Anda di halaman 1dari 5

Nama : Prithvi Rahmatul Ainiyyah

Kelas : XII IIS 2


Absen : 22

SINOPSIS NOVEL SANG PENCERAH

Novel Sang Pencerah menceritakan riwayat hidup K.H. Ahmad Dahlan, pendiri
organisasi Muhammadiyah pada tahun 1912. Berawal dari tahun 1883 sampai 1888, K.H.
Ahmad Dahlan pergi haji sekaligus belajar di Mekkah. Beliau mempelajari buku-buku
terbitan Mekkah, Mesir, dan Irak, serta mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran
Muhammad Abduh, Jamaludin Al Afghani, Rasyid Ridha, dan Imam Ibnu Taimiyah.
Selanjutnya pada tahun 1903, K.H. Ahmad Dahlan menghadap Sri Sultan Hamengkubuwono
VII di Yogyakarta. Sri Sultan memerintahkan agar K.H. Ahmad Dahlan untuk kembali ke
Mekkah. Pada tahun yang sama pula K.H. Ahmad Dahlan sempat berguru dengan K.H.
Hasyim Asy’ari, pendiri organisasi Nahdlatul Ulama.

Setelah kembali ke Indonesia, K.H. Ahmad Dahlan merasa gelisah atas pelaksanaan
syariat Islam di Indonesia yang sudah tidak murni sesuai ajaran aslinya. Sebagian besar
sudah melenceng ke arah ajaran sesat, syirik, dan bid’ah. Hingga pada suatu hari, K.H.
Ahmad Dahlan mengikuti shalat subuh berjamaah di Masjid Besar Kauman, hingga beliau
mengetahui bahwa imam shalat tersebut tidak menghadap kiblat yang benar. K.H. Ahmad
Dahlan segera memberitahukan hal ini kepada para kyai. Dengan menggunakan kompas,
beliau menunjukkan arah kiblat di Masjid Besar Kauman. Hasilnya, kiblat yang diyakini
menghadap ke barat ternyata bukan menghadap ke Ka’bah di Mekkah, melainkan ke Afrika.
Penemuan tersebut membuat para kyai meradang. K.H. Ahmad Dahlan akhirnya mendapat
banyak cercaan dari para ulama dan masyarakat. Beliau dianggap membangkang aturan
yang sudah berjalan selama berabad-abad yang lalu, mengajarkan aliran sesat, dan
menghasut serta merusak kewibawaan Keraton dan Masjid Besar.
Tidak sampai disitu, langgar di samping rumahnya, yang biasa digunakan untuk
shalat berjamaah dan mengajar mengaji hancur diamuk massa karena dianggap
menyebarkan aliran sesat. K.H. Ahmad Dahlan juga dituduh sebagai kyai kafir karena
membuka sekolah yang menempatkan muridnya duduk di kursi seperti sekolah modern
Belanda, serta mengajarkan agama Islam di Kweekschool atau sekolah para bangsawan di
Jetis, Yogyakarta.

K.H. Ahmad Dahlan juga dituduh sebagai kyai kejawen hanya karena dekat dengan
lingkungan cendekiawan Jawa di Budi Utomo. Tetapi tuduhan tersebut tidak membuat
beliau surut. Dengan ditemani sang istri, Siti Walidah, dan lima murid setianya yang
bernama Sudja, Sangidu, Fahrudin, Hisyam, dan Dirjo, K.H. Ahmad Dahlan berhasil
membentuk organisasi Muhammadiyah pada tahun 1912 dengan tujuan mendidik umat
Islam agar berpikiran maju sesuai dengan perkembangan zaman.
TONGGAK SEJARAH NOVEL SANG PENCERAH

 K.H. Ahmad Dahlan menemukan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam saat


melakukan ibadah haji sekaligus belajar di Mekkah.
 Sebagian besar pelaksanaan syariat Islam di Indonesia telah melenceng ke arah
ajaran sesat, syirik, dan bid’ah.
 K.H. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaruan dalam cara berpikir dan
beramal menurut ketentuan Islam dan mengajak umat Islam Indonesia untuk
kembali hidup sesuai tuntunan Al Qur’an dan Hadits.
 K.H. Ahmad Dahlan berhasil membuktikan bahwa kiblat di Masjid Besar Kauman
adalah salah karena tidak menghadap ke arah Ka’bah, melainkan condong ke Afrika.
 K.H. Ahmad Dahlan mendapat fitnah dan tuduhan dari para ulama dan masyarakat
karena dianggap telah melanggar aturan dan mengajarkan aliran sesat.
 Masyarakat menghancurkan langgar milik K.H. Ahmad Dahlan karena dianggap
menyebarkan aliran sesat.
 K.H. Ahmad Dahlan membuka sekolah seperti sekolah modern Belanda karena siswa
sudah duduk di kursi dan mengajarkan agama Islam di Kweekschool atau sekolah
para bangsawan di Jetis, Yogyakarta.
 K.H. Ahmad Dahlan dekat dengan anggota Budi Utomo.
 K.H. Ahmad Dahlan bersama istri dan lima muridnya berhasil membentuk organisasi
Muhammadiyah pada tahun 1912 yang memiliki visi dan misi mendidik umat Islam
agar berpikiran maju sesuai dengan perkembangan zaman.
 Sampai sekarang organisasi Muhammadiyah masih tetap berdiri dan telah memiliki
banyak pengikut hingga saat ini.
Nama : Prithvi Rahmatul Ainiyyah
Kelas : XII IIS 2
Absen : 22

TEKS EKSPLANASI K.H. AHMAD DAHLAN

K.H. Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868. Ia
adalah putra keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar, seorang ulama
dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan puteri dari
H. Ibrahim yang menjabat sebagai penghulu Kesultanan Yogyakarta Hadiningrat pada masa
itu. Ia juga termasuk keturunan yang ke dua belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah satu
pelopor penyebaran agama Islam di Jawa yang tergabung dalam Walisongo.
Pada tahun 1883, K.H. Ahmad Dahlan melakukan ibadah haji dan tinggal di Mekkah
selama lima tahun. Di Mekkah, ia selalu mempelajari buku-buku tentang Islam terbitan
Mekkah, Mesir, dan Irak. Hal ini menyebabkan K.H. Ahmad Dahlan mulai berinteraksi
dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh,
Jamaludin Al Afghani, Rasyid Ridha, dan Imam Ibnu Taimiyah.
Pada saat K.H. Ahmad Dahlan tiba di Indonesia setelah melakukan haji yang kedua
pada tahun 1905, ia merasa gelisah. Hal ini dikarenakan sebagian besar pelaksanaan syariat
Islam di Indonesia, terutama Yogyakarta telah melenceng ke arah ajaran sesat, syirik, dan
bid’ah. Kondisi tersebut menyebabkan K.H. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu
pembaruan dalam cara berpikir dan beramal menurut ketentuan Islam dan mengajak umat
Islam Indonesia untuk kembali hidup sesuai tuntunan Al Qur’an dan Hadits.
Suatu ketika, K.H. Ahmad Dahlan mengikuti shalat subuh berjamaah di Masjid Besar
Kauman. Saat itu pula ia baru mengetahui bahwa imam shalat tersebut tidak menghadap
kiblat yang benar. Ia segera memberitahukan hal ini kepada para kyai. Dengan
menggunakan kompas, ia menunjukkan arah kiblat di Masjid Besar Kauman. Hasilnya, kiblat
yang diyakini menghadap ke barat ternyata bukan menghadap ke Ka’bah di Mekkah,
melainkan ke Afrika. Penemuan tersebut membuat para kyai marah besar. Akibatnya, K.H.
Ahmad Dahlan mendapat banyak cercaan dari para ulama dan masyarakat. Ia dianggap
membangkang aturan yang sudah berjalan selama berabad-abad yang lalu, mengajarkan
aliran sesat, dan menghasut serta merusak kewibawaan Keraton dan Masjid Besar.
Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh K.H. Ahmad Dahlan dari awal sudah
mendapat tentangan keras dari masyarakat. Akibatnya, ia semakin banyak mendapatkan
fitnah dan tuduhan. Mulai dari mendirikan agama baru yang menyalahi agama Islam,
disebut sebagai kyai kafir karena membuka sekolah yang menempatkan muridnya duduk di
kursi seperti sekolah modern Belanda dan mengajarkan agama Islam di Kweekschool atau
sekolah para bangsawan di Jetis, Yogyakarta, serta dituduh sebagai kyai kejawen hanya
karena dekat dengan lingkungan cendekiawan Jawa di Budi Utomo. Tidak hanya itu,
masyarakat juga melakukan aksi dengan menghancurkan langgar di samping rumahnya yang
biasa digunakan untuk shalat berjamaah dan mengajar mengaji karena dianggap
menyebarkan aliran sesat.
Namun semua fitnah dan tuduhan dari masyarakat tidak membuat K.H. Ahmad
Dahlan berputus asa. Berkat dukungan sang istri, Siti Walidah, dan lima murid setianya yang
bernama Sudja, Sangidu, Fahrudin, Hisyam, dan Dirjo, akhirnya K.H. Ahmad Dahlan berhasil
membentuk organisasi Muhammadiyah pada tahun 1912 yang memiliki visi dan misi
mendidik umat Islam agar berpikiran maju sesuai dengan perkembangan zaman. Sampai
sekarang organisasi Muhammadiyah masih tetap berdiri dan telah memiliki banyak pengikut
hingga saat ini.

Anda mungkin juga menyukai