Anda di halaman 1dari 10

PROSES DAN KONSEP PENANDINGAN

Dua tahap kritis perlakuan kos adalah pengakuan (aliran masuk sebagai asset) dan
pembebanan (aliran keluar sebagai biaya). Proses penandingan adalah proses penentuan laba
dengan dengan cara mengukur atau menakar dahulu pendapatan untuk suatu perioda dan barulah
kemudian menentukan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Konsep atau prinsip
penandingan adalah dasar pemikiran untuk menghubungkan pendapatan dan biaya sehingga laba
yang dihasilkan bermakna. Prinsip penandingan menjadi suatu kebutuhan dalam akuntansi karena
alasan berikut:
 Pengakuan pendapatan tidak langsung dikaitkan dengan pengakuan biaya karena teknik
pembukuan tidak memungkinkan hal tersebut.
 Transaksi terjadinya pendapatan pada umumnya tidak berkaitan langsung dengan transaksi
terjadinya biaya.
Atas dasar konsep upaya dan capaian, konsep penandingan menyatakan bahwa untuk
mendapatkan laba periodic yang yang bermakna maka pendapatan yang diakui untuk suatu perioda
harus ditandingkan (diasosiasi) dengan biaya yang dianggap telah menciptakan pendapatan
tersebut.
1. Kelayakan Ekonomik
Penandingan yang tepat harus didasarkan pada kelayakan ekonomik dan bukan fisis.
Memang penandingan menuntut identifikasi konsumsi manfaat asset atau jasa secara fisis
tetapi nilai asset atau jasa yang dikonsumsi juga harus ditentukan secara tepat dengan
memperhatikan kondisi yang melingkupinya. Oleh karena itu, dasar penandingan yang paling
utama adalah kelayakan ekonomik (economic reasonanbleness) bukannya dasar aliran fisis
semata-mata.

2. Menandingkan Bukan Mengkompensasi


Aliran pendapatan dan kos berbeda dan keduanya mencerminkan dua factor yang
berbeda (upaya dan hasil) sehingga tipa factor harus ditunjukkan secara utuh sesuai dengan
fungsinya. Pos yang satu tidak selayaknya dikompensasi dengan pos yang lain.
BASIS ASOSIASI
Dalam rangka menghubungkan biaya dan biaya, perlu dipertimbangkan basis asosiasi yang
menggambarkan penandingan yang secara ekonomik layak. Berbagai basis asosiasi diantaranya
sebagai berikut.
1. Asosiasi Sebab dan Akibat
Konsep upaya dan capaian menyatakan bahwa biaya merupakan upaya dalam rangka
mendapatkan capaian berupa pendapatan. Ini berati ada hubungan sebab-akibat antara biaya
dan pendapatan. Oleh Karena itu, basis penandinagn yang paling masuk akal adalah sebab-
akibat walaupun basis ini lebih merupakan asumsi daripada kenyataan karena dalam banyak
hal sulit untuk dibuktikan secara menyakinkan bahwa biaya menyebabkan pendapatan. Namun
penandingan langsung menghadapi beberapa masalah teknis diantaranya :
a. Identifikasi Kos Produk
Karena produk terjual merupakan takaran penandingan, kos produk akan dipecah
menjadi dua komponen yaitu kos produk yang telah terjual dan kos produk yang belum
terjual dan masih menjadi asset perusahaan. Kos yang melekat pada produk terjual akan
langsung dibebenkan sebagai biaya. Kos sediaan baru dibebankan sebagai biaya kalau
produk telah terjual.
b. Produk Usang atau Musiman
Masalah lain yang berkaitan dengan penandingan atas dasar sebab akibat adalah
adanya produk musiman yang tidak laku dijual. Persoalannya adalah apakah kos produk
musiman yang tidak terjual merupakan sebab (sebagai biaya) atau bukan (sebagai rugi) .
Sediaan akhir yang tidak terjual sebenarnya merupakan upaya (biaya) atau sebab untuk
mendatangkan penjualan yang dicapai musim tertentu. Jadi tidak selayaknyalah kos
sediaan yang tidak terjual diperlakukan sebagai rugi.
c. Barang Rusak
Kelayakan ekonomik menuntut pertimbangan dengan memperhatikan kondisi yang
melingkupi suatu masalah. Bila kerusakan produk merupakan hal yang normal atau bahkan
merupakan prasyarat untuk menghasilkan barang dengan kualitas baik, kos barang yang
rusak dapat dianggap sebagai upaya menghasilkan pendapatan. Sebaliknya, kalau
kerusakan atau cacatnya produk merupakan hal yang tidak biasa terjadi (karena kelalaian
atau musibah) maka jumlah rupiah tersebut dapat diperlakukan sebagai rugi.
d. Identifikasi Kos Nonproduk
Dalam kaitannya dengan penandingan sebab-akibat ,kos nonproduksi tidak harus
ditunda pembebanannya untuk dikaitkan dengan pendapatan masa datang kalau tidak ada
kepastian tentang pendapatan masa datang yang dapat dikaitkan dengan kos nonproduksi.
Ini berarti asosiasi produk diganti dengan asosiasi perioda.
e. Biaya Antisipasian
Biaya antisipasian (anticipated expenses) adalah biaya yang dianggap
menyebabkan timbulnya pendapatan tetapi baru terjadi seteleh pendapatan diakui.
2. Alokasi Sistematik dan Rasional
Alokasi sistematik dan rasional merupakan proses penandingan dengan perioda sebagai
penakar pendapatan dan biaya. Proses ini sering disebut penandingan perioda. Dalam
pengakuan biaya, diasumsi bahwa yang menerima manfaat dari potensi jasa adalah perioda
bukan produk. Keberatan terhadap penandingan ini adalah bahwa proses alokasi menimbulkan
banyak metoda alokasi. Depresiasi asset tetap merupakan contoh masalah ini. Alasan lain yang
mendukung dasar penandingan ini adalah:
 Banyak jenis biaya perioda yang berkaitan secara tidak langsung dengan pendapatan
perioda berjalan.
 Dalam banyak hal, memang sulit untuk mencari kaitan langsung antara biaya-biaya tertentu
dengan pendapatan. Kalau biaya-biaya tersebut memang diperlukan untuk operasi
perusahaan secara keseluruhan maka meretia harus dibebankan pada periode berjalan.
 Bila biaya tidak dapat diasosiasi dengan cukup pasti dengan pendapatan masa datang atau
manfaat ekonomik tidak dapat dikaitkan dengan perioda-perioda masa datang.
 Kalau kegiatan atau kejadian sifatnya normal dan berulang serta jumlahnya relatif konstan,
pembebanan langsung tidak mempengaruhi laba secara material.
 Alokasi sistemik dan rasional memmeng merupakan kebutuhan.
a. Kriteria Penangguhan
Kos non operasi yang berulang terjadinya cukup beralasan untuk langsung
dibebankan daripada ditunda atau disediakan untuk mencapai tepat-tanding.
b. Alokasi Kos Bergabung atau Bersama
Alokasi kos bergabung atau bersama bersifat internal dalam suatu perioda sehingga
hasilnya tidak mempengaruhi kos operasi total untuk perioda tersebut meskipun dasar
alokasi agak arbitrer. Alokasi semacam ini hendaknya tidak diterapkan untuk alokasi kos
faktor jasa antarperioda.
c. Alokasi Bukan Sarana Pemerataan Laba
Fungsi akuntansi adalah untuk mengungkapkan kondisi perusahaan dengan jelas
bukan malahan menutupinya dengan pemerataan laba. Kemajuan dan reputasi suatu
perusahaan harus ditunjukkan dengan kinerja yang sebenarnya bukan semata-mata dengan
permainan angka. Untuk mengatasi fluktuasi laba tahunan, cara terbaik adalah menerbitkan
serangkaian statemen laba-rugi tahunan seperti apa adanya bukan serangakaian statemen
laba yang diratakan.
d. Pendekatan Nonalokasi
Pendapat yang cukup kontroversal dan eksterm dikemukakan oleh Thomas (1987)
tentang alokasi dalam akuntansi. Thomas menyatakan bahwa alokasi hanya dapat
dipertahankan bila tiga karakteristik berikut dipenuhi:
 Ketertambahan
 Ketakraguan
 Keterpertahankan
3. Pembebanan Arbitrer
Suatu kos biasanya akan langsung dibebankan dalam perioda terjadinya (immediate
recognition). Ini berarti bahwa kos ditandingkan dengan pendapatan secara arbitrer. Konsep
yang melandasi pembebanan ini adalah kepraktisan (expediency).

PENANDINGAN DAN PENYAJIAN POS-POS BIAYA


Idealnya tiap unit produk menyerap semua jenis kos operasi (produksi, penjualan,
administrasi dan pengumpulan piutang). Akan tetapi, karena tidak mudahnya untuk
menghubungkan secara layak kos kegiatan non produksi ke produk, penakar yang umum dipakai
adalah perioda.
Masalah pembebanan kos dan basis asosiasi di atas berlaku untuk semua jenis potensi jasa.
Masalah khusus terjadi dalam hal sediaan dan asset tetap, khususnya fasilitas fisis yaitu
gedung/pabrik dan perlengkapan (plant and equipments). Uraian berikut membahas masalah
teoritis yang menyangkut pos-pos tersebut.
1. Sediaan
Masalah pengukuran dan penilaian sediaan pada akhir perioda dapat dinyatakan
sebagai berikut :
 Penentuan besarnya kos barang yang terjual untuk ditandingkan dengan penjualan
sehingga dapat ditentukan besarnya laba perusahaan.
 Penentuan nilai sediaan sebagai unsure asset lancer perusahaan. Penentuan nilai sediaan
sangat penting untuk menilai likuiditas operasi perusahaan.
Karena aliran kos tidak selalu mengikuti secara persis aliran fisis barang, diperlukan
metoda asosiasi.
a. Metoda Asosiasi
Metoda asosiasi menjadi basis untuk menentukan unit fisik terjual dan kos yang
melekat dengan jumlah rupiah penjualan. Dengan demikian metoda asosiasi dapat pula
diartikan sebagai asumsi aliran kos dalam memgikuti aliran fisis barang.
Beberapa perimbangan yang dapat dijadikan dasar pemilihan metoda dapat
disebutkan sbb :
 Bila dimungkinkan, Kos harus diidentifikasi dengan unit fisis barang yang diukur.
 Operasi perusahaan harus dipandang sebagai serangkaian kegiatan yang berturutan dan
kontinus bukannya serangkaian projek-projek yang terpisah-pisah.
 Kalau tujuan ditekankan pada penilaian sediaan dengan haraga paling akhir, asosiasi
kos akan ditujukan pada sediaan barang dengan menggunakan kos yang paling akhir
dan kos barang terjual merupakan angka residual.
 Kalau untung dan rugi akibat fluktuasi harga (holding gains and loses) akan
diidentifikasi dan dilaporkan secara terpisah dengan kos harga terjual, kos historis jelas
tidak akan dapat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
b. Identifikasi Khusus
Untuk jenis barang mahal dan perputarannya rendah, metoda ini sangat cocok
sekali untuk tujuan pengendalian di samping tujuan penandingan yang tepat. Namun
demikian metode ini mengandung beberapa kelemahan antara lain :
 Jarang sekali pendapatan khusus ditandingkan dengan kos khusus karena pendapatan
perusahaan merupakan hasil dari seluruh upaya perusahaan sebagai kesatuan.
 Untuk jenis barang yang homogen dan harganya relative murah, metoda ini menjadi
terlalu mahal dan tidak sepadan dengan nilai tambahan informasi yang diperoleh
 Kalau fluktuasi harga sangat mencolok, metoda ini dapat digunakan sebagai alat
manipulasi laba atau earnings management.
c. Metoda Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP)
Metoda ini sangat logis dalam merefleksi asosiasi sebab-akibat karena sangat
sederhana dan jelas untuk memecah kos ke dalam dua komponen (sediaan dan barang
terjual) atas dasar kos yang benar-benar melekat dalam kedua komponen tersebut.
Jadi, kalau penandingan secara tepat biaya dan pendapatan menjadi tujuan metoda ini
paling didukung atas dasar argument berikut :
 Metoda ini mendekati metoda identifikasi khusus yang menjadi standar pemecahan
kos.
 Untung atau rugi karena fluktuasi harga dengan sendirinya terealisasi dan diakui
bersamaan dengan terjualnya barang walaupun tidak disajikan secara terpisah dan
melekat dalam angka laba.
 Penyajian sediaan akhir dalam neraca akan menggambarkan kos yang mendekati kos
sekarang atau kos pengganti.
d. Rata-Rata Berbobot
Metoda ini menganggap bahwa dalam proses produksi terjadi peleburan factor
produksi yang sama selama satu perioda menjadi satu masa yang homogenus. Artinya,
bahan baku tertentu yang dibeli berkali-kali atau produk yang dihasilkan dari beberapa
angkatan produk dalam suatu periode dianggap sebagai satu kesatuan (massa).
e. Sediaan Normal
Metode ini sering disebut dengan metoda sediaan permanen (iron-stock method).
Tujuannya adalah penandingan pendapatan sekarang sekaligus meniadakan kebutuhan
pelaporan untung atau rugi menahan sediaan atau fluktuasi harga. Metoda ini menyajikan
sediaan di neraca dengan harga satuan yang cukup pasti.
f. Masuk Terakhir Keluar Pertama
Metoda ini sangat popular di Amerika karena metoda tersebut dapat digunakan
dalam penilaian sediaan untuk kepentingan pengisian surat pemberitahuan pajak (tax-
return) walaupun di satu sisi MTKP mempunyai beberapa keunggulan untuk pelaporan
keuangan, beberapa kritik diajukan terhadap metoda ini yaitu antar lain :
 Penilaian sediaan untuk tujuan penyajian di neraca tidak menggambarkan potensi jasa
yang sesungguhnya dan kemungkinan tidak mempunyai arti ekonomik.
 Metoda MTKP bukan merupakan metoda untuk mengatasi perubahan tingkat harga
umum (daya beli) yang sering dijadikan alasan untuk penggunaan metoda ini.
 Metoda ini bertentangan dengan aliran fisis yang sesungguhnya.
g. Implikasi Metoda Asosiasi Terhadap Laba
Seandainya metoda yang layak telah ditetapkan, keterandalan kos sediaan akhirnya
sangat bergantung pada system penelusuran factor produksi yang membentuk produk atau
barang. Jadi, dalam kondisi operasi perusahaan modern yang kompleks, apa yang dapat
dicapai dalam penentuan laba periodic sebenarnya tidak dapat diharapkan lebih daripada
pengukuran yang mendekati ideal.
2. Fasilitas Fisis
Dalam hal fasilitas fisik, kos yang terjadi pada saat pemerolehan pada umumnya diakui
sebagai asset dan baru kemudian kos tersebut diakui sebagai biaya sesuai dengan pola
penyerapan manfaat yang direpresentasi dengan kos.
a. Karakteristik dan Tujuan Pelaporan
Semua asset mempunyai karakteristik umum yaitu merupakan potensi jasa yang
dapat dimanfaatkan oleh perusahaan dalam kegiatan operasinya. Fasilitas fisis mempunyai
karakteristik sbb :
 Berwujud fisis dan dikuasai oleh perusahaan untuk mengolah dan memperlancar
kegiatan operasi perusahaan.
 Pada umumnya berumur panjang walaupun terbatas sehingga perlu penggantian.
 Bernilai bagi perusahaan lantaran kekuasaan atau hak perusahaan untuk
menggunakannya bukan lantaran hak miliknya.
 Pada umunya erupakan asset nonmoneter dan manfaat yang dapat diberikan berupa
potensi jasa (service potentials) bukan daya beli atau ketertukarannya
(exchangeability).
Karateristik yang demikian menyebabkan tujuan pelaporan dan pengukuran
fasilitas fisis ini adalah untuk menentukan penggunaan jasa dalam suatu perioda yang
diperkirakan telah menghasilkan pendapatan.
b. Istilah
Istilah yang digunakan untuk menunjukan asset yang mempunyai karakterisitik di
atas tentunya harus cukup deskriptif untuk memudahkan klasifikasi. Istilah yang palling
deskriptif dan banyak digunakan oleh banyak literature dewasa ini adalah
tanah,pabrik/gedung,perlengkapan serta fasilitas fisik.
c. Basis Pembebanan
Pembebanan kos fasilitas fisis untuk suatu perioda tidak dapat ditentukan atas dasar
pengukuran fisis yang objektif tetapi lebih merupakan suatu hasil pertimbangan
(judgement) atas dasar taksiran factor-faktor penentu (yaitu umur ekonomik, kapasitas
ekonomik, dan nilai residual) yang sering tidak dapat diuji validitasnya secara objektif.
d. Makna Depresiasi
Dari segi akuntansi, depresiasi merupakan suatu proses alokasi kos secara
sistematik dan rasional dan jumlah rupiahnya diukur atas dasar bagian kos potensi jasa
yang dianggap telah dimanfaatkan dalam menciptakan pendapatan.
Untuk tujuan pengembangan pelaporan keuangan, depresiasi secara teoritis dapat
dimaknai selain sebagai prosedur atau alokasi sistematik dalam rangka penandingan biaya
dan pendapatan yang tepat.
 Depresiasi Sebagai Proses Akumulasi Dana
Pengertian ini didasari oleh gagasan bahwa untuk dapat mempertahankan
kelangsungan hidup, perusahaan harus dapat mengganti fasilitas fisik yang habis
umurnya. Akibatnya, perusahaan harus menyisihkan dana dari pendapatan yang
diperoleh. Pengakuan biaya depresiasi tidak mempunyai kaitan langsung dengan
masalah penggantian.
 Depresiasi Sebagai Pemulihan Investasi
Secara konseptual sama dengan pandangan di atas tetapi dianggap bahwa
fasilitas fisis didanai dengan utang. Agar perusahaan mampu membayar kembali
investasinya maka harus dilakukan penyisihan dana dengan cara mengurangi
pendapatan perusahaan sebesar depresiasi.
 Depresiasi sebagai Proses Penilaian
Salah satu pendefinisian secara semantic adalah depresiasi dipandang sebagai
penurunan potensi jasa (decline in serve potential) selama periode operasi akibat
keausan fisis, konsumsi manfaat atau keusangan teknologis. Dengan demikian
penurunan potensi jasa selama perioda dapat dipandang sebagai selisih penilaian antara
potensi jasa awal dan potensi jasa akhir baik secara fisis maupun moneter.
 Depresiasi sebagai Sarana Penandingan Kos dengan Kontribusi Pendapatan Neto
Pendapatan neto disini adalah pendapatan yang dihasilkan oleh fasilitas fisis
dikurangi biaya pengoprasian fasilitas fisis. Hal ini didasarkan atas pemikiran bahwa
variasi pendapatan merefleksi variasi penyerapan jasa fasilitas fisik.
3. Metoda Alokasi
Metoda yang paling rasional adalah metoda yang mendasarkan diri pada aliran
penyerapan kapasitas jasa tersebut. Dengan kata lain, metoda yang paling tepat adalah metoda
unit produksi (production or output method). Kesulitan utama yang dihadapi metoda ini adalah
penentuan kapasitas total yang dapat dihasilkan selama umur ekonomik asset bersangkutan.
4. Hubungan Depresiasi dan Laba
Ini berarti besarnya biaya depresiasi bergantung pada besarnya pendapatan dalam
perioda tertentu. Jadi meskipun tetap dituntut untuk menaksir depresiasi tahunan secara
seksama, rasional dan objektif, hendaknya tidak ada pikiran sama sekali untuk mempengaruhi
besarnya laba.
5. Koreksi Terhadap Kesalahan Taksiran
Program depresiasi harus direvisi bilamana kenyataan jelas menunjukkan bahawa
revisi tersebut diperlukan. Yang penting adalah semua penyesuaian yang berlaku surut harus
dilaporkan melalui statement laba rugi.
TANAH
Oleh karenanya, dapat dianggap bahwa kos tanah tidak perlu didepresiasi atau diamortisasi
menjadi biaya depresiasi. Dengan kata lain, fungsi tanah untuk menyediakan jasa ditempati tanpa
batas waktu (selamanya) cukup menjadi alas an kebijakan untuk memperlakukan kos tanah sebagai
investasi permanen dalam fasilitas produksi.
1. Tanah Bukan Hak Milik Permanen
Dalam keadaan seperti ini, akuntansi yang sehat menghendaki pemisahan kos tanah
menjadi bagian yang dimasukkan sebagai kos sisa tanah (kalau ada) dan bagian yang
menunjukkan kos elemen tanah yang dapat habis jasanya (potensi jasa tanah untuk ditanami),
kemudian ditentukan alokasi kos semantic yang tepat untuk bagian kedua tersebut. Jadi,
dengan akuntansi seperti di atas, pengeluaran-pengeluaran untuk mengembalikan kesuburan
tanah akan menjadi bagian kos tanah yang pada akhirnya harus didepresiasi.
Sumber Alam
Kos sumber alam tersebut (tidak termasuk sisa nilai tanah) harus diserap secara sistematik
ke produksi atas dasar pengambilan atau konsumsi. Kos yang diserap ini disebut deplesi. Seperti
juga depresiasi, deplesi sebagai kos atau upaya untuk menghasilkan pendapatan harus ditentukan
secara objektif dan rasional tanpa memperhatikan pengaruhnya terhadap laba bersih.
Aset Tak Berwujud
Penghapusan langsung seluruh kos sebagai rugi harus segera dilakukan kalau kondisi
menunjukkan bahwa asset tak berwujud tersebut tidak lagi mempunyai arti ekonomik yang
penting. Karena banyak masalah teoritis yang timbul, dua jenis asset tak berwujud yaitu goodwill
dan kos organisasi dibahas di bawah ini.
1. Goodwill
Goodwill adalah selisih lebih jumlah rupiah tunai atau setaranya yang dibayarkan oleh
perusahaan pembeli di atas nilai pasar wajar atau nilai buku kekayaan fisis perusahaan yang
dibeli. Kos goodwill yang melekat pada harga beli suatu perusahaan yang sudah beroperasi
pada dasarnya merupakan nilai sekarang atau nilai diskunan (present or discounted value)
kelebihan laba yang dihasilkan.
Oleh karena itu, goodwill sebenarnya dapat diakui dalam satu akun debit dan dimaknai
sebagai akun penilaian induk (master valuation account) terhadap semua asset sebagai satu
kesatuan.
2. Kos Organisasi
Kos organisasi diperlakukan sebagai asset tak berwujud karena kos tersebut tidak dapat
dikaitkan dengan asset tetap berwujud yang ada dalam perusahaan. Akan tetapi kos pendirian
tersebut harus mulai diserap atau dihapuskan bila terjadi penurunan laba dan
pengerutan kekayaan yang terus menerus akibat kegagalan usaha atau proses likuidasi.
Jadi kos organisasi tidak semestinya diamortisasi dalam hal perusahaan barjalan terus
dan berkembang tetapi tidak semestinya dipertahankan tetap utuh dalam hal perusahaan
mengalami kemunduran yang terus menerus.
PENYAJIAN BIAYA
Penyajian biaya tidak dapat dilepaskan dari penyajian pendapatan dan saran untuk itu
adalah statemen laba rugi.

Anda mungkin juga menyukai