Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PERJALANAN DINAS / LAPORAN HASIL PELATIHAN

Dasar 1. Peraturan Direktur NOMOR : 350/RSPH/I-PER/DIR/XI/2018


Tentang Panduan Penyelenggaran Pendidikan Dan Pelatihan
Direktur Rumah Sakit Prima Husada Sukorejo
2. Surat Undangan pelatihan
Surat Undangan Pelatihan dari RSSA tentang Pelatihan
Pelayanan Keperawatan Intensif (ICU)
3. Surat Tugas Direktur RS Prima Husada Sukorejo Nomor :
Maksud & Tujuan 1. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Kesehatan
2. Rencana Asuhan Keperawatan Pelatihan ICU Dasar Perawat
3. Terapi Inhalasi, Humidifikasi dan Nebulizer
Waktu 27/Mei/2022 pukul 07.30-14.45
Pelaksanaan
Nama Petugas Lillo Palupi A, Amd.Kep
Daerah Tujuan/ Zoom Meeting
Instansi Yang Bertempat di Ruang Granada Lantai 3 RS Prima Husada Sukorejo
Dikunjungi
Hadir Dalam Peserta / narasumber yang hadir dalam pertemuan
Pertemuan contoh :
1. Peserta Pelatihan
2. Narasumber / Pemateri :
Anggia Fajar Hardianti, S.Kep.Ns
Riyanto, S.Kep.Ners.,MM
Tiya Wida Respati Gamayanti, S.Kep. Ns
Petunjuk / Arahan Materi
Yang Diberikan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Kesehatan Oleh Riyanto,
(Materi) S. Kep., Ners., MM
Pengertian Komunikasi
Komponen Komunikasi
Bentuk Komunikasi
Perbedaan Komunikasi, Informasi, & Edukasi (KIE)
Tujuan KIE
KIE Kesehatan
KIE kesehatan meliputi informasi tentang :
Media Komunikasi
Dasar Pemilihan Media Promosi Kesehatan
Manfaat Media
Tujuan Penggunaan Media
Media Promosi Kesehatan
Media Cetak
Media Elektronik
Media Papan
Komunikasi Terapeutik
Tujuan Komukasi Terapeutik
Kegunaan Komunikasi Terapeutik
Komunikasi Sebagai Elemen Terapi
Perbedaan Hubungan Terapeutik dan Hubungan Sosial
Hubungan Terapeutik Hubungan Sosial
Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Komunikasi Terapeutik
Komunikasi Dan Hubungan Terapeutik Dalam Keperawatan
Sikap Perawat dalam Berkomunikasi
Teknik-teknik Komunikasi Terapeutik
Tahapan Hubungan dan Komunikasi Terapeutik
Perawat-Klien
Komunikasi terapeutik di ICU sesuai dengan background dan
kondisi pasien dan keluarga:

Jl. Raya Surabaya – Malang Km 54, Desa Lemahbang Kec. Sukorejo – Pasuruan
Telp : 0343 – 6745000 | Email : sekretariat@sukorejo.rs-primahusada.com
www.rs-primahusada.com
Rencana Asuhan Keperawatan Pelatihan ICU Dasar Perawat
Oleh Anggia Fajar Hardianti
Proses Asuhan Keperawatan
Tindakan Keperawatan
Tipe Tindakan
Faktor yang dipertimbangkan saat memilih intervensi:
SIKI – Manajemen Jalan Napas
SIKI – Pemantauan Respirasi
SIKI – Fisioterapi Dada
Diagnosis Keperawatan pada pasien kritis
RESPIRASI
SIRKULASI
NUTRISI DAN CAIRAN
ELIMINASI
AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT
NEURO SENSORI
NYERI DAN KENYAMANAN
PSIKOLOGIS
PERILAKU
LINGKUNGAN

Terapi Inhalasi, Humidifikasi dan Nebulizer Oleh Tia Wida


Respati Gamayanti, S.Kep. Ns
Indikasi suctioning
Tujuan Suctioning
PRINSIP PELAKSANAAN
Komplikasi
Tekanan Suction
Ukuran Kateter Suction
Metode Suctioning
1. Suctioning Orofaringeal Airway (OPA)
Kontra indikasi
2. Suctioning Nasofaringeal Airway (NPA)
3. Suctioning tracheostomy
4. Suctioning Endotracheal Tube (ETT)
Macam-Macam Suction
Perbedaan OTSS dan CTSS (Open Tracheal Suction System dan
Closed Tracheal Suction System)
1. Open suction system – OSS
2. Close suction
prosedur
Jenis terapi inhalasi
1. Humidifikasi
2. Nebulasi
Tujuan humidifikasi
Indikasi humidifikasi
Jenis Humidifikasi
1. Humidifikasi dingin
4. Humidifikasi hangat
Pengertian Nebulizer
Tujuan Pemberian Nebulizer
Beberapa Obat Yang Biasa Dipakai
Indikasi Pemberian Nebulizer
Jenis - Jenis Nebulizer
1. Jet nebulizer
2. Ultrasonic nebulizer
Masalah / Temuan Di RSPHS untuk penulisan Askep masih belum benar sesuai SIKI
Di RSPHS yang SLKI SDKI
relevan dengan
materi

Jl. Raya Surabaya – Malang Km 54, Desa Lemahbang Kec. Sukorejo – Pasuruan
Telp : 0343 – 6745000 | Email : sekretariat@sukorejo.rs-primahusada.com
www.rs-primahusada.com
Saran / Tindakan RSPHS perlu di lakukan pelatihan karena masih belum benar sesuai
untuk RS dari SIKI SLKI SDKI
hasil pelatihan

Pasuruan, 27 Mei 2022 Mengetahui,


Pembuat Laporan, Direktur RS Prima Husada Sukorejo

Lillo Palupi A, Amd. Kep dr. Ghuraba Adisurya, Sp.An.,


M.Ked.Klin

LAMPIRAN :
1. SURAT TUGAS yang sudah ter ttd pihak eksternal (jika zoom tidak perlu)
2. Materi pelatihan
a. (link / hardcopy dikirimkan ke sekretariat) dan dilampirkan dalam laporan ini
b. staff terkait memiliki copy materi untuk belajar pribadi
3. Dokumentasi selama mengikuti pelatihan
4. Membuat rangkuman materi sesuai form terlampir

Jl. Raya Surabaya – Malang Km 54, Desa Lemahbang Kec. Sukorejo – Pasuruan
Telp : 0343 – 6745000 | Email : sekretariat@sukorejo.rs-primahusada.com
www.rs-primahusada.com
RANGKUMAN MATERI
Unit terkait yang
Tanggal
Materi yang diterima berhubungan
Pelaksanaan
dengan materi
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Kesehatan Intensif Care
Oleh Riyanto, S. Kep., Ners., MM Unit (ICU)
Hari Jum’at Pengertian Komunikasi : Suatu proses pertukaran
27-05-2022 informasi secara dua arah antara dua orang atau
lebih yang dapat dilakukan melalui verbal maupun
non verbal (simbol, tanda, atau perilaku lainnya).
Komponen Komunikasi
• Sender : Orang yang mengirimkan pesan
• Receiver : Orang yang menerima pesan
• Pesan : Informasi yang diterima, bisa berupa kata,
ide, atau perasaan
• Media : Metode yang digunakan dalam pesan
• Umpan balik : Informasi/pesan kembali dari
penerima pesan kepada pengirim pesan
Bentuk Komunikasi
• Komunikasi Massa : Penyampaian pesan kepada
orang banyak atau masyarakat
• Komunikasi Intra Personal : Terjadi dalam diri
seseorang, berbicara dalam hati
• Komunikasi Interpersonal : Interaksi satu orang ke
orang lain
Perbedaan Komunikasi, Informasi, & Edukasi
(KIE)
• Komunikasi :Proses penyampaian pesan dari
seseorang kepada orang lain untuk
mendapatkan tanggapan
• Informasi : Penyampaian pesan dari seseorang
kepada orang lain untuk diketahui dan
dimanfaatkan seperlunya
• Edukasi : Suatu kegiatan yang mendorong
terjadinya perubahan pengetahuan, sikap, perilaku
dan keterampilan masyarakat
Tujuan KIE
Mengubah sikap, kepercayaan, nilai-nilai, dan
perilaku individu atau kelompok
KIE Kesehatan
• Studi yang menekankan peranan komunikasi
dalam penelitian dan praktek yang berkaitan
dengan promosi kesehatan dan pemeliharaan
kesehatan
• Proses menyebarluaskan pesan kesehatan yang
bertujuan untuk mempengaruhi pengetahuan,
sikap dan keyakinan masyarakat
• Harus melibatkan partisipasi aktif dari target
audiens dan menggunakan metode maupun
teknik yang familiar bagi audiens
• Merupakan alat yang penting dalam promosi
kesehatan
• Salah satu keutamaan pesan atau informasi
kesehatan adalah persuasif
Pesan harus dirancang sedemikian rupa sehingga
mampu mempengaruhi orang lain agar dapat
mengetahui informasi dan memutuskan untuk
menerima/menolak produk yang disebarluaskan
oleh sumber informasi
KIE kesehatan meliputi informasi tentang :

Jl. Raya Surabaya – Malang Km 54, Desa Lemahbang Kec. Sukorejo – Pasuruan
Telp : 0343 – 6745000 | Email : sekretariat@sukorejo.rs-primahusada.com
www.rs-primahusada.com
• Perilaku hidup bersih dan sehat
• Kesehatan lingkungan dan kerja
• Kesehatan ibu dan anak
• Perbaikan gizi masyarakat
• Pencegahan penyakit menular dan tidak menular
• Upaya promosi kesehatan
• Sosialisasi kebijakan kesehatan
Media Komunikasi :Saluran yang digunakan untuk
menyampaikan pesanpesan kesehatan kepada
sasaran
Media Promosi Kesehatan Yang Baik : Media yang
mampu memberikan informasi atau pesan-pesan
kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan
Dasar Pemilihan Media Promosi Kesehatan
1. Didasarkan pada selera khalayak sasaran, bukan
pada selera pengelola program/ pengambil
keputusan.
2. Harus memberi dampak yang luas/ menjangkau
khalayak sasaran dengan tingkat frekuensi,
efektivitas, dan kredibilitas yang tinggi.
3. Disampaikan secara menarik dengan frekuensi
yang sering.
4. Dilakukan secara serempak dan terpadu
sehingga akan meningkatkan cakupan,
frekuensi dan efektivitas pesan-pesan komunikasi.
Manfaat Media
• Menimbulkan minat sasaran pendidikan
• Mencapai sasaran yang lebih banyak
• Merangsang sasaran untuk meneruskan pesan
yang diterima kepada orang lain
• Mempermudah penyampaian informasi
• Mempermudah penerimaan informasi
Tujuan Penggunaan Media
a. Sebagai alat bantu dalam pendidikan/
latihan/penyuluhan.
b. Untuk menimbulkan perhatian terhadap suatu
masalah
c. Untuk mengingatkan suatu pesan/ informasi
d. Untuk menjelaskan fakta-fakta, prosedur,
tindakan.
Media Promosi Kesehatan
1.MEDIA CETAK
2.MEDIA ELEKTRONIK
3.MEDIA PAPAN
Media Cetak
- BOOKLET : Dalam bentuk buku, baik berupa
tulisan maupun gambar.
- LEAFLET/ BROSUR :Berupa lembaran yang
dilipat.
- FLIPCHART :Dalam bentuk lembar balik.
- POSTER :Berisi pesan/ informasi kesehatan yang
ditempel di kendaraan, papan pengumuman, dll.
- Foto
- Rubrik/ tulisan pada surat kabar/ majalah
Media Elektronik
• TELEVISI : Dalam bentuk sandiwara/ sinetron,
forum diskusi, ceramah, kuis, iklan, dll
• RADIO
• VIDEO
• SLIDE
• OHP

Jl. Raya Surabaya – Malang Km 54, Desa Lemahbang Kec. Sukorejo – Pasuruan
Telp : 0343 – 6745000 | Email : sekretariat@sukorejo.rs-primahusada.com
www.rs-primahusada.com
• LCD
• INTERNET
Media Papan
Media papan : Billboard yang dipasang di tempat-
tempat umum yang berisi pesan atau informasi
kesehatan. Dapat pula dipasang pada kendaraan
seperti Bus atau taksi.
Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan, dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi
interpersonal dengan fokus adanya saling
pengertian antar perawat dengan pasien.
Tujuan Komukasi Terapeutik
• Membantu mengatasi masalah klien untuk
mengurangi beban perasaan dan pikiran.
• Membantu mengambil tindakan yang efektif
untuk klien/pasien.
• Memperbaiki pengalaman emosional klien.
• Mencapai tingkat kesembuhan yang diharapkan.
Kegunaan Komunikasi Terapeutik
• Merupakan sarana terbina hubungan yang baik
antara pasien dan tenaga kesehatan.
• Mengetahui perubahan perilaku yang terjadi pada
individu atau pasien.
• Mengetahui keberhasilan tindakan kesehatan
yang telah dilakukan.
• Sebagai tolok ukur kepuasan pasien.
• Sebagai tolok ukur komplain tindakan dan
rehabilitasi.
Komunikasi Sebagai Elemen Terapi
- Bahwa komunikasi yang dilakukan oleh perawat
adalah mempunyai tujuan terapi atau
memberikan efek penyembuhan buat klien.
- Komunikasi adalah salah satu alat yang paling
esensial bagi perawat.
- Dengan komunikasi (verbal ataupun nonverbal),
perawat dapat memberikan kesembuhan buat
klien. Senyum perawat, kesabaran, kelembutan,
kata-kata yang tegas dan menyejukkan atau
kata-kata yang disampaikan dengan jelas dapat
mempengaruhi perilaku klien untuk berbuat lebih
baik dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatannya.
Perbedaan Hubungan Terapeutik dan Hubungan
Sosial Hubungan Terapeutik Hubungan Sosial
1. Terjadi untuk tujuan yang spesifik.
a. Orang terlibat jelas spesifik (perawat/terapis
dan klien).
b. Perawat-klien memberikan informasi yang
berbeda.
c. Dibangun atas dasar untuk memenuhi
kebutuhan klien.
2. Terjadi secara spontan/tidak direncanakan secara
spesifik.
a. Orang yang terlibat bebas.
b. Informasi yang disampaikan hampir sama
antara pihak-pihak yang terlibat.
c. Dibangun atas dasar kebutuhan bersama
(semua pihak yang terlibat).

Jl. Raya Surabaya – Malang Km 54, Desa Lemahbang Kec. Sukorejo – Pasuruan
Telp : 0343 – 6745000 | Email : sekretariat@sukorejo.rs-primahusada.com
www.rs-primahusada.com
Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Komunikasi
Terapeutik
1. Spesifikasi tujuan komunikasi
2. Lingkungan nyaman
3. Privasi (terpeliharanya privasi kedua belah pihak)
4. Percaya diri
5. Berfokus kepada klien
6. Stimulus yang optimal
7. Mempertahankan jarak personal
Komunikasi Dan Hubungan Terapeutik Dalam
Keperawatan
Sikap Perawat dalam Berkomunikasi
a. Sikap (Kehadiran) secara Fisik (berhadapan,
kontak mata, sikap terbuka).
b. Sikap dalam Dimensi Respons (ihklas,
menghargai, empaty, konkret).
c. Sikap dalam Dimensi Tindakan (kesegeraan,
terbuka, bermain peran, tidak emosional).
Teknik-teknik Komunikasi Terapeutik
1. Mendengarkan dengan penuh perhatian
(listening)
2. Menunjukkan penerimaan (accepting)
3. Mengulang (restating/repeating)
4. Klarifikasi (clarification)
5. Memfokuskan (focusing)
6. Merefleksikan (reflecting/feedback)
7. Memberi informasi (informing)
8. Diam (silence), memberi kesempatan pada klien
9. Identifikasi tema (theme identification)
10. Memberikan penghargaan (reward), bapak hari
ini terlihat lebih baik dari kemarin
11. Humor
Tahapan Hubungan dan Komunikasi Terapeutik
Perawat-Klien
1. Fase prainteraksi
2. Fase orientasi/introduksi
3. Fase kerja
4. Fase terminasi
Komunikasi terapeutik di ICU sesuai dengan
background dan kondisi pasien dan keluarga:
1. Suasana emosi
2. Status social dan pendidikan
3. Riwayat perawatan sebelumnya
4. Persepsi tentang perawatan di ICU
5. Lebih bersifat support system karena
berhubungan dengan status klinis pasien
6. Dukungan emosi, menuju ke arah realita
Kesimpulan
1. Komunikasi terapeutik yang efektif sangat
diperlukan di ruang perawatan kritis, karena
setiap detik terjadi perubahan kondisi pada
pasien yang kita rawat.
2. Membutuhkan stategi dan kecakapan perawat
dalam menyampaikan informasi kesehatan pada
pasien dan keluarga di ruang intensif agar
pemberian informasi

Rencana Asuhan Keperawatan Pelatihan ICU


Dasar Perawat Oleh Anggia Fajar Hardianti

Jl. Raya Surabaya – Malang Km 54, Desa Lemahbang Kec. Sukorejo – Pasuruan
Telp : 0343 – 6745000 | Email : sekretariat@sukorejo.rs-primahusada.com
www.rs-primahusada.com
Proses Asuhan Keperawatan
Rencana Keperawatan - Perencanaan - Intervensi
Keperawatan Segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan
penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome)
Tindakan Keperawatan
Perilaku spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi
1. Menentukan prioritas Masalah
2. Menentukan Tujuan dan Kriteria Hasil
3. Menentukan Intervensi Keperawatan CONTOH
TAUTAN SDKI- SIKI
Tipe Tindakan
- Observasi Terapeutik
- Kolaborasi Edukasi
- Menjelaskan makna dari label intervensi berupa
perilaku perawat, bukan perilaku pasien
- Awali dengan kata kerja (verb) Contoh:
Memberikan, bukan Pemberian
- Fokus pada tindakan kritikal
- Pemilihan intervensi keperawatan sesuai kondisi
pasien merupakan bagian dari clinical judgement
perawat.
Faktor yang dipertimbangkan saat memilih
intervensi:
1. Karakteristik diagnosis keperawatan
2. Kriteria hasil pasien yang diharapkan
3. Kemampulaksanaan intervensi
4. Kemampuan perawat
5. Penerimaan pasien
6. Penelitian yang mendasari intervensi tersebut
7. Clinical priviledge
SIKI – Manajemen Jalan Napas
Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola kepatenan
jalan napas
Tindakan :
- Observasi Terapeutik Edukasi Kolaborasi
- Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
- Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head
tilt dan chin lift atau jaw thrust jika curiga
trauma servikal
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik jika perlu
- Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling,
mengi, wheezing, ronkhi kering)
- Posisikan semi fowler atau fowler Ajarkan teknik
batuk efektif
- Monitor sputum (jumlah, warna, aroma) Berikan
minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep
mcgill
- Berikan Oksigen bila perluu
SIKI – Pemantauan Respirasi
Definisi : Mengumpulkan dan menganalisis data

Jl. Raya Surabaya – Malang Km 54, Desa Lemahbang Kec. Sukorejo – Pasuruan
Telp : 0343 – 6745000 | Email : sekretariat@sukorejo.rs-primahusada.com
www.rs-primahusada.com
untuk memastikan kepatenan jalan napas dan
keefektifan pertukaran gas

Tindakan :
- Observasi Terapeutik Edukasi Kolaborasi
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
napas Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Monitor pola napas seperti bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, kussmaul, Ceyne Stokes, Biot,
ataksik
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya produksi sputum Dokumentasikan
hasil pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan jika perlu
- Monitor adanya sumbatan jalan napas
- Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Auskultasiaturas bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen, nilai AGD, hasil X-ray
thorak
SIKI – Fisioterapi Dada
Definisi : Memobilisasi sekresi jalan napas melalui
perkusi, getaran, dan drainase postural
Tindakan :
- Observasi Terapeutik Edukasi Kolaborasi
- Identifikasi indikasi dila tanpkukan fisioterapi dada
(mis,. Hipersekresi sputum, sputum kental
dan tertahan, tirah baring lama) onia
- Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien Jelaskan tujuan dan prosedur
fisioterapi dada
- Gunakan bantal untuk membantu pengaturan
posisi
- Anjurkan batuk segera setelah prosedur selesai
- Identifikasi kontraindikasi fisioterapi dada (mis.
- Eksaserbasi PPOK akut, pneumonisa tanpa
produksi sputum berlebih, kanker paru-paru
- Monitor statuen pars peprnapasan ( mis.
Kecepatan, irama, suara napas, dan kedalaman
naoas)
- Lakukan pvibrerkusi dengan posisi telapak tangan
ditangkupkan selama 3 – 5 menit
- Ajarkan inspirasiperlahan dan dalam melalui
hidung selama proses fisioterapi
- Periksa segmen paru yang mengandung sekresi
berlebih
- Lakukan vibrasi dengan posisi telapak tangan rata
bersamaan ekspirasi melalui mulutrap
- Monitor jumlah dan karakter sputum Lakukan
fisioterapi dada setidaknya 2 jam setelah
makan
- Monitor toleransi selama dan setelah prosedur
Hindari perkusi pada tulang belakang, - ginjal,
payudara wanita, insisi dan tulang rusuk yang
patah
- Lakukan penghisapan lendir untuk mengeluarkan
sekret, jika perlu
Diagnosis Keperawatan pada pasien kritis
RESPIRASI

Jl. Raya Surabaya – Malang Km 54, Desa Lemahbang Kec. Sukorejo – Pasuruan
Telp : 0343 – 6745000 | Email : sekretariat@sukorejo.rs-primahusada.com
www.rs-primahusada.com
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. Gangguan Penyapihan Ventilator
3. Gangguan Pertukaran Gas
4. Gangguan Ventilasi Spontan
5. Pola Napas Tidak Efektif
6. Risiko Aspirasi
SIRKULASI
1. Gangguan Sirkulasi Spontan
2. Penurunan Curah Jantung
3. Perfusi Perifer Tidak Efektif
4. Risiko gangguan Sirkulasi Spontan
5. Risiko Penurunan Curah Jantung
6. Risiko Perdarahan
7. Risiko Perfusi Gastrointestinal Tidak Efektif
8. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
NUTRISI DAN CAIRAN
1. Defisit nutrisi
2. Diare
3. Disfungsi motilitas Gastrointestinal
4. Hipervolemia
5. Hipovolemia
6. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
7. Risiko Hipovolemia : beresiko mengalami
penurunan volume cairan IV, IT dan IS
8. Risiko Ketidakseimbangan cairan : beresiko
mengalami penurunan, peningkatan, atau
percepatan perpindahan cairan dari IV, IT dan IS
9. Risiko Ketidakseimbangan elektrolit : Beresiko
mengalami perubahan kadar serum elektrolit
10.Risiko Syok : Beresiko mengalami
ketidakcukupan aliran darah ke jaringan tubuh,
yang dapat mengakibatkan disfungsi
seluler yang mengncam jiwa
ELIMINASI
1. Konstipasi
AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT
1. Gangguan mobilitas fisik
2. Intoleransi aktivitas
NEURO SENSORI
1. Konfusi akut
2. Konfusi kronis
3. Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial :
Gangguan mekanisme dinamika intracranial
dalam melakukan kompensasi terhadap stimulus
NYERI DAN KENYAMANAN
1. Nyeri akut/kronis
PSIKOLOGIS
1. Ansietas
PERILAKU
1. Defisit Perawatan Diri
LINGKUNGAN
1. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan
2. Hipertermia
3. Hipotermia
4. Risiko jatuh
5. Risiko Infeksi
6. Risiko Luka tekan

TATALAKSANA PASIEN DENGAN GANGGUAN


SISTEM RESPIRATORY Oleh
SUCTION DAN BRONCHIAL TOILET

Jl. Raya Surabaya – Malang Km 54, Desa Lemahbang Kec. Sukorejo – Pasuruan
Telp : 0343 – 6745000 | Email : sekretariat@sukorejo.rs-primahusada.com
www.rs-primahusada.com
1. Tindakan suction adalah tindakan keperawatan
yang dilakukan pada klien yang tidak mampu
mengeluarkan sekret atau lendir secara mandiri
dengan menggunakan alat pengisap.
2. Bronchial toilet adalah tindakan penghisapan
pada jalan nafas dengan menggunakan kateter
suction yg di masukkan melalui endotracheal tube
(ett) atau tracheal tube ke dalam faring sampai ke
trachea.

Indikasi suctioning
- Pasien dg obstruksi jalan nafas
- Pasien dengan reflek batuk lemah
- Pasien Dengan Alat Bantu Nafas
- Pasien Dengan Secret Yg Tertahan

Tujuan Suctioning
1. Airway Maintenance
2. Bronchial Toilet
3. Pengambilan Specimen Untuk Sampel
Laboratorium
4. Sebagai Bahan Evaluasi Sebelum Pemeriksaan
Radiologis
5. Untuk Mengetahui Kepatenan Dari Jalan Nafas

PRINSIP PELAKSANAAN
- Aseptik : dilakukan dengan bersih dan steril
- Asianotik / Hyperinflasi tidak menimbulkan
kerugian atau hiperventilasi
- Afektif : efektif dilakukan pada pasien yang
kooperatif
- Atraumatik : tidak menimbulkan trauma

Komplikasi
ICP – Atelektasis – Bradikardi/Aritmia – Ansietas -
Nyeri – Hipo/Hipertensi - Perdarahan Pulmonal –
Broncospasme – Respiratry Arrest – Apirasi –
Trauma Jalan Napas - Hipoksemia

Tekanan Suction
- Bayi : Wall Suction 60 - 80 mmHg. Portable
Suction 2 - 5 IncHg
- Anak - anak : Wall Suction 80 - 120 mmHg.
Portable Suction 3 - 10 IncHg
- Dewasa : Wall Suction 120 - 160 mmHg. Portable
Suction 7 - 15 IncHg

Ukuran Kateter Suction


Qs = Qa X 3 / 2
Qs = Fr Kateter
Qs = Ukuran diameter kateter suction
Qa = Diameter internal artificial airway dalam
millimeter
Bayi
6 Bulan 6 - 8 Fr
18 Bulan - 22 Bulan 8 - 10 Fr
24 Bulan - 7 Tahun 10 - 12 Fr
7 Tahun - 10 Tahun 12 Fr
Dewasa 12 – 16 F

Metode Suctioning

Jl. Raya Surabaya – Malang Km 54, Desa Lemahbang Kec. Sukorejo – Pasuruan
Telp : 0343 – 6745000 | Email : sekretariat@sukorejo.rs-primahusada.com
www.rs-primahusada.com
1. Suctioning Orofaringeal Airway (OPA) : adalah
tindakan suctioning yang bertujuan untuk
membebaskan jalan nafas melalui mulut. Metode
ini digunakan pada pasien tidak sadar yang
menggunakan orofaringeal tube, dg tujuan
memelihara jalan nafas, melindungi ett dari
gigitan dan memfasilitasi suctioning jalan nafas.
Kontra indikasi, tidak boleh diberikan pada pasien
trauma oral, pasien sadar ataupun semi sadar
karena dapat merangsang muntah dan, spasme
laring. Perawatan dengan oral hygiene
2. Suctioning Nasofaringeal Airway (NPA) :
adalah tindakan bersihan jalan nafas hidung dan
faring melalui pipa nasofaringeal. NPA adalah
salah satu airway adjuncts yg dapat dipakai pada
penderita beresiko obstuksi jalan nafas namun tidak
dapat memakai opa. Lebih bisa di toleransi
oleh penderita dengan kesadaran yg tidak terlalu
menurun. Mempunyai fungsi yg sama dg
OPA untuk mempertahankan ventilasi namun tidak
terlalu mencegah lidah jatuh kebelakang. Kontra
indikasi, tidak boleh diberikan pada penderita
dengan riwayat fx basis cranii.
3. Suctioning tracheostomy : adalah tindakan
suctioning yang dilakukan untuk mengeluarkan
secret atau sputum trachea pada penderita yang
telah dilakukan tindakan Tracheostomy. Prinsip
steril. Pengeluaran secret lebih mudah. Panjang
Tube 13 – 15 Cm
4. Suctioning Endotracheal Tube (ETT) : adalah
tindakan bersihan jalan nafas pada trahea dan
bronchus yang dilakukan pada penderita dengan
artificial airway ett, dg tujuan utama menjaga
kepatenan jalan nafas. Steril karena merupakan
tindakan infasif. Membutuhkan skill khusus
atau ahli. Proses suctioning lebih sulit. Panjang tube
30 cm

Macam-Macam Suction
1. Open suction system – oss
2. Close suction system – css

Perbedaan OTSS dan CTSS (Open Tracheal


Suction System dan Closed Tracheal Suction
System)
1. Open suction system – OSS : adalah teknik
penghisapan lendir dan sputum langsung pada
airway adjaust yang dilakukan menggunakan
kateter suction ataupun dengan melepaskan
sambungan ventilator terhadap artificial airway
pasien
Kelebihan OSS :
1. Manuver suction lebih bebas
2. Bisa di gunakan pada mulut, hidung dan
trachea
3. Koloni kuman lebih bisa di hindari
4. Biaya murah
Kekurangan OSS :
1. Penurunan spo2 saat suctioning lebih mudah
terjadi karena harus melepas sumber
oksigen

Jl. Raya Surabaya – Malang Km 54, Desa Lemahbang Kec. Sukorejo – Pasuruan
Telp : 0343 – 6745000 | Email : sekretariat@sukorejo.rs-primahusada.com
www.rs-primahusada.com
2. Kurang di rekomendasikan pada kasus-kasus
dengan gangguan paru ( alo,
hematothorax, pneumothorax dll)
3. Penyebaran kuman lebih memungkinkan
2. Close suction : adalah tehnik suction atau
penghisapan lendir atau sputum yang diterapkan
tanpa membuka konektor ventilator pada pasien
dengan ventilator.
Kelebihan
1. Karena tidak harus melepas koneksi dg ventilator
pemenuhan kebutuhan oksigen dari ventilator tetap
berjalan dengan baik.
2. Perubahan atau penurunan spo2 relative kecil
3. Kuman terlokalisir dalam area sirkuit close suction
kekurangan close suction
4. Safety terhadap perawat dan lingkungan pasien
indikasi
5. Penurunan spo2 2-3%
6. Smaller loss of peep and lung volume
7. Efisiensi alkes lain
Kekurangan
1. Kurang bisa melakukan maneuver saat tindakan
suction
2. Biaya mahal
3. Resiko ter-extubasi
4. Kolonisasi kuman
Kapan Suctioning
Setiap waktu
Berkala
prosedur
1. Persiapan lingkungan
2. Persiapan alat:
a. Tentukan kateter close suction sesuai ukuran
b. Sarung tangan on steril
c. Alkohol swab/ kassa
d. Cairan nacl 0,9%
e. Infus set
f. Wall sution atau suction portable siap pakai
g. Jackson ress
h. Sumber oksigen
3. Pesiapan pasien:
a. nform consent
b. penjelasan tujuan tindakan
c. Atur posisi pasien 30-450
4. Prosedur alat:
a. Pastikan nacl 0.9% sudah tersambung dengan
infus set dan menggantung pada standart infus
b. Buka kemasan kateter suction
c. Pasang kateter suction pada ett/tracheo canule
secara hati-hati
d. Sambungkan kembali dengan catheter mount
pada ventilator
e. Sambungkan infus set untuk flashing
5. Prosedur pelaksanaan:
a. Nyalakan mesin suction
b. Sambungkan suction konektor dengan pipa
penghisap
c. Putar isolating valve pada posisi terbuka
d. Buka kunci dari suction control
e. Masukkan kateter suction secara perlahan
f. Perhatikan batas nomer pada kateter suction

Jl. Raya Surabaya – Malang Km 54, Desa Lemahbang Kec. Sukorejo – Pasuruan
Telp : 0343 – 6745000 | Email : sekretariat@sukorejo.rs-primahusada.com
www.rs-primahusada.com
yang masuk/ ditandai reflek batuk
g. Tekan suction control sambil menarik kateter
secara perlahan dan tahan ett/trachea
canul --> (10-15 detik)
h. Tutup isolating control
i. Lakukan flashing kateter suction dengan cairan
nacl 0.9% dengan cara membuka roller
clamp pada slang pembilas, tekan suction control
hingga kateter terlihat bersih
j. Ulangi tindakan b-i jika diperlukan
k. Lepas slang penghisap dengan connector
suction
l. Swab ujung connector suction dg alcohol/kassa
dan tutup kembali
m. Bilas slang penghisap dengan cairan aquades
atau cairan bersih lain
n. Kaitkan separator dg aman
o. Rapikan pasien
p. Lepas sarung tangan
q. Hands rub 6 langkah
r. Catat produksi, konsistensi, warna dan bau
5. Laporkan jika ada gejala patologis
6. Proses flashing
7. Selalu perhatikan waktu. Evaluasi ketat sebelum,
saat dan setelah suctioning
membutuhkan tenaga yang kompeten
Terapi Inhalasi, Humidifikasi Dan Nebulizer
Pengertian terapi inhalasi : terapi dengan cara
menggunakan gas ( oksigen / udara ) dengan
ditambahkan obat - obatan yang disemprotkan ke
dalam udara inspirasi oleh neubulizer. Terapi
dengan inhalasi ini merupakan bagian dari
perawatan broncheal higiene.
Broncheal higiene terdiri dari :
1. Terapi bronchodilator
2. Terapi inhalasi dengan humidifikasi dan nebulizer
3. Fisioterapi dada:
- latihan nafas dalam
- postural drainage
- perkusi dada
- fibrasi dada
4. Suctioning secret/ penghisapan lendir dengan
tujuan terapi
- membantu terciptanya kondisi bronchial yang
normal pada penderita yang mengalami
gangguan aktifitas siliari ( ciliary activity ), dengan
produksi secret yang berlebihan atau
terlalu kental dan membantu mekanisme batuk.
Jenis terapi inhalasi
1. Humidifikasi
2. Nebulasi : memberikan uap air pada terapi
oksigen
pada pasien dengan nafas spontan, maupun
pasien yang menggunakan alat bantu nafas.
Tujuan humidifikasi
Melembabkan udara pernafasan yang dihirup oleh
penderita. Agar tidak terjadi kering dan
pengentalan sputum sehingga mengakibatkan
tersumbatnya jalan nafas.
Indikasi humidifikasi
1. Pada saat pasien mengunakan alat terapi oksigen

Jl. Raya Surabaya – Malang Km 54, Desa Lemahbang Kec. Sukorejo – Pasuruan
Telp : 0343 – 6745000 | Email : sekretariat@sukorejo.rs-primahusada.com
www.rs-primahusada.com
2. Penderita dengan jalan nafas buatan( memakai
endotracheal tube, canul tracheostomy ).
3. Pada saat pemakaian ventilator
4. Pada saat mengalami pembiusan di kamar
operasi
5. Penderita dengan sputum yang kental jika
humidifikasi tidak dilakukan udara kering yang
masuk saluran nafas dalam waktu beberapa jam
akan mengakibatkan gangguan fungsi yang
serius seperti :
a. Mukosa trachea jadi kering, dan mengalami
perlukaan
b. Pergerakan cilia terhambat dan aliran mucus
kering
c. Kompliance paru turun
c. Aktifitas surfactan turun
d. Resiko infeksi meningkat
e. Resiko terjadi atelektasis
Jenis Humidifikasi
1. Humidifikasi dingin : dengan menambah uap air
pada udara pernafasan misalnya cara “ buble
through“ pada terapi oksigen pada penderita yang
bernafas spontan.
2. Humidifikasi hangat : dengan pemanasan
didapatkan uap air yang lebih jenuh mencapai 100
% misalnya pada humidifikasi di respirator/ventilator
mekanik.

Pengertian Nebulizer : pelembaban dengan


membentuk aerosol ( kabut ), kabut butir - butir kecil
air dengan garis tengah antara 5 – 10 micron.
Tujuan Pemberian Nebulizer : untuk mengubah
vescositas secret pada jalan nafas dengan
memancarkan butir - butir aerosol, agar mucosilia
tidak kering atau tidak rusak sehingga dapat
mengeluarkan lendir dan debris pada saluran nafas.
Mengunakan obat obatan steroid, bronchodilator
dan mucolitik
Beberapa Obat Yang Biasa Dipakai
1. Nacl 0,9%, nacl 3%, pelarut
2. Ventolin (salbutamol), ekpektoran dan
bronchodilator
3. Flexotide (fluticasone), golongan kortikosteroid
4. Pulmicort ( budesonide), anti infamasi gol
kortikosteroid
5. Combivent dan farbivent (iphatroium bromide
+salbutamol), steroid dan bronchodilator
6. N-acetylcystein, mukolitik
Indikasi Pemberian Nebulizer
1. post ekstubasi
2. Penderita status asthmatikus
3. Laring edema.
4. Penderita dengan sputum yang kental.
5. Sebelum dilakukan fisioterapi nafas
6. Penderita dengan ventilator
Jenis - Jenis Nebulizer
1. Jet nebulizer : udara / gas menyemburkan butir
air sedemikian rupa sehingga pecah menjadi butir -
butir kecil.
2. Ultrasonic nebulizer : getaran ultrasonic
memecah air menjadi butir - butir kecil

Jl. Raya Surabaya – Malang Km 54, Desa Lemahbang Kec. Sukorejo – Pasuruan
Telp : 0343 – 6745000 | Email : sekretariat@sukorejo.rs-primahusada.com
www.rs-primahusada.com
kemudian didorong oleh gas / udara.

Mengetahui,
Pasuruan, 27 Mei 2022 Direktur RS Prima Husada Sukorejo
Pembuat Laporan,

dr. Ghuraba Adisurya, Sp.An.,


M.Ked.Klin

Lillo Palupi A, Amd.Kep

Jl. Raya Surabaya – Malang Km 54, Desa Lemahbang Kec. Sukorejo – Pasuruan
Telp : 0343 – 6745000 | Email : sekretariat@sukorejo.rs-primahusada.com
www.rs-primahusada.com

Anda mungkin juga menyukai