PROPOSAL PENELITIAN
DIAJUKAN OLEH:
PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Pertambangan
A. Latar Belakang
PT. Arga Morini Indah yang merupakan salah satu perusahaan swasta nasional
peluang ini dan berinisiatif untuk melakukan kegiatan eksploitasi dengan wilayah
izin usaha pertambangan (IUP) seluas 2.833 Ha. Dalam melakukan aktivitas
dengan metode open pit yang dilakukan dengan cara selektif mining dan terdiri
dari 8 blok yaitu blok D1W, blok D2W, blok D3W, blok Sentral, blok Kokoe,
adalah untuk melakukan pengaturan waktu yang paling optimum sehingga proses
baik justru menambah kesulitan dalam proses penambangan dan berakibat pada
pada blok D3W untuk mempertahankan produksi dan akan dijadwalkan dalam
upaya memenuhi target produksi ketika beberapa blok lainnya sudah tidak
1
2
dilakukan, target produksi yang ingin dicapai perusahaan sebesar 60.000 wmt
perbulan. Oleh karena itu, untuk memaksimalkan perolehan bijih dalam kegiatan
jangka pendek (short-term scheduling) yang baik dan tepat pada blok D3W PT.
B. Rumusan Masalah
berdasarkan waktu dan rancangan tahapan penambangan pada blok D3W PT.
C. Tujuan Penelitian
waktu dan rancangan tahapan penambangan pada blok D3W PT. Arga Morini
Indah.
D. Manfaat Penelitian
kedepannya.
mineral yang telah diketahui ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitasnya
dan yang secara ekonomis, teknis, hukum, lingkungan dan sosial dapat ditambang
berikut:
a. Sumberdaya
tahap prospeksi.
4
5
b. Cadangan
yang berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah
B. Model Blok
menyediakan sarana untuk pemodelan tubuh 3D dari titik dan interval data seperti
data sampel drillhole. Model blok terdiri dari nilai interpolasi pengukuran yang
benar. Model blok menyediakan metode estimasi volume, tonase, dan nilai rata-
properti yang akan dimodelkan. Properti atau atribut mungkin berisi nilai string
6
numerik atau karakter. Blok dari berbagai ukuran ditentukan oleh pengguna setelah
model blok dibuat. Adapun blok model yang dimaksud dilihat pada gambar 1.
salah satunya adalah metode Inverse Distance Weight (IDW). Metode Inverse
Distance Weight (IDW) adalah salah satu dari metode penaksiran dengan
disekitarnya. Asumsi dari metode ini adalah nilai interpolasi akan lebih mirip pada
data sampel yang dekat dari pada yang lebih jauh. Bobot (weight) akan berubah
secara linier sesuai dengan jaraknya dengan data sampel. Bobot ini tidak akan
dipengaruhi oleh letak dari data sampel. Metode ini biasanya digunakan dalam
industri pertambangan karena mudah untuk digunakan. Pemilihan nilai pada power
sangat mempengaruhi hasil interpolasi. Nilai power yang tinggi akan memberikan
Kerugian dari metode IDW adalah nilai hasil interpolasi terbatas pada nilai
7
yang ada pada data sampel. Pengaruh dari data sampel terhadap hasil interpolasi
disebut sebagai isotropik. Dengan kata lain, karena metode ini menggunakan rata-
rata dari data sampel sehingga nilainya tidak bisa lebih kecil dari minimum atau
lebih besar dari data sampel. Jadi, puncak bukit atau lembah terdalam tidak dapat
ditampilkan dari hasil interpolasi model ini. Untuk mendapatkan hasil yang baik,
sampel data yang digunakan harus rapat yang berhubungan dengan variasi lokal.
Jika sampelnya agak jarang dan tidak merata, hasilnya kemungkinan besar tidak
Secara garis besar metode ini adalah sebagai berikut (Latif dalam Rafsanjani,
2016):
1. Suatu cara penaksiran dimana harga rata-rata titik yang ditaksir merupakan
data-data lubang bor disekitar titik tersebut. Data di dekat titik yang
ditaksir memperoleh bobot yang lebih besar, sedangkan data yang jauh
Keterangan:
W𝑗 = bobot yang ditaksir
𝑑𝑖 = jarak
n = Pangkat
8
pembuatan model blok. Pembuatan model blok merupakan tahapan membagi area
biasanya dengan ukuran 100 meter x 100 meter, 50 meter x 50 meter, atau
sudut lereng tambang aman, jenjang, dan kondisi lokal, dan pertimbangan faktor
terhadap pemerintah. Optimasi pit adalah untuk menentukan batas tambang akhir
(ultimate pit limit), dimana batas tambang tersebut akan digunakan sebagai batas
(push back), sekuen tambang, dan penjadwalan produksi. Tahap terakhir proses
ekonomi seperti nilai sekarang bersih (net present value, NPV), internal rate of
D. Rancangan Penambangan
teknik yang rinci dan pasti untuk mencapai tujuan dan sasaran kegiatan serta urutan
(mine design) yang mencakup pula kegiatan-kegiatan seperti yang ada pada
perencanaan tambang, tetapi semua data dan informasinya sudah rinci (pemodelan
geologi, pit potensial, pit limit, geoteknik, stripping ratio, dan data pendukung
lainnya). Pada umumnya ada dua tingkat rancangan, yaitu: (Zainassolihin, 2015)
(1) Rancangan konsep (conceptual design), yaitu suatu rancangan awal atau titik
tolak rancangan yang dibuat atas dasar analisis dan perhitungan secara garis
besar dan baru dipandang dari beberapa segi yang terpenting, kemudian akan
10
rancangan lanjutan dari rancangan konsep yang disusun dengan rinci dan
dan penentuan urutan kegiatan sampai pada tahap studi kelayakan (feasibility
menambang habis overburden mulai dari titik awal hingga ke batas akhir
penambangan menjadi uni-unit perencanaan yang lebih kecil dan mudah dikelola
operasi yang efisien dan aman dengan biaya terendah, serta potensi keuntungan
a) Kondisi topografi
yang diterapkan untuk kondisi topografi yang berupa perbukitan akan berbeda
dengan metode penambangan yang diterapkan untuk kondisi topografi yang datar.
bentuk endapan, persebaran endapan serta kedalaman dari endapan bijih nikel
Endapan bijih nikel yang terletak cukup dalam akan menyebabkan lapisan
keberadaan endapan bijih nikel yang masih dapat ditambang secara ekonomis.
Metode penambangan secara terbuka untuk endapan bijih nikel terdiri dari
nikel secara terbuka, diantaranya open pit dan open cast atau open cut.
12
adalah satu faktor utama yang mempengaruhi bentuk dari final pit dan lokasi dari
kemiringan optimum dapat beragam diantara berbagai pit dan bahkan dapat
beragam pula dalam satu pit yang sama. Sudut pit pada umumnya dapat dikatakan
sebagai sejumlah waste yang harus dipindahkan untuk menambang bijih. (Yadi,
2015)
Menurut Bargawa (2018), geometri jenjang terdiri dari tinggi jenjang, sudut
lereng jenjang tunggal dan lebar jenjang. Rancangan geometri jenjang biasanya
Biasanya alat muat yang digunakan harus mampu mencapai crest (bagian
ditentukan antra lain sifat fisik batuan, sifat mekanik batuan, keadaan struktur
13
sudut lereng antara 60 derajad – 65 derajad. Biasanya sudut lereng yang lebih
jenjang adalah untuk menahan tanah atau batuan yang runtuh. Pembersihan
pada umumnya untuk jenjang yang tingginya 5-8 meter. Dalam hal ini jenjang
dibuat setiap dua atau tiga jenjang. Tujuannya untuk menerjalkan sudut lereng
keseluruhan. Jenjang penangkap ini biasanya dibuat lebih besar dari jenjang
tunggal.
front (muka kerja) penambangan. Kemiringan ini diukur dari crest paling atas
sasaran produksi harian dan tahunan, ukuran alat mekanis yang digunakan, sesuai
Komponen dasar pada open pit adalah jenjang. Bagian jenjang adalah
Crest adalah bagian paling atas dari suatu jenjang dan biasa disebut
sebagai puncak suatu jenjang, sedangkan toe adalah batas paling bawah dari satu
Jenjang kerja/ working bench (WB) merupakan bagian dari jenjang yang
berfungsi sebagai tempat bekerja bagi peralatan tambang seperti: power shovel dan
back hoe, dan sebagainya. Cut (C) merupakan objek material pada jenjang kerja
yang akan di gali dan menyisakan space pada jenjang tersebut sebagai batas
pelindung dari bench yang disebut sebagi safety bench (SB) Adapun bentuk jenjang
Gambar 4. Working bench dan safety bench (Sumber: Hustrulid, dkk. 2013)
antara jenjang utama yang dibuat guna menangkap material/cut (C) yang jatuh atau
runtuh dari jenjang sebelumnya. Ukuran dari jenjang ini biasanya relatif kecil dari
jenjang utama. Adapun bentuk jenjang penangkap yang dimaksud dapat dilihat
penambangan. Face angle adalah sudut lereng jenjang tunggal (α), berikut
Sudut lereng antar jalan (inter-ramp slope angle) adalah sudut lereng
gabungan beberapa jenjang diantara dua jalan angkut. Inilah yang dihasilkan
geoteknik sewaktu mereka menetapkan sudut lereng jenjang tunggal (face angle)
dan lebar jenjang penangkap (catch bench). Sudut lereng keseluruhan (overall slope
angle) adalah sudut yang sebenarnya dari dinding pit keseluruhan, dengan
memperhitungkan jalan angkut, jenjang penangkap dan semua profil lain di pit wall.
yang dibuat pada front penambangan. Kemiringan ini diukur dari crest paling atas
sampai dengan toe paling akhir dari front penambangan, Gambaran overall slope
Interramp slope angle merupakan sudut yang berada diantara ramp yang
diukur dari crest sampai dengan toe pada ramp. Adapun interramp slope angle yang
permukaan atas dan bawah yang dipisahkan oleh jarak H atau sama dengan
face. Bench face digambarkan oleh toe, crest dan face angle (sudut rata-rata bench
face) (gambar 9). Sudut bench face dapat sangat bervariasi tergantung
karakteristik batuan, orientasi bench dan praktik peledakan. Dalam kebanyakan pit
dengan kondisi batuan keras memiliki variasi berkisar 55° hingga 80°.
E. Jalan Tambang
lokasi tambang dengan area crshing plant, perkantoran, dan tempat lain di wilayah
tambang. Keadaan jalan yang akan dilalui sangat mempengaruhi daya angkut dari
alat-alat angkut yang digunakan. Kemiringan dan jarak harus diukur dengan teliti,
karena hal itu akan menentukan waktu yang diperlukan untuk pengangkutan
tambang adalah 8%, 10%, dan 12%. Akan tetapi perlu diingat bahwa alat-alat
pemindahan tanah tidak dapat mengatasi kemiringan jalan yang lebih besar dari
Pembuatan desain jalan perlu diperhatikan sebagai akses jalan masuk ke area
geometri daerah penambangan secara umum, biasanya dipengaruhi oleh jenis alat
lajur tunggal untuk jalan satu arah atau lajur ganda untuk jalan dua arah. Semakin
lebar jalan angkut maka akan semakin baik karena lalu lintas pengangkutan
semakin baik dan lancar. Semakin lebar jalan angkut, biaya yang dibutuhkan
untuk pembuatan dan perawatan juga semakin besar. Perencanaan jalan angkut
yang baik akan memperkecil biaya pembuatan dan perawatan jalan tersebut.
Secara garis besar dimensi lebar jalan angkut dengan dua lajur dapat dilihat pada
Gambar 10.
Keterangan:
L (m) = Lebar jalan angkut mnimum (meter)
n = Jumlah jalur
Wt = Lebar alat angkut (meter)
dimensi tersebut memungkinkan untuk lalu lintas dua arah, ruangan untuk truk
Gambar 10. Lebar jalan angkut dua jalur pada jalan lurus (Oktafian, 2018)
Batas pit limit secara jelas memberikan ukuran umur tambang. Pit limit pada
metode open pit harus ditetapkan berdasarkan tahap perencanaan (pushback) dan
jumlah mineralisasi yang ditambang, kandungan logam, dan jumlah waste. Istilah
serupa lainnya untuk konsep ini adalah garis besar pit atau kontur pit.
Pit adalah lubang tambang, kuari, atau penggalian yang dikerjakan dengan
open pit dilakukan dalam beberapa tahap yang secara teknis terdiri atas
umumnya tidak dapat diatur oleh perancang batas-batas geometri badan bijih,
sebaran bijih dalam badan bijih, topografi, sudut lereng maksimum yang aman,
rasio penambangan, laju produksi, peralatan, dan hal lainnya yang dapat
Menurut Malli, dkk. 2015, keputusan mengenai apa yang harus ditambang
dalam batas pit utama adalah tergantung waktu dan solusi yang tepat perlu
berapa lama yang dibutuhkan untuk mengupas overburden. Analisis batas pit, yang
perawatan dalam menentukan blok yang harus ditambang dan blok yang harus
ditinggalkan dalam tanah selama masa proyek. Batas open pit yang
G. Pushback Penambangan
yang menunjukan bagaimana suatu pit akan ditambang dari titik awal masuk hingga
bentuk akhir pit. Pushback disebut juga sequence, phase, slice, dan stage. Tujuan
umum dari pentahapan (pushback) adalah untuk membagi seluruh volume yang ada
dalam overall pit ke dalam unit-unit pit perencanaan yang lebih kecil, sehingga
akses ke semua daerah kerja dan menyediakan ruang kerja yang cukup untuk
22
operasi peralatan kerja tambang. Salah satu hal terpenting adalah memperlihatkan
minimal satu jalan angkut pada setiap tahapan penambangan. Jika suatu akses
jalan akan dimasukan pada suatu tahapan penambangan, lebar awal di sebelah atas
harus ditambah untuk memberikan ruang ekstra. (Amperadi dan Rahman, 2015)
penambangan yang dirancang secara baik akan memberikan akses ke semua daerah
kerja dan menyediakan ruang kerja yang cukup untuk operasi peralatan kerja
tambang. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam merencanakan suatu
pemilihan alat berat, hidrologi, target produksi, dan masalah lingkungan. (Reza,
2018)
pada model pit limit yang telah dirancang. Dasar pembagian sequence
1) Harus cukup lebar agar peralatan tambang dapat bekerja dengan baik. Lebar
3) Penambahan jalan pada suatu tahapan akan mengurangi lebar daerah kerja.
1) Menghitung kembali volume pit dan disposal berdasarkan data situasi akhir
penambangan.
diselesaikan tersebut.
Periode 20 – 30 tahun ini dipecah menjadi beberapa periode waktu yang lebih
untuk desain yang lebih akurat dari ekstraksi bijih pada area penambangan, atau
pembelian peralatan dan mesin yang dibutuhkan. Jangka waktu 1 – 5 tahun dari
yang lebih terperinci lagi. Terakhir, durasi perencanaan produksi jangka pendek
adalah antara bulan dan satu tahun. Sama halnya, periode ini juga dibagi menjadi
meliputi data tonase bijih, overburden, dan pemindahan material total dari
NPV (net present value), ROR (rate of return). Dengan perkataan lain dapat
pengupasan tanah penutup, dan strategi pemenuhan target kualitas dari material
yang ditambang.
(Bargawa, 2008)
sama, hal ini sulit dilakukan maka dari itu perlu dilakukan desain sequence.
2) Membagi kembali blok yang telah terbentuk dari desain sequence sebelumnya
dengan jumlah cadangan yang sama, bagian-bagian ini disebut fase bench.
26
waktu yang sama tidak dapat dilakukan penambangan sekaligus disetiap blok,
agar blok dapat ditambang maka blok yang berada didekat permukaan ditambang
terlebih dahulu. Misalnya pada gambar 13, untuk mengekstrak blok kuning semua
blok biru harus ditambang lebih awal atau bersamaan dengan blok kuning dalam
periode tertentu. Untuk memastikan jumlah blok yang ditambang lebih awal maka
Umur tambang (life of mine, mine life ) adalah waktu yang dihitung dari jumlah
cadangan dibagi dengan produksi tambang per tahun. Umur tambang sangat
dipengaruhi oleh jumlah cadangan yang bisa ditambang dan tingkat produksi per
𝐶𝑎𝑑𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 (𝑡𝑜𝑛)
Umur Tambang (tahun) = 𝑡𝑜𝑛 ................................ Persamaan (3)
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 ( )
𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Umur tambang dibuat tidak terlalu cepat ataupun terlalu lama, tergantung dari
tingkat produksi berarti keuntungan yang diperoleh akan lama (balik modalnya
akan terhitung lama), sedangkan terlalu tinggi tingkat produksinya maka biaya
Kegiatan penelitian ini akan berlangsung selama dua bulan di PT. Arga
perusahaan hanya dapat ditempuh dengan jalur laut menggunakan kapal dengan
dua rute perjalanan yang tersedia dari Kota Kendari (Ibu Kota Provinsi Sulawesi
Tenggara). Rute yang pertama dari Kota Kendari – Bombana – Dongkala – Talaga
Raya, dan rute yang kedua dari Kota Kendari – Raha – Bau-Bau – Talaga Raya.
28
29
B. Jenis Penelitian
penelitian mengikuti prosedur yang telah direncanakan dan analisis data dilakukan
setelah semua data terkumpul untuk mencapai tujuan deskriptif. Tujuan penelitian
C. Instrumen Penelitian
sebagai berikut:
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap yaitu tahap studi literatur,
pengolahan dan analisa data. Berikut adalah tahapan kegiatan penelitian yang di
maksud:
1. Studi Literatur
2. Pengamatan Lapangan
Pada tahap ini yang dilakukan adalah pengamatan mengenai kondisi geologi,
Pengambilan dan pengumpulan data dalam hal ini yang dimaksud adalah data
primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang penulis peroleh
secara langsung saat di lapangan berupa data bor. Data sekunder merupakan data
yang penulis peroleh pada file perusahaan yang telah tersedia berupa data
topografi, Cut off grade (COG), rekomendasi geometri jenjang dan jalan angkut,
selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel, gambar, dan grafik maupun perhitungan
Berikut penjabaran pada tahap pengolahan dan analisa data yang dilakukan
yakni:
dan pembuatan blok model. Data sekunder berupa data topografi diolah
model geologi dari endapan bijih, kondisi permukaan lahan pada blok
angkut.
Surpac 6.6.2 berdasarkan kriteria cut off grade (COG) dan desain pit limit
Mulai
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Data Sekunder:
1. Data Topografi
2. Cut off grade (COG)
Data Primer:
3. Rekomendasi
1. Data Bor
Geometri Jenjang
- Data Assay
dan Jalan Angkut
- Data Collar
4. Batas IUP
- Data Survey
5. Target Produksi
6. Spesifikasi Alat
Angkut
Pengolahan Data
1. Menginput database pemboran dan data topografi menggunakan
Software Surpac 6.6.2
2. Membuat model blok sumberdaya terukur
3. Membuat pit limit berdasarkan model blok sumberdaya terukur
4. Membuat peta kemajuan tambang
A
33
Analisis Data
1. Menghitung sumberdaya terukur
2. Mengestimasi cadangan tertambang
3. Membuat pushback penambangan
4. Membuat rencana jadwal penambangan
Hasil
Rancangan pentahapan (pushback)
penambangan dan penjadwalan produksi
jangka pendek
Selesai
Alipour, A., Khodaiari, A.A., Jafari A., Moghaddam, R.T., 2017. A Genetic
Algorithm Approach for Open-Pit Mine Production Scheduling,
International Journal of Mining and Geo-Engineering (IJMGE). DOI:
10.22059/ijmge.2017.62152. Vol. 51-Nomor 1 : Hal. 47-52.
Chicoisne, R., Espinoza, D., Goycoolea, M., Moreno, E., Rubio, E., 2012. A New
Algorithm for the Open-Pit Mine Production Scheduling Problem.
Operation Research INFORM. ISSN: 1526-5463. Vol. 60 Nomor 3 : Hal.
517-528.
Ersyad, F., Yulhendra, D., Prabowo, H., 2018. Kajian Teknis dan Ekonomis
Perancangan Design Kemajuan Penambangan Quarry Batukapur pada
Bulan April-Agustus 2017 di Front III B-IV B Bukit Karang Putih PT.
Semen Padang. Jurnal Bina Tambang. ISSN: 2302-3333. Vol. 3. No. 3. Hal.
1189.
34
35
Hustrulid, W dan Kuchta, M., 2013. Open Pit Mine Planning and Design.
Volume- 1Fundamental 3rd Edition, A.A.Balkema, Leide : The Netherland.
Newman, A.M., Rubio, E., Caro, R., Weintraub, A., dan Eurek, K., 2010. A
Review or Operation Research in Mine Planning. Journal Interfaces
INFORM. ISSN: 0092-2102. Vol. 40 Nomor 3 : Hal. 222-245.
Oktafian, N., dan Sumarya. 2018. Evaluasi Pengaruh Geometri Jalan Angkut
Terhadapat Produktivitas Dump Truck pada Pengangkutan Batubara dari
Loading Point ke Stockpule di Site Ampelu PT. Nan Riang Kecamatan
Muara Tembesi Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi. Jurnal Bina
Tambang. ISSN: 2302-333. Vol. 3. No. 4. Hal. 1380.
Rafsanjani, M, R., dkk. 2016. Estimasi Sumberdaya Bijih Nikel Laterit dengan
Menggunakan Metode IDW di Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal
Geomine. Vol. 04. No. 1 hal 20-21.
Setiawan, R.A., Muchsin, M.A., dan Guntoro, D., 2018. Rancangan Teknis
Penambangan Bijih Bauksit pada Wilayah Bukit D PT. Kalbar Bumi
Perkasa Kecamatan Tayan Hilir Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan
Barat. Prosiding Teknik Pertambangan. ISSN: 2460-6499 Vol. 4. No. 2.
Hal: 553-556.
Yadi, Z., 2015. Kestabilan Geometri Lereng Bukaan Tambang Batubara Di PT.
Pasifik Global Utama Kebupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan.
Prosiding Teknik Pertambangan. ISSN: 2460-6499. Hal. 2.