Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK PROPELAN

TERHADAP BALISTIK INTERIOR PADA MUNISI KALIBER KECIL

ANALYSIS OF INFLUENCE OF PROPELANT CHARACTERISTICS


ON INTERIOR BALLISTICS IN THE SMALL KALIBER MUNITION

Nadhifa Adliana1, Romie O. Bura2, Yayat Ruyat3


Program Studi Teknologi Persenjataan, Universitas Pertahanan
nadhifa.adliana35@gmail.com

Abstrak - Propelan yang telah digunakan pada munisi dalam negeri berasal dari banyak produsen
dan masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda. Karakteristik propelan yang diamati pada
penelitian ini meliputi komposisi utama, kestabilan, titik nyala, moisture content, bulk density, nilai
kalori, bentuk dan ukuran granulasinya. Dalam pembangunan industri propelan di dalam negeri,
diperlukan penjelasan ilmiah mengenai pengaruh karakteristik propelan terhadap balistik interior
agar penelitian dan pengembangan propelan di dalam negeri dapat sesuai dengan kualitas yang
diharapkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui eksperimen di
laboratorium dan dilanjutkan dengan perhitungan menggunakan metode Heydenreich. Semua
karakteristik propelan yang diamati cukup memenuhi spesifikasi yang diperlukan untuk munisi
5.56x45 mm dan karakteristik yang dimiliki propelan cukup memberikan pengaruh terhadap
performa propelan. Kemajuan teknologi yang begitu pesat membuat propelan single base (sampel
A) mampu memiliki performa seperti propelan double base (sampel B, C dan D). Kecepatan yang
dihasilkan pada balistik interior sangat dipengaruhi oleh dimensi granul dari propelan meliputi
bentuk dan ukuran granulasi propelan dimana kecepatan pembakaran dari propelan extruded
dengan single perforated (sampel A) cukup lebih tinggi daripada propelan dengan bentuk ball
(sampel B dan D) dan flattered ball (sampel C). Sampel dengan ukuran diameter lebih kecil (sampel
B dan D) memiliki kecepatan pembakaran lebih cepat daripada sampel yang diameternya lebih
besar (sampel C). Metode Heydenreich dapat konsisten dengan hasil eksperimen, dapat
menghitung kecepatan dan balistik interior terhadap panjang laras.
Kata Kunci: Propelan, Karakteristik Propelan, Balistik Interior, Munisi Kaliber Kecil, Metode
Heydenreich

Abstract - Propellants that have been used in domestic munitions come from many producers and each
has a different characteristic. Characteristics of propellant observed in this study included the main
composition, stability, flash point, moisture content, bulk density, calorific value, shape and size of the
granulation. In the construction of the domestic propellant industry, the scientific explanation is
needed regarding the effect of propellant characteristics on interior ballistics therefore research and
development of domestic propellants can be the desired quality. The method used in this study was
through experiments in the laboratory and be continued with calculations using the Heydenreich
method. All of propellant characteristics were observed had been sufficient to meet the specifications
that required for 5.56x45 mm munitions and the characteristics possessed by propellants had
influence on propellant performance. The rapid of advanced technology make single base propellant
(sample A) capable of having performance like as double base propellant (samples B, C and D). The
velocity of interior ballistics is strongly influenced by the granule dimensions of the propellant

1
Program Studi Teknologi Persenjataan, Fakultas Teknologi Pertahanan, Universitas Pertahanan.
2
Prodi Teknologi Pertahanan dan merupakan pembimbing I peneliti.
3
Prodi Teknologi Persenjataan dan merupakan pembimbing II peneliti.

Analisis Pengaruh Karakteristik Propelan…| Adliana, Bura, Ruyat | 39


including the shape and size of the propellant granulation where the combustion speed of the
extruded propellant with single perforated (sample A) is quite higher than the propellant in the form
of ball (sample B and D) and flattered ball sample C). Samples with smaller diameter sizes (samples B
and D) have faster combustion speeds than samples with larger diameters (sample C). The
Heydenreich method can be consistent with the results of the experiment, it can calculate the velocity
and interior ballistics toward the barrel length.
Keywords: Propellant, Propellant Characteristics, Interior Ballistics, Small Caliber Munitions,
Heydenreich Method

Pendahuluan faktor seperti tekanan ruang bakar,

S
alah satu prioritas utama geometri propelan, suhu pembakaran,
kemandirian industri pertahanan komposisi propelan, oksidator dan
Indonesia adalah pengembangan lainnya5.
industri propelan4. Dalam memproduksi munisi
Propelan merupakan bahan bakar diperlukan propelan sebagai zat esensial,
suatu senjata konvensional yang mampu namun propelan yang digunakan dalam
mengubah energi yang dimilikinya negeri hingga saat ini masih impor dari
menjadi energi kinetik saat terjadi luar negeri.
pembakaran ketika munisi telah diketuk Ada beberapa negara yang
pada primernya. Salah satu parameter menjadi produsen propelan untuk
penting yang mempengaruhi kinerja Indonesia yaitu Belgia, Perancis, Swiss,
munisi adalah tingkat pembakaran Finlandia, China, Korea, Taiwan, dan
propelannya. Yugoslavia6.
Pembakaran ini menghasilkan Kebutuhan propelan di Indonesia
tekanan gas dan mampu memberikan dari tahun 2002 hingga 2014 adalah
gaya dorong yang mampu menggerakkan sebanyak 1,007,394 kg7 dan kebutuhan
dan mempercepat laju proyektil ke depan propelan di Indonesia pertahunnya dapat
dan keluar dari laras senjata. Nilai dilihat pada Gambar 1. Industri propelan
pembakaran tergantung pada banyak

4
Kementerian Pertahanan. 2015. Buku Putih Pertahanan Indonesia 2015. Jakarta: Kementerian Pertahanan
Republik Indonesia, hlm.65.
5
Ercan Degirmenci, “Effects of grain size and temperature of double base solid propellants on internal
ballistics performance” Journal of Fuel Elsevier 146, 2015, hlm 95-120
6
Fajar Harry Sampurno, “Membangun Industri Propelan Nasional di Indonesia”, pada National Seminar of
Energetic Material PT. Pindad, tanggal 8 Mei 2018
7
Ibid.

40 | Jurnal Teknologi Persenjataan | Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019


KEBUTUHAN PROPELAN DI DINDONESIA

KEBUTUHAN (TON/TH)
400
320
300

200
135
100
100
6.54 18
0
JENIS PROPELAN

Single Base MKB Double Base MKK Double Base MKB


Double base Rocket Composit rocket

Gambar 1. Kebutuhan Propelan di Indonesia


Sumber: Dirjen Pothan Kemhan, 2018

pada munisi kaliber kecil merupakan seperti dari heli serang.10 Hal ini
industri stategis, hal ini sesuai dengan menunjukkan bahwa untuk menyediakan
data dari Dirjen Pothan pada Gambar 1 kebutuhan munisi tersebut diperlukan
dimana kebutuhan propelan pertahun penyediaan propelan dengan jumlah yang
pada munisi kaliber kecil merupakan mencukupi. Alangkah baiknya jika untuk
paling banyak dibutuhkan di Indonesia dalam pemenuhan propelan tersebut
dibandingkan dengan propelan munisi tidak lagi bergantung kepada negara lain.
kaliber besar dan propelan roket. Tabel 1. Kebutuhan Munisi TNI AD Pada
Renstra 2020-2024
Berdasarkan Tabel 1 diketahui
Jenis Munisi Jumlah (butir)
bahwa kebutuhan akan munisi kaliber MKK 1,257,275,857
MKB 2,406,793
kecil pada TNI AD adalah sebanyak
Musus 1,498,006
1,257,275,857 butir untuk rencana Musabang 215,359
strategis tahun 2020-20248. Munisi kaliber Total 1,261,396,015
Sumber: Asrena Kasad, 2018
kecil (MKK) meliputi munisi ringan kaliber
Propelan yang digunakan pada
5.56 hingga 12.7mm, munisi kaliber besar
munisi diproduksi oleh banyak produsen
(MKB) meliputi munisi berat kaliber 40
dan masing-masing mempunyai
hingga 155mm dan munisi khusus (Musus)
karakteristik berbeda, hal ini akan
seperti granat.9 Sedangkan musabang
menyebabkan hasil pembakaran yang
adalah munisi kaliber 23 dan 30mm serta
dihasilkan juga berbeda yang nantinya
roket yang ditembakkan dari udara
akan mempengaruhi kinerja munisi yang

8
Asrena Kasad, “Kebutuhan Munisi/Roket & Seminar of Energetic Material PT. Pindad,
Nilai Strategis Smokeless Powder Propellant tanggal 8 Mei 2018
9
Dari Perspektif Pengguna”, pada National Asrena Kasad. op. cit.
10
Asrena Kasad. op. cit.

Analisis Pengaruh Karakteristik Propelan…| Adliana, Bura, Ruyat | 41


diproduksi dalam negeri. Dalam negeri berasal dari produsen yang
mendukung pertahanan negara, industri berbeda, dimana setiap produsen
pertahanan Indonesia diharapkan menghasilkan bentuk partikel propelan
mampu mempertahankan kualitas kinerja yang berbeda seperti ball, flattered ball,
dihasilkan dengan bentuk propelan yang dan extruded with single perforated.
stabil. Salah satu hal yang dapat dilakukan Propelan dalam berbagai bentuk dan sifat
adalah memiliki kemandirian dibidang fisik dapat memiliki sifat yang berbeda
propelan, baik mandiri dalam hal produksi sesuai dengan penggunaan masing-
maupun pengembangan selanjutnya. masing propelan11. Tingkat pembakaran
Propelan yang digunakan pada propelan meningkat dengan penurunan
munisi kaliber kecil dalam negeri ukuran partikelnya12.
merupakan propelan single base dan Analisis balistik interior sangat
double base. Kedua propelan ini biasa penting untuk pengembangan sistem
disebut sebagai smokeless powder. senjata dan erat kaitannya dengan munisi
Perbedaan dari kedua jenis propelan ini yang digunakan. Balistik interior
adalah adanya tambahan nitrogliserin merupakan salah satu dari fenomena
pada propelan double base, sedangkan penembakan senjata yang selesai dalam
pada propelan single base zat utama nya hitungan detik. Energi yang dihasilkan
hanya nitroselulosa saja. pada balistik interior berasal dari
Dalam pengembangan industri pembakaran propelan, sehingga
propelan dalam negeri, kita harus karakteristik yang dimiliki propelan
mengetahui terlebih dahulu karakteristik mempengaruhi tekanan dan kecepatan
propelan yang digunakan industri dalam yang dihasilkan. Karakteristik dari
negeri dalam mengisi munisi kaliber kecil. propelan yang akan mempengaruhi
Hal ini tentunya akan berpengaruh balistik interior diantaranya adalah massa
terhadap kinerja balistik yang dihasilkan propelan, diameter partikel, density,
oleh munisi. Diketahui bahwa propelan panas pembakaran, spesifik panas
yang digunakan oleh industri dalam

11 12
Fernanda Diniz Botelho, Erick Galante, dan Xiaode Guo, et al, “The Influence Of Spherical
Álvaro Mendes. “Characteristics and Granular Propellants On The Combustion
Manufacture of Spherical Smokeless Properties Of High-Burning-Rate Propellant”
Powders”, Journal of aerospace technology and International Journal of Energetic Materials and
management Vol.7 No.4, 2015 Chemical Propulsion Volume 9, 2010

42 | Jurnal Teknologi Persenjataan | Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019


propelan, daya konduksi panas mendukung keakuratan, penggunaan
propelan13. metode ini dibandingkan dengan data
Analisis balistik interior digunakan eksperimen.
untuk memprediksi kecepatan dan
tekanan puncak proyektil di dalam laras Metodologi Penelitian
senjata. Analisis ini telah digunakan untuk Penelitian yang dilakukan dalam
memahami fenomena penembakan penelitian eksperimen laboratorium.
senjata yang tidak dapat diamati secara Penelitian eksperimen merupakan
langsung oleh mata telanjang. Misalnya, penelitian yang dimaksudkan untuk
efek dari sistem pembakaran propelan mengetahui ada tidaknya akibat dari
dan gerakan propelan dapat diprediksi sesuatu yang dikenakan pada subjek
melalui metode analitik (perhitungan) selidiki. Variabel bebas pada penelitian ini
atau numerik. Menggunakan metode adalah sampel propelan untuk munisi
analitik atau numerik untuk merancang 5.56 x 45 mm dengan dari empat
sistem senjata juga mengurangi risiko dan produsen yang berbeda. Variabel terikat
biaya pengembangan. Pada penelitian ini, pada penelitian ini adalah hasil pengujian
dalam menganalisis balistik interior balistik interior yang meliputi kecepatan
digunakan metode eksperimen dan dan tekanan gas yang dihasilkan.
perhitungan analitik Heydenreich. Penelitian dilanjutkan dengan
Metode Heydenreich adalah perhitungan balistik interior melalui
metode empiris yang berguna untuk metode Heydenreich. Hasil perhitungan
melengkapi eksperimen balistik interior14. melalui balistik interior kemudian
Ini memungkinkan untuk mengevaluasi dibandingkan dengan hasil eksperimen
tekanan, kecepatan proyektil dan posisi untuk validasi.
proyektil sepanjang waktu. Metode Pada balistik interior, berlaku
Heydenreich meliputi balistik interior dan hukum pertama Termodinamika yaitu
konsep termodinamika sehingga dapat hukum kekekalan energi, dimana
menyelidiki efek dari propelan, amunisi menyatakan bahwa energi tidak bisa
dan parameter senjata lainnya. Untuk diciptakan dan tidak bisa dimusnahkan

13 14
Ahmed Bougamra and Huilin Lu, “Multiphase P.O. Cronemberger, et al, “Theoretical and
CFD Simulation of Solid Propellant Combustion experimental study of the interior Ballistics of
in A Small Gun Chamber”, International Journal a Rifle 7.62”, Thermal Engineering Journal Vol.12
of Chemical Engineering, 2014, hlm. 5. No.2, 2014, hlm.22.

Analisis Pengaruh Karakteristik Propelan…| Adliana, Bura, Ruyat | 43


dalam sebuah proses, energi hanya bisa Muzzle velocity,𝑉𝑜 Hasil eksperimen
Tekanan maksimum, Hasil eksperimen
berubah bentuk. Nilai total kalori 𝑃𝑚
(𝑄) merupakan energi yang disediakan Sumber: Cronemberger, 2014

Dalam metode ini, massa proyektil


pada pembakaran propelan yang akan
(𝑀), dan massa propelan (𝑚𝑝 ), diameter
menghasilkan energi untuk mendorong
proyektil terlepas dari selongsongnya. proyektil (𝐷), panjang laras (𝐿) kecepatan

Nilai yang memberikan pengaruh pada pada mulut laras (𝑉𝑜 ), dan tekanan

total kalori (𝑄) adalah massa propelan maksimum (𝑃𝑚 ) diperlukan sebagai data

yang digunakan (𝑚𝑝 ) dan gaya dorong awal, sedangkan untuk menentukan
tekanan rata-rata (𝑉𝑎𝑣𝑔) dapat
yang dihasilkan dari nilai kalori propelan
(𝐹) dan didapatkan rumus sebagai menerapkan persamaan berikut.
𝑀+0.5 𝑚𝑝
berikut. 𝑝𝑎𝑣𝑔 = 2 𝐿 𝜋 𝐷2
𝑉𝑜 2 (2)
𝑄 = 𝑚𝑝 . 𝐹 (1) Persamaan ini menunjukkan bahwa
Untuk melengkapi hasil analisis gas pada proyektil adalah sama dengan
balistik interior, digunakan metode energi kinetik dari proyektil ditambah
Heydenreich. Dalam metode ini, massa pendekatan energi kinetik gas dalam
proyektil dan propelan, diameter laras, metode Heydenreich, mengingat bahwa
panjang laras, kecepatan moncong dan semua propelan dibakar. Data
tekanan maksimum dalam laras selanjutnya yang diperlukan adalah rasio
diperlukan sebagai data masukan. tekanan (𝜂) atau parameter perjalanan
Kemudian, persamaan yang tepat dan tembakan (λ).
𝑝𝑎𝑣𝑔
tabel empiris seperti yang disarankan 𝜂= (3)
𝑃𝑚
oleh metode Heydenreich diatur untuk
Rasio tekanan didefinisikan sebagai 𝜂, di
menghitung distribusi tekanan /
mana 𝑃𝑎𝑣𝑔 adalah tekanan rata-rata di
kecepatan sepanjang laras15.
dalam balistik interior.
Tabel 2. Sumber data metode Heydenreich
Parameter Sumber Data 𝑆𝑚 = 𝐿 . Ʃ (𝜂) (4)
Massa proyektil, 𝑀 Data di industri 2𝐿
𝑡𝑚 = 𝜃 (𝜂 ) (5)
𝑉0
Massa propelan, 𝑚𝑝 Data di industri 𝑉𝑚 = 𝑉0 . 𝜙(𝜂) (6)
Diameter proyektil, 𝐷 Data di industri
Panjang laras, 𝐿 Data di industri

15
Abdullah Senturk, Halil Isik, and Celal Evci, International Journal of Thermal Sciences
“Thermo-mechanically coupled thermal and No.104, 2016, hlm.39-53
stress analysis of interior ballistics problem”.

44 | Jurnal Teknologi Persenjataan | Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019


Tabel fungsi data empiris masing-masing dari tekanan (𝑃),
Heydenreich, Ʃ (𝜂), 𝜃 (𝜂), 𝜙(𝜂), Π(𝜂), kecepatan proyektil (𝑉), dan waktu
Τ(𝜂) digunakan untuk menentukan posisi balistik interior (𝑡).
proyektil saat tekanan maksimum (𝑆𝑚 ),
waktu saat tekanan maksimum (𝑡𝑚 ) dan Hasil dan Pembahasan
kecepatannya saat tekanan maksimum Komposisi Utama Propelan
(𝑉𝑚). Dari data produsen propelan diketahui
2𝐿 bahwa dari keempat jenis propelan ada
𝑡0 = . Τ(𝜂) (7)
𝑉0
yang memiliki komposisi utama yang
𝑃0 = 𝑉𝑎𝑣𝑔 Π(𝜂) (8)
berbeda. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3
Total waktu dari balistik interior (𝑡0 ) dan
berikut.
tekanan pada mulut laras (𝑃0 ) ketika
Tabel 3. Komposisi Utama Sampel Propelan
proyektil keluar dari laras juga ditentukan No Nama Sampel Hasil Penelitian
oleh tabel data empiris dari Τ(𝜂) dan 1 Sampel A Single base
2 Sampel B Double base
Π(𝜂). 3 Sampel C Double base
𝑆 4 Sampel D Double base
𝜆=𝑆 (9) Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2018
𝑚

Setelah menentukan posisi proyektil pada Hasil pengujian menunjukkan


saat tekanan maksimum, parameter bahwa sampel A merupakan propelan
perjalanan tembakan (λ) dapat dihitung. yang komposisi utamanya adalah
Dalam persamaan ini, S adalah posisi nitroselulosa sehingga disebut propelan
proyektil di dalam laras. single base16. Sedangkan sampel B, C dan
𝑃 = 𝑃𝑚 . 𝜓(𝜆) (10) D mempunyai komposisi utama
𝑉 = 𝑉𝑚 . 𝜑(𝜆) (11) nitroselulosa dan nitrogliserin sehingga

𝑡 = 𝑡𝑚 . 𝛿(𝜆) disebut sebagai propelan double base17.


(12) Kestabilan
Tabel data empiris dari metode Kestabilan bertujuan untuk
Heydenreich untuk parameter λ memastikan propelan yang digunakan
melengkapi nilai fungsi 𝜓(𝜆), 𝜑(𝜆) dan masih memenuhi standar dan dapat
𝛿(𝜆), yang digunakan untuk menghitung, menghasilkan tekanan gas yang

16 17
Jai Prakash Agrawal, High Energy Materials Ibid., hlm.214.
Propellants, Explosives and Pyrotechnics,
(Weinheim : Wiley, 2010), hlm.213

Analisis Pengaruh Karakteristik Propelan…| Adliana, Bura, Ruyat | 45


maksimal. Prosedur pengujian ini menunjukkan bahwa propelan yang
mengacu kepada MIL-STD-286C dan digunakan tidak memiliki masalah dalam
Bofors yaitu menggunakan Methyl Violet pembakaran dan cukup aman digunakan
Test. Methyl Violet Test merupakan cara (tidak akan mengalami autoignition),
penentuan stabilitas kimia propelan dimana pengujian ini menggunakan open
melalui pengukuran interval waktu yang cup flast point testing. Hasil dari pengujian
diperlukan untuk menghasilkan gas ini adalah sebagai berikut.
nitrogen oksida dari sampel yang Tabel 4. Hasil Pengujian Titik Nyala Sampel
Propelan
dipanaskan18. Ester nitrat mampu terurai No Nama Sampel Hasil Pengujian
menjadi gas nitrogen oksida, kemudian 1 Sampel A 170⁰C
2 Sampel B 167⁰C
dideteksi menggunakan perubahan 3 Sampel C 171⁰C
4 Sampel D 173⁰C
warna standar dari kertas indikator
Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2018
Methyl Violet. Sampel dikatakan tidak
Seluruh sampel dari pengujian titik
stabil jika kertas indikator berubah warna
nyala telah memenuhi spesifikasi industri
dari ungu menjadi pink salmon secara
dalam negeri, dimana titik nyala untuk
menyeluruh19. Hasil dari pengujian
propelan yang digunakan pada munisi
kestabilan untuk keempat sampel
adalah minimal 165⁰C. Titik nyala pada
menunjukkan bahwa setiap sampel dalam
keempat sampel tidak berbeda cukup
keadaan stabil, sehingga dapat
jauh, namun pada hasil pengamatan,
menghasilkan hasil yang sama pada
sampel C mengasilkan api dan asap yang
setiap pengujian atau penembakan jika
cukup besar daripada sampel lainnya. Api
telah dimasukkan pada munisi.
dan asap yang cukup besar bisa
Titik Nyala
menunjukkan bahwa hasil pembakaran
Flash point (titik nyala) merupakan
tidak sempurna.
temperatur terendah dimana zat mudah
Penentuan bentuk dan ukuran Granulasi
terbakar dengan adanya percikan atau
Bentuk granul sampel propelan
nyala api20. Pengujian ini diperlukan untuk
dilihat pada mikroskop dan ukuran

18
Bofors, Analytical Methods for Powders and Liquid Propellant: 1-(2-Azidoethyl)
Explosive, (Sweden: AB Bofors, 1974), Hlm.46 Pyrrolidine”, Journal of Fluid Phase Equilibria,
19
Bofors, Op. Cit, Hlm.47. 2016, hlm. 23
20
Jing Yang, Et Al, “The Density, Viscosity, Vapor
Pressure, Melting Point and Flash Point of a

46 | Jurnal Teknologi Persenjataan | Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019


Tabel 5. Bentuk dan Ukuran Granulasi Sampel Propelan
No Nama Gambar Gambar Nama dan Ukuran
Sampel Mikroskop tanpa mikroskop Granul Propelan
1 A Extruded
(single perforated)

Panjang : 0.96 mm
Diameter granul : 0.75 mm
Diameter perforasi : 0.14 mm
2 B Ball

Diameter : 0.44 – 0.53 mm

3 C Flattered ball

Diameter : 0.6 – 0.9 mm

4 D Ball

Diameter : 0.44 – 0.53 mm

Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2018

diameter propelan dicek menggunakan Nilai energi tidak dapat diukur


skala pengukuran, sehingga didapatkan dengan mudah, namun perubahan suhu
data pada Tabel 5. yang disebabkan oleh aliran energi panas
Sampel A memiliki bentuk extruded antara benda atau zat dapat diukur
dengan single perforated, dimana panjang menggunakan kalorimeter. Pada
dari tabungnya adalah 0.96 mm, diameter umumnya kalorimeter bom diisi oleh gas
granulnya 0.75 mm dan diameter oksigen, namun pada pengujian propelan,
perforasinya adalah 0.14 mm. Sampel A kalorimeter bom diisi dengan gas
memiliki cukup berbeda dari sampel nitrogen. Propelan kaya akan kandungan
lainnya, dimana sampel B dan D memiliki oksigen yang digunakan untuk proses
bentuk ball dengan diameter 0.44- pembakarannya sendiri, penggunan
0.53mm dan sampel C memiliki bentuk nitrogen pada kalorimeter bom agar
flattered ball dengan diameter 0.6- perhitungan penggunaan oksigen pada
0.9mm. proses pembakaran tidak terpengaruh
Nilai Kalori oksigen dari luar.

Analisis Pengaruh Karakteristik Propelan…| Adliana, Bura, Ruyat | 47


Nilai kalori merupakan indikasi menghasilkan pembakaran yang tidak
besarnya energi yang dikeluarkan jika sempurna karena pada uji titik nyala,
suatu zat terbakar sempurna. Hal ini sampel C menghasilkan nyala api dan asap
menunjukkan jumlah energi yang yang terlihat lebih berbeda daripada
digunakan pada propelan dalam sampel lainnya. Hal inilah yang
pembakaran di dalam munisi. Hasil menyebabkan sampel C mempunyai nilai
pengujian nilai kalori pada beberapa kalori dibawah dari spesifikasi yang
sampel dapat dilihat pada Tabel 6. diperlukan.
Tabel 6. Hasil Pengujian Kalori Sampel Moisture Content
Propelan
No Nama Sampel Nilai Kalori Moisture Content (kelembaban)
1 Sampel A 899.41 kal/g menunjukkan kadar air yang terkandung
2 Sampel B 900.59 kal/g
dalam campuran suatu bahan. Prosedur
3 Sampel C 861.20 kal/g
4 Sampel D 915.20 kal/g pengujian ini mengacu kepada MIL-STD-
Sumber: Hasil Olahan Peneliti
286C dimana menggunakan metode
Hasil pengujian nilai kalori
oven. Hasil dari penelitian ini dapat dilihat
menunjukkan bahwa, nilai sampel A, B
pada Tabel 7.
dan D memenuhi spesifikasi industri
Tabel 7. Hasil Pengujian Moisture Content
dalam negeri yang dibutuhkan utk munisi Sampel Propelan
No Nama Sampel Hasil Pengujian
5.56 adalah 890- 920 kal/g. Berdasarkan 1 Sampel A 1.03 %
teori, diketahui bahwa komposisi utama 2 Sampel B 0.64 %
3 Sampel C 0.52 %
propelan berpengaruh cukup besar 4 Sampel D 1.06 %
terhadap nilai kalori, dimana propelan Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2018
Sampel A dan D diketahui memiliki
double base lebih besar energinya
kelembaban yang lebih tinggi daripada
daripada single base. Hal ini sesuai
sampel B dan C. Perlu diketahui bahwa
dengan hasil penelitian bahwa sampel B
penyimpanan pada sampel A, B dan C
dan D yang merupakan propelan double
berada pada tempat yang telah
base nilai kalorinya lebih besar daripada
memenuhi standar penyimpanan,
sampel A yang merupakan propelan
sedangan sampel D berasal dari
single base. Namun pada sampel C
penyimpanan yang tidak memenuhi
hasilnya tidak sesuai dengan teori,
dimana energinya lebih kecil daripada standar sehingga mudah terpengaruh
cuaca dari lingkungan yang membuatnya
sampel A. Hal ini dikarenakan sampel C

48 | Jurnal Teknologi Persenjataan | Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019


mudah menyerap air. Pada sampel A yang Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2018

walau telah disimpan pada tempat yang Bulk Density pada sampel A dan D
memenuhi standar, namun tetap memiliki lebih rendah daripada sampel B dan C. hal
nilai kelembaban yang lebih tinggi dari ini memperlihatkan bahwa sampel
sampel B dan C, hal ini di karenakan dengan nilai moisture content yang tinggi
sampel A hanya disimpan pada wadah memiliki ukuran partikel yang besar
kemasan kardus yang tebal dengan (kepadatannya kurang) sehingga nilai
dilapisi plastik, Bahan kardus bulk density-nya menjadi rendah. Hal ini
memungkinkan untuk penyerapan air menunjukkan bahwa bulk density
pada sampel propelan, sedangkan berbanding terbalik dengan moisture
sampel B dan C disimpan dalam wadah content.
kemasan yang berasal dari lapisan logam. Spesifikasi industri dalam negeri
Hasil penelitian ini menunjukkan untuk bulk density adalah berada pada
bahwa digunakan tingkat kelembaban nilai 945 hingga 1025 g/L. Hasil penelitian
dari seluruh sampel masih berada di bulk density menunjukkan bahwa sampel
bawah batas maksimal yakni 1.25 %, A dan D telah memenuhi spesifikasi,
sehingga seluruh sampel masih namun pada sampel B dan C mempunyai
memenuhi spesifikasi yang diperlukan bulk density diatas spesifikasi yang
oleh industri dalam negeri untuk diharapkan, yaitu 1030 g/L. Berdasarkan
dimanfaatkan pada munisi kaliber 5.56 x teori diketahui bahwa bulk density yang

45 mm SS109/M855. cukup tinggi akan menghasilkan nilai


Bulk Density kalori yang tinggi, hal ini sesuai dengan
Bulk density menunjukkan besarnya yang dialami oleh sampel B, dapat
massa propelan dalam satuan volume. disimpulkan bahwa nilai dari karakteristik
Prosedur pengujian ini mengacu kepada propelan ini cukup mempengaruhi antara
metode analitik Bofors. Hasil dari satu dengan lainnya. Sementara sampel C
pengujian dapat dilihat pada Tabel 8. yang mempunyai nilai bulk density besar,
Tabel 8. Hasil Pengujian Bulk Density Sampel malah mempunyai nilai kalori yang kecil
Propelan
hal ini disebabkan sampel C menghasilkan
No Nama Sampel Hasil Pengujian
1 Sampel A 970 g/L pembakaran yang tidak sempurna,
2 Sampel B 1030 g/L
3 Sampel C 1030 g/L sehingga nilai kalori yang dihasilkan tidak
4 Sampel D 990 g/L bisa maksimal.

Analisis Pengaruh Karakteristik Propelan…| Adliana, Bura, Ruyat | 49


Eksperimen Uji Balistik Dalam melakukan uji balistik pada
Pada penelitian ini menggunakan penelitian ini, untuk setiap butir munisi
dua jenis propelan yang berbeda yaitu dibutuhkan sampel A sebanyak 1.69 gram,
single base dan double base. Untuk sampel B sebanyak 1.69 gram, sampel C
mempermudah penelitian, maka total sebanyak 1.76 gram dan sampel D
nilai kalori pada setiap sampel harus sebanyak 1.66 gram. Sampel propelan
disamakan menggunakan persamaan 1. ditimbang sebanyak yang diperlukan dan
Pada penelitian ini menggunakan sampel dimasukkan ke dalam selongsong,
B sebagai acuan. Berdasarkan data kemudian di satukan dengan
balistik industri dalam negeri, diketahui proyektilnya. Massa proyektil diketahui
bahwa sampel B untuk mencapai sebanyak 4 gram dan dimeter
kecepatan 903-927 m/s pada 𝑉25 proyektilnya adalah 5.56.
diperlukan sebanyak 1.69 gram. Dari nilai Tabel 10. Data Hasil Uji Balistik
No Nama 𝑷𝒎 𝒕𝒎 𝑽𝒐
total kalorinya dan menggunakan Sampel (MPa) (ms) (m/s)
persamaan 1, diketahui total kalori (𝑄) 1 Sampel A 357.7 0.22 943.01
2 Sampel B 332.8 0.27 928.84
yang dihasilkan oleh propelan selama 3 Sampel C 413.9 0.29 1002.7
4 Sampel D 350.1 0.23 929.25
pembakaran adalah 1517.49 kal. Sampel
Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2018
propelan yang lain yang telah diketahui
Semua data pada tabel 10 ini
nilai kalorinya, kemudian di hitung
merupakan hasil rata-rata dari pengujian
massanya berdasarkan kesamaan jumlah
10 kali penembakan. Tekanan maksimal
energinya, sehingga diperoleh data pada
(𝑃𝑚 ) merupakan tekanan maksimal yang
Tabel 9.
dihasilkan dari hasil pengujian dan
Tabel 9. Massa Propelan untuk Uji Balistik
No Nama Nilai Massa
ditangkap oleh sensor piezoelectric,
Sampel Kalori Propelan (𝒎𝒑 ) sedangkan 𝑡𝑚 merupakan waktu yang
(𝑭)
1 Sampel 899.41 1.69 gram diperlukan untuk mencapai tekanan
A kal/g
maksimal. Muzzle velocity (𝑉𝑜 ) merupakan
2 Sampel 900.59 1.69 gram
B kal/g kecepatan saat proyektil berada di mulut
3 Sampel 861.20 1.76 gram
C kal/g laras dan hasil kalkulasi pada system
4 Sampel 915.20 1.66 gram controller yang ditangkap oleh sensor
D kal/g
Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2018 light screen.

50 | Jurnal Teknologi Persenjataan | Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019


Hasil Eksperimen
500

400

Tekanan (MPa)
300

200

100

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
-100
Waktu (ms)

Sampel A Sampel B Sampel C Sampel D

Gambar 2. Hasil Eksperimen Uji balistik Tekanan terhadap waktu


Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2018

Hubungan Karakteristik Propelan berbeda karena nilai antara ketiganya


terhadap Balistik Interior tidak berada pada jarak yang jauh.
Berdasarkan tabel 10 dapat Dari gambar 3 diketahui bahwa
diketahui bahwa tekanan maksimal yang sampel C memiliki tekanan maksimal yang
dihasilkan dari masing-masing sampel lebih tinggi daripada sampel lainnya.
masih dibawah batas maksimal untuk Sampel C menghasilkan 𝑃𝑚 yang begitu
tekanan maksimal munisi 5.56 x 45mm besar diperkirakan karena adanya
SS109/M855 yang sesuai spesifikasi komposisi kimia-nya yang tidak dimiliki
industri dalam negeri yaitu 420 MPa. Hasil oleh sampel lain, seperti adanya
uji balistik dapat dilihat pada gambar 3. kandungan grafit yang cukup tinggi
Pengujian balistik dilakukan dengan daripada sampel lainnya yaitu 0.4%,
menggunakan total nilai kalori (𝑄) yang sedangan sampel lainnya hanya 0.02-
sama. Berdasarkan hukum kekekalan 0.25% untuk sampel A, 0.25% untuk sampel
energi dengan menggunakan total nilai B, dan 0.18 untuk sampel D. Grafit adalah
kalori yang sama akan menghasilkan zat yang tersusun atas unsur karbon (C)
tekanan maksimal yang sama atau tidak yang sering ditambahkan pada propelan
jauh berbeda antara satu dengan yang sebagai bahan pelapis pada permukaan
lainnya. Total nilai kalori menunjukkan granulasi propelan 21, dimana akan
energi yang digunakan pada proses membuat bahan propelan lebih cepat
pembakaran propelan. Sampel A, B dan D menghantarkan panas.22 Kandungan
relatif menghasilkan 𝑃𝑚 yang tidak grafit yang berlebih ini membuat

21 22
Jai Prakash Agrawal, op. cit., hlm.228 Ibid., hlm. 169

Analisis Pengaruh Karakteristik Propelan…| Adliana, Bura, Ruyat | 51


propelan mempunyai kelebihan tinggi akan membuat reaksi pembakaran
kandungan karbon yang akan sulit untuk menghasilkan tekanan lebih tinggi. Hal ini
terosidasi secara sempurna membentuk lah yang membuat sampel C memiliki nilai
karbon dioksida. Karbon yang dibiarkan 𝑃𝑚 yang paling tinggi daripada sampel
tanpa teroksidasi akan terjadi lainnya.
pembakaran tidak sempurna dan Sampel C yang saat pengujian
membentuk karbon monoksida yang balistiknya telihat asap keluar dari mulut
memberikan asap hitam saat ledakan laras, menunjukkan bahwa sampel C tidak
karena oksigen tidak cukup untuk cukup bagus menjadi propelan munisi
pembentukan karbon dioksida.23 Hal ini kaliber 5.56 x 45 mm karena propelan
sesuai dengan hasil pengamatan saat untuk munisi kaliber 5.56 x 45 mm
pengujian, bahwa terlihat adanya asap merupakan propelan tanpa asap dan jika
saat yang keluar dari laras senjata. Selain keluar asap dari mulut laras selama
itu, didukung juga dengan nilai entalpi penembakan akan cukup mempengaruhi
pembentukan gas karbon monoksida keselamatan prajurit dimana lokasi
yang lebih positif daripada nilai entalpi penembakan akan diketahui oleh musuh
pembentukan gas karbon dioksida. dari asap yang dikeluarkan. Penggunaan
Entalpi pembentukan gas karbon propelan tanpa asap memberikan tingkat
monoksida adalah -110.5 kJ/mol, keamanan dan keselamatan kepada
sedangan entalpi pembentukan gas prajurit agar tidak terdeteksi.25
karbon dioksida adalah -393.5 kJ/mol.24 Kecepatan yang dapat dilihat dari
Dari data ini diketahui bahwa nilai entalpi pengujian berupa kecepatan pada mulut
karbon monoksida lebih positif, sehingga laras (𝑉𝑜 ), sedangkan distribusi kecepatan
lebih banyak melepaskan panas dari yang terjadi selama proyektil masih di
sistem ke lingkungan dan temperatur dalam laras hanya dapat di prediksi
menjadi lebih tinggi. Pada volum tetap, melalui perhitungan, salah satunya
jika temperatur yang dihasilkan lebih dengan metode Heydenreich. Kecepatan

23 25
Ibid., hlm.18 M.N.A.G Yolhamid, Et Al, “The Novel Usage
24
Nopriawan, “Standar Entalpi Pembentukan Nitrocellulose as A Propellant Of 5.56 Mm
dan Reaksi”, dalam http://www.kampus- Bullet.” Journal of Solid State Phenomena Vol
digital.com/2017/03/standar-entalpi- 280, Hlm. 361-367
pembentukan-dan-reaksi.html, diakses pada
30 Januari 2019

52 | Jurnal Teknologi Persenjataan | Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019


mulut laras ini merupakan kecepatan perforated, sampel A memiliki waktu lebih
yang paling maksimal dihasikan selama cepat daripada bentuk ball. Peristiwa
reaksi balistik dan kecepatannya akan serupa juga terjadi pada penelitian
turun secara bertahap setelah memasuki sebelumnya, dimana propelan propelan
balistik eksterior. Kecepatan yang extruded waktu konsumsi
dihasilkan merupakan perwujudan dari pembakarannya lebih tinggi daripada
adanya tekanan yang dihasilkan selama propelan berbentuk ball (spherical).27
proses pembakaran propelan, dimana Pada pengujian balistik, total nilai
sampel dengan tekanan maksimal (𝑃𝑚 ) kalori yang digunakan adalah sama,
cukup besar akan menghasilkan sehingga karakteristik propelan yang
kecepatan mulut laras (𝑉𝑜 ) yang cukup memberikan pengaruh pada mekanisme
besar juga, begitupun sebaliknya. pembakaran adalah bentuk fisik dan
Cepatnya energi yang dikeluarkan ukuran granulasi propelannya.
tergantung kepada dimensi granul Karakteristik lain seperti kestabilan, titik
propelan26. Hal ini sesuai waktu yang nyala, moisture content dan bulk density
diperlukan untuk mencapai tekanan telah memenuhi spesifikasi industri dalam
maksimal (𝑡𝑚 ) yang dihasilkan dari negeri untuk munisi 5.56 x 45 mm
sampel pengujian. Sampel B dan D SS109/M855 dan nilai karakteristik
memerlukan lebih cepat daripada sampel tersebut tidak cukup berbeda dari setiap
C. Sampel B dan D memiliki bentuk granul sampelnya sehingga dianggap sama.
berupa ball dan berdiameter 0.44 – 0.53 Hasil eksperimen hanya bisa di
mm, sedangkan sampel C memiliki bentuk dapatkan grafik tekanan terhadap waktu
Flattered ball dengan diameter granul 0.6 hingga 2.5 ms, namun tidak bisa diketahui
– 0.9 mm. Dari data ini dapat dikatakan batas waktu saat propelan sampai ke
bahwa yang memiliki diameter lebih kecil mulut laras (𝑡𝑜 ). Hal ini bisa di prediksi
memiliki luas permukaan lebih besar melalui metode Heydenreich, begitu juga
sehingga waktu pembakarannya lebih dengan kecepatan yang dihasilkan munisi
cepat. Namun pada sampel A yang
memiliki bentuk extruded dengan single

26
Kare Roald Strandli, Interior Ballis tic (AS: Propellants and Verification with Experimental
Nammo, 2004) Results”. Journal of Thermal Science and
27
Mehmed Akcay, “Internal and Transitional Technology, Turkish Military Academy, 2017
Ballistic Solution for Spherical and Perforated

Analisis Pengaruh Karakteristik Propelan…| Adliana, Bura, Ruyat | 53


Tekanan terhadap waktu
450
400
350
Tekanan (MPa) 300
250
200
150
100
50
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Waktu (ms)

Sampel A Sampel B Sampel C Sampel D

Gambar 3. Hasil Perhitungan Heydenreich Tekanan terhadap waktu


Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2018

Tekanan terhadap panjang laras


500
Tekanan (MPa)

400
300
200
100
0
0 100 200 300 400 500
Panjang laras (mm)

Sampel A Sampel B Sampel C Sampel D

Gambar 4. Hasil Perhitungan Heydenrich Tekanan terhadap Panjang Laras


Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2018
dalam laras senjata hanya bisa diprediksi merupakan tekanan gas yang dihasilkan
melalui pendekatan perhitungan, salah oleh pembakaran propelan, sehingga
satunya dengan metode Heydenreich. terjadi peningkatan tekanan yang
Balistik Interior dengan Metode ekstrem dan mendorong proyektil
Heydenreich terlepas dari selongsong dan proyektil
Hasil perhitungan melalui metode bergerak dengan cepat. Pergerakan
Heydenreich dari keempat sampel proyektil menghasilkan perluasan
didapatkan empat buah grafik yang dapat terhadap ruang bakar dalam laras dan
dilihat pada Gambar 3, hingga Gambar 6. tekanan gas semakin bertambah ke titik
Dalam interior balistik, diasumsikan maksimal seiring bertambahnya waktu.
bahwa propelan telah habis terbakar Tekanan maksimal menunjukkan
sebelum proyektil melewati mulut laras. bahwa propelan telah terbakar
Tekanan yang terjadi pada balistik interior sempurna. Setelah mencapai tekanan

54 | Jurnal Teknologi Persenjataan | Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019


Kecepatan terhadap waktu
1200
1000

Kecepatan (m/s)
800
600
400
200
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Waktu (ms)

Sampel A Sampel B Sampel C Sampel D

Gambar 5. Hasil Perhitungan Heydenreich Kecepatan terhadap Waktu


Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2018

Kecepatan terhadap panjang laras


1200
1000
Kecepatan (m/s)

800
600
400
200
0
0 100 200 300 400 500
Panjang laras (mm)

Sampel A Sampel B Sampel C Sampel D

Gambar 6. Hasil Perhitungan Heydenreich Kecepatan terhadap Panjang Laras


Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2018
maksimal, tekanan pada pada laras akan singkat dan sulit untuk diamati secara
turun secara bertahap seiring laju manual.
perubahannya terhadap waktu. Proses Gambar 4 merupakan grafik
dalam balistik interior terjadi pada kondisi mengenai hasil perhitungan Heydenreich
adiabatik, dimana tidak terjadi tekanan terhadap panjang laras. Saat
perpindahan kalor ke lingkungan dan mencapai tekanan maksimal, proyektil
terjadi sesudah pembakaran selesai. Dari dari telah terlepas dari selongsong.
Gambar 3 diketahui bahwa waktu yang Panjang laras yang digunakan adalah 463
diperlukan untuk balistik interior pada mm, dimana panjang laras ini dimulai dari
keempat sampel adalah ± 1 ms. Hal ini titik nol dimana mulai terjadi pergerakan
menunjukkan bahwa waktu yang proyektil yang terlepas dari
diperlukan untuk balistik interior begitu selongsongnya. Tekanan yang dihasilkan
saat dimulut laras adalah 70.11 MPa

Analisis Pengaruh Karakteristik Propelan…| Adliana, Bura, Ruyat | 55


(sampel A), 77.83 MPa (sampel B), 82.87 karena dilakukan sesuai rancangan
MPa (sampel C) dan 74.46 MPa (sampel pengujian yang telah disusun
D). Hal ini menunjukkan bahwa setelah berdasarkan standar pengujian.
mencapai titik maksimal, tekanan akan Sedangkan metode Heydenreich
turun sesuai dengan gerakan majunya merupakan pendekatan yang dilakukan
proyektil melewati laras karena adanya untuk menghasilkan data yang mendekati
proses politropik. eksperimen. Validasi dilakukan untuk
Gambar 5 menunjukkan grafik menunjukkan bahwa metode dilakukan
mengenai hasil perhitungan Heydenreich sesuai dengan peruntukkannya dan dapat
kecepatan terhadap waktu. Kecepatan menghasilkan analisis yang baik. Data
proyektil di dalam laras bisa di prediksi yang bisa dibandingkan hanya data
melalui metode Heydenreich dan terlihat tekanan terhadap waktu, karena hanya
bahwa kecepatan semakin meningkat data tersebut yang di dapatkan dari hasil
seiring bertambahnya waktu. Titik puncak pengujian dan terlihat pada gambar 8
dari kecepatan yang dihasilkan berada hingga gambar 11. Distribusi tekanan
pada mulut laras dan kecepatan inilah sepanjang waktu menunjukkan hasil yang
sebagai kecepatan awal proyektil keluar konsisten antara hasil eksperimen dan
dari mulut laras. perhitungan melalui metode
Pada Gambar 6 diketahui bahwa Heydenreich, yaitu kemiringan grafik
adanya grafik kecepatan terhadap menunjukkan hasil yang sama. Adapun
panjang laras. Dari grafik, masih diketahui perbedaan yang terlihat adalah berupa
bahwa kecepatan mulut laras yang paling penundaan waktu antara hasil ekperimen
tinggi dimiliki oleh sampel C. Sampel A, B dan perhitungan dimana hasil eksperimen
dan D terlihat tidak memiliki perbedaan lebih cepat terjadi daripada hasil
yang cukup signifikan. perhitungan. Perbedaan ini dapat
Hasil perhitungan menggunakan dijelaskan melalui prosedur perhitungan
metode Heydenreich dari keempat dan teori yang berlaku pada fenomena ini.
sampel diatas kemudian dibandingkan Perbandingan hasil eksperimen dan
atau divalidasi dengan hasil eksperimen perhitungan melalui metode Heydenreich
yang dapat dilihat pada Gambar 7 hingga
Gambar 10. Data hasil eksperimen
merupakan data yang paling akurat

56 | Jurnal Teknologi Persenjataan | Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019


Sampel A
400
350
300

Tekanan (MPa)
250
200
150
100
50
0
-50 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Waktu (ms)

heydenrich eksperimen

Gambar 7. Hasil Tekanan terhadap waktu untuk Sampel A


Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2018

SAMPEL B
400
Tekanan (MPa)

300

200

100

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Waktu (ms)

heydenrich eksperimen

Gambar 8. Hasil Tekanan terhadap waktu untuk Sampel B


Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2018
pada setiap sampel akan dianalisis Heydenreich masih menunjukkan hal
sebagai berikut. yang sama, yaitu adanya perbedaan
Pada Gambar 7 menunjukkan waktu. Pada hasil eksperimen diketahui
adanya perbedaan waktu antara kedua bahwa untuk mencapai tekanan
grafik. Pada eksperimen dibutuhkan 𝑡𝑚 maksimal diperlukan waktu sebesar 0.27
sebesar 0.22 ms dan 𝑡𝑚 untuk ms dan pada perhitungan Heydenreich
Heydenreich adalah sebesar 0.33 ms. diperlukan 𝑡𝑚 sebesar 0.36 ms. Terdapat
Selisih dari kedua nilai 𝑡𝑚 ini adalah 0.11 selisih sebesar 0.09 ms dan persentase
ms, sehingga dihasilkan persentase eror eror yang terjadi adalah 33.33 %.
dari 𝑡𝑚 adalah sebesar 50.00 %. Pada gambar 10 terlihat adanya
Pada gambar 9, hasil balistik antara perbedaan hasil balistik sampel C dengan
hasil eksperimen dan perhitungan sampel lainnya. Terlihat bahwa selain

Analisis Pengaruh Karakteristik Propelan…| Adliana, Bura, Ruyat | 57


SAMPEL C
500

400

Tekanan (MPa)
300

200

100

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
-100
Waktu (ms)

heydenrich eksperimen

Gambar 9. Hasil Tekanan terhadap waktu untuk Sampel C


Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2018

SAMPEL D
400
Tekanan (MPa)

300

200

100

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Waktu (ms)

heydenrich eksperimen

Gambar 10. Hasil Tekanan terhadap waktu untuk Sampel D


Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2018
profil balistik yang sama, titik 𝑡𝑚 antara Heyderich namun berbeda pada sisi
hasil eksperimen dan perhitungan waktu. Pada hasil eksperimen dibutuhkan
Heydenreich hampir bertemu. Pada hasil waktu sebesar 0.23 ms untuk mencapai
eksperimen, dibutuhkan 𝑡𝑚 sebesar 0.29 tekanan maksimal dan pada perhitungan
ms dan pada perhitungan Heydenreich Heydenreich diperlukan 𝑡𝑚 sebesar 0.34,
diperlukan 𝑡𝑚 sebesar 0.31 ms. Dari kedua sehingga dihasilkan selisih sebesar 0.11
𝑡𝑚 hanya ditemukan selisih sebesar 0.02 dan persentase eror sebesar 47.82 %.
ms dan persentase eror sebesar 6.89 %. Hasil Gambar 8 hingga 11 diketahui
Seperti yang terlihat pada gambar 8 ada perbedaan pada waktu antara
dan gambar 9, pada gambar 11 juga pengukuran saat eksperimen dan
menunjukkan pola yang sama, dimana perhitungan menggunakan metode
adanya konsistensi profil balistik antara Heydenreich. Perbedaan ini mencangkup
hasil eksperimen dan perhitungan waktu pada saat 𝑃𝑚 maupun waktu

58 | Jurnal Teknologi Persenjataan | Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019


selama tekanan gas dihasilkan sepanjang yang diperlukan pada balistik interior
laras. untuk hasil eksperimen dan perhitungan
Perhitungan Heydenreich hanya Heydenreich. Bentuk dan ukuran
membutuhkan data awal sebanyak 6 propelan ini tidak diperhitungkan dalam
buah, yaitu panjang laras, tekanan metode Heydenreich karena dianggap
maksimal, kecepatan pada mulut laras, tidak memberikan pengaruh pada waktu
massa propelan, massa proyektil dan pembakaran propelan, setiap propelan
diameter proyektil. Dalam perhitungan diasumsikan memiliki bentuk dan ukuran
waktu Heydenreich hanya menggunakan yang sama pada setiap perhitungan
data 𝑉𝑜 dengan menggunakan Heydenreich. Pada penelitian ini
persamaan 5, persamaan 7 dan menggunakan tiga jenis bentuk dan
persamaan 12. Perbedaan selisih waktu ukuran propelan yang berbeda, yaitu
yang begitu besar juga disebabkan karena berbentuk extruded dengan single
data input yang begitu sedikit, sementara perforated (sampel A), ball (sampel B dan
dalam balistik interior dipengaruhi oleh D) dan flattered ball (sampel C). Adanya
banyak faktor, yaitu senjata yang perbedaan pada nilai 𝑡𝑚 terdapat jarak
digunakan, munisi dan propelan itu antara kedua grafik tersebut (gambar 4.6
sendiri. Pada penelitian ini, laras senjata hingga gambar 4.9). Pada sampel A
dan munisi yang digunakan diasumsikan persentase eror 𝑡𝑚 adalah sebesar 50.00
dalam kondisi yang sama, sedangkan %, pada sampel B persentase eror 𝑡𝑚
pada pembakaran propelan tidak hanya adalah sebesar 33.33 %, pada sampel C
dipengaruhi faktor massa propelan persentase eror 𝑡𝑚 adalah sebesar 6.89 %
namun juga dipengaruhi bentuk dan dan pada sampel D persentase error 𝑡𝑚
ukuran propelan. adalah sebesar 47.82 %. Persentase eror
Cepatnya pembakaran atau waktu 𝑡𝑚 yang cukup kecil untuk sampel C
yang diperlukan untuk pembakaran menunjukkan bahwa perhitungan
propelan dipengaruhi oleh dimensi Heydenreich cocok untuk propelan yang
granulasi propelan28 yang berupa bentuk memiliki bentuk flattered ball karena
dan ukurannya. Hal inilah yang waktu pembakaran saat eksperimen
menyebabkan adanya perbedaan waktu paling lambat dan tidak cocok untuk

28
Kare Roald Strandli, Interior Ballistic, (AS :
Nammo, 2004), hlm.39

Analisis Pengaruh Karakteristik Propelan…| Adliana, Bura, Ruyat | 59


propelan yang memiliki bentuk ball atau ukuran diameter lebih kecil
extruded dengan single perforated karena (sampel B dan D) memiliki
waktu pembakaran saat eksperimen lebih kecepatan pembakaran lebih
cepat. cepat daripada sampel yang
diameternya lebih besar (sampel
Simpulan C).
1. Karakteristik propelan yang 4. Metode Heydenreich dapat
diamati pada penelitian ini konsisten dengan hasil
meliputi komposisi utama eksperimen, dapat menghitung
kestabilan, titik nyala, nilai kalori, kecepatan dan balistik interior
moisture content, bulk density, terhadap panjang laras
bentuk dan ukuran granulasi dari 5. Metode Heydenreich tidak
propelan. Semua karakteristik memperhitungkan dimensi granul
yang diamati cukup memenuhi sebagai input awal, sehingga
spesifikasi yang diperlukan untuk membuat adanya perbedaan
munisi 5.56x45 mm SS109/M855. waktu yang dibutuhkan pada
2. Kemajuan teknologi yang begitu balistik interior untuk metode
pesat membuat propelan single eksperimen dan metode
base (sampel A) mampu memiliki Heydenreich Metode Heydenreich
performa seperti propelan double cocok untuk propelan yang
base (sampel B, C dan D) memiliki bentuk flattered ball dan
3. Kecepatan yang dihasilkan pada kurang cocok untk propelan yang
balistik interior sangat mempunyai bentuk ball dan
dipengaruhi oleh dimensi granul extruded dengan single
dari propelan meliputi bentuk dan perforated.
ukurannya dimana kecepatan
pembakaran dari propelan Saran
extruded dengan single perforated Sebagai bentuk tanggung jawab
(sampel A) cukup lebih tinggi secara akademis dari peneliti, maka
daripada propelan dengan bentuk berdasarkan hasil penelitian serta
ball (sampel B dan D) dan flattered simpulan penelitian ini, peneliti
ball (sampel C). Sampel dengan memberikan saran untuk perkembangan

60 | Jurnal Teknologi Persenjataan | Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019


penelitian selanjutnya yaitu metode Cronemberger, P. O, E. P. Lima Junior, J.
A. M. Gois and A. B. Caldeira. 2014.
Heydenreich dapat digunakan dalam
“Theoretical and experimental
perkembangan teknologi persenjataan study of the interior Ballistics of a
Rifle 7.62”. Thermal Engineering
yang mampu menganalisis pengaruh
Journal Vol.12 No.2 December 2014.
karakteristik propelan terhadap balistik hlm.20-27
interior pada munisi kaliber kecil. Degirmenci, Ercan. 2015. “Effects of grain
size and temperature of double
base solid propellants on internal
Daftar Pustaka ballistics performance”. Journal of
Fuel Elsevier 146. 2015. hlm.95-120.
Buku
Guo, Xiaode, Fengsheng Li, Ji-Yuan Liang,
Agrawal, Jai Prakash. 2010. High Energy
Wei Jiang and Lu-Kui Zhao. 2010.
Materials Propellants, Explosives and
“The Influence of Spherical Granular
Pyrotechnics. Weinheim: Wiley.
Propellants On The Combustion
Bofors. 1974. Analytical Methods for Properties of High-Burning-Rate
Powders and Explosive. Sweden: AB Propellant” International Journal of
Bofors. Energetic Materials and Chemical
Departement of Defense USA. 1967. Propulsion. Volume 9.
Military Standard Propellants, Solid: Jang, Jin-Sung, H. G. Sung, T. S. Roh and
Sampling, Examinaton and Testing. D. W Choi. 2013 “Numerical analysis
MIL-STD-286C of interior ballistics through
Oerlikon. 1981. Oerlikon Pocket-Book. eulerian-lagrangian approach”
Zurich Journal of Mechanical Science and
Technology Volume 27. hlm.2351-
Kementerian Pertahanan. 2015. Buku 2357
Putih Pertahanan Indonesia 2015.
Jakarta: Kementerian Pertahanan Liao, Xin, Jun Zhao, Bin Xu and Ze-Shan
Republik Indonesia Wang. 2015. “Modelling and
simulation of interior ballistics
Kubota, Naminosuke. 2002. Propellant based on actual combustion
and Explosives Thermochemical characteristics of propellant”.
Aspects of combustion. Jerman: Journal of Energetic Materials.
Wiley hlm.155-166.
Strandli, Kare Roald. 2004. Interior Senturk, Abdullah, Halil Isik, and Celal
Ballistic. AS: Nammo. Evci, “Thermo-mechanically
Jurnal coupled thermal and stress analysis
of interior ballistics problem”.
Botelho, Fernanda Diniz, Erick Galante, dan
International Journal of Thermal
Álvaro Mendes. 2015.
Sciences No.104, 2016, hlm.39-53
“Characteristics and Manufacture
of Spherical Smokeless Powders”. Yang, Jing, Aijun Gong, Yayu Li, Zhaoyang
Journal of aerospace technology and Liu, Tao Fang, Rongpei Jiang,
management Vol.7 No.4 Haiyun Sun and Lina Qiu. 2016. “The
density, viscosity, vapor pressure,
melting point and flash point of a

Analisis Pengaruh Karakteristik Propelan…| Adliana, Bura, Ruyat | 61


liquid propellant: 1-(2-azidoethyl)
pyrrolidine”, Journal of Fluid Phase
Equilibria, 2016, hlm. 23
Yolhamid, M. N. A. G, Farizha Ibrahim, M.
A. U. A. A. Zarim, Rushdan Ibrahim,
Sharmiza Adnan, and Muhd Zu
Azhan Yahya. 2018. “The Novel
Usage of Nitrocellulose as a
Propellant of 5.56 mm Bullet”.
Journal of Solid State Phenomena.
Vol. 280. hlm. 361-367.
Seminar/Kuliah
Sampurno, Fajar Harry. 2018. Membangun
Industri Propelan Nasional di
Indonesia. National Seminar of
Energetic Material PT. Pindad 8 Mei
2018
Asrena Kasad. 2018. Kebutuhan
Munisi/Roket & Nilai Strategis
Smokeless Powder Propellant Dari
Perspektif Pengguna. National
Seminar of Energetic Material PT.
Pindad 8 Mei 2018
Ruyat, Yayat. 2018. Ammunition and
Explosion System. Materi Kuliah
IAEPP Prodi TS Unhan 2018.
Referensi Lain
Nopriawan. 2017. Standar Entalpi
Pembentukan dan Reaksi.
http://www.kampus-
digital.com/2017/03/standar-entalpi-
pembentukan-dan-reaksi.html.
Diakses pada 30 Januari 2019

62 | Jurnal Teknologi Persenjataan | Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019

Anda mungkin juga menyukai