Anda di halaman 1dari 40

DOKUMEN RENCANA REKLAMASI

PT. SEMANGAT EMPAT LIMA


Desa Sukoreno, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur

Disusum Oleh :
1. VIONA RUMBIAK (11.2017.1.00651)
2. AVELAR I. N. DC E SILVA (11.2017.1.00652)
3. IMELDA S. MABUAT (11.2017.1.00653)
4. EKA PUTRA YOLENDRA (11.2017.1.00660)
5. MISLONG WORU (11.2018.1.00740)
6. NOVRINUS L. BEREK (11.2020.1.90117)

JURUSAN TEKNIK PERTAMBAGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan pertolongan-Nya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan Tugas Mata Kuliah Reklamasi
dan Pascatambang dengan baik. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat
kelulusan Mata Kuliah Reklamasi dan Pascatambang pada Semester VIII, Program
Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral dan Kelautan, Institut
Teknologi Adhi Tama Surabaya.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :


1. Fairus Atika Redanto Putri, S.T., M.T. selaku dosen pengampu Mata Kuliah
Reklamasi dan Pascatambang.
2. Teman-teman semua yang telah bekerjasama menyelesaikan laporan ini.

Dalam penyusunan laporan ini, penulis sadar masih terdapat banyak kekurangan
yang semestinya diperbaiki. Akhir kata penulis berharap laporan ini dapat
bermanfaat bagi mahasiswa dikemudian hari.

Surabaya, 13 Juli 2021

Penulis

PT. Semangat Empat Lima

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Status Pemegang IUP


Adapun identitas dan status pemegang IUP PT. Semangat Empat Lima adalah
sebagai berikut:
1. Nama Badan Usaha : PT. Semangat Empat Lima
2. Direktur : Avelar I. Natalicio DC E Silva
3. Alamat : Jl. Semampir AWS V No.12 Surabaya
4. No. Telp : 0895395308762
5. Email : liziodasilva24@gmail.com
6. NPWP Badan Usaha : 70.110.938.8-601.000
7. Komoditas : Sirtu
8. Luas IUP OP : 15,32 Ha
9. Lokasi : Desa Sukoreno, Kecamatan Gempol, Kabupaten
Pasuruan, Provinsi Jawa Timur

Struktur organisasi PT. Semangat Empat Lima berdasarkan akta pendirian badan
usaha adalah sebagai berikut :

Direktur
Avelar I. N. DC E Silva

Manager
Eka Putra Yolendra

Koor. Lapangan Keuangan Teknisi Marketing


Viona Rumbiak Imelda S. Mabuat Novrinus L. Berek Mislong Woru

Gambar 1.1 Bagan Struktur Badan Usaha

1
2

1.2 Luas Wilayah IUP


Lokasi IUP PT. Semangat Empat Lima terletak di Desa Sukoreno, Kecamatan
Gempol, Kabupaten Pasuruan dengan SK IUP Eksplorasi Nomor
P2T/243/17.01/VI/2021 tanggal 28 Juni 2021 dengan luas 15,32 Hektar. Untuk
menentukan lokasi usulan IUP Operasi Produksi, dibuat overlay antara peta kuasa
atas lahan dengan lokasi WIUP. Luasan wilayah IUP Operasi Produksi yang
diajukan berdasarkan hasil overlay sama dengan luas IUP Eksplorasi. Lokasi IUP
berbatasan sebelah Utara dengan Desa Wonosuryo, jalan desa, dan permukiman,
sebelah Timur dengan sungai dan pemukiman, sebelah Selatan dengan tegalan dan
jalan desa, serta sebelah Barat dengan tegalan dan sungai.

Pembangunan fasilitas penunjang berada dalam IUP, tepatnya di sebelah Utara


lokasi IUP berdekatan dengan akses jalan keluar masuk kendaraan angkut. Fasilitas
penunjang berupa bangunan semipermanen yang terdiri dari kantor lapangan dan
gudang dengan total luas 27 m2. Lahan yang digunakan merupakan lahan milik
masyarakat yang telah di beli oleh pemrakarsa. Selain itu, juga akan dilakukan
penataan lahan untuk akses jalan dari jalan desa ke lokasi IUP. Akses jalan
mempunyai dimensi lebar 7 meter dengan panjang 125 meter. Koordinat lokasi IUP
Operasi Produksi adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1 Koordinat Lokasi IUP Operasi Produksi


Bujut Timur (BT) Lintang Selatan (LS)
Nomor
Derajat ( ) Menit (‘) Detik (“) Derajat (0) Menit (‘) Detik (“)
0

1 112 39 0,672 7 37 51,222


2 112 39 8,752 7 37 51,222
3 112 39 8,752 7 37 53,568
4 112 39 14,078 7 37 53,548
5 112 39 14,078 7 37 55,718
6 112 39 19,335 7 37 55,718
7 112 39 19,335 7 38 1,382
8 112 38 58,743 7 38 1,382
9 112 38 58,743 7 37 56,345
10 112 38 59,915 7 37 56,345
11 112 38 59,915 7 37 54,274
12 112 39 0,672 7 37 54,271
3

Gambar 1.2 Peta IUP OP PT. Semangat Empat Lima

1.3 Persetujuan Dokumen Lingkungan Hidup


Dokumen Lingkungan dalam hal ini adalah Dokumen Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) masih
dalam tahap perbaikan atau revisi dalam rangka untuk mendapatkan rekomendasi
teknis dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pasuruan.

1.4 Lokasi dan Kesampaian Wilayah


Perjalanan untuk mencapai lokasi IUP PT. Semangat Empat Lima dari Surabaya
dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi darat dengan jarak kurang lebih
57 km, dengan rute perjalanan dari kampus Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
yang berada di Jalan Arief Rahman Hakim langsung menuju jalan Surabaya-
Gempol yang dapat ditempuh kurang lebih sekitar 1 jam 20 menit.
4

Gambar 1.3 Peta Kesampaian Daerah

1.5 Tata Guna Lahan Sebelum dan Sesudah Kegiatan Operasi Produksi
1.5.1 Tata Guna Lahan Sebelum Kegiatan Operasi Produksi
Berdasarkan studi dari citra dan pengamatan langsung di lapangan, diketahui bahwa
morfologi daerah IUP merupakan perbukitan berlereng landai dengan kemiringan
berkisar antara 2º - 12º mengarah dari Selatan ke Utara. Peruntukan lahan saat ini
merupakan tegalan yang di tanami oleh masyarakat pemilik lahan antara lain
dengan tanaman jagung, padi, ketela, kacang tanah, sengon, dan jati. Lokasi IUP
Operasi Produksi mempunyai elevasi terendah 250 meter di atas permukaan laut
(mdpl) yang terletak di sebelah Utara dan elevasi tertinggi adalah 350 mdpl yang
terletak di sebelah Barat lokasi IUP, dengan beda elevasi 100 meter.

Gambar 1.4 Peruntukan Lahan di Lokasi Penambangan


5

1.5.2 Tata Guna Lahan Sesudah Kegiatan Operasi Produksi


Setelah kegiatan penambangan selesai, lokasi IUP akan tetap menjadi lahan tegalan
yang dikelilingi oleh tebing berjenjang pada batas lokasi IUP. Fungsi lahan setelah
kegiatan penambangan akan dikembalikan sebagai lahan pertanian. Dengan adanya
penurunan elevasi akibat proses pertambangan, diharapkan lahan dapat menjadi
lebih produktif. Saat kegiatan reklamasi akan dilakukan revegetasi tanaman sengon,
jagung, ketela pohon, dan kacang tanah.

Gambar 1.5 Peta Tata Guna Lahan


BAB II
RENCANA PEMBUKAAN LAHAN

2.1 Area Penambangan


2.1.1 Lokasi dan Luas Penyebaran Cadangan
Lokasi penambangan PT. Semangat Empat Lima terletak di Desa Sukoreno,
Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan dengan luas IUP Operasi Produksi
sebesar 15,32 Hektar sesuai dengan luasan IUP Eksplorasi.

Berdasarkan hasil dari kegiatan eksplorasi, diketahui bahwa lokasi IUP tersusun
atas batuan vulkanik berupa batuan piroklastik. Batuan tersusun dari material
vulkanik berwarna abu-abu kehitaman, kompak, mempunyai struktur masif, sortasi
buruk, dan kemas terbuka, dengan matrik berukuran pasir, sedangkan fragmen
berbentuk subangular-subrounded dengan komposisi berupa andesit, pumis, dan
arang. Batuan piroklastik merupakan batuan yang terbentuk dari hasil letusan
eksplosif gunungapi, umumnya terbentuk pada fasies gunungapi proksimal hingga
medial. Berdasarkan ukuran butirnya, penamaan litologi di lokasi IUP dapat disebut
sebagai tuf. Hasil perhitungan estimasi cadangan, total volume cadangan terkira
sirtu adalah 2.369.524 m3 (LCM) atau setara 3.644.328 Ton.

2.1.2 Metode Penambangan


Kegiatan penambangan yang akan dilakukan menggunakan sistem tambang terbuka
dengan metode Quarry. Metode Quarry merupakan cara penambangan terbuka
yang dilakukan untuk menggali endapan-endapan bahan galian industri. Kegiatan
penambangan dimulai dari elevasi rendah menuju elevasi yang lebih tinggi (bottom
to top). Untuk efektivitas kegiatan penambangan, penggalian dilakukan dari Timur
menuju ke Barat. Kegiatan penambangan dilakukan sendiri oleh pemegang IUP
Operasi Produksi tanpa melibatkan kontraktor.

Lokasi penambangan dibagi menjadi 2 blok penambangan, Blok 1 berada di bagian


Timur dan Blok 2 berada di Barat. Kegiatan penambangan dimulai dari Blok 1 di
bagian Timur menuju ke Blok 2 di bagian Barat. Penggalian dilakukan hingga
mencapai elevasi lantai tambang yang direncanakan, yaitu pada elevasi 280 mdpl,

6
7

sehingga nantinya akan menghasilkan 2 (dua) lantai tambang di dalam lokasi IUP
OP.

Desain akhir tambang direncanakan menjadi 5 jenjang di sebelah Selatan, 8 jenjang


di bagian Barat dan Selatan, dan 3 jenjang di bagian Timur. Geometri akhir jenjang
dibuat dengan tinggi jenjang tunggal 5 meter dan lebar jenjang 4 meter dengan
kemiringan lereng jenjang sebesar 50°. Tinggi jenjang keseluruhan menjadi 4 – 32
meter dengan kemiringan lereng keseluruhan (overall slope) ± 320. Penggalian
dilakukan hingga mencapai elevasi 280 mdpl.

Area stock soil yang digunakan untuk menyimpan tanah pucuk terletak di beberapa
titik di dalam lokasi IUP sesuai dengan rencana kemajuan tambang setiap tahun.
Setelah kegiatan penambangan selesai setiap tahunnya, tanah pucuk akan
digunakan untuk kegiatan reklamasi pada lahan area yang sudah dapat dilakukan
revegetasi.

Pemuatan (loading) bahan galian sirtu kedalam alat angkut (dumptruck) dilakukan
menggunakan excavator bersamaan setelah penggalian. Jika konsumen
membutuhkan pasir sirtu akan dilakukan proses pengolahan terlebih dahulu, yaitu
berupa pengayakan menggunakan screen untuk memisahkan material berukuran
pasir dengan kerikil dan kerakal sebelum memuat bahan galian kedalam dumptruck.
Material sirtu diangkut ke dumptruck di mulut tambang langsung oleh pembeli yang
datang, kapasitas muat dumptruck yang digunakan adalah 5 m3.

2.1.3 Umur Tambang


Sesuai perhitungan potensi pasar yang dilakukan oleh pemrakarsa, jumlah potensi
permintaan bahan galian sirtu adalah sebesar 40.250 m3/bulan atau 483.000
m3/tahun atau setara dengan 742.854 ton/tahun. Untuk memenuhi target tersebut,
maka pemrakarsa menyusun rencana produksi dengan pertimbangan sebagai
berikut:
1. Jumlah perkiraan hari efektif penambangan selama 23 hari/bulan atau 276
hari/tahun;
2. Jam kerja efektif adalah 7 jam/hari, yaitu mulai dari 08.00 – 16.00 WIB
(dengan istirahat 1 jam);
3. Batasan kapasitas muat alat angkut sebesar 10 m3; dan
8

4. Jumlah ritase diperkirakan sebanyak 175 rit/hari.

Hasil perhitungan cadangan terkira sirtu yang dapat di tambang adalah sebesar
2.369.524 m3, maka umur tambang hasil perhitungan adalah 4,9 Tahun (dibulatkan
menjadi 5 Tahun). Perhitungan umur tambang dapat dilihat sebagai berikut:
1. Kapasitas muat dumptruck rerata 5 m3
2. Kapasitas produksi ditargetkan 210 rit/hari atau 1.050 m3/hari
3. Asumsi hari efektif kerja 276 hari/tahun
4. Umur tambang → cadangan terkira sirtu (LCM) : kapasitas produksi pertahun
= 2.369.524 m3 : 483.000 m3 /tahun
= 4,9 Tahun ≈ 5 tahun

2.1.4 Peralatan Penambangan


Rencana peralatan yang digunakan pada lokasi IUP untuk mencapai target produksi
sirtu adalah peralatan mekanik berupa excavator dan peralatan penunjang berupa
ayakan. Excavator digunakan untuk menggali dan memuat material sirtu,
sedangkan ayakan (screen) digunakan untuk memisahkan material pasir dengan
kerikil atau kerakal. Sementara alat angkut berupa dumptruck disediakan atau
dibawa langsung oleh konsumen yang datang ke lokasi, berikut ini adalah tabel
penjelasannya.

Tabel 2.1 Peralatan yang digunakan dalam Aktivitas Penambangan


No Peralatan Jenis/tipe Kapasitas (m3) Jumlah
1 Alat Gali dan Muat Excavator PC 200 1,0 5
- Kobelco SK 200
2 Alat Penunjang Ayakan (screen) - 4

2.1.5 Luas Lahan Penambangan


Penambangan dilakukan mulai dari bagian Utara bergerak menuju bagian Selatan.
Pada batas IUP OP akan dibuat sempadan (buffer area) sejauh 5 meter dari batas
WIUP Operasi Produksi dan batas lahan atau seluas 1,36 hektar. Buffer area
tersebut tidak akan ditambang dan akan dilakukan penataan lahan serta revegetasi.
Penambangan tahun ke 1 – 5 dilakukan pada seluruh Blok dengan membuka area
seluas 15,32 Ha.
9

Tabel 2.2 Tahun Penambangan, Luas Lahan dan Elevasi Penambangan


Elevasi Saat ini Rencana Elevasi
Luas Lahan Luas Lahan (mdpl) Tambang (mdpl)
Blok Tahun
Dibuka (Ha) Selesai (Ha) Elevasi Elevasi Elevasi Elevasi
Tertinggi Terendah Tertinggi Terendah
1 4,7 3,89 296 280 284 280
Blok 1
2 3,25 3,00 340 296 286 280
3 4,32 4,20 340 296 286 280
Blok 2 4 3,05 2,45 370 296 286 280
5 0 1,78 370 296 286 280
Jumlah 15,32 15,32

2.1.6 Rencana Produksi dan Stripping Ratio


Kegiatan penambangan diawali dengan pembukaan lahan, pengupasan tanah
pucuk, dan kemudian dilanjutkan dengan penggalian sirtu. Ketebalan tanah pucuk
rata-rata adalah 40 cm. Tanah pucuk ini akan dikupas sebelum kegiatan penggalian
dimulai dan disimpan di lokasi penimbunan tanah pucuk (stock soil) dan akan
digunakan kembali untuk kegiatan reklamasi. Pengupasan tanah pucuk akan
dilakukan secara bertahap setiap tahun sesuai dengan rencana kemajuan
penambangan. Berdasarkan target produksi per tahun yaitu 483.000 m3 /tahun dan
desain penambangan, maka berikut ini adalah rencana produksi dan pengupasan
tanah pucuk setiap tahunnya.

Tabel 2.3 Rencana Produksi dan Pengupasan Tanah Pucuk


Volume Top Volume Volme Sirtu (LCM)
Tahun
Soil Overburden m3 Ton
Tahun 1 22.200,00 0,00 451.814,00 691.275,42
Tahun 2 21.400,00 0,00 491.910,00 752.622,30
Tahun 3 25.200,00 0,00 499.625,00 764.426,25
Tahun 4 22.640,00 0,00 430.279,50 658.327,64
Tahun 5 0,00 0,00 495.895,69 758.720,41
Jumlah 91.440 0,00 2.369.524,19 3.625.372,02

2.2 Timbunan
Di dalam lokasi tambang akan dibuat lokasi penimbunan tanah pucuk (stock soil),
sedangkan komoditas tambang akan langsung dimuat dan diangkut oleh alat angkut
dari konsumen. Tempat penimbunan top soil (± 8.000 m2) berguna untuk
menyimpan lapisan penutup yang nantinya akan digunakan lagi saat proses
10

reklamasi. Lokasi stock soil diletakkan di Timur lokasi IUP pada elevasi yang
paling rendah sehingga tidak mengganggu proses penambangan dan meminimalkan
risiko erosi. Lokasi stock soil disediakan pada beberapa titik dan dapat berbeda tiap
tahunnya sesuai dengan rencana kemajuan penambangan. Dalam pengelolaan tanah
pucuk, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:
1. Pengamatan profil tanah dan mengidentifikasi per lapisan tanah tersebut
sampai endapan bahan galian;
2. Pengupasan tanah berdasarakan lapisan-lapisan tanah dan ditempatkan pada
tempat sesuai tingkat lapisannya dan timbunan tanah pucuk tidak melebihi 4
meter;
3. Pembentukan lahan sesuai keinginan dengan susunan lapisan tanah semula,
tanah pucuk ditempatkan paling atas, minimal 0,1 meter;
4. Ketebalan timbunan tanah pucuk pada tanah yang mengandung racun
dianjurkan lebih tebal dari yang tidak beracun atau dilakukan perlakuan
khusus dengan cara mengisolasi dan memisahkannya;
5. Pengupasan tanah sebaiknya jangan dilakukan pada kondisi masih basah
untuk menghindari pemadatan dan kerusakan struktur tanahnya.

2.3 Jalan
Diperlukan pembuatan akses jalan di Utara lokasi IUP yang menghubungkan lokasi
penambangan dengan jalan desa. Akses jalan dibuat dengan perataan dan penataan
lahan menggunakan excavator, direncanakan memiliki lebar 7 meter dengan
panjang 175 meter. Sementara untuk akses keluar masuk kendaraan dumptruck
menggunakan akses jalan desa yang berada di Utara lokasi IUP. Jalan desa
mempunyai lebar mencapai 4 meter dengan kondisi cukup baik, meskipun di
beberapa titik terdapat kerusakan minor

Jalan tambang di dalam lokasi IUP direncanakan memiliki lebar 7 meter.


Kemiringan (grade) jalan tambang dibuat tidak boleh lebih dari (>) 12% dengan
memperhitungkan spesifikasi kemampuan alat angkut, jenis material jalan, dan fuel
ratio penggunaan bahan bakar. Penataan lahan untuk jalan tambang akan dilakukan
bertahap setiap tahun sesuai dengan rencana kemajuan tambang.
11

2.4 Kolam Sedimen (Settling Pond)


Kolam sedimen dibuat dengan dimensi 10 x 20 meter atau mempunyai luas 200 m2
dengan kedalaman 2 meter. Kolam sedimen akan dibuat di sebelah Utara lokasi IUP
karena kemiringan lantai tambang dibuat sebesar 1-20 ke arah Utara. Selain itu,
kondisi eksisting lokasi tersebut merupakan area dengan elevasi terendah dan dekat
dengan aliran sungai intermitten yang berada di sebelah Barat lokasi IUP. Untuk
mengalirkan air permukaan (run off) yang masuk ke dalam lokasi tambang menuju
ke kolam sedimen (settling pond), akan dibuat paritan atau drainase pada kaki-kaki
jenjang yang terbentuk pada lantai tambang. Kolam sedimen dibuat bertujuan untuk
mengendapkan partikel sedimen atau lumpur sebelum nantinya dialirkan ke luar
menuju sungai yang berada di sebelah Timur lokasi tambang.

2.5 Fasilitas Penunjang


Pembangunan fasilitas penunjang sangat diperlukan untuk mendukung kegiatan
penambangan, sehingga dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Lokasi
pembangunan fasilitas penunjang berupa kantor lapangan dan gudang di bangun di
sebelah Utara lokasi IUP, tepatnya di dekat akses jalan keluar ke lokasi
penambangan. Fasilitas tambang nantinya akan dibongkar setelah proses
penambangan selesai, di mana kegiatan tersebut masuk ke dalam rencana
pascatambang. Fasilitas penunjang yang akan dibangun antara lain:
1. Kantor Lapangan, berguna antara lain sebagai tempat koordinasi, tempat
istirahat pegawai, keamanan, dan portal tambang. Bangunan bersifat semi
permanen dengan dimensi 3m x 5m atau seluas 15 m2.
2. Gudang berguna antara lain sebagai tempat penyimpanan tangki bahan bakar
cair (BBC) dan penyimpanan APD. Bangunan bersifat semi permanen dengan
dimensi 3m x 4m atau seluas 12 m2.
3. Stock Soil direncanakan mempunyai luas mencapai 8.000 m2, berguna untuk
menyimpan lapisan penutup yang nantinya akan digunakan lagi saat proses
reklamasi. Lokasi stock soil berada di beberapa titik di dalam IUP dan selalu
berpindah sesuai dengan rencana kemajuan tambang pertahun, sehingga
proses penimbunan tanah pucuk akan berjalan lebih efektif
BAB III
PROGRAM REKLAMASI

PT. Semangat Empat Lima akan mengikuti ketentuan yang tercantum dalam
Undang-Undang Mineral dan Batubara No. 04 tahun 2009 dan Peraturan Menteri
No. 07 tahun 2014 tentang Kewajiban Melaksanakan Kegiatan Reklamasi dan
Pascatambang.
Prinsip reklamasi yang akan diterapkan adalah dengan melakukan rehabilitasi lahan
selesai tambang dan revegetasi di lahan yang terganggu akibat penambangan sesuai
dengan kondisi setempat. Lahan yang telah selesai tambang perlu direhabilitasi
untuk memperoleh lahan dengan kemiringan yang aman untuk jangka panjang,
penataan tanah untuk media tanam (tanah bisa diambil dari luar) sehingga lahan
siap untuk ditanami. Setelah lahan siap ditanami, kemudian dilakukan revegetasi.
Metode penambangan yang diterapkan untuk penambangan sirtu adalah tambang
terbuka dengan sistem kuari.
Reklamasi dilakukan pada saat operasi penambangan berlangsung dan pasca
tambang. Kegiatan reklamasi yang akan dilakukan pada saat penambangan
berlangsung adalah meratakan timbunan secara bertahap, melakukan revegetasi,
pemeliharaan, dan pemantauan di lokasi tersebut.

3.1 Lahan Yang Akan Direklamasi


Kondisi rona awal, areal ijin penambangan menempati kawasan yang diperuntukan
bagi kawasan perkebunan. Sejak beroperasinya kegiatan penambangan, areal
beralih fungsi menjadi pertambangan sirtu.
Pada akhir tambang area proyek tersebut secara bertahap akan direvegetasi sesuai
dengan rona awal. Program reklamasi direncanakan untuk kegiatan selama 5 tahun.
Untuk periode yang pertama tahun 2021 kegiatan reklamasi melakukan penataan
lahan, pembuatan lubang tanam, pengadaan bibit, penanaman, dan perawatan.
Untuk tahun selanjutnya dilakukan kegiatan yang sama sampai tahun 2025.

12
13

Pada area bekas tambang di daerah jenjang/lereng ditanami tanaman penutup (cover
crops) dengan jenis pueraria javanica.
Reklamasi tahun 2021-2022 terletak di lahan bekas penambangan pada lokasi blok
I dengan lahan yang sudah siap direklamasi memiliki luas lahan sebesar 7,95 Ha.
Untuk kemajuan reklamasi tahun 2023-2025 terletak di blok II dengan luas lahan
siap reklamasi sebesar 7,37 Ha. Luas total lahan yang akan direklamasi adalah
15,32 Ha.

3.2 Teknik dan Peralatan yang Akan Digunakan


Lahan bekas tambang yang akan direklamasi akan ditimbun dengan tanah pucuk.
Tanah pucuk yang digunakan diambil dari soil disposal dan akan diratakan dengan
ketebalan 0,5 meter. Adapun alat-alat yang digunakan berupa Bulldozer D, Wheel
Loader, dan Dump Truck Hino Dutro 260 FD.

3.3 Penatagunaan Lahan


Metode penambangan quarry memang beresiko merusak lingkungan hidup,
hilangnya vegetasi, hilangnya tanah pucuk, lapisan tanah pucuk, dan bentang alam
rusak. Pekerjaan persiapan lahan yang bisa dilakukan adalah menata bentuk lahan
bekas penambangan yang tidak teratur menjadi lahan yang tertata diarahkan sesuai
dengan penggunaan lahan selanjutnya, dalam hal ini adalah menjadikan lahan siap
tanam untuk revegetasi. Kegiatan persiapan lahan yang dilakukan meliputi
menentukan metode penimbunan kembali tanah hasil pengupasan tanah penutup
dan perataan tanah dengan menggunakan bulldozer supaya lahan rata dan bagus
untuk revegetasi. Area bekas penambangan batu gamping memiliki bentuk lapisan
dasar jenjang yang tidak rata karena aktivitas mobilisasi peralatan. Oleh karena itu
perlu dilakukan penataan lahan permukaan terlebih dahulu sebelum dilakukan tahap
revegetasi supaya lahan permukaan siap dilakukan revegetasi. Kegiatan perataan
lahan permukaan ini dilakukan menggunakan alat bulldozer untuk menggaru
lapisan sekitar 50 cm sehingga permukaan lahan menjadi rata. Pemilihan metode
penggusuran di kuari sirtu PT. Semangat Empat Lima menggunakan bulldozer yang
akan menggali beberapa kali kemudian mengumpulkan galian menjadi satu dan
meratakan dengan hati-hati pada daerah penambangan.
14

3.3.1 Pemuatan dan Pengangkutan Sirtu


Material tanah pucuk yang digunakan untuk media tanam diambil dari material dari
masing-masing kuari yang disimpan di tempat sementara penimbunan tanah pucuk.
Tempat penimbunan tanah pucuk juga memiliki jarak yang berbeda-beda sesuai
dengan blok masing-masing.

3.3.2 Penataan Tanah Pucuk


Tanah hasil pengupasan tanah penutup (overburden) yang terdiri dari tanah pucuk
(top soil) dan tanah dibawahnya dalam perlakuan reklamasi dipisahkan dalam
penimbunannya. Tanah pucuk (top soil) merupakan lapisan tanah bagian atas yang
merupakan lapisan tanah yang relatif subur karena mengandung unsur-unsur hara
berbentuk humus organik serta variabel zat-zat mineral atau unsur yang sangat
diperlukan oleh tanaman. Mikro flora dan mikro fauna atau jasad renik biologis
hidup dan berperan dalam menyuburkan lapisan tanah ini. Cara penimbunan
kembali tergantung dari tersedianya tanah hasil pengupasan lapisan tanah penutup
yang tersedia.
Penataan tanah pucuk yang dipilih untuk kegiatan reklamasi PT. Semangat Empat
Lima adalah sistem guludan.

Gambar 3.2 Sistem Guludan

Berdasarkan data dari dokumen rancangan tambang, volume tanah pucuk yang
dibongkar sesuai kemajuan tambang per tahun. Percent swell 20% merupakan nilai
pengembangan material tanah pucuk setelah dibongkar. Loose volume adalah
volume material sebelum dibongkar (bank volume) dikali 120%. Faktor
pengembangan (swell factor) material adalah bank volume dibagi dengan losse
volume, sehingga didapat swell factor 0,8. Volume tanah pucuk Loose Cubic 18
Metric (LCM) didapat dari volume Bank Cubic Matric (BCM) dibagi swell factor.
Volume tanah pucuk yang dibongkar merupakan sama dengan volume tanah pucuk
15

yang tersedia untuk penataan lahan. Lahan bekas tambang yang berbentuk jenjang
(>15%) ditata membentuk teras bangku, sedangkan lantai dasar tambang (+2%)
ditata membentuk teras datar.
Berdasarkan PermenHutRI No. P.4/Menhut-II tahun 2011 tentang pedoman
reklamasi hutan maka, teknis konservasi lahan menggunakan teras bangku.
Faktor yang diperhatikan dalam membuat teras bangku sebagai berikut:
1. Kelerengan 15% atau lebih
2. Teras dibuat sejajar bangku
3. Tinggi teras berdasarkan atas kelerengan
4. Bidang olah dibuat miring (1-3)%
5. Tinggi guludan teras kurang lebih 20 cm dan lebar dasar 20 cm
6. Dibagian lereng ditamani rumput (cover crops)
Pemilihan teknis konservasi praktis menggunakan teras datar untuk lahan
revegetasi pada lantai dasar penambangan karena kemiringan +2% dan lahan yang
luas. Dalam pembuatannya disamping kanan dan kiri guludan dibuat saluran
pembuangan air supaya mengurangi erosi tanah.
Diantara guludan dapat ditanami tanaman penutup (cover crops) supaya dapat
mengurangi laju air limpasan.

Sumber : KemenHubRI no P. 4/Menhut-II/2011


Gambar 3.3 Pembuatan Teras Bangku
Pada Lahan di Jenjang Faktor yang diperhatikan dalam membuat teras datar sebagai
berikut:
1. Kemiringan lereng < 5 % 19
2. Saluran air baik
16

3. Kemiringan tanah olahan tetap


4. Tanggul tanah ditanami vegetasi/rumput
Berdasarkan PermenHutRI No. P.4/Menhut-II tahun 2011 tentang pedoman
reklamasi hutan, maka teknis konservasi lahan menggunakan teras datar.

Sumber : KemenHubRI no P. 4/Menhut-II/2011


Gambar 3.4
Pembuatan Teras Datar Pada Lahan di Batas Bawah Penambangan
3.4 Revegetasi
Kegiatan revegetasi yang akan dilakukan di lahan bekas tambang PT. Semangat
Empat Lime. dimulai dengan pemilihan tanaman yang tepat untuk revegetasi lokasi
pasca tambang. Jenis-jenis tanaman yang dipilih dapat dilihat pada tabel jenis
tanaman di bawah ini, dengan jumlah lahan yang direklamasi adalah sebesar 15,32
Ha.
Tabel 3.1
Jenis Tanaman

No Nama Tanaman Jumlah

1 Sengon 9.575

2 Jagung 9.575

3 Ketela pohon 9.575

4 Kacang tanah 9.575


Sumber : Peta RTRW Kab. pasuruan tahun 2015-2029

Pada pelaksanaan penanaman di lahan PT. Semangat Empat Lima. yang


direklamasi, lubang tanaman dibuat dengan ukuran 80 cm x 20 80 cm x 80 cm.
17

Ukuran lubang dipakai karena sudah terbilang ideal, yaitu tidak terlalu dalam dan
tidak terlalu dangkal dan juga telah disesuaikan dengan ukuran bibit tanaman yang
akan ditanam. Jarak tanam yang digunakan adalah 3 m x 3 m karena merupakan
jarak yang ideal selain itu untuk lingkungan sekitar dapat menjadi rindang sehingga
fungsi ekosistem cepat kembali. Pola tanam yang digunakan oleh PT. Semangat
Empat Lima adalah pola tanam menggunakan satu arah yaitu dengan sistem pot.
Pada cara ini dilakukan kegiatan, yaitu pembuatan lubang untuk penempatan
lapisan tanah pucuknya kedalam lubang.

Gambar 3.1
Penanaman Kembali Bekas Galian Tambang Sistem Pot
Pola kerja yang diterapkan di penambangan PT. Semangat Empat Lima yaitu secara
bertahap sambil penambangan. Lahan bekas galian diurug mempergunakan sisa-
sisa material yang tiak di ambil, lalu di buat lubang untuk pembuatan pot kemudian
memasukan tanah kedalam lubang tersebut.waktu yang diperlukan untuk penataan
lahan antara laian: waktu penimbunan, waktu pembuatan lubang, waktu pengisisan
tanah kelubang sekaligus waktu penanaman.

3.5 Pekerjaan Sipil


Pada kegiatan reklamasi PT. Semangat Empat Lima semua lahan dilakukan
penatagunaan lahan untuk kegiatan revegetasi. Jadi tidak ada lahan yang
peruntukkannya bukan untuk revegetasi.

3.6 Rencana Pemanfaatan Lubang Bekas Tambang (Void)


Pada kegiatan penambangan PT. Semangat Empat Lima tidak meninggalkan lubang
bekas tambang karena penambangan disesuaikan dengan kontur terendah. Lubang
18

yang yang tersisa nantinya yaitu kolam pengendapan yang akan dilakukan
penimbunan ketika selesai kegiatan pertambangan.

3.7 Pemeliharaan
Secara teknis, pemeliharaan tanaman akan terbagi dalam tahapan pertumbuhan
vegetatif hingga 5 tahun dan tahapan pertumbuhan generatif sejak umur 5 tahun
hingga mencapai daur produksi.
1. Fase Pertumbuhan Vegetatif Pada umumnya, tanaman pada fase ini akan
melakukan proses adaptasi dengan iklim dan lingkungan area penanaman.
Untuk memperoleh penanaman pohon yang baik, sehat, dan seragam hingga akhir
daur. Beberapa tindakan teknis yang perlu ditangani pada fese pertumbuhan
vegetatif sebagai berkut:
a. Penyulaman
Setelah 1-2 bulan tanam, lakukan evaluasi dan lakukan penyulaman
terhadap bibit yang mati atau bibit yang pertumbuhannya tidak baik. Bibit
sulaman diusahan memiliki umur yang sama agar diperoleh satuan jumlah
pohon yang seragam.
b. Penyiangan
Penyiangan perlu dilakukan dengan membersihkan gulma di sekitar
tanaman, minimal dalam radius 1-2 meter. Penyiangan dilakukan dalam
upaya menghilangkan kompetisi hara serta kemungkinan gulma sebagai
hama dan penyakit tanaman pokok.
c. Pemangkasan
Guna mendapatkan batang bebas cabang, matikan tunas yang tumbuh dari
batang inti. Pemangkasan dilakukan secara berkala dan hasil pemangkasan
daun-daun ataupun ranting disimpan di tempat yang sehingga nantinya
dapat dijadikan pupuk kompos.
d. Pemupukan
Penerapan pemupukan tanaman harus sering dilakukan karena kondisi tanah
tidak memiliki unsur hara yang baik. Jenis dan dosis pupuk disesuaikan
dengan umur tanaman sehingga pada akhirnya daur produksi dapat tercapai
baik.
19

2. Fase Pertumbuhan Generatif


Pemeliharaannya pada fase pertumbuhan generatif sebagai berikut :
a. Pemangkasan
Pemangkasan pada cabang-cabang yang tumbuh pada pohon inti hingga
diperoleh satuan panjang bebas cabang yang optimal. Jangan lupa hasil
pemangkasan disimpan agar dapat dimanfaatkan untuk pengkomposan.
b. Penjarangan
Idealnya pohon akan dijarangkan merupakan pohon yang kurang baik
pertumbuhannya. Penjarangan harus memperhatikan kriteria fisik serta
gangguan fisiologis, seperti bengkok, tumbuh lambat, tajuk pohon tidak
rindang, tinggi bebas cabang rendah, maupun terserang hama penyakit.
Pemeliharaan dan perawatan lahan reklamasi dilaksanakan dalam dua tahap,
yaitu pada saat proses penutupan tambang yang dilakukan oleh perusahaan
dan setelah dilakukannya serah terima kepada pihak pemerintah daerah
setempat dan masyarakat setempat. Selanjutnya pemerintah daerah
setempat dengan masyarakat dan perusahaan perkebunan bersama-sama
sebagai penanggungjawab dalam pemeliharaan dan perawatannya.

Upaya-upaya pemeliharaan dan perawatan lahan reklamasi yang dapat dilakukan


antara lain:
1. Penyuluhan masyarakat setempat mengenai bahaya kebakaran hutan dan tata
cara praktis pencegahan, pemantauan, dan penanggulangan kebakaran hutan.
2. Pengamatan dan pengawasan sumber-sumber potensial kebakaran hutan lokasi
pembakaran ladang dan pemukiman.
3. Pembentukan organisasi pengendalian kebakaran yang melibatkan tokoh-
tokoh masyarakat setempat serta penyiapan sarana-prasarana penanggulangan
kebakaran agar supaya siap digunakan jika diperlukan.

3.6.1 Pemeliharaan Tanaman Penguat


Pemeliharaan dan perawatan pada lahan reklamasi pada prinsipnya adalah menjaga
lahan yang telah disiapkan (reklamasi) tetap terjaga kesuburannya dengan
menerapkan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air. Dalam pelaksanaannya
konservasi tanah dan air yang dipilih adalah kombinasi cara vegetatif dan mekanis.
20

Cara vegetatif dilakukan dengan menanam tanaman yang 23 mempunyai


karakteristik mudah tumbuh, mempunyai perakaran yang rapat dan mempunyai
masa yang tidak berat. Mengacu pada karakteristik tanaman penguat maka dipilih
tanaman penutup tanah jenis rumput dan keluarga kacang-kacangan
(leguminoceae) sedang cara mekanis yang akan dilakukan adalah membuat
bangunan pengendali erosi.

3.6.2 Pemeliharaan Tanaman


Teknis pemeliharaan lahan bekas tambang yang telah direvegetasi lanjutan, yaitu
berkaitan dengan pemeliharaan mengenai tanaman yang ditanam, kestabilan lereng
dari jenjang lahan yang direklamasi, sistem drainase dari lahan, dan pengaman area
yang telah selesai direklamasi. Pada kondisi akhir tambang, lahan yang telah ditata
akan dikembalikan lagi sebagai kawasan budidaya perkebunan.
1. Penanaman Tanaman Penutup Tanah
Tanaman penutup tanah harus segera ditanam setelah lahan bekas tambang
permukaan ditimbun kembali. Jenis tanaman penutup tanah yang ditanam
adalah tanaman penutup tanah dari keluarga kacang-kacangan (leguminoceae).
Dipilihnya tanaman penutup tanah dari keluarga kacang-kacangan ini
mempunyai keuntungan antara lain dapat mempertahankan kesuburan tanah
melalui pengurangan laju erosi, menghambat aliran permukaan, hasil
pangkasan dapat digunakan sebagai mulsa untuk mengurangi evapotranspirasi
dan menambah kandungan C-organik tanah, menghambat naiknya garam-
garam kepermukaan tanah, memperkecil kehilangan hara akibat pencucian
serta memperbaiki sifat fisik/kimia tanah. Keluarga kacang-kacangan yang
dipilih untuk ditanam adalah peuraria javanica. Penanaman tanaman penutup
tanah dilakukan dengan cara menanam campuran benih dalam larikan.
Sebelum ditanam campuran benih direndam dalam larutan rhyzobium (10 gram
rhyzobium dalam 4 liter air untuk 10 kilogram benih). Agar tanaman penutup
tanah memiliki pertumbuhan yang baik, tanaman tersebut perlu dipupuk.
Pupuk diberikan dengan cara membenamkan campuran pupuk tersebut dalam
larikan. Pada umur tiga minggu, tanaman penutup tanah dipupuk dengan pupuk
majemuk sebanyak 12 kilogram per hektar. Pada saat tanaman tersebut telah
menutup area 24 sekitar 50%, tanaman kacangan dipupuk lagi dengan fosfat
21

alam sebanyak 200 kilogram per hektar. Tiga bulan setelah penaburan benih,
tanaman penutup tanah diharapkan sudah menutupi seluruh area secara merata.
2. Bangunan Pengendali Erosi
Bangunan pengendali erosi dibuat sebagai pelengkap cara vegetatif untuk
meningkatkan efektifitas konservasi tanah dan air. Bangunan pengendali erosi
yang akan dibuat adalah teras. Berdasarkan fungsinya, teras dibedakan menjadi
teras intersepsi (interception terrace) dan teras diversi (diversion terrace).
Pada teras intersepsi, aliran permukaan ditahan oleh saluran yang memotong
lereng, sedangkan pada teras diversi berfungsi untuk mengubah arah aliran
sehingga tersebar keseluruh lahan dan tidak terkonsentrasi kesatu tempat.
Menurut bentuknya, teras dapat dibedakan ke dalam beberapa bentuk antara
lain: teras guludan, teras datar, teras bangku, teras kebun dan teras individu.
Berkaitan dengan pemeliharaan dan perawatan lahan bekas tambang
permukaan sebagai pelengkap cara vegetatif akan dibuat beberapa bentuk teras.
Pembuatan teras ini terutama mempertimbangkan kemiringan lahan yang
terdapat dilapangan. Teras yang dibuat adalah teras bangku untuk di bekas
lereng penambangan dan teras datar untuk area kuari penambangan dengan
kemiringan 2-3%.
BAB V
RENCANA BIAYA REKLAMASI

5.1 Biaya Langsung


Biaya langsung yang perlu dihitung dalam rencana biaya reklamasi adalah biaya
penatagunaan lahan dan biaya revegetasi. Total biaya langsung rencana reklamasi
dari tahun 2021 sampai tahun 2025 adalah Rp. 1.139.744.433

Adapun biaya langsung terdiri atas biaya penatagunaan lahan (Penataan permukaan
tanah, penebaran tanah pucuk, pengendalian erosi dan pengolahan air), biaya
revegetasi (analisis kualitas tanah, pemupukan, pengadaan bibit, penanaman dan
pemeliharaan tanaman) dan biaya pekerjaan sipil.

5.1.1 Biaya Penatagunaan Lahan

Adapun biaya penatagunaan lahan terdiri atas biaya sebagai berikut :

Tabel 5.1

Biaya Penataan Lahan

Sumber : Data penyusun, 2021

Pada kegiatan penataan lahan PT. Semangat Empat Lima. pada lahan seluas 15,32
Ha dilakukan kegiatan pengguran atau pemerataan lahan menggunakan alat berat
wheel loader dan bulldozer serta dumptruck untuk mengangkut tanah yang
diperlukan untuk kegiatan reklamasi. Total biaya penataan lahan pada lahan seluas
15,32 hektar adalah Rp 278.205.000,00

27
28

5.1.2 Biaya Revegetasi

Kegiatan revegetasi meliputi pembuatan lubang tanam, penanaman benih, dan


penanaman covercrops. Adapun rincian biaya revegetasi adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan Penanaman Covercrops Penanaman Covercrops (tanaman


penutup) merupakan usaha untuk memulihkan kualitas tanah dan
mengendalikan erosi. Oleh karena itu keberhasilan penanaman penutup
tanah sangat menentukan keberhasilan reklamasi lahan pasca
penambangan. Jenis tanaman covercrops yang di tanam pada lahan
reklamasi PT. Semangat Empat Lima. adalah Pueraria Javanica dengan
biaya penanamannya bisa di lihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.2
Biaya Penanaman Covercrops

Sumber : Data penyusun, 2021

2. Penanaman Tanaman pokok untuk mengurangi kerentanan terhadap serangan


hama dan penyakit, untuk lebih banyak menarik binatang penyebaran benih,
dapat mengontrol dan mengurangi laju erosi, serta dapat menghasilkan nilai
ekonomis jika jenis tanaman yang di tanam berpotensi membawa keuntungan
ekonomi (tanaman produktif).
29

Jenis-jenis tanam pokok yang di tanam di lahan PT. Semangat Empat Lima.
Yaitu sengon, jagung, ketela pohon, dan kacang tanah.

Tabel 5.3
Biaya Penanaman Bibit

Sumber : Data Penyusun, 2021

Sumber : Data penyusun, 2021


Tabel 5.4
Biaya Pembelian Tanaman

Sumber : Data Penyusun, 2021

Kegiatan penanaman dilakukan dengan jumlah bibit sebanyak 38,300 dan


dikerjakan oleh 4 orang pekerja dengan lama penanaman sekitar 532 hari.
Setelah kegiatan penanaman dilanjutkan dengan pemupukan dengan pupuk organic
sebanyak 210 kg untuk luas lahan 15,32 Ha. Sehingga total biaya penanaman adalah
Rp. 33.176.666,67
30

Tabel 5.5
Biaya Pembuatan Lubang Tanam

Sumber : Data penyusun, 2021


Tabel 5.6
Total Biaya Revegetasi

Sumber : Data penyusun, 2021

5.1.3 Pemeliharaan Perawatan

Agar tanaman yang telah ditanam dapat tumbuh subur dan cepat serta terjaga,
maka perlu adanya pemeliharaan dan perawatan tanaman tersebut berupa
pembersihan tanaman dari hama pengganggu, pemberian pupuk, dan lain-lain.
31

Berikut ini adalah biaya pemeliharaan dan perawatan tanaman.

Tabel 5.7
Biaya Pemeliharaan dan Perawatan

Sumber : Data penyusun, 2021

Tabel 5.8
Total Biaya Langsung

Sumber : Data Penyusun, 2021


32

5.2 Biaya Tidak Langsung


Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral No. 07 Tahun
2014, jaminan reklamasi harus menutup seluruh pelaksanaan reklamasi yang
dilaksanakan, maka dengan total biaya langsung reklamasi sebesar Rp
1.139.744.433 berarti total biaya tidak langsung tambang sirtu PT. Semangat
Empat Lima adalah :
1. Biaya Mobilisasi dan Demobilisasi = 2,5% x Rp 1.139.744.433
= Rp 28.493.611
2. Biaya Perencanaan Reklamasi = 8,3% x Rp 1.139.744.433

= Rp 94.598.788

3. Biaya Administrasi dan Keuntungan Kontraktor


= 12,4% x Rp 1.139.744.433
= Rp 141.328.310
4. Biaya Supervisi = 5,9% x Rp 1.139.744.433

= Rp 67.244.922

Jadi, total biaya tidak langsung yang diperlukan adalah sebesar Rp 331.665.630

Tabel 5.9
Total Biaya Tidak Langsung

Sumber : data penyusun, 2021

5.3 Total Biaya Reklamasi


Adapun total biaya reklamasi PT. Semangat Empat Lima adalah
sebagai berikut :
33

Tabel 5.10
Total Biaya Reklamasi
No Jenis Biaya Total
1 Biaya Langsung Rp. 1.139.744.433

2 Biaya Tidak Langsung Rp. 331.665.630

Jumlah Rp. 1.471.410.063

Sumber : Data penyusun, 2021


LAMPIRAN
Peta IUP OP PT. Semangat Empat Lima
Peta Kesampaian Daerah PT. Semangat Empat Lima
Peta Tataguna Lahan PT. Semangat Empat Lima

Anda mungkin juga menyukai