Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelatihan peneriman diri yang didasari
oleh teknik self-compassion dalam meningkatkan penerimaan diri PSK di PPSKW Mattiro Deceng,
Makassar. Subjek penelitian berjumlah 4 orang yang memiliki kecenderungan penerimaan diri rendah.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuasi eksperimen the one-group pretest-posttest design
with follow-up. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan skala penerimaan diri yang disusun oleh
peneliti bersadasarkan aspek-aspek penerimaan diri oleh Sheerer. Data dianalisis dengan cara
membandingkan nilai rata-rata setiap tahapan pengukuran pre-test (M=81,75), post-test (M=98,5),
follow-up(M=102,5). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan nilai rata-rata pada
setiap tahapan pengukuran, sehingga modifikasi pelatihan penerimaan diri yang diberikan efektif
untuk meningkatkan penerimaan diri pada pekerja seks komersial di PPSKW Mattiro Deceng,
Makassar. Implikasi dari penelitian ini adalah pelatihan penerimaan diri dapat dijadikan sebagai
alternatif metode untuk meningkatkan penerimaan diri bagi individu, khususnya pekerja seks
komersial.
Kata Kunci: konsep diri ,mindfulness, pekerja seks komersial, penerimaan diri, self-compassion
Abstract: This study aims to investigate the effectiveness of modified self-acceptance exercise based
on self-compassion techniques, to improve self-acceptance of sex workers in PPSKW Mattiro Deceng,
Makassar. The participants were a single group of 4 sex-workers (M age=44) with low self-
acceptance tendencies. A quasi-experimental design of one-group pretest-posttest with follow-up has
used in this study. The Follow-up was done a week after the treatment was given. The measuring
instrument uses a self-acceptance scale based on aspects of self-acceptance by Sheerer. Data of each
measuring section were being compared, and shows an improvement of mean scores in each section,
pre-test (M=81,75), post-test (M=98,5), follow-up(M=102,5) The results suggest that, the related
exercise might effective to improve self-acceptance of sex workers in PPSKW Mattiro Deceng,
Makassar. The implication of this study suggest that the exercise can be used as an alternative method
to improve self-acceptance for individuals, especially sex workers.
bekerja di tempat-tempat tersembunyi, ilegal, terlanjur buruk membuat para PSK terus
dan tidak terdata. menjual diri.
Faktor utama yang membentuk perilaku Hasil perolehan data awal responden juga
individu untuk melacurkan diri yaitu, memiliki beberapa kemiripan dengan indikasi
kemiskinan dan kepribadian. Pekerjaan sebagai karakteristik individu yang memiliki
PSK mendapat banyak sikap reaktif dari penerimaan diri rendah yang dikemukakan oleh
masyarakat yang cenderung memberikan label Sari dan Nuryoto (2002), yaitu individu tidak
negatif terhadap PSK, karena dianggap tidak memiliki keyakinan dan kemampuan diri dalam
memiliki moral dan telah melanggar adat menjalani hidup, menganggap diri kurang
istiadat, hukum, serta agama. Label negatif berharga sebagai seorang individu yang
yang dikaitkan pada diri PSK menimbulkan sederajat dengan individu lain, memiliki
adanya konflik dan kecemasan, sehingga anggapan aneh terhadap diri dan ketakutan
memengaruhi keadaan diri para PSK (Kartono, untuk ditolak oleh individu lain, tidak mengenal
2017). diri dengan baik dan merasa malu terhadap
Sahyana (2017) dalam penelitiannya juga keadaan diri, tidak bertanggung jawab terhadap
menemukan bahwa salah satu faktor yang segala perbuatannya, serta tidak menerima
memengaruhi PSK di PPSKW Mattiro Deceng pujian dan celaan secara objektif.
untuk kembali melakukan tindakan prostitusi Permatasari dan Gamayanti (2016)
adalah pembentukan konsep diri positif yang mengemukakan bahwa penerimaan diri
kurang optimal selama proses rehabilitasi di merupakan derajat individu ketika mengetahui
PPSKW Mattiro Deceng. Hasil evaluasi karakteristik personalnya dengan baik berupa
program yang ditemukan yaitu, materi yang kelebihan dan kekurangan yang dimiliki.
dibawakan kurang menarik dan terus berulang, Individu yang sadar terhadap keadaan diri dapat
serta sikap pekerja sosial yang terkesan kurang menerima dan termotivasi untuk membentuk
menghargai PSK integritas pribadi. Sheerer (1949)
Peneliti melakukan pengambilan data awal mengemukakan bahwa aspek penerimaan diri
melalui wawancara singkat pada tanggal 9 individu meliputi perasaan diri yang sederajat
Oktober 2019 kepada 10 orang PSK sebagai terhadap individu lain, percaya terhadap
penerima manfaat di PPSKW Mattiro Deceng kemampuan diri dalam menghadapi persoalan
terkait kondisi faktual yang dirasakan dan kehidupan, bertanggung jawab atas
menemukan bahwa, 8 dari 10 responden perilakunya, orientasi keluar diri, berpendirian,
mengaku merasa belum bahagia dan tidak puas menyadari keterbatasan diri, dan menerima
dengan kondisinya saat ini. Tujuh dari 10 sifat kemanusiaan.
responden mengaku minder dengan individu Berdasarkan data yang diperoleh peneliti
lain dikarenakan berbagi macam alasan seperti, melalui wawancara tersebut, menunjukkan
pekerjaan, kondisi ekonomi, keluarga, hingga bahwa PSK belum mampu memahami dan
tampilan fisik. Tujuh dari 10 responden mengenal diri seutuhnya, sehingga
mengalami penolakan, sehingga memilih sikap menjalankan peran yang sebenarnya tidak
untuk menjauhkan diri dari masyarakat akibat disenangi dan berdampak buruk dalam
label negatif yang diterima. Terkait masa eksistensinya di keluarga dan masyarakat.
depannya, 10 dari 10 responden mengaku Penerimaan diri berguna bagi PSK untuk
bingung dan belum yakin dengan mengevaluasi diri agar mampu mengenal
kemampuannya untuk dapat bahagia di masa berbagai kelebihan dan keterbatasan yang
depan. dimiliki secara adil dan objektif, sehingga dapat
Data yang diperoleh oleh peneliti sejalan membentuk kesadaran dan harapan untuk
dengan penelitian yang dilakukan oleh menjalani hidup yang lebih realistis.
Angeline dan Ronda (2011) di PPSKW Mattiro Penerimaan diri dapat ditingkatkan melalui
Deceng yang mengungkap bahwa PSK bermacam intervensi yang dapat dilakukan
menganggap dirinya sebagai individu yang secara individu maupun kelompok. Beberapa
rendah dan tidak bernilai di hadapan Tuhan dan metode yang dapat digunakan berupa latihan
individu lain. Kondisi diri yang mendukung penerimaan diri, positive focus group, dan
seperti kehidupan ekonomi yang sulit, latar meditasi. Beberapa metode diatas mengajarkan
belakang pendidikan rendah, pengalaman individu untuk lebih mengenal diri dengan
traumatis di masa lalu, dan penilaian yang meningkatkan self-awareness, menyadari
pengalaman dan emosi tanpa penilaian,
2
Motiva : Jurnal Psikologi
2021, Vol 4, No 1, 1-10
mengembangkan sikap compassion dan dan mengisolasi diri, serta berlebihan dalam
pemaafan, serta lebih terhubung dengan berasumsi. Individu merasakan kesakitan
individu lain (Ackerman, 2019). akibat mencoba untuk menghindari dan
Berdasarkan hal tersebut, peneliti telah mengingkari rasa sakit yang dirasakan (Gilbert,
merancang sebuah pelatihan penerimaan diri 2005). Self-compassion mengajarkan individu
yang berfokus pada sikap self-compassion pada untuk tidak menghindari penderitaan,
individu. Neff (2003a) mengemukakan bahwa melainkan merangkulnya dengan sikap penuh
self-compassion merupakan cara individu kasih sayang dan niat tulus, sehingga
dalam menyembuhkan diri dengan kebaikan, membentuk rasa kepuasan yang bersumber dari
memahami penderitaan sebagai pengalaman, perasaan menjadi manusia sebagaimana
serta menganggap kelebihan, kekurangan, dan harusnya. Konsep tersebut menunjukkan
kegagalan sebagai bagian dari kehidupan. adanya penerimaan tanpa batas dan ambisi
Pelatihan penerimaan diri melibatkan untuk mencapai potensi individu sepenuhnya
modifikasi materi dan beberapa aktivitas yang (Barnard & Curry, 2011).
pada umumnya didasari oleh komponen self- Self-compassion membantu menghambat
compassion yang telah dilakukan dari beberapa rasa sakit dengan memunculkan sikap non-
penelitian sebelumnya. Modifikasi ini justifikasi, memperluas persepektif terhadap
bertujuan untuk menyesuaikan materi dengan kehidupan, menerima dengan menyadari
kebutuhan subjek penelitian. berbagai pikiran, perasaan, dan sensasi yang
Self-compassion memiliki beberapa dirasakan tanpa berusaha mengubahnya (Costa
komponen yaitu, self-kindness, common & Pinto-Gouveia, 2011). Self-compassion
humanity, dan mindfulness. Self-kindness mampu membuat individu merasa dipedulikan,
meliputi sikap memaafkan, empati, sensitivitas, terhubung, dan tenang secara emosional. Self-
kehangatan, dan kesadaran terhadap seluruh compassion akan menon-aktifkan sistem
aspek diri termasuk semua sikap, perasaan, ancaman yang berkaitan dengan perasaan
pikiran, dan dorongan. Common humanity gelisah, tidak aman, perlawanan, dan sistem
meliputi pemaafan terhadap diri karena telah limbic, kemudian mengaktifkan sistem
menjadi manusia seutuhnya, yaitu dengan penenangan diri yang berkaitan dengan
memiliki keterbatasan dan ketidaksempurnaan. perasaan aman, keterikatan, dan sistem
Mindfulness melibatkan proses pengamatan oxytocin-opiate. Hal ini juga dibuktikan oleh
dan identifikasi pikiran dan perasaan yang Gilbert (2005), yang menggunakan intervensi
dirasakan, dibanding bereaksi terhadapnya. berbasis compassion terhadap klien yang
Atensi mindful merupakan pikiran untuk mengalami perasaan hina dan penyerangan
menolong diri dengan menghayati secara dalam terhadap diri. Intervensi Gilbert berupa
dan belajar untuk keadaan masa kini, tanpa Compassion Focused Therapy mampu
terganggu oleh evaluasi diri atau kekhawatiran mengembangkan keterampilan dan atribut
masa lalu dan masa depan (Neff, 2003). pemikiran self-compassion yang bermanfaat
Aplikasi self-compassion dalam berbagai untuk menurunkan self-critism yang tinggi
psikoterapi telah banyak digunakan dan (Gilbert, 2005).
berimplikasi terhadap kualitas positif individu Meskipun mampu meningkatkan
(Neff & Knox, 2017). Neff, Kirkpatrick, dan penerimaan diri secara umum, namun self-
Rude (2007) menjelaskan bahwa self- compassion sebagai sikap positif terhadap diri
compassion memberikan pengaruh yang kuat juga bersikap tegas terhadap perilaku yang
terhadap penerimaan dan emosi positif terhadap keliru, agar tidak terjadi self-serving bias.
diri. Pengaruh tersebut tidak didasari oleh hasil Individu dengan self-compassion merasa peduli
evaluasi atau perbandingan diri terhadap terhadap perilaku negatifnya dengan
individu lain, melainkan berfokus pada mengubahnya menjadi lebih positif,
kesadaran individu terkait sifat manusia yang dibandingkan mengingkarinya (Breines &
penuh dengan keterbatasan, sehingga diri Chen, 2012). Hal ini dibuktikan oleh Wang, dkk
mampu mengidentifikasinya dengan jelas dan (2016) yang menemukan bahwa self-
menyalurkan kebaikan tanpa harus compassion tidak hanya berkontribusi pada
menjatuhkan yang lain. kesehatan psikologis individu, tetapi juga
Costa dan Pinto-Gouveia (2011) mampu mengurangi rasa toleransi terhadap
menjelaskan bahwa individu dengan sikap yang melanggar moral.
penerimaan diri rendah cenderung menghakimi
3
Motiva : Jurnal Psikologi
2021, Vol 4, No 1, 1-10
Hipotesis pada penelitian ini dianalisis Tabel 3. Hasil Kategorisasi Respon Skala
menggunakan teknik analisis data secara Penerimaan Diri Pre-test, Post-test, dan
deskriptif dan visual inspection, yaitu Follow-up
membandingkan perolehan hasil rata-rata Pr Po Gai Fol Ga
N Ka Ka
subjek di setiap tahap pengukuran. o
Ini e-
teg
st- n
teg
lo in Kate
sial tes Te sco w- sco gori
. ori ori
t st re up re
HASIL Re 17 Se 4
10 Sedan
1 IW 79 nda 96 dan
0 g
h g
Re 27 Se -8
Subjek penelitian berjumlah 4 (empat) orang 2 A 84 nda
10
dan 98
Sedan
6 g
yang memiliki latar belakang lulusan SMP h g
Re 17 Se 2
sebanyak 1 orang, dan SD sebanyak 3 orang. 3 W 83 nda
10
dan
10 Sedan
0 2 g
Subjek penelitian telah memenuhi karakteristik h g
Re 11 Se 17
yang telah ditentukan oleh peneliti. Adapun, 4 SW 81 nda 92 dan
10 Sedan
9 g
deskripsi subjek secara rinci sebagai berikut: h g
5
Motiva : Jurnal Psikologi
2021, Vol 4, No 1, 1-10
dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan nilai- nasib yang dialami dan kondisi keluarganya di
rata dari setiap tahapan pengukuran. Dengan kampung. Subjek mengaku merasa tidak
demikian, dapat disimpulkan bahwa pelatihan nyaman dengan kondisi yang ada di PPSKW
penerimaan diri efektif dalam meningkatkan Mattiro Deceng. Kurangnya aktivitas yang
penerimaan diri PSK di PPSKW Mattiro diberikan membuat subjek sering berpikiran
Deceng, sehingga hipotesis dalam penelitian ini negatif tentang diri dan lingkungan luar,
diterima. sehingga membuatnya stres.
Ketiga subjek yaitu subjek IW, A, dan SW
PEMBAHASAN mengaku bahwa dirinya tidak berani
menghubungi keluarganya semenjak terjaring
Berdasarkan hasil temuan di lapangan di PPSKW Mattiro Deceng. Hal ini disebabkan
melalui wawancara, subjek dalam penelitian ini dirinya terlalu malu dan takut menghadapi
mengaku menjalankan praktik prostitusi akibat kemarahan keluarga atas perbuatan yang
hambatan ekonomi dan konflik keluarga. dilakukan. Subjek juga tidak ingin merusak
Ketidakseimbangan antar kebutuhan dan nama keluarga dengan menjadi bahan
pemasukan berujung pada konflik antar perbincangan di kampung. Beberapa subjek
anggota keluarga, yang membuat subjek merasa memilih hanya menghubungi orang-orang
tidak nyaman. Sehingga, muncul keinginan tertentu yang sekiranya bisa menerima
untuk mendapatkan uang yang lebih banyak kondisinya saja.
melalui cara yang instan. Kartono (2017) Dampak yang dirasakan oleh subjek diatas
mengemukakan bahwa praktik prostitusi dapat sejalan dengan yang dikemukakan oleh Jajuli
dipengaruhi oleh berbagai faktor, beberapa (2010) yang menjelaskan bahwa praktik
diantaranya yaitu tekanan ekonomi, prostitusi menimbulkan dampak psikologis
penghindaran dari kesulitan hidup dan bagi para pelakunya, beberapa diantaranya
mendapatkan kesenangan melalui jalan pintas, yaitu merasa harga dirinya rendah di hadapan
serta latar belakang pendidikan rendah, masyarakat, minder jika berhadapan dengan
sehingga sulit mendapatkan pekerjaan yang masyarakat, sering merenung dan menyendiri
diinginkan. membayangkan masa lalu, menimbulkan
Subjek juga menjelaskan bahwa dirinya kesenjangan hubungan yang signifikan antara
merasa tidak cocok dengan pekerjaan yang ada diri dengan keluarga dan masyarakat,
di kampung seperti bertani dan bercocok tanam. kehilangan motivasi untuk menjalin hubungan
Subjek ingin memiliki pekerjaan dengan yang baik dengan masyarakat, stres, frustrasi,
penghasilan yang besar, namun terkendala hingga depresi.
dengan persaingan pendidikan yang dimiliki Hasil respon jawaban subjek penelitian pada
orang perkotaan. Di sisi lain, subjek ingin tetap pre-test menggunakan skala penerimaan diri
bertahan hidup dan menjalankan gaya hidup diketahui bahwa seluruh subjek (100%)
seperti orang kota pada umumnya. Kartono terindikasi memiliki kecenderungan
(2017) menjelaskan bahwa praktik prostitusi penerimaan diri rendah. Hasil ini semakin
juga bisa disebabkan oleh aspirasi materiil diperkuat dengan hasil wawancara yang
individu yang tinggi terhadap kemewahan, dilakukan oleh peneliti terhadap subjek yang
namun malas bekerja. menunjukkan adanya karakteristik penerimaan
Dampak yang dirasakan oleh subjek setelah diri rendah, seperti perasaan tidak sederajat
melakukan praktik prostitusi dan terjaring oleh dengan orang lain, pesimis terhadap
petugas bermacam-macam. Keempat subjek kemampuan diri untuk menjalani hidup yang
mengaku bahwa dirinya merasa lebih rendah lebih baik, merasa malu terhadap keadaan diri,
derajatnya dibandingkan orang lain. Subjek ketakutan untuk ditolak oleh orang lain, hingga
mengaku bahwa kondisi pekerjaan dan nasib sikap yang tidak bertanggung jawab terhadap
hidupnya membuatnya merasa lebih rendah kesalahan yang telah diperbuat.
dibanding yang lain. Hal ini menyebabkan Penerimaan diri diperlukan bagi para PSK
subjek merasa minder untuk berbaur dengan agar mampu menerima dan mengakui
masyarakat, sehingga memilih bergaul dengan kesalahan yang diperbuat, sebagai bagian dari
orang yang memiliki pekerjaan yang sama proses pembelajaran hidup sebagai manusia
dengannya. biasa. Sehingga, PSK mampu menganggap
Subjek IW dan A mengaku bahwa dirinya dirinya sebagai individu yang setara dengan
sering termenung dan menangis memikirkan yang lain, dan mampu beradaptasi, serta
6
Motiva : Jurnal Psikologi
2021, Vol 4, No 1, 1-10
selama sepekan, terdapat perubahan dalam Deceng. Hasil penelitian ini sejalan dengan
kualitas tidurnya. Subjek mengaku dapat tidur penelitian yang dilakukan oleh Gilbert (2005)
lebih nyenyak dan bangun dengan badan yang dengan menggunakan intervensi self
lebih segar. Hu, Wang, Sun, Arteta-Garcia, dan compassion berupa Compassion Focused
Purol (2016) mengemukakan self-compassion Therapy (CFT), yang diberikan kepada klien
membantu mengurangi stres yang dirasakan dengan self-critism yang tinggi. Hasil dari
individu, sehingga meningkatkan mood dan penelitian tersebut menunjukkan bahwa CFT
kesadaran penuh ketika bangun di pagi hari, efektif untuk mengembangkan keterampilan
hingga akhirnya meningkatkan kualitas tidur dan atribut pemikiran self-compassion,
yang buruk akibat stres. terutama ketika klien mengalami perasaan hina
Subjek IW, A, W lebih termotivasi untuk dan penyerangan terhadap diri. Penelitian ini
menjalani hidup dengan lebih baik dan sumber juga mendukung hasil dari penelitian yang
mata pencaharian yang lebih berkah. Hal ini dilakukan oleh Albertson, Neff, dan Dill-
dibuktikan dengan perubahan yang dapat Shackleford (2014) yang mampu menurunkan
dilihat dari hasil wawancara pre-test dan kecenderungan subjek untuk mengkritik diri
follow-up. Ketiga subjek menjelaskan rencana sendiri melalui pelatihan self-compassion,
yang akan dilakukan setelah keluar dari sehingga meningkatkan body disatisfaction
PPSKW Mattiro Deceng secara lebih jelas dan subjek dengan body image yang lebih positif.
spesifik pada saat wawancara follow-up, Adapun kelemahan dalam penelitian adalah
dibandingkan ketika wawancara pre-test. penyampaian materi yang kurang menarik dan
Breines dan Chen (2012) menjelaskan belum sesuai dengan kondisi subjek. Meskipun
bahwa self-compassion mampu meningkatkan pemberian pelatihan telah diselingi beberapa
motivasi individu untuk berubah menjadi lebih icebreaking, berdasarkan hasil observasi masih
baik, bekerja keras, memperbaiki, serta terdapat beberapa perilaku subjek yang
menghindari kesalahan di masa lalu. Self- menunjukkan sikap tidak siap ketika menerima
compassion mengajarkan individu untuk tidak materi. Hal ini mungkin saja disebabkan oleh
menghakimi ketika telah melakukan kesalahan, pembawaan materi yang terkesan serius, dan
melainkan berusaha untuk memperbaikinya. penggunaan bahasa dalam materi pelatihan
Individu dengan sikap self-compassion yang terlalu kompleks untuk subjek. Selain itu,
menargetkan suatu hal setinggi mungkin secara durasi waktu yang digunakan untuk pemberian
realistis, namun juga menyadari bahwa intervensi hanya dua kali pertemuan, dan
terkadang tujuan tidak selamanya dapat latihan mandiri yang dilakukan setiap subjek
tercapai. hanya seminggu, sehingga hasil yang diperoleh
Hurlock (1980) mengemukakan bahwa kurang maksimal. Meskipun tingkat
harapan yang realistis mampu memengaruhi penerimaan diri keempat subjek mengalami
penerimaan diri individu. Individu dengan peningkatan, hasil dari keempat subjek hanya
harapan yang didasari oleh hal nyata dan meningkat pada kategori sedang saja. Hasil
berdasar pada kemampuan pribadi akan lebih peningkatan penerimaan diri subjek mungkin
mudah mencapai tujuannya. Harapan yang saja akan lebih baik jika subjek melakukan
realistis akan meningkatkan kepuasan individu praktik latihan mandiri dengan periode waktu
terhadap dirinya. yang lebih lama dari sepekan. Penggunaan alat
Hasil perbandingan nilai rata-rata ukur skala penerimaan diri dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan juga kurang maksimal karena populasi subjek
penerimaan diri subjek, sebelum, setelah, dan yang sedikit, sehingga peneliti hanya
sepekan diberikan pelatihan. Hasil tersebut melakukan uji validitas secara logis dan tidak
dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata melakukan uji validitas secara empirik.
subjek keseluruhan pada tahap pre-test, post-
test, dan follow-up, yang menunjukkan bahwa KESIMPULAN
pemberian pelatihan penerimaan diri
memberikan pengaruh terhadap tingkat Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat
penerimaan diri subjek. disimpulkan bahwa pelatihan penerimaan diri
Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan efektif untuk meningkatkan penerimaan diri
penerimaan diri memberikan kontribusi Pekerja Seks Komersial (PSK) di PPSKW
terhadap perubahan rata-rata nilai penerimaan Mattiro Deceng. Terdapat peningkatan tingkat
diri yang dialami oleh PSK di PPSKW Mattiro penerimaan diri PSK sebelum mendapatkan
8
Motiva : Jurnal Psikologi
2021, Vol 4, No 1, 1-10
pelatihan penerimaan diri (pre-test) dan setelah acceptance quistonnaire to identify patients’
mendapatkan pelatihan penerimaan diri (post- subgroups. Clinical Psychology &
test). Adapun rekomendasi yang dapat diajukan Psychotherapy, 18(4), 292-302.
oleh peneliti untuk peneliti selanjutnya yaitu, Gilbert, P. (2005). Compassion:
agar lebih memperhatikan penatalaksanaan Conceptualization, research, and use in
intervensi. Alangkah baiknya jika pemberian psychotherapy. London: Routledge.
intervensi disesuaikan dengan kondisi subjek Hu, Y., Wang, Y., Sun, Y., Arteta-Garcia, J., &
dengan menggunakan bahasa yang lebih Purol, S. (2018). Diary study: The protective
sederhana, pembawaan materi yang santai dan role of self-compassion on stress-related
terkesan tidak menggurui, serta icebreaking poor sleep quality. Mindfulness, 9(6), 1931-
yang menarik. Peneliti juga merekomendasikan 1940.
saran kepada pihak PPSKW Mattiro Deceng, Hurlock, E. B. (1980). Psikologi perkembangan
agar memberikan kegiatan yang lebih suatu pendekatan sepanjang rentan
bervariatif bagi para penerima manfaat, kehidupan. Terjemahan oleh Istiwidayanti
sehingga para penerima manfaat tidak dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga.
menghabiskan waktunya untuk merenung. Jajuli. (2010). Motivasi dan dampak psikologis
Praktik self-compassion yang diajarkan dapat pekerja seks komersial (Studi kasus
dijadikan sebagai alternatif sebagai kegiatan terhadap PSK di Gunung Kemukus Sragen
yang dapat dilakukan secara kelompok maupun Jateng). Skripsi. Fakultas Dakwah:
individual untuk meningkatkan emosi dan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
mood yang lebih positif bagi para penerima Yogyakarta.
manfaat maupun pekerja social yang ada di Kartono, K. (2017). Patologi sosial jilid 1.
PPSKW Mattiro Deceng. Jakarta: Rajawali Pres.
Kirkpatrick, K. L. (2005). Enhancing self-
DAFTAR PUSTAKA compassion using a Gestalt two-chair
intervention. (Disertasi). Austin: University
Ackerman, C. (2018). What is self-acceptance? of Texas.
25 exercises+definition and quotes, diakses Leary, M. R., Tate, E. B., Adams, C. E., Allen,
dari https://positivepsychology.com/self- A. B., & Hancock, J. (2007). Self-
acceptance/, pada tanggal 18 Februari 2020. compassion and reactions to unpleasant self-
Allen, A. B., & Leary, M. R. (2014). Self- relevant events: The implications of treating
compassionate responses to aging. The onself kindly. Journal of Personality and
Gerontologist, 54(2), 190-200. Social Psychology, 92(5), 887-904.
Albertson, E. R., Neff, K. D., & Dill- Neff, K. D. (2003a). Self-compassion: An
Shackleford, K. E. (2014). Self-compassion alternative conceptualization of a healthy
and body dissatisfaction in woman: A attitude toward oneself. Self and Identity,
randomized controlled trial of a brief 2(2), 85-101.
meditation intervention. Mindfulness, 6, 1- Neff, K. D. (2003b). The development and
11. validation of a scale to measures self-
Angeline, S., & Ronda, D. (2011). Pemulihan compassion. Self and identity, 2(3), 223-
gambar diri bagi para pekerja seks komersial 250.
di pusat pelayanan satuan karya wanita Neff, K. D., Kirkpatrick, K. L., & Rude, S. S.
Mattiro Deceng Makassar. Jurnal Jaffray, (2007). Self-compassion and adaptive
9(2), 31-52. psychological functioning. Journal of
Barnard, L. K., & Curry, J. F. (2011). Self- Research in Personality, 41(1), 139-154.
compassion: Conceptualization, correlates, Neff, K. D., & Knox, M. C. (2017). Self-
& interventions. Review of general compassion.In V. Zeigler-Hill, T. K
psychology, 15(4), 289-303. Shackelford (Eds.), Encyclopedia of
Breines, J. G., & Chen, S. (2012). Self- Personality and Individual Differences,
compassion increases self-improvement pp.1-8. New York: Springer International
motivation. Personality and Social Publishing.
Psychology Bulletin, 38(9), 1133-1143. Permatasari, V., & Gamayanti, W. (2016).
Costa, J., & Pinto-Gouveia, J. (2011). Gambaran penerimaan diri (self-acceptance)
Acceptance of pain, self-compassion and pada orang yang mengalami
psychopathology: Using the chronic pain
9
Motiva : Jurnal Psikologi
2021, Vol 4, No 1, 1-10
10