Anda di halaman 1dari 8

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.1 (2021.2)

Nama Mahasiswa : YUVITA HUSUN

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 043675117

Tanggal Lahir : 16 Juli 1980

Kode/Nama Mata Kuliah : EKSI 4205/ Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank

Kode/Nama Program Studi : 54/ Ekonomi Manajemen

Kode/Nama UPBJJ : 50/Samarinda

Hari/Tanggal UAS THE : Sabtu, 25 Juni 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS TERBUKA
Surat Pernyataan Mahasiswa Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : YUVITA HUSUN


NIM : 043675117
Kode/Nama Mata Kuliah : EKSI4205/Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank
Fakultas : Fakultas Ekonomi
Program Studi : 54/ Ekonomi Manajemen
UPBJJ-UT : 50/Samarinda

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE
pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam
pengerjaan soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya
sebagai pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan
tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui
media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan
akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi
akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Long Pahangai , 25 Juni 2022

Yang Membuat Pernyataan


YUVITA HUSUN

LEMBAR JAWABAN

1. Akad Bank Syariah di Indonesia yaitu


1) Wadiah. Akad penitipan batang atau uang antara pihak yang
mempunyai barang atau uang dan pihak yang diberi kepercayaan
dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan, serta keutuhan barang atau uang.
2) Mudharabah. Akad kerjasama suatu usaha antara pihak pertama (malik, shahibul mal,
atau bank syariah) yang menyediakan seluruh modal dan pihak kedua ('amil, mudharib,
atau nasabah) yang bertindak selaku pengelola dana dengan kesepakatan yang
dituangkan dalam akad, sedangkan kerugian ditanggung sepenuhnya oleh Bank Syariah
kecuali jika pihak kedua melakukan kesalahan yang disengaja, lalai atau menyalahi
perjanjian.
3) Musyarakah. Akad kerjasama diantara dua pihak atau lebih untuk usaha tertentu yang
masing-masing pihak memberikan porsi dana masing-masing.
4) Murabahah. Akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada
pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang
disepakati.
5) Salam. Akad pembiayaan suatu barang dengan cara pemesanan dan pembayaran harga
yang dilakukan terlebih dahulu dengan syarat tertentu yang disepakati.
6) Istisna'. Akad pembiayaan barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu
yang disepakati antara pemesan atau pembeli (mustashni') dan penjual atau pembuat
(shani').
7) Ijarah. Akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna atau manfaat dari
suatu barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikian barang itu sendiri.
8) Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik. Akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak
guna atau manfaat dari suatu barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa dengan opsi
pemindahan kepemilikan barang.
9) Qardh. Akad pinjaman dana kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib
mengembalikan dana yang diterimanya pada waktu yang telah disepakati.
10) Wakalah
Wakalah atau perwakilan, berarti penyerahan, pendelegasian atau pemberian mandat.
Yakni bank diberikan mandat oleh nasabah untuk melaksanakan suatu perkara sesuai
dengan amanah/permintaan nasabah. Secara teknis perbankan, wakalah adalah akad
pemberi wewenang/kuasa dari lembaga/seseorang (sebagai pemberi mandat) kepada
pihak lain (sebagai wakil, dalam hal ini bank) untuk mewakili dirinya melaksanakan urusan
dengan batas kewenangan dan dalam waktu tertentu. Segala hak dan kewajiban yang
diemban wakil harus mengatasnamakan yang memberi kuasa. Bank dan nasabah yang
dicantumkan dalam akad pemberian kuasa harus cakap hukum.
11) Kafalah
Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk
memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam pengertian lain kafalah
berarti mengalihkan tanggungjawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada
tanggungjawab orang lain sebagai penjamin (QS. Yusuf 12:72). Secara teknis perbankan,
kafalah merupakan jasa penjaminan nasabah dimana bank bertindak sebagai penjamin
(kafil) sedangkan nasabah sebagai pihak yang dijamin (makfullah). Prinsip syariah ini
sebagai dasar layanan bank garansi, yaitu penjaminan pembayaran atas suatu kewajiban
pembayaran. Bank dapat mempersyaratkan nasabah untuk menempatkan sejumlah dana
untuk fasilitas ini sebagai jaminan. Atas dana tersebut bank dapat memperlakukannya
dengan prinsip wadiah. Dalam hal ini bank mendapatkan imbalan atas jasa yang
diberikan.

2. Cara bank Indonesia dan BPK dalam pengawasan bank yaitu


 Cara bank Indonesia dalam pengawasan bank yaitu
 Bank Indonesia merupakan bank sentral yang memiliki kewenangan mengatur dan
mengawasi bank-bank umum di Indonesia. Salah satu kewenangan Bank Indonesia
adalah meminimalkan risiko- risiko dari dunia perbankan yang pada gilirannya dapat
melindungi masyarakat yang menyimpan dananya di bank.
 Peranan Bank Indonesia dalam pengawasan ditekankan dalam hal pelaksanaan prinsip
kehati-hatian
 Pengawasan yang dilakukan terbagi atas dua jenis kegiatan yaitu pengawasan tidak
langsung (off site supervision) dan pengawasan langsung (on site examination).
a) Secara ringkas, pengawasan tidak langsung merupakan tindakan pengawasan
dan analisis yang dilakukan berdasarkan laporan berkala (regulatory reports) yang
disampaikan oleh Bank, informasi dalam bentuk komunikasi lain serta informasi
dari pihak lain.
b) Sementara itu, pengawasan langsung dilakukan dengan cara melakukan
pemeriksaan pada Bank untuk meneliti dan mengevaluasi tingkat kepatuhan Bank
terhadap ketentuan yang berlaku. Termasuk dalam kedua jenis pendekatan
pengawasan tersebut di atas analisis kondisi Bank, saat ini dan diwaktu yang akan
datang (forward looking)
 Pengawasan Normal. Pengawasan ini dilakukan terhadap Bank yang memenuhi kriteria
tidak memiliki potensi atau tidak membahayakan kelangsungan usahanya. Umumnya,
frekuensi pengawasan dan pemantauan kondisi Bank dilakukan secara normal
sedangkan pemeriksaan terhadap jenis Bank ini dilakukan secara berkala atau
sekurang-kurangnya setahun sekali.
 Pengawasan Intensif. Pengawasan intensif ini dilakukan Bank yang memenuhi yang
memiliki potensi kesulitan yang dapat membahayakan kelangsungan usahanya.
Langkah-langkah yang dilakukan Bank Indonesia pada Bank dengan status
Pengawasan Intensif, antara lain:
1) Meminta Bank untuk melaporkan hal-hal tertentu kepada Bank Indonesia.
2) Melakukan peningkatan frekuensi pengkinian dan penilaian rencana kerja
dengan penyesuaian terhadap sasaran yang akan dicapai.
3) Meminta Bank untuk menyusun rencana tindakan sesuai dengan permasalahan
yang dihadapi.
4) Menempatkan pengawas dan atau pemeriksa Bank Indonesia pada Bank,
apabila diperlukan.
Bagi Bank dalam Pengawasan Intensif yang tidak menghasilkan perbaikan kondisi
keuangan dan manajerial dan berdasarkan analisis Bank Indonesia diketahui bahwa
Bank tersebut dapat diklasifikasikan sebagai Bank yang memiliki kesulitan yang dapat
membahayakan kelangsungan usahanya, maka Bank tersebut selanjutnya ditetapkan
sebagai Bank dengan status Pengawasan Khusus. Disamping itu, apabila diperlukan,
intensitas pemeriksaan langsung pada Bank pada umumnya meningkat terutama
dalam rangka memantau perkembangan kinerja berdasarkan komitmen dan rencana
perbaikan yang disampaikan manajemen Bank kepada Bank Indonesia.
 Pengawasan Khusus
Pengawasan terhadap bank yang dinilai mengalami kesulitan yang membahayakan
kelangsungan usahanya. Terhadap Bank dengan status Pengawasan Khusus ini maka
beberapa tindakan Bank Indonesia yang diambil, antara lain:
a) Memerintahkan Bank dan atau pemegang saham Bank untuk mengajukan
rencana perbaikan permodalan (capital restoration plan) secara tertulis kepada
Bank Indonesia.
b) Memerintahkan Bank untuk memenuhi kewajiban melaksanakan tindakan
perbaikan (mandatory supervisory actions).
c) Memerintahkan Bank dan atau pemegang saham Bank untuk melakukan
tindakan
 Cara BPK dalam pengawasan Bank :
Tugas dan wewenang BPK dalam pemeriksaan pengawasan pengelolaan keuangan
Negara dan pemeriksaan tanggung jawab mengenai keuangan Negara berdasarkan
pada UUD 1945 dan Undang-Undang yang terkait BPK dalam menjalankan tugasnya
bebas dan mandiri; hasil pemeriksaannya diserahkan kepada DPR, DPRD, sesuai
dengan kewenangannya dan hasil pemeriksaan tersebut di tindak lanjuti oleh
lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai dengan Undang-Undang. Lebih lanjut
UUD 1945 mengamanatkan pemeriksaan yang menjadi tugas BPK meliputi :
Pemeriksaan atas pengelolaan keuangan Negara, dan pemeriksaan atas
tanggungjawab mengenai keuangan Negara, termasuk pengelolaan keuangan
Negara dan tanggungjawab yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan
Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, lembaga atau badan lain yang
mengelola keuangan Negara. BPK secara tertulis menyerahkan hasil pemeriksaan
kepada Presiden; Gubernur; Bupati/Walikota sesuai kewenangannya, dan apabila
dalam pemeriksaan terdapat unsur pidana, BPK melaporkan kepada instansi
penegak hukum yang berwenang.
Berdasarkan lingkup kewenangan BPK, secara teoritis kewenangan pengawasan
BPK atas pengelolaan keuangan dapat dikelompokkan dalam pengawasan represif,
yakni pengawasan atas pelaksanaan dari anggaran atau pengawasan a-posteriori.
Pengawasan a-posteriori merupakan pengawasan yang dilakukan sesudah
dikeluarkannya keputusan atau ketetapan pemerintah ataupun setelah kegiatan
dilakukan. Dalam hal keputusan atau ketetapan pemerintah, maka pengawasan jenis
ini dilakukan untuk melihat bagaimana pelaksanaan keputusan atau ketetapan
tersebut, apakah dalam pelaksanaannya telah sesuai dengan tujuan atau maksud
diterbitkan keputusan atau ketetapan tersebut. Dalam hal kegiatan pemerintah,
biasanya dilakukan pada akhir tahun, pengawasan represif ini bermaksud untuk
mengetahui apakah suatu kegiatan dan pembiayaan yang telah dilakukan itu telah
mengikuti kebijaksanaan dan ketentuan yang telah ditetapkan dan pengawasan ini
dilakukan setelah pekerjaan atau kegiatan dilaksanakan. Selain itu, pengawasan
represif dapat dikatakan juga sebagai salah satu bentuk pengawasan atas jalannya
pemerintahan.Tiga jenis Pemeriksaan BPK, baik pemeriksaan keuangan,
pemeriksaan kinerja, maupun pemeriksaan dengan tujuan tertentu merupakan
bentuk-bentuk pengawasan terhadap tahapan pelaksanaan pengelolaan keuangan
negara

3. Prinsip operasional dan kerangka strategis bank Pembangunan islam yaitu


a) Sesuai dengan tujuan dibentuknya IDB, yaitu untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan
perkembangan sosial anggota-anggotanya serta komunitas Islam. Prinsip operasional
antara lain:
1) IDB menjadi khalifah (pelopor) pembangunan berdasarkan landasan islam;
2) IDB proaktif;
3) IDB selalu menjaga hubungan dan berusaha meningkatkan kerja sama;
4) IDB menjadikan kebutuhan dan aspirasi masyarakat sebagai target sebelum
menyusunnya menjadi program;
5) IDB berkonsultasi dengan intens kepada setiap stakeholders dalam setiap program
yang diajukan.
b) Strategi utama dalam operasional IDB adalah mengoptimalkan pelaksanaan visi IDB dalam
kurun waktu sampai dengan 1440 H (2020). Hal ini dengan mengadopsi sembilan agenda
yang merupakan arah strategi utama IDB, yaitu:
 Reformasi IDB;
 Pemberantasan kemiskinan;
 Mempromosikan kesehatan;
 Mendorong pendidikan untuk semua;
 Menyejahterakan rakyat;
 Memperkuat persaudaraan Islam;
 Memperluas industri dan sistem keuangan Islam;
 Memfasilitasi hubungan antar negara anggota maupun dengan negara lainnya;
 Memperbaiki citra Islam.

Anda mungkin juga menyukai