Anda di halaman 1dari 10

Pembentangan Batas Tanah dan Pematanagn Lahan Asrama Haji

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT


( RKS )
URAIAN UMUM KEGIATAN

1.1 Nama Kegiatan adalah :


Pembentangan Batas Tanah dan Pematangan Lahan Asrama Haji
1.2 Pekerjaan dan Lokasi Kegiatan yang akan dilaksanakan adalah :
Jasa Konsultasi Perencanaan Review RAB Batas Tanah dan Pematangan Lahan Asrama Haji

1.3 Pekerjaan yang dilaksanakan meliputi sebagai berikut :


a. Mengikuti syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat pekerjaan
ini.
b. Pelaksanaan sesuai dengan gambar yang dilampirkan pada Rencana Kerja dan Syarat-syarat pekerjaan ini.
c. Ketentuan-ketentuan dan gambar-gambar yang diberikan oleh Direksi kepada Kontraktor pada waktu rapat penjelasan
pekerjaan / rapat Aanwijzing yang termuat dalam Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan / Risalah Aanwijzing.
d. Petunjuk-petunjuk atau saran-saran yang diberikan oleh Direksi pada waktu pekerjaan dilaksanakan.

Pasal - 1 : Rencana Kerja dan Syarat-syarat ( RKS ) dan Surat Perjanjian Pelaksanaan
1.1. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) bersifat saling melengkapi dan mengikat.
1.2. Dalam hal -hal yang bertentangan, maka yang berlaku adalah yang disebutkan dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS)

Pasal - 2 : Pendiri Bangunan ( Bouwheer ) dan Pengelola Proyek


2.1. Pendiri bangunan (bouwheer) adalah Pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum
dan Penataan Ruang Kota Tasikmalaya, yang diwakili oleh Ketua Panitia Kegiatan Pembentangan Batas
Tanah dan Pematangan Lahan Asrama Haji.
2.2. Penyelenggara pembangunan / pekerjaan adalah Ketua Panitia. Pembentangan Batas Tanah dan
Pematangan Lahan Asrama Haji.
2.3. Pengawasan teknis pekerjaan pelaksanaan konstruksi fisik dilakukan oleh Konsultan Pengawas yang akan
ditentukan kemudian.

Pasal - 4 : Syarat Umum Pembangunan


4.1. Sejauh tidak ada ketentuan lain di dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini, maka berlaku
Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Pembangunan di Indonesia atau Algemene Voorwarden Voor De
Uitvoering Bij Aaneming Van Openbare Werken (disingkat AV) yang disahkan oleh Pemerintah tanggal 28
Mei 1941 No. 9 Lembaran Negara nomor 14571 dan terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia yang diterbitkan
oleh Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Juni 1978 (disingkat SU-41).
4.2. Pihak Pelaksana dalam melaksanakan pekerjaan, harus pula mentaati peraturan-peraturan Pemerintah
dan peraturan Daerah setempat yang berlaku dan yang berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan
/pekerjaan, antara lain :
1. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 16 tahun 1994 dan Instruksi Presiden Republik Indonesia
No. 1 tahun 1988 jo No. 24/1995.
2. Surat Edaran bersama BAPPENAS dan Departemen Keuangan Republik Indonesia Nomor :
1342/D.IV/3/1993 SE-40/A/31/0493
Tanggal 1 April 1993 serta Keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum No.
295/KPTS/CK/1997 tanggal 1 April 1997.
3. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982) diterbitkan oleh DPMB.
4. Peraturan Konstruksi Kayu NI.5 (PKKI-1961).
5. Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI.2 (PBI-1971).
6. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL-1987).
7. Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang biasa dan Struktur Tembok Beton Bertulang
untuk Gedung tahun 1983 yang diterbitkan oleh DPMB.
8. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung tahun 1983.
9. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1981.
10. Peraturan Umum Instalasi Air (AVWI).
11. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir untuk Bangunan di Indonesia (PUIPP-1983).
12. Pedoman Plumbing Indonesia 1974.

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 1


Pembentangan Batas Tanah dan Pematanagn Lahan Asrama Haji

13. Standard Industri Indonesia (SII).


13. Peraturan Perubahan di Indonesia dan Peraturan Umum tentang Keselamatan Tenaga Kerja yang
dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia.
14. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/KPTS/1985.
15. Peraturan-peraturan Daerah setempat yang berlaku.

Pasal - 5 : Dokumen Pelaksanaan Pekerjaan dan Pemotretan


5.2. Pada umumnya gambar-gambar detail yang bersifat prinsip dibuat oleh Perencana, tetapi bila dianggap perlu
untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut, Pelaksana diharuskan pula membuat gambar kerja yang mendapat
persetujuan/pengesahan dari Pengawas Lapangan dan Pengelola Teknis Proyek
5.3. Jika terdapat perbedaan antara gambar-gambar dan syarat-syarat pelaksanaan pekerjaan, maka yang
berlaku adalah syarat-syarat pelaksanaan pekerjaan
5.4. Jika terdapat perbedaan antar gambar yang satu dengan lainnya, maka harus diturut gambar dengan skala
besar, detail, satu dan lain hal atas petunjuk Pengawas Lapangan setelah mendapat persetujuan dari
Pengelola Teknis Proyek
5.5. Jika selama pelaksanaan pekerjaan tersebut, terjadi perubahan-perubahan atas perintah pemberi tugas,
maka gambar-gambar revisi akan dibuat oleh Konsultan Perencana yang harus diserahkan pada waktu
Penyerahan ke 1 (satu) kepada pihak Proyek Selama pelaksanaan pekerjaan, pihak Pelaksana diwajibkan
membuat potret-potret yang menggambarkan kemajuan pekerjaan dan hal lain yang dipandang perlu/penting.
Cara pengambilan pemotretan harus ditetapkan pada satu titik pengambilan minimum 3 (tiga) kali pemotretan
pada keadaan sebesar 0%, 50%, dan 100%. Pelaksana diwajibkan mencetak photo-photo tersebut ukuran
kartu pos (Post Card) dalam rangkap 4 (empat),
Album tersebut harus diserahkan pada waktu dilakukan penyerahan PERTAMA pekerjaan tersebut berikut
film negatifnya. Jika Pelaksana tidak dapat melakukan pemotretan sendiri, maka pemotretan pekerjaan
tersebut dapat dilakukan oleh pihak lain dengan biaya Pelaksana mengingat hal ini penting untuk
Dokumentasi Proyek

Pasal - 6 : Pelaksanaan Lapangan, Penyerahan Pekerjaan dan Masa Pemeliharaan


6.1. Pelaksana harus menunjuk seorang pelaksana di lapangan yang cakap, ahli, berpengalaman dan
bertanggung jawab serta dapat mewakili Pelaksana dibidang pelaksanaan sehingga hasil-hasil pekerjaan
akan baik dan memuaskan. Dengan ditunjuknya pelaksana di lapangan, tanggung jawab terhadap semua
bagian pekerjaan yang dilaksanakan, tetap pada Pelaksana. Untuk itu harus dinyatakan dengan Surat Tugas
dari Pelaksana dengan tembusan kepada Ketua Panitia / Pelaksana Proyek dan Pengawas Lapangan. Ketua
Panitia Pengawas Lapangan dapat menolak pelaksana tersebut diatas, apabila pelaksana yang ditunjuk
ternyata kurang cakap, kurang ahli, kurang berpengalaman, kurang bertanggung jawab dalam melaksanakan
tugasnya, untuk hal ini maka pihak Pelaksana harus segera menunjuk gantinya yang memenuhi syarat
tersebut, demi kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
6.2. Pelaksana diwajibkan bekerja sama operasional (KSO) dengan Organisasi Masyarakat Setempat (OMS)
untuk melaksanakan sebagian pekerjaan, mendatangkan bahan baku/material yang dibutuhkan dan
menyertakan tenaga/pekerja yang diperlukan. Segala akibat yang timbul dari kerjasama operasional ini tidak
akan membebaskan Pelaksana dari semua tanggung jawab atau kewajibannya sesuai kontrak. Pelaksana
harus bertanggung jawab sepenuhnya atas tindakan-tindakan, kesalahan dan kelalaian Organisasi
Masyarakat Setempat (OMS) yang bekerja sama operasional (KSO), wakilnya, pembantunya atau
pekerjanya seakan-akan itu semua adalah tindakan kesalahan dan kelalaian Pelaksana wakilnya,
pembantunya atau pekerjanya. Penyerahan sebagian atau semua pekerjaan yang berdasarkan upah kerja,
borongan dan pembelian bahan telah termasuk dalam Kerja Sama Operasional (KSO) dengan Organisasi
Masyarakat Setempat (OMS).
6.3. Pelaksanaan pekerjaan harus sudah selesai dilaksanakan seluruhnya dan diserahkan untuk pertama kalinya
kepada pemberi tugas selambat-lambatnya dalam jangka waktu 90 (Sembilan Puluh) hari kalender dihitung
mulai dari Keputusan Penunjukan dan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan.
Apabila sekiranya akan terjadi kelambatan waktu Penyerahan Pertama, maka 2 (dua) minggu sebelumnya,
pihak Pelaksana harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Pemberi Tugas/Ketua Panitia
dengan alasan-alasan yang kuat/tepat yang menyebabkan kelambatan tersebut sebagai bahan pertimbangan
Ketua Panitia.
6.4. Masa Pemeliharaan selama 120 ( seratus dua puluh ) hari kalender setelah penyerahan pertama, pihak
Pelaksana berkewajiban menyempurnakan bagian pekerjaan yang kurang baik/cacat. Jika selama masa
pemeliharaan tersebut Pelaksana lalai didalam menjalankan kewajibannya dan telah diperingatkan secara
tertulis sampai 3 (tiga) kali berturut-turut, masih tetap juga lalai, maka Pemberi Tugas/Pengguna Anggaran
akan memerintahkan kepada Pihak Ketiga untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut atas beban
pihak kedua.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2
Pembentangan Batas Tanah dan Pematanagn Lahan Asrama Haji

6.5. Setelah pemeliharaan sebagaimana tersebut diatas berakhir dan pekerjaan sudah diserahkan untuk kedua
kalinya/terakhir, pihak Pelaksana masih terikat dan bertanggung jawab selama 10 (sepuluh) tahun terhadap
hal-hal yang dimaksud dalam ketentuan Pasal 1609 KUH Perdata.

Pasal - 7 : Rencana Kerja


7.1. Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, Pelaksana harus membuat Rencana Kerja (Work Planning) yang
disetujui oleh Pengawas Lapangan, kemudian diajukan selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah
Keputusan Penunjukan dan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) kepada Ketua Panitia.
7.2. Pelaksana harus mengusahakan bahwa dalam pelaksanaan pembangunan pekerjaan, sesuai dengan
rencana kerja diatas.
7.3. Sebelum melaksanakan pembangunan/pekerjaan, pihak Pelaksana berkewajiban meneliti semua
konstruksi/struktur dan bila terdapat kekeliruan/kesalahan yang sekiranya menurut anggapan Pelaksana
akan membahayakan, maka pihak Pelaksana harus segera memberitahukan secara tertulis kepada Ketua
Panitia untuk bahan pertimbangan penanggulangannya.

Pasal - 8: Laporan Harian, Mingguan dan Bulanan


8.1. Pelaksana lapangan setiap hari harus membuat Laporan Harian mengenai segala hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan/pekerjaan, baik teknis maupun administratif.
8.2. Dalam pembuatan laporan tersebut, pihak Pelaksana harus memberikan data-data yang diperlukan menurut
data dan keadaan sebenarnya.Pengawas Lapangan juga akan membuat Laporan Mingguan dan Laporan
Bulanan secara rutin.
8.3. Laporan-laporan tersebut diatas, harus diserahkan kepada Ketua Panitia untuk bahan monitoring. Semua
laporan-laporan dibuat dalam rangkap 5 (lima) dengan menggunakan format yang telah ditentukan.

Pasal - 9 : Kesejahteraan dan Keselamatan Kerja


9.1. Pelaksana berkewajiban menyediakan air minum yang bersih, sehat dan cukup ditempat pekerjaan untuk
para pekerja.
9.2. Pelaksana berkewajiban menyediakan kotak P3K di tempat pekerjaan.
9.3. Apabila terjadi kecelakaan, Pelaksana selekas mungkin memberitahukan kepada Pengawas Lapangan dan
mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan korban kecelakaan itu.
9.4. Sesuai dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja No.
30/KPTS/1984 dan Kep – 07/Men/1984 tanggal 27 Januari 1984 tentang pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 33 tahun 1977 bagi Tenaga Kerja Borongan Harian Lepas pada Kontraktor Induk maupun Sub
Kontraktor yang melaksanakan Proyek-Proyek Departemen,pekerjaan Umum pihak Pelaksana yang sedang
melaksanakan pembangunan/pekerjaan agar ikut serta dalam program JAMSOSTEK dan memberitahukan
secara tertulis kepadaKetua Panitia .

Pasal - 10 : Pembayaran Angsuran

10.1 Pembayaran jumlah harga borongan tersebut, akan dilakukan secara berangsur-angsur dan setiap kali
akan dilakukan pembayaran Pelaksana, Personalia Proyek akan membuat Berita Acara Pembayaran dengan
lampiran Berita Acara Kemajuan Pekerjaan dari Pengawas Lapangan dilampiri Back-up Data dan data
pendukung.
10.2 Besar serta prosedur pembayaran untuk angsuran, akan ditentukan kemudian dan dimuat dalam Surat
Perjanjian Pekerjaan Kerjasama

Pasal - 11 : Denda denda


11.1. Apabila Penyerahan pekerjaan untuk pertama kalinya tidak dilangsungkan pada waktu yang telah ditetapkan,
maka pihak Pelaksana dikenakan denda sebesar 1 0/00 (satu/mil) dari harga borongan untuk setiap harinya
setinggi-tingginya 5% (lima persen) dari harga borongan.
11.2. Apabila kelambatan yang terjadi mengakibatkan denda sebesar 5% (lima persen) dari harga borongan, maka
pihak Pelaksana Proyek dapat memutuskan Surat Perjanjian Kerja sama Pelaksanaan secara sepihak demi
kelancaran pelaksanaan pembangunan Proyek tersebut.
Pasal - 12 : Pekerjaan Tambah Kurang
12.1. Bila terdapat pekerjaan tambah/kurang, akan diperhitungkan kemudian dan harga satuan
pekerjaan/upah/bahan mengikuti harga satuan yang tercantum dalam penawaran Pelaksana yang menjadi
lampiran dalam Surat Perjanjian Kerja sama. Harga satuan tersebut, didalam pelaksanaan hanya mengikat
untuk pekerjaan tambah/kurang. harga satuan pekerjaan/upah/bahan tersebut akan ditentukan melalui
musyawarah antara pihak Pelaksana dengan Ketua Panita beserta Personalia Proyek .
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 3
Pembentangan Batas Tanah dan Pematanagn Lahan Asrama Haji

12.2. Setiap pekerjaan tambah/kurang, harus dinyatakan dengan Surat Perintah dari Ketua Panitia dan pihak
Pelaksana segera mengajukan perhitungan biayanya berdasarkan revisi gambar yang dibuat oleh Pengawas
Lapangan untuk mendapat persetujuan Ketua Panitia .
12.3 Pekerjaan tambah tidak dapat dipakai sebagai alasan merubah waktu penyelesaian pekerjaan, kecuali
atas persetujuan pihak Ketua Panitia secara tertulis.

Pasal - 13 : Kenaikan Harga dan Force Majeure


13.1. Selama pelaksanaan pekerjaan tersebut, tidak diadakan Claim kenaikan harga, kecuali jika
Pemerintah mengeluarkan peraturan yang mengatur masalah tersebut.
13.2. Apabila selama jangka waktu pelaksanaan, terjadi hal-hal yang dianggap Force Majure sehingga
mengakibatkan kerugian pihak Pelaksana, maka pihak Pelaksana wajib melaporkan kejadian tersebut untuk
meminta pertimbangan pihak Ketua Panitia dalam jangka waktu paling lambat 2 x 24 jam.
13.3. Yang termasuk Force Majeure antara lain akibat-akibat yang disebabkan perang/pemberontakan, banjir dan
bencana alam lainnya.
13.4. Yang tidak termasuk Force Majeure antara lain akibat-akibat yang disebabkan oleh Pelaksana sendiri karena
kelalaian/kecerobohan didalam pelaksanaan pekerjaan tersebut seperti : kebakaran, pencurian, keributan
buruh dan lain-lain, gempa dan angin dalam batas yang diperhitungkan hujan dan lain sebagainya.

Pasal - 14 : Ketentuan di Dalam Pelaksanaan


14.1. Jenis pekerjaan maupun volume yang tercantum di dalam Daftar Perincian Perhitungan Harga di dalam
pelaksanaan pekerjaan sifatnya tidak mengikat karena bukan Taawerk. Daftar Perincian tersebut, hanya
menjadi dasar untuk penelitian/penilaian dan pada waktu mengambil pembayaran angsuran nanti. Adapun
yang mengikat dalam pelaksanaan adalah :
14.2. Ketentuan dan syarat-syarat yang tercantum di dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini tetap mengikat
sejauh tidak ada perubahan.
14.3. Pelaksana yang ditunjuk untuk melaksanakan pekerjaan tersebut, sebelum melalui pelaksanaan
pekerjaan/bagian-bagian pekerjaan, diwajibkan untuk meneliti semua ketentuan konstruksi maupun struktur
yang tercantum di dalam Dokumen Pelaksanaan dan bila terdapat kesalahan/kekeliruan yang menurut
anggapan pihak Pelaksana akan membahayakan, maka pihak Pelaksana harus segera memberitahukan
secara tertulis dengan dilampiri pembuktiannya kepada Pengawas Lapangan untuk pertimbangan lebih
lanjut.Pelaksanaan pekerjaan/bagian pekerjaan tersebut, harus menunggu keputusanKetua Panitia.

Pasal - 15 : P e r s e l i s i h a n
15.1. Perselisihan yang bersifat teknis, akan diselesaikan oleh suatu Komisi Arbitrage yang orang-orangnya
ditunjuk oleh Ketua Panitia dan Pelaksana, yang ongkos-ongkosnya dipikul oleh Pelaksana.
15.2. Perselisihan antara Ketua Panitia dan Pelaksana yang tidak dapat diselesaikan dengan musyawarah, akan
diputuskan dengan Pasal 65 – A-V ayat 3, 4, 5 dan 8.
15.3. Apabila perselisihan sampai ke pengadilan, maka akan dipilih Pengadilan Negeri Kota Tasikmalaya.

Pasal - 16: R e s i k o
16.1. Jika hasil pekerjaan Pelaksana musnah dengan cara apapun sebelum diserahterimakan kepada Pemberi
Tugas, maka pihak Pelaksana bertanggung jawab sepenuhnya atas segala kerugian yang timbul, kecuali jika
Pemberi Tugas telah lalai untuk menerima hasil pekerjaan tersebut.
16.2. Jika hasil pekerjaan Pelaksana sebagian atau seluruhnya musnah diluar kesalahan kedua belah pihak
(akibat keadaan memaksa / Force Majeure ) sebelum pekerjaan diserahkan kepada Pemberi Tugas dan
Pemberi Tugas tidak lalai untuk menerima/menyetujui hasil pekerjaan tersebut, maka segala kerugian yang
timbul akibat keadaan itu akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak secara musyawarah dan
mufakat.
16.3. Jika hasil pekerjaan Pelaksana sebagian atau seluruhnya musnah disebabkan oleh suatu cacat tersembunyi
dalam strukturnya atau disebabkan oleh retaknya tanah, maka Pelaksana bertanggung jawab selama 10
(sepuluh) tahun terhitung sejak tanggal penyerahan hasil pekerjaan kepada Pemberi Tugas.
16.4. Jika hasil pekerjaan Pelaksana sebagian atau seluruhnya musnah disebabkan karena kesalahan dalam
bestek dan atau disebabkan karena berubahnya penggunaan/fungsi maka segala kerugian yang timbul
ditanggung oleh Pemberi Tugas.
16.5. Jika pada waktu pelaksanaan pekerjaan terjadi kemacetan-kemacetan yang diakibatkan tidak masuknya atau
tidak tersedianya bahan-bahan dan alat-alat karena semata-mata kesalahan Pelaksana, maka segala resiko
akibat kemacetan pekerjaan tersebut pada dasarnya menjadi tanggung jawab Pelaksana.
16.6. Segala persoalan dan tuntutan para tenaga kerja menjadi beban dan tanggung jawab sepenuhnya dari
Pelaksana, atau dengan kata lain bahwa Pelaksana membebaskan Pemberi Tugas dari segala tuntutan-

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 4


Pembentangan Batas Tanah dan Pematanagn Lahan Asrama Haji

tuntutan para tenaga kerja yang berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan ini baik di dalam maupun di luar
pengadilan.
16.7. Bilamana selama Pelaksana melaksanakan pekerjaan Pelaksanaan ini menimbulkan kerugian bagi
Pemberi Tugas (orang-orang yang tidak ada sangkut pautnya dalam perjanjian ini) maka segala kerugian
ditanggung sepenuhnya oleh Pelaksana.

Pasal - 17 : Ketentuan dan Syarat-syarat Bahan


Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini, maupun dalam Berita Acara
Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing), bahan-bahan yang akan dipergunakan maupun syarat-syarat yang tercantum
dalam A.V. dan Peraturan Umum Bahan Bangunan (PUBI-1982), serta ketentuan dan syarat bahan-bahan lainnya
yang berlaku di Indonesia.

Pasal - 18 : Pemeriksaan Bahan-bahan


18.1. Semua bahan-bahan yang diperlukan untuk bangunan/pekerjaan tersebut, Pelaksana terlebih dahulu harus
memberikan contoh-contoh kepada Pengawas Lapangan untuk mendapat persetujuan, sebelum bahan-
bahan tersebut didatangkan/dipakai. Bahan-bahan yang didatangkan di lapangan pekerjaan, harus sesuai
dengan contoh-contoh yang disetujui Pengawas Lapangan.
18.2. Bahan-bahan yang tidak sesuai/tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitas jelek yang dinyatakan
afkir/ditolak oleh Pengawas Lapangan, harus segera dikeluarkan dari lapangan pekerjaan selambat-
lambatnya dalam tempo 2 x 24 jam dan tidak boleh dipergunakan.
18.3. Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Pengawas Lapangan dan ternyata masih
dipergunakan oleh pelaksana, maka Pengawas Lapangan wajib memerintahkan pembongkaran kembali
kepada pelaksana/Pelaksana dimana segala kerugian yang disebabkan oleh pembongkaran tersebut
menjadi tanggungan Pelak sana sepenuhnya, di samping pihak Pelaksana tetap dikenakan denda menurut
pasal 20.3.
18.4. Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas dari bahan-bahan tersebut,
Pengawas Lapngan berhak meminta kepada pelaksana/Pelaksana untuk mengambil contoh-contoh dari
bahan-bahan tersebut dan memeriksanya ke Laboratorium Balai Penelitian Bahan-bahan milik Pemerintah
yang mana segala biaya pemeriksaan tersebut menjadi tanggungan Pelaksana.
18.4 Sebelum ada kepastian dari Laboratorium tersebut di atas tentang baik atau tidaknya kualitas dari bahan-
bahan tersebut, pelaksana/Pelaksana tidak diperkenankan melanjutkan pekerjaan-pekerjaan yang
menggunakan bahan-bahan tersebut.

Pasal – 19 : Penyimpanan Bahan-bahan


Penyimpanan bahan-bahan harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kelancaran pelaksanaan dan
bahan-bahan tersebut tidak rusak satu dan lain hal atas petunjuk/perintah Pengawas Lapangan.

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 5


Pembentangan Batas Tanah dan Pematanagn Lahan Asrama Haji

PENJELASAN
PERSYARATAN TEKNIS DAN BAHAN

BAGIAN – I
PERSYARATAN UMUM PELAKSANAAN

Pasal - 1 : Peraturan Teknis


1.1. Untuk pelaksanaan pekerjaan ini digunakan lembar-lembar ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan
seperti tercantum dibawah ini :
a. Peraturan Beton Bertulang Indonesia disingkat PBI – NI – 2 /1971;
b. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia disingkat PKKI – NI – 5/1961;
c. Peraturan Umum Instalasi Listrik, PUIL 1987;
d. Peraturan yang ditetapkan oleh PLN;
e. Peraturan yang ditetapkan oleh PDAM;
f. Peraturan Direktorat Jenderal Perawatan Departemen Tenaga Kerja tentang penggunaan Tenaga Kerja,
Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja;
g. Persyaratan Umum dari Dewan Teknik Pembangunan Indonesia disingkat DTPI 1980;
h. Pedoman Tata Cara Penyelenggaraan Pembangunan Bangunan Gedung Negara oleh Departemen
Pekerjaan Umum;
i. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983.
1.2. Jika ternyata pada rencana kerja dan syarat ini terdapat kelainan/penyimpangan dari peraturan-peraturan
sebagaimana dinyatakan didalam ayat 1 diatas, maka rencana kerja dan syarat ini bersifat mengikat.

Pasal - 2 : Pemakaian Ukuran


2.1. Pelaksana wajib memeriksa kebenaran dari ukuran-ukuran keseluruhan maupun bagian-bagiannya dan
segera memberitahukan pengawas tentang setiap perbedaan yang ditemukannya didalam rencana kerja dan
syarat dan gambar kerja maupun dalam pelaksanaan. Pelaksana baru diijinkan membetulkan kesalahan
gambar dan melaksanakannya setelah ada persetujuan tertulis dari Pengawas Lapangan.
2.2. Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan, didalamnya hal apapun menjadi tanggung
jawab, oleh karenanya pelaksana diwajibkan mengadakan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap
gambar-gambar dan dokumen yang ada.

Pasal - 3 : Informasi Site


Sebelum memulai pekerjaan, pelaksana harus benar-benar memahami kondisi/keadaan site atau hal-hal yang
mungkin akan mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan dan harus sudah memperhitungkan segala akibatnya.

Pasal - 4 : Kebersihan dan Ketertiban


4.1. Selama berlangsungnya pembangunan, kebersihan halaman, kantor, gudang, los kerja dan bagian dalam
bangunan yang dikerjakan harus tetap bersih dan tertib, bebas dari bahan bekas, tumpukan tanah dan lain-
lain.
4.2. Pelaksana sebaiknya membuatkan KM/WC untuk pekerja pada tempat-tempat tertentu yang disetujui oleh
Pengawas demi terjaminnya kebersihan dan kesehatan dalam proyek.
4.3. Para pekerja pelaksana tidak diperkenankan untuk :
a. Menginap di tempat pekerjaan kecuali dengan ijin pengawas;
b. Memasak di tempat bekerja kecuali dengan ijin pengawas;
c. Membawa masuk penjual makanan, minuman, rokok dan sebagainya ketempat pekerjaan.
4.4. Peraturan lain mengenai ketertiban akan dikeluarkan oleh pengawas pada waktu pelaksanaan.

Pasal - 5 : Pemeriksaan, Penyediaan Bahan dan Barang


5.1. Bila dalam RKS disebutkan nama dan pabrik pembuatan dari suatu bahan dan barang, maka hal ini
dimaksudkan untuk menentukan bahan dan barang yang digunakan.
5.2. Setiap penggantian nama dan pabrik pembuat suatu bahan dan barang harus disetujui oleh Perencana dan
bila tidak ditentukan dalam RKS dan gambar kerja maka bahan dan barang tersebut diusahakan dan
disediakan oleh pelaksana yang telah telah disetujui oleh Pemberi Tugas.
5.3 Contoh bahan dan barang yang akan digunakan dalam pekerjaan harus segera disediakan atas biaya
pelaksana, setelah disetujui Pemberi Tugas / Pengawas, harus dianggap bahwa bahan dan barang itu yang
akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan nanti.

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 6


Pembentangan Batas Tanah dan Pematanagn Lahan Asrama Haji

5.4. Contoh bahan dan barang tersebut disimpan oleh Pengawas atau Pemberi Tugas untuk dijadikan dasar
penolakan bila ternyata bahan dan barang yang dipakai tidak sesuai kualitas maupun sifatnya.

Pasal - 7 : Gambar Kerja ( Shop Drawing )


7.1. Jika terdapat kekurangan penjelasan-penjelasan dalam gambar kerja atau diperlukan gambar tambahan /
gambar detail atau untuk memungkinkan pelaksana melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai
dengan ketentuan, maka pelaksana harus membuat gambar tersebut dan dibuat rangkap 3 (tiga) gambar
tersebut atas biaya pelaksana.
7.2. Gambar kerja hanya dapat berubah apabila diperintahkan secara tertulis oleh Pemberi Tugas dengan
mengikuti penjelasan dan pertimbangan dari perencana.
7.3. Gambar tersebut harus diserahkan kepada pengawas untuk disetujui sebelum dilaksanakan.

Pasal - 8 : Gambar Sesuai Pelaksanaan ( Asbuilt Drawing )


8.1. Semua yang belum terdapat dalam gambar kerja baik karena penyimpangan, perubahan atas perintah
Pemberi Tugas/Pengawas, maka pelaksana harus membuat gambar-gambar yang sesuai dengan apa yang
telah dilaksanakan, yang jelas memperlihatkan perbedaan antara gambar kerja dan pekerjaan yang
dilaksanakan.
8.2. Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) berikut aslinya (gambar asli) yang biaya
pembuatannya ditanggung pelaksana.

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 7


Pembentangan Batas Tanah dan Pematanagn Lahan Asrama Haji

PERSYARATAN PEKERJAAN PERSIAPAN


Pasal - 1 : Peralatan Kerja dan Mobilisasi
1.1. Pelaksana harus menyiapkan dan mengadakan peralatan-peralatan kerja dan peralatan bantu yang akan
digunakan di lokasi Proyek sesuai dengan lingkup pekerjaan serta memperhitungkan segala biaya
pengangkutannya.
1.2. Bila pekerjaan telah sesuai, pelaksana diwajibkan untuk segera menyingkirkan alat-alat tersebut,
memperbaiki kerusakan yang diakibatkannya dan membersihkan bekas-bekasnya.
1.3. Disamping harus menyediakan alat-alat yang diperlukan seperti dimaksud pada ayat 1, pelaksana harus
menyediakan alat-alat bantu sehingga dapat bekerja pada kondisi apapun seperti tenda-tenda untuk bekerja
pada waktu hari hujan, perancah (scafolding) pada sisi luar bangunan atau tempat lain yang memerlukan,
serta peralatan lainnya.

Pasal - 2 : Pembongkaran
2.1 Pelaksana harus memperhitungkan biaya pembongkaran bangunan kantor dan bangunan penunjang yang
ada saat ini. Termasuk dalam pekerjaan bongkaran ini adalah pembersihan dan pembuangan ke luar lokasi.
2.2. Bila disyaratkan bahwa hasil bongkaran harus dapat dimanfaatkan, maka berarti pelaksana harus melakukan
pembongkaran dan melaksanakan penjualannya atau dalam kata lain pelaksana dianggap membeli hasil
bongkaran tersebut. Dalam hal ini pelaksana harus mengajukan penawaran pembelian hasil bongkaran, dan
jumlah penawaran tersebut merupakan unsur pengurangan terhadap harga penawaran keseluruhan yang
diajukan.
2.3 Pelaksana bertanggung jawab atas pemindahan dan penutupan sementara instalasi seperti telepon, listrik,
saluran air dan lain-lain, yang disebabkan oleh pembongkaran ini atas biaya sendiri.

Pasal - 3 : Pengukuran
Pelaksana harus sudah memperhitungkan biaya untuk penelitian ukuran tata letak atau ketinggian bangunan
(bouwplank), termasuk penyediaan “Bench Mark atau Line Offset Mark” pada lantai bangunan.

Pasal - 4 : Sarana Air Kerja dan Penerangan


4.1. Untuk kepentingan pelaksanaan pekerjaan selama Proyek berlangsung pelaksana harus
memperhitungkan biaya penyediaan air bersih untuk keperluan air kerja, air minum untuk pekerja dan air
KM/WC, selama berlangsungnya Proyek.
4.2. Air yang dimaksud adalah air bersih, baik yang berasal dari PAM atau sumber air, serta pengadaan dan
pemasangan pipa distribusi air tersebut bagi keperluan pelaksanaan pekerjaan dan untuk keperluan kantor
pelaksana, KM/WC atau tempat-tempat lain yang dianggap perlu.
4.3. Pelaksanaan juga harus menyediakan sumber tenaga listrik untuk semua keperluan pelaksanaan
pekerjaan.
4.4. Pengadaan penerangan dapat diperoleh dari sambungan PLN atau Generator Set dan semua perijinan untuk
pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab pelaksana.

Pasal - 5 : Keamanan Proyek


5.1. Pelaksana harus menjamin keamanan Proyek baik untuk barang-barang pelaksana atau pengawas serta
menjaga keutuhan bangunan-bangunan yang ada dari gangguan pekerja pelaksana ataupun kerusakan
akibat pelaksana pekerja.
5.2. Pelaksana harus menempatkan petugas-petugas keamanan selama 24 jam penuh setiap hari dan harus
selalu mengadakan pemeriksaan pengamanan setiap hari setelah selesai pekerjaan.

Pasal - 6 : Kantor dan Gudang Pelaksana (apabila ada)


6.1. Pelaksana harus membuat kantor di lokasi Proyek untuk tempat wakil dan seluruh stafnya bekerja, dilengkapi
dengan peralatan kantor yang dibutuhkan.
6.2. Pelaksana juga harus menyediakan gudang dengan luas yang cukup untuk menyimpan bahan-bahan
bangunan dan peralatan-peralatan agar terhindar dari gangguan cuaca dan pencuri.

Pasal - 7 : Keselamatan Kerja


7.1. Pelaksana harus menjamin keselamatan para pekerja sesuai dengan persyaratan yang ditentukan dalam
peraturan perburuhan atau persyaratan yang diwajibkan untuk setiap bidang pekerjaan.
7.2. Di dalam lokasi harus tersedia kotak obat lengkap untuk pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK).

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 8


Pembentangan Batas Tanah dan Pematanagn Lahan Asrama Haji

Pasal - 8 : Ijin-ijin
8.1. Pelaksana harus mengurus dan memperhitungkan biaya untuk pembuatan ijin-ijin yang diperlukan dan
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan antara lain, ijin mendirikan bangunan (IMB), ijin pengambilan
material, ijin pembuangan, ijin trayek dan pemakaian jalan, ijin penggunaan bangunan serta ijin-ijin lain yang
diperlukan sesuai dengan ketentuan/peraturan daerah setempat.
8.2. Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan oleh hal tersebut dalam ayat 1 diatas menjadi
tanggung jawab pelaksana.

Pasal - 9 : Dokumentasi
9.1. Pelaksana harus memperhitungkan biaya pembuatan dokumentasi serta pengiriman ke kantor Ketua Panitia
serta pihak-pihak lain yang diperlukan.
9.2. Yang dimaksud dalam pekerjaan dokumentasi ialah :
- Laporan-laporan perkembangan Proyek Foto-fotoProyek , berwarna minimal ukuran postcard dilengkapi
dengan album.
- Surat-surat dan dokumen lainnya.
9.3. Foto-foto yang menggambarkan kemajuan Proyek hendaknya dilakukan sesuai dengan petunjuk pengawas
dan dibuat dalam peristiwa-peristiwa yaitu :
- Sebelum pekerjaan dimulai;
- Pada saat bongkaran dimulai;
- Pada saat penulangan dan pengecoran;
- Pada saat pelaksanaan konstruksi atap dan pemasangan atap;
- Setelah dinding dan kusen terpasang;
- Pada saat pemasangan dan selesainya pekerjaan plafond;
- Setelah pekerjaan seluruhnya selesai dan siap untuk diserahkan pada penyerahan pertama.

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 9


Pembentangan Batas Tanah dan Pematanagn Lahan Asrama Haji

SYARAT-SYARAT TEKNIS STRUKTUR DAN ARSITEKTUR

I. Pekerjaan Tanah

Pasal - 1 : Ketentuan Umum


1.1. Sebelum melakukan pelaksanaan pekerjaan tanah, pelaksana harus membersihkan daerah yagn akan
dikerjakan dari sisa-sisa bangunan, akar pohon amaupun semak-semak serta segala perintang yang ada
dalam daerah/areal kerja.
1.2. Pelaksana harus menjamin terjaganya keutuhan barang, benda ataupun bangunan yang sudah selesai
dikerjakan dari segala macam kerusakan dan berhati-hati untuk tidak mengganggu patok ukur atau tanda-
tanda yang lain.
1.3. Pelaksana harus melakukan pengukuran dan pematokan terlebih dahulu serta ijin untuk memenuhi
pekerjaan.

Pasal - 2 : Lingkup Pekerjaan


Meliputi pekerjaan persiapan, , galian (cut) dan timbunan (fill) serta pemadatan untuk Penyediaan Lahan bangunan
dan sekitar bangunan sesuai peil atau elevasi yang telah ditentukan.

Pasal - 3 : Pekerjaan Galian


3.1. Semua galian harus mencapai kedalaman yang diisyaratkan dalam gambar rencana.
3.2. Lebar dasar galian untuk pondasi harus mempunyai lebar minimum 20 cm lebih lebar dari dasar pondasi
dengan tebing galian yang cukup landai sehingga tidak mudah longsor.
3.3. Pelaksana harus merawat tebing galian dan menghindari dari kelongsoran. Untuk itu pelaksana harus
membuat penyangga atau penahan tanah yang diperlukan selama masa penggalian karena stabilitas dai
permukaan tanah selama penggalian merupakan tanggung jawab pelaksana.
3.4. Pada saat penggalian, pipa-pipa drainase, air bersih dan kabel-kabel yang masih berfungsi harus diamankan
dan dijaga agar jangan sampai rusak atau cacat.
3.5. Apabila terjadi kerusakan-kerusakan pada barang-barang di atas, maka pelaksana harus segera
memberitahukan kepada pengawas dan pihak yang berwenang untuk segera mengganti semua kerusakan-
kerusakan terseut atas biaya sendiri.
3.6. Semua galian harus diperiksa terlebih dahulu oleh pengawas sebelum pelaksanaan pekerjaan selanjutnya,
pelakana harus mendapat ijin atau persetujuan tertulis dari pengawas.

Pasal - 4 : Pekerjaan Pengurugan dan Pemadatan


4.1. Pelaksana harus mengajukan contoh bahan pengisi yang akan digunakan untuk disetujui oleh pengawas.
Bahan pengisi untuk daerah perkerasan dapat diambil dari lapangan atau dari luar lapangan dan merupakan
tanah yang bebas dari segala bentuk kotoran yang besarnya lebih dari 1 cm.
4.2. Penghamparan dan pemadatan harus dilaksanakan secara lapis per lapis dengan tebal hamparan
maksimum 30 cm kemudian dipadatkan.
4.3. Lapisan tanah/Sirtu urug harus dipadatkan sampai mencapai 95% dari kepadatan kering maksimal.
4.4. Pelaksana bertanggung jawab atas stabilitas timbunan tanah dan pelaksana harus mengganti bangunan-
bangunan yang rusak akibat dari kesalahan dan kelalaian pelaksana atau akibat dari aliran air.

II . Penutup
Segala sesuatu yang belum tercantum di dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini, akan ditentukan kemudian.

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 10

Anda mungkin juga menyukai