Anda di halaman 1dari 3

Sha'sha'ah, Sang Penyelamat Bayi Masa Jahiliyah

Sobih AW Adnan - Sahabat Nabi Muhammad 20/02/2020

Oase.id- Bangsa Arab memasuki zaman kegelapan. Keseharian mereka hanya


disibukkan dengan penyembahan terhadap berhala, juga berbuat kezaliman.
Atas kondisi inilah, masyarakat setempat lazim disebut bangsa jahiliyah. Tradisi yang
diberlakukan sebelum Islam datang, sebagian besar hanya berkiblat pada hawa nafsu
untuk saling unjuk kekuatan.

Di masa kekosongan dua risalah, yakni selepas dakwah Nabi Isa As menuju
kedatangan Rasulullah Muhammad Saw tersebut, salah satu kebiasaan buruk yang
kerap dilakukan beberapa kabilah Arab adalah menggugurkan dan juga membunuh
bayi-bayi mereka yang diketahui berjenis kelamin perempuan.

Tradisi yang memprihatinkan itu juga direkam dalam Alquran dalam surat At-Takwir
ayat 9;

"Karena dosa apa dia dibunuh dengan kejam."

Setidaknya, ada 3 alasan bagi sebagian masyarakat jahiliyah merawat tradisi barbar
tersebut. Pertama, para orang tua khawatir terjatuh dalam lembah kemiskinan dengan
menanggung biaya hidup anak-anak perempuan mereka. Apalagi, menurut mereka,
anak perempuan tidak produktif.

Mereka menyebut kaum perempuan hanya bisa, "Nashruha buka' wa birruha


sariqah. Pembelaannya hanya tangis, pengabdiannya hanya mencuri."

Dalih kedua, anak-anak dikhawatirkan jatuh dalam lembah kemiskinan jika mereka
hidup sampai dewasa.

Ketiga, takut menanggung aib ketika terjadi perang dan perempuan lazim menjadi
tawanan. Atau mereka terlampau takut dengan kasus pemerkosaan yang kian
merajalela, atau pun finah perzinahan dan perselingkuhan yang kerap mengguncang
rumah tangga.
Masyarakat jahiliyah sama sekali tak sadar, bahwa Allah Swt akan menjamin rezeki
bagi tiap-tiap makhluknya di bumi. Bab ekonomi melulu menjadi alasan utama.
Sementara aib perzinahan, tawanan perang, dan perselingkuhan hanyalah sebuat
tradisi yang bisa dilawan secara kolektif dan bersama-sama.

Mereka lebih memilih membunuh anak-anak perempuan mereka cuma karena malu
dan rasa khawatir berlebihan. Ekspresi mereka ini diabadikan dalam QS. An-Nahl: 58;

"Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan,
hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah."

Pengorbanan Sha'sha'ah

Lagi-lagi, tidak semua kabilah Arab menyepakati kebiasaan sesat tersebut. Hingga
kemudian, muncullah sosok bernama Sha'sha'ah bin Najiyah Al-Tamim. Pria yang
kelak memiliki cucu seorang penyair terkenal, Al-Farazdaq tersebut, tak segan-segan
berkeliling untuk menebusi setiap bayi yang hendak diekskusi seharga dua ekor unta
yang tengah hamil 10 bulan.

Angka itu, tentu terbilang sangat mahal di masanya.

Untungnya, Sha'sha'ah merupakan pemimpin kabilah Bani Tamim. Sebagian besar


harta yang dimilikinya dialokasikan untuk pembebasan bayi-bayi yang nyaris dibunuh
orang tuanya. Hingga memasuki masa risalah Nabi Muhammad Saw, Sha'sha'ah
berkata;

"Sampai saat Islam datang, aku telah menebus 300


bayi perempuan yang dikuburkan hidup-hidup."

Riwayat lain bahkan menyebutkan, Sha'sha'ah berhasil membebaskan 400 sampai


600 bayi selama hidupnya.
Masuk Islam

Pengangkatan Nabi Muhammad Saw sebagai Rasul menjadi kabar yang


menggembirakan sekaligus mencemaskan bagi Sha'sha'ah.

Membahagiakan, lantaran ia yakin betul bahwa ajaran yang disampaikan putra


Abdullah itu akan selaras dengan prinsipnya yang menentang segenap kezaliman.

Mencemaskan, karena secara keyakinan, Sha'sha'ah merasa belum benar-benar


menemui kemantapan.

Hingga di sekali waktu, Sha'sha'ah mendatangi Nabi Muhammad dan memintanya


melafalkan barang satu ayat.

Mendengar permintaan Sha'sha'ah, Rasulullah menghadiahinya 2 ayat, yakni QS. Al-


Zalzalah: 7-8;

"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan


melihat (balasan)nya (7). Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar
dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula (8)."

Mendengar ayat yang disampaikan Rasul, Sha'sha'ah terdiam. Sebelum kemudian dia
menarik napas lantas bilang;

"Cukuplah ayat ini bagiku sebagai peringatan dan aku tak peduli, sekalipun aku tidak
mendengarkan yang lainnya."

Rupanya, ayat ini menusuk batin Sha'sha'ah dengan begitu dalam. Sehingga ia
berpendapat, tak perlu menunggu peringatan lain agar ia menjadi bagian dalam
golongan beriman. Di hari itulah, kemudian tersiar kabar bahwa Sha'sha'ah telah
masuk Islam.

Anda mungkin juga menyukai