Anda di halaman 1dari 16

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ANGGOTA MILITER YANG

MELAKUKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA

DOSEN PENGAMPU:

Dr. YAYAN RIYANTO, SH., MH.

Disusun oleh:

RYAN MAULANA

202010110311229

JURUSAN ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG (UMM)
MALANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Kami Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat
menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas
tentang “Penegakan Hukum Terhadap Anggota Militer yang Melakukan
Tindak Pidana Narkotika”

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi


tugas dari Dr. Yayan Riyanto, SH., MH. pada mata kuliah Hukum Acara
Pidana 2. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang bagaimana membuat makalah dengan baik dan benar sesuai
dengan materi yang telah di berikan.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Dr. Yayan Riyanto, SH.,


MH.. selaku dosen mata kuliah Hukum Acara Pidana 2 yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan saya. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang akan saya
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang .......................................... Error! Bookmark not defined.

B. Rumusan Masalah .................................... Error! Bookmark not defined.

C. Tujuan ...................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 4

A. Proses Penegakan Hukum Terhadap Anggota Militer .............................. 4

B. Hambatan yang dihadapi dalam Penegak Hukum ................................... 5

C. Peran Lembaga Militer dalam Mencegah dan Menagani .......................... 8

D. Dampak dari Penegakan Hukum yang Efektif ......................................... 9

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 11

A. Kesimpulan ............................................................................................ 11

B. Saran ..................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberadaan anggota militer yang terlibat dalam tindak pidana
narkotika merupakan isu serius yang membutuhkan penanganan yang
tegas. Anggota militer memiliki peran penting dalam menjaga
keamanan, ketertiban, dan kedaulatan negara. Mereka diharapkan
menjunjung tinggi nilai-nilai disiplin, integritas, dan kepatuhan terhadap
hukum. Namun, kenyataannya, ada sejumlah anggota militer yang
terlibat dalam kegiatan ilegal seperti penyalahgunaan narkotika.
Penegakan hukum terhadap anggota militer yang melakukan tindak
pidana narkotika memiliki tujuan yang jelas. Pertama, untuk menjaga
citra positif dan kepercayaan masyarakat terhadap institusi militer.
Ketika anggota militer terlibat dalam tindak pidana narkotika, hal ini
dapat merusak reputasi lembaga militer secara keseluruhan. Kedua,
untuk mencegah penyalahgunaan narkotika di kalangan anggota militer.
Dalam tugas-tugas mereka yang berisiko tinggi, keterlibatan anggota
militer dalam penyalahgunaan narkotika dapat mengancam keamanan
dan efektivitas operasi militer. Ketiga, untuk memastikan bahwa anggota
militer yang melanggar hukum bertanggung jawab atas tindakan mereka
dan diadili sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku.
Namun, penegakan hukum terhadap anggota militer yang
melakukan tindak pidana narkotika seringkali dihadapkan pada
sejumlah hambatan. Salah satu hambatan utama adalah kesulitan
dalam mengumpulkan bukti yang cukup untuk mengadili anggota militer
yang terlibat dalam tindak pidana narkotika. Karena posisi dan struktur
organisasi mereka, anggota militer sering memiliki akses yang lebih
terbatas ke informasi dan saksi yang dapat membantu dalam proses
penyelidikan dan pengumpulan bukti. Selain itu, ada juga hambatan
internal dalam lembaga militer sendiri. Kepentingan untuk melindungi

1
citra dan reputasi institusi militer sering kali dapat menyebabkan
penutupan mata terhadap perilaku melanggar hukum yang dilakukan
oleh anggota militer. Hal ini dapat menghambat proses penegakan
hukum dan mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap lembaga
militer.
Selain hambatan hukum dan internal, aspek psikologis juga dapat
menjadi faktor yang mempengaruhi penegakan hukum terhadap
anggota militer yang terlibat dalam tindak pidana narkotika. Stigma yang
melekat pada anggota militer yang terlibat dalam kegiatan ilegal seperti
penyalahgunaan narkotika dapat menjadi hambatan dalam melaporkan
kasus dan mengungkap kebenaran. Anggota militer yang terlibat dalam
tindak pidana narkotika sering kali menghadapi tekanan psikologis yang
signifikan. Mereka mungkin khawatir tentang dampaknya terhadap
karier mereka, reputasi, dan hubungan dengan rekan sejawat. Stigma
sosial yang melekat pada penyalahgunaan narkotika juga dapat
menyebabkan rasa malu dan ketakutan akan pengucilan dari
lingkungan militer.
Stigma ini dapat menghambat anggota militer yang terlibat dalam
penyalahgunaan narkotika untuk melaporkan kasus atau mengungkap
kebenaran. Mereka mungkin merasa terjebak dalam siklus
penyalahgunaan narkotika yang sulit untuk mereka pecahkan sendiri.
Selain itu, adanya rasa solidaritas dan loyalitas di antara anggota militer
juga dapat menghambat pengungkapan kasus, karena takut
mengkhianati teman atau rekan mereka. Selain itu, stigma juga dapat
mempengaruhi sikap dan persepsi rekan sejawat dan atasan terhadap
anggota militer yang terlibat dalam penyalahgunaan narkotika. Mereka
mungkin lebih cenderung menutup mata atau mengurangi konsekuensi
hukum yang seharusnya diterima oleh pelaku. Hal ini dapat
menghambat proses penegakan hukum yang adil dan menyebabkan
ketidakadilan dalam sistem peradilan militer.

2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses penegakan hukum terhadap anggota militer yang
terlibat dalam tindak pidana narkotika?
2. Apa saja hambatan yang dihadapi dalam penegakan hukum
terhadap anggota militer yang terlibat dalam tindak pidana narkotika?
3. Bagaimana peran lembaga militer dalam mencegah dan menangani
anggota militer yang terlibat dalam tindak pidana narkotika?
4. Bagaimana dampak dari penegakan hukum yang efektif terhadap
anggota militer yang terlibat dalam tindak pidana narkotika terhadap
disiplin dan moralitas di dalam lembaga militer?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana proses penegakan hukum terhadap
anggota militer yang terlibat dalam tindak pidana narkotika.
2. Untuk mengetahui apa saja hambatan yang dihadapi dalam
penegakan hukum terhadap anggota militer yang terlibat dalam
tindak pidana narkotika.
3. Untuk mengetahui bagaimana peran lembaga militer dalam
mencegah dan menangani anggota militer yang terlibat dalam tindak
pidana narkotika.
4. Untuk mengetahui agaimana dampak dari penegakan hukum yang
efektif terhadap anggota militer yang terlibat dalam tindak pidana
narkotika terhadap disiplin dan moralitas di dalam lembaga militer.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses Penegakan Hukum Terhadap Anggota Militer Yang Terlibat


Dalam Tindak Pidana Narkotika
Proses penegakan hukum terhadap anggota militer yang terlibat
dalam tindak pidana narkotika melibatkan beberapa tahapan yang
melibatkan sistem peradilan militer dan sipil. Berikut adalah gambaran
umum tentang proses tersebut. Langkah pertama adalah penyelidikan
terhadap anggota militer yang diduga terlibat dalam tindak pidana
narkotika. Penyelidikan ini dilakukan oleh penyidik militer atau agen
penegak hukum sipil yang bekerja sama dengan unit-unit penegak
hukum terkait. Selama penyelidikan, bukti-bukti fisik dan bukti lainnya
dikumpulkan untuk mendukung dakwaan terhadap anggota militer yang
diduga terlibat dalam tindak pidana narkotika. Ini dapat meliputi barang
bukti seperti narkotika yang disita, catatan transaksi, dan bukti lain yang
menunjukkan keterlibatan dalam kegiatan ilegal.
Jika penyelidikan menghasilkan cukup bukti untuk menuduh anggota
militer yang terlibat dalam tindak pidana narkotika, langkah selanjutnya
adalah penangkapan dan penahanan. Penangkapan dilakukan oleh
aparat penegak hukum yang berwenang, dan anggota militer yang
ditangkap akan ditahan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Setelah
penangkapan, anggota militer tersebut akan menjalani pemeriksaan
awal di hadapan hakim atau penyidik militer. Pemeriksaan awal ini
bertujuan untuk memastikan bahwa prosedur penangkapan dan
penahanan telah dilakukan dengan benar, dan tersangka diberikan
kesempatan untuk mengajukan keberatan atau memberikan keterangan
awal.
Jika ada cukup bukti dan alasan yang memadai, jaksa penuntut
militer atau sipil akan mengajukan dakwaan terhadap anggota militer
yang terlibat dalam tindak pidana narkotika. Dakwaan ini akan

4
disampaikan kepada pengadilan militer atau sipil yang berwenang.
Anggota militer yang didakwa akan menjalani persidangan di hadapan
pengadilan militer atau sipil. Persidangan ini akan melibatkan pihak-
pihak terkait, termasuk jaksa penuntut, pengacara pembela, dan saksi-
saksi yang memainkan peran penting dalam menentukan hasil
persidangan. Setelah persidangan selesai, pengadilan akan
memberikan putusan terhadap anggota militer yang didakwa. Putusan
dalam kasus anggota militer yang didakwa akan bergantung pada fakta
dan bukti yang disajikan selama persidangan. Pengadilan akan
mempertimbangkan argumen dari pengacara pembela dan jaksa
penuntut serta memeriksa keabsahan bukti yang diajukan.

B. Hambatan Yang Dihadapi Dalam Penegakan Hukum Terhadap


Anggota Militer Yang Terlibat Dalam Tindak Pidana Narkotika
Proses penegakan hukum terhadap anggota militer yang terlibat
dalam tindak pidana narkotika melibatkan beberapa tahapan yang
melibatkan sistem peradilan militer dan sipil. Berikut adalah gambaran
umum tentang proses tersebut. Langkah pertama adalah penyelidikan
terhadap anggota militer yang diduga terlibat dalam tindak pidana
narkotika. Penyelidikan ini dilakukan oleh penyidik militer atau agen
penegak hukum sipil yang bekerja sama dengan unit-unit penegak
hukum terkait.
Selama penyelidikan, bukti-bukti fisik dan bukti lainnya dikumpulkan
untuk mendukung dakwaan terhadap anggota militer yang diduga
terlibat dalam tindak pidana narkotika. Ini dapat meliputi barang bukti
seperti narkotika yang disita, catatan transaksi, dan bukti lain yang
menunjukkan keterlibatan dalam kegiatan ilegal. Jika penyelidikan
menghasilkan cukup bukti untuk menuduh anggota militer yang terlibat
dalam tindak pidana narkotika, langkah selanjutnya adalah
penangkapan dan penahanan. Penangkapan dilakukan oleh aparat

5
penegak hukum yang berwenang, dan anggota militer yang ditangkap
akan ditahan sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Setelah penangkapan, anggota militer tersebut akan menjalani
pemeriksaan awal di hadapan hakim atau penyidik militer. Pemeriksaan
awal ini bertujuan untuk memastikan bahwa prosedur penangkapan dan
penahanan telah dilakukan dengan benar, dan tersangka diberikan
kesempatan untuk mengajukan keberatan atau memberikan keterangan
awal. Jika ada cukup bukti dan alasan yang memadai, jaksa penuntut
militer atau sipil akan mengajukan dakwaan terhadap anggota militer
yang terlibat dalam tindak pidana narkotika. Dakwaan ini akan
disampaikan kepada pengadilan militer atau sipil yang berwenang.
Anggota militer yang didakwa akan menjalani persidangan di
hadapan pengadilan militer atau sipil. Persidangan ini akan melibatkan
pihak-pihak terkait, termasuk jaksa penuntut, pengacara pembela, dan
saksi-saksi yang memainkan peran penting dalam menentukan hasil
persidangan. Setelah persidangan selesai, pengadilan akan
memberikan putusan terhadap anggota militer yang didakwa. Putusan
dalam kasus anggota militer yang didakwa akan bergantung pada fakta
dan bukti yang disajikan selama persidangan. Pengadilan akan
mempertimbangkan argumen dari pengacara pembela dan jaksa
penuntut serta memeriksa keabsahan bukti yang diajukan.
Proses penyelidikan perkara pidana yang melibatkan anggota TNI
dengan sipil atau pengadilan umum melalui beberapa tahapan yang
diatur dalam hukum acara pidana di Indonesia. Berikut adalah
penjelasan mengenai tahapan penyelidikan perkara pidana tersebut.
Tahapan awal dalam proses penyelidikan adalah penerimaan laporan.
Laporan dapat diajukan oleh pihak yang merasa dirugikan atau oleh
pihak yang mengetahui adanya dugaan tindak pidana. Laporan ini dapat
diajukan ke polisi atau ke instansi yang berwenang, tergantung pada
jenis perkara pidana yang dilaporkan.

6
Setelah menerima laporan, penegak hukum akan melakukan
pemeriksaan awal terhadap laporan tersebut. Pemeriksaan ini meliputi
verifikasi identitas pelapor, klarifikasi mengenai dugaan tindak pidana,
dan pengumpulan informasi awal yang relevan. Jika dugaan tindak
pidana terbukti ada, maka penyelidikan akan dilanjutkan. Jika hasil
pemeriksaan awal menunjukkan adanya cukup bukti permulaan,
penegak hukum dapat menetapkan seseorang sebagai tersangka.
Penetapan tersangka dilakukan berdasarkan pertimbangan hukum dan
fakta-fakta yang ada. Dalam hal anggota TNI menjadi tersangka, ada
prosedur khusus sesuai dengan UU No. 31 Tahun 1997 tentang
Peradilan Militer.
Tahapan penyelidikan dilakukan untuk mengumpulkan bukti-bukti
yang lebih lengkap dan mendalam terkait dengan perkara pidana yang
sedang diselidiki. Penyelidikan dapat melibatkan pemeriksaan saksi,
pemeriksaan tempat kejadian perkara, pengumpulan barang bukti, dan
pemeriksaan terhadap tersangka. Selama penyelidikan, penegak
hukum harus mematuhi prinsip-prinsip hukum acara pidana, termasuk
hak-hak tersangka. Setelah penyelidikan selesai, penegak hukum akan
menentukan apakah perkara tersebut layak untuk dituntut atau tidak.
Keputusan ini didasarkan pada kecukupan bukti yang ada dan
pertimbangan hukum. Jika perkara pidana tersebut layak untuk dituntut,
maka penuntutan akan dilakukan oleh jaksa penuntut umum. Tahap
persidangan dimulai setelah penuntutan dilakukan. Pengadilan akan
mengadili perkara pidana tersebut berdasarkan bukti-bukti dan argumen
yang disajikan oleh jaksa penuntut umum dan Sidang pengadilan
merupakan tahap krusial dalam penyelesaian perkara pidana yang
melibatkan anggota TNI dengan sipil atau pengadilan umum.

7
C. Peran Lembaga Militer Dalam Mencegah Dan Menangani Anggota
Militer Yang Terlibat Dalam Tindak Pidana Narkotika
Lembaga militer memiliki peran penting dalam mencegah dan
menangani anggota militer yang terlibat dalam tindak pidana narkotika.
Berikut ini adalah beberapa peran yang dimainkan oleh lembaga militer
dalam hal ini. Pendidikan dan Pelatihan: Lembaga militer dapat
memberikan pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan bahaya
narkotika kepada para anggotanya. Ini mencakup peningkatan
kesadaran tentang dampak negatif penggunaan narkotika, pelatihan
dalam mengenali tanda-tanda penggunaan narkotika, dan pemahaman
tentang konsekuensi hukum yang akan dihadapi jika terlibat dalam
tindak pidana narkotika.
Pengawasan Internal: Lembaga militer dapat menjalankan sistem
pengawasan internal yang ketat untuk mencegah penyalahgunaan
narkotika di kalangan anggotanya. Ini termasuk tes narkotika rutin,
pemeriksaan acak, dan pengawasan terhadap distribusi dan
penggunaan obat-obatan di lingkungan militer. Penyuluhan dan
Kampanye: Lembaga militer dapat mengadakan program penyuluhan
dan kampanye untuk memberikan informasi tentang bahaya narkotika
kepada anggota militer dan keluarga mereka. Ini bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman tentang risiko dan konsekuensi yang terkait
dengan penggunaan narkotika.
Penyelidikan dan Penuntutan: Jika ada anggota militer yang terlibat
dalam tindak pidana narkotika, lembaga militer memiliki tanggung jawab
untuk menyelidiki kasus tersebut secara menyeluruh dan memastikan
penuntutan yang tegas. Ini melibatkan kerja sama dengan aparat
penegak hukum sipil untuk memastikan bahwa pelaku tindak pidana
narkotika dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku. Layanan
Rehabilitasi: Selain penegakan hukum, lembaga militer juga dapat
memberikan layanan rehabilitasi dan pemulihan kepada anggota militer
yang terlibat dalam penggunaan narkotika. Ini mencakup program

8
pemulihan, konseling, dan dukungan psikologis untuk membantu
anggota militer dalam mengatasi masalah ketergantungan dan
mencegah kekambuhan.

D. Dampak Dari Penegakan Hukum Yang Efektif Terhadap Anggota


Militer Yang Terlibat Dalam Tindak Pidana Narkotika Terhadap
Disiplin Dan Moralitas Di Dalam Lembaga Militer
Penegakan hukum yang efektif terhadap anggota militer yang terlibat
dalam tindak pidana narkotika memiliki dampak signifikan terhadap
disiplin dan moralitas di dalam lembaga militer. Berikut adalah beberapa
dampak yang dapat terjadi.
1. Meningkatnya disiplin
Ketika anggota militer yang terlibat dalam tindak pidana
narkotika ditindak secara tegas sesuai dengan hukum, hal ini akan
memberikan sinyal jelas bahwa pelanggaran semacam itu tidak akan
ditoleransi. Dengan adanya penegakan hukum yang efektif, anggota
militer akan lebih mungkin mematuhi peraturan dan prosedur yang
telah ditetapkan, sehingga meningkatkan disiplin di dalam lembaga
militer.
2. Meningkatnya moralitas
Penegakan hukum yang efektif terhadap anggota militer yang
terlibat dalam tindak pidana narkotika juga dapat meningkatkan
moralitas di dalam lembaga militer. Ketika pelanggaran semacam itu
ditindak secara tegas, hal ini akan memberikan pesan bahwa
perilaku yang melanggar hukum dan etika tidak akan dibiarkan. Ini
dapat mendorong anggota militer untuk menjaga integritas,
menghormati nilai-nilai etika, dan melakukan tugas mereka dengan
penuh tanggung jawab.
3. Membangun kepercayaan publik
Penegakan hukum yang efektif terhadap anggota militer yang
terlibat dalam tindak pidana narkotika dapat membantu membangun

9
kepercayaan publik terhadap lembaga militer. Masyarakat akan
melihat bahwa lembaga militer serius dalam menangani pelanggaran
hukum dan bertindak secara adil. Ini akan membantu menjaga citra
positif lembaga militer di mata publik.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penegakan hukum yang efektif terhadap anggota militer yang terlibat
dalam tindak pidana narkotika memiliki dampak positif terhadap disiplin
dan moralitas di dalam lembaga militer. Dengan adanya penindakan
yang tegas, anggota militer akan lebih cenderung mematuhi peraturan
dan prosedur yang telah ditetapkan, serta menjaga integritas dan nilai-
nilai etika. Selain itu, penegakan hukum yang efektif juga dapat
membantu membangun kepercayaan publik terhadap lembaga militer.
Tindakan tegas diperlukan: Anggota militer yang terlibat dalam tindak
pidana narkotika harus ditindak dengan tegas sesuai dengan hukum
yang berlaku. Mereka harus dianggap bertanggung jawab atas tindakan
mereka dan dikenakan sanksi yang sesuai dengan tingkat kejahatan
yang dilakukan. Pelanggaran terhadap kode etik militer: Anggota militer
yang terlibat dalam tindak pidana narkotika juga melanggar kode etik
dan disiplin militer. Mereka harus menghadapi konsekuensi atas
pelanggaran ini, termasuk kemungkinan pemecatan atau pengurangan
pangkat.

B. Saran
Peningkatan pemantauan dan pengawasan: Lembaga militer perlu
meningkatkan pemantauan dan pengawasan terhadap anggota mereka
untuk mencegah dan mendeteksi dini keterlibatan dalam tindak pidana
narkotika. Ini dapat dilakukan melalui kebijakan pengujian narkotika
secara rutin, pemantauan perilaku, dan kerja sama dengan aparat
penegak hukum. Edukasi dan pelatihan: Memberikan edukasi yang
intensif kepada anggota militer tentang bahaya narkotika, konsekuensi
hukum, serta pentingnya disiplin dan integritas dalam menjalankan

11
tugas mereka. Pelatihan yang terkait dengan kegiatan pencegahan
penyalahgunaan narkotika juga harus diadakan secara rutin.
Kerjasama lintas lembaga: Lembaga militer perlu menjalin
kerjasama yang erat dengan aparat penegak hukum dan instansi terkait
lainnya untuk memastikan penegakan hukum yang efektif terhadap
anggota militer yang terlibat dalam tindak pidana narkotika. Kerjasama
ini termasuk pertukaran informasi, koordinasi dalam penyelidikan, dan
proses hukum yang adil. Sanksi yang tegas: Lembaga militer perlu
menegakkan sanksi yang tegas terhadap anggota yang terlibat dalam
tindak pidana narkotika. Hal ini dapat berupa pemecatan dengan tidak
hormat, tindakan disiplin yang berat, atau penyerahan kepada aparat
penegak hukum untuk diproses secara hukum.

12
DAFTAR PUSTAKA

Arifianto, A. (2017). Disiplin dan Moralitas dalam Militer. Jurnal Pertahanan


dan Bela Negara, 6(2), 147-164.

Haryanto, A. (2018). Etika Moralitas dalam Penegakan Hukum. Jurnal Ilmu


Hukum dan Kenegaraan, 5(2), 127-138.

Rahayu, S. R., & Triyono, T. (2019). Penegakan Hukum Terhadap Anggota


Militer yang Terlibat Dalam Tindak Pidana Narkotika. Jurnal
Penelitian Hukum, 6(1), 1-14.

Sugiharto, B. (2016). Penegakan Hukum Terhadap Anggota Militer dalam


Tindak Pidana Narkotika. Jurnal Hukum Bisnis, 3(2), 111-123.

Widodo, W., & Purnomo, H. (2018). Dampak Penegakan Hukum Terhadap

Moralitas Ang

13

Anda mungkin juga menyukai