Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

REKAYASA LINGKUNGAN BANGUNAN PERTANIAN


ACARA IV
PENGUKURAN KONSENTRASI POLUSI DEBU DI UDARA DALAM
RUANG BANGUNAN PERTANIAN

Disusun Oleh :
Nama : Muhammad Haykal Fikri
NIM : 19/446810/TP/12613
GOL : 11
Co Ass : Ignatius Jovantheo

LABORATORIUM TEKNIK LINGKUNGAN BANGUNAN PERTANIAN


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bangunan pertanian adalah semua jenis bangunan dengan macam-macam
tipe dan strukturnya yang digunakan untuk proses produksi di bidang pertanian
yang meliputi bangunan untuk produksi tanaman pertanian, produksi ternak,
bangunan untuk penyimpanan dan bangunan pascapanen, bangunan untuk
menyimpan alat dan mesin pertanian, perbengkelan dan bangunan lainnya. Dalam
bangunan-bangunan tersebut, perlu diperhatikan beberapa aspek agar fungsi
bangunan tersebut sesuai dengan tujuan dibangun bangunan tersebut (Syahri dkk
2011). Salah satu aspek tersebut adalah kandungan polusi didalam bangunan.
Kandungan polusi diruang bangun pertanian sangat memengaruhi fungsi
dari bangunan pertanian karna polusi dapat mengganggu produk pertanian baik
hewani ataupun nabati. Oleh karna itu, dilakuaknnya praktikum ini dengan
harapan mahasiswa dapat mengetahui factor-faktor yang menyebabkan terjadinya
polusi dan cara mencegahnya.

1.2. Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum mengenai Pengukuran Konsentrasi Polusi
Debu di Udara dalam Ruang Bangunan Pertanian adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat polusi debu dalam ruangan bangunan pertanian dan
lingkungan
2. Untuk melakukan pengukuran serta analisis tingkat polusi debu pada berbagai
macam bangunan pertanian

1.3. Manfaat
Manfaat yang didapat dari praktikum ini adalah dapat mengetahui factor
yang menyebabkan terjadinya polusi diruang pertanian sehingga dapat pula
mengetahui cara pencegahannya agar fungsi bangun ruang pertanian tetap stabil.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bangunan pertanian adalah semua jenis bangunan dengan macam-macam tipe


dan strukturnya yang digunakan untuk proses produksi di bidang pertanian yang
meliputi bangunan untuk produksi tanaman pertanian, produksi ternak, bangunan
untuk penyimpanan dan bangunan pascapanen, bangunan untuk menyimpan alat dan
mesin pertanian, perbengkelan dan bangunan lainnya (Syahri dkk 2011). Syarat
dibuatnya bangunan pertanian adalah harus dapat mengatasi atau mengendalikan
pengaruh buruk dari dalam bangunan maupun dari lingkungan luar. Salah satu
pengaruh buruk diruang bangunan pertanian adalah polusi dan debu (Defriyadi S Y
2014).

Polusi partikel debu adalah jenis partikel yang dibawa oleh udara yang dapat
mengganggu kesehatan terutama pada saluran pernapasan. Partikel debu yang
terhirup akan masuk ke dalam paru-paru dan dapat mengiritasi saluran pernapasan
tergantung pada ukuran partikel tersebut (Hikmiyah A F 2018). Hal itu akan
mengganggu kesehatan dari hewan ternak seperti sapi. Polusi dan debu ruang
bangunan dapat dihasilkan dari gas-gas dalam ruang, pakan ternak, kotoran ternak
dan lainnya. Selain itu, peran suhu dan kelembapan juga sangat memengaruhi
kandungan polusi dan debu. Suhu dan kelembapan ruang bangun pertanian harus
sesuai dengan fungsi bangunan tersebut. Dimana semakin tinggi suhu maka
kandungan debu diudara juga semakin besar karna semakin tinggi suhu maka ruangan
semakin kering sehingga kadar debu diudara semakin tinggi karna debu yang tertiup
angin. Selain itu, semakin lembab suatu ruangan, maka semakin sedikit kandungan
debu diudara (Joko T dkk 2018). Oleh karna itu, penyesuain suhu dan kelembapan
harus dilakukan untuk mengurangi kandungan debu didalam ruang. Penyesuain suhu
dan kelembapan dapat dilakukan dengan pendinginan udara ruang dengan ventilasi
ataupun dengan mekanik (Rokhani 2009).

BAB III

METODOLOGI

3.1. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum mengenai Pengukuran Konsentrasi
Polusi Debu di Udara dalam Ruang Bangunan Pertanian adalah sebagai berikut:
1. Alat sampling udara
2. Kertas filter
3. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gr
4. Capit
5. LAB TLBP
6. LAB EMP
7. LAB FisHay

Sedangkan bahan yang digunakan adalah:

1. Udara dalam ruangan

3.2. Cara Kerja


Cara kerja yang dilakukan pada praktikum mengenai Pengukuran
Konsentrasi Polusi Debu di Udara dalam Ruang Bangunan Pertanian yaitu
langkah pertama Siapkan dan periksa sem ua peralatan yang dibutuhkan dan
pastikan kondisinya baik dan siap untuk digunakan dalam pengukuran. Kemudian
ambil kedua kertas filter kering tersebut dengan pinset dan timbang beratnya
sebagai Wi (filter yang akan dipasang pada alat) dan Bi (filter sebagai blanko) dan
usahakan kertas filter seminimal mungkin tersentuh tangan. Setelah itu pasang
satu buah kertas filter (Wi) dibagian holder/input udara pada peralatan pengukur
sampel udara SIBATAHV-500R dan satu buah kertas filter yang lain (filter
blanko,Bi) ditaruh ditempat yang aman disekitar alat penghisap debu. Selanjutnya
atur tinggi alat penghisap debu setinggi pernafasan manusia (±150cm) dsn arah
kanujung penghisap tersebut keruangan laboratorium yang akan diukur.
Kemudian atur dan catat lama waktu proses, yaitu 30 menit dan atur juga laju
aliran udara penghisap, kemudian jalankan peralatan penghisap. Setelah selesai
proses penghisapan, am bil kertas filter dari holder alat tersebut dan timbang
kembali beratnya (Wf) dan kertas filter blanko setelah pengukuran (Bf).
Kemudian hitung konsentrasi debu yang dihasilkan. Setelah itu, lakukan langkah-
langkah diatas untuk kondisi ruangan (lokasi) yang lainnya.

3.3. Cara Analisis Data


Cara analisis data yang dilakukan pada praktikum mengenai Pengukuran
Konsentrasi Polusi Debu di Udara dalam Ruang Bangunan Pertanian adalah
menghitung konsentrasi debu yang dihasilkan dengan cara sebagai berikut:
( Wf −Wi )−(Bf −Bi)
KB=
Qxt
Dengan:
KB = Konsentrasi debu (mg/m3)
Wf dan Wi = Berat kertas filter setelah dan sebelum pengukuran (mg)
Bf dan Bi = Berat kertas filter blanko setelah dan sebelum pengukuran
(mg)
Q = Laju aliran udara penghisapan (m3/jam)
t = Lama waktu penghisapan (jam)

3.4. Skema Alat


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Praktikum dan Pembahasan


Praktikum yang dilakukan mengenai Pengukuran Konsentrasi Polusi Debu
di Udara dalam Ruang Bangunan Pertanian menggunakan alat dan bahan yang
terdiri dari alat sampling udara, 2 kertas filter, timbangan, capit dan udara.
Praktikum dilakukan dengan cara membandingkan berat kertas filter setelah dan
sebelum pengukuran sehingga diperoleh hasil berat kertas filter sebelum dan
sesudah pengukuran dan dilakukan di tiga ruang berbeda yaitu LAB TLBP, LAB
FisHay dan LAB EMP. Selain itu, diketahui laju udara penghisapan dan lama
penghisapan yang kemudian diolah untuk mengukur konsentrasi debu seperti
pada cara analisis data. Hasil olah data tersebut sebagai berikut:
3
Laju aliran udara pengisapan (Q) 500 m /jam
Lama waktu pengisapan (t) 30 menit 0.5 jam
Table 4.1.1. Data Q dan t

Menggunakan Alat (g) Tanpa Sampler (g)


Lokasi KB (mg/m3)
Sebelum (Wi) Sesudah (Wf) Sebelum (Wi) Sesudah (Wf)
Lab TLBP 0.34 0.37 0.41 0.42 0.008
Lab FisHay 0.35 0.4 0.38 0.38 0.002
Lab EMP 0.4 0.43 0.43 0.44 0.008

Table 4.1.2. Data konsentrasi debu yang diperoleh dimasing-masing ruang

Berdasarkan Tabel 4.1.2, dapat diketahu bahwa konsentrasi debu (KB)


terbesar pada LAB EMP dan LAB TLBP sebesar 0.008 mg/m 3. Sedangkan
terendah pada LAB FisHay sebesar 0.002 mg/m3. Apabila mengacu pada Surat
Edaran Menteri Tenaga Kerja No. 1 Tahun 1997, debu akan mengganggu dan
berbahaya apabila konsentrasi debu sudah mencapai 10 mg/m3. Dengan demikian,
ketiga ruang tersebut masih tergolong memenuhi syarat.
Kandungan debu dalam ruang bangun pertanian diperoleh dari aktivitas
hasil pertanian ataupun peternakan. Seperti pada ruang penyimpanan dimama
hasil pertanian masih belum terlalu bersih sehingga meninggalkan kotoran
kotoran ataupun hasil pertanian masih belum kering sehingga lembab. Pada ruang
ternak seperti sapi, kotoran, pakan dan gas yang dihasilkan dapat meningkatkan
kandungan debu pada ruangan. Selain itu, keadaan ruangan seperti suhu dan
kelembapan juga dapat meningatkan kandungan debu. Dimana semakin tinggi
suhu maka kandungan debu diudara juga semakin besar karna semakin tinggi
suhu maka ruangan semakin kering sehingga kadar debu diudara semakin tinggi
karna debu yang tertiup angin. Selain itu, semakin lembab suatu ruangan, maka
semakin sedikit kandungan debu diudara. Kandungan debu tersebut sangat
berbahaya bagi saluran pernafasan.
Menurut Joko dkk (2018), untuk meminimalisir kandungan atau
konsentrasi debu perlu dilakukan penyesuaian suhu dan kelembapan di dalam
ruangan. Dimana suhu tidak boleh terlalu tinggi dan kelembapan ruangan harus
stabil. Untuk menyesuaikan suhu dan kelembapan dapat dilakukan dengan
pendingin udara ruangan ataupun ventilasi.

4.2. Contoh Perhitungan


Contoh perhitungan yang diambil adalah menghitung konsentrasi debu
pada LAB EMP sebagai berikut:
Diketahui:
Q = 500 m3/jam
t = 30 menit = 0,5 jam
wi = 0.4 mg
wf = 0.43 mg
bi = 0.43 mg
bf = 0.44 mg

maka:
( Wf −Wi )−(Bf −Bi)
KB=
Qxt
( 0.43−0.4 )− ( 0.44−0.43 ) mg
KB= 3
=0.008 mg/m3
m
500 x 0.5 jam
jam
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan yang telah dilakukan,
dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Tingkat polusi debu dalam ruangan dapat diketahui dengan alat sampling
udara dan 2 kertas filter dengan cara membandingkan berat kertas filter
setelah dan sebelum pengukuran sehingga diperoleh hasil berat kertas filter
sebelum.
2. Tingkat polusi debu dalam ruang LAB TLBP dan LAB EMP yang diperoleh
sebesar 0.008 mg/m3 sedangkan pada LAB FisHay sebesar 0.002 mg/m3

5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Defriyadi, S, Y. 2014. Pengendali Intensitas Cahaya, Suhu, dan Kelembapan Pada Rumah
Kaca dengan Metode PID. Skripsi. Universitas Bengkulu. Bengkulu.

Hikmiyah, A, F. 2018. Analisis Kadar Debu dan NO2 di Udara Ambien serta Keluhan
Pernapasan pada Pekerja Penyapu di Terminal Purabaya Kabupaten Sidoarjo. Jurnal
Kesehatan Lingkungan. Vol 10(2): 138-148.

Joko, T., Nurjazuli., & Nurhidayanti, N. 2018. Hubungan Paparan Debu dengan Kapasitas
Fungsi Paru pada Masyarakat Berisiko di Jalan Siliwangi – Walisongo Kota
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-journal). Vol 6(6): 251-258.

Rokhani, H. 2009. Pengendalian Anggota yang Terkait dalam Bangunan Pertanian. Modul
Departemen Teknik Mekanis dan Biosistem. Institut Pertanian Bogor.

Syahri, S, 1., Sari, M, A., Hasti, S., Novandy, V., & Bukit, M. 2011. Modul Farm Building
and Farm Structure. Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara.
LAMPIRAN

1. Jurnal terkait

Anda mungkin juga menyukai