Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Zakat Produktif ialah harta atau dana yang diberikan kepada mustahiq yang tidak

ada habisnya (hartanya terus menerus berkembang). Dengan demikian dana zakat

produktif dikelola dengan tujuan untuk memberikan keringanan modal untuk para

mustahiq dalam mengembangkan usahanya agar mereka dapat memenuhi kebutuhan

hidupnya. Maka dari itu dengan adanya sistem Zakat Produktif ini diharapkan para

mustahiq dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara terus menerus dengan modal

yang telah diberikan dari pihak yang mengelola Zakat Produktif tersebut. Dengan tema

makalah ini kami berharap agar semua orang dapat memahami fungsi dan tujuannya

Zakat Produktif supaya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah

a. Pengertian Zakat Produktif

b. Dasar Hukum Zakat Produktif

c. Pendapat Ulama Mengenai Zakat Produktif

d. Peran Negara Terhadap Lembaga Zakat

e. Hukum Zakat Produktif

f. Pendayagunaan Dana Zakat Produktif

g. Tujuan dan Manfaat Zakat

1
1.3 Tujuan

a) Mengetahui Pengertian Zakat Produktif

b) Mengetahui Dasar Hukum Zakat Produktif

c) Mengetahui Pendapat Ulama Mengenai Zakat Produktif

d) Mengetahui Peran Negara Terhadap Lembaga Zakat

e) Mengetahui Hukum Zakat Produktif

f) Mengetahui Pendayagunaan Dana Zakat Produktif

g) Mengetahui Tujuan dan Manfaat Zakat

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Zakat Produktif

Secara bahasa kata produktif berasal dari bahasa inggris productive yang berarti
banyak menghasilkan, memberikan banyak hasil, banyak menghasilkan barang-barang
berharga, yang mempunyai hasil yang baik. Secara umum produktif berarti banyak
menghasilkan karya atau barang. Produktif juga berarti banyak menghasilkan, memberikan
banyak hasil. Pengertian produktif berkonotasi pada kata sifat. Kata sifat akan jelas
maknanya apabila digabungkan dengan kata yang disifatinya. Dalam hal ini kata yang
disifati adalah kata zakat, sehingga menjadi zakat produktif yang artinya zakat dimana
dalam pendistribusiannya bersifat produktif lawan dari konsumtif.
Zakat produktif dengan demikian adalah pemberian zakat yang dapat membuat para
penerimanya menghasilkan sesuatu secara terus menerus, dengan harta zakat yang telah
diterimanya. Zakat produktif dengan demikian adalah zakat dimana harta atau dana zakat
yang diberikan kepada para mustahiq tidak dihabiskan akan tetapi dikembangkan dan
digunakan untuk membantu usaha mereka, sehingga dengan usaha tersebut mereka dapat
memenuhi kebutuhan hidup secara terus menerus1. Maka dari itu, zakat produktif adalah
mendistribusikan dana zakat kepada para mustahiq dengan cara kegiatan produktif, yaitu
seperti pemberian modal usaha, yang akan mengembangkan usahanya itu agar dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya sepanjang hayat2.

2.2 Dasar Hukum Zakat Produktif


1
Asnaini,S.Ag.,M.Ag., Zakat Produktif dalam Perspektif Islam, Pustaka Pelajar, Jogjakarta,
2008, hlm.63-64.
2
Abdul Kholid Zaelani,skripsi “ Analisis Perbedaan Tingkat Modal, Pendapatan, Keuntungan,
dan Pengeluaran Mustahiq Sebelum dan Sesudah Disalurkan Dana Zakat Produktif di DPU
Da’arud Tauhid Yogyakarta”,hlm.16.

3
Dalam Al Qur’an dan Hadis hanya ada ayat yang memerintahkan untuk menunaikan
zakat yaitu dalam surat An-Nur : 56, Al Baqarah : 43, dan At Taubah : 103, Al Baqarah : 3,
dan At Taubah : 60 yang hanya menyebutkan pos-pos dimana zakat diberikan, tidak
menyebutkan cara pemberian zakat kepada pos – pos tersebut. Teori hukum islam
menunjukkan bahwa dalam menghadapi masalah-masalah yang tidak jelas rinciannya
didalam Al Qur’an dan Hadis, penyelesaiannya adalah dengan metode ijtihad. Ijtihad atau
pemakaian akal dengan tetap berpedoman pada Al Qur’an dan Hadis. Dengan demikian,
berarti bahwa teknik pelaksanaan pembagian zakat bukan sesuatu yang mutlak, ia akan
menjadi dinamis, dapat disesuaikan dengan kebutuhan disuatu tempat. Dalam artian
perubahan dan perbedaan dalam cara pembagian zakat tidaklah dilarang dalam islam
karena tidak ada dasar hukum yang secara jelas menyebutkan cara pembagian zakat
tersebut3. Selain itu zakat produktif juga diatur dalam Undang- Undang Nomor 23 tahun
2011 tentang pengelolaan zakat ayat (1) dan (2) yang menyatakan : (1) Zakat dapat
didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka penanganan fakir miskin dan
peningkatan kualitas umat. (2) pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahiq telah terpenuhi.
Sedangkan ayat (3) menjelaskan tentang ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan
zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan
menteri. Oleh karena itu, dalam pendayagunaan dana zakat, terdapat beberapa syarat yang
harus dipenuhi oleh pihak penyalur zakat atau lembaga pengelola zakat. Hal tersebut
termaktub dalam keputusan Menteri Agama RI Nomor. 581 tahun 1999 tentang
Pelaksanaan Zakat untuk mustahiq4.

2.3 Pendapat Ulama Mengenai Zakat Produktif


Ada pendapat menarik yang dikemukakan oleh Yusuf Qardhawi dalam bukunya Fikih
Zakat yang dikutip oleh Muhammad Ridwan, bahwasannya pemerintah islam
diperbolehkan membangun pabrik-pabrik atau perusahaan-perusahaan dari uang zakat

3
Skripsi Parman “ Pengaruh Pendayagunaan Dana Zakat Produktif Terhadap Pendapatan
Mustahiq di BAZNAS Provinsi DI Yogyakarta”,hlm.28-29.
4
Abdul Kholid Zaelani,…,ibid,hlm.22.

4
untuk kemudian kepemilikan dan keuntungannya bagi kepentingan fakir miskin, sehingga
akan terpenuhi kebutuhan hidup mereka sepanjang masa5. Menurut Asy-Syairazi dalam
muhazzabnya, menerangkan bahwa “ seseorang fakir yang mampu tenaganya diberi alat
kerja, yang mengerti dagang diberi modal dagang. “ pernyataan ini dirinci oleh An-Nawawi
pensyarah Al- Huhazzab sbb: “tukang jual roti, tukang jual minyak wangi, penjahit, tukang
kayu, penatu, dsb diberi uang untuk membeli alat-alat yang sesuai, ahli jual beli barang-
barang diberi zakat untukmembeli barang-barang dagangan yang hasilnya cukup untuk
sumber penghidupan tetap. Kalau seorang fakir itu tidak mampu bekerja, tidak mempunyai
keterampilan, tidak mampu berdagang, maka menurut para ulama berbeda pendapat :
1. Diberi zakat untuk kecukupan hidupnya menurut ukuran umum
2. Dibelikan pekarangan (tanah) yang hasilnya cukup untuk penghidupannya, demikian
menurut Al Mutawwali
3. Diberi zakat untuk kecukupan hidup untuk satu tahun, karena zakat itu berulang
setiap satu tahun, (menurut pendapat Al- Bagawi, Al Ghazali dan ulama khurasan)
Setidaknya pernyataan diatas menyebutkan dua cara pembagian zakat. Produktif kepada
orang-orang miskin yang kuat berusaha dan konsumtif kepada yang tidak kuat untuk
berusaha. Kepada yang tidak kuat pun sebaiknya bersifat produktif.6

2.4 Peran Negara Terhadap Lembaga Zakat


Negara bertugas dan bertanggung jawab terhadap kemakmuran dan dan kesejahteraan
rakyatnya. Dengan ikut sertanya pemerintah dalam kebijakan zakat, diharapkan dapat
mempermudah dan membantu tugas-tugas pemerintah tersebut. Diantara dalil yang dapat
dijadikan dasar hukum bahwa negara / pemerintah bertanggung jawab dan berkewajiban
dalam mengelola zakat adalah :
1. Firman Allah SWT dalam surah At-Taubah ayat 13 yang berarti “Ambillah
(himpunlah, kelola) dari sebagaian harta mereka sedekah / zakat; dengan sedekah itu
kamu membersihkan mereka dan mensucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka,

5
Abdul Kholid Zaelani,…,op.cit.,hlm.17-18.
6
Skripsi Parman,…,ibid,hlm.30.

5
karena sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka; dan Allah
Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui”
Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan kepada Rasulullah untuk mengambil harta
dari pemiliknya sebagai sedekah ataupun zakat. Perintah memungut zakat dalam ayat
ini, pada awalnya ditunjukkan pada Rasulullah, namun ia juga berlaku terhadap
semua pemimpin atau penguasa dalam setiap kaum muslimin,agar zakat dapat
memenuhi fungsinya sebagai sarana yang efektif untuk membina kesejahteraan
masyarakat.
2. Firman Allah SWT dalam surah At-Taubah ayat 60 yang berarti “Sesungguhnya
zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-
pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak,
orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk orang-orang yang sedang
dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha
Mengetahui Lagi Maha Bijaksana”
3. Hadist Rasulullah saw :
“Dari abu Ma’bad dari Ibnu Abbas ridla Allah kepada keduanya bahwa
sesungguhnya Rasululluah saw telah bersabda ketika mengutus Mua’adz ra ke
Yaman. Ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tidak ada tuhan melainkan Allah
dan sesungguhnya aku adalah utusan Allah. Maka jika itu telah mereka taati, maka
beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan bagi mereka shalat
lima waktu dalam sehari semalam. Maka jika ini telah mereka taati, sampaikanlah
bahwa Allah telah mewajibkan zakat kepada mereka pada harta benda mereka,
diambil dari harta orang kaya diantara mereka, lalu dikembalikan kepada yang
fakir diantara mereka” (HR. Bukhari)
4. Praktik Rasulullah dan Khulafaur ar-Rasyidin
Rasulullah pernah mengutus Umar ra dan Mu’adz bin Jabal untuk memungut dan
membagikan zakatkepada tang berhak. Rasylullah juga mengangkat pegawai zakat.
Al-Khulafaur ar-Rasyidin pun juga melakukan yang demikian. Mereka
mengeluarkan kebijakan yang mengarahkan bahwa negara atau pemerintah adalah

6
sebagai lembaga yang berwenang mengurusi urusan zakat. Abu Bakar As-Shidiq
(dengan menggunakan segala kekuasaan pemerintah) memerangi mereka yang
tidak mau membayar zakat walaupun mereka menegakkan shalat.
Yusuf Qardhawi menjelaskan lima alasan mengapa islam menyerahkan wewenang
kepada negara untuk mengelola zakat, yaitu :
1) Banyak orang yang telah mati jiwanya, buta mata hatinya, tidak sadar akan
tanggung jawabnya terhadap orang fakir yang mempunyai hak milik yang
tersimpan dalam harta benda mereka
2) Untuk memelihara hubungan baik antara muzzaki dan mustahiq, menjaga
kehormatan dan martabad para mustahiq
3) Agar pendistribusianya tidak kacau, semraut dan salah atur
4) Agar ada pemerataan dalam pendistribusianya, bukan hanya terbatas pada
orang-orang miskin dan mereka yang sedang dalam perjalanan, namun pada
pihak lain yang berkaitan erat dengan kemaslahatan umum
5. Zakat merupakan sumber dana terpenting dan permanen yang dapat membantu
pemerintah dalam menjalankan fungsi-fungsinya dalam mengayomi dan membawa
rakyatnya dalam kemakmuran dan keadilan yang beradab.
Dengan pengelolaan zakat oleh negara akan menunjang terbentuknya keadaan
ekonomi yang growth with equity, peningkatan produktivitas yang dibarengi dengan
pemerataan pendapatan serta peningkatan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Hal ini
berarti secara tidak langsung akan dapat mencegah praktik riba, akan membangun
kerjasama ekonomi, akan menciptakan sistem jaminan sosial dan yang terpenting akan
dapat mengangkat ekonomi rakyat lemah. Disinilah tampak betapa pentingnya peran negara
dalam mengatur lembaga zakat, agar fungsi ekonomi, sosial dan pendidikan yang
terkandung dalam ibadah zakat dapat terwujud. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pemerintah wajib memperhatikan masyarakatnya. Kewajiban dan hak orang kaya, orang
miskin dan pemerintah harus dilaksanakan seiring, sejalan agar tercipta masyarakat yang

7
adil, makmur dan sejatera. Tugas dan kewajiban ini dapat dilakukan dengan meningkatkan
dan menoptimalkan peran negara terhadap lembaga zakat yang ada. 7
2.5 Hukum Zakat Produktif
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa yang dimaksud dengan zakat produktif
disini adalah pendayagunaan zakat dengan cara produktif. hukum zakat produktif dipahami
hukum mendistribusikan atau memberikan dana zakat kepada mustahiq secara produktif.
dana zakat diberikan dan dipinjamkan untuk dijadikan modal usaha bagi orang fakir,
miskin, dan orang-orang yang lemah.
Mengenai bolehnya zakat produktif ini, menurut Yusuf Qardhawi : menunaikan
zakat termasuk amal ibadah sosial dalam rangka membantu orang-orang miskin dan
golongan ekonomi lemah untuk menunjang ekonomi mereka sehingga mampu berdiri
sendiri di masa mendatang dan tabah dalam mempertahankan kewajiban-kewajibannya
kepada Allah. Apabila zakat merupakan suatu formula yang paling kuat dan jelas untuk
merealisasikan ide keadilan sosial, maka kewajiban zakat meliputi seluruh umat, dan
bahwa harta yang harus dikeluarkan itu pada hakikatnya adalah harta umat, dan pemberian
kepada kaum fakir. Pembagian zakat kepada fakir miskin dimaksudkan untuk mengikis
habis sumber-sumber kemiskinan dan untuk mampu melenyapkan sebab-sebab kemlaratan
dan kepapaannya, sehingga sama sekali nantinya ia tidak memerlukan bantuan dari zakat
lagi bahkan berbalik menjadi pebayar zakat.
Pendapat saifuddin menyetujui cara pembagian zakat produktif, dengan menciptakan
pekerjaan berarti amil dalam hal ini pemerintah dapat menciptakan lapangan pekerjaan
dengan dana zakat seperti perusahaan, modal usaha atau beasiswa agar mereka memiliki
suatu usaha yang tetap dan keterampilan serta ilmu untuk menopang hidup kearah yang
lebih baik dan layak.
Pendapat ini hampir sama dengan apa yang dikemukakan oleh KH. Sahal, “
pembagian zakat boleh menggunakan pendekatan kebutuhan dasar (pendekatan basic need
aprouch ). Karena makna zakat itu sendiri, disamping bermakna ubudiyah (eskatologis)
juga bermakna sosial. Zakat adalah salah satu cara untuk mempersempit jurang perbedaan

7
Asnaini,S.Ag.,M.Ag., Zakat Produktif Dalam prespektif Hukum islam,…, op.cit, hlm. 64-75.

8
pendapatan dalam masyarakat, sehingga tidak terjadi kesenjangan sosial yang dapat
berpootensi chos dan mengganggu keharmonisan bermasyarakat.
Dari beberapa pendapat diatas penulis berpendapat bahwa hukum zakat produktif
adalah boleh bahkan sangat dianjurkan bila dikaitkan dengan situasi dan kondisi negara
Indonesia saat ini. Apalagi zakat mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting di
bidang ekonomi sosial dan pendidikan, yang saat ini perlu mendapat perhatian dari segenap
lapisan rakyat Indonesia.
Disamping itu mengapa zakat produktif diperbolehkan?, hal ini dapat pula
dofilosofikan dengan adanya dua ciri fakir dan miskin, yaitu : kelemahan dalam bidang
fisik dan kelemahan dalam harta benda dan memiliki fisik yang kuat. Fakir miskin dan
dhuafa yang memiliki badan yang kuat tapi tidak memiliki harta benda (modal) untuk
mengembangkan tenaganya yang kuat, kurang pantas bila diberi makan dengan harta zakat.
Terkesan bahwa islam melatih umatnya untuk bermalas-malas dan tidak mendidik untuk
giat berusaha. Ini sangat tidak disukai dalam islam dan menyimpang dari tujuan dan
hikmah zakat yang sebenarnya. Oleh karena itu, bagi yang memiliki ciri kedua bagiannya
lebih tepat bila diberikan secara produktif secara langsun atau dapat pula didirikan
semacam perkongsian. Mereka sebagai pekerja yang diberi penghasilan tetap (gaji),
kemudian diberikan saham dalam satu perusahaan. Sedangkan yang memiliki cirri pertama
pendistribusian boleh diberikan dengan cara yang konsumtif. Akan tetapi bila
memungkinkan bagian mereka sebaiknya diberi dengan cara produktif, namun dibawah
pembinaan, pengarahan dan pengawasan pemerintah (amil zakat) atau lembaga non
pemerintah dan atau lembaga sosial yang mengurusi mereka.8
Memproduktifkan atau membudayakan dana zakat pada prinsipnya tidak
bertentangna dengan prinsip-prinsip hukum islam khususnya pada pensyariatan zakat,
karena zakat produktif akan membuat harta dibumu ini berputar diantara semua manusia,
tidak hanya pada sebagian orang apalagi diantara orang-orang kaya saja.

8
Asnaini S.Ag., M.Ag., …, ibid, hlm. 77-98.

9
2.6 Pendayagunaan Dana Zakat
Pendayagunaan adalah kemampuan mendatangkan hasil dan manfaat, efisien, tepat
guna. Sedangkan pendayagunaan zakat adalah usaha untuk menjadikan zakat berfungsi
sebagai amal ibadah dan juga sebagai konsep sosial. Dengan demikian pemberdayaan
adalah upaya penguatan sosial dan ekonomi dengan tujuan mencapai penguatan
kemampuan umat melelui dana bantuan yang pada umumnya berupa kredit untuk usaha
produktif sehingga mustahik sanggup meningkatkan pendapatanya dan juga membayar
kewajibanya (zakat) dari hasil usahanya atas kredit yang dipinjamnya. Zakat di Indonesia
didistribusikan dalam empat kategori seperti yang dijelaskan oleh Ali. “1). Zakat konsumtif
tradisional, yaitu zakat diberikan kepada yang berhak menerimanya untuk dimanfaatkan
langsung oleh yang bersangkutan. 2). Zakat konsumtif kreatif, zakat yang diwujudkan
dalam bentuk beasiswa. 3). Zakat produktif tradisonal, adalah zakat yang diberikan dalam
bentuk barang-barang seperti sapi, mesin jahit, dan lain-lain. 4). Zakat produktif kreatif,
kategori ini adalah pendayagunaan zakat yang diwujudkan dalam bentuk modal kerja yang
dapat dipergunakan, baik untuk pembangunan suatu proyek sosial maupun untuk
membantu atau menambah modal seseorang pedagang atau pengusaha kecil.
Pendayagunaan zakat dalam kategori ketiga dan keempat perlu dikembangkan karena
pendayagunaan tersebut mendekati hakikat zakat dan kategori tersebut dapat meningkatkan
produktifitas mustahik”.
Hal serupa dapat didukung dengan adanya UU No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan
zakat ayat (1) zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka penanganan
fakir miskin dan peningkatan kualitas kualitas umat. (2) pendayagunaan zakat untuk usaha
produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahik
telah terpenuhi. Sedangkan ayat (3) ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan zakat
untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dalam peraturan
menteri. Hal tersebut termaktub dalam keputusan Menteri Agama RI No. 581 tahun 1999
tentang Prlaksanaan Zakat untuk Mustahik :
a. Hasil pendataan dan penelitian kebenaran mustahik 8 asnaf, yaitu : fakir, miskin,
amil, muallaf, riqab, ghorim, sabilillah, dan ibnusabil

10
b. Mendahulukan orang-orang yang paling tidak berdaya memenuhi kebutuhan dasar
secara ekonomi sangat memerluan bantuan
c. Mendahulukan mustahik dalam wilayahnya masing-masing
Adapun peraturan yang mengatur proses pendayagunaan dana zakat yang dilakukan
oleh Badan dan Lembaga Amil Zakat, yaitu :
a. Melakukan studi kelayakan bisnis
b. Menetapkan jenis usaha produktif
c. Melakukan bimbingan dan penyuluhan
d. Melakukan pemantauan, pengendalian dan pengawasan
e. Mengadakan evaluasi
f. Membuat laporan
Penyaluran dana zakat secara produktif dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan,
seperti yang dijelaskan Mursyid, diantaranya adalah :
1. Pemberian modal kerja dan pendampingan (dapat melelui lembaga keuangan
Syari’ah atau lembaga keuangan mikro Syari’ah)
2. Penjaminan dana bagi mustad’afin apabila usahanya bermasalah (gharim)
3. Pendirian sektor produksi (pabrik) dan dikerjakan oleh mustad’afin
4. Usaha-usaha produktif lainya.9

2.7 Tujuan dan Manfaat Zakat


Yang dimaksud tujuan zakat adalah tujuan sasaran praktik dari penunaian zakat
tersebut, yaitu :
a) Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin
b) Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial padadiri seseorang
c) Mengangkat derajat dan membantunya keluar dari kesulitan hidup mustahik
d) Sarana pemerataan pendapatan untuk mencukupi keadilan sosial
Menurut Qadir yang dikutip oleh Hafidzhudin, hikmah dan manfaat zakat antara lain
sebagai berikut :

9
Abdul Kholid Zaelani, …, op.cit,hlm. 20-23.

11
Pertama, sebagain perwujudan keimanan kepada Allah SWT, mensyukuri nikmatNya,
menumbuhkan akhlak mulia dengan rasa kemanusiaan yang tinggi, menghilangkan sifat
kikir, rakus, materialistis, menumbuhkan ketenangan hidup, sekaligus membersihkan dan
mengembangkan harta yang dimiliki. Kedua, karena zakat merupakan hak mustahik maka
zakat berfungsi untuk menolong, membantu, membina mereka (fakir dan miskin) kearah
kehidupan yang lebih baik dan sejahtera sehingga mempunyai kehidupan yang layak, dapat
beribadah kepada Allah, terhindar dari kekufuran. Ketiga, sebagai pilar amal bersama
antara orang-orang kaya dan para mujahid yang waktunya digunakan untuk berjihad dijalan
Allah dan tidak memiliki waktu dan kesempatan untuk berusaha bagi kepentingan nafkah
diri dan keluarganya. Keempat, sebahgai sumber dana bagi pembangunan sarana maupun
prasarana seperti sarana ibadah, pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi sekaligus
pengembangan kualitas SDM muslim. Kelima, memasyarakatkan etika bisnis yang benar
sebab zakat bukan membersihkan harta yang kotor tapi mengeluarkan bagian hak orang lain
dari harta kita yang diusahakan dengan baik dan benar sesuai ketentuanya. Keenam,
sebagai instrument pemerataan pendapatan yang dimungkinkan dapat membangun
pertumbuhan ekonomi.10
Salah satu tujuan zakat produktif adalah agar harta benda tidak menumpuk pada
satu golongan saja, dinikmati orang-orang kaya sedang orang-orang miskin larut dengan
ketidakmampuanya dan hanya menonton saja,. Padahal orang kaya tidak akan ada dan tidak
sempurna hidupnya tanpa adanya orang-orang miskin.
Setidaknya ada 3 tujuan zakat yang dikemukakan oleh Qardhawi yaitu menciptakan
keadilan sosial, mengangkat derajat ekonomi orang-orang yang lenmah dan membuat
mustahik menjadi muzzaki. Hal ini hanya terjadi jika sumber-sumber zakat dimanfaatkan
sebagai modal dalam proses produksi, orientasi kegiatan masyarakat selalu kearah
produktif, berguna dan berhasil guna, dan memandang jauh kedepan dengan pengorbanan
yang dilakukan masa kini. Sehingga akan tercipta masyarakat yang berjiwa produktif bukan
masyarakat yang konsumer.

10
Abdul Kholid Zaelani,.., ibid, hlm. 21.

12
l
U
c
tG
d
I
2
if
k
&
a
n
h
o
m
,p
y
e
v
r
u
.s
1
Zakat juga memiliki fungsi yang sebenarnya yaitu agar masyarakat Indonesia dapat
mengatasi kemiskinan yang saat ini dihadapi, karena masyarakat akan mandiri dalam
mengatasi kebutuhan hidup.11

2.8 Alur Pendistribusian Zakat Produktif

Proses awal yang dilakukan adalah mendapatkan mustahik melalui cara survay,
TIM BAZMAL melakukan survay ke lokasi yang menjadi sasaran dalam pendistribusian
zakat. Banyaknya minat masyarakat untuk mendapatkan bantuan zakat sehingga ada
beberapa pemohon yang datang langsung ke kantor BAZMAL untuk meminta bantuan
modal zakat. Informasi dari masyarakat mengenai jerih payah masayarakat miskin yang
gigih dalam berusaha merupakan salahsatu metode dalam mapping mustahik.
Langkah kedua adalah mengkalrifikasikan nama-nama calon mustahik yang sudah
kita dapati infonya terlebih dahulu, dengan mengadakan pertemuan di tempat umum seperti
11
Asnaini S.Ag., M.Ag., …, ibid,hlm. 82-96.

13
meunasah (mushalla). Pada pertemuan tersebut turut hadir tokohmasyarakat, ulama
(Teungku Gampoeng) untuk mengklarifikasi bahwasanya calon mustahik layak menerima
bantuan zakat.
Setelah mustahik ditetapkan dalam rapat, maka tahap selanjutnya adalah
memberikan motivasi usaha, dengan memberikan pencerahan rohani dan hubungan rezeki
dengan Allah. Selain itu para mustahik juga mendapatkan materi singkat mengenai
pembukuan dasar agar lebih tepat dalam melakukan pencatatan uang masuk dan uang
keluar.
Momen yang paling ditunggu oleh mustahik adalah disaat realisasi bantuan
peralatan kerja dan modal usaha. Untuk semua bantuan zakat BAZMAL menghindari
pemberian cash money, semua barang yang diperlukan untuk menunjang aktivitas usaha
akan dibeli bersama-sama dengan valonter. Adapun modal kerja akan diperhitungkan
sesaui estimasi usaha, misalnya untuk penjual pisang tentu valonter tidak akan mungkin
mendampingi setiap hari untuk membeli pisang, namun pihak valonter memberikan
sejumlah dana kepada mustahik untuk membeli pisang sendiri dengan dilengkapi dengan
laporan kwitansi pembelian, foto sebelum dan sesudah.
Berhasil atau tidaknya distribusi zakat sangat bergantung pada tahap terakhir,
dimana peran monev dan saving merupakan indikator dalam keberhasilan
program.Eksistensi usaha dan adanya tabungan merupakan kunci keberhasilan12.

BAB III
PENUTUP

Jurnal Damanhur Munardi “Model Penyaluran Zakat Produktif Dalam Meningkatkan


12

Kesejahteraan Masyarakat Di Provinsi Aceh”

14
3.1 Simpulan
Kata Produktif ialah berasal dari bahasa inggris productive yang berarti banyak
menghasilkan, memberikan banyak hasil, banyak menghasilkan barang-barang berharga,
yang mempunyai hasil yang baik.Dengan demikian Zakat Produktif ialah pemberian zakat
yang dapat membuat para penerimanya menghasilkan sesuatu secara terus menerus,
dengan harta zakat yang telah diterimanya. Dengan demikian kami berharap setelah
mempelajadi dan memahami isi dai makalah ini teman-temen semua dapat mengerti fungsi
dan tujuan dari adanya Zakat Produktif.

DAFTAR PUSTAKA

15
 Arif Mufraini, M, 2006. Akuntansi dan Manajemen Zakat Mengomulasikan
Kesadaran dan Membangun Jaringan. Jakarta : Fajar Inter Pratama.
 Asnaini, 2008. Zakat Produktif dalam Prespektif Hukum Islam. Yogjakarta :
Pustaka Pelajar.
 Kholid Zaelani, Abdul. ().Analisis Perbedaan Tingkat Modal, Pendapatan,
Keuntungan, dan Pengeluaran Mustahiq Sebelum dan Sesudah Disalurkan Dana Zakat
Produktif di DPU Da’arud Tauhid Yogyakarta. Skripsi. Yogjakarta. Syari’ah dan
Hukum /.
 Parman. (2013). Pengaruh Pendayagunaan Dana Zakat Produktif Terhadap
Pendapatan Mustahiq Di BAZNAS Provinsi DI Yogjakarta. Skripsi. Yogjakarta. Syari’ah
dan Hukum / Keuangan Islam.
 Nugraha Winoto, Garry dan Pujiyono, Arif. (). Pengaruh Dana Zakat Produktif
Terhadap Keuntungan Usaha Mustahik Penerima Zakat (studi kasus BAZ kota
Semarang).

16

Anda mungkin juga menyukai