08.55PeternakanNo Comments
Artikel 1.
Daphnia
Posted: June 14, 2011 by admin in Perikanan
Tags: budidaya kutu air, daphnia, kultur kutu air, kutu air, pakan ikan, pakan larva
0
Daphnia atau yang lebih populer dengan nama kutu air, merupakan hewan renik sejenis udang yang banyak terdapat
pada perairan tawar, sebenarnya kutu air hanya sebuah sebutan saja untuk daphnia ini, karena tidak menimbulkan
rasa gatal – gatal di kulit, dan fungsi daphnia ini sebagai penyaring kotoran di perairan umum, oleh karena
ukurannya yang sangat kecil, maka oleh para pembudidaya ikan biasa digunakan sebagai pakan anak ikan yang baru
menetas dan memasuki stadium larva, karena disamping ukurannya yang kecil, juga karena kandungan proteinnya
yang tinggi, dimana protein sangat diperlukan untuk pertumbuhan larva ikan.
Kelemahan dari pakan alami ini kalau mengambil langsung dari alam terkadang masih membawa bibit penyakit dari
perairan umum yang bisa menyerang larva ikan, dan bisa mengakibatkan kematian masal, ada baiknya jika ingin
memberikan daphnia untuk pakan larva maupun indukan dicuci terlebih dahulu, dengan cara saring daphnia yang di
dapat dari alam dengan kain bersih, buang air sisanya dan masukkan kain yang berisi daphnia tadi ke dalam air
bersih, karantina 1 hari dulu baru bisa diberikan kepada larva maupun ikan yang di pelihara, cara pemberiannya
dapat menggunakan saringan teh, ambil daphnia dari tempat karantina dan berikan secukupnya.
Kalau ingin lebih aman lagi bisa dicoba untuk mengkulturkanya sendiri, alat dan bahan yang diperlukan berupa,
jerami atau batang pisang yang sudah kering, pupuk kandang atau kotoran ayam yang sudah kering, air tawar,
aerator dan selang aerator, bibit kutu air yang bisa didapat dari tempat penjual pakan ikan maupun dicari sendiri di
kolam, atau sawah yang masih ada airnya, dan tentu saja pengkulturan di perlukan wadah sebagai media utama,
Caranya isi wadah yang di tentukan dengan air tawar secukupnya, masukkan pupuk kandang atau kotoran ayam
yang sudah kering ke dalam wadah secara merata dengan ketebalan kurang lebih 2 cm, tunggu hingga mengendap di
dasar, lalu masukkan potongan jerami atau batang pisang yang sudah kering, pilih salah satu, hidupkan aerator dan
aerasi media sampai air berwarna kekuningan, bisa memakan waktu kurang lebih 2 mingguan, kalau air sudah
berwarna kekuningan masukkan bibit daphnia yang ingin dikultur, kurang lebih 1 sendok teh, dalam hal ini saya
menggunakan bak fiber berukuran 1 x 2 m, dengan ketinggian air kurang lebih 12 cm, jika menggunakan wadah lain
yang lebih kecil bisa dikurangi bibit daphnia yang akan dikulturkan, dan sesuaikan pula ketinggian air, setelah bibit
daphnia dimasukkan, matikan aerasi, dan biarkan daphnia melakukan tugasnya yaitu menyaring air dan makan serta
berkembang biak, wadah untuk media kultur bisa ditutup dengan triplek 1/2 bagian, tetapi kalau lingkungan media
berada pada tempat yang teduh, bisa juga dibiarkan terbuka, tunggu hingga kurang lebih 15 hari, kalau tidak ada hal
yang menjadi penghalang biasanya daphnia sudah beranak pinak, kalau berhasil dan ingin meneruskan rantai kultur,
lakukan pemupukan dengan pupuk kandang yang sudah diencerkan ke dalam tempat atau wadah untuk kultur setiap
1 minggu sekali.
Artikel 2.
WONGBANYUMAS
Mengkultur (Memperbanyak) Kutu Air Untuk
Budidaya Cupang
Bikinan Yasir Fatahillah Sabtu, 17 September 2011
Oleh wongbanyumas
Bagi para hobiis cupang baik hias maupun aduan tentu menginginkan performa atau penampilan terbaik
dari kelangenan kesayangannya. Berbagai upaya dilakukan untuk mempertahankan performa terbaiknya.
Salah satu hal yang amat penting dalam perawatan ikan kesayangan kita adalah pemberian pakan.
Kualitas pakan akan menentukan kualitas penampilan ikan kesayangan kita. Salah satu pakan alami
yang sering diberikan kepada ikan adalah kutu air. Kutu air adalah sebutan awam bagi makhluk kecil
penghuni air sejenis udang-udangan. Jenis kutu air meliputi Daphnia (paling umum), Cyclops, Bosmina,
dan Diaptomus. Kutu air berukuran panjang kurang dari setengah milimeter dan pakannya adalah
berbagai fitoplankton dan juga sisa-sisa makanan hewan lainnya (detritus).
Terutama bagi para peternak kutu air mempunyai peranan yang sangat penting. Sebab kutu air
merupakan sumber utama nutrisi bagi burayak cupang. Permasalahan utama mengenai kutu air adalah
stoknya yang terbatas di alam terutama ketika datang musim penghujan. Untuk mensiasatinya maka
dilakukan upaya pengkulturan agar diperoleh kutu air berdasarkan kuantitas yang diinginkan. Peternak
nantinya tak perlu repot untuk mencarinya di selokan, empang, ataupun genangan air lainnya. Stok kutu
air akan tetap terjaga untuk memenuhi kebutuhan pakan ikan anda.
Kutu air pada dasarnya merupakan pemakan zat renik di air. Kutu air sendiri tidak bertelur melainkan
melahirkan embrio kecil calon kutu air. Anda dapat memperoleh kutu air dengan membelinya di
pedagang ikan hias. Tentu saja ini akan tergantung pada keadaan alam. Ada beberapa cara yang
dilakukan untuk mengkultur kutu air. Jika diperhatikan semua metode hampir sama. Hanya saja media
dan pengaplikasikannya yang berbeda. Berikut ini akan saya sampaikan cara memperbanyak kutu air…..
Kemudian dari apa yang kita siapkan tersebut kita mulai melakukan pengkulturan:
1. Isi bak atau ember dengan air secukupnya. Patut diketahui bahwa agar diperoleh kutu air
diperlukan media dengan penampang yang lebar bukan tinggi.
2. Lakukan pemupukan dasar dengan cara menebarkan kotoran ayam. Biarkan selama beberapa
hari sampai warna air mulai menghijau pertanda alga mulai tumbuh.
3. Letakkan media di tempat yang terhindar dari sinar matahari langsung atau gunakan penutup
seperti triplek atau seng.
4. Masukkan starter kutu air dan berikan aerasi dengan kekuatan udara yang kecil. Tunggu
sampai satu pekan maka anda akan puas dengan hasilkerja keras anda.
5. Untuk menjaga kuantitas maka dilakukan pemupukan rutin setiap dua pekan dengan
mencampurkan kotoran dengan ampas kelapa. Peras dengan kain hingga mengeluarkan air
sebagai pakan kutu air.
Kemudian dari apa yang kita siapkan tersebut kita mulai melakukan pengkulturan:
1. Isi bak atau ember dengan air secukupnya. Patut diketahui bahwa agar diperoleh kutu air
diperlukan media dengan penampang yang lebar bukan tinggi.
2. Lakukan pemupukan dasar dengan cara menebarkan susu bubuk sebanyak satu sendok dan
segelas seduahan teh untuk satu ember besar. Biarkan selama beberapa hari sampai warna
air mulai berubah kecoklatan pertanda alga mulai tumbuh.
3. Letakkan media di tempat yang terhindar dari sinar matahari langsung atau gunakan penutup
seperti triplek atau seng.
4. Masukkan starter kutu air dan berikan aerasi dengan kekuatan udara yang kecil. Tunggu
sampai satu pekan maka anda akan puas dengan hasilkerja keras anda.
5. Untuk menjaga kuantitas maka dilakukan pemberian pakan secara rutin tiap minggu dengan
menaburkan sesendok susu bubuk.
===================================
Artikel 3.
budidaya pakan ikan daphnia (kutu air)
Oleh masrozak 12 Komentar
Daphnia atau kutu air merupakan salah satu pakan alami yang sangat bermanfaat untuk
budidaya benih. Daphnia mengandung protein yang tinggi yang mampu mempercepat laju
pertumbuhan ikan. Daphnia dapat dikultur atau dibudidaya dengan mudah dengan bantuan
Persyaratan Hidup
Daphnia hidup pada selang suhu 18-24 C. Daphnia membutuhkan pH yang sedikit alkali
yaitu pH 6,7 – 9,2. Sepertii makluk hidup akuatik lainnya pH tinggi dan kandungan amonia
oksigen dalam perairan kurang mencukupi Daphnia akan membentuk hemoglobin. Pada
kondisi tersebut Daphnia akan berwarna merah. Kurangnya supay oksigen dapat
4. masukan 2 ember kecil kotoran ayam atau puyuh yang sudah kering;
Setiap bak dengan ukuran di atas dapat menghasilkan Daphnia senanyak 10 kg dan
puncaknya bisa menghasilkan 2 kg sehari. Agar bisa berkembang lagi, maka dilakukan
pemupukan ulang selama 1 minggu sekali dan panen bisa dilakukan pada hari ke 5 atau
tergantung populasinya.
Catatan : Induk Daphnia bisa diperoleh di perairan yang banyak mengandung bahan
Daphnia bisa juga dikultur di kolam tanah. Bahkan hasilnya bisa melebihi Dapnia yang
dikultur di bak. Caranya, 1. siapkan kolam tanah ukuran 100 m2; 2. keringkan selama 4 – 5
hari; 3. isi air setinggi 40 – 60m dan hentikan bila sudah penuh; 4. tebarkan 2 karung
kotoran ayam atau puyuh yang sudah kering; 5. tebarkan induk 2 liter induk Daphnia; 6.
Seperti di bak, panen dilakukan dengan sekup net halus. Namun sekup net itu telah diberi
tangkai dari bambu atau kayu. Hasilnya ditampung dalam ember atau baskom. Sebuah
kolam seukuran di atas dapat menghasilkan Daphnia senanyak 40 kg dan puncaknya bisa
menghasilkan 5 kg sehari. Agar bisa berkembang lagi, maka dilakukan pemupukan ulang
Budidaya pakan alami seperti halnya Daphnia kadang dipanen pada waktu yang kurang
tepat dengan budidaya yang dilakukan. Untuk menyingkapi hal tersebut maka Daphnia
yang di panen dapat diawetkan terlebih dahulu hingga menunggu waktu yang tepat untuk
diberikan pada ikan. Pengawetan yang dilakukan untuk Daphnia yaitu pengawetan dengan
cara dibekukan. Pembekuan tersebut tidak akan mengurangi kandungan gizi pada Daphnia
dan tidak menggunakan bahan kimia berbahaya sehingga dapat diberikan pada ikan
3. biarkan hingga air yang ikut terbawa pada sekop keluar (tiriskan);
5. lipat plastik hingga tidak terjadi kebocoran atau dapat digunakan plaster;
7. berikan Daphnia yang sudah diawetkan tersebut pada waktu yang tepat.
Sebelum diberikan pada ikan, Daphnia yang masih beku direndam dalam baskom yang
berisi air agar meleleh. Setelah itu baru diberikan pada ikan. Pengawetan tersebut dapat
bertahan 1 minggu. jika terlalu lama kandungan gizi pada Daphnia akan rusak.
Sumber: http://benihikanku.blogspot.com/2009/12/budidaya-daphnia-kutu-air.html
BUDIDAYA PAKAN ALAMI DAPHNIA SP.
BUDIDAYA ZOOPLANKTON Daphnia sp.
Daphnia adalah filum Arthropoda yang hidup secara umum di perairan tawar. Spesies-
spesies dari genus Daphnia ditemukan mulai dari daerah tropis hingga arktik dengan berbagai
ukuran habitat mulai dari kolam kecil hingga danau luas. Dari lima puluh spesies genus ini di
seluruh dunia, hanya enam spesies yang secara normal dapat ditemukan di daerah tropika. Salah
satunya adalah spesies Daphnia magna (Delbaere & Dhert, 1996)
Pembagian segmen tubuh Daphnia hampir tidak terlihat. Kepala menyatu, dengan bentuk
membungkuk ke arah tubuh bagian bawah terlihat dengan jelas melalui lekukan yang jelas. Pada
beberapa spesies sebagian besar anggota tubuh tertutup oleh carapace, dengan enam pasang kaki
semu yang berada pada rongga perut. Bagian tubuh yang paling terlihat adalah mata, antenna dan
sepasang seta. Pada beberapa jenis Daphnia, bagian carapace nya tembus cahaya dan tampak
dengan jelas melalui mikroskop bagian dalam tubuhnya.
Beberapa Daphnia memakan crustacean dan rotifer kecil, tapi sebagian besar adalah filter
feeder, memakan algae uniselular dan berbagai macam detritus organik termasuk protista dan
bakteri. Daphnia juga memakan beberapa jenis ragi, tetapi hanya di lingkungan terkontrol
seperti laboratorium. Pertumbuhannya dapat dikontrol dengan mudah dengan pemberian ragi.
Partikel makanan yang tersaring kemudian dibentuk menjadi bolus yang akan turun melalui
rongga pencernaan sampai penuh dan melalui anus ditempatkan di bagian ujung rongga
pencernaan. Sepasang kaki pertama dan kedua digunakan untuk membentuk arus kecil saat
mengeluarkan partikel makanan yang tidak mampu terserap. Organ Daphnia untuk berenang
didukung oleh antenna kedua yang ukurannya lebih besar. Gerakan antenna ini sangat
berpengaruh untuk gerakan melawan arus (Waterman, 1960).
1.3 Reproduksi
Mekanisme reproduksi Daphnia adalah dengan cara parthenogenesis. Satu atau lebih
individu muda dirawat dengan menempel pada tubuh induk. Daphnia yang baru menetas harus
melakukan pergantian kulit (molting) beberapa kali sebelum tumbuh jadi dewasa sekitar satu
pekan setelah menetas. Siklus hidup Daphnia sp. yaitu telur, anak, remaja dan dewasa.
Pertambahan ukuran terjadi sesaat setelah telur menetas di dalam ruang pengeraman. Daphniasp.
dewasa berukuran 2,5 mm, anak pertama sebesar 0,8 mm dihasilkan secara
parthenogenesis.Daphnia sp. mulai menghasilkan anak pertama kali pada umur 4-6 hari. Adapun
umur yang dapat dicapainya 12 hari. Setiap satu atau dua hari sekali, Daphnia sp. akan beranak
29 ekor, individu yang baru menetas sudah sama secara anatomi dengan individu dewasa
(Gambar 2). Proses reproduksi ini akan berlanjut jika kondisi lingkungannya mendukung
pertumbuhan. Jika kondisi tidak ideal baru akan dihasilkan individu jantan agar terjadi
reproduksi seksual (Waterman, 1960).
Daphnia jantan lebih kecil ukurannya dibandingkan yang betina. Pada individu jantan
terdapat organ tambahan pada bagian abdominal untuk memeluk betina dari belakang dan
membuka carapacae betina, kemudian spermateka masuk dan membuahi sel telur. Telur yang
telah dibuahi kemudian akan dilindungi lapisan yang bernama ephipium untuk mencegah dari
ancaman lingkungan sampai kondisi ideal untuk menetas (Mokoginta, 2003).
Salah satu metode kultur Daphnia sp. yang sering digunakan adalah metodde pemupukan.
Pupuk yang digunakana adalah pupuk organik dan anorganik (Ivleva, 1973 dalam Casmuji,
2002). Pupuk organik dapat berfungsi sebagai sumber makanan secara langsung
untuk Daphniasp. dan organism makanan ikan lainnya atau diuraikan oleh bakteri menjadi
bahan-bahan organik yang merangsang pertumbuhan fitoplankton dan zooplankton (Boyd,
1982 dalam Casmuji, 2002).
Pupuk organik yang bisa digunakan untuk kultur Daphnia sp adalah kotoran aym, kotoran
sapi, kotoran babi, kotoran kambing/domab, da kotoran kuda. Namum , dari berbagai jenis
kotoran tersebut menurut Kadarwan (1974) dalam Casmuji (2002) kotoran ayam dianggap lebih
baik daripada kotoran kandang lainnya.
Pengkayaan Daphnia sp.
Pengkayaan daphnia salah satunya dapat menggunakan viterna yang merupakan suplemen
yang berasal dari berbagai macam bahan alami yang bermanfaat untuk meningkatkan kandungan
nutrisi dan mempercepat pertumbuhan (Wisnu, 2007 dalam Mufidah dkk., 2009). Pengkayaan
tersebut bertujuan untuk menambah nutrisi Daphnia yang diharapkan dapat mempengaruhi
kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva. Nilai nutrisi yang terkandung dalam Daphnia berat
basah adalah 4 % protein (Schumann, 2006 dalam Mufidah dkk., 2009), 0,54 % lemak dan 0,67
% karbohidrat (Wahyu, 2007 dalam Mufidah dkk., 2009). Sedangkan, nutrisi viterna adalah
42,82 % protein, 47,31 % karbohidrat, 4,5 % lemak, 2,74 % mineral dan 2,63 % vitamin
(Fauzan, 2004 dalam Mufidah dkk., 2009).
Daphnia mempunyai sifat non-selective filter feeder yaitu menyaring semua makanan
yang ada tanpa memilih, sehingga viterna yang telah diberikan dalam media pemeliharaannya
akan dimakan atau diserap oleh Daphnia. Selanjutnya, Daphnia yang telah diperkaya dengan
viterna akan dimakan oleh larva (Mufidah dkk., 2009).
Wisnu (2007) dalam Mufidah dkk. (2009) menyatakan, dosis viterna untuk pertumbuhan
ikan sebanyak 12,5 ml yang dilarutkan dalam 250 ml air, kemudian dicampur pakan buatan
(pellet) sebanyak 2-3 kg pakan. Pakan tersebut diberikan terhadap ikan lele, gurami dan nila.
Pemberian pakan buatan (pellet) yang telah dicampur dengan viterna bertujuan untuk
menggemukan ikan, daging ikan menjadi padat dan pertumbuhan ikan sangat cepat serta
ekonomis.
Penelitian pendahuluan menggunakan viterna dengan beberapa dosis yaitu 10 ml/L air, 50 ml/L
air, 100 ml/L air, 200 ml/L air dan kontrol (tanpa penambahan viterna) dan lama pengkayaan 2
jam, 4 jam, 6 jam, 8 jam, 10 jam dan 12 jam. Viterna tersebut dimasukan dalam media
pemeliharaan terlebih dahulu agar tercampur merata dengan air sebagai media
pemeliharaanDaphnia. Selanjutnya, Daphnia dimasukkan ke dalam media pemeliharaan dengan
populasi berkisar antara 500 ekor/L air. Selanjutnya, dilakukan pengamatan setiap 2 jam sekali.
Pengamatan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 100 kali. Hasil dari penelitian
pendahuluan didapatkan, pada 4 jam pengkayaan hasil yang diperoleh adalah usus Daphnia terisi
penuh viterna dengan populasi Daphnia yang meningkat terutama pada dosis 10 ml dan 50 ml.
Isi usus Daphnia spp. pada jam keempat (Mufidah dkk., 2009).