Disusum Oleh :
1. VIONA RUMBIAK (11.2017.1.00651)
2. AVELAR I. N. DC E SILVA (11.2017.1.00652)
3. IMELDA S. MABUAT (11.2017.1.00653)
4. EKA PUTRA YOLENDRA (11.2017.1.00660)
5. MISLONG WORU (11.2018.1.00740)
6. NOVRINUS L. BEREK (11.2020.1.90117)
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan pertolongan-Nya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan Tugas Mata Kuliah Reklamasi
dan Pascatambang dengan baik. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat
kelulusan Mata Kuliah Reklamasi dan Pascatambang pada Semester VIII, Program
Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral dan Kelautan, Institut
Teknologi Adhi Tama Surabaya.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis sadar masih terdapat banyak kekurangan
yang semestinya diperbaiki. Akhir kata penulis berharap laporan ini dapat
bermanfaat bagi mahasiswa dikemudian hari.
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Struktur organisasi PT. Semangat Empat Lima berdasarkan akta pendirian badan
usaha adalah sebagai berikut :
Direktur
Avelar I. N. DC E Silva
Manager
Eka Putra Yolendra
1
2
1.5 Tata Guna Lahan Sebelum dan Sesudah Kegiatan Operasi Produksi
1.5.1 Tata Guna Lahan Sebelum Kegiatan Operasi Produksi
Berdasarkan studi dari citra dan pengamatan langsung di lapangan, diketahui bahwa
morfologi daerah IUP merupakan perbukitan berlereng landai dengan kemiringan
berkisar antara 2º - 12º mengarah dari Selatan ke Utara. Peruntukan lahan saat ini
merupakan tegalan yang di tanami oleh masyarakat pemilik lahan antara lain
dengan tanaman jagung, padi, ketela, kacang tanah, sengon, dan jati. Lokasi IUP
Operasi Produksi mempunyai elevasi terendah 250 meter di atas permukaan laut
(mdpl) yang terletak di sebelah Utara dan elevasi tertinggi adalah 350 mdpl yang
terletak di sebelah Barat lokasi IUP, dengan beda elevasi 100 meter.
Berdasarkan hasil dari kegiatan eksplorasi, diketahui bahwa lokasi IUP tersusun
atas batuan vulkanik berupa batuan piroklastik. Batuan tersusun dari material
vulkanik berwarna abu-abu kehitaman, kompak, mempunyai struktur masif, sortasi
buruk, dan kemas terbuka, dengan matrik berukuran pasir, sedangkan fragmen
berbentuk subangular-subrounded dengan komposisi berupa andesit, pumis, dan
arang. Batuan piroklastik merupakan batuan yang terbentuk dari hasil letusan
eksplosif gunungapi, umumnya terbentuk pada fasies gunungapi proksimal hingga
medial. Berdasarkan ukuran butirnya, penamaan litologi di lokasi IUP dapat disebut
sebagai tuf. Hasil perhitungan estimasi cadangan, total volume cadangan terkira
sirtu adalah 2.369.524 m3 (LCM) atau setara 3.644.328 Ton.
6
7
sehingga nantinya akan menghasilkan 2 (dua) lantai tambang di dalam lokasi IUP
OP.
Area stock soil yang digunakan untuk menyimpan tanah pucuk terletak di beberapa
titik di dalam lokasi IUP sesuai dengan rencana kemajuan tambang setiap tahun.
Setelah kegiatan penambangan selesai setiap tahunnya, tanah pucuk akan
digunakan untuk kegiatan reklamasi pada lahan area yang sudah dapat dilakukan
revegetasi.
Pemuatan (loading) bahan galian sirtu kedalam alat angkut (dumptruck) dilakukan
menggunakan excavator bersamaan setelah penggalian. Jika konsumen
membutuhkan pasir sirtu akan dilakukan proses pengolahan terlebih dahulu, yaitu
berupa pengayakan menggunakan screen untuk memisahkan material berukuran
pasir dengan kerikil dan kerakal sebelum memuat bahan galian kedalam dumptruck.
Material sirtu diangkut ke dumptruck di mulut tambang langsung oleh pembeli yang
datang, kapasitas muat dumptruck yang digunakan adalah 5 m3.
Hasil perhitungan cadangan terkira sirtu yang dapat di tambang adalah sebesar
2.369.524 m3, maka umur tambang hasil perhitungan adalah 4,9 Tahun (dibulatkan
menjadi 5 Tahun). Perhitungan umur tambang dapat dilihat sebagai berikut:
1. Kapasitas muat dumptruck rerata 5 m3
2. Kapasitas produksi ditargetkan 210 rit/hari atau 1.050 m3/hari
3. Asumsi hari efektif kerja 276 hari/tahun
4. Umur tambang → cadangan terkira sirtu (LCM) : kapasitas produksi pertahun
= 2.369.524 m3 : 483.000 m3 /tahun
= 4,9 Tahun ≈ 5 tahun
2.2 Timbunan
Di dalam lokasi tambang akan dibuat lokasi penimbunan tanah pucuk (stock soil),
sedangkan komoditas tambang akan langsung dimuat dan diangkut oleh alat angkut
dari konsumen. Tempat penimbunan top soil (± 8.000 m2) berguna untuk
menyimpan lapisan penutup yang nantinya akan digunakan lagi saat proses
10
reklamasi. Lokasi stock soil diletakkan di Timur lokasi IUP pada elevasi yang
paling rendah sehingga tidak mengganggu proses penambangan dan meminimalkan
risiko erosi. Lokasi stock soil disediakan pada beberapa titik dan dapat berbeda tiap
tahunnya sesuai dengan rencana kemajuan penambangan. Dalam pengelolaan tanah
pucuk, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:
1. Pengamatan profil tanah dan mengidentifikasi per lapisan tanah tersebut
sampai endapan bahan galian;
2. Pengupasan tanah berdasarakan lapisan-lapisan tanah dan ditempatkan pada
tempat sesuai tingkat lapisannya dan timbunan tanah pucuk tidak melebihi 4
meter;
3. Pembentukan lahan sesuai keinginan dengan susunan lapisan tanah semula,
tanah pucuk ditempatkan paling atas, minimal 0,1 meter;
4. Ketebalan timbunan tanah pucuk pada tanah yang mengandung racun
dianjurkan lebih tebal dari yang tidak beracun atau dilakukan perlakuan
khusus dengan cara mengisolasi dan memisahkannya;
5. Pengupasan tanah sebaiknya jangan dilakukan pada kondisi masih basah
untuk menghindari pemadatan dan kerusakan struktur tanahnya.
2.3 Jalan
Diperlukan pembuatan akses jalan di Utara lokasi IUP yang menghubungkan lokasi
penambangan dengan jalan desa. Akses jalan dibuat dengan perataan dan penataan
lahan menggunakan excavator, direncanakan memiliki lebar 7 meter dengan
panjang 175 meter. Sementara untuk akses keluar masuk kendaraan dumptruck
menggunakan akses jalan desa yang berada di Utara lokasi IUP. Jalan desa
mempunyai lebar mencapai 4 meter dengan kondisi cukup baik, meskipun di
beberapa titik terdapat kerusakan minor
PT. Semangat Empat Lima akan mengikuti ketentuan yang tercantum dalam
Undang-Undang Mineral dan Batubara No. 04 tahun 2009 dan Peraturan Menteri
No. 07 tahun 2014 tentang Kewajiban Melaksanakan Kegiatan Reklamasi dan
Pascatambang.
Prinsip reklamasi yang akan diterapkan adalah dengan melakukan rehabilitasi lahan
selesai tambang dan revegetasi di lahan yang terganggu akibat penambangan sesuai
dengan kondisi setempat. Lahan yang telah selesai tambang perlu direhabilitasi
untuk memperoleh lahan dengan kemiringan yang aman untuk jangka panjang,
penataan tanah untuk media tanam (tanah bisa diambil dari luar) sehingga lahan
siap untuk ditanami. Setelah lahan siap ditanami, kemudian dilakukan revegetasi.
Metode penambangan yang diterapkan untuk penambangan sirtu adalah tambang
terbuka dengan sistem kuari.
Reklamasi dilakukan pada saat operasi penambangan berlangsung dan pasca
tambang. Kegiatan reklamasi yang akan dilakukan pada saat penambangan
berlangsung adalah meratakan timbunan secara bertahap, melakukan revegetasi,
pemeliharaan, dan pemantauan di lokasi tersebut.
12
13
Pada area bekas tambang di daerah jenjang/lereng ditanami tanaman penutup (cover
crops) dengan jenis pueraria javanica.
Reklamasi tahun 2021-2022 terletak di lahan bekas penambangan pada lokasi blok
I dengan lahan yang sudah siap direklamasi memiliki luas lahan sebesar 7,95 Ha.
Untuk kemajuan reklamasi tahun 2023-2025 terletak di blok II dengan luas lahan
siap reklamasi sebesar 7,37 Ha. Luas total lahan yang akan direklamasi adalah
15,32 Ha.
Berdasarkan data dari dokumen rancangan tambang, volume tanah pucuk yang
dibongkar sesuai kemajuan tambang per tahun. Percent swell 20% merupakan nilai
pengembangan material tanah pucuk setelah dibongkar. Loose volume adalah
volume material sebelum dibongkar (bank volume) dikali 120%. Faktor
pengembangan (swell factor) material adalah bank volume dibagi dengan losse
volume, sehingga didapat swell factor 0,8. Volume tanah pucuk Loose Cubic 18
Metric (LCM) didapat dari volume Bank Cubic Matric (BCM) dibagi swell factor.
Volume tanah pucuk yang dibongkar merupakan sama dengan volume tanah pucuk
15
yang tersedia untuk penataan lahan. Lahan bekas tambang yang berbentuk jenjang
(>15%) ditata membentuk teras bangku, sedangkan lantai dasar tambang (+2%)
ditata membentuk teras datar.
Berdasarkan PermenHutRI No. P.4/Menhut-II tahun 2011 tentang pedoman
reklamasi hutan maka, teknis konservasi lahan menggunakan teras bangku.
Faktor yang diperhatikan dalam membuat teras bangku sebagai berikut:
1. Kelerengan 15% atau lebih
2. Teras dibuat sejajar bangku
3. Tinggi teras berdasarkan atas kelerengan
4. Bidang olah dibuat miring (1-3)%
5. Tinggi guludan teras kurang lebih 20 cm dan lebar dasar 20 cm
6. Dibagian lereng ditamani rumput (cover crops)
Pemilihan teknis konservasi praktis menggunakan teras datar untuk lahan
revegetasi pada lantai dasar penambangan karena kemiringan +2% dan lahan yang
luas. Dalam pembuatannya disamping kanan dan kiri guludan dibuat saluran
pembuangan air supaya mengurangi erosi tanah.
Diantara guludan dapat ditanami tanaman penutup (cover crops) supaya dapat
mengurangi laju air limpasan.
1 Sengon 9.575
2 Jagung 9.575
Ukuran lubang dipakai karena sudah terbilang ideal, yaitu tidak terlalu dalam dan
tidak terlalu dangkal dan juga telah disesuaikan dengan ukuran bibit tanaman yang
akan ditanam. Jarak tanam yang digunakan adalah 3 m x 3 m karena merupakan
jarak yang ideal selain itu untuk lingkungan sekitar dapat menjadi rindang sehingga
fungsi ekosistem cepat kembali. Pola tanam yang digunakan oleh PT. Semangat
Empat Lima adalah pola tanam menggunakan satu arah yaitu dengan sistem pot.
Pada cara ini dilakukan kegiatan, yaitu pembuatan lubang untuk penempatan
lapisan tanah pucuknya kedalam lubang.
Gambar 3.1
Penanaman Kembali Bekas Galian Tambang Sistem Pot
Pola kerja yang diterapkan di penambangan PT. Semangat Empat Lima yaitu secara
bertahap sambil penambangan. Lahan bekas galian diurug mempergunakan sisa-
sisa material yang tiak di ambil, lalu di buat lubang untuk pembuatan pot kemudian
memasukan tanah kedalam lubang tersebut.waktu yang diperlukan untuk penataan
lahan antara laian: waktu penimbunan, waktu pembuatan lubang, waktu pengisisan
tanah kelubang sekaligus waktu penanaman.
yang yang tersisa nantinya yaitu kolam pengendapan yang akan dilakukan
penimbunan ketika selesai kegiatan pertambangan.
3.7 Pemeliharaan
Secara teknis, pemeliharaan tanaman akan terbagi dalam tahapan pertumbuhan
vegetatif hingga 5 tahun dan tahapan pertumbuhan generatif sejak umur 5 tahun
hingga mencapai daur produksi.
1. Fase Pertumbuhan Vegetatif Pada umumnya, tanaman pada fase ini akan
melakukan proses adaptasi dengan iklim dan lingkungan area penanaman.
Untuk memperoleh penanaman pohon yang baik, sehat, dan seragam hingga akhir
daur. Beberapa tindakan teknis yang perlu ditangani pada fese pertumbuhan
vegetatif sebagai berkut:
a. Penyulaman
Setelah 1-2 bulan tanam, lakukan evaluasi dan lakukan penyulaman
terhadap bibit yang mati atau bibit yang pertumbuhannya tidak baik. Bibit
sulaman diusahan memiliki umur yang sama agar diperoleh satuan jumlah
pohon yang seragam.
b. Penyiangan
Penyiangan perlu dilakukan dengan membersihkan gulma di sekitar
tanaman, minimal dalam radius 1-2 meter. Penyiangan dilakukan dalam
upaya menghilangkan kompetisi hara serta kemungkinan gulma sebagai
hama dan penyakit tanaman pokok.
c. Pemangkasan
Guna mendapatkan batang bebas cabang, matikan tunas yang tumbuh dari
batang inti. Pemangkasan dilakukan secara berkala dan hasil pemangkasan
daun-daun ataupun ranting disimpan di tempat yang sehingga nantinya
dapat dijadikan pupuk kompos.
d. Pemupukan
Penerapan pemupukan tanaman harus sering dilakukan karena kondisi tanah
tidak memiliki unsur hara yang baik. Jenis dan dosis pupuk disesuaikan
dengan umur tanaman sehingga pada akhirnya daur produksi dapat tercapai
baik.
19
alam sebanyak 200 kilogram per hektar. Tiga bulan setelah penaburan benih,
tanaman penutup tanah diharapkan sudah menutupi seluruh area secara merata.
2. Bangunan Pengendali Erosi
Bangunan pengendali erosi dibuat sebagai pelengkap cara vegetatif untuk
meningkatkan efektifitas konservasi tanah dan air. Bangunan pengendali erosi
yang akan dibuat adalah teras. Berdasarkan fungsinya, teras dibedakan menjadi
teras intersepsi (interception terrace) dan teras diversi (diversion terrace).
Pada teras intersepsi, aliran permukaan ditahan oleh saluran yang memotong
lereng, sedangkan pada teras diversi berfungsi untuk mengubah arah aliran
sehingga tersebar keseluruh lahan dan tidak terkonsentrasi kesatu tempat.
Menurut bentuknya, teras dapat dibedakan ke dalam beberapa bentuk antara
lain: teras guludan, teras datar, teras bangku, teras kebun dan teras individu.
Berkaitan dengan pemeliharaan dan perawatan lahan bekas tambang
permukaan sebagai pelengkap cara vegetatif akan dibuat beberapa bentuk teras.
Pembuatan teras ini terutama mempertimbangkan kemiringan lahan yang
terdapat dilapangan. Teras yang dibuat adalah teras bangku untuk di bekas
lereng penambangan dan teras datar untuk area kuari penambangan dengan
kemiringan 2-3%.
BAB V
RENCANA BIAYA REKLAMASI
Adapun biaya langsung terdiri atas biaya penatagunaan lahan (Penataan permukaan
tanah, penebaran tanah pucuk, pengendalian erosi dan pengolahan air), biaya
revegetasi (analisis kualitas tanah, pemupukan, pengadaan bibit, penanaman dan
pemeliharaan tanaman) dan biaya pekerjaan sipil.
Tabel 5.1
Pada kegiatan penataan lahan PT. Semangat Empat Lima. pada lahan seluas 15,32
Ha dilakukan kegiatan pengguran atau pemerataan lahan menggunakan alat berat
wheel loader dan bulldozer serta dumptruck untuk mengangkut tanah yang
diperlukan untuk kegiatan reklamasi. Total biaya penataan lahan pada lahan seluas
15,32 hektar adalah Rp 278.205.000,00
27
28
Tabel 5.2
Biaya Penanaman Covercrops
Jenis-jenis tanam pokok yang di tanam di lahan PT. Semangat Empat Lima.
Yaitu sengon, jagung, ketela pohon, dan kacang tanah.
Tabel 5.3
Biaya Penanaman Bibit
Tabel 5.5
Biaya Pembuatan Lubang Tanam
Agar tanaman yang telah ditanam dapat tumbuh subur dan cepat serta terjaga,
maka perlu adanya pemeliharaan dan perawatan tanaman tersebut berupa
pembersihan tanaman dari hama pengganggu, pemberian pupuk, dan lain-lain.
31
Tabel 5.7
Biaya Pemeliharaan dan Perawatan
Tabel 5.8
Total Biaya Langsung
= Rp 94.598.788
= Rp 67.244.922
Jadi, total biaya tidak langsung yang diperlukan adalah sebesar Rp 331.665.630
Tabel 5.9
Total Biaya Tidak Langsung
Tabel 5.10
Total Biaya Reklamasi
No Jenis Biaya Total
1 Biaya Langsung Rp. 1.139.744.433