PENDAMPINGAN 1 KADER UNTUK 1 BALITA GIZI BURUK (P1KN1K)
SEBAGAI UPAYA PENANGULANGAN BALITA GIZI BURUK BERBASIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS KEDAUNG WETAN KOTA TANGERANG
Yuni Ismawati
Pemerintah dalam RPJMN 2015 – 2019 telah menentukan arah kebijakan
dalam perbaikan gizi antara lain dengan penguatan peran lintas sektor dalam rangka intervensi sensitif dan spesifik dan peningkatan peran serta masyarakat dalam perbaikan gizi. Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi nasional untuk balita gizi buruk dan kurang (underweight) berdasarkan indikator BB/U adalah sebesar 19,6% yang terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang, sedangkan di Provinsi Banten, sebesar 17,2% yang terdiri dari 4,3% gizi buruk dan 12,9% gizi kurang. Di tingkat Puskesmas Kedaung Wetan, prevalensi underweight adalah sebesar 15,0% yang terdiri dari 3,20% gizi buruk dan 11,80% gizi kurang. Angka ini masih di atas angka prevalensi underweight di Kota Tangerang yaitu sebesar 7,78% dan belum mencapai target yang ditetapkan dalam RPJMD Kota Tangerang tahun 2017 yaitu sebesar 9,20%. Pemerintah Kota Tangerang melalui RPJMD 2014 – 2018 bertekad untuk menurunkan prevalensi gizi kurang setingi-tingginya 9%, termasuk prevalensi gizi buruk menjadi setinggi-tingginya 0,08% pada tahun 2018. Puskesmas Kedaung Wetan melakukan upaya terobosan untuk menurunkan prevalensi gizi buruk melalui penguatan peran lintas sektoral dalam rangka intervensi gizi sensitif dan spesifik serta peningkatan peran serta masyarakat dalam upaya perbaikan gizi. Sehingga, dibentuklah suatu gerakan inovasi Pendampingan 1 Kader untuk 1 balita gizi buruK (P1KN1K) sebagai upaya penanggulangan balita gizi buruk berbasis pemberdayaan masyarakat. Dengan demikian, tujuan Puskesmas Kedaung Wetan untuk meningkatkan status gizi balita di wilayah kerja diharapkan dapat tercapai. Kegiatan inovasi ini dilaksanakan sejak tahun 2017. Gerakan P1KN1K merupakan hasil kesepakatan antara Puskesmas dan Lintas Sektoral untuk mengatasi masalah gizi yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kedaung Wetan. Dalam gerakan ini, setiap balita yang berstatus gizi buruk akan di dampingi oleh satu orang kader pendamping. Sebelum melakukan pendampingan, kader diberikan pelatihan terlebih dahulu. Kegiatan ini sangat bermanfaat dalam meningkatkan komunikasi antara keluarga gizi buruk yang sedang di intervensi dengan Tenaga Pelaksana Gizi di Puskesmas. Melalui pendampingan ini, gizi buruk rutin datang ke Puskesmas secara teratur sesuai dengan jadwal yang telah disepakati, sehingga perkembangan status gizinya dapat terpantau secara rutin. Pengetahuan keluarga tentang gizi bertambah dengan disampaikan nya nasihat – nasihat gizi oleh kader pendamping. Balita yang menjadi sasaran pun menjadi lebih rajin datang ke posyandu. Apabila ada balita yang memerlukan rujukan ke Rumah Sakit, kader pendamping juga membantu mendampingi balita tersebut. Sepanjang tahun 2017, jumlah gizi buruk yang mendapatkan perawatan dan di intervensi berjumlah 26 orang balita. Dari jumlah tersebut, sebanyak 16 orang balita status gizinya meningkat, 1 orang balita meninggal, 1 orang balita pindah dan saat ini terdapat 8 orang balita yang status gizinya belum membaik dan masih diintervensi. Hasil ini menunjukkan bahwa kegiatan P1KN1K dapat membantu menurunkan jumlah gizi buruk di wilayah Puskesmas Kedaung Wetan. Analisis statistik melalui uji-T menggunakan program SPSS (Statistical Package for the Sosial Sciences) menunjukan terdapat perbedaan signifikan antara z-score status gizi anak sebelum dan sesudah pelaksanaan kegiatan P1KN1K (p=0.000). Artinya, kegiatan P1KN1K secara nyata dapat meningkatkan status gizi balita yang diintervensi. Kegiatan inovasi ini diharapkan dapat menjadi inspirasi mengenai upaya peningkatkan status gizi balita berbasis pemberdayaan masyarakat