Navigasi (darat) adalah bagian dari ilmu untuk menentukan posisi suatu objek dan
arah perjalanan baik pada medan sebenarnya maupun pada peta. Kemampuan
membaca dan memahami peta, menggunakan alat navigasi untuk menentukan posisi
serta menganalisa dan memberikan asumsi awal terhadap medan yang dilalui
merupakan salah satu dari keahlian dasar yang perlu dimiliki oleh setiap penggiat
alambebas.
Hal tersebut merupakan bekal awal dalam merencanakan dan melakukan kegiatan di
alam terbuka maupun dalam usaha pencarian atau penyelamatan korban kecelakaan
/ tersesat. Berikut beberapa pemahaman dasar yang dapat digunakan untuk
mempelajari dan berlatih lebih lanjut mengenai ilmu medan, peta dan kompas
(IMPK) :
1. PETA
Adalah gambaran unsur – unsur alam dan atau buatan manusia, yang berada di atas
atau bawah permukaan bumi dan digambarkan pada bidang datar dengan proyeksi
tertentu dalam ukuran yang diperkecil yang kebenarannya dapat
dipertanggungjawabkan secara visual maupun matematis.
* Jenis Peta berdasarkan penggunaan
1) Peta Dasar : Dibuat untuk membuat peta turunan, perencanaan maupun
pengembangan wilayah. Umumnya menggunakan peta topografi
2) Peta Tematik : Menyajikan isi dan untuk kepentingan tertentu dengan
menggunakan peta dasar untuk meletakan info tematiknya
2. KOMPAS
Adalah alat penunjuk arah, yaitu arah utara magnetis bumi yang disebabkan oleh
sifat kemagnetisannya. Karena sifatini, maka dalam penggunaannya jauhkan kompas
dari pengaruh benda-benda yang terbuat dari baja atau besi, karena akan
menyebabkan penunjukkan yang salah pada jarumnya.
* Kompas Orienteering
2) Kompas Ibujari. Organisasi orienteering top dari Swedia membuat kompas baru
dengan mempertajam baseplate dan membuat lubang untuk memasang kompas tsb
di jempol. Kompas ini lalu dipasang di jempol tangan kiri, diletakkan di atas kompas
yang juga dipegang dengang tangan kiri pula. Keuntungan dari model ini adalah peta
dan kompas selalu di baca dalam satu unit, peta menjadi lebih mudah di baca dan
cepat, ditambah satu tangan bebas bergerak. Kekurangan nya adalah sudut yang
sangat akurat sesuai dengan sudut kompas sangat sulit diambil.
4. GPS RECIEVER
Adalah bagian dari sistem radio navigasi berbasis satelit yang
secara terus-menerus mentransmisikan informasi dalam bentuk
kode, sehingga memungkinkan kita untuk mengidentifikasikan
lokasi / posisi, ketinggian, kecepatan dan waktu dengan
mengukur jarak kita dengan satelit.
Lebih dalam mengenai topik ini dapat dilihat pada tulisan
Global Positioning System.
Proyeksi dapat dianalogikan dengan terminasi berikut : jika 3 orang yang belum
pernah melihat gajah diminta untuk menggambar seekor gajah dari sudut yang
berbeda pada selembar kertas (depan, belakang, samping) tentu akan menghasilkan
gambar yang berbeda - beda.
Demikian juga dengan peta dan bumi. Interpretasi permukaan bumi yang
merupakan objek berbentuk elipsoid (3 dimensi) kedalam peta (2 dimensi) perlu
menggunakan teknik tertentu agar gambar yang dihasilkan memiliki distorsi
minimum dan mampu memberikan informasi mengenai gambaran kondisi
sebenarnya (berdasarkan skala dan perspektif tertentu). Beberapa paparan dasar
mengenai sistem proyeksi peta yang umum digunakan :
* Cilindrical Projection
* Geographical Projection
* Azimuthal Projection
Lebar setiap Zona 6° dihitung dari 1800 BB / logitude -180° dengan nomor zona 1
hingga 1800 BT dengan nomor zona 60. Masing – masingnya memiliki garis bujur
tengah / zone central longitude (ZCL). Jadi setiap zona memiliki Start longitude / SL
dan End Longitude (EL) + 60.
Lebar satu zone adalah 8° dengan batas parallel atas 84°U dan batas parallel bawah
80°S. Pusat koordinat terletak pada perpotongan garis lintang dan bujur tengah
yang disebut paralel tengah. Batas zone berikutnya dihitung dengan cara :
SL zone [X+1] = SL zone [X] + 6°
EL zone [X] = SL zone [X] + 6°
ZCL zone [X+1] = ZCL zone [X] + 6°
Indonesia terbagi dalam 9 zone, dengan panjang tiap zone 6°, terletak pada
meridian 90°BT – 144°BT. Batas garis parallel 10°LU - 15°LS dengan 4 satuan
daerah L, M, N, dan P. Bidang referensi digunakan spheroid GRS 1967 (Geodetic
Reference System)
Lebih dalam mengenai topik ini dapat dilihat pada tulisan Sistem Proyeksi Peta.
6. Istilah Dasar
6.1. Sudut
Adalah besaran selisih derajat yang dibentuk oleh 2 buah garis, dimana yung satu
menuju ke utara magnetis dan yang lain menuju ke sasaran.
1) Sudut Azimuth
Sudut mendatar yang besarnya dihitung sesuai dengan arah jarum jam dari arah
utara. Azimuth ditujukkan untuk menentukan arah di medan atau di peta,
melakukan pengecekkan arah perjalanan, karena garis yang membentuk sudut
kompas tsb adalah arah lintasan yang menghubungkan titik awal dan akhir
perjalanan kita.
6.2. Skala Peta, jarak antara titik di peta dengan jarak mendatar pada medan
sebenarnya.
1) Skala Numerik, dinyatakan dengan angka
Contoh :
1:50.000 berarti 1 cm = 50.000 cm atau 1 cm = 500 m atau 2 cm = 1 km
2) Skala Grafis, dinyatakan dengan unit batang disertai nilai, berguna ketika terjadi
perubahan ukuran peta pada saat penggandaan /info skala numerik tidak tercantum
* Utara peta / Utara Grid (Grid North, UP / GN) diberi simbol GN, arah utara yang
ditunjukan garis koordinat tegak peta ke arah atas
* Utara magnetik (Magnetic North, UM) diberi simbol T (anak panah separuh) , arah
utara yang ditunjukan jarum kompas menuju kutub utara magnetik bumi
6.5. Ikhtilaf
* Ikhtilaf Peta / Konvergensi Meredian, merupakan sudut yang dibentuk utara
sebenarnya dengan utara peta
* Iktilaf Magnetik / Deklinasi, merupakan sudut yang dibentuk utara sebenarnya
dengan utara magnetik
* Iktilaf Utra Peta – Utara Magnetik / Deviasi, merupakan sudut yang dibentuk utara
peta dengan utara magnetis
6.7. Kontur,
garis khayal diatas permukaan bumi yang menghubungkan titik- titik yang tingginya
sama sehingga dapat mengetahui bentuk medan yang sebenarnya (menunjukan
ketinggian, perbedaan ketinggian, kemiringan, proyeksi 3D). Terdapat istilah penting
:
* Interval Kontur, jarak tegak 2 garis kontur yang berdekatan / jaran bidang datar
yang berdekatan.
Rumus : Interval kontur atau Ci = 1/2000 x skala peta
Namun rumus ini tidak selamanya dapat digunakan karena garis kontur pada daerah
terjal berbeda dengan daerah landai
7. Pengetahuan Peta
Contoh penomoran : 58/XLII berarti lembar ke 58 mendatar dari kiri, lembar ke XLII
vertikal dari atas.
Contoh penomoran : 58/ XLIi f berarti lembar ke 58 mendatar dari kiri, lembar ke
XLIi ver tikal dari atas peta 1 : 100.000, lembar ke 6 dari pojok kanan atas searah
jarum jam.
Contoh penomoran : 2145-iv berarti lembar 2145, urutan ke 4 dari pojok kanan atas
searah jarum jam.
Contoh penomoran : 2145-iVa berarti lembar 2145, urutan ke 4 dari pojok kanan
atas searah jarum jam dan pertama dari pojok kanan atas searah jarum jam.
jarum jam
8. Orientasi Peta
Adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya atau menyamakan
utara peta dengan utara sebenarnya. Sebelum Memulai orientasi peta, usahakan
untuk mengenal dulu tanda- tanda medan sekitar yang menyolok dan posisinya di
peta dengan pencocokan bentuk puncakan, sungai, desa dll. Jadi minimal diketahui
secara kasar posisi. Orientasi peta ini berfungsi untuk meyakinkan perkiraan posisi
anda adalah benar.
a. Resection
Yaitu menentukan posisi dipeta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan
yang dikenali. Langkah-langkah melakukan resection:
1) Lakukan orientasi medan
2) Cari objek / titik yang mudah dikenali pada medan sebenarnya dan pada peta,
minimal 2 buah
3) Bidik tanda- tanda medan tersebut dari posisi saat ini (azimuth)
4) Hitung hasil backazimuth, tarik garis lurus dari titik acuan tersebut
b. Intersection
Yaitu menentukan posisi suatu titik (benda) pada peta dengan menggunakan 2 atau
lebih tanda medan yang dikenali dilapangan dan dipeta. Langkah- langkah
melakukan intersection adalah:
1) Lakukan orientasi medan dan resection untuk memastikan posisi kita di peta.
2) Bidik obyek yang kita amati
3) Pindahkan sudut yang didapat ke dalam peta
4) Bergerak ke posisi lain dan lakukan langkah 1-3
5) Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek
yang dimaksud. Semakin banyak titik bidik untuk menarik garis perpotongan,
semakin akurat hasil yang didapatkan. Sudut terbaik antara titik bidik untuk
melakukan intersection adalah 900
b. Tanda Medan
Melakukan analisa bentuk kontur yang tergambar pada peta untuk mendapatkan
gambaran medan sebenarnya. Mengenali tanda medan ini dapat dilakukan
berdasarkan sifat garis kontur yaitu :
1) Perbedaan tinggi antara 2 kontur adalah setengah dari angka ribuan pada skala
yang dinyatakan dalam satuan meter (biasanya tertera pada setiap peta topografi)
2) kontur yang rendah selalu mengelilingi kontur yang lebih tinggi, kecuali untuk
kawah
3) antar kontur tidak akan saling berpotongan, kecuali berhimpit pada lembah yang
sangat curam dimana terdapat air terjun
4) kontur yang bebentuk seperti huruf V dari pusat kontur merupakan punggungan
dan yang berbentuk seperti huruf V terbalik dari pusat kontur adalah lembahan.
5) Kontur terputus-putus menyatakan ketinggian setengah atau lebih dari perbedaan
tinggi antara 2 buah kontur berurut.
6) Makin rapat kontur, menunjukkan daerah yang makin terjal/curam.
7) Saddle adalah daerah rendah dan sempit diantara dua ketinggian
8) Pass adalah celah memanjang yang membelah suatu ketinggian
9) Bentukan sungai dapat terlihat dipeta sebagai garis yang memotong rangkaian
tingkat kontur, biasanya terdapat pada lembahan dan namanya tertera mengikuti
alur sungai.
Dalam kondisi sebenarnya, sering kali teknik cross bearing tidak selalu dapat
dilakukan seperti karena faktor cuaca atau tidak terlihatnya titik ekstrim yang dapat
dijadikan acuan. Salah satu hal yang dapat dilakukan dalam kondisi seperti ini
adalah dengan melakukan analisa dan interpretasi peta untuk kemudian dapat
dibandingkan hasilnya dengan medan sekitar, serta merunutnya dari titik awal
perjalanan.
Oleh karena itu, biasakan untuk mempelajari, menandai dan melakukan sebanyak
mungkin analisa medan selama perjalanan serta melakukan cross check perkiraan
awal tadi dengan fakta yang didapatkan dilapangan. Semakin banyak kita
mengetahui tanda – tanda medan yang dilalui, semakin memahami pula kita tentang
sifat dan tingkat kesulitan medan tersebut yang akan sangat berguna selama
melakukan perjalanan dan dalam situasi darurat.
Namun, Navigasi darat merupakan ilmu praktis, yang hanya dapat terasah
jika dipraktekkan langsung pada kondisi sebenarnya. Pemahaman mengenai
teori dan konsep hanyalah membantu untuk memahami ilmu navigasi, bukan
menjamin kemampuan navigasi darat seseorang.
References
Amri, Yul Ir. 1997. Diktat Pendidikan Gunung Hutan Mahasiswa Se-Indonesia 1997,
Sistem Penetuan Posisi Global. Padang : MAPALA UNAND (Tidak Diterbitkan).
ASTACALA. 2002. Diktat Pendidikan Dasar Astacala. Bandung : Badan Pendidikan dan
Latihan ASTACALA (Tidak Diterbitkan) .
WANADRI . 1996. Diktat Pendidikan Dasar Wanadri. Bandung: Badan Pendidikan dan
Latihan Wanadri (Tidak Diterbitkan).