َ َو َقالُوا لَ ْواَل ُن ِّز َل َعلَ ْي ِه آ َي ٌة مِّن رَّ ِّب ِه ۚ قُ ْل ِإنَّ هَّللا َ َقا ِد ٌر َعلَ ٰى َأن ُي َن ِّز َل آ َي ًة َو ٰلَكِنَّ َأ ْك َث َر ُه ْم اَل َيعْ لَم
ُون
ُون ِ اح ْي ِه ِإاَّل ُأ َم ٌم َأ ْم َثالُ ُكم ۚ مَّا َفرَّ ْط َنا فِي ْال ِك َتا
َ ب مِن َشيْ ٍء ۚ ُث َّم ِإلَ ٰى َرب ِِّه ْم يُحْ َشر ِ َْو َما مِن دَا َّب ٍة فِي اَأْلر
ٍ ض َواَل َط
َ اِئر يَطِ ي ُر ِب َج َن
Maksudnya adalah mukzizat seperti yang disebutkan dalam surat al isra ayat 90 آ َي ٌة
Binatang darat دَ ا َّب ٍة
Mereka tidak tahu kalau diturunkan mukzizat, dan setelahnya mereka tetap َأ ْك َث َر ُه ْم اَل
kafir, Allah akan membinasakan mereka. َ َيعْ لَم
ُون
Segala sesuatu yang semestinya ada untuk keperluan hidayah manusia di dunia مَّا َفرَّ ْط َنا
dan kemaslahatan di akherat, pasti ada di Al-Quran, dan tak ada satu sebab
hidayah pun yang dilewatkan Al-Quran.
Al-Quran atau lauhul mahfuz ِ فِي ْال ِك َتا
ب
Hewan akan dihimpun di padang mahsyar pada hari kiamat untuk diberikan ِإلَ ٰى َرب ِِّه ْم
keadilan diantara mereka. Mereka memang tidak dicatat amalannya, namun َ يُحْ َشر
ُون
keadilan diantara mereka (para hewan) itu tetap akan ditegakkan, setelah itu
mereka dijadikan tanah. Barangkali ini pelajaran yang sudah tak berguna bagi
orang kafir sehingga mereka kemudian mengatakan setelah melihat kejadian ini
“ya laitani kuntu turâbâ” (Andai kami jadi tanah).
ت ۗ َمن َي َشِإ هَّللا ُ يُضْ ل ِْل ُه َو َمن َي َشْأ َيجْ َع ْل ُه َعلَ ٰى صِ َراطٍ مُّسْ َتق ٍِيم ُّ ص ٌّم َو ُب ْك ٌم فِي
ِ الظلُ َما ُ ِين َك َّذبُوا ِبآ َيا ِت َنا
َ َوالَّذ
Pekak, tuli atau kurang baik pendengarannya karena terbiasa mendengarkan ص ٌّم
ُ
suara-suara keras.
Bisu ب ُْك ٌم
Kegelapan, maksudnya adalah berada dalam kebodohan dan kesombongan. ِ الظلُ َما
ت ُّ
Al-Quran atau bukti-bukti kebenaran lain. ِبآ َيا ِت َنا
ِين
َ صا ِدق َ قُ ْل َأ َرَأ ْي َت ُك ْم ِإنْ َأ َتا ُك ْم َع َذابُ هَّللا ِ َأ ْو َأ َت ْت ُك ُم السَّا َع ُة َأ َغي َْر هَّللا ِ َت ْدع
َ ُون ِإن ُكن ُت ْم
Malapetaka, kondisi pelik, musibah besar seperti kelaparan, kekeringan, dst. ْال َبْأ َسا ِء
Marabahaya, seperti penyakit, kemelaratan, dll. الضَّرَّ ا ِء
Kami utus para Rasul. َأرْ َس ْل َنا
Supaya mereka tunduk khusyu’ memohon kepada Allah. لَ َعلَّ ُه ْم
ُون
َ ضرَّ ع َ َي َت
Tidak kah seharusnya mereka...? mengapa mereka tidak... ? bisa juga َفلَ ْواَل
menunjukan sebuah pernyataan bahwa mereka “tidak mau tunduk”, bukan
pertanyaan.
Sebab mereka tidak mau tunduk; pertama karena hati mereka keras seperti ت قُلُو ُب ُه ْم ْ َق َس
batu, kedua karena tazyin setan. َ
َو َزي ََّن ل ُه ُم
ُال َّش ْي َطان
َ اب ُك ِّل َشيْ ٍء َح َّت ٰى ِإ َذا َف ِرحُوا ِب َما ُأو ُتوا َأ َخ ْذ َناهُم َب ْغ َت ًة َفِإ َذا هُم ُّم ْبلِس
ُون َ َفلَمَّا َنسُوا َما ُذ ِّكرُوا ِب ِه َف َتحْ َنا َعلَي ِْه ْم َأب َْو
Melupakan disini maksudnya menolak, enggak mengambil pelajaran dan اMMMMMMوا َمMMMMMMَن ُس
memperhatikan peringatan para Rasul, atau juga sengaja ُذ ِّكرُوا ِب ِه
melupakan/mengabaikan.
Istidraj, seperti yang dijelaskan dalam hadits riwayat Imam Ahmad: ا َعلَي ِْه ْمMMMMMَف َتحْ َن
ِّلMMMMاب ُك َ َأب
َ وMMMMْ
َ ِإ َذا َرَأي
ْت هللاَ َت َعالَى يُعْ طِ ي ْال َع ْب َد م َِن ال ُّد ْن َيا َما ُيحِبُّ َوه َُو ُمقِي ٌم َعلَى َم َعاصِ ْي ِه َفِإ َّن َما َذل َِك مِن ُه اسْ ت ِْد َرا ٌج َشيْ ٍء
“Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang
diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka
(ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang
disegerakan) dari Allah.” (HR. Ahmad 4: 145)
Menggunakan bentuk kalimat pasif (diberikan), sebagaimana dalam surat Al- ِب َما ُأو ُتوا
Qasas ayat 78:
Mereka menyangka bahwa kekayaan harta adalah hasil usaha mereka dan
disebabkan karena ilmu mereka semata.
Sedih terbungkam oleh kenyataan, putus asa, tak dapat berbuat apa-apa. َفِإ َذا هُم
َ ُّم ْبلِس
ُون
Dipangkas sampai keakar-akarnya (Dibinasakan sampai ke akar-akar kaum zalim ِ َفقُطِ َع د
َاب ُر
tersebut). Maksudnya dibinasakan sehingga tak tersisa satupun dari mereka َ ْال َق ْو ِم الَّذ
ِين
yang selamat. Hal ini karena kezaliman seperti penyakit yang jika pada َظلَمُوا
seseorang menjadi sebab turunnya azab, apalagi jika sudah menjangkiti satu
bangsa. Maka sebuah keniscayaan, cepat atau lambat, bangsa tersebut akan
ditimpa banyak musibah sebagai azab, bahkan dibinasakan.
Bahan TADABBUR
Ini logika sederhana bahwa jika tubuh kita biarkan hidup sembarangan, makan
sembarangan, pola tidur tidak teratur, hidup tak karuan, sebagai umpan
baliknya, tubuh akan sakit, mulai demam, sampai penyakit akut dan akhirnya
mati. Karena kita sudah zalim terhadap diri sendiri.
ُون
َ الظالِم ُ َقُ ْل َأ َرَأ ْي َت ُك ْم ِإنْ َأ َتا ُك ْم َع َذابُ هَّللا ِ َب ْغ َت ًة َأ ْو َجه َْر ًة َه ْل ُي ْهل
َّ ك ِإاَّل ْال َق ْو ُم
Allah menutup pendengaran, penglihatan dan pintu hati mereka untuk ُ َذ هَّللاMMMMMMMMMMMMَأ َخ
menerima kebenaran. ْم َع ُك ْمMMMMMMMMMMMMَس
ار ُك ْمَ MMMMMMMْص َ َوَأب
َٰو َخ َت َم َعلَى
وب ُكم ِ ُقُل
Mengulang-ulang ayat dengan berbagai redaksi yang berbeda. ُرِّ فMMMMMMMMMMMص َ ُن
ِ اآْل َيا
ت
Ini adalah fenomena mengherankan karena pengulangan ayat (repetisi) dengan فMMMْ َ رْ َكيMMMانظ ُ
redaksi berbeda, normalnya memancing pemahaman, bukan penolakan, tapi ُرِّ فMMMMMMMMMMMص َ ُن
mereka justeru malah menolak dan berpaling ( ون َ ُ) َيصْ ِدف, namun sebenarnya ini ت ث َّم ُه ْم ُ ِ اMMMاآْل َي
efek dari pendengaran, penglihatan dan mata hati yang sudah tertutup. Jadi ونَ َُيصْ ِدف
mereka (orang-orang musyrik, kafir dan yang sebangsanya) abnormal akidahnya.
Tiba-tiba maksudnya malam, atau terang-terangan maksudnya siang. Karena َب ْغ َت ًة َأ ْو َجه َْر ًة
tidak ada azab yang turun dengan peringatan dini.
Kata tanya disini maksudnya adalah penafian, bahwa “tak ada yang dibinasakan ك ِإاَّل ُ ََه ْل ُي ْهل
kecuali kaum yang zalim” ْال َق ْو ُم
ُون
َ الظالِم َّ
َ ين ۖ َف َمنْ آ َم َن َوَأصْ لَ َح َفاَل َخ ْوفٌ َعلَي ِْه ْم َواَل ُه ْم َيحْ َز ُن
ون َ َو َما ُنرْ سِ ُل ْالمُرْ َسل
َ ِين ِإاَّل ُم َب ِّش ِر
َ ين َومُنذ ِِر
َ ُِين َك َّذبُوا ِبآ َيا ِت َنا َي َم ُّس ُه ُم ْال َع َذابُ ِب َما َكا ُنوا َي ْف ُسق
ون َ َوالَّذ
Inilah tugas rasul yang sebenarnya, yaitu memberi kabar gembira bagi yang mau ُلMMMMا ُنرْ ِسMMMMَو َم
َ لMMMْالمُرْ َس
menurut dan peringatan bagi yang ingkar. Jadi memperlihatkan mukzizat, atau ِين ِإاَّل
keajaiban bukanlah tugas rasul sebenarnya, dan tak ada kewajiban bagi para ين َ ِرMMMMMMMMMMُم َب ِّش
rasul untuk memperlihatkan mukzizat. Lagi pula, mukzizat terjadi dengan izin ين
َ َومُنذ ِِر
Allah. Ini masih terkait dengan ayat 37, ketika orang-orang musyrik meminta
tanda (mukzizat).
Arti sebenarnya, Azab menyentuhnya. Seolah-olah azab berbuat dengan َُي َم ُّس ُه ُم ْال َع َذاب
kehendak sendiri terhadap orang-orang kafir tersebut.
“Berangkas milik Allah” yang dengannya bisa menentukan rezeki seseorang, ِ َخ َزاِئنُ هَّللا
meluaskan atau mempersempitnya, menentukan takdir dan seterusnya. Rasul
tidak memiliki hal-hal semacam ini. Rasul hanya manusia biasa yang diperintah
untuk menyampaikan wahyu.
Boleh jadi Rasul pernah ditantang kaumnya untuk menerawang masa depan, َواَل َأعْ لَ ُم
juga untuk melakukan hal-hal yang bisa dilakukan malaikat. ْب َواَل َ ْال َغي
و ُل لك ْم ِإنيMMMَُأق
ِّ ُ َ
ٌ ََمل
ك
Maksudnya orang yang sesat dan dapat petunjuk. Percuma saja kalau pun اَأْلعْ َم ٰى
didatangkan banyak mukzizat pada orang yang buta (sesat), mereka pasti tak َو ْالبَصِ ي ُر
akan beriman. Mukzizat bagi orang kafir hanya akan menambah kekafiran, alih-
alih percaya malah menuduhnya sebagai sihir. Mukzizat hanya akan bermanfaat
bagi orang beriman. Karena memang mukzizat dan sihir secara sekilas tak dapat
dibedakan satu sama lain.
Dakwah secara umum, menyeru semuanya (orang berpotensi baik dan nyaris ِهMMMMMذِرْ ِبMMMMMَوَأن
tak berpotensi), dakwah khsusus yaitu prioritas terhadap orang-orang yang ون َ الَّذ
َ ِين َي َخا ُف
punya rasa takut atau punya potensi untuk beriman atau menjadi orang soleh.
Beri peringatan orang-orang ini dengan Al-Quran.
Pelindung dan pemberi syafaat (pertolongan). Pada hari kiamat hanya ada kita َولِيٌّ َواَل َشفِي ٌع
sendiri dan amal-amal. Hanya Allah yang yang menentukan kita selamat atau
celaka pada saat itu.
يْ ٍءMك َعلَي ِْهم مِّن َش َ ُون َر َّبهُم ِب ْال َغدَا ِة َو ْال َعشِ يِّ ي ُِري ُد
َ ون َوجْ َه ُه ۖ َما َعلَ ْي
َ ِابMا مِنْ ح َِسMMيْ ٍء َو َمM ِاب ِهم مِّن َشMك مِنْ ح َِس َ َواَل َت ْط ُر ِد الَّذ
َ ِين َي ْدع
ِين َّ
َ ون م َِن الظالِم َ َف َت ْطرُدَ ُه ْم َف َت ُك
Sebagai taliful qulub, Rasul mengkhususkan waktu untuk duduk bersama orang ُر ِدMMMMMMMMَواَل َت ْط
musyrik/kafir untuk mendakwahi mereka. Namun di ayat diungkapkan dengan ُون ْ ِين َي
َ دعMMM َ الَّذ
“mengusir” maksudnya adalah Allah ingin menunjukan bahwa orang mukminin َر َّبهُم
jauh lebih mulia dari orang kafir/musyrik sehingga mengkhususkan waktu untuk
mereka diungkap dengan “mengusir”. Rasul tidak pernah mengusir mereka.
َ MMْا َعلَيMMَم
“Tak sedikitpun perhitungan amal mereka kelak jadi tanggung jawabmu, dan tak ْك مِن
sedikitpun peritungan amalmu kelak jadi tanggung jawab mereka”, kalau pun ِاب ِهم مِّنMMMMMح َِس
mereka bersih keras dalam kesyirikan, tak akan jadi tanggung jawabmu. Pun ْا مِنMMَشيْ ٍء َو َم
kalau mereka beralasan, “kami tidak mengikuti muhammad gara-gara ك َعلَي ِْهم َ ِابM ح َِس
muhammad tidak mengusir orang rendahan di sekitarnya”, tidak akan diterima ء
ٍ ْمِّن َشي
Allah sebagai argumen yang kuat.
Mukmin lemah dan dhuafa serta fuqara adalah ujian bagi orang-orang kafir yang ٰ َذل َِك َف َت َّناMMMMMMَو َك
berjaya, kaya raya dan sejahtera. Jika mereka melihat lemahnya, mereka هُمMMMMMMMMMMMض َ َْبع
terpedaya, jika mereka melihat imannya dan ikut beriman, mereka selamat. ض ٍ ِْب َبع
Orang kafir merasa unggul karena kekayaan mereka, jabatan atau yang ْس هَّللا ُ ِبَأعْ لَ َم َ َألَي
sebangsanya, namun keunggulan sebenarnya adalah berbanding lurus dengan َ ِبال َّشاك ِِر
ين
rasa syukur kepada-Nya. Apakah orang kafir yang menyembah tuhan selain
Allah berarti bersyukur kepada-Nya? Apakah ibu yang melahirkan kita layak
disayangi atau pacar yang dianggap muda-mudi perhatian? Ibu yang melahirkan,
ibu yang bayarin uang kost, tapi masih bilang butuh pacar, supaya ada yang
perhatian. Dianggap apa selama ini perhatian ibu? Seperti itu pula orang kafir
dan rasa syukur mereka yang tidak diperuntukan untuk Allah, padahal Allah
yang menciptakan mereka.
َ ٍة ُث َّم َتMَوءًا ِب َج َهالM َل مِن ُك ْم ُسM َة ۖ َأ َّن ُه َمنْ َع ِمM ِه الرَّ حْ َمMب َر ُّب ُك ْم َعلَ ٰى َن ْف ِس
اب مِنM َ اَل ٌم َعلَ ْي ُك ْم ۖ َك َتMون ِبآ َيا ِت َنا َفقُ ْل َس َ ك الَّذ
َ ِين يُْؤ ِم ُن َ َوِإ َذا َجا َء
َبعْ ِد ِه َوَأصْ ل َح ف ن ُه غفور رَّ حِي ٌم
ٌ ُ َ َّ َأ َ َ
Allah memberi harapan kepada orang beriman agar mereka tidak putus asa dari ب َر ُّب ُك ْم َ َك َت
rahmat Allah. ه
ِ MMMMMMMس ِ ْ
ف َ
ن ى ٰ ََعل
َالرَّ حْ َمة
Allah jelaskan ayat-ayat Al-Quran supaya jelas mana jalan orang yang soleh dan ت ِ ص ُل اآْل َيا ِّ ُن َف
mana jalan orang berdosa.
َ ُقُ ْل ِإ ِّني َعلَ ٰى َب ِّي َن ٍة مِّن رَّ بِّي َو َك َّذ ْب ُتم ِب ِه ۚ َما عِ ندِي َما َتسْ َتعْ ِجل
َ ون ِب ِه ۚ ِإ ِن ْال ُح ْك ُم ِإاَّل هَّلِل ِ ۖ َيقُصُّ ْال َح َّق ۖ َوه َُو َخ ْي ُر ْال َفاصِ ل
ِين
Yang kalian sembah selainnya. Memakai alladzina yang seharusnya ini ُون
َ دعMMM َ الَّذ
ْ ِين َت
digunakan untuk makhluk berakal, karena orang-orang musyrik memperlakukan ِ مِن ُد
ون
berhala-berhala mereka seperti makhluk yang berakal.
Menyembah selain Allah sama tidak memiliki dasar yang kuat selain mengikuti ُعMMMMل اَّل َأ َّت ِبMMMMُق
nafsu, bukan atas dasar akal sehat. Orang yang mengikuti nafsu adalah orang دMM ْ َوا َء ُك ْم ۙ َقMMَْأه
yang sesat. Orang yang mendapat hidayah tidak mengikuti nafsu. Akal mereka ت ُ ضلَ ْل َ
sehat dan selamat.
Diungkapkan dengan “Termasuk orang-orang yang diberi hidayah”, bukan “aku َ م َِن ْال ُم ْه َتد
ِين
orang yang diberi hidayah”. Seperti pernyataan “Termasuk ulama”, bukan “saya
ulama”. Lebih dalam yang pertama.
Keyakinan atau Al-Quran ِإ ِّني َعلَ ٰى َب ِّي َن ٍة
Mendustakan Allah atau Al-Quran َو َك َّذ ْب ُتم ِب ِه
Memiliki hak menurunkan azab. اMMدِي َمM ا عِ نMMَم
ون ِب ِه َ َُتسْ َتعْ ِجل
Hukum atau keputusan menurunkan azab adalah hak Allah semata. ِإ ِن ْال ُح ْك ُم ِإاَّل
ِ هَّلِل
Mengikuti hikmah, memutuskan berdasarkan hikmah-Nya (kebijaksanaan-Nya) َيقُصُّ ْال َح َّق
untuk tidak langsung mengazab mereka.
Pemberi putusan perkara terbaik hanya Allah. Kenapa? Karena putusannya tidak ُرMMMMْو َخيMMMMُ َ َوه
dipengaruhi apapun, tak ada anak, tak ada isteri, tak ada yang mengancam, tak ِينَ ل ِْال َفاص
ada sogokan, tak ada desakan, tak ada yang bisa mewajibak dan seterusnya. Jika
Allah hendak menangguhkan azab mereka, itu semata-mata karena hikmah-Nya,
kalaupun hendak menyegerakan azab-Nya, siapa yang bisa melarang???
“Kalau keputusan menurunkan azab ada ditanganku (ditangan Nabi), tentu jika ُرM َي اَأْل ْمM ض ِ ُلَق
Allah murka, aku ikut murka, maka selesailah perkara antara kalian dan aku”. ُ َ
َب ْينِي َو َب ْينك ْم
Allah lebih tahu kenapa azab untuk orang-orang zalim ditangguhkan. َأعْ ل ُم
َ ُ َوهَّللا
ِينَ الظالِم َّ ِب
ِ ْت اَأْلر
ض َواَل ُ ط مِن َو َر َق ٍة ِإاَّل َيعْ لَ ُم َها َواَل َح َّب ٍة فِي
ِ اMMظلُ َم ُ ُب اَل َيعْ لَ ُم َها ِإاَّل ه َُو ۚ َو َيعْ لَ ُم َما فِي ْال َبرِّ َو ْال َبحْ ر ۚ َو َما َتسْ ق
ِ ِ َوعِ ندَ هُ َم َفا ِت ُح ْال َغ ْي
ين ٍ س ِإاَّل فِي ِك َتا
ٍ ب م ُِّب ٍ ب َواَل َي ِاب ٍ َر ْط
َ ُ ِب َما ُكن ُت ْم َتعْ َملMض ٰى َأ َج ٌل ُّم َس ًّمى ۖ ُث َّم ِإلَ ْي ِه َمرْ ِج ُع ُك ْم ُث َّم ُي َن ِّبُئ ُكم
ون َ ار ُث َّم َيب َْع ُث ُك ْم فِي ِه لِ ُي ْق
ِ َوه َُو الَّذِي َي َت َو َّفا ُكم ِباللَّي ِْل َو َيعْ لَ ُم َما َج َرحْ ُتم ِبال َّن َه
Allah pemilik kunci hal-hal gaib, maksudnya hanya Allah yang tahu tentang ا ِت ُحMMدَ هُ َم َفMMَوعِ ن
perkara ghaib. ِ ْال َغ ْي
ب
Di Lauhul mahfuz semuanya sudah tercatat, karena ilmu Allah meliputi masa ب ٍ اMMMMِإاَّل فِي ِك َت
kini, masa lalu dan masa depan sampai ke detail-detailnya. ين
ٍ م ُِّب
Menidurkan kalian wahai manusia pada malam hari. Tidur diserupakan dengan َي َت َو َّفا ُكم ِباللَّي ِْل
wafat dari segi istirahatnya. Orang yang wafat, Nampak seperti sudah
beristirahat dengan “tenang”.
Apa yang manusia lakukan pada siang hari. َرحْ ُتمMMMMا َجMMMMَم
ارِ ِبال َّن َه
Kemudian dibangunkan pada siang hari. (dibangunkan lagi setelah tidur) ُث َّم َيب َْعثك ْم فِي ِه
ُ ُ
Untuk menggenapkan umur kehidupan sampai datang ajal. ٌلMM ٰى َأ َجMMض
َ لِ ُي ْق
م َُّس ًّمى
ون
َ ط ُ َوه َُو ْال َقا ِه ُر َف ْو َق عِ َبا ِد ِه ۖ َويُرْ سِ ُل َعلَ ْي ُك ْم َح َف َظ ًة َح َّت ٰى ِإ َذا َجا َء َأ َح َد ُك ُم ْال َم ْو
ُ ِّت َت َو َّف ْت ُه ُر ُسلُ َنا َو ُه ْم اَل ُي َفر
َ ُث َّم ُردُّوا ِإلَى هَّللا ِ َم ْواَل ُه ُم ْال َح ِّق ۚ َأاَل َل ُه ْال ُح ْك ُم َوه َُو َأسْ َر ُع ْال َحاسِ ِب
ين
Mengutus malaikat penjaga yang datang pada shubuh dan ashar untuk ُل َع َل ْي ُك ْمMَويُرْ ِس
mengangkut amal manusia. (bukan malaikat pencatat) َح َف َظ ًة
Utusan Allah (Malaikat mauf) mewafatkan manusia. َت َو َّف ْت ُه ُرسُلُ َنا
Mereka tidak lalai dengan tugasnya. َو ُه ْم اَل
ون
َ ط ُ ُِّي َفر
Mereka dikembalikan kepada Allah ِ ُردُّوا ِإلَى هَّللا
Penguasa yang sebenarnya. َم ْواَل ُه ُم ْال َح ِّق
Dikhususkan penyebutkan hukum padahal semua milik-Nya, karena ini yang َأاَل لَ ُه ْال ُح ْك ُم
paling relevan disebutkan dalam konteks pembicaraan tentang akherat. Bahwa
di akherat nanti semua keputusan ada ditangan-Nya.
Petaka atau musibah yang terjadi di darat dan di laut.77 ِّرMMMت ْال َب ِ اMMMظلُ َم ُ
ْ
َوال َبحْ ِر
Utusan Allah (Malaikat mauf) mewafatkan manusia. ََت َو َّف ْت ُه ُر ُسلُنا
Mereka tidak lalai dengan tugasnya. َو ُه ْم اَل
ون
َ ط ُ ُِّي َفر
Mereka dikembalikan kepada Allah ِ ُردُّوا ِإلَى هَّللا
Penguasa yang sebenarnya. َم ْواَل ُه ُم ْال َح ِّق
Dikhususkan penyebutkan hukum padahal semua milik-Nya, karena ini yang َأاَل لَ ُه ْال ُح ْك ُم
paling relevan disebutkan dalam konteks pembicaraan tentang akherat. Bahwa
di akherat nanti semua keputusan ada ditangan-Nya.