Journal of Mine Engineering (J-Mine) terbit pertama kali pada bulan April 2018, diterbitkan dengan
frekuensi 2 kali setahun. Redaksi menerima makalah ilmiah hasil-hasil penelitian, tellah pustaka,
maupun komunikasi singkat dari semua disiplin ilmu yang berhubungan dengan Teknik
Pertambangan. Makalah akan diterbitkan setelah diputuskan oleh Dewan Redaksi berdasarkan hasil
penilaian tim penilai yang ditentukan oleh Dewan Redaksi.
Diterbitkan oleh :
Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian
Universitas Halu Oleo
Alamat Redaksi :
Kampus Bumi Tridharma Anduonohu Kendari, 93232
E-Mail : jmine@gmail.com
VOL II NO.1, 15 JANUARI 2019, ISSN 2621-3869
DAFTAR ISI
Halaman
1 Evaluasi Produksi Berdasarkan Monitoring Dan Truck Count Di Pit DTN 1–6
Pada PT. Bumi Konawe Minerina
2 Analisis Risiko Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Dengan 7 – 13
Menggunakan Metode Hirarc Pada Front Penambangan Di PT. Stargate
Pasific Resources
3 Estimasi Cadangan Endapan Nikel Laterit Dengan Menggunakan Metode 14 – 24
Idw Pada Area Penambangan Blok C PT. Baula Petra Buana
4 Persepsi Masyarakat Mengenai Dampak Sosial Ekonomi Akibat Aktivitas 25 - 32
Pertambangan Nikel Di Desa Bomba-Bomba Kecamatan Tinanggea
Kabupaten Konawe Selatan
5 Presepsi Masyarakat Mengenai Kondisi Lingkungan Akibat Kegiatan 33 – 39
Penambangan Emas Desa Wumbubangka Kecamatan Rarowatu Utara
Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara
6 Rancangan Sistem Penyaliran Tambang Pada Blok. 1 PT. Konutara Sejati 40 – 51
Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara
7 Analisis Air Limpasan(Run Off) Dan Tingkat Erosi Di Blok Wolo PT. 52 - 59
Ceria Nugraha Indotama Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka Sulawesi
Tenggara
8 Studi Pelindian Bijih Nikel Laterit Kadar Rendah Menggunakan Metode 60 – 67
Atmospheric Acid Leaching Dalam Media Asam Sulfat (H2SO4)
9 Analisis Prediksi Harga Bijih Besi Menggunakan Metode Time Series 68 - 77
10 Analisis Produktivitas Rotary Kiln Dalam Pencapaian Target Produksi 78 - 87
PT. Surya Saga Utama Kecamatan Kabaena Utara Kabupaten Bombana
Provinsi Sulawesi Tenggara
EVALUASI PRODUKSI BERDASARKAN MONITORING DAN TRUCK COUNT DI PIT
DTN PADA PT. BUMI KONAWE MINERINA
Andi Muhammad Tawaqqal1), Deniyatno2), Erwin Anshari3).
1)
Jurusan Teknik Pertambangan, FITK, Universitas Halu Oleo
E-mail: anditawaqqal@gmail.com
ABSTRAK
PT. Bumi Konawe Minerina (BKM) merupakan perusahan yang bergerak di bidang pertambangan
nikel yang terletak di Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara Propinsi Sulawesi Tenggara.
Evaluasi produksi material tertambang dilakukan dua metode perhitungan yaitu monitoring Survey
dan truck count sebagai informasi stok produksi serta acuan pembayaran owner terhadap kontraktor.
Kedua metode perhitungan tersebut sering terdapat selisih dari hasil perhitungan yang diharapkan
mencapai batas toleransi. Penelitian ini berujuan menetukan volume dan tonasse material tertambang
berdasarkan hasil monitoring survey dan truck count serta menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi selisih tonase antara kedua metode perhitungan pada Pit DTN. Data yang digunakan
pada penelitian ini mulai dari tanggal 1-30 September 2018. Cara yang dilakukan dalam pengelolaan
data dengan perhitungan matematis dari data primer dan data sekunder. Hasil pengolahan data
produksi monitoring survey mencapai 177.034,581mtdan truckcount mencapai 174.353,5 mtsehingga
didapatkan selisih mencapai 1,51%.
ABSTRACT
PT. Bumi Konawe Minerina (BKM) is a company engaged in nickel mining located in Molawe
District, North Konawe Regency, Southeast Sulawesi Province. Evaluation of mined material
production is carried out by two calculation methods, those are Survey monitoring and truck count
as information on production stock and reference for owner's payment to contractors. Both of these
calculation methods often have differences from the results of the expected calculations to reach the
tolerance limit. This research aims to determine the volume and tonasse of mined material based on
the results of survey monitoring and truck count and analyze the factors that affect the tonnage
difference between the two calculation methods in the DTN Pit. The data used in this study began
from September 1st to 30th 2018. The way in which data is managed by mathematical calculations
from primary data and secondary data. The results of survey monitoring production data processing
reached 177,034.581 mt and the truck count reached 174,353.5 mt, so that the difference reached
1.51%.
1
sehingga memberikan kesimpulan apakah siap b. Pengambilan Data
dilakukan pemasaran, selain itu perhitungan Tahapan ini dilakukan dengan
hasil produksi juga sebagai acuan pembayaran pengumpulan data-data yang berhubungan
owner terhadap kontraktor. Alternatif lain dengan penelitian berupa pengukuran survey,
untuk mengevaluasi hasil produksi dapat nilai density persahaan dan perhitungan jumlah
dilakukan dengan perhitungan truck count. truck count pada block DTN PT. Bumi
Kedua metode perhitungan tersebut sering Konawe Minerina.
terdapat selisih dari hasil perhitungan. hasil c. Pengolahan Data
monitoring survey akan dibandingkan dengan Proses pengolahan data dilakukan setelah
perhitungan truck count sebagai koreksi tonase data yang berkaitan dengan penelitian ini telah
dimana selisi diharapkan mencapai batas terkumpul, kemudian dilakuan perhitungan
toleransi. volume dan tonase hasil produksi
Oleh karena itu, dari beberapa penambangan. Pengolahan data dilakukan
pembahasan diatas maka penulis melakukan dengan komputerisasi menggunakan program
penilitian dengan judul “Evaluasi Produksi Microsoft Excel 2010 untuk membantu untuk
Berdasarkan Monitoring Survey dan Truck menganalisa data sekaligus dalam proses
Count di Pit DTN pada PT. Bumi Konawe pembuatan hasil penelitian.
Minerina”.
3. Analisis Data
B. METODE PENELITIAN a. Menghitung Luas
1. Lokasi Penelitian Luas yang dihitung dalam peta
Penilitian dilakukan di PT. Bumi Konawe merupakan gambaran permukaan bumi dengan
Minerina (BKM) yang terletak Kabupaten proyeksi ortogonal, sehingga selisih-selisih
Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. tinggi dari batas-batas yang diukur tidak
Secara administrasi, wilayah IUP operasi diperhatikan. [1]
produksi BKM berada di wilayah Desa Digunakan apabila titik-titik batas tanah
Tapunggaya Kecamatan Molawe. diketahui koordinatnya. Misalkan sebidang
tanah dibatasih oleh titik-titik A, B, C dan D,
dimana keempat titik tersebut diketahu
koordinatnya, A ( X1, Y1), B ( X2, Y2), C ( X3,
Y3) dan D (X4, Y4), dapat dilihat pada (Gambar
2).
2
b. Menghitung ketebalan rata-rata baku alat muat yang dinyatakan dalam persen.
Dalam perhitungan ketebalan rata-rata Semakin besar faktor pengisian maka semakin
digunakan metode rata-rata hitung. [2] besar pula kemampuan nyata dari alat tersebut.
1. Elevasi (Z) rata-rata atas Faktor pengisian mangkuk disebut juga bucket
Z1atas + Z2atas + Z3atas + ....+ Znatas
∑ Zatas = ............... (2) fill factor.[4]
n
3
EC460 sebesar 5,692 ton/m3, Caterpillar 110.646,613 bcm dan tonase sebesar
336DL sebesar 2,846 ton/m3, dan Caterpillar 177.034,581 mt.
320D sebesar 1,335 ton/m3sebagaimana pada
table 2. 4. Volume dan Tonase Material Hasil
Ritase Alat Angkut
Tabel 2. Nilai Bucket Fill Factor Dan Perhitungan produksi menggunakan
Kapasitas Nyata Bucket truck count merupakan alternatif perhitungan
Kapasitas tonase dari ritase alat angkut, ditentukan
Fill Nyata Bucket
Jenis Excavator
Factor dengan memperhatikan bucket fill factor
m3 ton/ m3 sebagai parameter produksi per ritase alat
Volvo EC460BLC 107 3,8 5,692 angkut (lampiran 2) dan berat jenis material
Caterpillar 336DL 107 1,9 2,846 dalam keadaan loose measure (LM).
Caterpillar 320D 106 0,9 1,335 Hasil pengolahan data truck count
produksi maka diperoleh nilai total ore dan
overburden diperoleh volume sebesar
3. Volume dan Tonase Material Hasil
124.538.21 lcm dan tonase sebesar 174.353,5
Monitoring Survey
mt.
Hasil monitoring survey pada penelitian
ini merupakan data sekunder di ukur dengan
5. Persentase Selisih Produksi antara
menggunakan alat ukur total station sehingga
Monitoring Survey dan Truck Count
diperoleh koordinat absis (X), ordinat (Y), dan
Hasil dari produksi monitoring survey
elevasi (Z), dimana pengukuran material dalam
dan truck count maka dapat ditentukan
keadaan Bank Measure (BM) dengan
persentase selisih dari kedua metode
mengambil situasi sebelum produkisi dan
perhitungan tersebut menggunakan persamaan
setelah produksi sehingga hasil volume dan
22. Penelitian ini dalakukan selama satu bulan
tonase produksi dapat dihitung secara
mulai tanggal 1 September 2018 - 30 september
matematis maupun komputerisasi (lampiran 3)
2018, hasil persentase selisih yang diperoleh
sekaligus untuk mengetahui kemajuan
merupakan tonase produksi dari kedua metode
penambangan.
tersebut (Lampiran 4) sebagaimana hasil dapat
Hasil pengolahan data monitoring survey
dilihat pada gambar 4.
produksi maka diperoleh nilai total ore dan
overburden diperoleh volume sebesar
Gambar4. Persentase selisih produksi harian monitoring survey dan truck count
4
truck count lebih besar dan 19 hari melebihi dipengaruhi oleh BFF yang tidak
standar selisih yang diharapkan. Evaluasi konstan.
produksi bulanan standar selisih sebesar 0,25% Kondisi material yang lembab
karena mencakup total keseluruhan produksi, menyebakna lengketan material pada
dari presentasi selisih harian didapatkan hasil bucket pada excavator sehingga
dominan melebihi standar sehingga didapatkan mengurangiproduktivitas excavator.
hasil persentasi selisih bulanan sebesar 1,51%. Perbandingan selisih dipengaruhi oleh
ketidaksesuaian rencana dengan kondisi
6. Pencapaian Target Produksi aktual penggalian. Untuk mengetahui hal
PT. Bumi Konawe (BKM) Minerina tersebut dalam penelitian ini beberapa hal
dalam perencanaan penambangan target yang harus diperhatikan yaitu penggalian
produksi sebesar 200.000 mt per bulan melebihi elevasi yang direncanakan
(lampiran 3), sehingga untuk mencapa target (overcut), penggalian yang tidak
produksi tersebut BKM melakukan terselesaikan (undercut), danpenggalian
penambangan dua lokasi yaitu pit DTN dan yang sesuai dengan rencana (in of plan).
DTC sebagaimana hasil dapat dilihat pada tabel Slope yang tidak rapi mempengaruhi
2. jangkauan survey karenaterdapat
spoilpada kaki slopemenyebabkan
Tabel 2. Pencapaian target produksi pengambilan koordinat tidak tepat berada
Tanggal Target Produksi 200000 mt
pada toe, hal ini dibutuhkan pengeditan
pada saat pengolahan data sehingga
1-30 Sep Monitoring Survey 177.034,6 mempengaruhi akurasi pengukuran.
2018
Truck count 174.353,5
Pencapaian Monitoring Survey 88,51% D. KESIMPULAN
Target 1. Produksi penambangan hasil monitoring
Produksi (%) Truck count 87,18%
Survey menggunakan alat total station
selama 1 bulan untuk volume sebesar
Faktor yang mempengaruhi tidak
110.646,613bcm dan tonase sebesar
tercapainya target produksi pada saat penelitian
177.034,581mt dengan berat jenis 1,6
disebabkan tidak berjalannya produksi
g/cm3.
penambangan pada pit DTC kerena dalam
2. Produksi penambangan hasil perhitungan
tahapin pit drill sehingga tidak memungkinkan
truck count selama 1 bulan untuk volume
untuk dilakukan operasi penambangan. maka
sebesar 124.538,214 lcm dan tonase
diperoleh hasil ketercapaia target produksi
sebesar 174.353,5 mt dengan berat jenis
untuk monitoring survey sebesar 88,51%
1.4 g/cm3.
sedangkan truck count sebesar 87.18%.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi selisih
dari pengukuran monitoring survey dan
7. Faktor- faktor mempengaruhi selisih truck count yaitu penyebaran bijih
Endapan nickel laterit yang bersifat bersifat heterogen, muatan alat angkut
heterogen atau penyebaran bijih yang berdasarkan asumsi yang sama, material
tidak merata sehingga dibutuhkan lengket mengurangi produktivitas
keterampilan lebih pada operator excavator, ketidaksesuan rencana dan
excavator dan peran grade control. aktual penggalian, dan slope yang tidak
Perhitungan muatan alat angkut rapi.
dilakukan berdasarkan asumsi yang
sama, sebagaimana berdasarkan
pengamatan langsung di lapangan jumlah
pengisian tidak selalu sama karena
5
Daftar Pustaka
6
ANALISIS RISIKO KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN
MENGGUNAKAN METODE HIRARC PADA FRONT PENAMBANGAN DI PT
STARGATE PASIFIC RESOURCES
7
A. PENDAHULUAN B. METODE PENELITIAN
PT. Stargate Pasific Resources merupakan 1. Waktu dan Tempat Penelitian
perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha Penelitian ini dilaksanakan di PT.Starget
industri pertambangan nikel. PT. Stargate Pasific Resources Kecamatan Langgikima
Pasific Resources terletak diantara Desa Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi
Molore Pantai, Ngapainea, Lameruru dan Tenggara. Waktu pelaksanaan penelitian mulai
perusahaan PT Stargate Pasific Resources bulan Maret hingga April 2018.
terletak di Desa Molore Kecamatan
Langgikima Kabupaten Konawe Utara 2. Jenis Penelitian.
Provinsi Sulawesi Tenggara. Dimana lokasi Jenis penelitian yang digunakan adalah
penambangan memiliki jarak 120 km. Potensi penelitian deskriptif kualitatif, ditujukan untuk
bahaya banyak terdapat di tempat kerja mendapatkan informasi mengenai resiko
utamanya pada lokasi penambangan, yang keselamatan pekerja dengan pengumpulan data
mengakibatkan kerugian baik dari perusahaan, secara In-depth Interview (wawancara)
karyawan maupun terhadap masyarakat (Rahmat, 2009)
sekitar. Upaya untuk mencegah hal tersebut
adalah dengan menerapkan suatu konsep 3. Instrumen Penelitian.
Sistem Manajemen Keselamatan dan
Tabel 1. Alat dan bahan
Kesehatan Kerja (SMK3).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan Alat Kegunaan
sarana utama untuk pencegahan Kecelakaan Sebagai alat untuk mengambil
Kamera
kerja, cacat dan kematian sehingga akibat dokumentasi
kecelakaan kerja yang bersumber dari potensi Alat untuk mencatat data yang
Buku catatan
bahaya yang ada dapat dicegah. Kecelakaan didapatkan pada saat
lapangan
kerja selain menyebabkan kerugian secara penelitian
tidak langsung yaitu kerugian pada kerusakan Sebagai alat untuk menulis
Alat tulis
mesin dan peralatan kerja, terhentinya proses data di lapangan
produksi, kerusakan lingkungan dan lain-lain. Sebagai alat untuk mengolah
Tujuan penerapan Sistem manajemen Laptop
data
keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) Sebagai alat untuk
adalah untuk mengurangi atau mencegah Kuesioner
mengumpulkan data interview
kecelakaan yang mengakibatkan cidera atau
kerugian materi, karena itu para ahli 4. Populasi dan Sampel.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Sampel yang akan diambil dalam penelitian ini
berupaya mempelajari fenomena kecelakaan, adalah 7 orang, yang terdiri dari Project
faktor penyebab, serta cara efektif untuk Maneger, Safety Officer, Surveyor, Supervisior
mencegah. Upaya pencegahan kecelakaan di Civil, Suvervisor Mechanical, Foreman dan
Indonesia masih menghadapi berbagai kendala pekerja/buruh. Karena pada tahap pekerjaan
salah satu diantaranya adalah pola pikir yang penambangan harus dikerjakan yang sesuai
masih tradisional yang menganggap dengan bidang/ahli pada setiap tahap jenis
kecelakaan adalah sebagai musibah sehingga pekerjaan
masyarakat bersifat pasrah. Tujuan penelitian
5. Variabel Penelitian
yang di lakukan yaitu menentukan potensi
bahaya kerja pada karyawan yang terdapat 1. Identitas responden usia, jenis kelamin,
pada area lokasi (front) penambangan dan bidang pekerjaan, pendidikan terakhir.
meminimalisir kejadian kecelakaan kerja di 2. Jenis kegiatan/aktivitas penambangan.
front penambangan 3. Sumber bahaya/alat yang di gunakan dalam
penambangan.
8
4. Pengendalian risiko. subtitusi, eliminasi, Tingkat Keterangan
rekayasa engineering, admistrasi, alat
pelindung diri. C Mungkin dapat terjadi/Posibble
G. Pengumpulan Data Kecil kemungkinan
D terjadi/Unlikely
Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian adalah pengamatan lapangan,
E Jarang terjadi/rare
wawancara mendalam.
1. Pengamatan langsung. Severity menunjukan seberapa parah dampak
Pengamatan dilakukan oleh peneliti untuk dari kecelakaan tersebut (akibat).
melihat risiko bahaya secara langsung di
lokasi tempat kerja. Hasil pengamatan Tabel 3. Skala severity (Sumber: Risk
lapangan menjadi informasi yang penting management AS/NZS 4360, 2004)
bagi peneliti serta dapat mendukung Tingkat Keterangan
keabsahan data.
2. Wawancara. Tidak ada cidera, kerugian
Wawancara yang dilakukkan oleh peneliti 1 materi kecil
yaitu dengan berbicara secara langsung
Cedera ringan/P3K, kerugian
kepada karyawan mengenai bagaimana 2 materi sedang
proses pekerjaan penambangan serta resiko-
resiko apa saja yang terdapat pada saat Hilang hari kerja, kerugian
bekerja berdasarkan panduan wawancara. 3 cukup besar
H. Pengolahan Data
4 Cacat, kerugian materi besar
1. Mengumpulkan data dari hasil pengamatan
langsung dan wawancara mendalam. Kematian, kerugian materi
2. Menyusun data hasil pengamatan langsung 5 sangat besar
dan wawancara dalam bentuk tabel
3. Melakukan analisis data dengan Nilai dari likelihood dan severity akan
menggunakan metode seperti berikut: digunakan untuk menentukan risk rating. Risk
a) Identifikasi bahaya (Hazard rating merupakan nilai yang menunjukan
identification) tingkat risiko kecelakaan, yaitu tingkat rendah
Identifikasi bahaya dilakukan dengan (low risk), tingkat menengah (moderate risk),
mengidentifikasi potensi sumber bahaya tingkat tinggi (high risk), atau tingkat ekstrim
yang ada di lokasi penambangan. (extreme risk).
b) Penilaian risiko (Risk assessment) Tabel 4. Skala Risk raiting (Sumber: Risk
Penilaian dalam risk assessment yaitu management AS/NZS 4360, 2004)
like lihood dan severity. Like lihood Akibat (S) Tingkat Risiko
menunjukan seberapa mungkin Peluang
kecelakaan itu terjadi (peluang). (L) 1 2 3 4 5 (L X S)
A H H E E E Keterangan :
Tabel 2. Skala likelihood (Sumber: Risk
B M H H E E E = ExtremeRisk
management AS/NZS 4360, 2004) H = HighRisk
C L M H E E
Tingkat Keterangan D L L M H E M = ModerateRisk
L = LowRisk
Hampir pasti akan E L L M H H
A terjadi/almost certain
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
B Cenderung untuk terjadi/likely
9
1. Kegiatan Penambangan Front KM3, Site
Molore.
Industri Pertambangan yang dikelola oleh
PT. Stargate pasific resources mulai berdiri
pada tahun 2008, untuk sistem penambangan
PT.Stargate Pasific Resources menggunakan
sistem tambang terbuka (open pit). Dalam
melakukan kegiatan penambangan tahap
yang di lakukan adalah:
3) Pengendalian Resiko
a) Pembersihan lahan (land clearing) Pengendalian resiko terdiri dari 3 cara yaitu :
Alat yang digunakan pada tahap ini
a) Rekayasa teknik
adalah Excavator tipe PC200, Dump
Truck, Dozer 1. Membuat kemiringan pada dinding bench
(jenjang)
b) Pemindahan top soil
2. Jarak alat minimum 1,5-2m dari pinggir
Alat yang digunakan pada tahap ini
galian
adalah Excavator pc 200, Dump truck
3. Pada saat swing excavator jarak minimal
hino
5-8m antara pengawas/pekerja
c) Pengupasan overburden (OB)
4. Posisi istrhat alat pada saat off berada di
Alat yang digunakan pada tahap ini
bawah
adalah Excavator pc 200
5. Memberi kode pada saat alat berat swing
d) Loading / hauling overburden
6. Memasang safety line pada area
Alat yang digunakan pada tahap ini
penimbunan
adalah Excavator type komatsu ex 12 Pc
7. Memasang rambu-rambu peringatan
300, Dump truck type nissan CWE 730
8. Pekerja/karyawan menggunakan APD
e) Ore geeting
Alat yang digunakan pada tahap ini b) Administrasi
adalah excavator ex12 Pc 300, Dump 1. Posisi istrahat alat keruk di bawah
truck Nissan cwe730 2. Operator harus terlatih
2. Hirarc Aktivitas Kegiatan pada Front 3. Memasang safety line pada area
Penambangan penimbunan galian
a) Hirarc Pembersihan Lahan (Land 4. Memasang rambu peringatan “awas ada
Clearing) lubang galian”
1) Identifikasi Bahaya (Hazard 5. Pengemudi dilengkapi SIM yang masih
Identification) berlaku
6. Kecepatan maksimum 40 km/jam di area
Bahya potensial yaitu :
proyek
a) Tanah galian longsor/runtuh 7. Kendaraan dilengkapi surat-surat yang
b) Tergelincir masih berlaku
c) Terperosok jatuh ke jurang tambang 8. Kendaraan sebelum digunakan dalam
d) Dump truckTerbalik keadaan layak jalan
e) Terbentur alat excavator pada saat 9. Tersedia kotak P3K dan APAR
swing
c) APD
f) Tabrakan sesama dump truck
2) Risk Assessment (Penilaian Resiko)
10
Pekerja menggunakan APD (helm, safety c) APD
shoes, sarung tangan dan kacamata plastik)
1. Pekerja menggunakan APD (helm, safety
b) HIRARC Pengupasan/Pemindahan Top
shoes, sarung tangan dan kacamata plastik).
Soil
c) HIRARC Pengupasan Overburden
1) Identifikasi Bahaya (Hazard
(OB)
Identification)
1) Identifikasi Bahaya (Hazard
Bahya potensial yaitu :
Identification)
a) Kelongsoran material bawah terhadap
Bahaya potensial yaitu :
alat gali,muat,angkut.
b) Bucket excavator menghantam dump a) Dapat terjadi longsor material atas dan
truck pada saat swing bawah
c) Dump truck tergelincir b) Terjatuh ke jurang
d) Jalan hauling longsor 2) Risk Assessment (Penilaian Resiko)
e) Terjatuh/terperosok ke jurang
2) Risk Assessment (Penilaian Resiko)
3) Pengendalian Resiko
3) Pengendalian Resiko Pengendalian resiko terdiri dari 3 cara yaitu :
Pengendalian resiko terdiri dari 3 cara yaitu : a) Rekayasa teknik
a) Rekayasa teknik
1. Pengawas lapangan memberi intruksi
1. Jarak dengan alat berat excavator peringatan
minimal 5-10m 2. Memasang safety line pada area yang
2. Pengawas memberi intruksi peringatan mudah longsor/amblas
3. Kecepatan rata-rata alat angkut maximal 3. Memberi kode pada saat excavator swing
40km/jam top loading
4. Oprator alat berat terlatih 4. Oprator harus terlatih
5. Memasang safety line pada area bahaya
kerja. b) Administrasi
6. Karyawan/ pekerja memakai wajib APD 1. Training pekerja/oprator alat
b) Administrasi 2. Memasang rambu peringatan pada area
yang mudah amblas
1. Memasang rambu peringatan 3. Pengecekan alat sebelum beroprasi
2. Oprator di lengkapi simper aktiv 4. Tersedia APAR dan kotak P3K
3. Memeriksa kondisi alat sebelum di
c) APD
gunakan dalam kondsi layak
4. Terdapat kotak P3K dan APAR
11
1. Pekerja menggunakan APD (helm, safety 1. Memasang tanda safety line pada area
shoes, sarung tangan dan kacamata amblas
plastik). 2. Memasang rambu peringatan di jalan
hauling
d) HIRARC Loading/Hauling Overburden
3. Upaya administrasi yaitu penggunaan
(OB)
SOP yang sesuai
1) Identifikasi Bahaya (Hazard 4. Pengecekan alat sebelum beroprasi
Identification) 5. Ketersedian APAR dan kotak P3K
Bahya potensial yaitu : c) APD
a) Kelongsoran material terhadap 1. Pekerja menggunakan APD (helm,
excavator safetyshoes, sarung tangan dan kacamata
b) Bucket excavator menghantam dump plastik).
truck
c) Posisi dump truck pada saat mundur ke e) HIRARC Ore Geeting
pinggiran bench dapat membuat amblas 1) Identifikasi Bahaya (Hazard
d) Tabrakan sesama dump truck Identification)
e) Dump truck tergelincir
Bahya potensial yaitu
f) Dump trukc jatuh ke jurang
g) Terbentur bucket excavator pada saat a) Kejatuhan bongkahan/bouilder
swing top loading OB b) Material bawah ambals/longsor
c) Bucket ecvator menghantam dump
2) Risk Assessment (Penilaian Resiko) truck pada saat swing
d) Terjatuh ke jurang pit
e) Tabrakan sesama dump truck
f) Dump truck tergelincir
2) Risk Assessment (Penilaian Resiko)
3) Pengendalian Resiko
Pengendalian resiko terdiri dari 3 cara yaitu :
a) Rekayasa teknik
1. Membuat dinding bench 3) Pengendalian Resiko
2. Pengawas memberi intruksi kepada
Pengendalian resiko terdiri dari 3 cara yaitu :
oprator terhadap material yang dapat
amblas a) Rekayasa teknik
3. Kecepatan rata-rata dump truck
±40km/jam 1. Kabin excvator selalu tertutup
4. Jarak antara dump truck- excavator 2. Jarak antara excavator ke dump truck 3-
maximal 3-5m 5m
5. Jalan hauing dalam kondisi baik 3. Kecepatan rata-rata dump truck maximal
40km/jam
b) Administrasi 4. Memasang safety line pada area amblas
12
5. Pengawas memberi arahan/peringatan HIRARC (Hazard Identification, Risk
6. Memasang rambu peringatan pada jalan Assessment And Risk Control). Pada Alat
hauling Suspension Preheater Bagian Produksi Di
b) Administrasi Plant 6 Dan 11 Field Citeureup PT.
1. standar oprasional prosedur (SOP) Indocement Tunggal Prakarsa. Skripsi
2. tersedia kotak P3K dan APAR Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
3. Training, breafing dan evaluasi Universitas Islam
13
ESTIMASI CADANGAN ENDAPAN NIKEL LATERIT DENGAN
MENGGUNAKAN METODE IDW PADA AREA PENAMBANGAN BLOK C
PT. BAULA PETRA BUANA
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan pada PT. Baula Petra Buana, Desa Roraya, Kecamatan Tinanggea,
Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian ini bertujuan untuk
mengestimasi jumlah cadangan endapan nikel laterit pada area penambangan blok C berdasarkan
pada COG 1,5% sehingga dapat diketahui kuantitas dan kualitas cadangan nikel laterit yang ada pada
daerah penelitian. Metode estimasi yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Blok Model
(Inverse Distance Weight) yang didasarkan pada nilai coefficient of variance dan kondisi geologi
endapan bahan galian. Dari hasil analisis statistik dasar didapatkan nilai coefficient of variance pada
zona limonit yaitu 0,481 dan nilai coefficient of variance pada zona saprolit yaitu 0,377 dengan
kondisi geologi yaitu geometri sedang. Data penelitian yang digunakan berupa data sekunder yaitu
data drillhole, peta topografi, peta geologi dan peta IUP PT. Baula Petra Buana. Data drillhole
tersebut diolah dengan menggunakan software estimasi. Dari hasil pengolahan dan analisis data, hasil
estimasi untuk total cadangan ekonomis nikel laterit dari model blok zona saprolit berdasarkan COG
1,5% menghasilkan nilai volume sebesar 225.820,32 m3 dengan tonase berjumlah 316.148,44 ton dan
total keseluruhan kadar nikelnya yaitu mencapai 1,81%.
ABSTRACT
This research was conducted at PT. Baula Petra Buana, Roraya Village, Tinanggea Subdistrict,
South Konawe District, Sulawesi Tenggara Province. This research aims to estimate the amount of
laterite nickel deposits in the mining area of blok C based on COG 1,5% so that it’s known the
quantity and quality of reserves of laterite nickel in the research area. The estimation method used
in this research is the Block Model (Inverse Distance Weight) method which is based on the coefficient
of variance and the geological conditions of the mineral deposits. From the result of basic statistical
analysis, the value of coefficient of variance in the limonite zone is 0,481 and the value of coefficient
of variance in the saprolite zone is 0,377 with geological condition of moderate geometry. The
research data used are secondary data, such as data of drillhole, topographic maps, geological maps,
and IUP PT. Baula Petra Buana maps. The data of drillhole is processed using a software estimation
application. From the results of processing and data analysis, the estimation results for the total
economic reserves of laterite nickel from the saprolite zone block model based on COG 1,5% produce
a volume value is 225.820,32 m3 and the tonnage is 316.148,44 ton and the total nickel grade is
1,81%.
14
A. PENDAHULUAN keuntungan bagi perusahaan itu sendiri dalam
Nikel merupakan salah satu komoditas melakukan proses penambangan selanjutnya.
tambang utama yang ada di Indonesia dan Terdapat beberapa parameter yang harus
keberadaannya tersebar hampir di seluruh diperhatikan dalam melakukan estimasi
wilayah nusantara, salah satunya yaitu di cadangan antara lain ketebalan, kadar, luas
Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi penyebaran, dan berat jenis dari endapan yang
Tenggara. Salah satu daerah di Konawe bertujuan untuk memperoleh volume, tonase,
Selatan yang memiliki potensi nikel laterit dan kadar pada suatu block/pit.
adalah daerah Tinanggea, hal ini didasari dari Dalam mengestimasi cadangan terdapat
kegiatan eksplorasi yang dilakukan oleh PT. banyak metode estimasi yang digunakan,
Baula Petra Buana. Perusahaan ini melakukan namun pada penelitian ini metode estimasi
proses eksplorasi yang didukung oleh yang digunakan adalah metode IDW “Inverse
konsultan profesional yang berpengalaman Distance Weight”. Pemilihan metode IDW
dan tim perusahaan untuk menemukan pada penelitian ini berdasarkan pada literatur
cadangan nikel di dalam bumi. Saat ini luas pemilihan metode estimasi terhadap geometri
area Izin Usaha Pertambangan PT. Baula Petra dan variabilitas kadar, dimana bentuk geometri
Buana yakni 349,2 Ha yang berlokasi di Desa daerah penelitian termasuk geometri sedang
Roraya, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten dengan nilai coefficient of variance masuk
Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. dalam kategori moderate variability yang
PT. Baula Petra Buana terbagi ke dalam 3 blok dicirikan dengan variabilitas kadar rendah
penambangan yang terdiri dari blok A, B, dan hingga sedang dan memiliki ketebalan
C. Pada area penambangan blok A terbagi lagi endapan yang berbeda-beda. Selain itu, metode
menjadi 3 bagian yaitu blok A1, A2, dan A3, ini dipilih karena pengerjaannya lebih mudah
dimana ketiganya masih aktif melakukan dan lebih cepat. Berdasarkan hal tersebut,
kegiatan penambangan pada area seluas 46,24 perlu kiranya dilakukan penelitian mengenai
Ha. “Estimasi Cadangan Endapan Nikel Laterit
Khusus untuk Blok C PT. Baula Petra Dengan Menggunakan Metode IDW Pada
Buana memiliki area seluas 159,38 Ha. Area Penambangan Blok C PT. Baula Petra
Adapun tahapan eksplorasi bijih nikel yang Buana”.
telah dilakukan pada Blok C yaitu tahap Adapun tujuan yang diharapkan pada
eksplorasi umum dengan kerapatan titik penelitian ini berdasarkan rumusan masalah
bornya yaitu 50 × 50 meter dengan jumlah data adalah mengestimasi jumlah cadangan
titik bor mencapai 48 titik bor. Agar kegiatan endapan nikel laterit pada area penambangan
pertambangan yang dilakukan pada blok C blok C PT. Baula Petra Buana dengan
dapat berjalan secara maksimal sesuai dengan menggunakan metode IDW (Inverse Distance
keperluan perencanaan tambang, maka sangat Weight) berdasarkan pada Cut Off Grade.
penting untuk mengetahui jumlah cadangan
pada Blok C PT. Baula Petra Buana, B. METODE PENELITIAN
khususnya kualitas dan kuantitas pada endapan 1. Lokasi Penelitian
bahan galian tersebut. Sehingga perlu Penelitian ini dilaksanakan selama kurun
dilakukan suatu estimasi cadangan sebelum waktu ± 1 bulan berlokasi di area
proses kegiatan penambangan berlangsung. penambangan Blok C PT. Baula Petra Buana
Sebab dari hasil estimasi yang baik dan yang secara administratif terletak di Desa
akurat sesuai dengan keberadaannya di Roraya, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten
lapangan, perusahaan dapat memperkirakan Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara.
waktu yang dibutuhkan dalam melakukan Daerah ini dengan mudah dapat dijangkau
usaha penambangannya, sehingga dapat dengan menggunakan berbagai sarana
menekan jumlah cost dan memberikan transportasi darat, baik kendaraan roda dua
15
maupun kendaraan roda empat. Jika 4. Blok Model
perjalanannya menggunakan motor maka 5. Estimasi Cadangan Nikel Laterit
perjalanannya dari Kota Kendari kearah 6. Volume dan Tonase
Konawe Selatan selama kurun waktu ± 3 jam.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Statistik Dasar
a. Data Kadar Nikel pada Zona Limonit
Spasi Drillhole 50 × 50 meter
Adapun data hasil analisis statistik dasar
pada zona limonit dapat dilihat pada tabel 1
berikut.
Tabel 1. Hasil Analisis Statistik Kadar Ni pada
Zona Limonit
No. Parameter Zona Limonit
1. Mean (rata-rata) 0,511
Gambar 1. Peta Lokasi Daerah Penelitian 2. Minimum 0,11
3. Maximum 1,25
2. Tahapan Kegiatan Penelitian 4. Varians 0,061
Tahapan kegiatan penelitian ini yaitu 5. Standard
sebagai berikut: 0,246
Deviation
a. Studi Literatur
6. CV 0,481
Dilakukan dengan mengumpulkan
7. Skewness 0,326
berbagai referensi kepustakaan mengenai
8. n (Count) 113
“Estimasi cadangan endapan nikel laterit
Berdasarkan pada tabel diatas, hasil
menggunakan metode IDW” dengan
analisis statistik kadar Ni pada zona limonit
mempelajari berbagai jurnal-jurnal penelitian
menujukkan nilai rata-rata (mean) yaitu 0,511
serta buku-buku yang menyangkut judul
standar deviasi yaitu 0,246 dan CV nya
penelitian.
bernilai 0,481 serta nilai skewness yaitu 0,326
b. Pengambilan Data
yang menunjukkan data kadar pada zona ini
Secara umum, data yang dibutuhkan
termasuk dalam distribusi normal karena
dalam melakukan estimasi cadangan endapan
memiliki nilai CV < 0,50.
nikel laterit yaitu data sekunder dari
perusahaan berupa data drillhole, peta geologi,
peta topografi dan peta batas IUP PT. Baula Histogram Kadar Ni pada
Petra Buana. Data drillhole yang diperoleh Zona Limonit
untuk melakukan estimasi cadangan adalah 30
Frekueensi
25
data dari hasil eksplorasi yang dilakukan pada 20
daerah IUP yang berada pada blok C PT. Baula 15
10
Petra Buana dengan kedalaman lubang pada 5
titik bor yang bervariasi dengan jumlah data 0
0,82-0,96
0,11-0,25
0,25-0,39
0,39-0,53
0,53-0,68
0,68-0,82
0,96-1,10
1,10-1,25
16
PT. Baula Petra Buana dengan jumlah drillhole
48 titik diketahui unsur Ni dengan populasi Histogram Kadar Ni pada
terbanyak berada pada interval kadar 0,53 - Zona Saprolit
0,68%. Pada gambar histogram diatas, terlihat 70
bahwa penyebaran data kadar pada zona 60
Frekuensi
limonit di Blok C PT. Baula Petra Buana 50
40
terdistribusi normal/simetris karena memiliki
30
nilai mean pada puncak data dengan frekuensi 20
tertinggi. 10
0
2,7-3
0,25-0,55
0,55-0,86
0,86-1,17
1,17-1,47
1,47-1,78
1,78-2,09
2,09-2,39
2,39-2,7
b. Data Kadar Nikel pada Zona Saprolit
Spasi Drillhole 50 × 50 meter
Adapun data hasil analisis statistik dasar
pada zona saprolit dapat dilihat pada tabel 2 Gambar 3. Histogram Kadar Nikel pada Zona
berikut. Saprolit
Tabel 2. Hasil Analisis Statistik Kadar Ni pada Hasil analisis statistik menunjukkan kadar
Zona Saprolit rata-rata unsur Ni pada zona saprolit di Blok C
No. Parameter Zona Saprolit PT. Baula Petra Buana dengan jumlah drillhole
1. Mean (rata-rata) 1,327 48 titik diketahui unsur Ni dengan populasi
2. Minimum 0,25 terbanyak berada pada interval kadar 1,17-
3. Maximum 3 1,47%. Pada gambar histogram diatas, terlihat
4. Varians 0,251 bahwa penyebaran data hasil analisis kadar
5. Standard pada zona saprolit termasuk dalam distribusi
0,501 normal atau simetris dimana nilai puncak
Deviation
6. CV 0,377 histogram kadar Ni pada zona saprolit
7. Skewness 0,206 mendekati nilai mean (rata-rata) dan hanya
8. n (Count) 248 terdapat satu populasi data pada histogram
Berdasarkan hasil analisis statistik kadar tersebut.
Ni pada zona saprolit menunjukkan nilai mean
(rata-rata) yang relatif tinggi dibandingkan 2. Database dan Sebaran Drillhole/Lubang
dengan nilai mean pada zona limonit yaitu Bor
1,327 dengan CV nya bernilai 0,377 serta nilai Database akan melakukan import data,
skewness yaitu 0,206 yang berarti bahwa pada software estimasi, sehingga dapat
sebaran data kadar pada zona saprolit termasuk diketahui lapisan limonit dan saprolit pada
dalam distribusi normal karena memiliki nilai daerah penelitian yaitu pada Blok C PT. Baula
CV < 0,50. Petra Buana yang selanjutnya dilakukan
perhitungan volume pada tiap lapisan tersebut.
Dari hasil pembuatan database maka dapat
diketahui gambaran mengenai kedalaman serta
keterdapatan ore dalam satu titik bor serta
lapisan penampang nikel laterit yang ada pada
titik bor tersebut yang terdiri dari lapisan
limonit, saprolit dan bedrock. Adapun peta
sebaran drillhole pada PT. Baula Petra Buana
dapat dilihat pada gambar 4 berikut:
17
mencapai 15 meter dan pada zona limonit
ketebalannya hanya mencapai 3 meter dengan
total kedalaman drillhole pada titik bor
BC63F01 yaitu 18 meter. Pada titik bor
BC57E01 memiliki total kedalaman drillhole
yaitu 13 meter dengan ketebalan endapan pada
zona limonit mencapai 3 meter dan pada zona
saprolit yaitu 10 meter.
Pada titik bor BC51D09 memiliki
kedalaman drillhole mencapai 11 meter
dengan ketebalan zona limonitnya yaitu 4
meter dan pada zona saprolit memiliki
Gambar 4. Peta Sebaran 48 Titik Bor
ketebalan mencapai 7 meter. Namun pada titik
Berdasarkan database yang telah diolah
bor BC37C09 dengan kedalaman drillhole 19
dengan menggunakan bantuan software
meter, ketebalan endapan pada zona limonit
estimasi dari pengolahan data Collar, Assay,
relatif lebih tebal yaitu mencapai 13
Survey dan Geologi, maka dibuatlah korelasi
metersedangkan zona saprolit hanya memiliki
zona pada drillhole di masing-masing
ketebalan yaitu 6 meter. Perbedaan ketebalan
penampang nikel laterit.
dari korelasi batas zona endapan disebabkan
a. Korelasi Zona Penampang Badan Bijih karena pada daerah penelitian memiliki bentuk
Pembuatan korelasi didasarkan pada data topografi yang berbeda-beda antara satu
geologi sehingga menghasilkan kerangka dengan yang lainnya. Korelasi pada gambar
badan bijih dengan visualiasasi zona warna diatas tersebut dilakukan pada section drillhole
yang berbeda. Adapun visualisasi zona pada sehingga hasil dari korelasi akan menghasilkan
penampang badan bijih dapat dilihat pada suatu kerangka badan bijih (ore body).
gambar berikut:
b. Model Kerangka Badan Bijih (Ore Body)
Model kerangka badan bijih nikel untuk
spasi bor 50 × 50 meter terdapat pada gambar
6 berikut:
18
yang memiliki kadar pada setiap zona bijih Dalam melakukan estimasi cadangan
nikel laterit. nikel laterit dengan metode IDW terdapat dua
parameter penting yang digunakan yaitu
c. Model Endapan Pada Zona Limonit dan parameter jumlah sampel yang menunjukkan
Saprolit letak dari titik sampel yang akan mewakili
jarak pada setiap titik sampel data, dan
parameter power/pangkat yang digunakan
untuk membandingkan hasil estimasi.
19
Tabel 4. Hasil Statistik Kadar Nikel pada Zona
Limonit PT. Baula Petra Buana
Jumlah Rata- Standar
No. Varians
Sampel Rata Deviasi
1. 4 0,438 0,047 0,218
2. 8 0,426 0,035 0,189
3. 16 0,414 0,028 0,168
4. 20 0,411 0,026 0,161
Berdasarkan pada tabel 3 dan 4 hasil
analisis statistik kadar Ni pada zona saprolit
Gambar 10. Parameter 16 Sampel dan limonit menujukkan bahwa nilai rata-rata
(mean) untuk kedua zona nikel tersebut
mengalami perubahan yang tidak terlalu
berbeda untuk setiap penambahan jumlah
sampelnya, baik itu jumlah sampel 4, 8, 16 dan
20. Penambahan jumlah sampel juga
mempengaruhi nilai varians dan standar
deviasi yang terdapat pada zona limonit dan
saprolit. Pada kedua tabel diatas terlihat bahwa
nilai varians dan standar deviasi akan
mengalami penurunan nilai seiring dengan
bertambahnya jumlah sampel data yang
Gambar 11. Parameter 20 Sampel dilibatkan.
Berdasarkan keempat gambar hasil
interpolasi pada zona saprolit dengan 2) Parameter Nilai Pangkat
menggunakan parameter jumlah sampel 4, 8, Nilai pangkat yang digunakan pada
16, dan 20 terlihat bahwa terjadi perubahan penelitian ini yaitu pangkat 1, 2, 3, 4, dan 5.
pola sebaran nikel laterit pada zona saprolit. Parameter nilai pangkat bertujuan untuk
Dapat disimpulkan bahwa pola sebaran kadar membandingkan hasil estimasi yang dilakukan
pada daerah penelitian akan semakin meluas dengan menggunakan metode IDW. Adapun
seiring dengan banyaknya jumlah sampel data hasil estimasi cadangan nikel pada zona
yang dilibatkan dalam proses interpolasi. limonit dan saprolit berdasarkan nilai pangkat
Dalam melakukan estimasi cadangan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
dengan menggunakan parameter jumlah
sampel maka akan dihasikan suatu analisis
statistik kadar nikel pada zona limonit dan
saprolit. Adapun hasil analisis statistik kadar
Ni pada zona saprolit dan limonit dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 3. Hasil Statistik Kadar Nikel pada Zona
Saprolit PT. Baula Petra Buana
Jumlah Rata- Standar
No. Varians
Sampel Rata Deviasi
1. 4 1,038 0,185 0,430
2. 8 1,065 0,167 0,409
3. 16 1,103 0,109 0,331
4. 20 1,120 0,090 0,300
20
Tabel 5. Hasil Statistik Kadar Ni padaZona Berdasarkan pada kedua tabel diatas, hasil
Limonit PT. Baula Petra Buana analisis statistik kadar nikel pada zona limonit
Jumlah Rata- Standar dan saprolit menggunakan parameter nilai
Pangkat Varians
Sampel Rata Deviasi pangkat 1, 2, 3, 4 dan 5. Pada setiap perubahan
1 0,439963 0,048254 0,219668 nilai pangkat yang digunakan dapat terlihat
2 0,438329 0,047609 0,218196 bahwa hasil analisis statistik kadar Ni untuk
4 3 0,436552 0,046995 0,216784 nilai rata-rata (mean) dari kedua zona nikel
4 0,434617 0,046496 0,215628 tersebut mengalami perubahan. Dapat
5 0,432597 0,046329 0,215242 disimpulkan bahwa, jika nilai pangkat/power
1 0,429029 0,037059 0,192506 dinaikkan maka nilai rata-rata (mean) dari
2 0,426074 0,035903 0,189481 kedua zona nikel tersebut akan mengalami
8 3 0,422674 0,034648 0,186139 penurunan nilai menjadi lebih rendah,
4 0,418789 0,033379 0,182700
sebaliknya jika nilai power diturunkan maka
5 0,414678 0,032399 0,179998
nilai rata-rata (mean) dari zona limonit dan
1 0,419471 0,030770 0,175415
saprolit akan mengalami kenaikan nilai
2 0,414085 0,028450 0,168671
16 3 0,407554 0,025680 0,160251 menjadi lebih tinggi. Sedangkan untuk nilai
4 0,399831 0,022529 0,150097 varians dan standar deviasi pada zona saprolit
5 0,391747 0,019565 0,139876 terjadi perubahan terhadap kenaikan
1 0,417544 0,028795 0,169691 pangkat/power yang digunakan yaitu nilainya
2 0,411515 0,026086 0,161511 akan semakin tinggi seiring dengan kenaikan
20 3 0,404053 0,022825 0,151079 pangkat/power.
4 0,395098 0,019155 0,138401
5 0,385733 0,015902 0,126104 4. Hasil Estimasi Cadangan Nikel Laterit
Pada penelitian ini dihasilkan dua model
Tabel 6. Hasil Statistik Kadar Ni pada Zona blok yaitu model blok zona limonit dan model
Saprolit PT. Baula Petra Buana blok zona saprolit. Kedua model blok ini
Jumlah Rata- Standar terdiri dari zona ore kadar rendah, menengah
Pangkat Varians
Sampel Rata Deviasi dan kadar tinggi yang telah diestimasi
1 1,039650 0,184318 0,429323 kadarnya dengan menggunakan metode
2 1,038785 0,185756 0,430994 inverse distance weight.
4 3 1,038062 0,186783 0,432184 Estimasi cadangan pada penelitian ini
4 1,037395 0,187499 0,433012 dilakukan dengan ukuran blok yaitu 12,5 ×
5 1,036762 0,188000 0,433590 12,5 × 1 (panjang × lebar × tinggi) dengan sub
1 1,069369 0,165993 0,407423 blok 6,25 × 6,25 × 0,5 (panjang × lebar ×
2 1,065739 0,167697 0,409508 tinggi) dan menggunakan jumlah sampel
8 3 1,063079 0,169286 0,411443 sebanyak 4 sampel dengan parameter nilai
4 1,060970 0,170580 0,413014
pangkat yang digunakan yaitu pangkat 2. Nilai
5 1,059183 0,171602 0,414248
berat jenis/density yang ditetapkan oleh
1 1,115673 0,100876 0,317609
2 1,103465 0,109835 0,331414
perusahaan yaitu 1,5 ton/m3 pada zona limonit
16 3 1,093583 0,118456 0,344174 dan 1,4 ton/m3 pada zona saprolit. Adapun
4 1,085805 0,125713 0,354560 hasil dari bentuk blok model tiga dimensi
5 1,079605 0,131646 0,362830 berdasarkan klasifikasi zona adalah sebagai
1 1,135128 0,079127 0,281296 berikut:
2 1,120752 0,090341 0,300569
20 3 1,108499 0,101567 0,318695
4 1,098591 0,111169 0,333420
5 1,090590 0,119074 0,345070
21
0,2 –
670.390,63 938.546,88 1,06
1,4
1,4 –
15.097,66 21.136,72 1,49
1,5
1,5 –
69.492,19 97.289,06 1,54
1,6
1,6 –
44.453,13 62.234,38 1,65
1,7
1,7 –
29.003,91 40.605,47 1,75
1,8
1,8 –
36.679,69 51.351,56 1,84
1,9
Gambar 12. Model Blok dan Zona Kadar 1,9 –
Limonit 30.683,59 42.957,03 1,94
2,0
2,0 –
15.507,81 21.710,94 2,19
3,0
Total 911.308,61 1.275.832,04 1,68
22
hasil estimasi. Analisis RMSE (Root Mean pada zona saprolit berdasarkan COG 1,5%
Square Error) merupakan salah satu metode yang ditetapkan oleh PT. Baula Petra Buana
dalam menentukan nilai error yaitu yaitu memiliki nilai volume sebesar
membandingkan nilai kadar prediksi dengan 225.820,32 m3 dengan tonase 316.148,44 ton
nilai kadar yang dihitung. Adapun nilai RMSE dan total keseluruhan kadarnikelnya yaitu
pada zona saprolit dapat dilihat pada tabel mencapai 1,81%.
dibawah ini:
Tabel 10.Nilai Root Mean Square Error pada Daftar Pustaka
Zona Saprolit [1]Ahmad, W. 2006. Nickel
Pangkat Kadar Rata- Kadar RMSE Laterites:Fundamental of chemistry
Rata Ni (%) Taksiran mineralogy, weathering process,
1,54 1,95 formation and exploration.
1,65 1,71 PT.INCO.
1,75 1,92 [2]Bakri, H.2016. Estimasi Cadangan Nikel
2 0,22
1,84 1,81 Laterit Dengan Mengunakan Metode
1,94 2,41 IDW di Provinsi Sulawesi Tenggara.
2,19 1,77 Jurnal Geomine, Vol 04, No 1. April.
1,54 2,17 [3]Boldt, J.R. 1967. The Winning of Nickel,
1,65 1,83 The Hunter Rose Company,
1,75 2,09 Longmans. Canada.
3 0,23
1,84 1,81 [4]Burger. 1996. Origins and Characteristics
1,94 1,95 of Lateritic Deposits In: Proceeding
2,19 1,77
Nickel ’96. pp 179-183. The
1,54 2,17
Australasian Institute of Mining and
1,65 1,83
Metallurgi. Melbourne.
1,75 1,92
4 0,28 [5]Elias, M. 2003. Nickel Laterite Deposite-
1,84 1,81
1,94 2,26 Geological Overview, Resources and
2,19 1,77 Exploration. Australia.
1,54 2,17 [6]Hartman, H. L. 1992. SME Mining
1,65 1,83 Engineering Handbook 2nd edition
1,75 1,8 volume 1. Society For Mining,
5 0,31 Metallurgy And Exploration.
1,84 1,81
1,94 2,42 Colorado.
2,19 1,83 [7]Hustrulid, W., Kutcha, M., dan Martin.
Berdasarkan pada tabel diatas, dapat 2013. Open Pit Mine Planning &
disimpulkan bahwa nilai pangkat 2 merupakan Design. Volume 1-fundamental third
hasil perhitungan RMSE dengan tingkat Edition. (eBook-PDF), CRF Press
ketelitian terkecil dari hasil membandingkan Taylor & Francis Group.
nilai kadar prediksi dan nilai kadar rata-rata [8]Kamarullah, Abbidin Zaenal. 2010.
pada zona saprolit. Sehingga penggunaan Perhitungan Cadangan Nikel
pangkat 2 cukup mewakili dalam melakukan Menggunakan Metode Penampang
estimasi dengan menggunakan metode inverse Tegak Dan Metode Daerah
distance weight. Pengaruh Pada Bukit Tlc-3 Tambang
Tengah Di Pt Antam Tbk. Ubpn
D. KESIMPULAN Pomalaa Kabupaten Kolaka
Berdasarkan hasil penelitian yang Sulawesi Tenggara, Sekolah Tinggi
dilakukan pada Blok C PT. Baula Petra Buana, Teknologi Nasional, Yogyakarta.
maka dapat disimpulkan yaitu hasil estimasi
untuk total cadangan ekonomis nikel laterit
23
[9]Lam, N. 1983. Spatial interpolation [20]Sujoko dan Sigit Prabowo. 2009. Buku
methods review. The American Panduan Pelatihan Geologi Dasar,
Cartographer 10: 129- 149. Pemetaan, dan Perhitungan
[10]Latif, A. 2008. Studi Perbandingan Cadangan. Pangkal Pinang.
Metode Nearest Neighboorhood [21]Sulistyana, W.&Nusanto, G. 2005.
Point (NNP), Invers Distance ModulPelatihan Geologi-
Weighted (IDW), dan Kriging pada Pertambangan:PermodelanSumberd
Perhitungan Cadangan Nikel Laterit. ayaMineraldanBatubara,PT
[11]Notosiswoyo,S, Syafrizal L, Nur Sucofindo:Yogyakarta.
Heriawan, Agus Haris. 2005. Metode [22]Sundari, Woro. 2012. Analisis Data
Perhitungan Cadangan. TE-3231 Eksplorasi Bijih Nikel Laterit Untuk
Edisi 1. Departemen Teknik Estimasi Cadangan dan Perancangan
Pertambangan Fakultas Ilmu PIT pada PT. Timah Eksplorasi Di
Kebumian dan Teknologi Mineral. Desa Baliara Kecamatan Kabaena
Bandung. Barat Kabupaten Bombana Provinsi
[12]Popoff, Constantine C. 1966. Computing Sulawesi Tenggara, Universitas Nusa
Reserves of Mineral Deposit Cendana: Kupang.
Principles And Conventional Method. [23]Surono. 2010. Geologi Lengan Tenggara
United State Department of Interior, Sulawesi. Badan Geologi
Beureu Of Miner. Kementrian Energi dan Sumber Daya
[13]Prasetyo, H, A. 2009. Penaksiran Mineral. Bandung.
cadangan batupasir di PT. Megah [24]Thamsi, B. 2016. Estimasi Cadangan
Bumi Karsa Kecamatan Caringan Terukur Endapan Nikel Laterit COG
Kabupaten Bogor Jawa Barat. UPN 2,0% Menggunakan Metode Inverst
Veteran Yogyakarta. Distance Pada PT. Teknik Alum
[14]Pusat Penelitian dan Pengembangan Service, Blok X. Jurnal Geomine,
Teknologi Mineral. Kamus Vol 4, No.3. Desember.
Pertambangan Umum. PPTM. 1997. [25]Van Leeuwen, T.M., Taylor, R., Coote, A.,
[15]Rauf, Abdul. 1998.“Perhitungan and Longstaffe, F.J. 1994. Porphyry
Cadangan Endapan Mineral”. Molybdenum ineralization in a
Modul Kuliah,JurusanTeknik Continental Collision setting at
Pertambangan, UPN ‘Veteran’ Malala, Nortwest Sulawesi,
Yogyakarta. Indonesia. Journal of Geochemical
[16]Rusmana,E.,Sukido, Exploration, Vol. 50. Elsevier,
Sukarna,D.,Haryono,E.,Simanjundta Amsterdam.
k,T.O.1993.Keterangan Peta Geologi [26]Yuliana, 2017. Estimasi Cadangan
Lembar Lasusua-Kendari, Sulawesi Asbuton Menggunakan Metode
Tenggara, PUSLITBANG Geologi : Cross Sectionpada Tambang C Blok
Bandung. Kabungka PT. Wijaya Karya
[17]Saragih,S. 2014. Perhitungan Penaksiran Bitumen. Teknik Pertambangan.
Cadangan. Palangkaraya. Fakultas Ilmu dan Teknologi
[18]Sinclair, A dan Garston H Blackwell. Kebumian. Universitas Halu Oleo.
2004. Applied Mineral Inventory Kendari.
Estimation. Cambrigde University [27]Van Zuidam. 1985. “Klasifikasi
Press. Kemiringan Lereng Survey”.
[19]SNI, 13-4726-1998/amd 1 :1999,
Klasifikasi SumberDaya Mineral dan
Cadangan.
24
PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI DAMPAK SOSIAL EKONOMI AKIBAT
AKTIVITAS PERTAMBANGAN NIKEL DI DESA BOMBA-BOMBA KECAMATAN
TINANGGEA KABUPATEN KONAWE SELATAN
ABSTRAK
Kecamatan Tinanggea adalah salah satu kecamatan yang memiliki potensi pertambangan nikel di
Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui persepsi masyarakat mengenai dampak sosial ekonomi akibat aktivitas pertambangan
nikel di Desa Bomba-Bomba Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan. Teknik penentuan
sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode porposif sampling dengan cara
sistematik. Metode analisis data dengan menggunakan perhitungan skala skor berdasarkan kriteria
penilaian persentase responden. Populasi 66 kepala keluarga sebagai responden. Hasil penelitian
ini menunjukan bahwa dengan adanya kegiatan pertambangan nikel terhadap dampak sosial
ekonomi yang terjadi di Desa Bomba-Bomba secara umum lebih besar dampak negatifnya dari pada
dampak positifnya yaitu peluang pendapatan masyarakat berdampak negatif, perusahaan membuka
kesempatan kerja yang cukup besar bagi masyarakat, terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja,
tidak meningkatkan aktivitas usaha yang telah ada, tidak adanya program-program perusahaan yang
direalisasikan kepada masyarakat, dan terjadi perubahan sikap atau perilaku di lingkungan
masyarakat.
ABSTRACT
Tinanggea District is one of the districts that has the potential of nickel mining in South Konawe
District, Southeast Sulawesi Province. This study aims to investigate the perception of society toward
socio-economic impacts due to nickel mining activities in Bomba-Bomba village, Tinanggea District,
South Konawe Regency. The technique of investigate the sample in this study was carried out used
the method of passive sampling in a systematic way. The data analysis method used calculation of
score scale based on assessment criteria percentage of respondents. The population was 66
households as respondents. The results of this study indicate that the existence of nickel mining
activities on the socio-economic impacts that occur in the village of Bomba-Bomba in general has a
greater negative impact than the positive impact of the opportunity for community income to have a
negative impact, the company opens considerable employment opportunities for the community, an
increase employment, not increasing existing business activities, the absence of company programs
realized to the community, and changes in attitudes or behavior in the community.
25
masyarakat sekitarnya karena pengrusakan Mencermati fenomena dampak
lingkungan, apalagi penambangan tanpa izin lingkungan di Kecamatan Tinanggea,
yang selain merusak lingkungan juga kenyataannya menimbulkan dampak
membahayakan jiwa penambang karena lingkungan baik positif maupun negatif bagi
keterbatasan pengetahuan penambang dan juga masyarakat. Masuknya penambangan nikel di
karena tidak adanya pengawasan dari dinas daerah ini membuat masyarakat memiliki
instansi terkait[1] harapan bagi terciptanya lapangan pekerjaan,
Kegiatan penambangan ini, secara peningkatan pelayanan fasilitas kesehatan
ekologi dan sosial ekonomi akan memberikan seperti puskesmas, serta bantuan-bantuan
dampak kepada masyarakat setempat atau sarana sanitasi lingkungan bagi desa dan
lokal. Salah satu dampak sosial ekonomi bantuan pendidikan. Namun, disisi lain
adalah kesempatan kerja dan berkembangnya masuknya pertambangan nikel juga
perekonomian masyarakat setempat. Namun meresahkan masyarakat setempat, terutama
demikian besar kecilnya dampak tersebut adanya kerusakan lingkungan yang
sangat bergantung kepada kepedulian dan mengganggu aktivitas masyarakat seperti
kesiapan sumberdaya manusia dari masyarakat terkorbankannya lahan sebagai area
sekitar dalam memanfaatkan potensi yang ada. penambangan serta lahan menjadi rusak,
Pada umumnya dampak terjadinya perubahan bendungan irigasi pertanian terendam lumpur,
sosial ekonomi akibat adanya suatu hutan menjadi rusak yang berdampak pada
pembangunan adalah masyarakat lokal akan rusakn ya keberlangsungan hidup tumbuhan
tersingkir oleh pendatang dalam (flora) dan satwa liar (fauna)[5]
memanfaatkan peluang[2]
Banyak sekali fenomena yang seringkali B. METODE PENELITIAN
terjadi dimasyarakat khususnya di beberapa 1. Lokasi Penelitian
kawasan industri dimana suatu perusahaan Penelitian ini dilakukan di Desa Bomba-
kurang membina hubungan baik Bomba Kecamatan Tinanggea Kabupaten
dengan masyarakat yang ada disekitarnya Konawe Selatan. Secara geografis terletak
sehingga terjadi demonstrasi, pengrusakan pada 3.58ᴼ dan 4.31ᴼ lintang Selatan, dan
fasilitas perusahaan dan berbagai konflik antara 121.58ᴼ dan 123.16ᴼ bujur Timur.
lainnya. Hal tersebut juga dirasakan oleh PT.
Ifisdeco[3]
Luas wilayah Kabupaten Konawe
Selatan adalah 451.421 ha atau 11.83%
dari luas wilayah daratan Sulawesi Tenggara,
sedangkan luas wilayah perairan
(laut) lebih dari 9.268 km2. Salah satu
Kabupaten yang cukup kaya dengan
sumber daya alamnya, potensi sumber daya
alam yang sudah dikelola secara
besar-besaran adalah potensi pertambangan
nikel[4]
Kecamatan Tinanggea adalah salah satu Gambar 1. Peta lokasi penelitian
kecamatan yg memiliki potensi pertambangan 2. Tahapan Penelitian
nikel di Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan
Sulawesi Tenggara. Luas wilayah Kecamatan dalam penelitian ini meliputi:
Tinanggea secara keseluruhan adalah sebesar a. Tahap pendahuluan
354,74 km²[4] Tahap ini meliputi meliputi persiapan
materi penelitian dengan mengadakan studi
26
literatur guna mengetahui lebih mendalam analisisnya disajikan dalam bentuk tabel
permasalahan dan mengadakan tinjauan awal frekuensi dan gambar (grafik) dengan rumus
ke lapangan yang untuk dijadikan tempat sebagai berikut:[5]
penelitian untuk mengetahui lokasi mana saja
𝑓
yang terkena dampak sosial ekonomi. 𝑃 = 𝑛 × 100 ................................... ( 2 )
b. Tahap survei lapangan
Tahap ini merupakan tahap Keterangan:
pengumpulan data baik data primer maupun P : Persen
data sekunder. f: Skor jumlah pertanyaan jawaban responden
c. Tahap penyusunan hasil penelitian n : Frekuensi atau Jumlah responden
Tahap akhir dalam penelitian ini adalah 100 : Bilangan tetap.
penyusunan hasil penelitian dimana akan
dilakukan evaluasi dan pemeriksaan ulang Persepsi masyarakat terhadap dampak
hasil analisis data baik primer maupun pertambangan pada kondisi sosial ekonomi
sekunder, hasil yang tertera adalah didasarkan pada total skor jawaban
pembahasan, kesimpulan dan rekomendasi. pertanyaan, yang kemudian diskalakan.
Penentuan skala skor untuk dampak pada
3. Analisis dan Pengolahan Data kondisi sosial ekonomi seperti pada Tabel 2:
Analisis deskriptif kualitatif yaitu [6]
mendeskripsikan kondisi sosial masyarakat Tabel 2. Skoring persepsi dampak sosial
sekitar tambang dengan memberikan ekonomi masyarakat
pertanyaan terstruktur (kuesioner) terkait Jumlah Min= Max= Range skala skor =
pemahaman responden terhadap permasalahan Respond (JRx1) (JRx5) Skor Skor Ideal
dampak sosial akibat aktivitas pertambangan en (JR) Skor maksimal
nikel di wilayahnya. Analisis deskriptif × 100%
kualitatif yang diperoleh kemudian diolah 66 66x1 = 66x5 66 – 330 0 – 100%
menggunakan skala likert. Dengan 66 =330
menggunakan skala likert masing-masing
instrumen jawaban memiliki nilai (SS : 5), (S: Tabel 3. Kriteria penilaian persentase
4), (N: 3), (TS: 2), dan (STS : 1)[4]. responden
Skala Skor Kategori
Tabel 1. Skala likert
0% - 19,99% Negatif
No. Skala Scoring
20% - Negatif
likert
39,99%
1. Sangat 5
40% - Netral
Setuju
59,99%
(SS)
60% - Positif
2. Setuju (S) 4
79,99%
3. Ragu- 3
80% - 100% Positif
Ragu
(RG) Skala skor dibagi menjadi 5 kelas, yaitu
4. Tidak 2 “Sangat Rendah”, “Rendah”, “Sedang”,
Setuju “Tinggi”, dan “Sangat Tinggi”, setelah didapat
(TS) skala skor barulah kemudian didapat persepsi
5. Sangat Tidak 1 masyarakat pada kondisi sosial-ekonomi dan
Setuju (STS) fisik. Persepsi negatif ditandai dengan skala
Kemudian unsur deskriptifnya diolah skor “Sangat Rendah” dan “Rendah”, persepsi
dengan menggunakan microsoft excel dimana netral pada skala skor “Sedang”, sedangkan
27
persepsi positif ditandai dengan skala skor C. Pendidikan
“Tinggi” dan “Sangat Tinggi”[6] Tabel 6. Sebaran responden berdasarkan
C. HASIL DAN PEMBAHASAN tingkat pendidikan
Hasil penelitian dan pembahasan Tingkat Jumla Perse
mendeskripsikan hasil yang diperoleh Pendidik h ntase
dari lokasi atau tempat penelitian. Hasil an Resp (%)
penelitian dan pembahasan dijelaskan onde
sebagaimana uraian dibawah ini yaitu : n
SD/Sede 16 24.2
1. Identitas Responden rajat 4%
A. Umur SMP/Se 22 33.3
Tabel 4. Sebaran responden berdasarkan derajat 3%
variabel umur SMA/Se 26 39.4
Umur Jumlah Pers derajat %
(Tahun) Responden enta Sarjana 2 3.03
se %
(%) Jumlah 66 100
Usia Produktif 61 92.4 %
(20-54) 2% Tabel 6 menunjukan bahwa responden di
Usia Non 5 7.58 Desa Bomba-Bomba yang tamat sekolah
Produktif (>55) % dasar/SD sebanyak 16 orang atau (24.24%),
Jumlah 66 100 tamatan sekolah dasar/SD lebih sedikit bila
% dibandingkan dengan responden yang tamat
Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa umur sekolah menengah pertama sebanyak 22 orang
responden didominasi pada usia 30-54 tahun atau (33.33%). Responden yang lulus sekolah
yakni sebanyak 61 responden (92.42%) dari 66 lanjutan tingkat atas sebanyak 26 orang atau
orang jumlah responden berada pada usia (39.4%), tamatan SMA lebih banyak bila
produktif dan sebanyak 5 responden (7.58%) dibandingkan dengan responden yang tamatan
berada pada usia tidak atau non produktif yaitu Sarjana sebanyak 2 orang atau (3.03%).
umur diatas 54 tahun. Kondisi tingkat pendidikan responden yang
B. Jenis Kelamin mayoritas berpendidikan tamatan SMA.
Tabel 5. Sebaran responden berdasarkan jenis mereka hanya berharap pada pengalaman dan
kelamin tingkat pendidikanya dan dapat mempengaruhi
untuk bekerja disektor pertambangan nikel.
Jenis Jumla Perse
Kelam h ntase D. Pekerjaan
in Respo (%) Tabel 7. Sebaran responden berdasarkan
nden pekerjaan
Laki- 36 54.54 Sebelum Sesudah
laki % Kegiatan Kegiatan
Perem 30 45.46 Penambangan Penambangan
puan % Pekerjaan JR (%) Pekerjaan JR (%)
Jumla 66 100 % Resp. Resp.
h PNS 2 3.03 % PNS 2 3.03 %
Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa jenis Petani 39 59.1 % Petani 33 50 %
kelamin laki-laki berjumlah 36 responden atau Pedagang 11 16.66 % Pedagang 15 22.72 %
(54.54%) dan jenis kelamin perempuan Nelayan 2 3.03 % Nelayan 2 3.03 %
berjumlah 30 responden atau (45.46%). Bengkel 4 6.06 % Bengkel 4 6.06 %
28
IRT 8 12.12 % IRT 10 15.16 % >2.000.000 4 6.05% >2.000.000 4 6.05%
Pada Tabel 7 menunjukkan bahwa
pekerjaan responden sebelum dan setelah Berdasarkan Tabel 8 menunjukkan bahwa
adanya kegiatan pertambangan nikel pekerjaan responden sebelum dan setelah
mengalami perubahan. Setelah adanya adanya kegiatan pertambangan nikel
kegiatan pertambangan nikel ada 6 responden mengalami perubahan. Yaitu responden yang
beralih pekerjaan yaitu 4 responden sebagai berpendapatan Rp.500.000 – Rp.1.000.000
pedagang dan 2 responden sebagai ibu rumah responden yang berpendapatan sebesar
tangga. Rp.1.100.000 – Rp1.500.000, responden
E. Pendapatan dengan pendapatan sebesar Rp.1.600.000 –
Tabel 8. Sebaran responden berdasarkan Rp.2.000.00.
pendapatan masyarakat
Sebelum Sesudah 2. Kondisi Ekonomi
kegiatan kegiatan Dalam penelitian ini terdapat 3 variabel
penambangan penambangan penelitian yaitu peluang pendapatan
Pendapata JR (%) Pendapata JR (%) masyarakat, kesempatan kerja dan peluang
n Resp. n Resp. usaha. Dampak ekonomi yang terjadi di desa
500.000 - 35 53.03 500.000 - 42 63.63 Bomba-Bomba terhadap pertambangan nikel
1.000.000 % 1.000.000 % secara umum lebih besar dampak negatifnya
1.100.000- 17 25.76 1.100.000- 12 18.18 dari pada dampak positifnya. Untuk
1.500.000 % 1.500.000 % menjelaskan hal-hal tersebut data kuesioner
dianalisis dengan menggunakan skala skor,
1.600.000- 10 15.16 1.600.000- 8 12.12
yaitu sebagai berikut :
2.000.000 % 2.000.000 %
Tabel 9. Nilai perhitungan skala skor berdasarkan kriteria penilaian persentase responden
Fakto Pertanyaan Skala skor Kat
r egor
i
Aktifitas penambangan nikel meningkatkan 39.69 Neg
Pelua ruang pendapatan masyarakat lokal % atif
ng Aktifitas penambangan nikel didominasi oleh 36.66 Neg
penda peluang pendapatan bagi masyarakat lokal % atif
patan
Usaha pertambangan nikel membuka 62.72 Posit
Kese kesempatan kerja yang cukup besar di daerah % if
mpata ini
n Masyarakat pendatang mendapat prioritas 73.63 Posit
kerja untuk bekerja diperusahaan % if
29
A. Persepsi Masyarakat Terhadap tetapi lebih banyak tenaga kerja dari luar
Peluang Pendapatan Masyarakat daripada tenaga kerja lokal. Masyarakat lokal
Berdasarkan hasil wawancara usaha sendiri bekerja pada perusahaan yaitu satu
pertambangan nikel di Kecamatan Tinanggea orang sebagai HRD, dua orang sebagai helper
memberikan pengaruh negatif di bidang laboratorium, enam orang sebagai buruh kasar,
pendapatan. Hal itu, dilihat dari pendapat dua oarang sebagai supir dump truk dan satu
responden bahwa masyarakat mayoritas orang sebagai pengawas.
mengatakan tidak setuju kalau aktifitas C. Persepsi Masyarakat Terhadap
pertambangan nikel justru menyebabkan Peluang Usaha
terbatasnya ruang pendapatan masyarakat Berdasarkan hasil wawancara diatas
dipengaruhi oleh sebagian masyarakat yang adanya aktivitas pertambangan nikel di daerah
pekerjaannya sebagai petani beralih pekerjaan ini membuka peluang berusaha terhadap
yaitu sebagai pedagang dan ibu rumah tangga. masyarakat sekitar lokasi pertambangan.
Itu dikarenakan sebagian besar masyarakat Peluang berusaha ini memberikan dampak
pekerjaannya sebagai petani sawah yang positif bagi sebagian warga yang membuka
merasakan kerugian karena tercemarnya lahan usaha lain seperti warung sembako, warung
pertanian akibat kegiatan penambangan makan, bengkel. Namun dengan kehadiran
perusahaan. Bendungan irigasi masyarakat perusahaan tambang tersebut aktivitas usaha
tertimbun lumpur bekas aktivitas perusahaan yang telah ada di daerah ini tidak mengalami
tambang yang berjarak 700 meter dari sawah. peningkatan tetapi mengalami kerugian
30
Perusahaan tambang memberikan 34.2 Negat
pemberdayaan kesehatan kepada 4% if
masyarakat
Interaks Aktifitas pertambangan nikel menyebabkan 39.0 Negat
i Sosial meninkatnya kepercayaan antara 9% if
masyarakat dengan perusahaan
31
sarana dan prasarana kesehatan untuk Tenggarong, Kutai Kartanegara. Jurnal
masyarakat dan tidak adanya Bumi Indonesia, Vol. 1, (2012), 3-4.
pemberdayaan kesehatan kepada
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Yudhistira, Kajian Dampak Kerusakan
Lingkungan Akibat Kegiatan
Penambangan Pasir Di Daerah Kawasan
Gunung Merapi (Studi Kasus Di Desa
Keningar Kecamatan Dukun Kabupaten
Magelang, Propinsi Jawa Tengah ), Jurnal
Ilmu Lingkungan, Vol. 9, (2011), 1.
[2]. A. H. Harianja, Korelasi Pertambangan
Emas Tradisional Terhadap Keadaan
Sosial Ekonomi Masyarakat : Kasus Di
Kabupaten Madina ( Sumut ), (2014), 2
[3] Jumardin, Peran Public Relations PT.
Ifishdeco Dalam Meningkatkan Citra
Positif Perusahaan Di Kalangan
Masyarakat Area Pertambangan
Kabupaten Konawe Selatan, Jurnal Ilmu
Komukasi, (2016), 3-4.
[4] Fadhil, F, Pengaruh Pertambangan Nikel
Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi
Masyarakat Kecamatan Tinanggea
Kabupaten Konawe Selatan. Skripsi.
(2017), 12,13,37.
[5] Sarban, L. H, Persepsi Masyarakat Tentang
Pertambangan Nikel Di
Kelurahan Bende Kecamatan Motui
Kabupaten Konawe Utara (Studi Kasus
Pertambangan Nikel Di Bende
Kecamatan Motui Kabupaten Konawe
Utara), Jurnal Penelitian Pendidikan
Geografi, Vol. 1, No. 1, (2016), 23.
[6] Apriyanto, D., & Harini, R, Dampak
Kegiatan Pertambangan Batubara
Terhadap Kondisi Sosial-Ekonomi
Masyarakat Di Kelurahan Loa Ipuh Darat,
32
PRESEPSI MASYARAKAT MENGENAI KONDISI LINGKUNGAN AKIBAT KEGIATAN
PENAMBANGAN EMAS DESA WUMBUBANGKA KECAMATAN RAROWATU UTARA
KABUPATEN BOMBANA PROVINSI SULAWESI TENGGARA
Waode Siti F1), Jahidin1), Suryawan A1).
Jurusn Teknik Pertambangan, FITK, Universitas Halu Oleo
Email : sitifalma014@gmail.com
ABSTRAK
Aktivitas, pertambangan akan memberikan dampak lingkungan atau pengaruh bahkan kendala pada
kegiatan pertambangan. Karena dalam pelaksanaanya tidak ada aktifitas pertambangan yang tidak
merusak lingkungan selain itu penambangan juga menimbulkan permasalahan, seperti kenyamanan
masyarakat kebisingan, debu, perubahan topografi bahkan berpengaruh bagi kondisi keselamatan
lingkungan. Kondisi seperti ini terjadi di Desa Wumbubangka Kecamatan Rarowatu Utara,
Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara yang memiliki potensi pertambangan emas.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan dampak kerusakan lingkugan akibat dari akitifitas
kegiatan pertambangan emas, di Desa Wumbubangka Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten
Bombana. Metode analisis data dengan menggunakan rumus skala likert, dengan jumlah populasi 75
kepala keluarga sebagi responden. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dengan adanya kegiatan
pertambangan emas di Desa Wumbubangaka menyebabkan beberapa dampak negatif yang
merugikan masyarakat sekitar seperti kerusakan lahan pertanian, polusi udara semakin meningkat,
polusi suara, kerusakan jalan dan sedikit terganggunya kesehatan masyarakat setempat. Hal ini dapat
dilihat dari tabel presepsi pendapat masyarakat yang kebanyakan berada pada kategori rendah.
33
Indonesia untuk mendatangkan devisa. Selain lingkungan atau pengaruh bahkan kendala
mendatangkan devisa industri pertambangan pada kegiatan pertambangan. Karena dalam
juga menyedot lapangan kerja dan bagi pelaksanaanya tidak ada aktifitas
Kabupaten dan Kota merupakan sumber pertambangan yang tidak merusak lingkungan
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kegiatan selain itu penambangan juga menimbulkan
pertambangan merupakan suatu kegiatan yang permasalahan, seperti kenyamanan masyarakat
meliputi: eksplorasi, eksploitasi, pengolahan/ kebisingan, debu, perubahan topografi bahkan
pemurnian, pengangkutan mineral/ bahan berpengaruh bagi kondisi keselamatan
tambang. Industri pertambangan selain lingkungan [4].
mendatangkan devisa dan menyedot lapangan Kondisi seperti ini terjadi di Desa
kerja juga rawan terhadap pengrusakan Wumbubangka Kecamatan Rarowatu Utara,
lingkungan. Banyak kegiatan penambangan Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi
yang mengundang sorotan masyarakat Tenggara yang memiliki perusahaan tambang
sekitarnya karena pengrusakan lingkungan [1]. emas [5].
Kegiatan operasi tambang berdampak A. Metode penelitian
secara nyata terhadap lingkungan hidup.
Dampak kegiatan ini terutama perubahan 1. Lokasi penelitian
drastis atas sifat fisik dan kimia termasuk
Penelitian ini akan dilakukan di
gangguan terhadap vegetasi, hewan dan tanah
Kabupaten Bombana Kecamatan Rarowatu
yang ada, serta ekosistem alami. Dampak
Utara Desa Wumbubangka Provinsi Sulawesi
kehilangan vegetasi dan degradasi lahan secara
Tenggara. Penelitian ini akan dilaksanakan
potensial dapat menyebabkan erosi tanah,
pada bulan September sampai Oktober 2018.
kehilangan biodiversitas, dan degradasi daerah
penampung air, banjir [2].
Selain beberapa dampak diatas, dampak
lainya yang berbahaya dari kegiatan
pertambangan emas adalah penggunaan bahan
bahan kimia seperti merkuri yang tidak hanya
merugikan lingkungan tetapi juga manusia
atau mahkluk hidup lainya. Hasil survei dan
hasil wawancara masyarakat di Desa
Wumbubangka dalam pengolahan emas
menggunakan merkuri dan hal ini sangat
berdampak pada kesehatan yang salah satunya
adalah penyakit kulit bagi masyarakat yang
terkontaminasi atau lingkungan yang tercemar.
Namun hingga saat ini belum ada laporan
keracunan merkuri yang begitu parah seperti
yang terjadi dibeberapa daerah di Indonesia
[3].
Aktivitas kegiatan pertambangan yang
dilakukan akan memberikan pengaruh pada 2 Pengumpulan Data
komponen ekosistem wilayah baik makro
Adapun tahapan pengumpulan data
maupun mikro. Masing masing akan
dilakukan dala penelitian ini adalah dengan
memberikan pengaruh timbal balik, kegiatan
cara sebagai berikut:
pertambangan akan memberikan dampak
1. Kuesioner (Angket)
34
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan Tabel 1. penilaian skala skor
secara tertulis yang digunakan untuk
memperleh informasi dari responden
dalam arti laporan tentang data pribadinya
atau hal hal yang diketahui.
2. Wawancara
Wawancara yaitu melakukan tanya jawab
dengan objek penelitian untuk
mengumpulkan data dan informasi yang
diperlukan dengan menggunakan
Sedangkan data kuantitatif yang diperoleh
kuesioner yang telah disiapkan
diolah dengan menggunakan Microsoft excel
sebelumnya.
Dimana analisisnya disajikan dalam bentuk
3. Dokumentasi
tabel dengan menggunakan rumus persentase
Dokumentasi adalah sebuah cara yang sebagai berikut :
dilakukan untuk menyediakan dokumen
𝑓
dokumen atau menyediakan bukti yang P = 𝑛 × 100
akurat, berupa foto foto yang menunjang Keterangan:
pada saat penelitian. P = Persentase
Populasi dalam penelitian ini adalah f = Skoring jumlah pernyataan jawaban
penduduk disekitar tambang di Desa responden
Wumbubangka Kecamatan Rarowatu Utara n = Frekuensi atau Jumlah responden
Kabupaten Bombana. Teknik penentuan 100 = Bilangan tetap
sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan Untuk menggolongkan tinggi, sedang rendah
menggunakan metode Pengambilan Sampel dari presepsi masyarakat mengenai kondisi
acak sederhana (simple random sampling) lingkungan akibat kegiatan penambangan
Sampel dalam penelitian ini dipilih secara emas menggunakan rumus sebagai berikut :
refresentatif yaitu sampel yang dianggap layak [8].
untuk mewakili populasi. Sampel dalam 𝐽
penelitian ini yaitu masyarakat Desa I=𝐾
Wumbubangka Kecamatan Rarowatu Utara Dimana :
Kabupaten Bombana dengan jumlah kepala
keluarga yaitu 298 KK [6]. Kemudian Jumlah I = Interval kelas
sampel ditentukan dengan menggunakan J = Jarak sebaran (skor tinggi-skor rendah)
metode slovin (dengan galat penduga atau K = banyaknya kelas
tingkat kesalahan) sebesar 10%, maka dapat
dirumuskan sebagai berikut:
𝑁
n = 1+𝑁 (𝑒)2 …………… (1)
dengan
n Jumlah sampel,
N jumlah Populasi, dan
e Galat penduga 10% (0,1).
3. analisis dan pengolahan data B. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data primer dan sekunder yang 1. Presepsi Masyarakat Mengenai Dampak
diperoleh selanjutnya data diolah Pertambangan Emas Terhadap Kerusakan
menggunakan pendekatan analisis seara Lahan Pertanian.
deskriptif kualitatif dan kuantitatif [7].
35
N Dampak Jumlah Presentas jalan dan polusi udara. Sedangkan kategori
o Kerusakan Responde e (%) tinggi sebanyak 0 responden (0%) .
Lahan n (jiwa) 2. Presepsi Masyarakat Mengenai Tingkat
Pertanian Kondisi Udara.
Masyaraka No Tingkat Jumlah Presentase
t Kondisi Responden (%)
1 Rendah 74 98.66 Udara (Jiwa)
2 Sedang 1 1.33 1 Rendah 41 54.66
3 Tinggi 0 0 2 Sedang 34 45.33
Total 75 100 3 Tinggi 0 0
Tabel 2. kerusakan lahan pertanian. Jumlah 75 100
Pada Tabel 2 menunjukan bahwa Tabel 3. Tingkat Kondisi Udara.
dampak aktivitas pertambangan emas terhadap
kerusakan lahan pertanian berada pada Tabel 3 menunjukkan bahwa dampak
kategori rendah dengan jumlah 74 responden pertambangan emas terhadap tingkat kondisi
(98,66%). Menyatakan bahwa usaha udara berada pada kategori rendah sebanyak
pertambangan emas di Desa Wumbubangka 41 (54.66%) responden rata-rata masyarakat
memberikan atau membawa pengaruh negatif menjawab bahwa dengan adanya kegiatan
untuk bidang pertanian Hal ini, dilihat dari pertambangan ini membawa pengaruh buruk
respon pendapat masyarakat yang dimana terhadap lingkungan maupun mahkluk hidup
mayoritas berpendapat bahwa mereka setuju lainya, kondisi udara yang berdebuh dan
kalau aktifitas pertambangan emas baik itu banyaknya penebangan pohon. Yang
yang dilakukan oleh pihak perusahaan maupun diakibatkan dari masuknya beberapa
masyarakat itu sendiri menyebapkan dampak perusahaan dan meningkatnya jumlah
kerusakan lahan pertanian yang sangat parah kendaraan baik itu dari pihak perusahaan
dan mereka menganggap bahwa dengan maupun masyarakat luar daerah yang
adanya aktifitas pertambangan membawa berbondong bondong mencari emas, yang
dampak negatif bagi masyrakat yang bertani terjadi sekitar tahun 2009 hingga 2014.
karena, di Desa Wumbubangka hampir tidak Sehingga potensi debunya semakin meningkat
terdapat lahan sawah, melainkan lahan kering yang diamana sebelumnya hanya dilalui oleh
seluas 225 Ha dan lahan pertanian lainnya 213 masyarakat setempat namun setelah
Ha (BPS, 2012) Selain itu kegiatan ditemukannya emas di Desa ini mengalami
penambangan yang dilakukan oleh pihak peningkatan jumlah kendaraan hal inilah salah
perusahaan dilahan masyarakat banyak yang satu aspek yang menyebabkan kondisi udara
tidak melakukan reklamasi sehingga banyak semakin memburuk. Sedangkan kategori
meninggalkan kubangan kubangan atau lubang sedang sebanyak 34 (45,33%) responden
besar dan untuk lahan yang telah direklamasi menyatakan bahwa dengan kondisi udara yang
masih bisa digunakan untuk sawah tadah buruk seperti ini bukan salah satu dampak yang
hujan. dan kategori sedang dengan jumlah 1 buruk pula dari kegiatan penambangan karena
responden (1.33%) menyatakan bahwa meskipun sebelum adanya kegiatan
terlepas dari dampak negatif yang yang pertambangan dimulai diwilayah ini sudah ada
dirasakan masyarakat ada beberapa responden polusi seperti ini hanya saja kondisi yang
yang tidak terpengaruh problematika berbeda, karena jalan desa wumbubangka
kerusakan yang ada karena mereka tidak tidak pernah mengalami perbaikan dari pihak
melakukan kegiatan pertambangan ataupun pemerintah, akan tetapi selama beberapa
bermitra dengan pihak perusahan dialahan perusahan beroperasi sering melakukan
pribadi melainkan mereka lebih terpengaruh di penyiraman jalan yang dilalaluinya dan
beberapa dampak lainya seperti kerusakan dilakukan sekali atau dua kali dalam seminggu
36
sehingga sedikit mengurangi udara yang 4. Presepsi Mengenai Dampak Kesehatan
berdebuh. Dan kategori tinggi sebanyak 0 (0%) Masyrakat
atau tidak ada masyarakat yang tidak N Dampak Jumlah Presentas
terganggu mengenai kondisi udara yang buruk o Kesehatan Responde e (%)
tersebut. Masyaraka n (Jiwa)
t
3. Persepsi Masyarakat Mengenai Dampak 1 Rendah 15 20
Polusi Suara 2 Sedang 60 80
3 Tinggi 0 0
No Dampak Jumlah Presentase
Jumlah 75 100
Polusi Responden (%)
Suara (jiwa) Tabel 5. persepsi mengenai dampak kesehatan
1 Rendah 67 89.33 masyarakat.
2 Sedang 6 8
3 Tinggi 0 0 Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan
Jumlah 75 100 bahwa dampak kesehatan masyarakat berada
Tabel 4. persepsi masyarakat mengenai pada kategori rendah, yaitu sebanyak 15
dampak polusi suara. responden (20%) mengatakan bahwa, dengan
adanya kegiatan pertambangan emas di Desa
Tabel 4 menunjukan tingkat polusi suara ini sangat menggangu sekali karena
yang terjadi di Desa Wumbubangka terhadap sebelumnya desa wumbubangka tidak
aktivitas kegiatan penambangan emas berada memiliki jumlah penduduk yang padat, secara
dalam kategori rendah sebanyak 67 responden otomatis akan berpengaruh pada kesehatan
(89.33%) masyarakat mengatakan bahwa yang menimbulkan sesak nafas, diare, asma.
akibat dari kegiatan tersebut kendaraan truk Sedangkan kategori sedang sebanyak 60
maupun masyarakat luar yang datang dan responden (80%) dampak kesehatan
pergi bukan hanya menimbulkan efek masyarakat tergolong dalam kategori sedang
kebisingan bagi masyarakat juga melainkan dikarenakan setelah ada kegiatan
pada proses komunikasi dan gangguan penambangan emas didesa wumbubangka
aktivitas tidur karena banyaknya kendaraan terdapat beberapa penyakit yang diderita
yang sering lalu lalang, telepas dari hal ini masyarakat seperti penyakit saluran
masyarakat setempat sudah mulai terbiasa pernafasan dan asma, hal ini erat kaitanya
dengan kejadian tersebut. mengatakan bahwa dengan beberapa dampak lainya seperti
aktivitas pertambangan tidak terlalu kerusakan jalan dan polusi udara akibat dari
berdampak sangat parah, karena kegiatan kerusakan jalan disebabkan dari tingginya
penambangan jauh dari pemukiman warga. lalulintas kendaraan singga menyebabkan
dan kategori sedang sebanyak 6 responden kondisi udara berdebuh dan berpengarulah
(8%) ketika berbicara mengenai polusi suara terhadap kesehatan masyarakat yang banyak
atau tingkat kebisingan pasti akan sangat diderita oleh anak - anak. dan untuk penyakit
terganggu tetapi ini bukan salah satu dampak kulit lebih banyak diserang oleh masyarakat
yang parah dan di maklumi karena desa dewasa yang diakibatkan dari kegiatan
wumbubangka memiliki kekayaan alam yang penambangan emas secara langsung
dimana harus diolah menggunakan alat alat (mendulang) yang terkontaminasi secara
berat untuk mendapatkan hasilnya. Dan langsung dengan lumpur dalam kubangan atau
kategori tinggi sebanya 2 responden (2.66) lubang penggalian. Dan tinggi sebanyak 0
yang namanya wilayah pertambangan hal hal (0%) responden, yang dimana tidak semua
seperti ini tidak akan mungkin telepas dan kita masyarakat merasa terganggu dengan kondisi
sebagai masyarakat tetap menerimanya. kesehatan selama hadirnya kegiatan
penambangan didesa tersebut.
37
5. Persepsi Masyarakat Mengenai Dampak C. Kesimpulan
Kerusakan Jalan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang
No Dampak Jumlah Presentase telah diuraikan sebelumnya maka dapat
Kerusakan Responden (%) disimpulkan bahwa presepsi masyarakat
Jalan (Jiwa) megenai kondisi lingkungan akibat kegiatan
1 Rendah 68 90.99 penambangan emas di Desa Wumbubangka
2 Sedang 7 9.33 telah mengalami perubahan tata ruang
3 Tinggi 0 0 lingkungan dalam kondisi fisik seperti
Jumlah 75 100 kerusakan lahan yang menyebabkan
Gambar 6. persepsi masyarakat mengenai menurunya produktifitas pertanian masyarakat
dampak kerusakan jalan. karna selama kurang lebih sepuluh tahun
Presepsi masyarakat mengenai dampak terakhir mengalai penurunan yang signifikan.
keruskan jalan dapat dilihat pada Tabel 6 Lalu kondisi udara semakin memburuk
dimana kategori rendah terdapat 68 responden disebabkan banyaknya debuh dan gersang,
(90,66%), Berdasaran aspek diatas terdapat diakibatkan dari banyaknya kendaraan baik itu
kategori rendah yang mewakili terlihat bahwa pihak perusahaan maupun masyarakat itu
dampak kerusakan jalan merupakan salah satu sendiri. Gangguan kesehatan yang banyak
dampak yang sangat parah dirasakan oleh diderita oleh anak anak seperti asma dan
masyarakat sejauh ini karena baik pihak saluran pernapasan serta para pekerja tambang
pemerintah maupun perusahaan kurang (mendulang) seperti penyakit kulit. hal ini
memperhatikan masalah infrastruktur jalan merupakan salah satu aspek yang perlu
desa yang dimana jalan merupakan salah satu diperhatiakan walaupun sebagian masyarakat
sarana yang sangat penting bagi masyarakat menganggap bahwa ini hanyalah penyakit
padahal panjang jalan yang memprihatinkan biasa yang mudah diobati dan tidak terlalu
itu hanya berjarak 10 Kilometer. dan tingkat merugikan. Kerusakan jalan yang terjadi
kondisi jalan yang rusak, berdebuh saat musim didaerah ini memang tergolong sangat tinggi
kemarau dan berlumpur saat musim hujan karena sepanjang jalan desa wumbubangka
yang menghambat aktivits masyarakat, dan sama sekali tidak ada perbaiakan jalan yang
Inilah salah satu aspek yang berkaitan dengan dilakuakan oleh pemerintah maupun
kondisi kesehatan masyarakat saat ini. Dan perusahaan. Berdasarkan hal diatas
kategori sedang sebanyak 7 (9%) responden, pertambangan emas di Desa Wumbubangka
ya kondisi jalan memang rusak parah tetapi hal lebih dominan menyebabkan tingkat
ini tidak dapat selesaikan oleh pihak manapun kerusakan lingkungan secara fisik.
karena semua perusahan disini menggunakan
jalan desa, kalaupun ada inisiatif dari
pemeritah mau memperbaiki infrastruktur Daftar Pustaka
jalan ini juga sangat percuma sekali karena alat [1] Arsyad, S., Rustyadi, E., 2008,
berat pihak perusahaan hingga kini masih ada Penyelamatan, Tanah, Air dan
yang lalu lalang secara otomatis jalan pasti Lingkungan. Penerbit : Crestpent Press
hanya akan bertahan selama 1 atau 2 tahun dan Yayasan Obor Indonesia.
saja. Saat ini inisiatif yang dilakukan oleh [2] Dedek A., Rika H., 2012, Dampak
pemerintah setempat hanya melakukan Kegiatan Pertambangan Batu Bara
penimbunan jalan dan pengerasan saja untuk Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi
mengurangi sedikit keresahan masyarakat. Masyarakat di Kelurahan Loa Ipuh Darat,
Sedangkan kategori tinggi sebanyak 0 (0%) Tenggarong, Kutai Kartanegara.
responden terkait hal diatas tidak ada [3] Erdanang., E. 2016, Hubungan Kadar
masyarakat yang tidak terganggu. Merkuri Hg Dalam Tubuh Terhadap
38
Peneurunan Fungsi Kognitif Pada
Pekerja Tambang Emas Desa
Wumbubangka Kecamatan Rarowatu
Utara Kabupaten Bombana, Universitas
Halu Oleo : Kendari.
[4] Nisra, Surdin., 2016, Jurnal Penelitian
Pendidikan Geografi Kondisi Sosial
Ekonomi Masyarakat Sekitar Tambang
Emas Didesa Wumbubangka Kecamatan
Rarowatu Utara Kabupten Bombana.
[5] Pradana, O. W. (2011). Upaya
Pemanfaatan Lahan Bekas Galian
Tambang Timah di Kuto Panji, Belinyu
Provinsi Bangka Belitung, (sikripsi).
[6] Sugiono, 2010, Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif Dan RND, Bandung:
Alfabeta.
[7] Yudistira. (2008). Kajian Dampak
Kerusakan Lingkungan Akibat Kegiatan
Penambangan Pasir di Daerah Kawasan
Gunung MerapiI (Studi Kasus di Desa
Keningar Kecamatan Dukun Kabupaten
Magelang, Provinsi Jawa Tengah ).
39
RANCANGAN SISTEM PENYALIRAN TAMBANG PADA BLOK. 1
PT.KONUTARA SEJATI KABUPATEN KONAWE UTARA PROVINSI
SULAWESI TENGGARA
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sarimukti, Kecamatan Langgikima,Kabupaten Konawe Utara dengan
tujuan (1) untuk menentukan rancangan drainase yang sesuai pada blok 1 PT. Konutara Sejati dan (2) untuk
menentukan rancangan kolam pengendapan untuk blok 1 PT. Konutara Sejati Data penelitian diperoleh dari
pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer berupa data hasil pengujian laboratorium dan data
tata guna lahan. Pengujian laboratorium yang dilakukan berupa pengujian viskositas dinamis, specific gravity,
dan Data sekunder berupa data curah hujan lokasi penelitian dan peta situasi tambang PT. Konutara Sejati.
Data yang diperoleh diolah dan dianalisis untuk mendapatkan rancangan dimensi saluran dan dimensi kolam
pengendap.Hasil penelitian menunjukkan bahwa rancangan sistem penyaliran tambang yang sesuai adalah (1)
dimensi saluran dibuat berdasarkan debit air yang telah diperoleh sesuai dengan perkiraan umur tambang blok
1 yaitu sebesar 1,09 m3/s dengan dimensi saluran berupa kedalaman saluran 0,79 meter, lebar dasar saluran
0,90 meter, tinggi jagaan 0,62 meter, panjang sisi saluran 0,91 meter, dan lebar atas saluran 2,06 meter(2)
kolam pengendap yang dirancang terdiri atas 3 kolam dengan dimensi masing-masing kolam, yaitu lebar kolam
9 meter, panjang kolam 25 meter, kedalaman kolam 2 meter sehingga luas kolam keseluruhan adalah 231,91
m2. Volume kolam pengendap yang diperoleh adalah sebesar 463,83 m3.
Kata Kunci: Debit Air Limpasan, Dimensi Saluran, Dimensi Sediment
40
1. Pendahuluan metode elekto osmosis, dan metode small pipe
Penambangan merupakan kegiatan witch vacum pump. Sementara untuk main
penyediaan bahan galian yang bermanfaat dewatering bertujuan pengendalian air yang masuk
untuk kebutuhan hidup manusia. Kegiatan kedalam front penambangan dengan mengunakan
penambangan adalah kegiatan yang padat metode sump, paritan dan metode adit. Selain
modal, padat teknologi dan memiliki resiko kedua metode diatas terdapat juga sistem saluran di
luar pit yang berfungsi mencegah masuknya air dari
sangat besar, sehingga dalam melakukan
luar pit dan juga mencegah air melimpas dijalan
kegiatan penambangan diperlukan tambang.
perencanaan yang sangat matang agar tujuan PT. Konutara Sejati memiliki luas
yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut dapat 1.915,37 Ha dan menerapkan metode tambang
terarah dan terlaksana dengan sebaik-baiknya terbuka (open pit). Metode tambang terbuka
Sistem penambangan secara umum (open pit) menyebabkan terbentuknya
terbagi menjadi 3, yaitu sistem tambang cekungan yang luas, sehingga berpotensi
terbuka (surface mine system), sistem tambang menjadi daerah tampungan air, baik dari
bawah tanah (underground mine system), dan limpasan permukaan maupun air tanah,
sistem tambang bawah air (underwater mine sehingga permasalahan sistem penyaliran
system). Sistem tambang terbuka (surface mine tambang perlu di lakukan perancangan untuk
system) merupakan sistem penambangan yang menunjang kelancaran kegiatan penambangan.
banyak diterapkan di Indonesia khususnya di Metode yang dipilih oleh untuk rencana rencangan
Provinsi Sulawesi Tenggara yang merupakan saluran pada lokasi penelitian yaitu sistem saluran
salah satu daerah penghasil nikel terbesar terbuka karena relatif mudah dalam proses
diIndonesia.[1] pengerjaanya. Metode ini memanfaatkan gravitasi
. untuk mengalirkan air dari bagian lokasi yang lebih
Secara administrasif PT. Konutara Sejati tinggi ke tempat Sistem saluran terbuka yang
merupakan salah satu perusahaan digunakan berbentuk trapesium, bentuk ini lebih
pertambangan yang bergerak dibidang mudah dalam pembuatan dan perawatannya, baik
penambangan bijih nikel yang terletak di dengan alat-alat mekanis maupun tenaga manusia,
Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi selain itu kelebihan bentuk ini dapat menampung
volume air yang besar dengan kemiringan yang
Tenggara dan menerapkan sistem
lebih stabil. Selain saluran terbuka terdapat juga
penambangan tambang terbuka (surface mine kolam pengendapan (sediment pond), dengan
system), dimana dalam sistem penambangan adanya sediment pond air yang melalui saluran
tersebut kegiatannya berhubungan langsung terbuka akan dialirkan langsung ke sediment pond
dengan udara luar. Salah satu hambatan yang sehingga material yang mengikuti air dapat
menjadi kekurangan dari surface mine system langsung terendapkan di sediment pond, selain itu
adalah lingkup pekerjaannya yang bergantung sediment pond juga relatif lebih mudah dalam
pada kondisi cuaca, sehingga air hujan maupun proses pengerjaanya.
air tanah merupakan hal utama yang harus Adanya rencana pembukaan blok baru di PT.
diperhatikan agar tidak mengganggu dan Konutara Sejati, dalam hal ini adalah blok 1, maka
merusak lokasi penambangan. pihak perusahaan harus membuat perencanaan
yang matang untuk mendapatkan hasil yang
Penyaliran tambang merupakan suatu
maksimal dalam penanganan masalah air baik dari
usaha yang diterapkan untuk mencegah, limpasan permukaan, air hujan maupuan air tanah.
mengeringkan, dan mengeluarkan air yang ada Sehingga berdasarkan hal tersebut, penulis
di area penambangan, baik air yang berasal dari melakukan penelitian mengenaipenelitian
aliran permukaan (run off) maupun air tanah. mengenai “Rancangan Sistem Penyaliran
Dalam sistem penyaliran terdapat 2 metode yaitu Tambang pada blok 1 PT. Konutara Sejati
metode main drainage dan main dewatering Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi
(Suawandhi,2004). Untuk main drainage bertujuan Tenggara.’’ Dengan batasan debit air bawah tanah
untuk pencegahan air masuk kedalam front tidak di perhitungkan pada penelitian ini
tambang dengan menggunkan metode seismens, .
41
2. Dasar Teori
2.1 Siklus Hidrologi
42
1. Curah hujan ̅
R = Curah hujan rata-rata (mm)
Curah hujan adalah jumlah atau volume air R1....Rn = Besarnya curah hujan pada masing-
hujan yang jatuh pada satu satuan luas tertentu, masing stasiun (mm)
dinyatakan dalam satuan mm. 1 mm berarti n = Banyaknya stasiun hujan
pada luasan 1 m2 jumlah air hujan yang jatuh
sebanyak 1 Liter. Sumber utama air permukaan 2. Metode Poligon Thiessen
pada suatu tambang terbuka adalah air hujan[5] Metode Poligon Thiessen memiliki
Komponen hujan pada daerah penambangan ketelitian yang cukup, sehingga sangat baik
merupakan komponen masukan paling penting jika digunakan untuk menghitung curah hujan
yang mempengaruhi kondisi hidrologi tambang. rata-rata DTA yang masing-masing
Untuk mendapatkan besar curah hujan maka dipengaruhi oleh lokasi stasiun pengamatan
dilakukan pengukuran dengan alat ukur curah curah hujan berdasarkan lokasi stasiun
hujan, dalam hal ini adalah alat penakar hujan. Alat pengamatan(Hilaludin dan Joko, 2011).
penakar hujan dapat dibedakan menjadi: Syarat-syarat penggunaan Metode
a) Alat penakar hujan manual yang mempunyai Thiessen, yaitu :
luas bukaan sebesar 200 cm2 dan di letakkan a) Stasiun hujan minimal 3 buah dan letak
kurang lebih 1 meter dari permukaan tanah. stasiun dapat tidak merata
b) Alat penakar hujan otomatis b) Daerah yang terlibat dibagi menjadi poligon-
Dengan alat penakar hujan manual umumnya poligon, dengan stasiun pengamat hujan
pengukuran dilakukan sekali dalam sehari, biasanya sebagai pusatnya.
pada jam 07.00, dengan demikan akan didapat curah Curah hujan dengan menggunakan
hujan harian. Sedangkan alat penakar hujan otomatis metode ini, dapat ditentukan dengan
pengukuran dilakukan secara berkesinambungan, menggunakan persamaan (Sosrodarsono dan
sehingga dihasilkan data curah hujan yang akurat [6] Takeda, 2003):
A𝑖
C𝑖 =
a. Curah hujan rata-rata A
A1R1 + A2R2 + ⋯ AnRn
̅ = C𝑖. R𝑖 =
R
Perhitungan curah hujan rata-rata A1 + A2 + ⋯ An
dimaksudkan untuk mendapatkan nilai curah hujan
Keterangan:
rata-rata Daerah Tangkapan Air (DTA), yang ̅
R = Curah hujan rata-rata (mm)
merupakan hasil penggabungan nilai curah hujan
Ci = Koefisien Thiessen
yang diperoleh dari stasiun-stasiun pengamatan
Ai = Luas pengaruh dari stasiun
curah hujan dengan metode tertentu (Hilaludin dan
pengamatan i (km2)
Joko, 2011). Adapun metode yang digunakan
A = Luas total dari DTA (km2)
dalam perhitungan curah hujan rata-rata ada
beberapa cara R1,..Rn = Curah hujan pada setiap titik
1. Metode rata-rata aljabar (Metode Arithmatic) pengukuran (mm)
Metode metode rata-rata aljabar dapat
menghasilkan data yang baik bila daerah 3. Metode isohyet
Prinsip dari metode ini yaitu curah hujan
pengamatannya datar, penempatan alat ukur
pada suatu wilayah di antara dua Isohyet sama
tersebar merata, dan besarnya curah hujan tidak
dengan rata-rata curah hujan dari garis-garis
bervariasi. Metode ini merupakan metode yang
Isohyet tersebut. Syarat-syarat penggunaan
paling sederhana, yaitu dengan menjumlahkan
Metode Isohyet, yaitu: (1)
curah hujan dari semua tempat pengukuran
a) Digunakan di daerah datar/ pegunungan.
selama satu periode tertentu dan membaginya
b) Stasiun hujan harus banyak dan tersebar merata
dengan banyaknya stasiun pengukuran curah
c) Perlu ketelitian tinggi dan diperlukan analis
hujan. Jika dirumuskan dalam suatu persamaan
yang berpengalaman.
adalah sebagai berikut (Sosrodarsono dan
Peta Isohyet digambar pada peta
Takeda, 2003):
1 topografi dengan perbedaan (interval) 10
̅ = (R1 + R2 + R3 + ⋯ Rn)
R sampai 20 mm berdasarkan data curah hujan
n pada titik-titik pengamatan didalam dan di
Keterangan:
43
sekitar daerah yang dimaksud. Untuk hujan tahunan stasiun yang datanya hilang harus
memperkirakan curah hujan daerah, titik-titik diketahui, disamping dibantu dengan data curah
yang curah hujannya sama dihubungkan agar hujan rata-rata tahunan dan data pada stasiun
membentuk Isohyet dari berbagai harga. Luas pengamatan sekitarnya. Rumus Metode Normal
bidang diantara 2 Isohyet yang berurutan Ratio untuk mencari datacurah hujan yang hilang
diukur dengan planimeter dan rata-rata curah sebagai berikut (CD. Soemarto, 1999 Hilaludin
hujan pada wilayah di antara 2 Isohyet tersebut dan Joko, 2011):
dianggap terjadi pada wilayah tertutup. Curah 1 ̅̅̅̅
𝑅𝑥 ̅̅̅̅
𝑅𝑥 ̅̅̅̅
𝑅𝑥
hujan daerahnya dapat dihitung dengan 𝑅𝑥 = ( 𝑅𝐴 + 𝑅𝐵 + ⋯ 𝑅𝑛)
𝑛 𝑅𝐴̅̅̅̅ ̅̅̅̅
𝑅𝐵 ̅̅̅̅
𝑅𝑛
persamaan berikut (Sosrodarsono dan Takeda, Keterangan:
2003): 𝑅𝑥 = Curah hujan stasiun yang
A1R1 + A2R2 + ⋯ AnRn datanya dicari (mm)
̅=
R
A1 + A2 + ⋯ An 𝑅𝐴 … 𝑅𝑛 = Curah hujan stasiun A,
stasiun B dan stasiun n (mm)
Keterangan: ̅̅̅̅
𝑅𝑥 = Rata-rata curah hujan tahunan
̅
R = Curah hujan rata-rata (mm) stasiun yang datanya dicari (mm)
R1,...Rn = Curah hujan stasiun 1, 2,....., n ̅̅̅̅̅
𝑅𝐴, … ̅̅̅̅
𝑅𝑛 = Rata-rata curah hujan tahunan
(mm) stasiun A, B dan stasiun n (mm)
A1,...An = Luas bagian yang dibatasi oleh
Isohyet-Isohyet (Km2) b. Periode ulang hujan
Curah hujan biasanya terjadi menurut pola
a. Data curah hujan yang hilang tertentu dimana curah hujan biasanya akan
Pencatatan data curah hujan yang berulang pada suatu periode tertentu, yang dikenal
dilakukan pada suatu daerah dilakukan di dengan Periode Ulang Hujan. Periode ulang hujan
beberapa titik stasiun pencatat curah hujan adalah periode (tahun) dimana suatu hujan dengan
untuk mengetahui sebaran hujan yang turun tinggi intensitas yang sama kemungkinan bisa
pada suatu daerah apakah merata atau tidak. terjadi lagi. Kemungkinan terjadinya adalah satu
Diperlukan data curah hujan bertahun-tahun kali dalam batas periode (tahun) ulang yang
untuk mendapatkan perhitungan ditetapkan. Penetapan periode ulang hujan
perencanaan yang akurat, semakin banyak sebenarnya lebih ditekankan pada masalah
data curah hujan yang ada maka semakin kebijakan dan resiko yang perlu diambil sesuai
akurat perhitungan yang akan dilakukan. dengan perencanaan (Putri., 2014). Acuan untuk
Namun terkadang di beberapa titik menentukan periode ulang hujan (PUH) dapat
stasiun pencatat curah hujan terdapat data dilihat pada Tabel 1
yang hilang. Hilangnya data tersebut dapat Tabel 1. Acuan untuk menentukan periode ulang
disebabkan oleh kelalaian dari petugas hujan rencana
pencatat curah hujan atau rusaknya alat Keterangan Periode
pencatat curah hujan karena kurangnya Ulang Hujan
perawatan. Untuk memperbaiki atau Daerah terbuka 0,5
memperkirakan data curah hujan yang tidak Sarana tambang 2–5
lengkap atau hilang, maka dapat dilakukan Lereng-lereng tambang 5 – 10
perhitungan dengan menggunakan salah satu dan penimbunan
metode yaitu metode normal ratio (Fanny,
Sumuran utama 10 – 25
dkk 2016).
Penyaliran keliling 25
Metode Normal Ratio adalah salah satu metode
tambang
yang digunakan untuk mencari data yang hilang.
Pemindahan aliran 100
Metode perhitungan yang digunakan cukup
sungai
sederhana yakni dengan memperhitungkan data
curah hujan di stasiun hujan yang berdekatan untuk Sumber : Dasar-dasar Klimatologi
mencari data curah hujan yang hilang di stasiun
tersebut(Wei and McGuiness, 1973 dalam Fanny.,
2016). Pada metode normal ratio, syarat untuk
menggunakan metode ini adalah rata-rata curah d. Hujan rencana
44
Pengolahan data curah hujan dimaksudkan 𝑇
untuk mendapatkan data curah hujan yang siap
𝑌 = −𝐼𝑛 (−𝐼𝑛 (𝑇−1))
pakai untuk suatu perencanaan penyaliran. Keterangan:
Pengolahan data ini dapat dilakukan dengan Y = Nilai variansi reduksi dari variable
beberapa metode, salah satunya adalah metode yang diramalkan
Gumbel, yaitu suatu metode yang didasarkan atas T = Periode ulang (tahun)
distribusi normal distribusi harga ekstrim (Putri.,
2014). Metode Gumbel tersebut adalah sebagai
berikut (Endriantho dan Ramli, 2013)
Tabel 3. Nilai variabel reduksi gumbel
𝑆 T (Tahun) Y
𝑋𝑟 = 𝑋 + (𝑌 − 𝑌𝑛) 1 -1,930
𝑆𝑛
Keterangan : 2 0,366
Xr = Nilai curah hujan rencana yang 5 1,510
diramalkan (mm) 10 2,250
X = Nilai curah hujan rata-rata dari (6)
20 2,970
data/sampel (mm)
50 3,900
S = Standar deviasi dari data/sampel
Sn = Standar deviasidari variansi 100 4,600
reduksi, nilainya tergantung dari 200 5,290
jumlah data 500 6,210
Y = Nilai variansi reduksi dari variable 1000 6,900
yang diramalkan(reduced variate) Sumber : Hidrologi
Yn = Nilai variansi reduksi rata-rata dari Aplikasi Metode Statistik
data/sample (reduced mean) (Putri., 2014 )
Harga standar deviasi dari data didapatkan
dengan persamaan sebagai berikut[7]
Nilai Standar deviasi variansi
reduksidapat ditentukan dengan
∑(𝑥−𝑥̅ )2
𝑆= √ 𝑛−1
mengacu pada tabel 4 atau menggunakan
rumus sebagai berikut(Endriantho dan
Keterangan : Ramli, 2013):
S = Standar deviasi ∑(𝑌𝑛−𝑌)2
n = Banyaknya data 𝑆𝑛 = √
𝑛−1
x = Total curah hujan n tahun
e. Intensitas curah hujan
Untuk menentukan nilai Yn (reduced Intensitas curah hujan menyatakan
mean) dapat mengacu pada tabel 2 atau besarnya curah hujan dalam jangka pendek
dengan menggunakan rumus sebagai berikut yang memberikan gambaran deras hujan
(Putri Y.E., 2014): perjam. Untuk mengolah data curah hujan
(𝑛+1−𝑚
𝑌𝑛 = −In [−In { 𝑛+1 }] menjadi intensitas curah hujan digunakan cara
Keterangan : (8)
statistik dari data pengamatan durasi hujan
n = Jumlah sample yang terjadi (Agustianto., 2014).
m = Urutan sample (m = 1,2,3,…) Intensitas curah hujan adalah jumlah
hujan per satuan waktu yang relatif singkat,
Nilai Y adalah nilai dari faktor dinyatakan dalam mm/jam, mm/menit,
mm/detik. Intensitas curah hujan biasanya
reduksi Gumbel yang merupakan fungsi
dinotasikan dengan huruf ”I” dengan satuan
dari besarnya peluang atau periode mm/jam, yang artinya tinggi atau kedalaman
ulang. Untuk menghitung reduced yang terjadi dalam waktu satu jam adalah
variatedapat mengacu pada tabel 3 atau sekian mm. Intensitas curah hujan ditentukan
dengan menggunakan persamaan berikut berdasarkan rumus mononobe.
(Endriantho dan Ramli, 2013):
45
R24 24
2/3 Semakin besar intensitas hujan maka akan semakin
I besar pula volume aliran pada suatu saluran [10]
24 t Debit air limpasan dapat dihitung dengan
Keterangan: persamaan rasional yaitu (Praja.,2013):
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
Q = 0,278 x C x I x A
R24= Curah hujan maksimun dalam 24 jam
(12)
(mm)
t = Durasi hujan (jam) Keterangan :
Dari kondisi lingkungan sekitar pada Q = Debit air limpasan maksimum (m3/detik)
saathujan turun maka derajat hujan dapat dibagi C = Koefisien limpasan
menjadi 5 bagian. Pada tabel 3 berikut ini dapat I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
dilihat hubungan antara derajat hujan dengan A = Luas daerah tangkapan hujan (km2)
intensitas hujan dan kondisi lingkungan saat Koefisien limpasan permukaan atau sering
terjadinya hujan. disingkat C adalah bilangan yang menunjukkan
perbandingan antara besarnya limpasan permukaan
f. Daerah tangkapan hujan (Cathment area) terhadap besarnya curah hujan. Misalnya C untuk
hutan adalah 0,10 artinya 10 persen dari total curah
Daerah tangkapan hujan adalah luas permukaan hujan akan menjadi limpasan permukaan. Secara
yang apabila terjadi hujan, maka air hujan tersebut matematis, koefisien limpasan permukaan dapat
akan mengalir ke daerah yang lebih rendah menuju dijabarkan sebagai berikut
ke titik pengaliran [8]. Daerah tangkapan hujan Nilai C yang besar menunjukkan bahwa
adalah suatu daerah dimana air hujan yang lebih banyak air hujan yang menjadi limpasan
turun akan tertampung dan menuju ke suatu permukaan. Hal ini kurang menguntungkan dari
segi pencagaran sumberdaya air karena besarnya
titik konsentrasi yang sama. Luas catchment
air yang akan menjadi air tanah berkurang.
areadapat ditentukan dengan peta topografi Kerugian lainnya adalah dengan semakin besarnya
untuk daerah yang masih alami, sedangkan jumlah air hujan yang menjadi limpasan
untuk daerah-daerah yang sudah permukaan, maka ancaman terjadinya erosi dan
terganggudigunakan peta situasi. Dari hasil banjir menjadi lebih besar. Angka C berkisar antara
pengamatan langsung di lapangan terhadap 0 hingga 1. Angka 0 menunjukkan bahwa semua air
kemungkinan arah aliran air limpasan dan hujan terdistribusi menjadi air intersepsi dan
bentuk permukaanbumi pada lokasi di peta terutama infiltrasi. Sedang angka C = 1
topografi menunjukkan bahwa semua air hujan mengalir
Semakin luas muka kerja suatu area sebagai limpasan permukaan [11]
penambangan, maka semakin luas pula area Menurut (Wicaksono, 2010 dan Sudarto.,
2015) di lapangan, angka koefisien limpasan
yang terganggu dan luasan daerah tangkapan
permukaan biasanya lebih besar dari 0 dan lebih
hujan (DTH) menjadi semakin besar. Hal ini kecil dari 1.
akan menyebabkan jumlah air yang perlu (Putri., 2014) mengungkapkan bahwa dalam
ditanggulangi oleh suatu sistem penyaliran penentuan koefisien limpasan, beberapa faktor
cenderung semakin besar[9] yang harus diperhatikan adalah :
1) Kerapatan vegetasi
2. Air Limpasan Daerah dengan vegetasi yang rapat,
Limpasan (runoff) adalah semua air yang akan memberikan nilai C yang kecil, karena
mengalir akibat dari hujan yang bergerak dari air hujan yang masuk tidak dapat langsung
tempat yang tinggi ke tempat yang lebih mengenan tanah, melainkan akan tertahan
rendah,tanpa memperhatikan asal atau jalan yang oleh tumbuh-tumbuhan, sedangkan tanah
ditempuh oleh air tersebut yang gundul akan memberi nilai C yang besar.
Limpasan permukaan adalah kelebihan air 2) Tata guna lahan
dari kecepatan infiltrasi dan tampungan Lahan persawahan atau rawa-rawa akan
permukaan. Volume air ini yaitu aliran langsung memberikan nilai C yang kecil daripada
(directrunoff). Besarnya volume aliran ini daerah hutan atau perkebunan, karena pada
tergantung pada intensitas hujan yang berlangsung, daerah persawahan misalnya padi, air hujan
46
yang jatuh akan tertahan pada petak-petak Walaupun bentuk kolam pengendap
sawah, sebelum akhirnya menjadi limpasan bermacam-macam, namun pada setiap kolam
permukaan. pengendap akan selalu ada 4 zona penting yang
3) Kemiringan tanah terbentuk karena proses pengendapan material
Daerah dengan kemiringan yang kecil padatan (Putri., 2014).Keempat zona yang
(<3%), akan memberikan nilai C yang kecil, ditunjukkan pada gambar 3 adalah :
daripada daerah dengan kemiringan tanah a) Zona masukan merupakan tempat
yang sedang sampai curam untuk keadaan masuknya aliran airberlumpur kedalam
yang sama. kolam pengendapan dengan anggapan
campuran antara padatan dan cairan
2.3 Saluran Terbuka terdistribusi secara merata.
Bentuk penampang saluran umumnya dipilih b) Zona pengendapan, merupakan tempat
berdasarkan debit air. Tipe material pembentuk dimana partikel akan mengendap,material
saluran serta kemudahan dalam pembuatannya. padatan disini akan mengalami proses
Saluran air dengan penampang persegi empat atau pengendapan disepanjang saluran masing-
segitiga umumnya debit kecil sedangkan masing check dam.
penampang trapesium untuk debit yang besar. c) Zona endapan lumpur, merupakan tempat
dimana partikel padatan dalamcairan
Dalam menentukan dimensi saluran mengalami sedimentasi dan terkumpul
bentuk trapesium dengan luas maksimum hidrolis, pada bagian bawah saluran pengendap.
luas penampang basah saluran (A), jari-jari hidrolik d) Zona keluaran, merupakan tempat
(R), Kedalaman penampang (h), lebar dasar saluran keluarnya buangan cairan yang relatif
(b), penampang sisi saluran (a), lebar permukaan bersih, zona ini terletak pada akhir saluran.
saluran (B), dan kemiringan diding saluran (z)
mempunyai hubungan yang dapat dinyatankan
sebagai berikut :
z = Costg ά
1
R =2h
𝑑
a = sin ά
A = b h + z ℎ2
B = b + 2 z h [13]
Gambar 2. Zona-zona pada kolam
2.4 Kolam Pengendap pengendapan
Kolam pengendap biasanya ditempatkan
pada awal dalam rangkaian penanganan air, tetapi 3. Metode Penelitian
dapat juga digunakan sebagai kolam terakhir dalam 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
sebuah sistem penyaliran. Rancangan kolam Penelitian ini telah dilakukan selama kurang lebih
pengendap diharapkan dapat membantu dua bulan. Lokasi penelitian berada pada wilayah
pengontrolan sedimen sebelum dilepaskan di anak administrasi Kecamatan Langgikima, Kabupaten
sungai. Dalam merancang kolam pengendapan Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara.
harus mempertimbangkan dimensi dan bentuk dari Lokasi ini dapat dengan mudah dijangkau dengan
kolam tersebut. Besarnya dimensi kolam berbagai sarana transportasi yang ada baik lewat
pengendapan ditentukan berdasarkan debit air yang darat, laut, ataupun udara.Lokasi ini dapat dicapai
masuk dan kecepatan pengendapan material dengan menggunakan kendaraan roda dua atau
padatannya. roda empat dari Kota Kendari ke arah utara
melalui jalan poros lintas Sulawesi menuju ke
47
Langgikima ibukota Kecamatan Langgikima pengendap. Adapun langkah-langkah
selama + 5 jam, dan dilanjutkan dengan perjalanan pengolahan data, adalah sebagai berikut:
melalui jalan kawasan perkebunan sawit dan jalan
pertambangan selama 45 menit menuju PT. a. Penentuan curah hujan rata-rata wilayah
Konutara Sejati Adapun lokasi penelitian yang menggunakan metode Thiessen
dimaksud dapat dilihat pada gambar berikut persamaan (2).
b. Penentuan curah hujan rencana
menggunakan metode Gumbel
persamaan (6).
c. Penentuan intensitas curah hujan
menggunakan persamaan (11).
d. Penentuan luas daerah tangkapan hujan
(catchment area)menggunakan software
Autocad 2007.
e. penentuan debit air limpasan
menggunakan persamaan Rasional
Gambar 3.Peta lokasi daerah penelitian persamaan (12).
Rancangan kolam pengendap dilakukan
3.2 Tahapan Penelitian dengan menentukan lebar, panjang, dan
Penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap kedalaman kolam pengendapan, dan
yaitu tahap studi literatur, pengamatan lapangan, menentukan luasan Sediment pond yang sesaui
tahap pengambilan dan pengumpulan dengan debit air sebelumnya ditentukan
datasertatahap pengolahan dan analisa data. kecepatan pengendapan dari kecepatan
Berikut adalah hasil kegiatan penelitian yang pengendapan akan diperoleh volume air yang
dimaksud: akan masuk berdasarkan waktu pengendapan.
Studi literatur Dari kecepatan pengendapan akan diperoleh
Literatur-literatur tersebut dapat berupa juga luasan kolam pengendapanyang
buku-buku yang menyangkut judul berdasarkan debit air persamaan (15-21)
penelitian, jurnal-jurnal,laporan penelitian
4. Hasil Penelitian
yang membahas masalah yang sama,
4.1 Analisis Data Curah Hujan
wawancara dan sumber lainnya. Pengamatan
lapangan Data curah hujan yang diperoleh dari Balai
Pengambilan dan pengumpulan data Wilayah Sungai Sulawesi IV yaitu data curah hujan
Pengambilan dan pengumpulan data ini tahun 2007 sampai 2016 dengan menganalisis
dilakukan dengan melakukan pengumpulan curah hujan maksimum setiap tahun. Maka dari
data primer dan data sekunder. Data primer hasil perhitungan diperoleh nilai curah hujan rata-
berupa hasil dokumentasi langsung keadaan rata yaitu sebesar 54.83 mm dan curah hujan
di lokasi penelitian, data tata guna lahan, rencana maksimum dalam 5 tahun kedepan yaitu
nilai viskositas dinamis, perbandingan sebesar 84,18 mm dengan intensitas hujan sebesar
padatan dan air, diameter partikel dan sebesar 29,18 mm/jam dengan waktu hujan.
specific gravity serta informasi mengenai
situasi di lokasi penelitian yang diperoleh 4.2 Catcment Area
dari hasil wawancara langsung dengan
Lokasi penelitian berada pada blok 1 dan
pihak perusahaan. dibutuhkan analisis daerah tangakapan hujan pada
Pengolahan dan analisa data daerah tersebut, analisis ini menggunakan peta
Setelah dilakukan pengumpulan data, situasi tambang yang diolah langsung di lokasi
maka dilanjutkan dengan pengolahan dan penelitian dengan menggunakan aplikasi Software
analisis data untuk rancangan sistem penyaliran Autocad dan dari hasil analisis diperoleh luasan
tambang pada blok 1 PT. Konutara Sejati, dalam daerah tangkapan hujan pada lokasi penelitian yaitu
hal ini berupa rancangan saluran dan kolam sebesar 0,15 km2.
48
4.3 Debit Air Limpasan saluran yang dominan diterapkan di perusahaan-
` Umur blok 1 yang diperkirakan 5 tahun perusahaan tambang lainnya. Saluran dibuat pada
dengan asumsi terjadi perubahan kondisi lahan dari tanah asli sehingga nilai koefisien kekasaran
kondisi lahan yang awalnya hutan menjadi lahan Manning(n) (Tabel 7) adalah 0,030 dengan sudut
yang tanpa tumbuhan dikarenakan adanya yang diterapkan untuk saluran trapesium adalah
pembersihan lahan, dalam hal ini tahapan sebesar 60º.
penambangan sedang berlangsung, sehingga Tabel 3. Hasil perhitungan rancangan saluran
periode ulang yang digunakan adalah 5 tahun Debit (Q) 1,09 m3/s
dengan koefisien limpasan yang digunakan adalah
Kedalaman saluran (h) 0,79 m
0,9.
Debit air limpasan akan mengalir melalui parit Lebar dasar saluran (b) 0,90 m
dan menuju ke sediment pond. Debit air limpasan Sudut 60º
sangat dipengaruhi oleh luas daerah tangkapan Panjang sisi saluran (a) 0,91 m
hujan, koefisien limpasan dan intensitas hujan
pada lokasi penelitian. Pada lokasi penelitian Blok Lebar atas saluran (B) 2,06 m
1luasan daerah tangkapan hujan yaitu sebesar 0,15 Tinggi jagaan (x) 0,62 m
km2 sehingga besarnya debit air limpasan pada
lokasi penelitian yaitu sebesar 1,09 m3/s.
Tabel 2. Analisis debit air limpasan
Perhitungan debit air limpasan
49
Kedalaman (h) 2m Dewatering, Jurnal Geomine, Vol 4, No.
Sekat 2m 3, Desember 2016, Halaman 106-110
Volume 463,83 𝑚3
[2]. Wibawa, F.S., 2015, Rancangan Sump
D1 Blok D1-D2 Pit Roto Selatan PT.
Pamapersada Nusantara Distrik Kideco
Batu Kajang Kalimantan Timur, Jurnal
Teknologi Pertambangan Volume. 1
Nomor. 1 Periode: Maret-Agustus 2015
Halaman 23-28.
[3]. Nauli F.,2014,Rancangan Sistem
Penyaliran padatambang Batubara
Tambang Air Laya Tanjung Enim
Sumatera Selatan, TesisProgram
Magister Teknik Pertambangan UPN
“Veteran” Yogyakarta : Yogyakarta
[4]. Prayuditha. M.F.,2013, Upaya
Gambar 5. Dimensi sedimen pond berdasarkan Pencegahan Sumber Air Tambang dari
debit air (tampak atas) Air Permukaan Tanah untuk
Meminimalkan Penggunaan Pompa di
5. Kesimpulan Tambang Batubara Blok Bisa PT. Telen
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah Orbit Prima, Jurnal Rekayasa Teknologi
dilakukan dapat disimpulkanPerancangan saluran Industri dan Informasi, Seminar Nasional
yang dibuat berbentuk trapezium dengan dimensi
Ke 8, 14 Desember 2013 Halaman 6-9
saluran berdasarkan besarnya debit air limpasan
.
dan umur blok 1. yang direncanakan. Sehingga
[5]. Ven Te Chow, 1959, Open-Channel
perancangan saluran dibuat berdasarkan debit air
pada periode ulang 5 tahun yaitu sebesar 1.09 m3/s Hydraulics, McGraw-Hill Book
Berdasarkan hasil analisis maka dimensi saluran Company: United States ISBN 07-
yang di rekomendasikan untuk debit masksimum 010776-9
yaitu Kedalaman saluran (h)0,79 meterLebar dasar [6]. Amin, M., 2002,Penambangan
saluran (b)0,90 meterPanjang Sisi saluran (a)0,91 Cadangan Batubara dengan Tambang
meterLebar atas saluran (B) 2,06 meterTinggi Terbuka : Kajian Pertimbangan
jagaan (x)0,62 meter, Dimensi kolam pengendapan Hidrologi dan Lingkungan (Studi
yang sesuai dengan debit air sediment pond yaitu Kasus Bukit K).
: panjang kolam yaitu sebesar 25 meter, lebar 9 [7] Fanny,Zakaria, A., Tugiono, S., 2016,
meter, kedalaman 2 meter dengan luas 231,91 𝑚2 Analisis Data Curah Hujan yang Hilang
sehingga volume yang dapat ditampung kolam
dengan Menggunakan MetodeNormal
pengendapan yaitu sebesar 463,83 𝑚3
Ratio, Inversed Square Distance, dan
Ucapan Terima Kasih Rata-rata Aljabar (Studi Kasus Curah
Ucapan terima kasih disampaikan kepada pihak PT. Hujan Beberapa Stasiun Hujan Daerah
Konutara Sejati yang telah bersedia memberikan Bandar Lampung), JRSDD, Edisi
izin di dalam melakukan penelitian pada Kawasan September 2016, Vol. 4, No. 3, Hal:397
perusahaan tersebut di atas. – 406 (ISSN:2303-0011)
[8]. EndrianthodanRamli, 2013,
Daftar Pustaka Perencanaan Sistem Penyaliran
[1]. Jafar, N., Marwan, Widodo, S., 2016, Tambang Terbuka Batubara,
Kajian Teknis Penirisan Tambang Nikel JurnalGeosainsVol. 09 No. 01
Laterit Mengunakan Metode Mine Tahun2013Halaman 29-40
50
[9]. Subiakto, Rosadi, P.E., dan Hartono.,
2016, Kajian Teknis Sistem Penyaliran
pada Tambang Batubara PIT 1 Utara
Banko Barat PT. Bukit Asam (Persero)
Tbk. Tanjung Enim Sumatera Selatan,
Jurnal Rekayasa Teknologi Industri dan
Informasi, Prosiding Seminar Nasional
XI Tahun 2016
[10]. Agustianto, D.A., 2014, Model
Hubungan Hujan dan Runoff (Studi
Lapangan), Jurnal Teknik Sipil dan
Lingkungan Vol. 2, No. 2, Juni 2014
ISSN : 2355-374X,Halaman215-224
[11] Ismaya.F., 2007. Evaluasi dan
Optimasi Sistem Penyaliran Level 500
Ciurug PT. Aneka Tambang Tbk.
UBPE Pongkor. Program Studi Teknik
Pertambangan,Fakultas Ilmu
Kebumian dan Teknologi
Mineral,Institut Teknologi Bandung.
[12] Orianto dan Praktikto, 1989,
MekanikaFluida I, BPFE Yogyakarta :
Yogyakarta
[13] Purwaningsih D.A., danSuhariyanto
2015, Kajian Dimensi Penyaliran pada
Tambang Terbuka PT. Baturona
Adimulya Kabupaten Musi Banyuasin
Propinsi Sumatera Selatan, Jurnal
Geologi Pertambangan, Volume 2
September 2015,Halaman 16-28
51
ANALISIS AIR LIMPASAN(RUN OFF) DAN TINGKAT EROSI DI BLOK WOLO
PT. CERIA NUGRAHA INDOTAMA KECAMATAN WOLO KABUPATEN
KOLAKA SULAWESI TENGGARA
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka dengan tujuan (1) untuk
menentukan berapa besar debit air limpasan (2) berapa besar tingkat erosi yang dapat terjadi
di Blok wolo PT. Ceria Nugraha Indotama. Hasil penelitian pada Blok Wolo (1) dimana ada
beberapa penentuan daerah tangkapan hujan yang terbagi atas dua tutupan lahan ada yang
vegetasi dan tanpa vegetasi. Besar debit air limpasan dengan tutupan lahan tanpa vegetasi
terdapat enam cathment area dimana catchment area 1 dengan debit sebesar 0.4182 (m3/s),
catchment area 2 yaitu 0.3764 (m3/s), catchment area 3 yaitu 0.0515 (m3/s), catchment area 4
yaitu 0.1398 (m3/s), catchment area 5 yaitu 0.2671 (m3/s), catchment area 6 yaitu 0.1171 (m3/s.
Untuk catchment area dengan kondisi lahan hutan terdapat lima catchment dimana catchment
area 1 dengan debit sebesar 0.5281 (m3/s), catchment area 2 debit sebesar 0.2824 (m3/s),
catchment area 3 debit sebesar 0.6766 (m3/s), catchment area 4 debit sebesar 0.7770 (m3/s),
catchment area 5 debit sebesar 1,5657 (m3/s). (2) Tingkat erosi di Blok Wolo terdapat lima
titik pengambilan sampel dimana untuk stasiun satu dengan prediksi erosi sebesar 1,307
ton/ha/tahun, stasiun dua dengan pridiksi erosi 1,235 ton/ha/tahun, stasiun 3 dengan prediksi
erosi 0,710 ton/ha/tahun, stasiun 4 dengan presiksi erosi 0,603 ton/ha/tahun, stasiun 5 demgan
prediksi erosi sebesar 0,636 ton/ha/tahun.
ABSTRACT
The research was carried out in Wolo District, Kolaka Regency with the aim of (1) to determine
how much runoff water discharge (2) how much erosion can occur in the Wolo Block PT. Cheer
Nugraha Indotama. The results of the study on the Wolo Block (1) where there were several
determinations of rain catchment areas which were divided into two land covers, some of which
were vegetation and without vegetation. The amount of runoff water discharge with land cover
without vegetation has six cathment areas where the catchment area 1 with a discharge is
0.4182 (m3 / s), catchment area 2 is 0.3764 (m3 / s), catchment area 3 is 0.0515 (m3 / s),
catchment area 4 is 0.1398 (m3 / s), catchment area 5 is 0.2671 (m3 / s), catchment area 6 is
0.1171 (m3 / s. For the catchment area with forest land conditions there are five catchments
where catchment area 1 is 0.5281 ( m3 / s), debit 2 catchment area of 0.2824 (m3 / s), catchment
area 3 of debit of 0.6766 (m3 / s), catchment area of 4 debits of 0.7770 (m3 / s), catchment area
of 5 debits of 1.5657 ( m3 / s) (2) The erosion rate in Wolo Block has five sampling points
where for station one with erosion prediction is 1,307 tons / ha / year, station two with erosion
predictions is 1.235 tons / ha / year, station 3 with predictions of erosion 0.710 tons / ha / year,
station 4 with erosion prediction of 0.603 tons / ha / year, station 5 with erosion prediction of
0,636 tons / ha / year. The erosion prediction that can occur in the Wolo Block is very low
where the slope conditions of the land are steep but there is land cover / vegetation.
52
A. PENDAHULUAN Genangan air yang berasal dari air hujan
Indonesia merupakan negara yang beriklim yang tidak meresap ke dalam tanah Run Off
tropis dan mempunyai curah hujan yang Water merupakan masalah besar yang dapat
cukup tinggi. Pada industri pertambangan, mengganggu kegiatan penambangan,
tingginya curah hujan tersebut dapat apalagi bila mengganggu aktifitas alat.
menghambat kegiatan operasional Implikasinya tidak lain adalah menurunnya
penambangan. Sebagai salah satu kegiatan produksi penambangan yang dapat
penunjang yang dilakukan pada aktivitas membawa dampak kerugian pada
penambangan khususnya penambangan perusahaan. Di samping itu material-
dengan metode open cast maka pengelolaan material yang dibawa oleh air limpasan
air limpasan harus memerlukan penaganan tersebut bila tidak ditangani dengan baik
yang baik, sehingga kegiatan operasional akan berdampak terhadap lingkungan yang
penambangan yang telah direncanakan ada disekitar tambang . penanganan air
tidak terganggu. PT. Ceria Nugraha limpasan yang berasal dari air hujan, perlu
Indotama merupakan perusahaan swasta adanya analisis tentang debit air limpasan
nasional bergerak disektor penambangan dan seberapa besar tingkat erosi yang
bijih nikel yang berlokasi di Kecamatan terjadi di Blok Wolo sehingga dilakukan
Wolo, Kabupaten Kolaka, Provinsi penelitian lebih lanjut tentang Analisis Air
Sulawesi Tenggara. Limpasan (Run Off ) dan Tingkat Erosi di
Secara alamiah sebagian air hujan yang Blok Wolo PT. Ceria Nugraha Indotama
jatuh ke permukaan tanah akan meresap ke Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka,
dalam tanah dan selebihnya yang tidak Sulawesi Tenggara.
dapat ditahan oleh tanah, vegetasi atau
cekungan akan mengalir menjadi limpasan B. METODE PENELITIAN
permukaan dan akhirnya mengalir langsung 1. Lokasi Penelitian
ke sungai atau laut. Kondisi daerah di Secara administratif terletak di Kecamatan
tempat hujan itu turun akan sangat Wolo, Kabupaten Kolaka, Provinsi
berpengaruh terhadap bagian dari air hujan Sulawesi Tenggara dengan titik koordinat
yang akan meresap ke dalam tanah dan 121˚17’25.2’’ BT dan 3˚49’31,8’’ LS.
akan membentuk limpasan permukaan. Lokasi ini dapat dicapai dengan
Sifat hujan yang terpenting yaitu curah menggunakan kendaraan roda dua atau roda
hujan, intensitas hujan dan distribusi hujan empat dari kota kendari dengan waktu
akan menentukan kemampuan hujan untuk tempuh ± 5 jam untuk sampai ke lokasi
menghancurkan butit-butir tanah serta penelitian. Adapun lokasi penelitian yang
jumlah dan kecepatan limpasan permukaan, dimaksud dapat dilihat pada gambar
dimana curah hujan dalam suatu waktu berikut:
mungkin tidak menyebabkan erosi jika
intensitasnya rendah. Demikian pula bila
hujan dengan intensitas tinggi terjadi dalam
waktu yang singkat. Hujan akan
menimbulkan erosi jika intensitasnya
cukup tinggi dan jatuhnya dalam waktu
yang relatife lama. Karakteristik daerah
yang berpengaruh terhadap bagian air hujan
antara lain adalah topografi, jenis tanah,
dan penggunaan lahan atau penutup lahan. Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian PT.
Hal ini berarti bahwa karakteristik Ceria Nugraha Indotama.
lingkungan fisik mempunyai pengaruh
terhadap respon hidrologi. 2. Tahapan Penelitian
53
Penelitian ini dibagi menjadi beberapa Luas daerah tangkapan hujan dapat
tahapan yaitu tahap studi literatur, tahap ditentukan dengan menggunakan salah satu
pengamatan lapangan, tahap pengambilan software tambang.
dan pengumpulan data serta tahap b. Intensitas curah hujan
pengolahan dan analisa data. Untuk menentukan intensitas curah hujan
dengan menggunakan rumus mononobe,
a. Studi literatur maka perlu dilakukan analisis data curah
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini hujan terlebih dahulu, diantaranya
adalah mengumpulkan berbagai referensi penentuan curah hujan rata-rata dan
kepustakaan terkait analisis air limpasan penentuan curah hujan rencana dalam
dan tingkat erosi khususnya pada periode ulang tertentu dengan
penambangan nikel. Referensi tersebut menggunakan metode gumbel.
dapat berupa buku-buku yang menyangkut c. Koefisien limpasan
judul penelitian, wawancara dan sumber Untuk menentkan Koefisien limpasan
lainnya. dengan melihat kondisi area di daerah
tangkapan hujan.
b. Pengambilan dan pengumpulan Apabila ketiga hal tersebut sudah
data ditentukan, maka besarnya debit air
Pengambilan dan pengumpulan data ini limpasan dapat diketahui.
dilakukan dengan melakukan pengumpulan
data primer dan data sekunder. Data primer 2. Penentuan tingkat erosi
berupa tekstur tanah, permeabilitas, Besarnya erosi yang terjadi di lokasi studi
kandungan bahan organik dan vegetasi, dihitung dengan menggunakan pendekatan
serta informasi mengenai situasi di lokasi USLE (Universal Soil Loss Equation).
penelitian yang diperoleh dari hasil Menurut Wischmeier dan Smith dalam
wawancara langsung dengan pihak Hardjowigeno 1987 untuk memperkirakan
perusahaan. Data sekunder berupa besarnya erosi yaitu menggunakan rumus
gambaran umum daerah penelitian seperti sebagai berikut :
peta topografi, dan data curah hujan daerah
penelitian. A = R x K x LS x C x P
Keterangan :
c. Pengolahan dan analisis data A = Banyaknya tanah tererosi (ton/ ha/thn)
Setelah dilakukan pengumpulan data, maka R =Faktor curah hujan dan aliran
dilanjutkan dengan pengolahan dan analisis permukaan (Erosivitas)
data untuk mengetahui debit air limpasan K = Faktor erodibilitas tanah
dan tingkat erosi pada Blok Wolo. Adapun LS= Faktor panjang dan kemiringan lereng
langkah-langkah pengolahan dan analisis C = Faktor vegetasi penutup tanah dan
data, adalah sebagai berikut: pengelolaan tanaman
P = Faktor tindakan-tindakan khusus
1. Penentuan debit air limpasan (Runoff) konservasi
Penentuanbesarnya debit air limpasan
menggunakan persamaan Rasional Untuk C. PEMBAHASAN
menyelesaikan persamaan tersebut terdapat 1. Data Curah Hujan
beberapa hal yang ditentukan terlebih Data curah hujan merupakan salah satu data
dahulu, antara lain sebagai berikut: sekunder yang digunakan untuk
menghitung berapa besar air limpasan dan
tingkat erosi yang dapat terjadi di Blok
Wolo. Data curah hujan yang digunakan
a. Luas daerah tangkapan hujan berupa data curah hujan harian 10 tahun
terakhir yang di pakai dari tahun 2007
54
sampai dengan tahun 2016 pada stasiun Indotama, di mana data curah hujan
pengamatan curah hujan yang terletak dekat tersebut berupa pos hujan Tamboli.
dengan lokasi penelitan PT. Ceria Nugraha
Tabel 1. Data curah hujan harian maksimum pos hujan Tamboli (mm)
Bulan
Thn
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agu Sept Okt Nov Des
2007 65.0 349.0 230.0 271.0 223.0 232.0 94.0 99.0 170.0 192.0 120.0 104.0
2008 104.0 184.0 259.0 207.0 166.0 174.0 181.0 296.0 167.0 256.0 488.0 61.0
2009 179.5 209.5 218.0 185.0 157.0 76.5 241.5 18.5 123.5 95.5 170.5 185.0
2010 334.0 145.0 187.0 105.0 205.5 412.0 434.5 217.1 449.0 455.0 306.5 259.0
2011 231.5 118.0 225.5 215.5 220.5 63.5 95.0 33.0 68.5 53.8 152.0 272.0
2012 220.5 201.0 279.0 233.5 292.5 98.5 156.0 97.8 114.5 112.5 179.0 315.5
2013 288.5 121.0 250.0 187.0 298.5 153.5 366.5 45.5 171.5 87.0 250.5 178.5
2014 75.5 250.0 230.0 211.0 279.0 209.5 200.5 76.5 0.0 5.5 128.5 304.5
2015 411.0 501.0 247.0 448.0 105.5 193.0 39.0 37.0 0.0 4.5 31.5 364.0
2016 86.5 257.0 386.0 243.5 265.5 272.0 88.0 105.0 107.0 181.0 139.0 189.0
55
catchment area 4 debit sebesar 0,7770
(m3/s), catchment area 5 debit sebesar
1,5657 (m3/s).
6. Tingkat Erosi
Laju erosi di suatu lahan dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti curah hujan, jenis
tanah, cara pengelolaan lahan, jenis
tanaman, kemiringan lereng dan panjang
lereng. Berdasarkan hasil analisis sampel
tanah di laboratorium selanjutnya analisis
Gambar 3. Daerah Catchment Area Tanpa data dengan menggunkan metode USLE
Vegetasi untuk prediksi erosi.
Pengambilan sampel dengan koordinat
Perhitungan debit air limpasan dengan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
periode ulang 2 tahun untuk daerah
tangkapan hujan dengan kondisi lahan saat Tabel 2. Titik Koordinat Pengambilan Sampel
ini tanpa tumbuhan dan sudah mengalami Tanah
penimbunan, sehingga nilai koefisien Titik Koordinat
No KS
limpasan yang digunakan adalah 0,7 X Y
dengan total debit air limpasan untuk 1 ST-1 0 0
115 45' 39,64'' 03 50' 3,29''
catchment area 1 yaitu sebesar 0,4182 m3/s, 2 ST-2 1150 45' 49,96'' 030 50' 0,60''
catchment area 2 yaitu 0,3764 (m3/s),
catchment area 3 yaitu 0,0515 (m3/s),
3 ST-3 1150 45' 13,29'' 030 49' 45,65''
catchment area 4 yaitu 0,1398 (m3/s), 4 ST-4 1150 44' 50,62'' 030 49' 33,34''
catchment area 5 yaitu 0,2671 (m3/s), 5 ST-5 1150 44' 38,63'' 030 49' 8,97''
catchment area 6 yaitu 0,1171 (m3/s.
1. Erosivitas Hujan (R)
Erosivitas hujan merupakan kemampuan
fisik hujan yang dapat menyebabkan
timbulnya erosi. Untuk menentukan nilai
erosivitas hujan (R) data curah hujan yang
digunakan dekat dari lokasi penelitian yaitu
rata-rata curah hujan stasiun Tamboli. Nilai
curah hujan rata–rata dari bulan januari
sampai dengan desember selama 10 tahun
maka nilai erosivitas hujan di lokasi
penelitian yaitu 1.506.14 Joule/ha/tahun.
Gambar 4. Daerah Catchment Area
Vegetasi 2. Erodibilitas (K)
Erodibilitas tanah merupakan kemudahan
Perhitungan debit air limpasan dengan atau kepekaan tanah untuk tererosi.
periode ulang 2 tahun untuk daerah Kepekaan erosi tanah merupakan fungsi
tangkapan hujan dengan kondisi lahan saat dari sifat-sifat fisik tanah dan
ini hutan, sehingga nilai koefisien limpasan pengelolaannya. Nilai erodibilitas tanah
yang digunakan adalah 0,6 dengan total berdasarkan hasil analisis laboratorium,
debit air limpasan untuk catchment area 1 dimana untuk stasiun satu diperoleh pasir
yaitu sebesar 0.5281m3/s, catchment area 18,83%, debu 68,90%, tanah liat 12,27%,
2 debit sebesar 0,2824 (m3/s), catchment bahan organik 4,24%, struktur tanah
area 3 debit sebesar 1,6766 (m3/s), granular halus dengan permeabiltas
56
berdasarkan hasil laboratorium sedang- lima dapat dapat dilihat pada tabel dibawah
cepat sehingga nilai erodibilitas tanah ini:
untuk stasiun satu diperoleh nilai sebesar
0,44. Nilai K untuk stasiun dua sampai
4. Pengelolaan Tanamam dan Jenis hutan serta tidak ada tindakan konservasi
Konservasi Tanah (CP) berdasarkan sehingga nilai CP stasiun satu
Dalam prediksi erosi, nilai CP merupakan sampai dengan stasiun lima yaitu 0,0010,
hasil-hasil penelitian terdahulu pada selengkapnya dapat dilihat pada tabel
beberapa tipe hutan dan penggunaan lahan. dibawah ini :
Dilokasi penelitian dengan kondisi lahan
Tabel 5. Nilai Faktor Pengelolaan Tanamam dan Jenis Konservasi Tanah (CP)
Pengelolaan Nilai Tindakan Nilai
No KS CP
Tanaman (C) Tetapan Konservasi (P)
Tanpa tindakan
1 ST-1 Hutan 0,001 1 0,0010
konservasi
Tanpa tindakan
2 ST-2 Hutan 0,001 1 0,0010
konservasi
Tanpa tindakan
3 ST-3 Hutan 0,001 1 0,0010
konservasi
Tanpa tindakan
4 ST-4 Hutan 0,001 1 0,0010
konservasi
Tanpa tindakan
5 ST-5 Hutan 0,001 1 0,0010
konservasi
57
5. Prediksi Erosi dilokasi penelitian dapat dilihat pada tabel
Berdasarkan nilai R, K, L, S, C dan P, dibawah ini :
diketahui nilai prediksi erosi yang terjadi
58
Pendekatan Universal Soil Loss Equation Penyaliran Tambang Pit Ab Eks Pada Pt.
(Usle) Di Kecamatan Jumapolo. Andalan Mining Jobsite Kaltim Prima Coal
[5] Endriantho dan Ramli, 2013, Sangatta, Kalimantan Timur. Jurnal
Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Geomine, Vol 3, Desember 2015.
Terbuka Batubara, Jurnal Geosains Vol. 09
No. 01 Tahun2013 Halaman 29-40
[6] Gautama, R.S., 1998, Pengantar
Penirisan Tambang, Institut Teknologi
Bandung.
[7] Hardjowigeno, S., 1987. Ilmu
Tanah. Jakarta : Mediyatama Sarana
Perkasa.
[8] Hilaludin dan Joko, 2011,
Perencanaan Dam dan Spillway Yang
Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang,
Fakultas Teknik Jurusan Sipil, Universitas
Diponegoro
[9] Nursa’ban, M., 2006 Pengendalian
Erosi Tanah Sebagai Upaya Melestarikan
Fungsi Kemampuan Lingkungan, Volume
4, No 2, November 2006
[10] Purnama, Nurina, E. 2008.
Pendugaan Erosi Dengan Metode USLE
(Universal Sol Loss Equation) Di Situ
Bojongsari, Depok. Institut Pertanian
Bogor.
[11] Putri Y.E., 2014. Analisa
Penyaliran Air Tambang Batu Kapur PT.
Semen Baturaja (Persero) di Pabrik
Baturaja,Jurnal Desiminasi Teknologi,
Volume 2, No. 1, Januari 2014 Halaman
78-92
[12] Sosrodarsono, S,. Takeda. K., 2003.
Hidrologi untuk Pengairan. PT.
PradnyaParamita : Jakarta
[13] Sudarto, Alimin, M.,
danWicaksono, K.S., 2015, Estimasi
Limpasan Permukaan DAS Mikro Brantas
Hulu Kecamatan Bumiaji Kota Batu
Menggunakan Penginderaan Jauh dan
Sistem Informasi Geografis, Jurnal Tanah
dan Sumberdaya Lahan Vol 2 No 2: 171-
177, 2015
[14] Sugianti, K., Mulyadi, D., Sarah,
D., 2014, Pengkiasan Tingkat Kerentangan
Gerakan Tanah Daerah Sumedang Edisi
Desember 2014, Vol 29 No-2 Halaman 93-
104)
[15] Yusran Khairuddin, Djamaluddin
Dan Agus Ardianto Budiman, 2015, Sistem
59
STUDI PELINDIAN BIJIH NIKEL LATERIT KADAR RENDAH
MENGGUNAKAN METODE ATMOSPHERIC ACID LEACHING DALAM
MEDIA ASAM SULFAT (H2SO4)
Muhammad Nuzul Khaq1), Firdaus2), Wahab3)
Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Universitas Halu Oleo
Email : nuzul2601@gmail.com@gmail.com
ABSTRAK
Beberapa cadangan bijih nikel dengan kadar yang tinggi dan menengah sudah dieksploitasi dan
diproses melalui jalur proses pirometalurgi, sedangkan bijih nikel kadar rendah belum diproses sebagai
bahan baku bijih tunggal melalui jalur tersebut karena dianggap tidak ekonomis. Melihat potensi bijih
nikel kadar rendah ini peneliti bermaksud untuk melakukan uji esktraksi terhadap sampel bijih nikel
laterit kadar rendah menggunakan metode Atmospheric Acid Leaching dalam media larutan asam
sulfat (H2SO4) dengan memvariasikan konsentrasi larutan temperatur dan waktu operasi. Hasil
penelitian ini menunjukkan persentase recovery unsur Ni paling rendah yaitu 8,38 % dan persentase
recovery unsur Ni paling besar yaitu 63,10%. Penelitian ini juga dilakukan uji Analysis of variance
(ANOVA) yang menunjukkan urutan variable yang paling berpengaruh terhadap persentase recovery
Ni terlindih yaitu (A) konsentrasi, (B) temperature, (C) waktu, (AB) interaksi konsentrasi-temperatur,
(AC) interaksi konsentrasi-waktu, dan (BC) interaksi temperatur-waktu. sedangkan variabel (ABC)
interaksi konsentrasi-temperatur-waktu tidak berpengaruh terhadap nilai persentase recovery Ni.
Kondisi optimum leaching unsur Ni dengan menggunakan media asam sulfat (H2SO4) adalah pada
konsentrasi 0,8 M dengan temperatur (80-90)°C dan waktu leaching antara (78 – 90) menit yang
menunjukkan nilai recovery lebih dari 60%.
Kata Kunci : Bijih Nikel, Leaching, Recovery, Analisis Of Variance
ABSTRACT
Some nickel ore reserves with high and medium levels have been exploited and processed through
pyrometallurgy process, while low grade ore has not been processed as a single ore raw material
through the line because of uneconomical. Viewing at the potential of low-grade nickel ore, the
researchers intend to conduct extraction tests on samples of low-grade nickel laterite ore using the
Atmospheric Acid Leaching method in a solution of sulfuric acid (H2SO4) by varying the
concentration of solution, temperature and operating time. The results of this study indicate the
percentage recovery element to the lowest Ni 8.38% and the percentage recovery of Ni biggest
element that is 63.10%. This study also carried out the Analysis of variance (ANOVA) test which
showed the order of variables that most affected the percentage of Ni recovery, namely (A)
concentration, (B) temperature, (C) time, (AB) interaction concentration-temperature, (AC)
concentration-time interactions, and (BC) temperature-time interactions. While the variable (ABC)
interaction concentration-temperature-time does not affect the value of Ni recovery percentage. The
optimum conditions for Ni leaching using sulfuric acid (H2SO4) were at concentrations of 0.8 M with
temperatures (80-90)°C and leaching times between (78 - 90) minutes which showed a recovery value
of more than 60%.
60
A. PENDAHULUAN
Berdasarkan data yang dipublikasi oleh B. METODE PENELITIAN
US Geological Survey pada januari 2015 Waktu dan Lokasi Penelitian
sumber daya alam nikel secara global sekitar 60 Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
% berupa laterit. Sampai 2013/2014 Indonesia Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu
termasuk salah satu negara dengan produksi Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo
tambang terbesar dunia, dimana produksi yang sampel bijih nikel lateritnya diperoleh
tambang nikel Indonesia berasal dari dari, Desa Dunggua, Kecamatan Amonggedo,
penambangan laterit untuk pengambilan Kabupaten Konawe. Proses penelitian ini
limonit dan saprolit. dilakukan selama ± 2 bulan.
Terbitnya Undang-undang Minerba tahun
2009 yang mulai berlaku Januari 2014 Tahapan Kegiatan Penelitian
menunjukkan kepedulian Indonesia akan 1. Pengambilan dan preparasi sampel
kekayaan mineral dan batubara di tanah air. Sampel bijih nikel laterit diperoleh dari
Dalam Undang-undang tersebut ekspor bahan Desa Dunggua, Kecamatan Amonggedo,
baku mineral dilarang dan wajib untuk Kabupaten Konawe. Sampel yang diperoleh
mengolah mineral di dalam negeri. kemudian dipreparasi sebelum diuji komponen
Beberapa cadangan bijih nikel dengan penyusunnya dengan menggunakan alat x-ray
kadar yang tinggi dan menengah sudah fluorescence (XRF).
dieksploitasi dan diproses melalui jalur proses 2. Proses pelindian
pirometalurgi untuk menghasilkan ferronikel, a. Perangkaian reaktor pelindian
nikel matte dan nickel pig iron. Sedangkan bijih Desain reaktor pelindian dalam penelitian
nikel kadar rendah belum diproses sebagai ini disajikan pada gambar berikut:
bahan baku bijih tunggal melalui jalur tersebut
karena dianggap tidak ekonomis. Alternatif Keterangan :
proses untuk bijih nikel kadar rendah adalah 1. Magnetic Stirrer
2. Lubang
jalur proses hidrometalurgi.
Pengambilan Sampel
Pengolahan bijih nikel laterit dengan 3. Condenser
proses hidrometalurgi lebih efisien dari segi 4. Hot Plate
konsumsi energi dengan lebih sedikit gas buang 5. Pengatur Suhu
dibandingkan dengan metode pirometalurgi. 6. Pengatur
Metode hidrometalurgi dalam mengekstraksi Kecepatan
nikel dari bijih nikel laterit sangat beragam, Pengaduk
salah satunya adalah Atmospheric Acid 7. Reaktor Leher
Leaching (AAL).. Tiga
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan
Gambar 1. Rangkaian Reaktor Proses
uji esktraksi terhadap sampel bijih nikel laterit
Leaching
menggunakan metode Atmospheric Acid b. Proses pelindian (Leaching)
Leaching dalam media larutan asam sulfat Sebelum dilakukan proses pelindian
dengan memvariasikan konsentrasi larutan, sampel bijih nikel terlebih dahulu dikecilkan
temperatur dan waktu operasi sehingga ukurannya hingga 200 mesh, kemudian sampel
diperoleh persentase Ni terlindih dari bijih nikel ditimbang seberat 20 gr. Proses pelindian
laterit melalui proses Atmospheric Acid dimulai dengan memasukkan Larutan Asam
leaching, kondisi optimum proses Atmospheric Sulfat (H2SO4) dengan konsentrasi 0,2 M
Acid Leaching berdasarkan variasi temperatur, sebanyak 100 mL ke dalam reaktor yang
waktu dan konsentrasi asam dan variabel yang
kemudian dipanaskan hingga mencapai suhu
paling berpengaruh dalam proses leaching bijih operasi yang pertama yaitu 30oC. Setelah suhu
nikel laterit dalam media asam sulfat. operasi tercapai, sampel nikel laterit seberat 20
61
Sutidi Pelindian Bujuh Nikel Laterit Kadar Rendah Menggunakan Metode Atmospheric Acid Leaching
Dalam Media Asam Sulfat (H2SO4) (1-9)
(b)
(a)
(c)
Gambar 6. Pengaruh temperatur terhadap
persentase recovery Ni pada (a) Konsentrasi
0,2M, (b) konsentrasi 0,5M, (c) konsentrasi
0,8M
(b)
Gambar 6 menunjukkan kenaikan
temperatur operasi diikuti dengan dengan
kenaikan persentase recovery Ni, dimana
semakin tinggi temperatur maka semakin tinggi
pula nilai persentase recovery Ni yang terlindih.
(b)
persentase recovery, dimana semakin lama
waktu proses leaching yang dilakukan semakin
tinggi pula nilai persentase recovery unsur Ni
yang terlindih.
(c)
Gambar 7. Pengaruh konsentrasi larutan
terhadap persentase recovery Ni pada (a)
temperatur 30°C, (b) temperatur 60°C, (c)
tempratur 90°C.
(a)
Persentase recovery unsur Ni pada
keadaan 0,2 M, 30°C, 30 menit menunjukkan
nilai paling kecil yaitu 8,38 % sedangkan pada
pada keadaan 0,8M, 90°C, 90 menit
menunjukkan persentase recovery unsur Ni
paling besar yaitu 63,10 %. Berdasarkan hal
tersebut konsentrasi berpengaruh terhadap
persentase recovery Ni, dimana semakin tinggi (b)
konsentrasi larutan, maka semakin tinggi pula
nilai recovery Ni yang terlindih.
Berdasarkan gambar 7 setiap kondisi
temperatur menunjukkan nilai recovery
terendah pada konsentrasi larutan 0,2 M dan
nilai recovery tertinggi pada konsentrasi larutan
0,8 M. Gambar 7 juga menunjukkan
peningkatan recovery unsur Ni dari konsentrasi (c)
larutan asam 0,2 M hingga 0,8 M relativ lebih Gambar 8. Pengaruh waktu terhadap
rendah pada kondisi temperatur 30°C persentase recovery Ni pada (a) konsentrasi
dibandingkan peningkatan persenatse recovery 0,2 M, (b) konsentrasi 0,5 M, (c) konsentrasi
unsur Ni pada kondisi temperatur 90°C dan 0,8 M.
pada gambar 7 juga terlihat bawha waktu
operasi berpengaruh terhadap persentase Peningkatan persentase recovery unsur
recovery Ni, dimana semakin lama waktu Ni berdasarkan lama waktu leaching memiliki
operasi samakin tinggi pula nilai recovery Ni. perbedaan berdaksarkan konsentrasi larutan
asam yang digunakan seperti yang terlihat pada
Pengaruh Waktu Terhadap Recovery Nikel gambar 8.
Seiring dengan bertambahnya waktu Pada konsentrasi larutan 0,2 M
leaching proses yang terjadi akan semakin peningkatan persentase recovery unsur Ni
banyak sehingga persentase recovery unsur Ni terlindih tidak terjadi secara signifikan, dimana
yang terlindih akan semakin tinggi, namun pada waktu leaching 30 menit hingga 90 menit
terdapat waktu optimal dimana proses yang pada temperatur 30°C hanya terjadi
berlangsung merupakan titik puncak dari proses peningkatan 3,91 % yaitu dari 8,38 % menjadi
yang terjadi. Berdasarkan persentase recovery 12,29 %. Pada temperatur 90°C menunjukkan
unsur Ni terlindih pada tabel 8 waktu hasil yang sedikit berbeda, dimana persentase
berpengaruh terhadap pertambahan nilai recovery unsur Ni pada menit ke 30 hingga
(a)
(b)
(b)
(c)
Gambar 10. Response surface persentase
recovery Ni terlindih pada konsentrasi larutan
(a) 0,2M, (b) 0,5M, dan (c) 0,8M.
konsentrasi 0,8 M gambar 9 (c) dan gambar 10 Metals, Secondary Metals, Light
(c) menunjukkan hasil yang lebih baik dengan Metals.Wiley-VCH : Canada
persentase recovery Ni terlindih maksimum Montgomery, C. Douglas. (2009). Design and
dicapai pada antara temperatur (80-90)°C dan Analysis of Experiments 7th Edition. John
waktu leaching antara (78 – 90) menit dengan Wiley and Sons.
nilai recovery lebih besar dari 60%. Pagnanelli.F, Garavini.M, Veglio.F, Toro.L.
(2004). Journal of Hydrometallurgy 71;
D. Kesimpulan Preliminary screening of Purification
Berdasarkan hasil penelitian, persentase Processes of liquor Leach Solutins
recovery unsur Ni paling rendah yaitu 8,38 % Obtained from Reductive Leaching of
pada keadaan 0,2M, 30°C, 30 menit dan Low Grade manganese Ores.
persentase recovery unsur Ni paling tinggi yaitu www.sciendirect.com. Hal 319-327.
63,10 % pada keadaan 0,8M, 90°C, 90 menit. Prasetyo, Puguh., (2016). Sumber Daya
Hal ini menunjukkan kenaikan konsentrasi, Mineral Di Indonesia Khususnya Bijih
temperatur dan waktu operasi akan Nikel Laterit Dan Masalah
meningkatkan persentase recovery Ni terlindih. Pengolahannya Sehubungan Dengan Uu
Analysis of variance (ANOVA) yang Minerba 2009. Seminar Nasional Sains
dilakukan pada penelitian ini menunjukkan dan Teknologi 2016 Fakultas Teknik
urutan variable yang paling berpengaruh Universitas Muhammadiyah. Jakarta
terhadap persentase recovery Ni terlindih yaitu Prijono, A., (1977). Potensial of the Lateritic
(A) konsentrasi, (B) temperature, (C) waktu, Nickel Deposit in Indonesia and Their
(AB) interaksi konsentrasi-temperatur, (AC) Succesfull Development Much Depends
interaksi konsentrasi-waktu, dan (BC) interaksi on The Right Processing Method on The
temperatur-waktu. Sedangkan variabel (ABC) Indo nesian Mining Industry, it’spresent
interaksi konsentrasi-temperatur-waktu tidak and future. The Indonesian Mining
berpengaruh terhadap nilai persentase recovery Association. Jakarta 184- 250p.
Ni. Saputro, N. Listiyanto . (2012). Studi Pengaruh
Kondisi optimum leaching unsur Ni Proses Pelindian Oleh Asam Sulfat
dengan menggunakan media asam sulfat Terhadap Persentase Peningkatan Kadar
(H2SO4) adalah pada konsentrasi 0,8 M dengan Tembaga Pada Bijih Malasit. FT
temperatur (80-90)°C dan waktu leaching Departemen Metalurgi dan Material
antara (78 – 90) menit yang menunjukkan nilai Universitas Indonesia. Depok
recovery lebih dari 60% dengan persamaan US Geological Survey. (2015). Mineral
regresi y = 5,09 + 0,3940x1 + 0,2575x2. Commodity Summaries
Daftar Pustaka
St+m = Nilai ramalan untuk m periode Ft+m = (St +bt m)SIt-L+m .................. (23)
ke depan Keterangan :
m = periode ke-m yang akan
diramalkan St = Nilai pemulusan keseluruhan
Xt = Nilai aktual periode ke-t pada periode ke-t
S’t = Nilai pemulusan exponential bt = Pemulusan trend pada
tunggal periode ke-t
S’’t = Nilai pemulusan exponential It = Pemulusan musiman pada
ganda periode ke-t
α = Konstanta smoothing (0<α<1). Xt = Nilai aktual pada periode ke-t
L = Jumlah periode dalam saru
Penentuan nilai parameter α dan siklus musim
prediksi harga bijih besi dilakukan α = Konstanta pemulusan
dengan menggunakan software keseluruhan (0<α<1)
eviews 9. β = Konstanta pemulusan trend
(g) Metode double eksponential (0<β<1)
smoothing dua parameter dari holt γ = Konstanta pemulusan
musiman (0<γ<1)
Metode ini biasanya digunakan pada m = Periode yang akan
data dengan trend. Persamaan yang diramalkan kedepan
digunakan yaitu (Makridakis, dkk, Ft+m = Nilai ramalan
1983) :
Penentuan nilai parameter α, β dan γ,
St = αXt +(1-α)(St-1 +bt-1 ) ............... (17) serta prediksi harga bijih besi
bt = β(St -St-1 )+(1-β)bt-1 ............... (18) dilakukan dengan menggunakan
Ft+m = St +bt m .............................. (19) software eviews 9.
Keterangan : (i) Metode holt winter model additif
St = nilai pemulusan eksponensial Metode ini cocok untuk prediksi data
pada periode ke-t yang memiliki pola trend dan
bt = nilai trend pada periode ke t musiman dimana amplitudo atau
α = konstanta pemulusan (0<α<1) ketinggian pola musimannya tidak
β = konstanta pemulusan (0<β<1) tergantung pada rata-rata level atau
m = periode ke-m yang akan ukuran data. Persamaan yang
diramalkan. digunakan yaitu (Makridakis, dkk.,
1983):
Penentuan nilai parameter α dan β,
prediksi harga bijih besi dilakukan St = α(Xt -It-L )+(1-α)(St-1 +bt-1 )....... (24)
dengan menggunakan software bt = β(St -St-1 )+(1+β)bt-1 ............... (25)
eviews 9. It = γ(Xt -St )+(1-γ)It-L .................... (26)
Ft+m = St +mbt +It-L+m .................... (27)
(h) Metode holt winter model multiplicatif
Keterangan :
Metode ini sesuai untuk data yang
memiliki pola trend serta adanya St = Nilai pemulusan keseluruhan
variasi musiman, dimana amplitudo pada periode ke-t
kedepan 120
80
Pada penelitian ini, penentuan nilai
parameter α, β dan γ, serta prediksi 60
a) Analisis data 0
Keterangan :
n = banyaknya data
Xt = data aktual pada waktu t
Ft = data hasil peramalan pada waktu 𝑡
Perhitungan nilai MAPE menggunakan
data harga bijih besi dan hasil prediksi
harga bijih besi pada tahun 1971 hingga
2017. Kriteria MAPE dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Kriteria MAPE (Sumber : Chang,
dkk, 2007)
Kategori kemampuan
MAPE
prediksi
< 10% Sangat baik
10% − 20% Baik
20% − 50% Cukup
> 50% Buruk
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 2. Collerogram data harga bijih
1. Pengujian Pola Data besi
150.00
100.00
50.00
0.00
-50.00
ABSTRAK
PT. Surya Saga Utama merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang
pertambangan yang memiliki sistem pengolahan sendiri yang terletak di Desa Malandahi
Kecamatan Kabaena Utara, Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menentukan produktivitas rotary kiln dalam mencapai target
pengolahan ore nikel laterit di PT. Surya Saga Utama dan menganalisis masalah apa saja
yang terjadi pada rotary kiln dan untuk menentukan efesiensi kerja dari unit rotary kiln PT.
Surya Saga Utama. Pada penelitian ini dilakukan dengan cara observasi dan deskripsi.
Pengolahan data yang dilakukan mengenai jumlah produksi nikel perhari dalam rotary kiln,
pengolahan data juga dilakukan untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya terjadi
dilapangan. Hasil analisis rotary kiln yang dilakukan pada bulan april dalam kurun waktu
selama 16 hari, total produksi yang mencapai target yakni pada hari ke 13 dengan total
produksi sebesar 658,12 ton/hari, sementara tatal produksi paling rendah yakni pada hari ke
2 dengan total produksi sebesar 172 ton/hari. Untuk hasil pengeringan dengn menggunkan
rotary dryer hasil yang diperoleh yakni sebnayak 20%, untuk hambatan yang dapat dihindari
dari penggunaaan alat roray kiln yakni sebesar 13,25%, sedangkan hambatan yang tidak
dapat dihindari yakni sebesar 10%. Sedangkan untuk perhitungan efisiensi kerja paling tinggi
selama masa penelitian dalam kurun waktu 16 hari, yakni pada hari ke 13 sebesar 98,194%.
Kata Kunci : Produktivitas, Rotary Kiln
ABSTRACT
PT. Surya Saga Utama is one of the companies engaged in mining that has its own processing
system located in Malandahi Village, North Kabaena District, Bombana Regency, Southeast
Sulawesi Province. The purpose of this research was to determine the productivity of the rotary
kiln in achieving the target of processing laterite nickel ore at PT. Surya Saga Utama and
analyze any problems that occur in the rotary kiln and to determine the work efficiency of the
rotary kiln unit of PT. Surya Saga Utama. In this reserach carried out by observation and
description. Data processing is carried out regarding the amount of nickel production per day
in the rotary kiln, data processing is also done to determine the actual conditions that occur in
the field. The results of the rotary kiln analysis conducted in April over a period of 16 days, the
total production which reached the target was on day 13 with a total production of 658.12 tons
/ day, while the lowest production rate was on day 2 with total production 172 tons / day. For
the drying results using the rotary dryer the results obtained are as much as 20%, for the
obstacles that can be avoided from the use of the kiln rays, which is 13.25%, while the
unavoidable barriers are 10%. While for the calculation of the highest work efficiency during
the research period in the period of 16 days, namely on the 13th day of 98.194%.
Keywords: Productivity, Rotary Kiln
Crusher
Drying
Mixing (Ore)
(Antrasit)
(Adictive)
(Limestone)
Briketing
Burning
Crusher
Warehouse Of Ferronikel
7. Penulisan angka desimal disesuaikan dengan bahasa yang digunakan, dimana menggunakan
tanda titik ( . ) untuk penggunaan bahasa Inggris atau tanda koma ( , ) untuk penggunaan
bahasa Indonesia.
B. Format Artikel
Format artikel ilmiah J-Mine adalah sebagai berikut :
JUDUL ARTIKEL
Nama Penulis, Dosen I, Dosen II
Nama Jurusan
FITK, Universitas Halu Oleo
Email : ………………….
ABSTRAK
………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………..
ABSTRACT
………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………..
JURNAL ILMIAH
DIAJUKAN OLEH :
WA ODE RASMAWATI
F1B2 13 077
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
MARET 2018
Lampiran 2. Contoh halaman pengesahan artikel bedasarkan hasil skripsi penelitian
PERSETUJUAN PEMBIMBING
DIAJUKAN OLEH :
WA ODE RASMAWATI
F1B2 13 077
Kendari,…………………….2018
Pembimbing I Pembimbing II