSPPS BMT PETA
Manfaat Pemasaran Syariah adalah sesuatu yang
menguntungkan yang diperoleh dari konsep pemasaran
syariah itu tersendiri. Bagi KSPPS BMT PETA manfaat dari
pemasaran syariah sendiri adalah sebagai berikut:
1. Menjadikan SDM yang ada di KSPPS BMT PETA
menjadi semakin paham akan agama, nilai etika, dan
juga dalam memanusiakan manusia.
2. Menjadikan KSPPS BMT PETA sebagai lembaga
keuangan non bank yang terbebas dari perbuatan-
perbuatan yang dilarang oleh syariat islam.
3. Menjadikan KSPPS BMT PETA sebagai Koperasi
Simpan Pinjam yang aman, amanah, dan profesional.
4. Minat dari nasabah akan pemasaran syariah di KSPPS
BMT PETA menjadi semaikn banyak dan berkembang.
5. Bisa menjadi ladang mengamalkan pengetahuan
tentang Ekonomi Syariah atau Islam kepada
masyarakat umum.

51
DAFTAR PUSTAKA

ArjiHarahap, S. (2000). Implementasi Manajemen Syariah Dalam


Fungsi-Fungsi Manajemen. Journal of Visual Languages &
Computing, 11(3), 287–301.

Fataron, Z. A. (2021). Hubungan Islamic Marketing Ethics dan


Customer Satisfaction pada Perbankan Syariah. BISNIS : Jurnal
Bisnis Dan Manajemen Islam, 9(1), 87.
https://doi.org/10.21043/bisnis.v9i1.10267

MSDM KSPPS BMT PETA. (2023). Menjadi Marketing yang Cerdas,


Tangkas, dan Berkualitas dalam Mewujudkan Produktivitas. 30
hlm.

Putra, P., & Si, M. (2018). Teori dan Praktik Pemasaran Syariah (1st
ed., p. 260 hlm). PT RAJAGRAFINDO PERSADA.

Renaz R, A. (2016). PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH DI


KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN PEMBIAYAAN SYARIAH
(KSPPS) Baitul Mall wat Tamwill (BMT) BERINGHARJO. 1–23.

Ryan, Cooper, & Tauer. (2013). MANAJEMEN PROMOSI PRODUK


PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KOPERASI SIMPAN PINJAM
DAN PEMBIAYAAN SYARIAH (KSPPS) BAITUL MAAL WA
TAMWIL (BMT) SURYA ABADI RIYANTO SEPUTIH BANYAK
LAMPUNG TENGAH. Paper Knowledge . Toward a Media History
of Documents, 12–26.

Shidiq, G. (1970). Teori Maqashid Al-Syari’Ah Dalam Hukum Islam.


Majalah Ilmiah Sultan Agung, 44(118), 117–130.

Taufiqurokman. (2016). Manajemen Strategik. In Ilmu Sosial dan


Ilmu Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama.

Tudung Subali Patma, Mohammad Maskan, K. M. (2020).


PengantarManajemen. Paper Knowledge . Toward a Media
History of Documents, 12–26.

Wardhani, C. A. (2019). Peran Koperasi Simpan Pinjam Dan


Pembiayaan Syariah (Kspps) Dalam Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat (Studi Pada BMT Fajar Cabang Bandar Lampung).
Skripsi, 1–104.

52
Wijayanti, I. M. (2019). Peran Nasabah Dalam Perkembangan
Perbankan Syariah. Amwaluna: Jurnal Ekonomi Dan Keuangan
Syariah, 3(1), 66–75.
https://doi.org/10.29313/amwaluna.v3i1.4195

Zakhozi, K. (2020). Manajemen Syariah: Viral Marketing dalam


Perspektif Pemasaran Syariah. In Journal of Chemical
Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9).

53
INDEKS
Manajemen, 1, 3, 4, 7, 8, 34, 36, 38, 52, 53
Nasabah, 6, 19, 21, 22, 25, 33, 36, 38, 53
Pemasaran Syariah, 6, 2, 3, 10, 14, 18, 19, 43, 50, 51, 52, 53
Pembiayaan, 21, 24, 25, 26, 28, 29, 30, 31, 34, 35, 39, 41, 52
Pendana, 6, 21, 22, 24
Perusahaan, 6, 8, 13
Produk KSPPS, 36
Simpanan, 25, 35
Struktur Organisasi, 33
Visi dan Misi, 6, 33
GLOSARIUM
Controlling : Merupakan suatu proses dimana manajer
memonitor dan menjalankan efisiensi dan efektivitas
perusahaan dan seluruh anggota organisasi mengarahkan
aktiivitas mencapai sasaran organisasi.
KSPPS BMT PETA : Merupakan Koperasi Simpan Pinjam
dan Pembiayaan Syariah yang masuk dalam naungan Yayasan
Pondok PETA Tulungagung.
Manajemen Pemasaran Syariah : Merupakan sebuah
disiplin ilmu yang mengajarkan tentang cara mengenalkan
produk sampai dengan nasabah sesuai dengan ajaran silam.
Motivating : Merupakan upaya pemberian inspirasi,
semangat dan dorongan kepada orang lain untuk bertindak
mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan.
Non Performing Finance : Merupakan kredit bermasalah
yang terdiri pembiayaan yang berklarisifikasi kurang lancar,
diragukan dan macet.
Organizing : proses menyusun dan membagi tugas dan
tanggung jawab ke masing-masing unit kerja berdasarkan
fungsi-fungsinya.
Planning : bentuk merencanakan strategi untuk
mencapai pertumbuhan perusahaan.
Produk Simpanan : Merupakan sebuah produk yang
menyimpan sejumlah uang nasabah yang dititipkan ke bank
yang bisa berbentuk rekening.
Produk Pembiayaan : Merupakan sebuah produk suatu
barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli
dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai
keuntungan yang disepakati.
54
Restrukturisasi : Merupakan keringanan pembayaran
cicilan pinjaman di bank/Leasing.
Resheduling : Merupakan suatu upaya hukum untuk
melakukan perubahan terhadap beberapa syarat perjanjian
kredit yang berkenaan dengan jadwal pembayaran
kembali/jangka waktu kredit.
Reconditioning : perubahan sebagaian atau seluruh
syarat-syarat kredit pada perubahan jadwal pembayaran,
jangka waktu dan persyaratan lainnya sepanjang tidak
menyangkut perubahan maksimal saldo kredit.
Staffing : merupakan salah satu fungsi manajemen
berupa penyusunan personalia pada suatu organisasi sejak
dari merekrut tenaga kerja, pengembangannya sampai
dengan usaha agar setiap tenaga kerja memberikan daya guna
yang maksimal bagi organisasi.

55
56
57

Anda mungkin juga menyukai