Anda di halaman 1dari 20

PENELITIAN PROPELAN JENIS SINGLE BASE

Silvana Veronica
Staff RnD (Research and Development) PT. Bara Perkasa Investama.

ABSTRAK
Propelan yang telah digunakan pada munisi dalam negeri berasal dari banyak produsen dan masing-
masing memiliki karakteristik yang berbeda. Karakteristik propelan yang diamati pada penelitian ini
mengenai Munisi Kaliber Kecil (MKK). Dalam pembangunan industri propelan di dalam negeri,
diperlukan penjelasan ilmiah mengenai pengaruh karakteristik propelan terhadap balistik interior agar
penelitian dan pengembangan propelan di dalam negeri dapat sesuai dengan kualitas yang diharapkan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Single Base dan dilanjutkan dengan
perhitungan menggunakan metode Heydenreich. Komposisi bahan dasar tunggal telah dikembangkan
melalui proses pelarut untuk berbagai aplikasi dalam amunisi senjata ringan dan senjata api. Ini terdiri
dari nitroselulosa dengan bahan lain seperti pengubah dan penstabil untuk mengontrol laju pembakaran
dan sifat lainnya.

Kata kunci : Propelan, Karakteristik Propelan

1. PENDAHULUAN
Salah satu prioritas utama kemandirian industry pertahanan Indonersia adalah
pengembangan industry propelan. Propelan merupakan bahan bakar suatu senjata
konvensional yang mampu mengubah energi yang dimilikinya menjadi energi kinetik saat
terjadi pembakaran ketika munisi telah diketuk pada primernya. Salah satu parameter penting
yang mempengaruhi kinerja munisi adalah tingkat pembakaran propelannya. Pembakaran ini
menghasilkan tekanan gas dan mampu memberikan gaya dorong yang mampu menggerakkan
dan mempercepat laju proyektil ke depan dan keluar dari laras senjata. Nilai pembakaran
tergantung pada banyak faktor seperti tekanan ruang bakar, geometri propelan, suhu
pembakaran, komposisi propelan, oksidator dan lainnya.
Dalam memproduksi munisi diperlukan propelan sebagai zat esensial, namun propelan
yang digunakan dalam negeri hingga saat ini masih impor dari luar negeri. Ada beberapa
negara yang menjadi produsen propelan untuk Indonesia yaitu Belgia, Perancis, Swiss,
Finlandia, China, Korea, Taiwan, dan Yugoslavia.
Propelan merupakan bahan energetic yang digunakan sebagai bahan pendorong roket atau
rudal dan munisi, baik Munisi Kaliber Besar (MKB) maupun Munisi Kaliber Kecil (MKK)
yang digunakan TNI dan Polri. Rata-rata kebutuhan propelan untuk Alutsista yang kita miliki
diantaranya untuk Spherical Powder dan Wet Paste, Single/Double Base Munisi Kaliber
Besar; Double Base roket dan untuk Composite sebesar 200 ton/tahun.

P a g e 1 | 20
Kebutuhan propelan di Indonesia dari tahun 2002 hingga 2014 adalah sebanyak 1,007,394
kg dan kebutuhan propelan di Indonesia pertahunnya dapat dilihat pada Gambar 1. Industri
propelan.

KEBUTUHAN PROPELAN DI DINDONESIA


400
320
300

13
100 5
10
0 6.54 1
0 8
JENIS PROPELAN

Single Base MKB Double Base MKK Double Base


Double base Rocket MKB
Composit rocket

Gambar 1. Kebutuhan Propelan di Indonesia


Sumber: Laporan Dirjen Pothan Kemhan, 2018 (diolah oleh peneliti)

Sehingga
kebutuhan
2015-2019 2020-2024 pembangunan
994 ton (senilai USD 7.220 ton (senilai USD pabrik propelan
23.856/ Rp 345 M) minimal dengan
173.280/ Rp 2,51 T)
kapasitas 900
MTPY
Gamrbar 2. Kebutuhan Impor Propelan
Sumber: Propelan Kemenko Marves 111020-19.05

P a g e 2 | 20
Gambar 3. Data Grafik Pemasok Kebutuhan Propelan Dalam Mega Project MKK
1Miliyar/tahun

Sumber: Berdasarkan data tahun 2019 menurut volume. UN Comtrade & statistik ITC (HS Code
3601), Situs perusahaan

Kemandirian industri hulu pertahanan nasional, impor propelan sebagai material utama
munisi sangat bergantung dengan kebijakan negara pengekspor (isu embargo) dapat dilihat
pada gambar 2 tentang kebutuhan impor propelan, Propelan yang merupakan bahan strategis
(dangerous goods) memerlukan izin khusus dengan peningkatan kebutuhan supply munisi
Kebutuhan munisi dari tahun 2020 s.d 2024 mencapai 4 Milyar Butir sehingga kebutuhan
propelan meningkat tajam Jika belum ada industri propelan dalam negeri, maka BPI akan
termasuk salah satu importir propelan terbesar, belum ada jaminan ketersediaan propelan
dalam jumlah besar dari pabrikan propelan luar negeri. Substitusi bahan impor dalam
penghematan devisa Negara melalui pengurangan impor propelan akan menghemat devisa
negara serta membentuk industri dan ekosistem baru dan akan meningkatkan penyerapan
tenaga kerja. Deterrent effect multiplier effect mengenai keberadaan industri propelan di
Indonesia, dapat memberikan efek gentar yang sangat tinggi sehingga membuat Indonesia
lebih disegani yang dapat memicu pertumbuhan untuk pertumbuhan industri nasional lainya
(baik BUMN maupun BUMS). Penyediaan bahan baku menggunakan sumber dari lokal
seperti gliserin, weak nitric acid dan oleum. Dari gambar 3 dapat dilihat, bahwa dengan
permintaan MKK, Indonesia akan menjadi 5 besar importer terbesar.

Pada munisi kaliber kecil merupakan industri stategis, hal ini sesuai dengan data dari
Dirjen Pothan pada Gambar 1 dimana kebutuhan propelan pertahun pada munisi kaliber kecil
merupakan paling banyak dibutuhkan di Indonesia dibandingkan dengan propelan munisi
kaliber besar dan propelan roket. Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa kebutuhan akan
munisi kaliber kecil pada TNI AD adalah sebanyak 1,257,275,857 butir untuk rencana
strategis tahun 2020-20248. Munisi kaliber kecil (MKK) meliputi munisi ringan kaliber
P a g e 3 | 20
5.56 hingga 12.7mm, munisi kaliber besar (MKB) meliputi munisi berat kaliber 40 hingga
155mm dan munisi khusus (Musus) seperti granat sedangkan musabang adalah munisi kaliber
23 dan 30mm serta roket yang ditembakkan dari udara seperti dari heli serang.10 Hal
ini menunjukkan bahwa untuk menyediakan kebutuhan munisi tersebut diperlukan
penyediaan propelan dengan jumlah yang mencukupi. Alangkah baiknya jika untuk dalam
pemenuhan propelan tersebut tidak lagi bergantung kepada negara lain.
Tabel 1. Kebutuhan Munisi TNI AD Pada Renstra 2020-2024
Jenis Munisi Jumlah (butir)
MKK 1,257,275,857
MKB 2,406,793
Musus 1,498,006
Musabang 215,359
Total 1,261,396,015
Sumber: Asrena Kasad, 2018

Propelan yang digunakan pada munisi diproduksi oleh banyak produsen dan masing-
masing mempunyai karakteristik berbeda, hal ini akan menyebabkan hasil pembakaran yang
dihasilkan juga berbeda yang nantinya akan mempengaruhi kinerja munisi yang diproduksi
dalam negeri. Dalam mendukung pertahanan negara, industri pertahanan Indonesia
diharapkan mampu mempertahankan kualitas kinerja dihasilkan dengan bentuk propelan yang
stabil. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah memiliki kemandirian dibidang propelan,
baik mandiri dalam hal produksi maupun pengembangan selanjutnya.
Propelan yang digunakan pada munisi kaliber kecil dalam negeri merupakan propelan
single base dan double base. Kedua propelan ini biasa disebut sebagai smokeless powder.
Perbedaan dari kedua jenis propelan ini adalah adanya tambahan nitrogliserin pada propelan
double base, sedangkan pada propelan single base zat utamanya nitroselulosa beserta bahan
lainnya.
Dalam pengembangan industri propelan dalam negeri, kita harus mengetahui terlebih
dahulu karakteristik propelan yang digunakan industri dalam negeri dalam mengisi munisi
kaliber kecil. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap kinerja balistik yang dihasilkan oleh
munisi. Diketahui bahwa propelan yang digunakan oleh industri dalam negeri berasal dari
produsen yang berbeda, dimana setiap produsen menghasilkan bentuk partikel propelan yang
berbeda seperti ball, flattered ball, dan extruded with single perforated. Propelan dalam
berbagai bentuk dan sifat fisik dapat memiliki sifat yang berbeda sesuai dengan penggunaan
masing- masing propelan. Tingkat pembakaran propelan meningkat dengan penurunan ukuran
partikelnya.
Analisis balistik interior sangat penting untuk pengembangan sistem senjata dan erat
kaitannya dengan munisi yang digunakan. Balistik interior merupakan salah satu dari
fenomena penembakan senjata yang selesai dalam hitungan detik. Energi yang dihasilkan
pada balistik interior berasal dari pembakaran propelan, sehingga karakteristik yang dimiliki
propelan mempengaruhi tekanan dan kecepatan yang dihasilkan. Karakteristik dari propelan
P a g e 4 | 20
yang akan mempengaruhi balistik interior diantaranya adalah massa propelan, diameter
partikel, density, panas pembakaran, spesifik panas propelan, daya konduksi panas
propelan13.
Analisis balistik interior digunakan untuk memprediksi kecepatan dan tekanan puncak
proyektil di dalam laras senjata. Analisis ini telah digunakan untuk memahami fenomena
penembakan senjata yang tidak dapat diamati secara langsung oleh mata telanjang. Misalnya,
efek dari sistem pembakaran propelan dan gerakan propelan dapat diprediksi melalui metode
analitik (perhitungan) atau numerik. Menggunakan metode analitik atau numerik untuk
merancang sistem senjata juga mengurangi risiko dan biaya pengembangan. Pada penelitian
ini, dalam menganalisis balistik interior digunakan metode eksperimen dan perhitungan
analitik Heydenreich.
Metode Heydenreich adalah metode empiris yang berguna untuk melengkapi eksperimen
balistik interior. Ini memungkinkan untuk mengevaluasi tekanan, kecepatan proyektil dan
posisi proyektil sepanjang waktu. Metode Heydenreich meliputi balistik interior dan konsep
termodinamika sehingga dapat menyelidiki efek dari propelan, amunisi dan parameter senjata
lainnya. Untuk mendukung keakuratan, penggunaan metode ini dibandingkan dengan data
eksperimen.

2. Metodelogi Penelitian (Pengenalan Tentang Nitrocellulose)


2.1. Single Base Propelan
 Nitrocellulose
Senyawa utama propelan SB adalah nitroselulosa (1, NC), atau lebih tepatnya nitrat
selulosa, hadir dalam komposisi dari 85 hingga sekitar 96%. Senyawa energik ini
ditemukan pada tahun 1846 oleh Dr. Friedrich Schӧnbein Pada tahun 1868, Abel dan
kemudian beberapa penulis lain dari berbagai kebangsaan menemukan cara untuk
menstabilkan NC. Komposisi lainnya terdiri dari pemlastis. Mereka ada, misalnya dalam
bentuk inert seperti dibutyl phthalate (2), dibutyl sebacate (3), dibutyl adipate (4), dan
camphor atau sebagai yang energik seperti campuran isomer 2,4-dinitrotoluena (5) dan 2,6-
dinitrotoluena (6) (dapat dilihat pada gambar 4). Peran plasticizer adalah bertindak sebagai
pemoderasi permukaan dan sekaligus sebagai pendingin. Prinsip dari moderan permukaan
adalah untuk memperlambat awal laju pembakaran awal, laju pembentukan gas awal,
adalah antara 1 dan 10% dan suhu nyala awal. Konsentrasi tipikal plasticizers.

P a g e 5 | 20
Gambar 4. Struktur kimia ester sulfat nitroselulosa dan turunan glukopiranosa yang
berasal dari hidrolisis NC
Sumber: Schweizerische Chemische Gesellschaft

 Nitrasi Selulosa
Mekanisme reaksi nitrasi selulosa sangat kompleks dan baru dijelaskan satu abad setelah
penemuannya dan lama, setelah produksi industrinya didirikan. Awalnya produksi
nitroselulosa sangat sederhana, tetapi menjadi lebih ilmiah dengan kemajuan bertahap
dalam pengetahuan dasar. secara kimiawi, selulosa mengandung tiga gugus alkohol per
unit, satu primer dan dua sekunder. Secara teoritis, oleh karena itu, dimungkinkan untuk
mendapatkan mononitrat (6,76% kandungan nitrogen), dinitrat (11,12% kandungan
nitrogen), dan trinitrat (14,14% kandungan nitrogen). Kandungan nitrogen yang
sebenarnya dihasilkan dari distribusi statistic kelompok NO2 pada glukosa yang berbeda
unit. Kemungkinan besar gugus hidroksil primer dinitrasi lebih disukai daripada gugus
sekunder dan gugus sekunder lebih mudah didenitrasi. Ini telah terjadi ditunjukkan dengan
menggunakan asam nitrat 15N. Nitrasi selulosa adalah esterifikasi yang dapat dibalik di
bawah kendali kesetimbangan. Namun, sebagai akibat dari fenomena difusi reaktan dalam
serat, reversibilitas ini sangat lambat dan karenanya praktis sangat terbatas. Tingkat
denitrasi dalam asam encer atau dalam air murni adalah tidak signifikan, yang berarti
bahwa NC dapat diangkut dalam larutan air tanpa risiko denitrasi yang berarti. Perlakuan
terhadap NC dengan air murni mendidih selama 100 jam mengurangi kandungan nitrogen
hanya sebesar 1%. Reaksi nitrasi sangat eksotermik dengan entalpi per mol HNO3 sebesar
∆H = -8373 kJ/mol. Meningkatkan suhu nitrasi tidak benar-benar memodifikasi jumlah
nitrogen pada kesetimbangan tetapi hanya sedikit mempercepat reaksi. Karena
kompleksitas nitrasi reaksi selulosa, metode yang berbeda, asam dan campuran asam, telah
diuji: asam nitrat murni, campuran sulfonitrat, campuran asetonitrat, dan juga fosfonitrat
campuran. Semua teknik ini memungkinkan terbentuknya profil reaksi nitrasi yang spesifik
dan sekarang memungkinkan untuk memproduksi nitroselulosa dengan cara yang sesuai.

P a g e 6 | 20
 Stabilisasi Nitroselulosa
Salah satu masalah terpenting dalam teknologi nitroselulosa menyangkut proses
pemurnian yang bertanggung jawab untuk meningkatkan stabilitas produk sejauh mungkin.
Banyak ledakan dahsyat yang terjadi karena pemurnian produk yang tidak memadai. Abel
menemukan pada tahun 1865 bahwa jumlah asam yang tertahan di dalam serat NC
bertanggung jawab atas kurangnya stabilitas Secara eksperimental ditunjukkan bahwa
ketahanan nitroselulosa terhadap peningkatan suhu tergantung pada komposisi campuran
asam nitrat yang terdiri dari asam sulfat, asam nitrat, dan air. Pembentukan ester asam
sulfat diasumsikan bertanggung jawab atas rendahnya stabilitas nitroselulosa. Asam sulfat,
sebagai oklusi atau ester, adalah bukan satu-satunya alasan ketidakstabilan nitroselulosa.
Selulosa selalu mengandung beberapa hidro atau oksiselulosa. Fungsi hemiasetal, hadir di
akhir rantai, mudah diesterifikasi dan yang dihasilkan ester sangat tidak stabil. Ini adalah
kasus untuk pentanitrat D-glukopiranosa, diilustrasikan pada Gambar 4, yang sangat tidak
stabil, sedangkan metil D-glukopiranos tetranitrat adalah stabil. Untuk meningkatkan
stabilitas ester ini harus dipecahkan kebawah dan dilepas. Dalam praktiknya, NC didihkan
dalam air untuk menghilangkan oklusi asam atau untuk memecah ester ke bawah. Selama
proses ini, kandungan nitrogen nitroselulosa menurun secara bersamaan dengan tingkat
polimerisasi. Hidrolisis gugus nitrat polimer terjadi bersamaan dengan pembelahan radikal
dari ikatan asetal selulosa.

 Sifat Kimia
Nitroselulosa (NC) memiliki bahan kimia sifat-sifat ester nitrat, rumit dengan berbagai
tingkat oleh (a) keberadaan gugus hidroksil residu, (b) fibrosa struktur sering menghambat
penetrasi reagen kimia, seperti dalam kasus selulosa, dan (c) struktur mikro Kristal yang
juga memperkenalkan beberapa aksesibilitas kimia. Nitroselulosa tidak larut dalam air,
yang memungkinkan persiapan, stabilisasi, dan pengangkutan dengan pendinginan,
menggunakan jumlah air yang sesuai. Kelarutan NC dalam pelarut organik pada dasarnya
adalah fungsi dari kandungan nitrogen dan ke sebagian kecil ke tingkat polimerisasi.
Dalam kasus polimer seperti nitroselulosa, pengertian kelarutan lebih bersifat kualitatif
daripada kuantitatif. Secara umum, NC adalah larut dalam semua proporsi, tetapi
meningkatkan jumlah yang dilarutkan meningkatkan viskositas. Faktanya, batas kelarutan
sering kali merupakan batas viskositas. Tabel 2 mengilustrasikan kelarutan NC menurut
sebagai fungsi dari kandungan nitrogen Padahal ada banyak bakteri yang mampu
menghancurkan selulosa dengan degradasi dan penyerapan pada tahap gula, tidak ada
mikroorganisme yang tampaknya tumbuh subur di NC, bahkan ketika dinitrasi secara tidak
sempurna. Seorang Amerika studi militer menemukan bahwa Aspergillus fumigatus dapat
menggunakan nitrogen NC lembab, bukan dengan serangan langsung tetapi dengan
mempercepat hidrolisisnya dan mengembalikan nitrogen yang dihasilkan. Karena NC tidak
beracun, NC sering digunakan dalam kemasan makanan.

P a g e 7 | 20
Tabel 2. Kelarutan Nitrocelluose menurut sebagai fungsi dari kandungan nitrogen.
Nitrogen Content
Acetone Ethyl acetate Ethanol Diethyl ether
[%]
14.14 soluble Soluble insoluble insoluble
13.00 soluble Soluble insoluble insoluble
increased
12.75 soluble Soluble solubility insoluble
increased increased
12.00 soluble Soluble solubility solubility
increased
11.00 soluble Soluble solubility partially soluble
decreased decreased
10.00 soluble Soluble solubility solubility
decreased decreased
9.00 solubility solubility insoluble insoluble
8.00 hardly soluble hardly soluble insoluble insoluble
Sumber: Schweizerische Chemische Gesellschaft

Ester nitrat memiliki ketahanan yang buruk terhadap asam dan lebih stabil dalam media
basa. Dalam kasus nitroselulosa, polimer struktur juga harus diperhitungkan; yang
menunjukkan sifat-sifat berikut ini:
 Tindakan terkonsentrasi atau sangat asam atau basa yang sedikit encer biasanya
menyebabkan denitrasi polimer, yang sering kali menyebabkan kerusakan produk.
 Asam sulfat pekat yang dingin melarutkan nitroselulosa dan menghidrolisis NO2
yang membebaskan gugus asam nitrat.
 Basa konsentrat seperti natrium hidroksida, kalium hidroksida, atau amonia
memiliki aksi penyabunan yang kuat disertai dengan penghancuran ikatan polimer
yang kurang lebih cepat.
 Basa yang relatif lemah dan encer, seperti larutan natrium karbonat, cukup
kompatibel dengan nitroselulosa (memungkinkan perawatan digesti alkali yang
dapat digunakan untuk stabilisasi).
 Namun nitroselulosa tidak boleh diperlakukan dengan medium menjadi konsentrat
larutan natrium karbonat, karena penyabunan produk dapat terjadi, bahkan ketika
dingin.
 Produk lain yang mendenitrasi nitroselulosa dengan mudah, misalnya larutan alkali
cair hidrosulfit.

 Sifat Peledak
Performa energik dari NC adalah diberikan oleh kandungan nitrogen. Semakin tinggi
kandungan nitrogen, semakin tinggi panas ledakan. Lebih banyak nitrogen hadir di dalam

P a g e 8 | 20
molekul dan lebih banyak oksigen dapat digunakan untuk mengoksidasi zat pereduksi
(karbon dan hidrogen). Hal ini menyebabkan keseimbangan oksigen yang lebih baik dalam
molekul. Panas ledakan dan sifat eksplosif lainnya yang sesuai dengan
ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Panas Ledakan dan Sifat Eksplosif Lainnya


Nitrogen content [%] 13.5 13.3 12.5 12.5 Obsevations
Heat of combustion (constant
volume) [J/g] 9475 - 10069 10660 CO2 and H2O liquid
Determined from elements at
Heat of formation [J/g] standard state
constant volume 2386 2482 2641 2901
constant pressure 2294 2206 2549 2805
Heat of exploison [J/g] Measured in a calorimetric bomb
constant volume 4601 4053 3559 - (H2O vapor)
constant pressure - 4409 - (H2O liquid)
7300 2630
Detonation velocity [m/s] (d=1.2) - (d=0.3) - d: density for the measurement
Specific gas volume by
detonation [I/kg] 920 841 880
Julius Peters impact machine,
Shock sensitivity [J] - 2 1.2 Bruceton method
no reaction no reaction 10% Julius Peters impact machine,
Friction sensitivity [N] (353) (353) (353) Bruceton method
Sumber: Schweizerische Chemische Gesellschaft

Untuk keperluan militer, propelan dengan kandungan nitrogen tertinggi yang digunakan
karena kinerja yang paling tinggi yang dibutuhkan. Oleh karena itu, dua produk utama
adalah menggunakan:
 Kandungan nitrogen "piroselulosa" kelas A antara 12,3 dan 12,8%
 Kandungan nitrogen "guncotton" kelas B lebih tinggi dari 13,35%

 Penerapan Single Base Propelan


Kerugian dari bubuk hitam tidak dapat diandalkan dalam penggunaan asap bersama
dengan asam residu dan karenanya korosi pada senjata barel bersama dengan kandungan
energi yang rendah menuntut bubuk yang lebih baik. Hal ini ditetapkan dengan
ditemukannya NC yang diberi gelatin dan setelah itu mengembangkan propelan Single
Base (SB). Tidak ada asap, semburan kecil flash, lebih banyak energi, keandalan dalam
penggunaan, masa penyimpanan propelan single base menunjukkan semuanya karakteristik
positif. Digunakan pada senapan dan senjata selama abad pertengahan, propelan single
base masih ditemukan hari ini dalam jenis senjata yang sama tentu saja, disesuaikan
dengan persyaratan baru. Di hampir semua kaliber pistol, senapan, senapan mesin, senapan
pesawat dan antipesawat, meriam dan howitzer, propelan single base biji-bijian atau stik
P a g e 9 | 20
dengan bentuk geometris apa pun bias ditemukan. Pada meriam kaliber yang lebih besar
dan howitzer, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 5, Butir atau batang propelan single
base dapat menjadi bagian dari seluruh muatan. Daftar berikut yang menunjukkan
perbedaan geometri propelan SB dan komponen utama aplikasinya:
 Serbuk bola dapat ditemukan dalam amunisi untuk pistol, senapan, dan senapan
mesin. Amunisi untuk senapan juga dapat berisi butiran silinder atau tabung pendek
 Serbuk serpihan terbatas pada amunisi untuk senjata antitank dan mortar
 Untuk senjata antipesawat dan antipesawat, butiran dalam geometri tabung pendek
atau silinder berongga yang dapat digunakan.
 Dalam senjata pesawat dan antipesawat modern penggunaan pembakaran yang
lebih progresif butir berlubang 7 adalah normal. Senjata tank menggunakan
pembakaran yang lebih cepat butir berlubang 19.
 Propelan bergaris panjang dan tongkat silang ditemukan dalam amunisi untuk
meriam dan howitzer.

Gambar 5. Penembakan amunisi SB dengan meriam kaliber besar. Seseorang dapat


melihat moncongnya berkedip tetapi tidak terlihat asapnya.
Sumber: Schweizerische Chemische Gesellschaft

Penggunaan propelan SB dalam amunisi tanpa selongsong untuk senjata kaliber kecil,
NC dengan kandungan nitrogen rendah dalam kotak cartridge yang mudah terbakar dan
dalam wadah yang mudah terbakar untuk muatan modular untuk senjata kaliber besar juga
harus diperhatikan.

P a g e 10 | 20
3. Metode Penelitian
3.1. Bahan dan Alat
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah nitrocelulose 80,4 % (potassium
nitrate 60 gr, sulfuric acid 220 mL, sodium carbonate solution, distilled water, pure cotton
100%), potassium nitrate 8.0%, barium nitrate 8.0%, starch 3.0%, diphenylalamine,
selullosa. Alat - alat yang digunakan dalam peneltian ini adalah reaktor nitrasi, pengaduk,
kondensor, desikator, kertas saring whatman, termometer, soxhlet, satu set alat destilasi,
dan labu kjedahl. Rangkaian alat untuk proses nitrasi dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Rangkaian Alat Proses Nitrasi


Sumber: Saragih,E, media neliti.

3.2. Proses Pemurnian dengan Hidrogen Peroksida


Sellulosa sebanyak 12 gr ditambahkan ke dalam 120 ml H2O2 3%. Kemudian
ditambahkan ± 3 tetes NaOH sampai pH 9 dan ditambahkan buffer pH 9 untuk menjaga
pH. Selulosa dipanaskan pada temperatur 90 0C dan diaduk selama 1 jam. Setelah 1 jam,
selulosa dicuci dengan aquades sampai pH nya netral (Herryawan,2013).

3.3. Proses Nitrasi


Proses nitrasi dilakukan menggunakan reagen penitrasi HNO3 65% dan H2SO4 98%
dalam reaktor nitrasi untuk mendapatkan nitroselulosa. Kondisi nitrasi adalah temperatur
pada 5-10 ,10-15, 15-20 0C dan waktu 30, 60, 90 menit. Perbandingan selulosa hasil
pemurnian dan asam nitrat yang digunakan adalah 5 gram selulosa : asam nitrat 60 ml
dengan kecepatan pengadukan 165 rpm. Selulosa dan reagen penitrasi dimasukkan ke
dalam reaktor dan dibiarkan bereaksi selama variasi waktu reaksi. Nitroselulosa hasil
reaksi dicuci dengan air dan bikarbonat, kemudian dikeringkan terlebih dahulu sebelum
dilakukan pengujian kadar nitrogen.

P a g e 11 | 20
3.4. Analisa dengan Spektroskopi Infra Red
Keberhasilan proses nitrasi diketahui dengan analisa spektrofotometer IR. Pengujian
dengan spektrofotometer IR menghasilkan spektrum FTIR dari nitroselulosa yang
diperoleh dari tiap-tiap variasi variabel. Spektrum FTIR dianalisa serapan gugus –NO2
kisaran angka gelombang 1390-1260 cm-1 dan 1660-1560 cm-1. Selain meninjau gugus –
NO2, gugus –OH juga ditinjau pada angka gelombang 3600 -3200 cm-1 untuk mengetahui
keberhasilan proses nitrasi.

3.5. Pembuatan Nitrocellulose dengan Pure Cotton


Kondisikan agar suhu dalam reaktor T <15 0C dengan mengatur suhu air dalam freezer
campur potassium nitrate dan sulfuric acid kedalam reactor Masukkan pure cotton100%
kedalam reaktor dan pertahankan suhu < 15 0C. Pisahkan dan netralkan, cek dengan
kertas pH atau kertas lakmus Simpan ke tempat yang aman siap dilakukan pengujian
terhadap hasil nitroselulos (misalnya uji bakar)

3.6. Pembuatan Propellan Single Base


Larutkan nitroselulos dalam aseton dimasukkan kedalamnya nitrogliserin kemudian
ditambahkan aditif berupa bahan stabiliser, bahan plastisizer setelah itu dilakukan uji
propelan double base (misalnya uji bakar)

3.7. Uji Nyala


Nitroselulosa merupakan bahan yang mudah terbakar. Oleh karena itu keberhasilan
pembuatan nitroselulosa dapat dilihat dari uji nyala nitroselulosa tersebut. Nitroselulosa
dikeringkan terlebih dahulu, kemudian dibakar dan diamati nyala apinya.

3.8. Analisis Balistik Interior, Metode Heydenreich


Penelitian akan dilakukan dalam penelitian eksperimen laboratorium. Penelitian
eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya
akibat dari sesuatu yang dikenakan pada subjek selidiki. Variabel bebas pada penelitian
ini adalah sampel propelan munisi dengan jenis smokeless powder (single base). Variabel
terikat pada penelitian ini adalah hasil pengujian balistik interior yang meliputi kecepatan
dan tekanan gas yang dihasilkan. Penelitian ini akan dilanjutkan dengan perhitungan
balistik interior Heydenreich. Hasil perhitungan melalui balistik interior kemudian
dibandingkan dengan hasil eksperimen untuk validasi. Pada balistik interior, berlaku
hukum pertama Termodinamika yaitu hukum kekekalan energi, dimana menyatakan
bahwa energi tidak bisa diciptakan dan tidak bisa dimusnahkan dalam sebuah proses,
energi hanya bisa berubah bentuk. Nilai total kalori (𝑄) merupakan energi yang
disediakan pada pembakaran propelan yang akan menghasilkan energi untuk mendorong
proyektil terlepas dari selongsongnya. Nilai yang memberikan pengaruh pada total kalori
(𝑄) adalah massa propelan yang digunakan (𝑚p) dan gaya dorong yang dihasilkan dari
nilai kalori propelan (𝐹) dan didapatkan rumus sebagai berikut.

𝑄 = 𝑚p . 𝐹 (1)
P a g e 12 | 20
Untuk melengkapi hasil analisis balistik interior, digunakan metode Heydenreich.
Dalam metode ini, massa proyektil dan propelan, diameter laras, panjang laras, kecepatan
moncong dan tekanan maksimum dalam laras diperlukan sebagai data masukan.
Kemudian, persamaan yang tepat dan tabel emipiris seperti yang disarankan oleh metode
Heydenreich diatur untuk menghitung distribusi tekanan/kecepatan sepanjang laras.

Tabel 3. Sumber data metode Heydenreich


Parameter Sumber Data
Massa proyektil, 𝑀 Data di industri

Massa propelan, 𝑚𝑝 Data di industri


Diameter proyektil, 𝐷 Data di industri
Panjang laras, 𝐿 Data di industri

Muzzle velocity, 𝑉0 Hasil eksperimen


Tekanan Hasil eksperimen
maksimum,
𝑃𝑚
Sumber: Cronemberger

Dalam metode ini, massa proyektil (𝑀), dan massa propelan (𝑚p), diameter proyektil
(𝐷), panjang laras (𝐿) kecepatan pada mulut laras (𝑉0), dan tekanan maksimum (𝑃𝑚)
diperlukan sebagai data awal, sedangkan untuk menentukan tekanan rata-rata (V𝑎𝑣𝑔) dapat
menerapkan persamaan berikut.

𝑝 𝑉 (2)

Persamaan ini menunjukkan bahwa gas pada proyektil adalah sama dengan energi
kinetik dari proyektil ditambah pendekatan energi kinetik gas dalam metode
Heydenreich, mengingat bahwa semua propelan dibakar. Data selanjutnya yang
diperlukan adalah rasio tekanan (𝜂) atau parameter perjalanan tembakan (λ).

(3)

Rasio tekanan didefinisikan sebagai 𝜂, di mana P𝑎𝑣𝑔 adalah tekanan rata-rata di dalam
balistik interior.
𝑆𝑚 = 𝐿 . Ʃ (𝜂) (4)

P a g e 13 | 20
(5)

𝑉𝑚 = 𝑉0. (𝜂) (6)

Tabel fungsi data empiris Heydenreich, Ʃ (𝜂), 𝜃 (𝜂), 𝜙(𝜂), Π(𝜂), Τ(𝜂) digunakan untuk
menentukan posisi proyektil saat tekanan maksimum (𝑆m), waktu saat tekanan maksimum
( m) dan kecepatannya saat tekanan maksimum (𝑉m).

(7)

𝑃0 = 𝑉𝑎𝑣𝑔 Π 𝜂) (8)

Total waktu dari balistik interior ( 0) dan tekanan pada mulut laras (𝑃0) ketika
proyektil keluar dari laras juga ditentukanoleh tabel data empiris dari Τ 𝜂) dan Π 𝜂).

(9)

Setelah menentukan posisi proyektil pada saat tekanan maksimum, parameter


perjalanan tembakan (λ) dapat dihitung. Dalam persamaan ini, S adalah posisi
proyektil di dalam laras.
𝑃 = 𝑃𝑚. ( ) (10)
𝑉 = 𝑉𝑚. ( ) (11)

= 𝑚. 𝛿( ) (12)

Tabel data empiris dari metode Heydenreich untuk parameter λ melengkapi nilai fungsi
𝜓( ), 𝜑( ) dan 𝛿( ), yang digunakan untuk menghitung, masing-masing dari tekanan (𝑃),
kecepatan proyektil (𝑉), dan waktu balistik interior ( ).

P a g e 14 | 20
4. Progress Penelitian Propelan

4.1. Laboratorium

Gambar 7. Sekolah Institut Teknologi Del

4.2. Alat

Gambar 8. Rangkaian peralatan proses nitrasi

P a g e 15 | 20
Gambar 9. Spektroskopi Inframerah (IR)

Gambar 10. Densitometer untuk mengukur massa jenis larutan

P a g e 16 | 20
4.3. Penyedia Bahan Baku

No Bahan Baku Spesifikasi Supplier Harga Lokasi


1 Potassium Nitrate Purity min 99.3% Bumi Agung Group Rp. 47.300 /Kg Jakarta Utara
2 Sulfuric Acid Purity min 98.2% Cepy Kimia Rp. 39.700 /kg Tangerang
3 Sodium Carbonate Purity min 99.2% Bumi Agung Group Rp. 24.200/kg Jakarta Utara
Solution
4 Distilled Water Purity 100% ROFA Laboratorium Rp. 29.200/kg Bandung
Centre
5 Pure Cotton 100% Kosher Fiber Cellucotton BhanuTya Rp. 127.700/kg Surabaya
100%
6 Barium Nitrate N.W 25.OK GS Wedadhanea Rp. 164.900/kg Kab.Indramayu
7 Starch Kepadatan: 1,5 g/cm³ Gifala Rp. 209.100/kg Bogor
8 Diphenylalamine Puritymin 99% HAIHANG INDUSTRY Rp. 150.675/kg Cina
CO.,LTD
9 Selullosa Grade, ABNT NBR Maximum Chemical Rp. 167.500/kg Jakarta Barat

P a g e 17 | 20
RANGKUMAN
 Propelan merupakan bahan bakar suatu senjata konvensional yang mampu mengubah
energi yang dimilikinya menjadi energi kinetic serta bahan energetic yang digunakan
sebagai bahan pendorong roket atau rudal dan munisi, baik Munisi Kaliber Besar (MKB)
maupun Munisi Kaliber Kecil (MKK).
 Senyawa utama propelan single base adalah nitroselulosa (1, NC), atau lebih tepatnya
nitrat selulosa, hadir dalam komposisi dari 85 hingga sekitar 96%. Nitroselulosa (NC)
memiliki bahan kimia sifat-sifat ester nitrat Nitroselulosa tidak larut dalam air, Kelarutan
NC dalam pelarut organik pada dasarnya adalah fungsi dari kandungan nitrogen dan ke
sebagian kecil ke tingkat polimerisasi. Dalam kasus polimer seperti nitroselulosa,
pengertian kelarutan lebih bersifat kualitatif daripada kuantitatif. Semakin tinggi
kandungan nitrogen, semakin tinggi panas ledakan lebih banyak nitrogen hadir di
dalammolekul dan lebih banyak oksigen dapat digunakan untuk mengoksidasi zat
pereduksi (karbon dan hidrogen).
 Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah nitrocelulose 80,4 % (potassium
nitrate 60 gr, sulfuric acid 220 mL, sodium carbonate solution, distilled water, pure
cotton 100%), potassium nitrate 8.0%, barium nitrate 8.0%, starch 3.0%,
diphenylalamine, selullosa. Alat - alat yang digunakan dalam peneltian ini adalah reaktor
nitrasi, pengaduk, kondensor, desikator, kertas saring whatman, termometer, soxhlet, satu
set alat destilasi, dan labu kjedahl. (Rangkaian alat lihat Gambsr.6), densitometer,
spektroskopi inframera (IR)
 Metodelogi penelitian pada pengujian analisis yang digunakan adalah: proses pemurnian
dengan hidrogen peroksida, proses nitrasi, uji nyala, analisis balistik interior, metode
heydenreic.
 Penelitian akan dilakukan dalam penelitian eksperimen laboratorium di Institut Teknologi
Del, Sitoluama, Kec. Balige, Toba, Sumatera Utara.
 Keseluruhan dana yang dibutuhkan untuk bahan baku pembuatan propelan single base
Rp. 959.975/kg (belum termasuk biaya ongkir untuk pemesanan bahan baku dari Cina).

P a g e 18 | 20
DAFTAR PUSTAKA

Agrawal, Jai Prakash. 2010. High Energy Materials Propellants, Explosives and
Pyrotechnics. Weinheim: Wiley.
Bofors. 1974. Analytical Methods for Powders and Explosive. Sweden: ABBofors.
Departement of Defense USA. 1967. Military Standard Propellants, Solid: Sampling,
Examinaton and Testing. MIL-STD-286C

Oerlikon. 1981. Oerlikon Pocket-Book.


Zurich
Kementerian Pertahanan. 2015. Buku Putih Pertahanan Indonesia 2015. Jakarta:
Kementerian PertahananRepublik Indonesia
Kubota, Naminosuke. 2002. Propellant and Explosives Thermochemical Aspects of
combustion. Jerman: Wiley
Strandli, Kare Roald. 2004. Interior Ballistic. AS: Nammo.
Botelho, Fernanda Diniz, Erick Galante, danÁlvaro Mendes. 2015.
“Characteristics and Manufacture of Spherical Smokeless Powders”. Journal of
aerospace technology and management Vol.7 No.4

Cronemberger, P. O, E. P. Lima Junior, J.


A. M. Gois and A. B. Caldeira. 2014. “Theoretical and experimental study of the
interior Ballistics of a Rifle 7.62”. Thermal Engineering Journal Vol.12 No.2
December 2014. hlm.20-27
Degirmenci, Ercan. 2015. “Effects of grain size and temperature of double base solid
propellants on internalballistics performance”. Journal of Fuel Elsevier 146. 2015.
hlm.95-120.
Guo, Xiaode, Fengsheng Li, Ji-Yuan Liang, Wei Jiang and Lu-Kui Zhao. 2010. “The
Influence of Spherical Granular Propellants On The Combustion Properties of High-
Burning-Rate Propellant” International Journal of Energetic Materials and
Chemical Propulsion. Volume 9.

Jang, Jin-Sung, H. G. Sung, T. S. Roh and


D. W Choi. 2013 “Numerical analysis of interior ballistics through eulerian-
lagrangian approach” Journal of Mechanical Science and
Technology Volume 27. hlm.2351- 2357
Liao, Xin, Jun Zhao, Bin Xu and Ze-Shan Wang. 2015. “Modelling and simulation of
interior ballistics based on actual combustion characteristics of propellant”.
Journal of Energetic Materials.hlm.155-166.
P a g e 19 | 20
Senturk, Abdullah, Halil Isik, and Celal Evci, “Thermo-mechanically coupled thermal
and stress analysis of interior ballistics problem”. International Journal of Thermal
Sciences No.104, 2016, hlm.39-53

Yang, Jing, Aijun Gong, Yayu Li, Zhaoyang Liu, Tao Fang, Rongpei Jiang, Haiyun Sun
and Lina Qiu. 2016. “The density, viscosity, vapor pressure, melting point and
flash point of a liquid propellant: 1-(2-azidoethyl) pyrrolidine”, Journal of Fluid
Phase Equilibria, 2016, hlm. 23
Yolhamid, M. N. A. G, Farizha Ibrahim, M.
A. U. A. A. Zarim, Rushdan Ibrahim, Sharmiza Adnan, and Muhd Zu Azhan Yahya.
2018. “The Novel Usage of Nitrocellulose as a Propellant of 5.56 mm Bullet”.
Journal of Solid State Phenomena. Vol. 280. hlm. 361-367.
F. Schˆnbein, Pogg. Ann. 1848, 70, 220; F. Schˆnbein, Phil. Mag. 1847, 31, 7. Technical
Report P.B.925, ëExplosives Plants D.A.í, Kr¸mmel, D¸neberg, Christianstadt,
1945.
Sampurno, Fajar Harry. 2018. Membangun Industri Propelan Nasional di Indonesia.
National Seminar of Energetic Material PT. Pindad 8 Mei 2018
Asrena Kasad. 2018. Kebutuhan Munisi/Roket & Nilai Strategis Smokeless Powder
Propellant Dari Perspektif Pengguna. National Seminar of Energetic Material PT.
Pindad 8 Mei 2018
Ruyat, Yayat. 2018. Ammunition and Explosion System. Materi Kuliah IAEPP Prodi TS
Unhan 2018.

P a g e 20 | 20

Anda mungkin juga menyukai