Anda di halaman 1dari 219

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/346916010

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit

Book · November 2020

CITATIONS READS

2 3,852

1 author:

Mishbahuddin Badarali
Universitas Hangtuah
22 PUBLICATIONS 10 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Mishbahuddin Badarali on 21 June 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


MENINGKATKAN
MANAJEMEN
PELAYANAN
KESEHATAN
RUMAH SAKIT
UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

Ketentuan Pidana
Pasal 113
(1) Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaima-
na dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dip-
idana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(2) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak
Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara
Komerial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak
Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pida-
na denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilaku-
kan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepu-
luh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 4.000.000.000,00 (empat miliar
rupiah).
MISHBAHUDDIN

MENINGKATKAN
MANAJEMEN
PELAYANAN
KESEHATAN
RUMAH SAKIT
MENINGKATKAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT
Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang
All Right Reserved

Hak Cipta © pada Penulis


Hak penerbitan pada Tangga Ilmu. Bagi mereka yang ingin memperbanyak
sebagian isi buku ini dalam bentuk atau cara apa pun harus mendapat izin
tertulis dari penulis dan Penerbit Tangga Ilmu.

Penulis: Mishbahuddin
Rancang Sampul: Tangga Ilmu
Layout: Tangga Ilmu

Cetakan I, November 2020


Tebal: x + 234 hlm.; 13cm x 19cm
ISBN: 978-602-61610-5-5

Penerbit:
TANGGA ILMU
Krapyak Kulon RT 03 No. 100 Panggungharjo,
Sewon, Bantul, Yogyakarta
Email: penerbit.tanggailmu@gmail.com
Telp. 088 958 076 30
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan


karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan sebuah
buku ini dengan judul Meningkatkan Manajemen
Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit. Dengan masa
pandemi Covid-19 ini, penulis tetap mencoba terus
berikhtiar dan mencoba menulis sebuah buku yang
berkaitan dengan manajemen pelayanan kesehatan.

Manajemen merupakan suatu ilmu dan seni


dalam mengelola sumber daya yang kita miliki. Untuk
itu banyak cara, metode, proses manajer dalam
melaksanakan konsep manajemen di suatu institusi
atau lembaga dan organisasi. Begitu juga dalam
fasilitas pelayanan kesehatan diperlukan sebuah
manajemen yang baik agar pengelolaannya sesuai
dengan perencanaan dan agar tercapai tujuan yang
diinginkan.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | v


Pengelolaan atau manajemen pelayanan
kesehatan diperlukan agar program dan kegiatan
yang direncanakan sesuai dengan harapan dan
cita-cita yang diinginkan. Banyak fasilitas pelayanan
kesehatan di suatu Negara, salah satunya adalah
Rumah Sakit.

Dengan kompleksnya pengelolaan rumah sakit,


maka diperlukan suatu manajemen yang disebut
manajemen rumah sakit (Hospital Management).
Banyak unsur-unsur manajemen dalam sebuah
rumah sakit, yang terdiri dari 5 M, yaitu Man (SDM),
Money (Financial), Material (Bahan Habis Pakai, dan
bahan lainnya), Machine (Teknologi yang digunakan
dalam sebuah rumah sakit), dan Method (Metode,
Proses, Sistem yang digunakan dalam sebuah
rumah sakit). Pengelolaan manajemen pelayanan
kesehatan yang dimulai dari Perencanaan (Planning),
Pengorganisasi (Organizing), Pelaksanaan (Actuating),
dan Pengawasan (Controlling).

Konsep manajemen pelayanan kesehatan rumah


sakit dalam buku ini dimulai dari definisi manajemen
secara umum, manajemen pelayanan kesehatan,
konsep rumah sakit yang terdiri dari fungsi dan tujuan
rumah sakit, peningkatan kualitas pelayanan rumah

vi | Mishbahuddin
sakit, pengelolaan manajemen SDM serta kepuasan
kerja untuk kemajuan rumah sakit.

Pengelolaan SDM sangat penting dari beberapa


unsur manajemen lainnya, karena manajemen SDM
merupakan salah satu unsur yang akan mengelola
unsur manajemen lainnya. Untuk itu, diperlukan
kepuasan kerja bagi SDM yang bekerja di sebuah
rumah sakit.

Diharapkan buku ini dapat memberikan manfaat


buat kita semua sebagai salah satu referensi dalam
ilmu manajemen pelayanan kesehatan. Buku ini
jauh dari kesempurnaan, karena hanya Allah yang
Maha Sempurna. Kekurangan dan kelemahan dari
buku ini merupakan kekurangan dari Penulis. Maka
Penulis menyampaikan mohon maaf jika terdapat
kekurangan dan kelalaian dalam penulisan buku ini.

Tidak lupa juga Penulis menyampaikan ucapan


terima kasih kepada Bapak H. Badarali Madjid dan
Ibu Nurjazili Kahar yang telah membimbing dan
menasehati serta segala hal terkait dalam kehidupan
ini mulai dari lahir sampai saat ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada keluarga (Istri dan
Anak-Anak) yang telah sabar dan selalu mendukung

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | vii


dalam menulis buku ini dan kegiatan lainnya. Semoga
Allah senatiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya bagi kita semua dalam menjalankan kehidupan
dan tugas kita sehari-hari.

Tetap BerusahA, Doa, daN bersyukUR.

Pekanbaru, November 2020

MISHBAHUDDIN, SKM., MAHM., M.Pd.


Peneliti dan Dosen Kesehatan Masyarakat

viii | Mishbahuddin
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR — v
DAFTAR ISI — ix

BAGIAN SATU
SELAYANG PANDANG MANAJEMEN PELAYANAN
KESEHATAN — 1
Pengertian Manajemen — 7
Pengertian Pelayanan — 11
Pengertian Pelayanan Kesehatan — 17
Pengertian Manajemen Pelayanan
Kesehatan — 23

BAGIAN DUA
SEKELUMIT SEJARAH RUMAH SAKIT — 29
Sejarah Rumah Sakit di Indonesia — 33
Pengertian Rumah Sakit — 35
Tujuan Rumah Sakit — 39
Fungsi Rumah Sakit — 41

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | ix


BAGIAN TIGA
MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN RUMAH
SAKIT — 45
Memanage Sumber Daya Manusia — 49
Memanage Kepuasan Kerja Untuk Kemajuan
Rumah Sakit — 59
Tantangan Rumah Sakit di Masa Depan — 93

DAFTAR PUSTAKA — 99
LAMPIRAN — 103
BIOGRAFI PENULIS — 203

x | Mishbahuddin
BAGIAN SATU
SELAYANG PANDANG
MANAJEMEN PELAYANAN
KESEHATAN
S
ebagai makhluk sosial, kita tidak bisa hidup
sendirian. Semua aktivitas kehidupan kita selalu
berhubungan dengan orang lain. Makanan yang
kita makan, bukanlah kita yang menanam sendiri,
melainkan petani yang telah menanamnya dengan
penuh ketekunan dan kesabaran. Pakaian yang kita
pakai merupakan hasil kreatifitas dari para penjahit
atau para penenun yang dengan penuh ketelatenan
menenun benang demi benang. Transfortasi yang
kita gunakan merupakan karya dari para ahli mesin,
sehingga kita bisa dengan mudah pergi kemana-
mana.

Hampir semua aktivitas hidup kita bergantung


atas keberadaan orang lain. Kebergantungan hidup
kita kepada orang lain membuat kita menjadi manusia
yang berkelompok. Kelompok itu bisa bernama
lembaga masyarakat, Negara, organisasi pendidikan,
organisasi keagamaan, organisasi kesehatan dan
berbagai institusi lainnya.

Ketika kita sudah bergabung dalam suatu


komunitas atau institusi tertentu, maka menjadi
keharusan bagi adanya aturan, baik itu aturan
yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Aturan itu
menjadi acuan penting yang bisa mengatur setiap

2 | Mishbahuddin
orang di dalam kelompok tersebut. Misalnya lembaga
kemasyarakatan, setiap individu yang hidup dalam
komunitas tersebut haruslah mematuhi peraturan
atau tata hidup yang ada.

Di dalam organisasi pendidikan juga seperti itu,


setiap peserta didik dipandu dengan aturan atau
tata kelola di organisasi pendidikan tersebut. Begitu
juga dengan bidang kesehatan, rumah sakit sebagai
organisasi kesehatan pastilah memiliki aturan atau
tatanan yang mengatur bersama setiap person yang
beraktivitas di rumah sakit tersebut. Aturan itu ada
atau dibuat agar setiap individu yang ada di dalam
institusi tersebut bisa bekerja secara teratur dan
dinamis. Setiap usaha atau upaya untuk menciptakan
sebuah keteraturan kita kenal sebagai manajemen.

Secara Umum, Manajemen dimaknai sebagai


sebuah proses dimana seseorang dapat mengatur
sesuatu yang dikerjakan oleh individu maupun
kelompok. Manajemen perlu dilakukan sebagai
salah satu upaya untuk mencapai tujuan atau target
sebuh kelompok atau sebuah Organisasi tertentu
secara kooperatif.

Pada dasarnya, prinsip-prinsip manajemen sudah


dilakukan oleh orang-orang terdahulu. Meskipun

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 3


istilah manajemen kita baru mengenalnya belakangan.
Hal itu kita bisa melihatnya dari peninggalan-
peninggalan bersejarah dari orang-orang terdahulu.
Berupa peninggalan struktur bangunan yang megah,
misalnya peninggalanan bangunan Piramid di Mesir,
tembok cina, Borobudur dan berbagai bangunan-
bangunan indah lainnya.

Bangunan-bangunan yang merupakan


peninggalan dari orang-orang terdahulu pastilah
menggunakan prinsip-prinsip Manajemen, yaitu
mengatur setiap orang yang bekerja untuk
mewujudkan bangunan seperti yang diinginkan.
Pengolalaan individu itu bisa dilakukan oleh seorang
pemimpin dimasa itu untuk menggerakkan setiap
individu untuk mewujudkan visi bersama. Karena tidak
mungkin sebuah bangunan megah, seperti piramid
di Mesir, Borobudur, tembok cina berdiri mega tanpa
adanya sebuah manajemen yang baik. meskipun
dimasa itu istilah manajemen belum dikenal, tetapi
prinsip-prinsip manajemen sudah diterapkan oleh
pemimpin dimasa itu untuk menggerakkan atau
menyelesaikan sebuah pekerjaan.

Dalam perkembangannya, term Management


berubah menjadi suatu disiplin ilmiah yang ketat.

4 | Mishbahuddin
Manajemen menjadi sebuah pendekatan studi
ilmiah dari suatu metode kerja dengan tujuan untuk
meningkatkan efisisensi pekerjaan. Jika di masa-masa
pra ilmiah, manajemen hanya berupa sebuah aturan-
aturan kerja untuk memperoleh hasil secara bersama,
tetapi di era modern, manajemen lebih tertata dan
bersifat Ilmiah.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 5


6 | Mishbahuddin
PENGERTIAN MANAJEMEN

Manajemen secara bahasa atau etimologi


berasal dari kata bahasa Prancis kuno, yaitu
menagement Yang bermakna seni dalam memanage
atau mengorganisir suatu pekerjaan. Manajemen
juga bisa dimaknai sebagai upaya perencanaan,
pengendalian, pengontrolan sumberdaya untuk
mencapai atau menyelesaikan suatu pekerjaan secara
efektif dan efisien. Dengan demikian, setiap upaya
untuk mengatur atau merencanakan suatu pekerjaan
yang tidak teratur menjadi teratur, atau mengelola
pekerjaan menjadi lebih cepat diselesaikan, itu bisa
disebut sebagai manajemen. Sementara menurut
Wikepedia, Manajemen adalah seni menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain.

Selain definisi manajemen secara bahasa,


beberapa para ahli memberikan pengertian yang
berbeda beda tentang manajemen, di bawah ini, akan

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 7


dikemukakan pengertian manajemen dari beberapa
para ahli.

Fredrick Winslow Taylor merupakan salah satu


pemikir yang memberikan sebuah pengertian
manajemen dengan menggunakan scientific
manajemen theory, teori manajemen ilmiyah,
menurutnya, efisiensi atau ketetapan yang tinggi
akan menghasilkan produktifitas yang lebih tinggi
dan unit cost yang lebih rendah. Fredrick dikenal
sebagai bapak manajemen ilmiyah. Dia menggunakan
rangkaian studi gerak dalam berbagai kegiatan waktu
yang telah dipergunakan oleh para pekerja untuk
mencapai hasil yang tetapkan.

Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen


sebagai suatu proses pengorganisasian, proses
koordinasi, perencanaan terhadap sumberdaya untuk
mencapai target sesuai dengan yang diinginkan
secara efektif dan efisien.

Henry Fayor mengartikan manajemen sebagai


suatu ilmu yang membahas lima fungsi utama, yaitu
merancang, mengorganisir, memerintah, mengontrol
dan juga mengendalikan

George R. Terry memberikan pengertian


bahwa manajemen merupakan suatu proses yang

8 | Mishbahuddin
didalamnya mengandung unsur-unsur yang khas,
misalnya, perencanaan (Planning), pengorganisasian
(Organizing), penggerakan (Actuating), dan
pengawasan (Controlling), atau sering disingkat
dengan POAC yang dilakukan dengan tujuan untuk
menggapai target-target yang sebelumnya telah
ditetapkan melalui pemanfaat sumber daya manusia
dan sumber daya lainnya yang sering juga disebut
dengan unsur-unsur manajemen sering dikenal
dengan 5 M, yaitu Man (SDM), Money (Finansial yang
mendukung program kegiatan organisasi), Material
(Bahan habis pakai dan bahan lainnya), Machine
(Alat-alat atau teknologi pendukung organisasi),
dan Method (Metode, proses, atau sistem yang
dilaksanakan dalam mencapai tujuan organisasi).

Marry Parker Follet mengartikan management


sebagai sebuah seni menyelesaikan pekerjaan
melalui orang lain. Dari definisi tersebut, bisa
dilihat bahwa ada sesorang yang mengatur atau
mengarahkan sesorang untuk mengerjakan sesuatu
atau menyelesaikan sebuah pekerjaan sesuai yang
diharapkan oleh sebuah lembaga atau organisasi.
Orang yang bertugas mengatur atau mengarahkan
itu kita bisa sebut sebagai manager, pimpinan, atau
ketua.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 9


10 | Mishbahuddin
PENGERTIAN PELAYANAN

Setiap organisasi yang berhubungan dengan


masyarakat secara luas atau public, maka akan selalu
berhubungan dengan pelayanan. Misalnya lembaga
pendidikan, seperti Universitas, pengelola universitas
tersebut akan selalu berupaya bagaimana caranya
memberikan pelayanan yang terbaik kepada peserta
didik, baik dari segi fasilitas yang lengkap, pengajaran
yang berkualitas dan berbagai bentuk pelayanan
lainnya. Begitu juga dengan rumah sakit, sebagai
sebuah organisasi atau lembaga kesehatan, rumah
sakit selalu dituntut untuk memberikan pelayanan
prima, baik dari segi pelayanan informasi yang
akurat, fasilitas yang lengkap, kualitas pelayanan
kesehatan yang prima dan berbagai pelayanan
lainnya. Informasi dapat dikatakan akurat sering
disebut dengan 5W plus 1H. Hal ini minimal dapat
menjawab pertanyaan dari What (pelayanan apa

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 11


yang diberikan), Where (dimana pelayanan tersebut
dapat dan mudah diakses), Who (siapakah yang
dapat datang ke pelayanan kita, dan siapa orang
yang memberikan pelayanan tersebut), When (kapan
pelayanan tersebut dapat diakses, tentunya ada
pelayanan 24 jam untuk pelayanan kesehatan gawat
darurat), Why (kenapa masyarakat harus ke tempat
pelayanan tersebut), dan How (bagaimana proses,
sistem, dan metode pengobatan dan pelayanan yang
diberikan oleh petugas kesehatan).

Pelayanan sangat erat hubungannya dengan


memberikan kepuasan kepada pelanggan (provide
customer satisfaction). Dengan memberikan
pelayanan yang baik kepada pelanggan, maka
pelanggan akan mendapatkan kepuasaan dan
pelanggan juga merasa diperhatikan keberadaannya.

Di berbagai lembaga-lembaga publik di


negara-negara maju, pelayanan yang baik kepada
pelanggan (customer) menjadi perhatian yang
sangat penting. Karena perusahaan-perusaahaan
public tersebut menyadari bahwa keberlangsungan
sebuah perusahaan ditentukan sejauh mana
perusahaan tersebut memberikan pelayanan yang
terbaik kepada setiap pelanggan. Karena pelayanan

12 | Mishbahuddin
yang baik menjadi ujung tombak bagi kemajuan
dan keberlangsungan sebuah perusahaan. Sebuah
perusahaan yang tidak mempedulikan terhadap
pelayanan kepada pelanggan lambat laun akan
mengalami kemunduran dan kemudian mengalami
kebangkrutan, hal itu karena perusahaan tersebut
menyia-nyiakan keberadaan pelanggan.

Mengingat betapa pentingnya pelayanan


bagi sebuah lembaga publik, maka penulis akan
memberikan pengertian pelayanan dari berbagai ahli.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI),


pelayanan diartikan sebagai suatu usaha untuk
membantu menyiapkan atau mengurus apa yang
diperlukan oleh orang lain. Dengan demikian, setiap
upaya untuk membantu dan menyiapkan keperluan
yang dibutuhkan oleh orang lain, hal itu bisa
dikatakan dengan pelayanan.

Sementara menurut Moenir, pelayanan


merupakan sebuah proses pemenuhan kebutuhan
melalui aktivitas orang lain secara langsung.
Pengertian ini menitikberatkan kepada proses
pemenuhan kebutuhan orang lain untuk memperoleh
kepuasan.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 13


Menurut Suparlan, pelayanan bisa diartikan
sebagai suatu upaya pemberian bantuan ataupun
pertolongan pada orang lain, baik itu berupa materi
atau juga non materi agar seorang tersebut bisa
menyelesaikan masalahnya. Dari pengertian ini, kita
bisa mengambil sebuah benang merah bahwa setiap
usaha menolong atau membantu orang lain dalam
menyelesaikan masalahnya itu bisa dimaknai sebagai
sebuah pelayanan. Bantuan itu tidak hanya bermakna
materi tetapi juga non materi, misalnya seorang
yang ingin mendapatkan informasi kesehatan,
kemudian pihak rumah sakit memberikan informasi
kesehatan kepada orang tersebut, sehingga orang
yang sebelumnya merasakan kesulitan utnuk
mendapatkan informasi akhirnya bisa mendapatkan
informasi dengan mudah, maka itu bisa disebut
sebagai pelayanan.

Menurut Groonros, yang dimaksud dengan


pelayanan adalah suatu kegiatan atau serangkaian
kegiatan yang tidak bisa diraba atau dilihat, dan
kegiatan tersebut terjadi sebagai adanya interaksi
antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain
yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan
yang bertujuan untuk memecahkan permasalahan
konsumen atau pelanggan.

14 | Mishbahuddin
Pengertian pelayanan juga diberikan oleh
Sampara, menurut Sampara, pelayanan merupakan
suatu kegiatan atau serangkaian kegiatan yang terjadi
dalam interaksi langsung antara seorang dengan
orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan
kepuasan pelanggan.

Berbeda dengan pendapat sebelum-sebelumnya,


Hadipranata memberikan definisi bahwa pelayanan
adalah aktivitas tambahan di luar tugas pokok yang
diberikan kepada konsumen-pelanggan, nasabah,
dan sebagainya serta dirasakan baik sebagai
penghargaan maupun penghormatan.

Sementara Freed Luthans mendefinisikan


pelayanan sebagai sebuah proses pemenuhan
kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang
menyangkut segala masalah yang ditujukan orang
lain untuk menyelesaikan masalah.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 15


16 | Mishbahuddin
PENGERTIAN PELAYANAN
KESEHATAN

Jika diatas, dijelaskan tentang pengertian


pelayanan dari berbagai sumber, maka kali ini
akan dijelaskan tentang pelayanan kesehatan. Apa
itu pelayanan kesehatan? Seberapa pentingkah
pelayanan kesehatan itu bagi kita?

Dari pengertian tentang pelayanan di atas, kita


bisa mengambil kesimpulan bahwa pengertian
pelayanan merujuk kepada setiap tindakan untuk
membantu atau menolong orang, konsumen, atau
pelanggan untuk mendapatkan kepuasan. Jadi,
setiap tindakan yang mengarah kepada pemenuhan
kebutuhan orang lain bisa disebut sebagai pelayanan.

Berpijak kepada definisi tentang pelayanan


di atas, maka kita bisa memberikan pengertian
pelayanan kesehatan sebagai suatu usaha atau upaya

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 17


untuk membantu orang lain dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan sehingga orang lain tersebut
mendapatkan kepuasan dalam bidang kesehatan.
Oleh karena itu, Setiap proses untuk memenuhi
kebutuhan orang lain di bidang kesehatan, bisa
diartikan sebagai pelayanan kesehatan.

Pelayanan kesehatan juga bisa diartikan sebagai


pemberian layanan kesehatan terhadap masyarakat.
Pelayanan kesehatan itu juga di definisikan sebagai
suatu konsep yang diterapkan untuk memberikan
layanan dengan jangka waktu yang lama dan terus
dilakukan kepada masyarakat.

Di dalam Wikipedia, layanan kesehatan diartikan


sebagai sebuah proses berhubungan dengan
pencegahan, perawatan, dan management penyakit
dan juga proses stabilisasi mental, fisik, dan rohani
melalui pelayanan yang ditawarkan oleh organisasi,
institusi, dan unit profesional kedokteran.

Sementara pelayanan kesehatan menurut


Kemenkes RI. Suatu upaya untuk menyelenggarakan
perorangan atau bersama sama dalam organisasi
untuk mencegah dan meningkatkan kesehatan,
memelihara serta menyembuhkan penyakit dan
juga memulihkan kesehatan perorangan, kelompok,

18 | Mishbahuddin
keluarga dan ataupun publik masyarakat. Dari
pengertian tersebut, menjadi jelas bahwa pelayanan
kesehatan merupakan suatu proses meningkatkan
mutu pelayanan kepada masyarakat luas dalam
usaha memulihkan kesehatan dan mencegah
berbagai penyakit. Usaha peningkatan pelayanan itu
di usahakan secara terus menerus.

Upaya pelayanan kesehatan harus dilakukan


dengan optimal agar masyarakat dapat merasakan
kepuasan yang diterima dari petugas kesehatan.
Pelayanan yang optimal merupakan pelayanan yang
menyeluruh dan terus menerus, apalagi pelayanan
kesehatan merupakan pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat selama 24 jam, atau sering
disebut pelayanan paripurna.

Berdasarkan UU nomor 44 tahun 2009


menyatakan bahwa Pelayanan Kesehatan Paripurna
adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Hal ini ditambahkan dalam UU nomor 36 tahun


2009, dari masing-masing pelayanan kesehatan ini,
dapat dijelaskan satu persatu, diantaranya yaitu:

1.) Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu


kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 19


pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan
kegiatan yang bersifat promosi kesehatan.

2.) Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu


kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah
kesehatan/penyakit.

3.) Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan


dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan
yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan akibat penyakit,
pengendalian penyakit, atau pengendalian
kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga
seoptimal mungkin.

4.) Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah


kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk
mengembalikan bekas penderita ke dalam
masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai
anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya
dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai
dengan kemampuannya.

Ketika memperbincangkan tentang pelayanan


kesehatan maka tidak bisa dilepaskan dari lembaga
kesehatan, yaitu Rumah sakit, karena rumah sakit
merupakan sebuah lembaga yang berhubungan
dengan penyedia layanan kesehatan. Dengan

20 | Mishbahuddin
demikian pelayanan kesehatan diberikan oleh
rumah sakit kepada semua masyarakat yang ingin
memperoleh layanan kesehatan. Rumah sakit harus
berupaya untuk memberikan pelayanan kesehatan
secara prima dengan tujuan setiap pelanggan, yaitu
masyarakat merasakan kepuasan dalam mengakses
pelayanan kesehatan yang diberikan rumah sakit.

Rumah sakit sebagai subsistem penyedia layanan


kesehatan, biasanya memberikan dua layanan
kesehatan: 1. Pelayanan kesehatan, 2. Pelayanan
administrasi. Pelayanan kesehatan itu berupa
pelayanan medik, pelayanan penunjang medik,
pelayanan rehabilitas medis, pelayanan perawatan.
Misalnya pelayanan gawat darurat, rawat inap, rawat
jalan dan berbagi jenis layanan kesehatan lainnya.
Semua pelayanan itu bertujuan untuk memberikan
kepuasan kepada setiap orang yang menginginkan
layanan kesehatan.

Sedangkan pelayanan administrasi dapat berupa


pelayanan kepegawaian (SDM) seperti penghargaan
atau jabatan/pangkat, pelayanan keuangan seperti
gaji, tunjangan dan penghargaan lainnya, dan
penunjang non medik lainnya.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 21


22 | Mishbahuddin
PENGERTIAN MANAJEMEN
PELAYANAN KESEHATAN

Setiap pelayanan, termasuk dalam pelayanan


kesehatan haruslah merujuk kepada teori manajemen.
Karena dengan teori manajemen, bisa diukur sejauh
mana pencapaian pelayanan kesehatan itu dilakukan.
Apakah sudah berjalan secara efektif dan efisien atau
tidak.

Teori manajemen akan mengukur kelebihan dan


kekurangan pencapaian dari pelayanan kesehatan
yang dilakukan. Salah satu teori yang relevan untuk
menganalisa sebuah pelayanan kesehatan itu
sudah efektif atau tidak adalah teori manajemen
yang dikemukan oleh G. Terry, teori ini mengajukan
empat unsur penting untuk menganalisa suatu
program, dalam hal ini pelayanan kesehatan, apakah
pelayanan kesehatan itu sudah sesuai dengan apa

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 23


yang diharapkan atau tidak, teori itu diantaranya
adalah; perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), Pelaksanaan (actuating), Pengawasan
(Controllling) atau disebut POAC.

Perencanaan (planning) memiliki peranan yang


sangat fundamental. Karena perencanaan menjadi
kunci penting bagi suksesnya sebuah pekerjaan.
Tanpa perencanaan yang baik, maka sebuah pekerjaan
bisa dipastikan akan mengalami kegagalan. Di dalam
memberikan pelayanan kesehatan, rumah sakit pasti
memiliki perencenaan yang baik dalam memenuhi
kebutuhan pasien.

Setelah melakukan perencenaan, maka


langkah selanjutnya adalah pengorganisasian.
Pengorganisasian ini adalah suatu upaya menghimpun
semua sumberdaya yang ada untuk dimanfaatkan
secara sempurna untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Dalam hal pelayanan kesehatan, rumah
sakit harus mengorganisir semua sumberdaya yang
ada di rumah sakit untuk bekerja secara efektif, semua
tenaga kesehatan, baik itu dokter, bidan, perawat
diorganisir untuk mencapai tujuan bersama, yaitu
kepuasan masyarkat dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan.

24 | Mishbahuddin
Selain pengorganisasian, hal yang penting
dilakukan adalah pelaksanaan (actuating),
perencanaan yang baik, pengorganisasian yang
baik, tidaklah berarti apa-apa jika tidak dilakukan
dengan sempurna. Oleh karena itu, pelaksanaan
merupakan hal yang utama. Di dalam hal pelayanan
kesehatan, maka melaksanakan semua aktivitas untuk
memberikan kebutuhan dan memenuhi kepuasan
pasien merupakan hal yang sangat fundamental
yang harus diberikan oleh penyedia pelayanan
kesehatan dalam hal ini yaitu rumah sakit.

Di samping perencanaan, pengorganisasian dan


pelaksanaan, yang tidak kalah pentingnya adalah
pengawasan. Dengan adanya pengawasan, maka
akan diketahui sejauh mana sebuah pekerajan
itu berjalan. Apakah pekerjaan itu sudah berjalan
dengan baik atau tidak? Tanpa adanya pengawasan,
maka akan sulit diketahui kemajuan dan kemunduran
sebuah pekerjaan. Untuk itu sebuah pekerjaan
haruslah memiliki standar pekerjaan dan tujuan yang
ingin dicapai. Sehingga dengan adanya standar kerja
tersebut, bisa dilakukan pengawasan. Misalnya dalam
kasus pelayanan kesehatan, dengan adanya standar
kerja, bisa dilakukan pengawasan terhadap tenaga
medis, apakah sudah melakukan pekerjaannya
dengan benar atau tidak.
Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 25
Tenaga kesehatan di Rumah Sakit tidak hanya
tenaga medis saja, akan tetapi terdiri dari berbagai
macam tenaga kesehatan dan non kesehatan. Hal ini
juga mengakibatkan bahwa rumah sakit merupakan
padat profesi, padat karya, padat teknologi, dan
tentunya padat masalah.

Menurut UU nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga


Kesehatan bahwa Tenaga Kesehatan dikelompokkan
ke dalam beberapa kelompok, yaitu terdiri dari:

a. tenaga medis (dokter, dokter gigi, dokter spesialis,


dan dokter gigi spesialis);

b. tenaga psikologi klinis (psikologi klinis);

c. tenaga keperawatan (perawat);

d. tenaga kebidanan (bidan);

e. tenaga kefarmasian (apoteker dan tenaga teknis


kefarmasian);

f. tenaga kesehatan masyarakat (epidemiolog


kesehatan, tenaga promosi kesehatan dan ilmu
perilaku, pembimbing kesehatan kerja, tenaga
administrasi dan kebijakan kesehatan, tenaga
biostatistik dan kependudukan, serta tenaga
kesehatan reproduksi dan keluarga);

26 | Mishbahuddin
g. tenaga kesehatan lingkungan (sanitasi lingkungan,
entomolog kesehatan, dan mikrobiolog
kesehatan);

h. tenaga gizi (nutrisionis dan dietisien);

i. tenaga keterapian fisik (fisioterapis, okupasi


terapis, terapis wicara, dan akupunktur);

j. tenaga keteknisian medis (perekam medis dan


informasi kesehatan, teknik kardiovaskuler,
teknisi pelayanan darah, refraksionis optisien/
optometris, teknisi gigi, penata anestesi, terapis
gigi dan mulut, dan audiologis);

k. tenaga teknik biomedika (radiografer,


elektromedis, ahli teknologi laboratorium
medik, fisikawan medik, radioterapis, dan ortotik
prostetik);

l. tenaga kesehatan tradisional (tenaga kesehatan


tradisional ramuan dan tenaga kesehatan
tradisional keterampilan); dan

m. tenaga kesehatan lain.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 27


28 | Mishbahuddin
BAGIAN DUA
SEKELUMIT SEJARAH
RUMAH SAKIT
D
alam tradisi orang-orang terdahulu, setiap
kepercayaan berhubungan erat dengan
pengobatan. Setiap kepercayaan tertentu
akan memberikan teknik pengobatan kepada para
pengikutnya, dan sejak dulu, teknik pengobatan
digunakan sebagai cara untuk menyembuhkan
berbagai penyakit. Sarana-sarana yang digunakan
sebagai pengobatan tentunya akan beragam sesuai
dengan kepercayaan dan tradisi turun temurun yang
diwariskan oleh nenek moyang mereka.

Salah satu bukti bahwa kepercayaan orang-orang


kuno sangat erat kaitannya dengan pengobatan
ialah ditemukannya kuil mesir kuno sebagai institusi
pengobatan. Begitu juga yang terjadi dengan kuil
asclepius di Yunani yang dipercaya memberikan
pengobatan kepada orang sakit.

Seiring dengan perkembangan zaman, teknik


pengobatan mengalami perkembangan dan institusi
yang memberikan pengobatan mulai spesifik.
Salah satu institusi yang secara spesifik melakukan
pengobatan adalah rumah sakit Brahmanti di Sri
Lanka. Institusi rumah sakit ini di dirikan pada tahun
431 SM. Hal yang sama juga dilakukan oleh Raja
Ashoka yang mendirikan 18 rumah sakit dengan

30 | Mishbahuddin
dibantu beberapa tenaga medis dan perawat.
Rumah sakit ini didirikan di Hindustan pada 230 SM.
Pembangungan rumah sakit ini dibiayai oleh kerajaan.

Sementara teknik pengobatan yang sudah


profesional dengan mempekerjakan 25 staf
pengobatan dan perlakuan pengobatan berbeda
untuk penyakit yang berbeda di temukan di China
sekitar abat ke 9 dan pada abad ke 10 untuk pertama
kalinya di Tiongkok, rumah sakit di danai oleh
pemerintah.

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan


dan teknik pengobatan yang semakin canggih,
maka lahirlah berbagai rumah sakit modern di
berbagai negara, salah satunya adalah Rumah sakit
modern bernama Guy’s Hospital yang didirikan di
London pada tahun 1724 atas permintaan seorang
saudagar kaya bernama Thomas Guys. Rumah sakit
yang dibiayai oleh Swast ini kemudian menjamur di
Inggris.

Sampai saat ini, rumah sakit modern berdiri di


berbagai belahan dunia dengan teknik pengobatan
yang semakin canggih dengan dibantu peralatan-
peralatan medis dan tenaga-tenaga medis yang
profesional.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 31


32 | Mishbahuddin
SEJARAH RUMAH SAKIT
DI INDONESIA

Dalam beberapa Literatur diketahui bahwa


rumah sakit di Indonesia pertama kali didirikan
pada masa kolonial, VOC dan juga oleh tentara
Inggris pada zaman Reffles. Rumah sakit pertama
itu didirikan sebagai rumah untuk melayani anggota
militer beserta keluarganya secara gratis. Rumah sakit
pertama itu didirikan pada tahun 1920 dan selesai
tahun 1923 kemudian diberi nama met Algemeene
Bandoengsche Ziekenhui. Tenaga dokter pada
waktu itu hanya terdiri dari 6 dokter, empat dokter
berkebangsaan Belanda, dua dokter berkebangsaan
Indonesia.

Ketika terjadi perang pacifik pada tahun 1942,


rumah sakit ini digunakan oleh Belanda sebagai
rumah sakit militer, melayani dan mengobati para

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 33


tentara Belanda yang terluka akibat perang. saat
Jepang berhasil menduduki pulau Jawa, rumah
sakit ini kemudian berganti nama menjadi Rigukun
byoin dan digunakan oleh Jepang sebagai rumah
sakit untuk mengobati dan melayani tentara Jepang,
tetapi tidak berapa lama kemudian, Ketika Jepang
menyerah kepada Sekutu, dan setelah indonesia
memproklamirkan kemerdekaannya, rumah
sakit ini kemudian di alihkan fungsinya menjadi
rumah sakit untuk masyarakat umum, dan dalam
perkembangannya rumah sakit ini berganti nama
menjadi Rumah Sakit Rantja Badak (RSRB) sesuai
dengan nama kampung berdirinya rumah sakit
tersebut, yaitu Rantja Badak.

34 | Mishbahuddin
PENGERTIAN RUMAH SAKIT

Di dalam Wikepedia, rumah Sakit di definisikan


sebagai sebuah institusi perawatan kesehatan
profesional yang pelayanannya disediakan oleh
dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnnya.
Rumah sakit merupakan sebuah lembaga yang
memberikan pelayanan kesehatan secara umum.
Kesehatan itu bisa berupa rawat inap atau rawat
jalan. Dengan demikian rumah sakit bisa didefinisikan
sebagai sebuah institusi penyedia layanan kesehatan
yang bertugas untuk melakukan pemeriksaan,
pengobatan dan perawatan. Rumah sakit merupakan
salah satu sarana kesehatan yang melaksanakan
upaya kesehatan dan meningkatkan kesehatan yang
optimal bagi masyarakat.

Sementara pengertian Rumah sakit berdasarkan


Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 3 tahun 2020 tentang Klasifikasi dan perizinan

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 35


Rumah Sakit, definisi rumah sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat.

Sedangkan definisi rumah sakit menurut


peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
no.1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah sakit, dinyatakan
bahwa: “Rumah Sakit merupakan Sarana pelayanan
Kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit
maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat
penularan Penyakit serta memungkinkan terjadinya
pencemaran lingkungan dan gangguan Kesehatan”

Dari pengertian diatas, bisa diambil kesimpulan


bahwa rumah sakit bertugas untuk memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum
dan beberapa pelayanan kesehatan yang diberikan
rumah sakit diantaranya pelayanan medik, pelayanan
penunjang medik, pelayanan perawatan, pelayanan
rehabilitas, pencegahan dan peningkatan kesehatan
sebagai tempat pendidikan atau pelatihan medik
dan para medik, sebagai tempat penelitian
dan pengembangan ilmu di bidang kesehatan,

36 | Mishbahuddin
pengembangan teknologi di bidang kesehatan dan
berbagai bentuk pelayanan kesehatan lainnya. Tugas-
tugas tersebut merupakan kewajiban dan tanggung
jawab rumah sakit yang harus dilakukan oleh semua
tenaga medis dan non medis yang ada di rumah sakit.
Sehingga publik umum merasakan kepuasan dengan
apa yang dilakukan oleh rumah sakit.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 37


38 | Mishbahuddin
TUJUAN RUMAH SAKIT

Berdasarkan UU no 44 tahun 2009 disebutkan asas


dan tujuan rumah sakit. Rumah sakit diselenggarakan
berdasarkan Pancasila dan didasarkan kepada nilai
kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat,
keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi,
pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien,
serta mempunyai fungsi sosial.

Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit


bertujuan:

a. mempermudah akses masyarakat untuk


mendapatkan pelayanan kesehatan;

b. memberikan perlindungan terhadap keselamatan


pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan
sumber daya manusia di rumah sakit;

c. meningkatkan mutu dan mempertahankan


standar pelayanan rumah sakit; dan

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 39


d. memberikan kepastian hukum kepada pasien,
masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit,
dan Rumah Sakit.

40 | Mishbahuddin
FUNGSI RUMAH SAKIT

Menurut pasal 4 UU no 44 tahun 2009 rumah sakit


memiliki fungsi dan tugas. Tugas rumah sakit adalah
memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna, sementara fungsi rumah sakit adalah:

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan


pemulihan kesehatan sesuai dengan standar
Pelayanan rumah sakit.

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan


perorangan melalui pelayanan kesehatan
yang Paripurna tingat kedua dan ketiga sesuai
kebutuhan medis

3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan


sumberdaya manusia dalam rangka peningkatan
kemampuan dalam pemberian pelayanan
kesehatan

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 41


4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan
serta penapisan teknologi bidang kesehatan
dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan
dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan
bidang kesehatan.

Apakah sebuah tempat dimana di situ berlangsung


aktivitas kesehatan lantas bisa disebut rumah sakit?
Ada beberapa kriteria dan ketentuan bahwa sebuah
di tempat bisa disebut rumah sakit. Salah satunya
ciri-ciri bangunan. Dalam UU dijelaskan tentang ciri-
ciri bangunan rumah sakit, adapun syarat-syaratnya
adalah bangunan rumah sakit paling sedikitnya harus
mempunyai rawat jalan, ruang inap, ruang gawat
darurat, ruang operasi, ruang tenaga kesehatan, ruang
radiologi, ruang laboratorium, ruang sterilasasi, ruang
farmasi, ruang pendidikan dan latihan, ruang kantor
dan administrasi, ruang ibadah, ruang tunggu, ruang
penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit, ruang
menyusui, ruang mekanik, ruang dapur, laundry,
kamar jenazah, taman, dan berbagai tempat lainnya.

Selain kelengkapan ruangan, yang harus dimiliki


oleh rumah sakit adalah tenaga medis dan penunjang

42 | Mishbahuddin
medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian,
tenaga manajemen rumah sakit, dan tenaga non
kesehatan.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 43


44 | Mishbahuddin
BAGIAN TIGA
MENINGKATKAN KUALITAS
PELAYANAN RUMAH SAKIT
S
etelah sebelumnya dikupas panjang lebar
tentang manajemen Rumah Sakit, maka di
bab ini akan dijelaskan tentang peningkatan
Pelayanan Rumah sakit. Semua pembahasan diatas
mengacu kepada bab ini, yaitu bagaimana rumah
sakit meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Rumah sakit sebagai salah satu institusi kesehatan


selalu dituntut untuk melakukan perbaikan-
perbaikan dalam segala hal dan selalu meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan. Karena mutu pelayanan
kesehatan sangat penting diperhatikan. Apa
sebenarnya yang dimaksud dengan mutu pelayanan
kesehatan?

Mutu merupakan suatu cara untuk meraih tujuan


yang diinginkan, dengan cara yang paling efisien dan
efektif, dengan penekanan dan memuaskan pembeli
atau konsumen. Mutu tidaklah harus berkaitan
dengan untuk harga yang mahal. Tetapi sebaliknya,
mutu adalah kebutuhan untuk melakukan efisiensi
dan penghematan biaya.

Dalam hal mutu pelayanan kesehatan, mutu


pelayanan kesehatan adalah derajat kesempurnaan
pelayanan akan pelayanaan kesehatan yang sesuai
dengan standar profesi dan standar pelayanan

46 | Mishbahuddin
dengan menggunakan potensi sumber daya yang
tersedia di rumah sakit atau puskesmas secara wajar
dan efisien dan efektif.

Dasar yang dipergunakan untuk mengukur mutu


pelayanan kesehatan adalah memenuhi kebutuhan
dan tuntutan para pemakai jasa pelayanan
kesehatan, yang apabila berhasil dipenuhi akan
dapat menimbulkan rasa puas kepada konsumen
terhadap pelayanan jasa kesehatan. Jadi yang
dimaksud dengan mutu pelayanan kesehatan adalah
menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri
setiap pasien. Makin tinggi tingkat kepuasan, maka
makin baik mutu pelayanan kesehatan.

Banyak variable yang mendukung bagi


meningkatnya Mutu pelayanan kesehatan di rumah
sakit, perlengkapan dan alat-alat medis, dan yang
tidak kalah pentingnya dalam meningkatkan mutu
atau kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit
adalah sumber daya manusia. Sumber daya manusia
rumah sakit berarti semua tenaga yang bekerja di
rumah sakit, baik itu tenaga kesehatan maupuan
non kesehatan, tenaga kesehatan diantaranya adalah
dokter, bidan, perawat dan sebagainya, sementara

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 47


non kesehatan, adalah tenaga yang bekerja di bagian
administarasi dan sebagainya. Semua sumberdaya
manusia yang ada dirumah sakit jika di manage dan
diarahkan dengan standar yang maksimal maka
akan melahirkan kualitas pelayanan kesehatan yang
paripurna.

48 | Mishbahuddin
MEMANAGE SUMBER DAYA
MANUSIA

Setiap organisasi atau rumah sakit mempunyai


tenaga kerja (SDM), karena tenaga kerja merupakan
salah satu kekuatan dari suatu rumah sakit. Apabila
rumah sakit tersebut dapat memperhatikan sumber
daya manusia itu secara tepat dan dapat menghargai
bakat dan kemampuan mereka, rumah sakit itu akan
dapat berkembang secara cepat dan tepat.

Menurut American Hospital Association dalam


buku Azwar ( 1996 ), menyatakan bahwa rumah
sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga
medis profesional yang terorganisir serta sarana
kedokteran yang permanen menyelenggarakan
pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang
berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan
penyakit yang diderita oleh pasien.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 49


Dari pengertian rumah sakit di atas adalah
bahwa sumber daya manusia merupakan salah satu
yang utama terhadap pelayanan pasien, karena
dalam memberikan pelayanan yang baik ke pasien
dibutuhkan suatu sumber daya, salah satunya
sumber daya manusia yang disusun melalui suatu
proses manajemen. Untuk itu, manajemen sumber
daya manusia bukanlah hal yang baru dalam
perkembangan suatu rumah sakit.

Menurut Suit dan Almasdi ( 2000 ), bahwa yang


dimaksud dengan sumber daya manusia adalah
kekuatan daya pikir dan berkarya manusia yang masih
tersimpan dalam dirinya yang perlu dibina dan digali
serta dikembangakan untuk dimanfaatkan sebaik-
baiknya bagi kesejahteraan kehidupan manusia.

Jika sumber daya manusia tersebut dilaksanakan


dengan baik dan tepat serta terarah, akan tercipta
suatu sumber daya manusia yang handal dengan
suatu proses manajemen yang baik. Dari uraian di
atas, dapat disimpulkan bahwa seluruh rumah sakit
memerlukan suatu manajemen yang baik, salah
satunya yang disebut manajemen sumber daya
manusia.

50 | Mishbahuddin
Menurut Dessler ( 1997 ), manajemen sumber
daya manusia merujuk kepada praktik dan kebijakan
yang seseorang perlukan untuk menjalankan aspek
orang dan personil dari jabatan manajemen, yang
terdiri dari :

Melakukan analisis jabatan ( menetapkan sifat


dari pekerjaan masing-masing karyawan ).
a. Merencanakan kebutuhan tenaga kerja dan
merekrut para calon pekerja.
b. Menyeleksi para calon pekerja.
c. Memberikan orientasi dan pelatihan bagi
karyawan baru.
d. Menata-olah upah dan gaji ( cara mengkompensasi
karyawan ).
e. Menyediakan insentif dan kesejahteraan.
f. Menilai kinerja.
g. Mengkomunikasikan ( wawancara, penyuluhan,
pendisiplinan ).
h. Pelatihan dan pengembangan.
i. Membangun komitmen karyawan.

Dan yang harus diketahui oleh seorang manajer


adalah :
a. Peluang yang adil dan tindakan afirmatif.
b. Kesehatan dan keselamatan karyawan.
c. Keluhan dan hubungan ( relasi ) tenaga kerja.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 51


Sedangkan menurut Edwin Flippo dalam buku
Handoko ( 2000 ), manajemen personalia adalah
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan kegiatan pengadaan, pengembangan,
pemberian kompensasi, pengintegrasian,
pemeliharaan dan pelepasan sumber daya manusia
agar tercapai berbagai tujuan individu, organisasi,
dan masyarakat.

Adapun pengertian dari manajemen personalia


( personal management ) menurut kamus istilah
manajemen LPPM ( 1994 ), adalah bagian
manajemen yang menyangkut pengerahan dan
seleksi karyawan, uraian tugasnya, pendidikan,
latihan, dan pengembangannya; hubungan majikan
dan karyawannya; persyaratan kerja, upah, dan
gaji; administrasi dan kesehatan; keamanan dan
kesejahteraan.

Dari semua pengertian di atas, penulis


menyimpulkan bahwa manajemen sumber daya
manusia adalah cara mengelola seseorang dalam
suatu organisasi atau rumah sakit mulai dari
perencanaan sampai dengan pengendalian agar
tercipta suatu pekerjaan yang optimal dan tercipta
hubungan yang baik antara sesama personil, maupun

52 | Mishbahuddin
atasan dan bawahan dari personil, untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan dari organisasi tersebut.

1. Cakupan Manajemen Sumber Daya Manusia

Menurut Aditama ( 2000 ), menyatakan bahwa


cakupan manajemen sumber daya manusia di
suatu organisasi atau rumah sakit meliputi analisis /
perencanaan, proses penerimaan, penilaian kinerja,
hubungan pemimpin dan karyawan, pengembangan
staf, dan penghentian kerja. Berikut ini penjelasan
dari cakupan manajemen sumber daya manusia :

a. Analisis / Perencanaan

Kegiatan dalam perencanaan meliputi


mengantisipasi jumlah dan jenis pekerjaan yang
dibutuhkan, jadual waktu untuk recrutmen,
retraining, dan pemutusan hubungan kerja bila
dibutuhkan, gaji dan kompensasi yang akan
diberikan dikaitkan dengan kondisi sosial ekonomi
yang ada serta berbagai kemungkinan perubahan
dalam kebijakan kesehatan.

b. Proses penerimaan

Proses penerimaan adalah recrutmen dan seleksi


yang dilakukan untuk menseleksi karyawan baru,
yang terdiri dari wawancara, tes tertulis tentang

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 53


pengetahuan yang sesuai kerjanya maupun
pengetahuan lain secara umum, mempelajari
curriculum vitae, menghubungi pimpinan kerja
sebelumnya, dan tes langsung kemampuan
yang dipunyai ( misalnya mendemonstrasikan
penggunaan komputer, atau kemampuan
melakukan pembedahan, dan lain-lain ), serta tes
psikologi.

c. Penilian kinerja

Penilaian prestasi kerja harus dilakukan setiap


organisasi agar proses manajemen dapat berjalan
secara efektif. Penilaian sebaiknya dilakukan
terhadap kinerja yang dilakukan dan sampai sejauh
mana kinerja itu sesuai dengan standar atau tujuan
yang telah ditetapkan.

d. Hubungan pemimpin dan karyawan

Proses mengelola produktivitas karyawan


merupakan proses dua arah, di mana karyawan
merasa ikut mengambil keputusan dalam suatu
proses manajemen produksi. Seorang manajer
dapat menggunakan proses ini terhadap
karyawan baru maupun terhadap mereka yang
telah berpengalaman. Hal ini dirancang untuk

54 | Mishbahuddin
menghasilkan tingkat produktivitas kerja yang
diinginkan dari seorang karyawan. Beberapa faktor
yang perlu diperhatikan agar dapat memenuhi
kebutuhan para pekerja yaitu :

1). Kebiasaan serta emosi penting sekali untuk


menerangkan kelakuan manusia dan akal
bersifat sekunder.

2). Manusia menginginkan pujian untuk pekerjaan


yang dilaksanakan apabila mereka pantas
memperolehnya.

3). Para pekerja ingin mendapat pengawas yang


terpercaya dan dapat menimbulkan rasa
hormat mereka.

4). Para pekerja ingin memanfaatkan kemampuan


mereka yang maksimal dan menikmati
kepuasan atas hasil kerja mereka.

5). Perlu dihindarkan adanya perubahan-


perubahan kerja yang mendadak.

e. Pengembangan staf

Pimpinan bertanggung jawab menyediakan


teknologi memadai dan pelatihan bagi karyawan.
Disamping itu, pimpinan harus senantiasa
memberikan dukungan selama karyawan
Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 55
melaksanakan tugasnya. Secara umum kegiatan
pengembangan staf dapat dilakukan dengan dua
cara utama, yaitu pengalaman pekerjaan serta
pendidikan tambahan. Dalam hal pengalaman
pekerjaan dapat dilakukan bimbingan oleh
pimpinan, rotasi kerja, rapat-rapat evaluasi serta
upaya pemecahan masalah seperti gugus kendali
mutu dan problem solving cycle. Sedangkan
pendidikan tambahan dapat dilakukan dengan
melakukan on the job training, melakukan kursus,
dan seminar-seminar.

f. Penghentian kerja

Seseorang dapat berhenti bekerja karena pensiun


sesuai umurnya, karena kesehatan, pindah kerja
ke tempat lain atau karena memang dikeluarkan.
Menurut Rowland & Rowland, faktor-faktor yang
menyebabkan karyawan berhenti bekerja adalah
sebagai berikut :
1). Yang dapat dikontrol
a ) . Situasi lingkungan kerja
b ) . Tawaran dari pihak lain yang lebih menarik
c ) . Melanjutkan sekolah
d ) . Gaji dan fasilitas tidak memadai

56 | Mishbahuddin
2). Yang tidak dapat dikontrol
a ) . Pensiun karena usia
b ) . Sakit
c ) . Meninggal dunia
d ) . Alasan keluarga
3). Lain-lain
a ) . Alasan pribadi
b ) . Kondisi tempat tinggal

Dari keterangan-keterangan di atas, di bawah


ini digambarkan cakupan manajemen sumber daya
manusia.

Gambar 2
Cakupan manajemen sumber daya manusia

Sumber : Teori Aditama ( 2000 ).

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 57


58 | Mishbahuddin
MEMANAGE KEPUASAN KERJA
UNTUK KEMAJUAN RUMAH SAKIT

Dalam suatu perusahaan atau rumah sakit


dibutuhkan tenaga yang handal, untuk itu perusahaan
harus mampu memberikan kepuasan kepada para
karyawannya agar tercipta kerja yang optimal.

Kepuasan kerja merupakan salah satu keinginan


setiap karyawan dalam menjalankan tugasnya. Oleh
karena itu, suatu organisasi harus memperhatikan dari
keinginan karyawan, terutama yang berhubungan
dengan pekerjaan.

Dari pengertian kepuasan kerja ( job satisfaction )


menurut Handoko ( 2000 ), adalah keadaan emosional
yang menyenangkan atau tidak menyenangkan
dengan mana para karyawan memandang pekerjaan
mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan
seseorang terhadap pekerjaannya, ini terlihat dalam

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 59


sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala
sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya.

Dalam kamus istilah manajemen LPPM (1994),


kepuasan bekerja ( job satisfaction ) adalah sikap positif
dan perasaan senang karyawan dari pekerjaannya
yang timbul karena salah satu sebab atau lebih yang
berikut :
a. Isi pekerjaan
b. Lingkungan kerja
c. Hasil dan akibat pekerjaan

Adapun kepuasan kerja menurut Siagian ( 2000


), merupakan suatu cara pandang seseorang, baik
yang bersifat positif maupun bersifat negatif, tentang
pekerjaannya.

Dari seluruh pengertian di atas, dapat diambil


kesimpulan bahwa kepuasan kerja merupakan suatu
pandangan dan perasaan senang seseorang dalam
menjalankan tugasnya di suatu organisasi tertentu,
yang dapat dilihat dalam bentuk kegiatan / pekerjaan
yang positif.

1. Faktor-faktor penentu kepuasan kerja

Menurut Strauss & Sayles ( 1996 ), faktor-faktor


penentu kepuasan kerja tergantung pada :

60 | Mishbahuddin
a. Pengharapan
Pengharapan adalah suatu keinginan dari
seseorang atau karyawan dalam hal pekerjaan
ataupun penghasilan dari mereka dapatkan.
Contohnya : jika seseorang menginginkan
pekerjaan yang menantang ( atau mendapatkan
bayaran yang cukup ), dan ternyata tidak, orang
tersebut mungkin tidak akan puas. Begitu juga
sebaliknya.

b. Penilaian diri
Penilaian diri adalah suatu proses penilaian
terhadap diri sendiri, apakah pekerjaan yang
dikerjakan itu sesuai dengan keinginan mereka
sendiri atau tidak. Jika mereka menganggap
pekerjaan itu sesuai dengan keinginan diri
sendiri, maka mereka akan merasa puas.

c. Norma-norma sosial
Norma-norma sosial ini adalah pendapat
tentang orang-orang yang berada disekeliling
kita mengenai pekerjaan yang kita kerjakan.
Contohnya : kalau orang lain, terutama orang
yang kita hormati, menganggap pekerjaan kita
baik atau pekerjaan tersebut adalah penting,
maka orang tersebut akan merasa puas atas
pekerjaan tersebut.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 61


d. Perbandingan-perbandingan sosial
Pengertian perbandingan-perbandingan sosial
di sini adalah suatu perbandingan pekerjaan
antara seseorang dengan orang lain. Contohnya:
jika semua teman saya mempunyai pekerjaan
yang lebih menarik dari pekerjaan saya, saya
akan merasa lebih tidak puas.

e. Hubungan input / output


Kepuasan terhadap pekerjaan dalam hal
hubungan input / output tergantung pada
bagaimana penilaian seseorang mengenai
hubungan antara apa yang di bawa atau
masukkan ke dalam pekerjaan ( input ) dan
apa yang diperoleh ( output ). Contohnya : jika
seseorang bekerja keras ( input ) dan orang
tersebut tidak berhasil dalam menyelesaikan
apa yang ingin dicapai ( output ), maka orang
tersebut akan merasa kurang puas dari pada jika
dia hanya mengeluarkan usaha yang setengah-
setengah.

f. Keterikatan
Keterikatan di sini adalah suatu keikatan
seseorang dengan pekerjaan yang mereka pilih
dari berbagai pekerjaan yang ada. Contohnya :

62 | Mishbahuddin
seseorang akan merasa segan untuk mengakui
bahwa pekerjaannya tidak menuntungkan,
karena dengan berbuat demikian berarti orang
tersebut mengakui bahwa kemampuannya
dalam memilih kurang baik. Perasaan keterikatan
( dan kepuasan yang dihasilkan ) bisa menjadi
amat kuat kalau keputusan tersebut diketahui
oleh teman-temannya.

g. Dasar pemikiran
Dasar pemikiran ini adalah suatu dasar pemikiran
berdasarkan orang-orang disekitar kita tentang
pekerjaan atau penghasilan yang ia terima.
Contohnya : jika rekan-rekan saya banyak
membicarakan tentang gaji, kemungkinan
besar saya akan menganggap gaji penting.
Jika manajemen mengumumkan program
peningkatan kerjanya, saya mungkin akan
menganggap hal tersebut penting.

Menurut Siagian ( 2002 ), bahwa pemahaman


yang lebih tepat tentang kepuasan kerja dapat
terwujud apabila analisis tentang kepuasan kerja
dikaitkan dengan prestasi kerja, tingkat kemangkiran,
keinginan pindah, usia pekerja, tingkat jabatan, dan
besar kecilnya organisasi.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 63


Berikut ini dijelaskan satu persatu, antara lain :

a. Kepuasan kerja dan prestasi kerja

Di sini ada beberapa contoh hubungan antara


kepuasan kerja dan prestasi kerja, yaitu : bahwa
seseorang merasa puas dalam pekerjaannya karena
yang bersangkutan menyadari bahwa apa yang
dicapainya sudah maksimal. Dalam situasi demikian
dia berusaha berprestasi sebaik mungkin.

Contoh lain adalah seorang dokter muda yang


ditempatkan di suatu daerah terpencil merasa puas
karena dapat mengabdikan pengetahuannya demi
kesejahteraan masyarakat yang tanpa kehadirannya
tidak akan mungkin memperoleh pelayanan
pengobatan oleh seorang tenaga profesional.

b. Kepuasan kerja dan tingkat kemangkiran

Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh


para ahli serta pengalaman banyak organisasi terlihat
bahwa terdapat korelasi kuat antara kepuasan kerja
dengan tingkat kemangkiran. Artinya telah terbukti
bahwa karyawan yang tinggi tingkat kepuasan kerjanya
akan rendah tingkat kemangkirannya. Sebaliknya
karyawan yang rendah tingkat kepuasannya akan
cenderung tinggi tingkat kemangkirannya. Dengan

64 | Mishbahuddin
demikian, salah satu cara yang paling efektif untuk
mengurangi tingkat kemangkiran karyawan adalah
meningkatkan kepuasan kerjanya.

c. Kepuasan kerja dan keinginan pindah

Tidak dapat disangkal bahwa salah satu faktor


penyebab timbulnya keinginan pindah kerja adalah
ketidak puasan pada tempat bekerja sekarang. Sebab-
sebab ketidak puasan itu dapat beraneka ragam
seperti penghasilan rendah atau dirasakan kurang
memadai, kondisi kerja yang kurang memuaskan,
hubungan yang tidak serasi, baik dengan atasan
maupun dengan para rekan sekerja, pekerjaan yang
tidak sesuai dan berbagai faktor lainnya.

d. Kepuasan kerja dan usia

Telah diketahui bahwa terdapat korelasi antara


kepuasan kerja dengan usia seorang karyawan.
Artinya, kecenderungan yang sering terlihat ialah
bahwa semakin lanjut usia karyawan, tingkat kepuasan
kerjanya pun biasanya semakin tinggi. Berbagai alasan
yang sering dikemukakan menjelaskan fenomena ini
antara lain adalah :
1). Bagi karyawan yang sudah agak lanjut usia makin
sulit memulai karier baru di tempat lain.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 65


2). Sikap yang dewasa dan matang mengenai tujuan
hidup, harapan, keinginan, dan cita-cita.
3). Gaya hidup yang sudah mapan.
4). Sumber penghasilan yang relatif terjamin.
5). Adanya ikatan batin dan tali persahabatan antara
yang bersangkutan dengan rekan-rekannya
dalam organisasi.

Sebaliknya mudah menduga bahwa bagi para


karyawan yang lebih muda usia, keinginan pindah itu
lebih besar.

e. Kepuasan kerja dan tingkat jabatan

Literatur mengenai hal ini memberi petunjuk


bahwa semakin tinggi kedudukan seseorang dalam
suatu organisasi, pada umumnya tingkat kepusannya
pun cenderung lebih tinggi pula. Berbagai alasannya
antara lain adalah :
1). Penghasilan yang dapat menjamin taraf hidup
yang layak.
2). Pekerjaan yang memungkinkan mereka
menunjukkan kemampuan kerjanya.
3). Status sosial yang relatif tinggi di dalam dan di
luar organisasi.

Dengan demikian alasan-alasan tersebut


bertalian erat dengan prospek bagi seseorang
66 | Mishbahuddin
untuk dipromosikan, perencanaan karier, dan
pengembangan sumber daya manusia dalam
organisasi.

f. Kepuasan kerja dan besar kecilnya organisasi

Dilihat dari sudut pandangan ini, besar kecilnya


organisasi turut berpengaruh pada kepuasan kerja.
Artinya, jika karena besarnya organisasi para karyawan
‘terbenam’ dalam masa pekerja yang jumlahnya
besar sehingga jati diri dan identitasnya menjadi
kabur karena, misalnya, hanya dikenal dengan nomor
pegawai, hal tersebut dapat mempunyai dampak
negatif pada kepuasan kerja. Salah satu alasan
untuk mengatakan demikian, misalnya, ialah bahwa
apabila harapan mereka untuk turut berpartisipasi
dalam proses pengambilan keputusan menjadi
tidak terwujud, solidaritas antara sesama karyawan
menurun, menjalin tali persahabatan menjadi lebih
sulit, perhatian dan perlakuan pimpinan yang bersifat
personal tidak terjadi, kesemuanya itu dapat menjadi
faktor penyebab rendahnya kepuasan kerja.

Menurut Handoko ( 2000 ), secara historis, sering


dianggap bahwa para karyawan yang mendapatkan
kepuasan kerja akan melaksanakan pekerjaan dengan
lebih baik. Dalam kenyataannya, banyak pendapat

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 67


yang mengemukakan bahwa kepuasan kerja yang
lebih tinggi terutama dihasilkan oleh prestasi kerja.

Gambar 1
Hubungan antara prestasi dan kepuasan kerja

Sumber : Teori Handoko ( 2000 ).

Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa


prestasi kerja lebih baik mengakibatkan penghargaan
yang lebih tinggi. Bila penghargaan tersebut
dirasakan adil dan memadai, maka kepuasan kerja
karyawan akan meningkat karena mereka menerima
penghargaan dalam proporsi yang sesuai dengan
prestasi kerja mereka. Di lain pihak, bila penghargaan
dipandang tidak mencukupi untuk suatu tingkat
prestasi kerja mereka, ketidak puasan kerja cenderung
terjadi. Kondisi kepuasan atau ketidak puasan kerja
tersebut selanjutnya menjadi umpan balik yang akan

68 | Mishbahuddin
mempengaruhi prestasi kerja di waktu yang akan
datang. Jadi, hubungan prestasi dan kepuasan kerja
menjadi suatu sistem yang berlanjut ( kontinyu ).

Menurut Robbins ( 1996 ), menyatakan bahwa


faktor-faktor yang lebih penting yang mendorong
kepuasan kerja adalah sebagai berikut :

a. Kerja yang secara mental menantang

Karyawan cenderung lebih menyukai pekerjaan-


pekerjaan yang memberi mereka kesempatan
untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan
mereka dan menawarkan beragam tugas, kebebasan,
dan umpan balik mengenai betapa baik mereka
mengerjakan. Karakteristik ini membuat kerja secara
mental menantang. Pekerjaan yang terlalu kurang
menantang menciptakan kebosanan, tetapi yang
terlalu banyak menantang menciptakan frustrasi dan
perasaan gagal. Pada kondisi tantangan yang sedang,
kebanyakan karyawan akan mengalami kesenangan
dan kepuasan.

b. Ganjaran yang pantas

Para karyawan menginginkan sistem upah


dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan
sebagai adil, tidak kembar-arti, dan segaris dengan

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 69


pengharapan mereka. Bila upah dilihat sebagai adil
yang didasarkan pada tuntutan pekerjaan , tingkat
keterampilan individu, dan standar pengupahan
komunitas, kemungkinan besar akan dihasilkan
kepuasan.

c. Kondisi kerja yang mendukung

Karyawan peduli akan lingkungan kerja baik untuk


kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan
mengerjakan tugas yang baik. Karyawan lebih
menyukai keadaan sekitar fisik yang tidak berbahaya
atau merepotkan. Temperatur, cahaya, derau, dan
faktor lingkungan lain seharusnya tidak ekstrem
( terlalu banyak atau terlalu sedikit ). Kebanyakan
karyawan lebih menyukai bekerja dekat dengan
rumah, dalam fasilitas bersih dan relatif modern, dan
dengan alat-alat dan peralatan yang memadai.

d. Rekan sekerja yang mendukung

Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi


kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu,
bila mempunyai rekan sekerja yang ramah dan
mendukung menghantar ke kepuasan kerja yang
meningkat. Perilaku atasan seorang juga merupakan
determinan utama dari kepuasan.

70 | Mishbahuddin
Menurut Gibson, et al, ( 1993 ), menyatakan
bahwa ada tiga teori penting tentang kepuasan, yaitu
: teori hirarki kebutuhan dari Maslow, teori dua-faktor
dari Herzberg, dan teori prestasi dari McCelland. Di
bawah ini akan dijelaskan satu persatu, antara lain :

a. Teori hirarki kebutuhan dari Maslow ( Maslow’s


Need Hierarchy )

Inti dari teori Maslow adalah bahwa kebutuhan


itu tersusun dalam suatu hirarki. Tingkat kebutuhan
yang paling rendah adalah kebutuhan fisiologis dan
tingkat yang tertinggi adalah kebutuhan realisasi diri
( self-actualization needs ). Kebutuhan-kebutuhan ini
diartikan sebagai berikut:

1). Fisiologis : kebutuhan akan makan, minum,


tempat tinggal, dan bebas dari sakit.

2). Keselamatan dan keamanan (safety and security):


kebutuhan akan kebebasan dari ancaman, yakni
aman dari ancaman kejadian atau lingkungan.

3). Rasa memiliki (belongingness), sosial dan cinta:


kebutuhan akan teman, afiliasi, interaksi, dan
cinta.

4). Penghargaan (esteems) : kebutuhan akan


penghargaan diri, dan penghargaan dari orang
lain.
Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 71
5). Realisasi diri ( self-actualization ) : kebutuhan
untuk memenuhi diri sendiri dengan penggunaan
kemampuan maksimum, keterampilan dan
potensi.

b. Teori dua-faktor dari Herzberg ( Herzberg’s Two-


Factor Theory )

Penelitian awal Herzberg melahirkan dua


kesimpulan khusus mengenai teori tersebut: Pertama,
ada serangkaian kondisi ekstrinsik, keadaan pekerjaan
( job context ), yang menyebabkan rasa tidak puas (
dissatisfaction ) di antara para karyawan, apabila
kondisi ini tidak ada. Jika kondisi ini ada, maka hal itu
tidak perlu memotivasi karyawan. Kondisi ini adalah
faktor-faktor yang membuat orang merasa tidak
puas ( dissatisfier ) atau disebut juga faktor-faktor
kesehatan ( hygiene factors ) karena faktor-faktor
tersebut diperlukan untuk mempertahankan tingkat
yang paling rendah, yakni tingkat ‘tidak adanya
ketidakpuasan’ ( no-dissatisfaction ). Faktor-faktor ini
mencakup :
1). Upah
2). Keamanan kerja
3). Kondisi kerja
4). Status

72 | Mishbahuddin
5). Prosedur perusahaan
6). Mutu dari supervisi teknis
7). Mutu dari hubungan interpersonal di antara
teman sejawat, dengan atasan, dan dengan
bawahan.

Kedua, serangkaian kondisi intrinsik, kepuasan


pekerjaan ( job content ), yang apabila terdapat dalam
pekerjaan akan menggerakkan tingkat motivasi yang
kuat, yang dapat menghasilkan prestasi pekerjaan
yang baik. Jika kondisi ini tidak ada, maka kondisi
ini ternyata tidak menimbulkan rasa ketidakpuasan
yang berlebihan. Serangkaian faktor ini dinamakan
satisfiers atau motivators, yang meliputi :
1). Prestasi ( achievement )
2). Pengakuan ( recognition )
3). Tanggung jawab ( responsibility )
4). Kemajuan ( advancement )
5). Pekerjaan itu sendiri ( the work itself )
6). Kemungkinan berkembang ( the possibility of
growth )

c. Teori kebutuhan yang dipelajari dari McCelland


(McCelland’s Learned Needs Theory)

McCelland mengemukakan teori motivasi


yang berhubungan erat dengan konsep belajar. Ia

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 73


berpendapat bahwa banyak kebutuhan diperoleh dari
kebudayaan. Tiga kebutuhan ini adalah : kebutuhan
akan prestasi ( need for achievement, disingkat n
Ach ), kebutuhan akan afiliasi ( need for affiliation,
disingkat n Aff ), dan kebutuhan akan kekuasaan
(need for power, disingkat n Pow).

McCelland mengemukakan bahwa apabila


kebutuhan seseorang terasa sangat mendesak, maka
kebutuhan itu akan memotivasi orang tersebut untuk
berusaha keras memenuhi kebutuhan tersebut.
Misalnya, apabila orang mempunyai n Ach yang
tinggi, maka kebutuhan ini akan mendorong orang
untuk menetapkan tujuan yang penuh tantangan,
bekerja keras untuk mencapai tujuan itu, dan
menggunakan keterampilan dan kemampuan yang
diperlukan untuk mencapainya.

Menurut As’ad ( 2001 ), dari berbagai pendapat


para ahli, tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
kepuasan kerja, yaitu :

a. Faktor psikologik, merupakan faktor yang


berhubungan dengan kejiwaan karyawan yang
meliputi minat, ketentraman dalam kerja, sikap
terhadap kerja, bakat, dan keterampilan.

74 | Mishbahuddin
b. Faktor sosial, merupakan faktor yang
berhubungan dengan interaksi sosial baik antara
sesama karyawan, dengan atasannya, maupun
karyawan yang berbeda jenis pekerjaannya.

c. Faktor fisik, merupakan faktor yang berhubungan


dengan kondisi fisik lingkungan kerja dan
kondisi fisik karyawan, meliputi jenis pekerjaan,
pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat,
perlengkapan kerja, keadaan ruangan, suhu,
penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan
karyawan, umur, dan sebagainya.

d. Faktor finansial, merupakan faktor yang


berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan
karyawan yang meliputi sistem dan besarnya
gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan,
fasilitas yang diberikan, promosi, dan sebagainya.

2. Pengukuran kepuasan kerja

Pengukuran kepuasan kerja ternyata sangat


bermacam-macam, baik dari segi analisa statitiknya
maupun pengumpulan datanya. Informasi yang
didapat dari kepuasan kerja ini bisa melalui tanya
jawab secara perorangan, dengan angket, ataupun
dengan pertemuan suatu kelompok kerja.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 75


Jika dengan menggunakan tanya jawab
(interview) sebagai alatnya, maka para karyawan
diminta untuk merumuskan tentang perasaannya
terhadap aspek-aspek pekerjaan ( self-report ). Cara
lain adalah dengan mengamati sikap dan tingkah
laku orang tersebut.

Dasar asumsi dari ‘self-report’ adalah hanya


orang itu sendirilah yang paling mengetahui persis
bagaimana perasaannya terhadap pekerjaan itu. Akan
tetapi, untuk jenis ini ternyata banyak bervariasi. Ada
yang menggunakan pertanyaan langsung terhadap
perasaan orang tersebut, ada pula yang memakai
pertanyaan tidak langsung.

Di bawah ini, penulis akan memberikan sebuah


analisa dari hasil penelitian penulis tentang kepuasan
pekerja. Penelitian ini dilakukan penulis atas beberapa
karyawan di sebuah salah satu rumah sakit di Jakarta.
Salah satu yang menjadi fokus kajian penulis dalam
melihat kepuasan kerja para karyawan di rumah sakit
dengan dua karesteristik responden berdasarkan
faktor individu dan faktor non individu.

Sebagaimana yang dijelaskan di atas, bahwa


karekteristik umum responden berdasarkan faktor
individu adalah, umur, jenis kelamin, pendidikan
terakhir, lamanya bekerja, dan status perkawinan.

76 | Mishbahuddin
1. Umur

Umur responden di rumah sakit yang penulis


teliti, sebagian besar responden berumur di
bawah 35 tahun, yaitu kelompok umur < 25 tahun
sebanyak 11,1 %, kelompok umur antara 25 s/d 30
tahun sebanyak 52,8 %, dan kelompok umur antara
31 s/d 35 tahun sebanyak 25,0 %. Dari komposisi
umur ini dapat dikatakan lebih dari sebagian besar,
yakni sebesar 88,9 % adalah karyawan yang berusia
produktif, dan juga mempunyai semangat kerja
yang tinggi yang akhirnya juga dapat meningkatkan
mutu pelayanan rumah sakit kepada pasien. Hal ini
berbeda dengan pendapat Handoko ( 2000 ), bahwa
semakin tua umur karyawan, mereka cenderung lebih
terpuaskan dengan pekerjaan-pekerjaan mereka. Di
lain pihak, karyawan yang lebih muda cenderung
kurang terpuaskan, karena berbagai harapan yang
tinggi, kurang penyesuaian, dan penyebab lainnya.

2. Jenis Kelamin

Berdasarkan data yang telah penulis peroleh dari


hasil penelitian, ternyata sebanyak 58,3 % responden
merupakan karyawan yang berjenis kelamin wanita.
Sedangkan sebesar 41,7 % orang responden adalah
berjenis kelamin pria. Hal ini sudah merupakan

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 77


komposisi yang ideal di dalam suatu lingkungan
pekerjaan. Sama seperti halnya dengan jumlah
wanita yang ada lebih besar dibandingkan dengan
pria. Begitu juga dengan penelitian Wahyudi ( 2001
), menemukan bahwa wanita lebih banyak bekerja di
Rumah Sakit daripada pria.

3. Pendidikan Terakhir

Dilihat dari data yang telah diperoleh penulis,


maka pendidikan terakhir yang paling banyak adalah
mereka yang berpendidikan terakhir Akademi / D3,
yakni sebanyak 69,4 %. Dari komposisi yang ada, maka
dapat dikatakan kualitas sumber daya manusia yang
ada di Rumah Sakit yang memiliki pendidikan yang
tinggi dapat diandalkan. Sehingga kualitas pelayanan
bagi pasien yang berobat di rumah sakit tersebut
menjadi lebih baik karena di dukung oleh sumber
daya manusia yang sudah memiliki pendidikan yang
lumayan.

4. Lamanya Bekerja

Sebagian besar responden yang penulis teliti,


sudah bekerja di antara 1 - 3 tahun, yakni sebesar 61,1
%. Faktor-faktor motivasi kerja karyawan akan sangat
mempengaruhi untuk lamanya bekerja seseorang

78 | Mishbahuddin
di suatu tempat. Penghargaan yang diberikan serta
kesempatan untuk mengembangkan diri adalah
merupakan faktor menentukan seseorang untuk
bekerja di suatu tempat. Menurut Siagian ( 2002 ),
bahwa lamanya seseorang bekerja di tempat mereka
bekerja tergantung pada kepuasan kerja karyawan
tersebut.

5. Status Perkawinan

Data dari responden mengatakan bahwa sebagian


besar responden sudah menikah yaitu sebanyak 55,6
%. Hal ini menandakan bahwa peningkatan akan
kebutuhan hidup karyawan akan semakin meningkat
sehingga pencapaian akan kepuasan karyawan
pun semakin meningkat, berarti akan sangat
menjadi perhatian pihak rumah sakit dalam upaya
meningkatkan semangat kerja karyawan.

Sementara Responden berdasarkan Faktor Non


Individu menggambarkan tingkat kepuasan karyawan
yang meliputi kepuasan terhadap gaji yang diterima,
hubungan kerja, kondisi kerja, penilaian prestasi kerja,
jenjang karir, dan jaminan kesejahteraan.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 79


1. Kepuasan terhadap gaji yang telah diterima oleh
karyawan

Dari hasil penelitian ini responden yang


menyatakan puas yaitu 65,3 %, serta masih cukup
banyak karyawan yang menyatakan belum puas
terhadap gaji yang telah diterimanya selama ini,
yakni sebesar 22,2 %. Sebanyak 63,9 % karyawan
menyatakan bahwa mereka memiliki rasa tenang
dengan jumlah gaji yang selama ini mereka dapatkan,
sedangkan 58,3 % menyatakan bahwa gaji yang
telah mereka terima selama ini sesuai dengan tugas
/ pekerjaan yang mereka jalankan. Sedangkan 65,3
% karyawan menyatakan bahwa gaji tersebut dapat
meningkatkan semangat kerja mereka di dalam
bekerja.

Dari hasil penelitian tersebut dapat dikatakan


bahwa rumah sakit telah memberikan gaji yang
cukup kepada karyawan / pegawainya. Pengertian
“cukup” ini adalah sebenarnya sangat relatif sifatnya.
Oleh karena itu cukup di sini adalah jumlah yang
mampu dibayarkan tanpa menimbulkan kerugian
bagi rumah sakit tersebut. Banyaknya gaji yang
diberikan mempunyai pengaruh terhadap semangat
dan kegairahan kerja, dan hal ini sudah menjadi

80 | Mishbahuddin
suatu hal yang bersifat pengetahuan umum. Makin
besar gaji yang diberikan berarti semakin tercukupi
kebutuhan mereka. Dengan demikian mereka akan
mendapatkan ketenangan dan kepuasan dalam
melaksanakan tugas-tugasnya.

Dapat dilihat juga bahwa gaji merupakan faktor


yang menentukan di dalam memotivasi karyawan
untuk bekerja di suatu tempat. Tanpa adanya gaji yang
memuaskan maka dapat di duga bahwa kinerja yang
dilakukan oleh karyawan tersebut tidaklah menjadi
baik. Disamping gaji tersebut, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan di dalam menentukan berapa
besar gaji yang layak diterima seseorang untuk
bekerja di suatu tempat. Misalnya yang menyangkut
tugas yang dilaksanakannya, berat atau tidak.

Menurut hemat penulis faktor yang tidak kalah


penting dan selayaknya mendapatkan perhatian
dari para karyawan yang bekerja di Rumah Sakit
tersebut, tidak lain adalah adanya motivasi dari para
karyawan untuk memberikan pengabdian yang
terbaik bagi pasien dengan tidak memperhatikan
seberapa besar gaji yang mereka dapatkan. Dengan
adanya pengabdian tersebut diharapkan para
pasien yang berobat ke rumah sakit tersebut, akan

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 81


mendapatkan layanan yang baik dari para karyawan
tersebut. Menurut Robbins ( 1996 ), salah satu yang
menentukan kepuasan kerja adalah ganjaran yang
pantas, dimana para karyawan menginginkan sistem
upah dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan
sebagai adil, tidak kembar-arti, dan segaris dengan
pengharapan mereka. Bila upah dilihat sebagai adil
yang berdasarkan pada tuntutan kerja, kemungkinan
besar akan dihasilkan kepuasan.

2. Kepuasan karyawan terhadap hubungan kerja

Sebanyak 79,2 % responden menyatakan di


unit perawatan intensif Rumah Sakit sudah ada
hubungan kerja yang baik. Dari perolehan data
tersebut dapat dikatakan hubungan antara sesama
rekan sekerja, antara atasan dengan bawahan,
hubungan karyawan medis dan non medis, dan
hubungan karyawan pegawai tetap dan kontrak,
sudah terjalin dengan baik. Sehingga dimungkinkan
terciptanya lingkungan kerja yang sehat, persaingan
yang sehat diantara sesama karyawan Rumah Sakit.
Dengan adanya hubungan yang baik ini, maka dapat
dikatakan lingkungan kerja di rumah sakit tersebut
akan memperoleh keuntungan-keuntungan tertentu,
yakni :

82 | Mishbahuddin
a. Kelancaran tugas-tugas dapat lebih terjamin

Dengan adanya hubungan yang baik berarti


apa yang ingin dikomunikasikan akan dapat
dimengerti, sehingga pekerjaan yang diharapkan
dapat berjalan dengan lancar. Sebaliknya apabila
hubungan yang baik tidak ada, maka kelancaran
tugas-tugas dapat menjadi terganggu.

b. Dapat meningkatkan partisipasi

Agar partisipasi baik, berarti harus ada komunikasi


timbal balik, hal ini berarti menimbulkan unsur
pengikutsertaan dari bawahan kepada perusahaan.
Hal ini berarti dengan partisipasi yang baik akan
meningkatkan partisipasi daripada mereka.

c. Pengawasan dapat dilakukan dengan baik

Dengan adanya hubungan yang baik berarti


komunikasi antara pimpinan dan bawahan terjalin
dengan baik, sehingga hal ini berarti pengawasan
dari pimpinan atau tugas-tugas yang dilakukan
dapat dilakukan dengan baik.

Diharapkan dengan baiknya hubungan diantara


atasan dengan bawahan, serta sesama karyawan,
maka kepuasan karyawan yang menyangkut
hubungan kerja akan dapat dicapai sehingga akan
memacu ke arah pelayanan yang lebih baik.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 83


Dengan adanya hubungan yang baik diantara
sesama karyawan dan karyawan dengan atasan di
Rumah sakit khususnya di unit perawatan intensif
sudah tentu akan menciptakan suatu komunikasi
timbal balik yang lebih baik. Di sini dapat kita
lihat bahwa peranan pemimpin mampu untuk
menciptakan komunikasi timbal balik yang lebih
baik teurtama dari bawah ke atas, karena kalau
sudah terciptanya komunikasi yang seperti ini,
maka bawahan akan mempunyai keberanian untuk
mengemukakan segala sesuatu kepada atasannya.
Menurut As’ad ( 2001 ), mengatakan bahwa salah
satu faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
adalah faktor sosial, yaitu faktor yang berhubungan
dengan interaksi sosial baik antara sesama karyawan,
dengan atasannya, maupun karyawan yang berbeda
jenis pekerjaannya.

3. Kepuasan karyawan terhadap kondisi kerja

Sebagaimana kita ketahui bahwa semangat dan


kegairahan kerja para karyawan dalam melaksanakan
tugas-tugas dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah
satu faktor yang juga dapat mempengaruhi semangat
dan tingkat kepuasan bekerja yaitu kondisi kerja atau
lingkungan kerja.

84 | Mishbahuddin
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan,
yang menyatakan puas terhadap kondisi kerja yang
dijalani sebesar 77,8 %. Sedangkan yang menyatakan
tidak baik sekitar 8,3 %. Dari hasil ini dapat dikatakan
kondisi kerja karyawan di unit perawatan intensif
Rumah Sakit dalam kondisi tenang dan nyaman.
Karena suasana kerja yang tegang dan tidak nyaman
seringkali menimbulkan turunnya semangat dan
kegairahan di dalam bekerja.

Salah satu keadaan kondisi kerja yang aman


dapat dilihat dari penampilan fisik. penampilan fisik
itu bisa berupa lingkungan kerjanya yang bersih dan
tidak timbulnya kebisingan-kebisingan yang dapat
membuat karyawan merasa tidak nyaman untuk
bekerja. Keadaan lingkungan kerja yang bersih di
Rumah Sakit, khususnya di unit perawatan intensif
tersebut disebabkan karena adanya rasa tanggung
jawab dari sesama karyawan untuk menjaga
kebersihan tempat mereka bekerja.

Menurut Dessler ( 1997 ), kepuasan kerja


mempunyai arti penting baik bagi karyawan maupun
perusahaan, terutama karena menciptakan keadaan
positif di dalam lingkungan kerja, ini menandakan
bahwa lingkungan kerja yang baik akan mendukung
terpenuhinya kepuasan kerja karyawan.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 85


4. Kepuasan kerja terhadap penilaian prestasi kerja

Kalau dilihat dari data yang telah penulis peroleh


dari penelitian yang telah dilakukan mengenai tingkat
kepuasan karyawan terhadap penilaian kerja yang
telah dilakukan, ternyata sebagian besar responden,
yakni sebesar 62,5 % merasa puas terhadap penilaian
prestasi kerja karyawan. Dan hanya sebagian kecil,
yakni sebesar 22,2 % menyatakan tidak puas terhadap
penilaian prestasi yang telah dilakukan selama ini.
Artinya terdapat unsur transparansi dan sifat obyektif
terhadap penilaian kinerja yang telah dilakukan oleh
karyawan.

Kepuasan kerja karyawan akan timbul jika


karyawan tersebut dinilai berdasarkan apa yang telah
mereka lakukan untuk rumah sakit. Hal ini tentu saja
akan memacu semangat kerja dari karyawan tersebut.
Dengan memberikan penghargaan terhadap
karyawan yang dinilai berprestasi sudah tentu
ujungnya akan menciptakan pelayanan yang baik
kepada pasien yang berobat di rumah sakit tersebut.
Penghargaan yang diberikan terhadap prestasi yang
telah dilakukan di rumah sakit, dapat berbentuk
kenaikan gaji, hadiah, kenaikan pangkat, serta
pemindahan ke posisi yang lebih sesuai. Tentu saja

86 | Mishbahuddin
jenis penghargaan ini disesuaikan dengan keadaan
kondisi rumah sakit dan prestasi / keterampilan para
karyawan yang bersangkutan.

Cara pemberian penghargaan di Rumah Sakit


khususnya di unit perawatan intensif tersebut dapat
dilakukan dengan cara mencatat, dan mengukur
data-data yang dapat menentukan prestasi / kondite
para karyawan dalam memberikan penghargaan.
Menurut hemat penulis hendaknya penilaian ini
perlu diadakan penelitian yang cermat dan obyektif
serta adil. Penilaian terhadap prestasi kerja yang
dilakukan oleh manajer, hendaknya memberikan
suatu gambaran yang akurat mengenai prestasi kerja
karyawan. Untuk mencapai tujuan ini, sistem-sistem
penilaian harus mempunyai hubungan dengan
pekerjaan ( job related), praktis, mempunyai standar-
standar dan menggunakan berbagai ukuran yang
dapat diandalkan. Job-related berarti bahwa sistem
menilai perilaku-perilaku kritis yang mewujudkan
keberhasilan rumah sakit. Sedangkan suatu sistem
disebut praktis bila dipahami dan dimengerti oleh
manajer dan karyawan.

Observasi-observasi penilaian dapat dilakukan


secara langsung atau tidak langsung. Observasi

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 87


langsung terjadi bila penilai dalam hal ini bagian
manajer secara nyata melihat pelaksanaan kerja.
Di pihak lain, observasi tidak langsung terjadi bila
penilai hanya dapat menilai tiruan pelaksanaan kerja
nyata sehingga kurang akurat.

Menurut Aditama ( 2000 ), tujuan diadakan


penilaian ini yaitu : agar rumah sakit dapat mengetahui
apakah karyawan tersebut perlu diadakan pelatihan
lebih lanjut, kemungkinan promosi, penempatan
sesuai dengan minat dan kemampuannya, dan
kemungkinan peninjauan kembali tentang gaji.
Dengan adanya penilaian yang obyektif dan adil
kemungkinan akan tercipta suatu kepuasan kerja.

5. Kepuasan kerja karyawan terhadap jenjang karir

Dari data yang ditunjukkan sebanyak 51,4


% menyatakan puas terhadap peningkatan karir
yang telah dilakukan. Ini berarti hampir setengah
dari responden menyatakan puas terhadap
kesempatan yang diberikan kepada mereka untuk
mengembangkan karirnya di Rumah Sakit khususnya
di unit perawatan intensif. Sedangkan hanya 29,2
% saja yang menyatakan tidak puas terhadap
kesempatan peningkatan karir yang telah diberikan
kepada mereka.

88 | Mishbahuddin
Dari data yang diperoleh tersebut dapat dikatakan
bahwa manajer personalia atau bagian personalia
yang menangani masalah kepegawaian ini, sebagian
besar telah melaksanakan tugasnya dengan baik,
yakni salah satunya untuk memberikan kesempatan
yang luas bagi pengembangan karir di rumah sakit
tersebut. Di samping itu perlu ditekankan bahwa
bagian personalia perlu juga menyadari bahwa suatu
karir hanyalah merupakan bagian dari rencana hidup
seseorang. Di samping rencana hidup, penilaian diri
juga meliputi persediaan diri untuk memegang posisi
yang lebih besar tanggung jawabnya dari pada posisi
yang sebelumnya.

Sikap atasan, pengalaman, pendidikan


memainkan peranan penting dalam menentukan
jenjang karir seseorang. Karir sebagai suatu urutan
promosi atau pemindahan lateral ke jabatan-jabatan
yang lebih menuntut tanggung jawab atau lokasi-
lokasi yang lebih baik dalam menyilang hirarki
hubungan kerja selama kehidupan kerja seseorang.
Karir juga merupakan penunjuk pekerjaan-pekerjaan
yang membentuk suatu pola kemajuan yang
sistematik.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 89


Pihak bagian personalia hendaknya harus
mengambil peranan aktif dalam perencanaan karir
karyawan. Perencanaan karir perlu ditangani karena
rencana-rencana sumber daya manusia menunjukkan
berbagai kebutuhan staffing organisasi di waktu yang
akan datang dan berkaitan dengan kesempatan-
kesempatan pelatihan dan pengembangan. Dan juga
bagian personalia hendaknya memberikan kepada
karyawan berbagai informasi yang mereka butuhkan
untuk merencanakan karir. Sebagai contoh, deskripsi
dan spesifikasi jabatan adalah informasi yang sangat
berguna bagi seorang karyawan yang sedang
mencoba untuk mengestimasi sasaran-sasaran
karirnya.

Bagian personalia juga dapat mendorong


perencanaan karir melalui penyedia informasi
tentang berbagai alternatif jalur karir. Informasi ini
juga mencakup persyaratan-persyaratan jabatan
yang harus dipenuhi.

Menurut Handoko ( 2000 ), bahwa seseorang


dengan jenjang karir yang lebih tinggi cenderung
lebih mendapatkan kepuasan kerja. Mereka biasanya
memperoleh kompensasi lebih baik, kondisi kerja
lebih nyaman, dan pekerjaan mereka kemungkinan

90 | Mishbahuddin
menggunakan segala kemampuan yang mereka
punyai.

6. Kepuasan karyawan terhadap jaminan kesejahteraan

Berdasarkan data yang diperoleh oleh penulis


dari hasil penelitian terdapat 63,9 % dari responden
menyatakan puas terhadap jaminan kesejahteraan
yang diberikan oleh rumah sakit kepada mereka.
Sedangkan hanya 19,4 % responden menyatakan
diri tidak puas terhadap jaminan kesejahteraan yang
telah diberikan oleh rumah sakit kepada mereka.
Dari data tersebut dapat dikatakan semangat dan
gairah kerja karyawan akan terpupuk karena mereka
telah mempunyai rasa aman terhadap masa depan
profesi mereka. Terciptanya rasa aman menghadapi
masa depan itu, karena rumah sakit menyediakan
tunjangan-tunjangan lainnya bagi para karyawannya.
Disamping itu menurut ukuran karyawan yang
bekerja saat ini pada umumnya kestabilan terhadap
kondisi keuangan rumah sakit sudah cukup menjadi
jaminan perasaan aman bagi karyawannya. Untuk
menciptakan kondisi yang seperti ini, perlu adanya
usaha dari pihak manajemen rumah sakit untuk selalu
berusaha agar kondisi keuangannya stabil. Dengan
kestabilan sudah tentu masa depan rumah sakit

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 91


akan terjamin. Lain halnya kalau rumah sakit kondisi
keuangannya tidak stabil tentu akan menimbulkan
kecemasan / kekhawatiran dari para karyawan.
Mereka mungkin saja khawatir memikirkan tentang
kapan saatnya ia mendapat giliran untuk dipecat.

Pada umumnya masalah ini merupakan hal yang


sangat penting untuk karyawan, namun biasanya hal
ini terbentur pada kondisi keuangan yang ada di rumah
sakit tersebut. Namun diharapkan dengan kurangnya
fasilitas kesejahteraan yang diberikan oleh pihak
rumah sakit kepada karyawan tidak menyurutkan
niat karyawan untuk melakukan pekerjaannya di
rumah sakit. Karena pada dasarnya apabila kinerja
karyawan non medis terganggu, otomatis pelayanan
karyawan medis kepada pasiennya pun menjadi
terganggu juga. Menurut pendapat Ghiselli & Brown
dalam buku As’ad ( 2001 ), mengemukakan salah
satu faktor yang menimbulkan kepuasan kerja adalah
jaminan finansial dan jaminan sosial, dalam hal ini
yaitu jaminan kesejahteraan. Dengan adanya jaminan
kesejahteraan yang baik akan tercipta suatu kepuasan
kerja karyawan.

92 | Mishbahuddin
TANTANGAN RUMAH SAKIT
DI MASA DEPAN

Banyaknya bermunculan rumah sakit swasta


di berbagai kota di Indonesia yang kemungkinan
membuktikan bahwa bisnis rumah sakit sangat
menjanjikan jika dikelola oleh manajemen rumah
sakit yang baik dan berkualitas. Adanya perubahan
paradigma dari jasa pelayanan kesehatan yang
bersifat sosial menjadi komoditas bisnis jasa
pelayanan kesehatan.

Bisnis rumah sakit jika kita lihat bersama, bahwa


tidak hanya jasa pelayanan kesehatan saja. Akan
tetapi ada unsur bisnis non kesehatan didalam sebuah
rumah sakit. Contohnya adalah saat ini banyaknya
tempat jualan makanan atau restoran bahkan café
favorit pun ada yang jualan di rumah sakit. Selain itu,
adanya mini market atau penjualan barang-barang

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 93


lainnya seperti buah-buahan, makanan dan minuman
ringan, serta jualan produk barang lainnya.

Hal ini tidak hanya dilihat rumah sakit dari


berbagai kota di Indonesia, tapi juga di Negara
tetangga Indonesia, seperti Malaysia dan Singapore.
Banyak warga Negara Indonesia yang berobat ke
RS Negara tetangga walaupun itu merupakan hak
masing-masing individu. Berdasarkan pengamatan
penulis melihat sebagian dari pelayanan rumah sakit
di Negara tetangga, system pelayanan kesehatan
mereka yang menggunakan pelayanan satu pintu
(one stop services). Menurut Ilyas (2004) menyatakan
bahwa masih ada sekelompok masyarakat menengah
keatas lebih percaya kepada rumah sakit luar negeri
dari pada rumah sakit dalam negeri sendiri.

Tenaga / sumber daya manusia untuk petugas


kesehatan dan non kesehatan, menurut pengamatan
penulis yang bekerja di rumah sakit di Indonesia,
sebagian besar SDM tidak kalah hebat dengan
kualitas Negara lainnya. Ada sebagian SDM tenaga
kesehatan Indonesia bekerja di Luar Negeri. Artinya,
SDM tenaga kesehatan kita sangat compatible.

System pelayanan yang perlu kita lihat adalah


bagaimana alur pasien mulai datang mendaftar

94 | Mishbahuddin
berobat sampai kembali ke rumah. Pasien atau
konsumen yang datang ke rumah sakit saat ini tidak
hanya bagi orang sakit saja, akan tetapi orang sehat
pun datang ke rumah sakit. Seperti contoh orang
sehat yang datang ke rumah sakit adalah ketika
mereka ingin melakukan medical check-up, ketika
mereka dalam kondisi sehat, akan tetapi ingin melihat
atau menge-check up kesehatan mereka secara rutin.

Sebagian rumah sakit masih menggunakan alur


yang sedikit bolak-balik pasien. Bahkan ada sebagian
lagi pasien harus berjalan lumayan jauh jika rumah
sakitnya besar mulai dari pendaftaran , ketemu
dokter, tindakan penunjang lainnya (pemeriksaan
darah), dan sampai mengambil obat, mereka atau
keluarga pasien harus pergi sendiri dengan jarak yang
lumayan jauh bagi seorang pasien atau konsumen
yang ingin berobat.

Hal ini sedikit berbeda ketika penulis melihat


sebagian system pelayanan kesehatan yang
dilakukan oleh rumah sakit Negara tetangga. Sedikit
ilustrasi yang penulis amati di rumah sakit tersebut
adalah bahwa ketika pasien datang, mendaftar ke
bagian pendaftaran, bahkan ada pendaftaran khusus
poliklinik, pasien langsung diarahkan ke salah satu

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 95


ruangan dengan nomor antrian yang telah diambil
saat pendaftaran. Ruangan poliklinik tersebutlah
dilayani pasien dengan satu pintu pelayanan. Artinya,
ketika pasien ketemu dokter spesialis, saat itu juga
jika diperlukan pelayanan penunjang lainnya seperti
pemeriksaan darah (pemeriksaan laboratorium),
pasien langsung diambil darahnya di ruangan
tersebut, tanpa harus mereka keluar dan mencari
ruangan laboratorium yang kadang jauh dari ruangan
poliklinik. Selanjutnya, ketika pasien selesai berobat
serta tindakan lainnya dari dokter poliklinik, pasien
langsung diberikan obat dari ruangan pengobatan
tersebut tanpa harus mengantri ulang di apotek
umum rumah sakit diluar ruangan poliklinik tersebut.
Ini sesuai dengan konsep mereka bahwa sekali pasien
/ konsumen datang ke tempat mereka, semua akan
dilayani dalam satu pintu (one stop services), selain
dari pelayanan prima yang diberikan.

Adanya berbagai permasalahan umum rumah


sakti di Indonesia dalam menghadapi era globalisasi
ini, ada kiat-kiat dari pendapat Widayat (2009) dalam
pemecahan permasalahan tersebut, diantaranya kiat
tiga kunci sukses tersebut adalah sebagai berikut:

96 | Mishbahuddin
1. Rumah sakit harus segera mengevaluasi diri
dan menyusun rencana strategi meningkatkan
kinerja dan daya saing rumah sakit dengan
memberdayakan faktor strength dan
opportunities, diantaranya yaitu: SDM yang
berkualitas, akses pelanggan, layanan bisnis
unggulan, dan strategi pemasaran. Kalo dilihat
dari teori SWOT analisis, yaitu melihat Kekuatan
(Strength), Kelemahan (Weakness), Peluang
(Opportunity), dan Ancaman yang mungkin
timbul (Threat) dari sebuah rumah sakit.

2. Hindari saling bersaing bebas (win-lose) sesama


bangsa, akan tetapi lebih baik berkolaborasi dan
mengembangkan bentuk bekerja sama (aliansi
strategis) baik lateral maupun integral bersama-
sama meningkatkan daya saing nasional. Perlu
adanya saling mendukung dalam kegiatan
pelayanan kesehatan yang diberikan mulai dari
kelas rumah sakit terkecil (kelas D) sampai yang
besar (kelas A).

3. Menumbuhkan cohesiveness (rasa


kesetiakawanan) dan mengembangkan budaya
organisasi yang mau terus menerus belajar
(continuous learning culture). Budaya yang ingin

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 97


belajar terus menerus merupakan suatu yang
sangat baik buat semua orang ataupun organisasi/
institusi. Karena ilmu pengetahuan dan teknologi
(iptek) itu selalu berubah dan berkembang.

98 | Mishbahuddin
DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Tjandra Yoga, MANAJEMEN ADMINISTRASI


RUMAH SAKIT, UI-Press, Jakarta : 2000.

As’ad, Moh., PSIKOLOGI INDUSTRI SERI ILMU


SUMBER DAYA MANUSIA Edisi Keempat,
Liberty, Yogyakarta : 2001.

Azwar, Azrul, PENGANTAR ADMINISTRASI


KESEHATAN, Edisi Ketiga, Binarupa Aksara,
Jakarta : 1996.

Dessler, Gary, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA,


Jilid Pertama, Prenhallindo, Jakarta : 1997.

Dessler, Gary, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA,


Jilid Kedua, Prenhallindo, Jakarta : 1997.

Gani, Ascobat, METODOLOGI UMUM PENELITIAN


/ PENATARAN METODE PENELITIAN ILMU
LINGKUNGAN, Universitas Indonesia, Jakarta
: 1988.
Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 99
Gibson, James L., Et Al., ORGANISASI DAN
MANAJEMEN PERILAKU STRUKTUR PROSES,
Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta : 1993.

Handoko, T. Hani, MANAJEMEN PERSONALIA DAN


SUMBER DAYA MANUSIA, Edisi Kedua, BPFE,
Yogyakarta : 2000.

http://bahankuliahkesehatan.blogspot.
com/2011/02/manajemen-pelayanan-
kesehatan.html

http://web.rshs.or.id/tentang-kami/sejarah/awal-
pembangunan-dan-pengembangan-rumah-
sakit/

https://pelayananpublik.id/2019/07/30/rumah-
sakit-sejarah-syarat-tujuan-dan-fungsinya-
menurut-uu/

Ilyas, Y. (2004). Wajah Pelayanan Kesehatan Kita.


Jakarta: Djambatan.

Nazir, Moh., METODE PENELITIAN, Ghalia Indonesia,


Jakarta : 1999.

Panitia Istilah Manajemen Lembaga PPM, KAMUS


ISTILAH MANAJEMEN, Pustaka Binaman
Pressindo, Jakarta : 1994.

100 | Mishbahuddin
Robbins, Stephen P., PERILAKU ORGANISASI KONSEP
KONTROVERSI APLIKASI, Jilid Pertama,
Prenhallindo, Jakarta : 1996.

Siagian, Sondang P., MANAJEMEN SUMBER DAYA


MANUSIA, Bumi Aksara, Jakarta : 2002.

Strauss, George, & Sayles, Leonard, MANAJEMEN


PERSONALIA SEGI MANUSIA DALAM
ORGANISASI, Jilid Pertama, Pustaka Binaman
Pressindo, Jakarta : 1996.

Suit, Jusuf, & Almasdi, ASPEK SIKAP MENTAL DALAM


MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA,
Ghalia Indonesia, Jakarta : 2000.

Wahjosumidjo, KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI,


Ghalia Indonesia, Jakarta : 1987.

Wahyudi, Arie Setyo, TINJAUAN SEMANGAT KERJA


TENAGA PARAMEDIS PADA INSTALASI RAWAT
INAP RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA, Skripsi,
Universitas Indonesia, Jakarta : 2001.

Widayat, R. (2009). Being A Great And Sustainable


Hospital: Beberapa Pitfall Manajemen Yang
Harus Diwaspadai. Jakarta: Gramedia.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 101


102 | Mishbahuddin
LAMPIRAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 44 TAHUN 2009
TENTANG
RUMAH SAKIT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:

a. bahwa pelayanan kesehatan merupakan hak


setiap orang yang dijamin dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 yang harus diwujudkan dengan upaya
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya;

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 103


b. bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik
tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan
ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi,
dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang
harus tetap mampu meningkatkan pelayanan
yang lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat agar terwujud derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya;

c. bahwa dalam rangka peningkatan mutu dan


jangkauan pelayanan Rumah Sakit serta
pengaturan hak dan kewajiban masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan, perlu
mengatur Rumah Sakit dengan Undang-Undang;

d. bahwa pengaturan mengenai rumah sakit belum


cukup memadai untuk dijadikan landasan hukum
dalam penyelenggaraan rumah sakit sebagai
institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan
huruf d serta untuk memberikan kepastian
hukum bagi masyarakat dan Rumah Sakit, perlu
membentuk Undang- Undang tentang Rumah
Sakit.

104 | Mishbahuddin
Mengingat:

Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal
34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK
INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:

UNDANG-UNDANG TENTANG RUMAH SAKIT

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan


yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 105


perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat.

2. Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang


membutuhkan tindakan medis segera guna
penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan
lebih lanjut.

3. Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah pelayanan


kesehatan yang meliputi promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif.

4. Pasien adalah setiap orang yang melakukan


konsultasi masalah kesehatannya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang
diperlukan, baik secara langsung maupun tidak
langsung di Rumah Sakit.

5. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut


Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia
yang memegang kekuasaan pemerintahan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

6. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau


Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.

106 | Mishbahuddin
7. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

BAB II
ASAS DAN TUJUAN

Pasal 2

Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila


dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan
profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak
dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan
keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial.

Pasal 3

Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan:

a. mempermudah akses masyarakat untuk


mendapatkan pelayanan kesehatan;

b. memberikan perlindungan terhadap keselamatan


pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan
sumber daya manusia di rumah sakit;

c. meningkatkan mutu dan mempertahankan


standar pelayanan rumah sakit; dan

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 107


d. memberikan kepastian hukum kepada pasien,
masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit,
dan Rumah Sakit.

BAB III
TUGAS DAN FUNGSI

Pasal 4

Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan


pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.

Pasal 5

Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 4, Rumah Sakit mempunyai fungsi:

a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan


pemulihan kesehatan sesuai dengan standar
pelayanan rumah sakit;

b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan


perorangan melalui pelayanan kesehatan yang
paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai
kebutuhan medis;

c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan


sumber daya manusia dalam rangka peningkatan

108 | Mishbahuddin
kemampuan dalam pemberian pelayanan
kesehatan; dan

d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan


serta penapisan teknologi bidang kesehatan
dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan
dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan
bidang kesehatan.

BAB IV
TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH DAN
PEMERINTAH DAERAH

Pasal 6

(1) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung


jawab untuk:

a. menyediakan Rumah Sakit berdasarkan


kebutuhan masyarakat;

b. menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan


di Rumah Sakit bagi fakir miskin, atau orang
tidak mampu sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;

c. membina dan mengawasi penyelenggaraan


Rumah Sakit;

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 109


d. memberikan perlindungan kepada Rumah
Sakit agar dapat memberikan pelayanan
kesehatan secara profesional dan bertanggung
jawab;

e. memberikan perlindungan kepada masyarakat


pengguna jasa pelayanan Rumah Sakit sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;

f. menggerakkan peran serta masyarakat dalam


pendirian Rumah Sakit sesuai dengan jenis
pelayanan yang dibutuhkan masyarakat;

g. menyediakan informasi kesehatan yang


dibutuhkan oleh masyarakat;

h. menjamin pembiayaan pelayanan


kegawatdaruratan di Rumah Sakit akibat
bencana dan kejadian luar biasa;

i. menyediakan sumber daya manusia yang


dibutuhkan; dan

j. mengatur pendistribusian dan penyebaran


alat kesehatan berteknologi tinggi dan
bernilai tinggi.

(2) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dilaksanakan berdasarkan kewenangan

110 | Mishbahuddin
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

BAB V
PERSYARATAN

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 7

(1) Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi,


bangunan, prasarana, sumber daya manusia,
kefarmasian, dan peralatan.

(2) Rumah Sakit dapat didirikan oleh Pemerintah,


Pemerintah Daerah, atau swasta.

(3) Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah dan


Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) harus berbentuk Unit Pelaksana Teknis
dari Instansi yang bertugas di bidang kesehatan,
Instansi tertentu, atau Lembaga Teknis Daerah
dengan pengelolaan Badan Layanan Umum atau
Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 111


(4) Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta
sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) harus
berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya
hanya bergerak di bidang perumahsakitan.

Bagian Kedua
Lokasi

Pasal 8

(1) Persyaratan lokasi sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 7 ayat (1) harus memenuhi ketentuan
mengenai kesehatan, keselamatan lingkungan,
dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian
kebutuhan dan kelayakan penyelenggaraan
Rumah Sakit.

(2) Ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan


lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) menyangkut Upaya Pemantauan Lingkungan,
Upaya Pengelolaan Lingkungan dan/atau
dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

(3) Ketentuan mengenai tata ruang sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam
112 | Mishbahuddin
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota,
Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan dan/
atau Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.

(4) Hasil kajian kebutuhan penyelenggaraan Rumah


Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus didasarkan pada studi kelayakan dengan
menggunakan prinsip pemerataan pelayanan,
efisiensi dan efektivitas, serta demografi.

Bagian Ketiga
Bangunan

Pasal 9

Persyaratan bangunan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 7 ayat (1) harus memenuhi:

a. persyaratan administratif dan persyaratan teknis


bangunan gedung pada umumnya, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

b. persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit, sesuai


dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan
dalam pemberian pelayanan serta perlindungan
dan keselamatan bagi semua orang termasuk
penyandang cacat, anak-anak, dan orang usia
lanjut.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 113


Pasal 10

(1) Bangunan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 9 harus dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan
yang paripurna, pendidikan dan pelatihan, serta
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi kesehatan.

(2) Bangunan rumah sakit sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas ruang:
a. rawat jalan;
b. ruang rawat inap;
c. ruang gawat darurat;
d. ruang operasi;
e. ruang tenaga kesehatan;
f. ruang radiologi;
g. ruang laboratorium;
h. ruang sterilisasi;
i. ruang farmasi;
j. ruang pendidikan dan latihan;
k. ruang kantor dan administrasi;
l. ruang ibadah, ruang tunggu;
m. ruang penyuluhan kesehatan masyarakat
rumah sakit;
n. ruang menyusui;

114 | Mishbahuddin
o. ruang mekanik;
p. ruang dapur;
q. laundry;
r. kamar jenazah;
s. taman;
t. pengolahan sampah; dan
u. pelataran parkir yang mencukupi.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan


teknis bangunan Rumah Sakit sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan
Peraturan Menteri.

Bagian Keempat
Prasarana

Pasal 11

(1) Prasarana Rumah Sakit sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 7 ayat (1) dapat meliputi:
a. instalasi air;
b. instalasi mekanikal dan elektrikal;
c. instalasi gas medik;
d. instalasi uap;
e. instalasi pengelolaan limbah;
f. pencegahan dan penanggulangan kebakaran;

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 115


g. petunjuk, standar dan sarana evakuasi saat
terjadi keadaan darurat;
h. instalasi tata udara;
i. sistem informasi dan komunikasi; dan
j. ambulan.

(2) Prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


harus memenuhi standar pelayanan, keamanan,
serta keselamatan dan kesehatan kerja
penyelenggaraan Rumah Sakit

(3) Prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


harus dalam keadaan terpelihara dan berfungsi
dengan baik.

(4) Pengoperasian dan pemeliharaan prasarana


Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai
kompetensi di bidangnya.

(5) Pengoperasian dan pemeliharaan prasarana


Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus didokumentasi dan dievaluasi secara
berkala dan berkesinambungan.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai prasarana


Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sampai dengan ayat (5) diatur dengan Peraturan
Menteri.

116 | Mishbahuddin
Bagian Kelima
Sumber Daya Manusia

Pasal 12

(1) Persyaratan sumber daya manusia sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) yaitu Rumah Sakit
harus memiliki tenaga tetap yang meliputi tenaga
medis dan penunjang medis, tenaga keperawatan,
tenaga kefarmasian, tenaga manajemen Rumah
Sakit, dan tenaga nonkesehatan.

(2) Jumlah dan jenis sumber daya manusia


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai
dengan jenis dan klasifikasi Rumah Sakit.

(3) Rumah Sakit harus memiliki data ketenagaan


yang melakukan praktik atau pekerjaan dalam
penyelenggaraan Rumah Sakit.

(4) Rumah Sakit dapat mempekerjakan tenaga tidak


tetap dan konsultan sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 117


Pasal 13

(1) Tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran


di Rumah Sakit wajib memiliki Surat Izin Praktik
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

(2) Tenaga kesehatan tertentu yang bekerja di Rumah


Sakit wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

(3) Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah


Sakit harus bekerja sesuai dengan standar
profesi, standar pelayanan Rumah Sakit, standar
prosedur operasional yang berlaku, etika profesi,
menghormati hak pasien dan mengutamakan
keselamatan pasien.

(4) Ketentuan mengenai tenaga medis dan tenaga


kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 14

(1) Rumah Sakit dapat mempekerjakan tenaga


kesehatan asing sesuai dengan kebutuhan
pelayanan.

118 | Mishbahuddin
(2) Pendayagunaan tenaga kesehatan asing
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
dilakukan dengan mempertimbangkan
kepentingan alih teknologi dan ilmu pengetahuan
serta ketersediaan tenaga kesehatan setempat.

(3) Pendayagunaan tenaga kesehatan asing


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
dilakukan bagi tenaga kesehatan asing yang
telah memiliki Surat Tanda Registrasi dan Surat
Ijin Praktik.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan


tenaga kesehatan asing pada ayat (1) ayat (2) dan
ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Keenam
Kefarmasian

Pasal 15

(1) Persyaratan kefarmasian sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 7 ayat (1) harus menjamin
ketersediaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
yang bermutu, bermanfaat, aman dan terjangkau.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 119


(2) Pelayanan sediaan farmasi di Rumah Sakit harus
mengikuti standar pelayanan kefarmasian.

(3) Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan


bahan habis pakai di Rumah Sakit harus dilakukan
oleh Instalasi farmasi sistem satu pintu.

(4) Besaran harga perbekalan farmasi pada instalasi


farmasi Rumah Sakit harus wajar dan berpatokan
kepada harga patokan yang ditetapkan
Pemerintah.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar


pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

Bagian Ketujuh
Peralatan

Pasal 16

(1) Persyaratan peralatan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 7 ayat (1) meliputi peralatan medis dan
nonmedis harus memenuhi standar pelayanan,
persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan
laik pakai.

120 | Mishbahuddin
(2) Peralatan medis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus diuji dan dikalibrasi secara berkala
oleh Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan dan/
atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang
berwenang.

(3) Peralatan yang menggunakan sinar pengion


harus memenuhi ketentuan dan harus diawasi
oleh lembaga yang berwenang.

(4) Penggunaan peralatan medis dan nonmedis


di Rumah Sakit harus dilakukan sesuai dengan
indikasi medis pasien.

(5) Pengoperasian dan pemeliharaan peralatan


Rumah Sakit harus dilakukan oleh petugas yang
mempunyai kompetensi di bidangnya.

(6) Pemeliharaan peralatan harus didokumentasi dan


dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan.

(7) Ketentuan mengenai pengujian dan/atau kalibrasi


peralatan medis, standar yang berkaitan dengan
keamanan, mutu, dan manfaat dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 121


Pasal 17

Rumah Sakit yang tidak memenuhi persyaratan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 8, Pasal
9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14, Pasal
15, dan Pasal 16 tidak diberikan izin mendirikan,
dicabut atau tidak diperpanjang izin operasional
Rumah Sakit.

BAB VI
JENIS DAN KLASIFIKASI

Bagian Kesatu
Jenis

Pasal 18

Rumah Sakit dapat dibagi berdasarkan jenis


pelayanan dan pengelolaannya.

Pasal 19

(1) Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan,


Rumah Sakit dikategorikan dalam Rumah Sakit
Umum dan Rumah Sakit Khusus.

122 | Mishbahuddin
(2) Rumah Sakit Umum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) memberikan pelayanan kesehatan pada
semua bidang dan jenis penyakit.

(3) Rumah Sakit Khusus sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) memberikan pelayanan utama pada
satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu
berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ,
jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.

Pasal 20

(1) Berdasarkan pengelolaannya Rumah Sakit dapat


dibagi menjadi Rumah Sakit publik dan Rumah
Sakit privat.

(2) Rumah Sakit publik sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dapat dikelola oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang
bersifat nirlaba.

(3) Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan


Pemerintah Daerah diselenggarakan berdasarkan
pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan
Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 123


(4) Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan
Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) tidak dapat dialihkan menjadi Rumah
Sakit privat.

Pasal 21

Rumah Sakit privat sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 20 ayat (1) dikelola oleh badan hukum dengan
tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau
Persero.

Pasal 22

(1) Rumah Sakit dapat ditetapkan menjadi Rumah


Sakit pendidikan setelah memenuhi persyaratan
dan standar rumah sakit pendidikan.

(2) Rumah Sakit pendidikan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri setelah
berkoordinasi dengan Menteri yang membidangi
urusan pendidikan.

Pasal 23

(1) Rumah Sakit pendidikan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 22 merupakan Rumah Sakit yang
menyelenggarakan pendidikan dan penelitian

124 | Mishbahuddin
secara terpadu dalam bidang pendidikan
profesi kedokteran, pendidikan kedokteran
berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan
lainnya.

(2) Dalam penyelenggaraan Rumah Sakit Pendidikan


dapat dibentuk Jejaring Rumah Sakit Pendidikan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Rumah Sakit


pendidikan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Kedua
Klasifikasi

Pasal 24

(1) Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan


kesehatan secara berjenjang dan fungsi
rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit
khusus diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan
kemampuan pelayanan Rumah Sakit.

(2) Klasifikasi Rumah Sakit umum sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Rumah Sakit umum kelas A;
b. Rumah Sakit umum kelas B
c. Rumah Sakit umum kelas C;
d. Rumah Sakit umum kelas D.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 125


(3) Klasifikasi Rumah Sakit khusus sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Rumah Sakit khusus kelas A;
b. Rumah Sakit khusus kelas B;
c. Rumah Sakit khusus kelas C.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Menteri.

BAB VII
PERIZINAN

Pasal 25

(1) Setiap penyelenggara Rumah Sakit wajib memiliki


izin.

(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri


dari izin mendirikan dan izin operasional.

(3) Izin mendirikan sebagaimana dimaksud pada ayat


(2) diberikan untuk jangka waktu 2 (dua) tahun
dan dapat diperpanjang untuk 1 (satu) tahun.

(4) Izin operasional sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) diberikan untuk jangka waktu 5 (lima)
tahun dan dapat diperpanjang kembali selama
memenuhi persyaratan.

126 | Mishbahuddin
(5) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diberikan setelah memenuhi persyaratan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Pasal 26

(1) Izin Rumah Sakit kelas A dan Rumah Sakit


penanaman modal asing atau penanaman modal
dalam negeri diberikan oleh Menteri setelah
mendapatkan rekomendasi dari pejabat yang
berwenang di bidang kesehatan pada Pemerintah
Daerah Provinsi.

(2) Izin Rumah Sakit penanaman modal asing atau


penanaman modal dalam negeri sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah
mendapat rekomendasi dari instansi yang
melaksanakan urusan penanaman modal asing
atau penanaman modal dalam negeri.

(3) Izin Rumah Sakit kelas B diberikan oleh


Pemerintah Daerah Provinsi setelah mendapatkan
rekomendasi dari pejabat yang berwenang di
bidang kesehatan pada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.

(4) Izin Rumah Sakit kelas C dan kelas D diberikan


oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota setelah

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 127


mendapat rekomendasi dari pejabat yang
berwenang di bidang kesehatan pada Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota.

Pasal 27

Izin Rumah Sakit dapat dicabut jika:

a. habis masa berlakunya;

b. tidak lagi memenuhi persyaratan dan standar;

c. terbukti melakukan pelanggaran terhadap


peraturan perundang-undangan; dan/atau

d. atas perintah pengadilan dalam rangka


penegakan hukum.

Pasal 28

Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan diatur


dengan Peraturan Menteri.

128 | Mishbahuddin
BAB VIII
KEWAJIBAN DAN HAK

Bagian Kesatu
Kewajiban

Pasal 29

(1) Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban:

a. memberikan informasi yang benar tentang


pelayanan Rumah Sakit kepada masyarakat;

b. memberi pelayanan kesehatan yang aman,


bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai
dengan standar pelayanan Rumah Sakit;

c. memberikan pelayanan gawat darurat


kepada pasien sesuai dengan kemampuan
pelayanannya;

d. berperan aktif dalam memberikan pelayanan


kesehatan pada bencana, sesuai dengan
kemampuan pelayanannya;

e. menyediakan sarana dan pelayanan bagi


masyarakat tidak mampu atau miskin;

f. melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 129


memberikan fasilitas pelayanan pasien tidak
mampu/miskin, pelayanan gawat darurat
tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan
korban bencana dan kejadian luar biasa, atau
bakti sosial bagi misi kemanusiaan;

g. membuat, melaksanakan, dan menjaga


standar mutu pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien;

h. menyelenggarakan rekam medis;

i. menyediakan sarana dan prasarana umum


yang layak antara lain sarana ibadah, parkir,
ruang tunggu, sarana untuk orang cacat,
wanita menyusui, anak-anak, lanjut usia;

j. melaksanakan sistem rujukan;

k. menolak keinginan pasien yang bertentangan


dengan standar profesi dan etika serta
peraturan perundang-undangan;

l. memberikan informasi yang benar, jelas dan


jujur mengenai hak dan kewajiban pasien;

m. menghormati dan melindungi hak-hak pasien;

n. melaksanakan etika Rumah Sakit;

o. memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan


penanggulangan bencana;

130 | Mishbahuddin
p. melaksanakan program pemerintah di bidang
kesehatan baik secara regional maupun
nasional;

q. membuat daftar tenaga medis yang melakukan


praktik kedokteran atau kedokteran gigi dan
tenaga kesehatan lainnya;

r. menyusun dan melaksanakan peraturan


internal Rumah Sakit (hospital by laws);

s. melindungi dan memberikan bantuan hukum


bagi semua petugas Rumah Sakit dalam
melaksanakan tugas; dan

t. memberlakukan seluruh lingkungan rumah


sakit sebagai kawasan tanpa rokok.

(2) Pelanggaran atas kewajiban sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi
admisnistratif berupa:
a. teguran;
b. teguran tertulis; atau
c. denda dan pencabutan izin Rumah Sakit.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban


Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 131


Bagian Kedua
Hak Rumah Sakit

Pasal 30

(1) Setiap Rumah Sakit mempunyai hak:

a. menentukan jumlah, jenis, dan kualifikasi


sumber daya manusia sesuai dengan klasifikasi
Rumah Sakit;

b. menerima imbalan jasa pelayanan serta


menentukan remunerasi, insentif, dan
penghargaan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;

c. melakukan kerjasama dengan pihak lain


dalam rangka mengembangkan pelayanan;

d. menerima bantuan dari pihak lain sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;

e. menggugat pihak yang mengakibatkan


kerugian;

f. mendapatkan perlindungan hukum dalam


melaksanakan pelayanan kesehatan;

132 | Mishbahuddin
g. mempromosikan layanan kesehatan yang
ada di Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan

h. mendapatkan insentif pajak bagi Rumah Sakit


publik dan Rumah Sakit yang ditetapkan
sebagai Rumah Sakit pendidikan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai promosi layanan


kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf g diatur dengan Peraturan Menteri.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai insentif pajak


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h
diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Ketiga
Kewajiban Pasien

Pasal 31

(1) Setiap pasien mempunyai kewajiban terhadap


Rumah Sakit atas pelayanan yang diterimanya.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban


pasien diatur dengan Peraturan Menteri.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 133


Bagian Keempat
Hak Pasien

Pasal 32

Setiap pasien mempunyai hak:

a. memperoleh informasi mengenai tata tertib dan


peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;

b. memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban


pasien;

c. memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur,


dan tanpa diskriminasi;

d. memperoleh layanan kesehatan yang bermutu


sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional;

e. memperoleh layanan yang efektif dan efisien


sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan
materi;

f. mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan


yang didapatkan;

g. memilih dokter dan kelas perawatan sesuai


dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku
di Rumah Sakit;

134 | Mishbahuddin
h. meminta konsultasi tentang penyakit yang
dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai
Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di
luar Rumah Sakit;

i. mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit


yang diderita termasuk data-data medisnya;

j. mendapat informasi yang meliputi diagnosis


dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan
medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi
yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap
tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan;

k. memberikan persetujuan atau menolak atas


tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga
kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;

l. didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;

m. menjalankan ibadah sesuai agama atau


kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak
mengganggu pasien lainnya;

n. memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya


selama dalam perawatan di Rumah Sakit;

o. mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan


Rumah Sakit terhadap dirinya;

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 135


p. menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak
sesuai dengan agama dan kepercayaan yang
dianutnya;

q. menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit


apabila Rumah Sakit diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik
secara perdata ataupun pidana; dan

r. mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak


sesuai dengan standar pelayanan melalui media
cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

BAB IX
PENYELENGGARAAN

Bagian Kesatu
Pengorganisasian

Pasal 33

(1) Setiap Rumah Sakit harus memiliki organisasi


yang efektif, efisien, dan akuntabel.

(2) Organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas


Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit,

136 | Mishbahuddin
unsur pelayanan medis, unsur keperawatan,
unsur penunjang medis, komite medis, satuan
pemeriksaan internal, serta administrasi umum
dan keuangan.

Pasal 34

(1) Kepala Rumah Sakit harus seorang tenaga medis


yang mempunyai kemampuan dan keahlian di
bidang perumahsakitan.

(2) Tenaga struktural yang menduduki jabatan


sebagai pimpinan harus berkewarganegaraan
Indonesia.

(3) Pemilik Rumah Sakit tidak boleh merangkap


menjadi kepala Rumah Sakit.

Pasal 35

Pedoman organisasi Rumah Sakit ditetapkan dengan


Peraturan Presiden.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 137


Bagian Kedua
Pengelolaan Klinik

Pasal 36

Setiap Rumah Sakit harus menyelenggarakan tata


kelola Rumah Sakit dan tata kelola klinis yang baik.

Pasal 37

(1) Setiap tindakan kedokteran yang dilakukan di


Rumah Sakit harus mendapat persetujuan pasien
atau keluarganya.

(2) Ketentuan mengenai persetujuan tindakan


kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 38

(1) Setiap Rumah Sakit harus menyimpan rahasia


kedokteran.

(2) Rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) hanya dapat dibuka untuk kepentingan
kesehatan pasien, untuk pemenuhan permintaan
aparat penegak hukum dalam rangka penegakan

138 | Mishbahuddin
hukum, atas persetujuan pasien sendiri, atau
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia


kedokteran diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 39

(1) Dalam penyelenggaraan Rumah Sakit harus


dilakukan audit.

(2) Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat


berupa audit kinerja dan audit medis.

(3) Audit kinerja dan audit medis sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan secara
internal dan eksternal.

(4) Audit kinerja eksternal sebagaimana dimaksud


pada ayat (3) dapat dilakukan oleh tenaga
pengawas.

(5) Pelaksanaan audit medis berpedoman pada


ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 139


Bagian Ketiga
Akreditasi

Pasal 40

(1) Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan


Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi secara
berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali.

(2) Akreditasi Rumah Sakit sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dilakukan oleh suatu lembaga
independen baik dari dalam maupun dari luar
negeri berdasarkan standar akreditasi yang
berlaku.

(3) Lembaga independen sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) ditetapkan oleh Menteri.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai akreditasi


Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

140 | Mishbahuddin
Bagian Keempat
Jejaring dan Sistem Rujukan

Pasal 41

(1) Pemerintah dan asosiasi Rumah Sakit membentuk


jejaring dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan.

(2) Jejaring sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


meliputi informasi, sarana prasarana, pelayanan,
rujukan, penyediaan alat, dan pendidikan tenaga.

Pasal 42

(1) Sistem rujukan merupakan penyelenggaraan


kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan
tanggung jawab secara timbal balik baik vertikal
maupun horizontal, maupun struktural dan
fungsional terhadap kasus penyakit atau masalah
penyakit atau permasalahan kesehatan.

(2) Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban


merujuk pasien yang memerlukan pelayanan di
luar kemampuan pelayanan rumah sakit.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem rujukan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Menteri.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 141


Bagian Kelima
Keselamatan Pasien

Pasal 43

(1) Rumah Sakit wajib menerapkan standar


keselamatan pasien.

(2) Standar keselamatan pasien sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui
pelaporan insiden, menganalisa, dan menetapkan
pemecahan masalah dalam rangka menurunkan
angka kejadian yang tidak diharapkan.

(3) Rumah Sakit melaporkan kegiatan sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) kepada komite yang
membidangi keselamatan pasien yang ditetapkan
oleh Menteri.

(4) Pelaporan insiden keselamatan pasien


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat
secara anonim dan ditujukan untuk mengkoreksi
sistem dalam rangka meningkatkan keselamatan
pasien.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar


keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan
Menteri.

142 | Mishbahuddin
Bagian Keenam
Perlindungan Hukum Rumah Sakit

Pasal 44

(1) Rumah Sakit dapat menolak mengungkapkan


segala informasi kepada publik yang berkaitan
dengan rahasia kedokteran.

(2) Pasien dan/atau keluarga yang menuntut Rumah


Sakit dan menginformasikannya melalui media
massa, dianggap telah melepaskan hak rahasia
kedokterannya kepada umum.

(3) Penginformasian kepada media massa


sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
memberikan kewenangan kepada Rumah Sakit
untuk mengungkapkan rahasia kedokteran
pasien sebagai hak jawab Rumah Sakit.

Pasal 45

(1) Rumah Sakit tidak bertanggung jawab secara


hukum apabila pasien dan/atau keluarganya
menolak atau menghentikan pengobatan yang
dapat berakibat kematian pasien setelah adanya
penjelasan medis yang komprehensif.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 143


(2) Rumah Sakit tidak dapat dituntut dalam
melaksanakan tugas dalam rangka
menyelamatkan nyawa manusia.

Bagian Ketujuh
Tanggung jawab Hukum

Pasal 46

Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum


terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas
kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di
Rumah Sakit.

Bagian Kedelapan
Bentuk

Pasal 47

(1) Rumah Sakit dapat berbentuk Rumah Sakit


statis, Rumah Sakit bergerak, dan Rumah Sakit
lapangan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata


cara penyelenggaraan Rumah Sakit bergerak dan
Rumah Sakit lapangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

144 | Mishbahuddin
BAB X
PEMBIAYAAN

Pasal 48

(1) Pembiayaan Rumah Sakit dapat bersumber dari


penerimaan Rumah Sakit, anggaran Pemerintah,
subsidi Pemerintah, anggaran Pemerintah Daerah,
subsidi Pemerintah Daerah atau sumber lain
yang tidak mengikat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai subsidi atau


bantuan Pemerintah dan Pemerintah Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 49

(1) Menteri menetapkan pola tarif nasional.

(2) Pola tarif nasional sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) ditetapkan berdasarkan komponen biaya
satuan pembiayaan dan dengan memperhatikan
kondisi regional.

(3) Gubernur menetapkan pagu tarif maksimal


berdasarkan pola tarif nasional sebagaimana

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 145


dimaksud pada ayat (1) yang berlaku untuk
rumah sakit di Provinsi yang bersangkutan.

(4) Penetapan besaran tarif rumah sakit harus


berdasarkan pola tarif nasional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan pagu tarif maksimal
sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

Pasal 50

(1) Besaran tarif kelas III Rumah Sakit yang dikelola


Pemerintah ditetapkan oleh Menteri.

(2) Besaran tarif kelas III Rumah Sakit yang dikelola


Pemerintah Daerah ditetapkan dengan Peraturan
Daerah.

(3) Besaran tarif kelas III Rumah Sakit selain rumah


sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) ditetapkan oleh Pimpinan Rumah
Sakit dengan memperhatikan besaran tarif
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Pasal 51

Pendapatan Rumah Sakit publik yang dikelola


Pemerintah dan Pemerintah Daerah digunakan
seluruhnya secara langsung untuk biaya operasional

146 | Mishbahuddin
Rumah Sakit dan tidak dapat dijadikan pendapatan
negara atau Pemerintah Daerah.

BAB XI
PENCATATAN DAN PELAPORAN

Pasal 52

(1) Setiap Rumah Sakit wajib melakukan pencatatan


dan pelaporan tentang semua kegiatan
penyelenggaraan Rumah Sakit dalam bentuk
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit.

(2) Pencatatan dan pelaporan terhadap penyakit


wabah atau penyakit tertentu lainnya yang dapat
menimbulkan wabah, dan pasien penderita
ketergantungan narkotika dan/atau psikotropika
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 53

(1) Rumah Sakit wajib menyelenggarakan


penyimpanan terhadap pencatatan dan pelaporan
yang dilakukan untuk jangka waktu tertentu
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 147


(2) Pemusnahan atau penghapusan terhadap
berkas pencatatan dan pelaporan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

BAB XII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 54

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan


pembinaan dan pengawasan terhadap Rumah
Sakit dengan melibatkan organisasi profesi,
asosiasi perumahsakitan, dan organisasi
kemasyaratan lainnya sesuai dengan tugas dan
fungsi masing-masing.

(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk:

a. pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan


yang terjangkau oleh masyarakat;

148 | Mishbahuddin
b. peningkatan mutu pelayanan kesehatan;

c. keselamatan pasien;

d. pengembangan jangkauan pelayanan; dan

e. peningkatan kemampuan kemandirian Rumah


Sakit.

(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk:

(3) Dalam melaksanakan tugas pengawasan,


Pemerintah dan Pemerintah Daerah mengangkat
tenaga pengawas sesuai kompetensi dan
keahliannya.

(4) Tenaga pengawas sebagaimana dimaksud pada


ayat (3) melaksanakan pengawasan yang bersifat
teknis medis dan teknis perumahsakitan.

(5) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat
mengambil tindakan administratif berupa:
a. teguran;
b. teguran tertulis; dan/atau
c. denda dan pencabutan izin.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 149


(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan
pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diatur
dengan Peraturan Menteri.

Pasal 55

(1) Pembinaan dan pengawasan nonteknis


perumahsakitan yang melibatkan unsur
masyarakat dapat dilakukan secara internal dan
eksternal.

(2) Pembinaan dan pengawasan secara internal


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh Dewan Pengawas Rumah Sakit.

(3) Pembinaan dan pengawasan secara eksternal


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia.

Bagian Kedua
Dewan Pengawas Rumah Sakit

Pasal 56

(1) Pemilik Rumah Sakit dapat membentuk Dewan


Pengawas Rumah Sakit.

150 | Mishbahuddin
(2) Dewan Pengawas Rumah Sakit sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan suatu unit
nonstruktural yang bersifat independen dan
bertanggung jawab kepada pemilik Rumah Sakit.

(3) Keanggotaan Dewan Pengawas Rumah Sakit


terdiri dari unsur pemilik Rumah Sakit, organisasi
profesi, asosiasi perumahsakitan, dan tokoh
masyarakat.

(4) Keanggotaan Dewan Pengawas Rumah Sakit


berjumlah maksimal 5 (lima) terdiri dari 1 (satu)
orang ketua merangkap anggota dan 4 (empat)
orang anggota.

(5) Dewan Pengawas Rumah Sakit sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) bertugas:

a. menentukan arah kebijakan Rumah Sakit;

b. menyetujui dan mengawasi pelaksanaan


rencana strategis;

c. menilai dan menyetujui pelaksanaan rencana


anggaran;

d. mengawasi pelaksanaan kendali mutu dan


kendali biaya;

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 151


e. mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban
pasien;

f. mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban


Rumah Sakit; dan

g. mengawasi kepatuhan penerapan etika


Rumah Sakit, etika profesi, dan peraturan
perundang- undangan;

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Dewan


Pengawas Rumah Sakit diatur dengan Peraturan
Menteri.

Bagian Ketiga
Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia

Pasal 57

(1) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 54 ayat (1) dan ayat (2)
dilakukan oleh Badan Pengawas Rumah Sakit
Indonesia yang ditetapkan oleh Menteri.

(2) Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia


bertanggung jawab kepada Menteri.

(3) Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia


merupakan unit nonstruktural di Kementerian

152 | Mishbahuddin
yang bertanggung jawab dibidang kesehatan
dan dalam menjalankan tugasnya bersifat
independen.

(4) Keanggotaan Badan Pengawas Rumah Sakit


Indonesia berjumlah maksimal 5 (lima) orang
terdiri dari 1 (satu) orang ketua merangkap
anggota dan 4 (empat) orang anggota.

(5) Keanggotaan Badan Pengawas Rumah Sakit


Indonesia terdiri dari unsur pemerintah,
organisasi profesi, asosiasi perumahsakitan, dan
tokoh masyarakat.

(6) Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia dalam


melaksanakan tugasnya dibantu sekretariat yang
dipimpin oleh seorang sekretaris.

(7) Biaya untuk pelaksanaan tugas-tugas Badan


Pengawas Rumah Sakit Indonesia dibebankan
kepada anggaran pendapatan dan belanja
negara.

Pasal 58

Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia bertugas:

a. membuat pedoman tentang pengawasan Rumah


Sakit untuk digunakan oleh Badan Pengawas
Rumah Sakit Provinsi;

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 153


b. membentuk sistem pelaporan dan sistem
informasi yang merupakan jejaring dari Badan
Pengawas Rumah Sakit Indonesia dan Badan
Pengawas Rumah Sakit Provinsi; dan

c. Melakukan analisis hasil pengawasan dan


memberikan rekomendasi kepada Pemerintah
dan Pemerintah Daerah untuk digunakan sebagai
bahan pembinaan.

Pasal 59

(1) Badan Pengawas Rumah Sakit dapat dibentuk di


tingkat provinsi oleh Gubernur dan bertanggung
jawab kepada Gubernur.

(2) Badan Pengawas Rumah Sakit Provinsi merupakan


unit nonstruktural pada Dinas Kesehatan Provinsi
dan dalam menjalankan tugasnya bersifat
independen.

(3) Keanggotaan Badan Pengawas Rumah Sakit


Provinsi terdiri dari unsur pemerintah, organisasi
profesi, asosiasi perumahsakitan, dan tokoh
masyarakat.

(4) Keanggotaan Badan Pengawas Rumah Sakit


Provinsi berjumlah maksimal 5 (lima) terdiri dari

154 | Mishbahuddin
1 (satu) orang ketua merangkap anggota dan 4
(empat) orang anggota.

(5) Biaya untuk pelaksanaan tugas-tugas Badan


Pengawas Rumah Sakit Provinsi dibebankan
kepada anggaran pendapatan dan belanja
daerah.

Pasal 60

Badan Pengawas Rumah Sakit Provinsi sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 59 ayat (1) bertugas:

a. mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban


pasien di wilayahnya;

b. mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban


Rumah Sakit di wilayahnya;

c. mengawasi penerapan etika Rumah Sakit, etika


profesi, dan peraturan perundang-undangan;

d. melakukan pelaporan hasil pengawasan kepada


Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia;

e. melakukan analisis hasil pengawasan dan


memberikan rekomendasi kepada Pemerintah
Daerah untuk digunakan sebagai bahan
pembinaan; dan

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 155


f. menerima pengaduan dan melakukan upaya
penyelesaian sengketa dengan cara mediasi.

Pasal 61

Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pengawas


Rumah Sakit Indonesia dan Badan Pengawas Rumah
Sakit Provinsi diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB XIII
KETENTUAN PIDANA

Pasal 62

Setiap orang yang dengan sengaja menyelenggarakan


Rumah Sakit tidak memiliki izin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda
paling banyak Rp. 5.000.000.000,00- (lima milyar
rupiah).

Pasal 63

(1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 62 dilakukan oleh korporasi, selain
pidana penjara dan denda terhadap pengurusnya,
pidana yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi

156 | Mishbahuddin
berupa pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga)
kali dari pidana denda sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 62.

(2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud


pada ayat (1), korporasi dapat dijatuhi pidana
tambahan berupa:
a. pencabutan izin usaha; dan/atau
b. pencabutan status badan hukum.

BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 64

(1) Pada saat Undang-Undang ini berlaku, semua


Rumah Sakit yang sudah ada harus menyesuaikan
dengan ketentuan yang berlaku dalam Undang-
Undang ini, paling lambat dalam jangka waktu
2 (dua) tahun setelah Undang-Undang ini
diundangkan.

(2) Pada saat undang-undang ini berlaku, Izin


penyelenggaraan Rumah Sakit yang telah ada
tetap berlaku sampai habis masa berlakunya.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 157


BAB XV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 65

Pada saat diundangkannya Undang-Undang ini


berlaku semua peraturan perundang-undangan
yang mengatur Rumah Sakit tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan atau belum diganti berdasarkan
Undang-Undang ini.

Pasal 66

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Undang-Undang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.

158 | Mishbahuddin
Disahkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 28 Oktober 2009
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 28 Oktober 2009
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
PATRIALIS AKBAR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN


2009 NOMOR 153

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 159


PENJELASAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 44 TAHUN 2009
TENTANG
RUMAH SAKIT

I. UMUM

Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum


dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan
umum harus diwujudkan melalui berbagai upaya
kesehatan dalam rangkaian pembangunan kesehatan
secara menyeluruh dan terpadu yang didukung oleh
suatu sistem kesehatan nasional.

Sejalan dengan amanat Pasal 28 H ayat (1) Undang-


Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 telah ditegaskan bahwa setiap orang berhak
memperoleh pelayanan kesehatan, kemudian dalam

160 | Mishbahuddin
Pasal 34 ayat (3) dinyatakan negara bertanggung
jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan
dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan


kesehatan merupakan bagian dari sumber daya
kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung
penyelenggaraan upaya kesehatan.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Rumah


Sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang
sangat kompleks. Berbagai jenis tenaga kesehatan
dengan perangkat keilmuannya masing-masing
berinteraksi satu sama lain. Ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran yang berkembang sangat
pesat yang harus diikuti oleh tenaga kesehatan
dalam rangka pemberian pelayanan yang bermutu,
membuat semakin kompleksnya permasalahan
dalam Rumah Sakit.

Pada hakekatnya Rumah Sakit berfungsi sebagai


tempat penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan dan fungsi dimaksud memiliki makna
tanggung jawab yang seyogyanya merupakan
tanggung jawab pemerintah dalam meningkatkan
taraf kesejahteraan masyarakat.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 161


Dari aspek pembiayaan bahwa Rumah Sakit
memerlukan biaya operasional dan investasi yang
besar dalam pelaksanaan kegiatannya, sehingga
perlu didukung dengan ketersediaan pendanaan
yang cukup dan berkesinambungan. Antisipasi
dampak globalisasi perlu didukung dengan peraturan
perundang- undangan yang memadai.

Peraturan perundang-undangan yang dijadikan


dasar penyelenggaraan Rumah Sakit saat ini masih
pada tingkat Peraturan Menteri yang sudah tidak
sesuai lagi dengan kebutuhan. Dalam rangka
memberikan kepastian dan perlindungan hukum
untuk meningkatkan, mengarahkan dan memberikan
dasar bagi pengelolaan Rumah Sakit diperlukan
suatu perangkat hukum yang mengatur Rumah Sakit
secara menyeluruh dalam bentuk Undang-Undang.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

162 | Mishbahuddin
Pasal 2

Yang dimaksud dengan ”nilai kemanusiaan” adalah


bahwa penyelenggaraan Rumah Sakit dilakukan
dengan memberikan perlakuan yang baik dan
manusiawi dengan tidak membedakan suku, bangsa,
agama, status sosial, dan ras.

Yang dimaksud dengan ”nilai etika dan profesionalitas”


adalah bahwa penyelenggaraan rumah sakit
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki etika
profesi dan sikap profesional, serta mematuhi etika
rumah sakit.

Yang dimaksud dengan ”nilai manfaat” adalah bahwa


penyelenggaraan Rumah Sakit harus memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan
dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.

Yang dimaksud dengan ”nilai keadilan” adalah bahwa


penyelenggaraan Rumah Sakit mampu memberikan
pelayanan yang adil dan merata kepada setiap orang
dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat serta
pelayanan yang bermutu.

Yang dimaksud dengan ”nilai persamaan hak dan


anti diskriminasi” adalah bahwa penyelenggaraan

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 163


Rumah Sakit tidak boleh membedakan masyarakat
baik secara individu maupun kelompok dari semua
lapisan.

Yang dimaksud dengan ”nilai pemerataan” adalah


bahwa penyelenggaraan Rumah Sakit menjangkau
seluruh lapisan masyarakat.

Yang dimaksud dengan ”nilai perlindungan dan


keselamatan pasien” adalah bahwa penyelenggaraan
Rumah Sakit tidak hanya memberikan pelayanan
kesehatan semata, tetapi harus mampu memberikan
peningkatan derajat kesehatan dengan tetap
memperhatikan perlindungan dan keselamatan
pasien.

Yang dimaksud dengan “nilai keselamatan pasien”


adalah bahwa penyelenggaraan rumah sakit selalu
mengupayakan peningkatan keselamatan pasien
melalui upaya manajemen risiko klinik.

Yang dimaksud dengan “fungsi sosial rumah sakit”


adalah bagian dari tanggung jawab yang melekat
pada setiap rumah sakit, yang merupakan ikatan
moral dan etik dari rumah sakit dalam membantu
pasien khususnya yang kurang/tidak mampu untuk
memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan.

164 | Mishbahuddin
Pasal 3

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Yang dimaksud dengan keselamatan pasien


(patient safety” adalah proses dalam suatu
rumah sakit yang memberikan pelayanan
pasien yang lebih aman. Termasuk di dalamnya
asesmen risiko, identifikasi, dan manajemen
risiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan untuk belajar dan
menindaklanjuti insiden, dan menerapkan
solusi untuk mengurangi serta meminimalisir
timbulnya risiko.

Yang dimaksud dengan sumber daya manusia


di Rumah Sakit adalah semua tenaga yang
bekerja di Rumah Sakit baik tenaga kesehatan
dan tenaga non kesehatan.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 165


Pasal 4

Yang dimaksud dengan Pelayanan kesehatan


perorangan adalah setiap kegiatan pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit, dan
memulihkan kesehatan.

Pasal 5

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan


paripurna tingkat kedua adalah upaya
kesehatan perorangan tingkat lanjut dengan
mendayagunakan pengetahuan dan teknologi
kesehatan spesialistik.

Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan


paripurna tingkat ketiga adalah upaya
kesehatan perorangan tingkat lanjut dengan
mendayagunakan pengetahuan dan teknologi
kesehatan sub spesialistik.

166 | Mishbahuddin
Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Penapisan teknologi dimaksudkan dalam


rangka perlindungan terhadap keamanan dan
keselamatan pasien.

Pasal 6

Ayat (1)

Huruf a

Penyediaan Rumah Sakit didasarkan


pada perhitungan rasio tempat tidur
dan jumlah penduduk.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 167


Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Informasi meliputi jumlah dan jenis


pelayanan, hasil pelayanan, ketersediaan
tempat tidur, ketenagaan, serta tarif.

Huruf h

Yang dimaksud dengan bencana


adalah suatu peristiwa yang terjadi
secara mendadak/tidak terencana atau
secara perlahan tetapi berlanjut yang
menimbulkan dampak terhadap pola
kehidupan normal atau kerusakan
ekosistem, sehingga diperlukan
tindakan darurat dan luar biasa untuk
menolong dan menyelamatkan korban
yaitu manusia beserta lingkungannya.

Yang dimaksud dengan Kejadian


Luar Biasa adalah timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan/
kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu daerah dalam
kurun waktu tertentu dan merupakan

168 | Mishbahuddin
keadaan yang dapat menjurus pada
terjadinya wabah.

Huruf i

Cukup jelas.

Huruf j

Yang dimaksud berteknologi tinggi


dan bernilai tinggi adalah teknologi
masa depan dan teknologi baru yang
mempunyai aspek kemanfaatan yang
tinggi dalam pelayanan kesehatan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 7

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 169


Ayat (4)

Kegiatan usaha hanya bergerak di bidang


perumahsakitan dimaksudkan untuk
melindungi usaha rumah sakit agar terhindar
dari risiko akibat kegiatan usaha lain yang
dimiliki oleh badan hukum pemilik rumah sakit.

Pasal 8

Ayat (1)

Kajian kebutuhan penyelenggaraan Rumah


Sakit meliputi kajian terhadap kebutuhan
akan pelayanan Rumah Sakit, kajian terhadap
kebutuhan sarana, prasarana, peralatan,
dana dan tenaga yang dibutuhkan untuk
pelayanan yang diberikan, dan kajian terhadap
kemampuan pembiayaan.

Studi kelayakan Rumah Sakit merupakan suatu


kegiatan perencanaan Rumah Sakit secara
fisik dan nonfisik agar Rumah Sakit berfungsi
secara optimal pada kurun waktu tertentu.

Ayat (2)

Cukup jelas.

170 | Mishbahuddin
Ayat (3)

Yang dimaksud dengan lokasi dan tata ruang


adalah jika dalam satu wilayah sudah ada
Rumah Sakit, maka pendirian Rumah Sakit
baru tidak menjadi prioritas, termasuk dalam
hal pemekaran wilayah.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 9

Huruf a

Bangunan Rumah Sakit merupakan wujud


fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu
dengan tempat kedudukannya, sebagian
atau seluruhnya berada di atas dan/atau di
dalam tanah yang berfungsi sebagai tempat
melakukan kegiatan pelayanan.

Huruf b

Persyaratan teknis bangunan untuk


penyandang cacat, anak-anak dan orang usia
lanjut memiliki karakteristik sendiri.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 171


Pasal 10

Cukup jelas.

Pasal 11

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Termasuk catu daya pengganti atau


generator.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Pengelolaan limbah di rumah sakit


dilaksanakan meliputi pengelolaan
limbah padat, cair, bahan gas yang
bersifat infeksius, bahan kimia beracun
dan sebagian bersifat radioaktif, yang
diolah secara terpisah.

172 | Mishbahuddin
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 173
Pasal 12

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan tenaga tetap adalah


tenaga yang bekerja secara purna waktu.

Yang dimaksud dengan tenaga nonkesehatan


antara lain tenaga administratif, tenaga
kebersihan, dan tenaga keamanan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Yang dimaksud dengan kemampuan meliputi


kemampuan dana dan pelayanan Rumah Sakit.

Pasal 13

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan tenaga kesehatan


tertentu adalah tenaga perawat, bidan,

174 | Mishbahuddin
perawat gigi, apoteker, asisten apoteker,
fisioterapis, refraksionis optisien, terapis
wicara, radiografer, dan okupasi terapis.

Yang dimaksud dengan izin adalah izin kerja


atau izin praktik bagi tenaga kesehatan
tersebut.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan standar profesi adalah


batasan kemampuan (capacity) meliputi
pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill),
dan sikap profesional (professional attitude)
yang minimal harus dikuasai oleh seorang
individu untuk dapat melakukan kegiatan
profesionalnya pada masyarakat secara
mandiri yang dibuat oleh organisasi profesi.

Yang dimaksud dengan standar pelayanan


Rumah Sakit adalah pedoman yang harus
diikuti dalam menyelenggarakan Rumah Sakit
antara lain Standar Prosedur Operasional,
standar pelayanan medis, dan standar asuhan
keperawatan.

Yang dimaksud dengan standar prosedur


operasional adalah suatu perangkat instruksi/

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 175


langkah-langkah yang dibakukan untuk
menyelesaikan proses kerja rutin tertentu.
Standar prosedur operasional memberikan
langkah yang benar dan terbaik berdasarkan
konsensus bersama untuk melaksanakan
berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan yang
dibuat oleh sarana pelayanan kesehatan
berdasarkan standar profesi.

Yang dimaksud dengan etika profesi adalah


kode etik yang disusun oleh asosiasi atau
ikatan profesi.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan sediaan farmasi


adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan
kosmetika.

Yang dimaksud dengan alat kesehatan adalah


bahan, instrumen, aparatus, mesin, serta
176 | Mishbahuddin
implan yang tidak mengandung obat yang
digunakan untuk mencegah, mendiagnosa,
menyembuhkan dan meringankan penyakit,
merawat orang sakit serta memulihkan
kesehatan pada manusia dan/atau membentuk
struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan “instalasi farmasi”


adalah bagian dari Rumah Sakit yang bertugas
menyelenggarakan, mengkoordinasikan,
mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan
pelayanan farmasi serta melaksanakan
pembinaan teknis kefarmasian di Rumah Sakit.

Yang dimaksud dengan sistem satu pintu


adalah bahwa rumah sakit hanya memiliki satu
kebijakan kefarmasian termasuk pembuatan
formularium pengadaan, dan pendistribusian
alat kesehatan, sediaan farmasi, dan
bahan habis pakai yang bertujuan untuk
mengutamakan kepentingan pasien.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 177


Ayat (4)

Informasi harga obat (perbekalan farmasi)


harus transparan atau dicantumkan di dalam
buku daftar harga yang dapat diakses oleh
pasien.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 16

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan peralatan medis adalah


peralatan yang digunakan untuk keperluan
diagnosa, terapi, rehabilitasi dan penelitian
medik baik secara langsung maupun tidak
langsung.

Yang dimaksud dengan peralatan nonmedis


adalah peralatan yang digunakan untuk
mendukung keperluan tindakan medis.

Yang dimaksud dengan standar peralatan


medis disesuaikan dengan standar yang
mengikuti standar industri peralatan medik.

178 | Mishbahuddin
Ayat (2)

Yang dimaksud dengan pengujian adalah


keseluruhan tindakan yang meliputi
pemeriksaan fisik dan pengukuran untuk
membandingkan alat yang diukur dengan
standar, atau untuk menentukan besaran atau
kesalahan pengukuran.

Yang dimaksud dengan kalibrasi adalah


kegiatan peneraan untuk menentukan
kebenaran nilai penunjukkan alat ukur dan/
atau bahan ukur.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Cukup jelas.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 179


Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Cukup jelas.

Pasal 19

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan kekhususan lainnya


adalah jenis pelayanan Rumah Sakit sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan
bidang kedokteran.

Pasal 20

Ayat (1)

Cukup jelas.

180 | Mishbahuddin
Ayat (2)

Dalam ayat ini yang dimaksud dengan badan


hukum nirlaba adalah badan hukum yang sisa
hasil usahanya tidak dibagikan kepada pemilik,
melainkan digunakan untuk peningkatan
pelayanan, yaitu antara lain Yayasan,
Perkumpulan dan Perusahaan Umum.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan Pemerintah adalah


Pemerintah Pusat termasuk TNI dan POLRI.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal 22

Cukup jelas.

Pasal 23

Cukup jelas.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 181


Pasal 24

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah


sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit
4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima) spesialis
penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis lain
dan 13 (tiga belas) subspesialis.

Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah


sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit
4 (empat) spesialis dasar, 4 (empat) spesialis
penunjang medik, 8 (delapan) spesialis lain
dan 2 (dua) subspesialis dasar.

Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah


sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4
(empat) spesialis dasar dan 4 (empat) spesialis
penunjang medik.

Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah


sakit umum yang mempunyai fasilitas dan

182 | Mishbahuddin
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2
(dua) spesialis dasar.

Ayat (3)

Rumah Sakit Khusus kelas A adalah Rumah


Sakit Khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan paling sedikit pelayanan medik
spesialis dan pelayanan medik subspesialis
sesuai kekhususan yang lengkap.

Rumah Sakit Khusus kelas B adalah Rumah


Sakit Khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan paling sedikit pelayanan medik
spesialis dan pelayanan medik subspesialis
sesuai kekhususan yang terbatas.

Rumah Sakit Khusus kelas C adalah Rumah


Sakit Khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan paling sedikit pelayanan medik
spesialis dan pelayanan medik subspesialis
sesuai kekhususan yang minimal.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 183


Pasal 25

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan izin mendirikan adalah


ijin yang diberikan untuk mendirikan rumah
sakit setelah memenuhi persyaratan untuk
mendirikan.

Yang dimaksud dengan izin operasional adalah


izin yang diberikan untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan setelah memenuhi
persyaratan dan standar.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

184 | Mishbahuddin
Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28

Cukup jelas.

Pasal 29

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Yang dimaksud dengan standar


pelayanan rumah sakit adalah semua
standar pelayanan yang berlaku di
rumah sakit, antara lain Standar Prosedur
Operasional, standar pelayanan medis,
standar asuhan keperawatan.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 185


Huruf e

Yang dimaksud dengan ”pasien tidak


mampu atau miskin” adalah pasien
yang memenuhi persyaratan yang
diatur dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

Huruf h

Yang dimaksud dengan penyelenggaraan


rekam medis dalam ayat ini adalah
dilakukan sesuai dengan standar yang
secara bertahap diupayakan mencapai
standar internasional

Huruf i

Cukup jelas.

Huruf j

Cukup jelas.

186 | Mishbahuddin
Huruf k

Cukup jelas.

Huruf l

Cukup jelas.

Huruf m

Cukup jelas.

Huruf n

Cukup jelas.

Huruf o

Rumah Sakit dibangun serta dilengkapi


dengan sarana, prasarana dan peralatan
yang dapat difungsikan serta dipelihara
sedemikian rupa untuk mendapatkan
keamanan, mencegah kebakaran/
bencana dengan terjaminnya keamanan,
kesehatan dan keselamatan pasien,
petugas, pengunjung, dan lingkungan
Rumah Sakit.

Huruf p

Cukup jelas

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 187


Huruf r

Yang dimaksud dengan peraturan


internal Rumah Sakit (Hospital bylaws)
adalah peraturan organisasi Rumah
Sakit (corporate bylaws) dan peraturan
staf medis Rumah Sakit (medical
staff bylaw) yang disusun dalam
rangka menyelenggarakan tata kelola
perusahaan yang baik (good corporate
governance) dan tata kelola klinis yang
baik (good clinical governance). Dalam
peraturan staf medis Rumah Sakit
(medical staff bylaw) antara lain diatur
kewenangan klinis (Clinical Privilege).

Huruf s

Cukup jelas.

Huruf t

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

188 | Mishbahuddin
Pasal 30

Cukup jelas.

Pasal 31

Ayat (1)

Kewajiban pasien yang dimaksud dalam ayat


ini antara lain mematuhi ketentuan yang
berlaku di Rumah Sakit, memberikan imbalan
jasa atas pelayanan yang diterima di Rumah
Sakit sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
memberikan informasi yang lengkap dan jujur
tentang masalah kesehatannya kepada tenaga
kesehatan di Rumah Sakit, dan mematuhi
kesepakatan dengan Rumah Sakit.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 32

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 189


Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

Huruf h

Cukup jelas.

Huruf i

Cukup jelas.

Huruf j

Cukup jelas.

Huruf k

Yang dimaksud dengan pemberian persetujuan


atau penolakan atas tindakan kedokteran atau

190 | Mishbahuddin
kedokteran gigi dapat berupa seluruh tindakan
yang akan dilakukan atau dapat berupa
tindakan tertentu yang disetujui.

Huruf l

Cukup jelas.

Huruf m

Cukup jelas.

Huruf n

Cukup jelas.

Huruf o

Cukup jelas.

Huruf p

Cukup jelas.

Huruf q

Cukup jelas.

Huruf r

Cukup jelas.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 191


Pasal 33
Ayat (1)
Organisasi Rumah Sakit disusun dengan tujuan
untuk mencapai visi dan misi Rumah Sakit
dengan menjalankan tata kelola perusahaan
yang baik (Good Corporate Governance) dan
tata kelola klinis yang baik (Good Clinical
Governance).
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 34
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pimpinan yang harus berkewarganegaraan
Indonesia adalah direktur utama, direktur
medis dan keperawatan, serta direktur sumber
daya manusia.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan pemilik Rumah Sakit
antara lain komisaris perusahaan, pendiri
yayasan, atau pemerintah daerah.

192 | Mishbahuddin
Yang dimaksud dengan kepala Rumah Sakit
adalah pimpinan tertinggi dengan jabatan
Direktur Utama (Chief Executive Officer)
termasuk Direktur Medis.

Pasal 35

Cukup jelas.

Pasal 36

Tata kelola rumah sakit yang baik adalah penerapan


fungsi-fungsi manajemen rumah sakit yang
berdasarkan prinsip-prinsip tranparansi, akuntabilitas,
independensi dan responsibilitas, kesetaraan dan
kewajaran.

Tata kelola klinis yang baik adalah penerapan fungsi


manajemen klinis yang meliputi kepemimpinan
klinik, audit klinis, data klinis, risiko klinis berbasis
bukti, peningkatan kinerja, pengelolaan keluhan,
mekanisme monitor hasil pelayanan, pengembangan
profesional, dan akreditasi rumah sakit.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 193


Pasal 37

Ayat (1)

Setiap tindakan kedokteran harus memperoleh


persetujuan dari pasien kecuali pasien tidak
cakap atau pada keadaan darurat. Persetujuan
tersebut diberikan secara lisan atau tertulis.
Persetujuan tertulis hanya diberikan pada
tindakan kedokteran berisiko tinggi.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 38

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “rahasia kedokteran”


adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan hal yang ditemukan oleh dokter dan
dokter gigi dalam rangka pengobatan dan
dicatat dalam rekam medis yang dimiliki
pasien dan bersifat rahasia.

Ayat (2)

Cukup jelas.

194 | Mishbahuddin
Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 39

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Audit kinerja adalah pengukuran kinerja


berkala yang meliputi kinerja pelayanan dan
kinerja keuangan. Audit medis adalah upaya
evaluasi secara profesional terhadap mutu
pelayanan medis yang diberikan kepada pasien
dengan menggunakan rekam medisnya yang
dilaksanakan oleh profesi medis

Ayat (3)

Audit medis internal dilakukan oleh Komite


Medik rumah sakit. Audit kinerja internal
dilakukan oleh Satuan Pemeriksaan Internal.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 195


Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 40

Cukup jelas.

Pasal 41

Cukup jelas.

Pasal 42

Cukup jelas.

Pasal 43

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan keselamatan pasien


(patient safety) adalah proses dalam suatu
Rumah Sakit yang memberikan pelayanan
pasien yang lebih aman. Termasuk di dalamnya
asesmen risiko, identifikasi, dan manajemen
risiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan untuk belajar dan
menindaklanjuti insiden, dan menerapkan
solusi untuk mengurangi serta meminimalisir
timbulnya risiko.

196 | Mishbahuddin
Ayat (2)

Yang dimaksud dengan insiden keselamatan


pasien adalah kesalahan medis (medical error),
kejadian yang tidak diharapkan (adverse
event), dan nyaris terjadi (near miss).

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 44

Cukup jelas.

Pasal 45

Ayat (1)

Pasien berhak menolak atau menghentikan


pengobatan. Pasien yang menolak pengobatan
karena alasan finansial harus diberikan
penjelasan bahwa pasien berhak memperoleh
jaminan dari Pemerintah.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 197


Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 46

Cukup jelas.

Pasal 47

Cukup jelas.

Pasal 48

Cukup jelas.

Pasal 49

Ayat (1)

Pola Tarif Nasional adalah pedoman dasar yang


berlaku secara nasional dalam pengaturan dan
perhitungan untuk menetapkan besaran tarif
rumah sakit yang berdasarkan komponen
biaya satuan (unit cost).

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan ”biaya satuan (unit


cost)” adalah hasil perhitungan total biaya

198 | Mishbahuddin
operasional pelayanan yang diberikan Rumah
Sakit.

Yang dimaksud kondisi regional termasuk


didalamnya indeks kemahalan setempat.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 50

Cukup jelas.

Pasal 51

Cukup jelas.

Pasal 52

Cukup jelas.

Pasal 53

Cukup jelas.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 199


Pasal 54
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan pengawasan teknis
medis adalah audit medis.
Yang dimaksud dengan pengawasan teknis
perumahsakitan adalah audit kinerja rumah
sakit.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.

Pasal 55

Cukup jelas.

Pasal 56

Cukup jelas.

200 | Mishbahuddin
Pasal 57

Cukup jelas.

Pasal 58

Cukup jelas.

Pasal 59

Cukup jelas.

Pasal 60

Cukup jelas.

Pasal 61

Cukup jelas.

Pasal 62

Cukup jelas.

Pasal 63

Cukup jelas.

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 201


Pasal 64

Cukup jelas.

Pasal 65

Cukup jelas.

Pasal 66

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 5072

202 | Mishbahuddin
BIOGRAFI PENULIS

Mishbahuddin, yang biasa


dipanggil Mishbah merupakan
seorang Peneliti dan Pengajar
dibidang kesehatan dan olahraga.
Khususnya dalam bidang
kesehatan, beliau memiliki basic
pendidikan manajemen dan kebijakan kesehatan.
Berawal dari pendidikan Diploma Perumahsakitan,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan
dilanjutkan pendidikan sarjana jurusan Manajemen
Pelayanan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia. Disela-sela pendidikan sarjana,
beliau juga belajar diploma lagi jurusan Bahasa
Inggris di Perguruan tinggi Akademi Bahasa Asing
LPI Jakarta. Kemudian melanjutkan pendidikan
pascasarjana (S2) jurusan Hospital Management
di University of Leeds, Inggris (United Kingdom).
Dengan kesenangan beliau dalam dunia akademik/
Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 203
pendidikan, beliau kembali melanjutkan pendidikan
S2 yang kedua kali di jurusan Administrasi Pendidikan
di Universitas Riau.

Dalam hal terkait manajemen di fasilitas pelayanan


kesehatan (Fasyankes), beliau merupakan seorang
yang memiliki pengalaman di dunia kesehatan
khususnya manajemen rumah sakit. Berbagai
pengalaman di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD),
seperti RSUD kabupaten/Kota dan RSUD Provinsi
sudah dijalankan di berbagai bidang, baik di bagian
perencanaan, SDM, Diklat. Selain di RSUD pemerintah,
beliau juga memiliki pengalaman sebagai konsultan/
coach di berbagai RS swasta dan pemerintah. Begitu
juga di laboratorium kesehatan beliau pernah
menjalankan di manajemen laboratorium kesehatan.

Selain sebagai praktisi manajemen dan kebijakan


pelayanan kesehatan, beliau juga seorang akademik
(Peneliti dan Pengajar/Dosen dengan bidang
kepakaran kesehatan masyarakat) di berbagai
perguruan tinggi, khususnya perguruan tinggi
kesehatan. Beberapa mata kuliah yang diajarkan,
khususnya manajemen SDM, manajemen Mutu dan
Akreditasi, Hukum Kesehatan, kewirausahaan, dan
lain sebagainya. Pernah sebagai wakil ketua III bidang
kemahasiswaan dan ketua program studi di salah

204 | Mishbahuddin
satu stikes di Provinsi Riau.

Selain mengajar bidang kesehatan, beliau juga


mengajar salah satu olahraga, yaitu olahraga ilmu seni
beladiri, dan membuat sebuah konsep manajemen
beladiri. Ilmu manajemen yang beliau dapatkan
baik dalam hal manajemen pelayanan kesehatan,
manajemen rumah sakit, manajemen pendidikan,
hingga beliau peroleh di Inggris ketika belajar S2,
beliau juga belajar Leadership (Manajemen Beladiri)
di sebuah lembaga pendidikan beladiri Aegis National
Martial Arts College, Leeds (Inggris/ UK). Ilmu
manajemen yang dipelajari inilah merupakan dasar
sebuah konsep manajemen dalam segala bidang
atau bisnis. Bahkan waktupun perlu dikelola dengan
baik, maka disebut denganTime Management. Jadi
selain sebagai perintis mendirikan sekolah beladiri
Badnur Medisa, dan sebagai pelatih utama, beliau
juga seorang wasit juri MMA One Pride TV One.

Beliau juga aktif di berbagai organisasi, baik


organisasi kesehatan maupun organisasi olahraga.
Saat ini beliau juga sebagai sekretaris umum di
Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan
Masyarakat Indonesia (Persakmi) Pengurus Provinsi
Riau, dan berbagai organisasi lainnya.

Disamping pendidikan formal yang diikuti, beliau

Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit | 205


juga mengikuti kegiatan pendidikan non formal,
seperti diklat, workshop, magang, ataupun seminar
lainnya baik dalam maupun luar negeri. Beliau pernah
magang (attachement) di sebuah Rumah Sakit luar
negeri (Barnsley District General Hospital), Inggris
United Kingdom (UK), dan pernah magang di berbagai
RS Swasta di Jakarta. Dua pelatihan beliau dapatkan
beasiswa diluar negeri, diantaranya adalah pelatihan
di Singapore tentang Public Health and Health
Promotion yang di biaya oleh Pemerintah Singapore,
serta pelatihan di Korea Selatan tentang Training
Program Taekwondo Coach yang dibiaya oleh World
Taekwondo Federation and Kyung Hee University
Partnership. Dan banyak pelatihan yang diikuti di
dalam negeri sendiri, baik terkait manajemen rumah
sakit, pelayanan kesehatan, olahraga, penelitian,
pengajaran, kepemimpinan, dan lain sebagainya.

Beliau juga menulis beberapa artikel tentang


manajemen rumah sakit/kesehatan dan pendidikan
olahraga, di beberapa jurnal dan media massa
(Koran).

206 | Mishbahuddin
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai