Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

“Korban Dalam Persfektif Yahudi dan Islam”


Diajukan untuk Memenuhi Tugas UAS
Dosen Pengampu : Dr. Roma Ulinnuha, M.Hum

DISUSUN OLEH:
RIZAL HEMA SAPRUDIN
NIM:
(14520040)

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2016
PENDAHULUAN
Dalam Agama Islam, Qurban adalah bagian dari Syariat Islam yang sudah ada semenjak
manusia ada. Ketika putra-putra nabi Adam as. diperintahkan berqurban. Maka Allah Swt,
menerima qurban yang baik dan diiringi ketakwaan dan menolak qurban yang buruk. Allah
Swt berfirman:
          
            



Artinya: “Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya,
ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan
tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". berkata Habil:
"Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa".(Q.S Al-Maidah:27)
Qurban lain yang diceritakan dalam Al-Qur’an adalah qurban keluarga Ibrahim as., saat
beliau diperintahkan Allah Swt. untuk mengurbankan anaknya, Ismail as.. Disebutkan dalam
surat As-Shaaffaat 102: “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha
bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam
mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai
bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang sabar". Kemudian qurban ditetapkan oleh Rasulullah Saw.
sebagai bagian dari Syariah Islam, syiar dan ibadah kepada Allah Swt. sebagai rasa syukur
atas ni’mat kehidupan.
Sedangkan dalam agama Yahudi korban lebih ditujukan untuk penebusan dosa, yaitu dengan
menyajikan atau mempersembahkan sesuatu yang dianggap sah untuk dijadikan korban,
seperti halnya domba.
Tulisan ini membahas masalah bagaimana persfektif kurban menurut yahudi dan islam dan
hewan apa saja yang dipakai kurban kedua agama tersebut?

PEMBAHASAN

2
Ibadah Korban adalah suatu ibadah yang sangat universal, seluruh agama di muka bumi
mengenal dan merayakan ibadah ini. Dalam agama Hindu korban dimaksudkan
untuk menyenangkan hati para dewa dalam rangka memperoleh keberuntungan dari
mereka. Dalam agama Kristen istilah korban juga sangat populer dan menjadi landasan
dogma theologis mereka. Maksud dan tujuannya adalah sebagai penebus dosa hanya saja bila
dalam syari’at Yahudi yang melakukan pengorbanan adalah pihak manusia yakni dengan
memotong hewan ternak maka dalam agama Kristen yang melakukan pengorbanan adalah
dari pihak Tuhan itu sendiri, dengan mengutus Anak-Nya yang Tunggal sebagai pihak yang
dikorbankan sama seperti anak domba yang dijadikan korban penebusan dosa. Sedangkan
Korban dalam Islam bukan untuk penebusan dosa terlebih lagi untuk membujuk Tuhan
supaya mengakhiri permusuhan dengan manusia melainkan mkna dari korban itu sendiri yaitu
ketaqwaan kepada Allah SWT. Sedang dalam agama Yahudi korban lebih ditujukan untuk
penebusan dosa.  Binatang yang dikorbankan adalah lembu sapi atau kambing domba
(Im 1:2), bila seorang Imam melakukan kesalahan maka wajiblah ia mempersembahkan
lembu jantan muda sebagai penebus dosanya (Im 4:2) hal yang demikian juga berlaku bila
yang bersalah adalah Jama’at Israel (Im 4:14) yang membedakan hanyalah tata cara ritualnya
saja. Bila seorang pemuka yang melakukan kesalahan maka yang harus ia persembahkan
adalah seekor kambing jantan (Im 4:23), bila yang melakukan kesalahan itu seorang rakyat
jelata maka persembahannya adalah seekor kambing betina (Im 4:28).
Korban adalah salah satu upacara ibadah Yahudi yang amat penting. Tetapi keterangan
mengenai Korban yang diberikan oleh imam Yahudi, tidak bercorak theologis. Mereka
mengutamakan bagaimana korban itu dilaksanakan, bukan untuk apa-apa. Dalam korban,
sebenarnya orang-orang yahudi lebih terpengaruh oleh kepercayaan suku-suku yang tinggal
diwilayah sekitarnya, tapi suatu kesulitan juga untuk mengambil mana yang diambil dari luar
dan mana yang asli dari mereka. Suatu hal lagi ialah korban ini tentu telah berlaku sepanjang
sejarah Israel. Melalui sejarah yang panjang itu, tentu melalui perubahan-perubahan,
kesulitannya adalah mencari perbedaan antara mana yang korban nenek moyang, korban
zaman raja-raja, yang memiliki bentuk dan tujuan yang berbeda-beda. Juga pada korban yang
berasal dari masa sesudah pembuangan, dsb. Suatu perbandingan korban yang terjadi
dikalangan bangsa-bangsa Israel akan memberikan pengertian yang khusus dan murni tentang
korban yahudi ini.1
Dalam masyarakat kuno, anggapan orang kafir tentang korban berhubungan dengan anggapan
antropomorfisme tentang dewa. Antara manusia dengan dewa ada hubungan kekeluargaan
1
Burhanudin Daya, Agama Yahudi (Yogyakarta :PT. Bagus Arafah, 1982) hlm. 176.

3
dan hubungan persamaan, sehingga para dewa menyerupai manusia. Lebih dari itu para dewa
memerlukan manusia, terutama korban mereka. Dalam perjanjian lama juga terdapat cerita
tentang korban, bahwa Yehovah (baca:YHWH) mencium bau yang menyenagkan.
Maksudnya adalah meramahi Yehovah. Dalam kitab Imamat terdapat beberapa kali korban
api-apian yang baunya menyenangkan Yehovah. Korban pemberian merupakan korban yang
dimaksudkan untuk memelihara persekutuan dengan Dia, untuk memberikan persembahan
sebagaimana yang dilakukan orang terhadap raja dan mewujudkan rasa bakti dan khidmat.
Tetapi manusia tidak dapat memakai Yehovah berbuat sesuatu untuk kepentingan manusia,
walaupun sudah dipersembahakan korban untuk Dia. Dalam Al-Kitab juga tidak ada
keterangan bahwa Yehovah tergantung dengan manusia.2
Jika di perhatikan dalam Al-Quran, maka korban tertua dapat dikatakan korban yang
dilakukan oleh dua orang anak adam atas susurhan Adam. Korban ini dilakukan oleh Qabil
dan Habil. Dari kedua korban ini hanya satu yang diterima oleh Tuhan. Sedangkan yang satu
di tolak karena tidak terdapat keikhlasan dari pelaksanaanya. Kepada orang islam telah di
anjurkan supaya berkorban. Tapi dasar ibadah korban Islam bukan adam, melainkan langsung
mengikuti syariat Ibrahim As yang mengorbankan putranya, Ismail As karena ketaatannya
kepada Allah. Dan juga sasaran korban bukan darah dan daging hewan sembelihan melainkan
ketaqwaan seorang hamba.
Seperti halnya Al-Quran, maka Perjanjian Lama juga menyebutkan korban yang dilakukan
oleh Qabil dan Habil ini. Maka seterusnya dapat di catat korban yang dilakukan oleh kaum
Yahudi dan dengan itu dapat di harapkan akan dapat pula diketahui perbedaan antara korban
yang dilakukan oleh Yahudi dengan yang bukan Yahudi.
Jika dibedakan adal beberapa bentuk korban dikalangan umat yahudi, dapat di bedakan
menjadi tiga bagian yaitu: korban perdamaian, korban pemujaan, dan korban lain-lain.3
a) Korban perdamaian ialah korban yang dilakukan dengan tujuan untuk meminta
perdamaian bagi dosa-dosa, dosa yang tidak di sengaja. Korban ini terdiri atas:
1. Korban Pengahapusan Dosa, yaitu korban yang dipersembahkan pada hari
perdamaian besar untuk menebus dosa para iman dan segenap bangsa Israel.
Binatang yang hendak dikorbankan tergantung pada kedudukan yang
mengorbankan. Upacara dilakukan dengan menyapukan darah binatang yang
dikorbankan ke tanduk-tanduk mezbah dan sisanya dituangkan ke kaki mezabah.

2
Burhanudin Daya, Agama Yahudi (Yogyakarta :PT. Bagus Arafah, 1982) hlm. 177.
3
Burhanudin Daya, Agama Yahudi (Yogyakarta :PT. Bagus Arafah, 1982) hlm. 178-180.

4
Sisa binatang korban itu dibakar diluar tempat, dan melambangkan dosa telah
dijatuhkan.
Sebelum binatang korban itu dibuh, orang yang berkorban harus meletakan kedua
tangannya diatas biantang korban tersebut, sebagai simbol penyerahan dosa pada
bintang korban tersebut. Dan imam yang membakar binatang korban harus
membersihkan diri dan pakaiannya sesudah upacara tersebut berlangsung, karena
ia telah terkena dosa.
2. Korban Penebusan Dosa, mirip seperti korban penghapusan dosa, hanya saja
korban ini dilakukan oleh pencuri setelah mencuri, dan pencurian dilakukan
dengan mengambil barang sesama manusia, atau tidak memenuhi syarat pada
Yehovah, atau tidak membayar iuran kepada imam.
b) Korban Pemujaan
Terdiri atas:
1. Korban Bakaran, ketika melaksanakan korban ini, orang yang berkorban harus
meletakan tangannya diatas kepala korban sebagai tanda bahwa ia menyerahkan
diri pada Yehovah, dan sebagai gantinya binatang itu dibakar. Kemudian ia
memotongnya dan mengirimkan darahnya ke sekeliling mezbah sebagai lambang
penyerahan diri seluruhnya pada Yehovah. Korban ini dilakukan tiap pagi dan
malam, sehingga korban ini disebut sebaagai korban tetap.
2. Korban Keselamatan, caranya sama dengan mempersembahkan korban bakaran,
tapi yang dibakar hanya lemaknya. Bagian dada dan bahunya diberikan pada
imam, sisa dagingnya dimakan oleh anggota keluarga dan kawan-kawannya
dalam suatu penjamuan sebagai lambang persekutuan dengan Yehovah. Korban
keselamatan ini juga dapat berupa korban puji-pujian, dan nadzar, serta korban
suka rela yang dilakukan suka rela tanpa didorong janji.
3. Korban Sajian, korban ini terdiri atas tepung terbaik dicampur minyak, beberapa
roti yang tak berragi. Biasanya dipersembahkan pada korban bakaran dan korban
sembelihan sebagai lambang persembahan hasil bumi pada Yehovah.
c) Korban lain-lain
Di samping korban-korban di atas, masih tedapat korban-korban lain seperti:
1. Korban Perjanjian, dipersembahakan ketika mengadakan perjanjian di gurun Sinai.
Korban ini berupa korban bakaran dan korban sukur, berupa lembu jantan yang
muda.

5
2. Korban Pelantikan Imam, yaitu korban yang dilakukan ketika pelantikan iman,
dengan cara: cuping telingan kanan dan ibu jari tangan kanan, serta kuku kaki
kanan diperciki darah domba yang akan dikorbankan. Ini melambangkan bahwa
seluruh tubuhnya adalah kepunyaan Yehovah
3. Korban Cemburan, adalah korban yang dilakukan oleh laki-laki yang menuduh
istrinya berzina atau berkhianat. Pada upacara persembahan korban ini, perempuan
yang dituduh harus meminum air sumpah dan dengan pengadilan Yehovah, dapat
ditentukan ia bersalah atau tidak.
4. Korban Pembunuhan, ialah korban yang dilakukan oleh para tetua dari suatu
tempat yang terdekat dari tempat orang terbunuh, sedang yang membunuhnya
tidak diketahui sama sekali.

Sedangkan dalam Islam Korban/ Kurban berasal dari bahasa Arab al-qurbanu. Dalam kitab
Taju Al-Arusy min Jawahiri Al-Qamus disebutkan bahwa Al- Qurbanu, dengan huruf qaf
yang dibaca dhammah berarti sesuatu yang dipakai untuk mendaktkan diri kepada Allah. Al-
Laits mengatakan bahwa al-qurban adalah sesuatu yang engkau gunakan untuk mendekatkan
diri kepada Allah demi meraih kedekatan wasilah.
Abu Na’im Al-asbihani di dalam kitab Dala’ilu An-Nubuwah meneyebutkan sebuah atsar
dari Wahab bin Munabbih bahwa gambaran umat Islam di dalam taurat adalah, “Kurban
mereka dengan darah mereka.” Artinya, umat islam mendekatkan diri kepada Allah dengan
menumpahkan darah dalam berjihad. Didalam sebuah hadis yang dihukumi dhaif oleh Al-
Albani juga disebutkan bahwa shalat adalah kurban setiap orang yang bertakwa. Artinya,
orang yang bertakwa mendekatkan diri mereka kepada Allah lewat shalat. Mereka
mengaharap kedekatan dengan Allah melalui shalat.4
Nama lain dari kurban adalah (1) udhiyah atau uddhiyah, (2) idhiyah atau idhiyyah,
jamaknya adhahi, (3) dhahiyah, jamaknya dhahaya, dan (4) adhah, jamaknya adha. Untuk
itulah hari raya kurban di sebut dengan yaumul-adha atau Idul Adha. Syaikh athiya saqar di
dalam Fatawa Al-Azhar mengatakan bahwa sembelihan pada hari raya idul kurban dinamakan
udhiyah karena disembelih pada waktu dhuha.
Kurban secara bahasa ialah sesuatu yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Adapun secara syara’, qurban atau dhahiyah adalah nama hewan unta, sapi, atau kambing
yang disembelih pada hari raya Idul Adha dan pada tiga hari tasyriq sebagai bentuk
mendekatkan diri kepada Allah.

4
Ali Gufron, Tuntunan Berkurban & Penyembelihan Hewan (Jakarta: AMZAH, 2011) hlm.3.

6
Jadi berkurban berarti menyembelih hewan unta, sapi atau kambing pada hari raya Idul
Adha dan pada tiga hari tasyriq sebagai bentuk mendekatkan diri kepada Allah. Apabila pada
hari raya Idul Adha yang disembelih bukan hewan tersebut maka tidak disebut dengan
kurban. Dan apabila hewan tersebut disembelih bukan pada hari raya Idul Adha atau tidak
pada tiga hari tasyriq juga tidak di sebut sebagai kurban. Apabila hewan tersebut disembelih
pada hari raya Idul Adha atau tiga hari tasyriq, tidak dengan niat mendekatkan diri kepada
Allah, maka tidak dinamakan sebagai kurban. Ini lah pengertian berkuban secara syariat, dan
inilah yang menjadi patokan. Sebab, apabila suatu masalah mempunyai ta’rif lughawi
(definisi bahasa) dan ta’rif syar’i (definisi syar’i) maka yang dijadikan patokan adalah ta’rif
syar’i.5 Berbeda dengan pengertian korban dalam yahudi, tidak bercorak theologis, mereka
lebih mengutamakan bagaimana korban dilaksanakan bukan untuk apa-apa.6
Mengenai sejarah ritual kurban ini sudah dikenal oleh umat manusia sebelum Islam datang.
Bahkan, sejak zaman Nabi Adam As ritual kurban sudah dilakukan, yaitu ketika Qabil dan
Habil, dua putra Nabi Adam, sama-sama melakukan kurban, sebagaimana tersebut di dalam
firman Allah SWT:
          
    

Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut
yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari
salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil).
(Q.S. Al-Maidah(5):27).

Al-kisah, tentang Habil yang mengutakan keinginannya untuk menikah, dan sesuai dengan
syariat Allah waktu itu, Nabi Adam di perintahkan untuk menikahkan anak perempuannya
dengan ank lelakinya secara silang, dimana anak perempuan yang lahir pada suatu kelahiran,
dinikahkan dengan anak laki-laki pada kelahiran yang lain. Maka sesuai dengan syariat
tersebut, Habil pun menikah dengan kembaran Qabil tidak di terima. Ia merasa bahwa
dirinyalah yang paling pantas menikah Iqlimia, karena ia lahir bersamanya. Nabi adam lali
memerintahkan Qabil dan Habil untuk berkurban kepada Allah, maka dialah yang berhak
menikahi Iqlimia. Habil seorang peternak, dan ia berkuban dengan seekor domba yang
gemuk. Sedangkan Qabil seorang petani, dan ia berkurban dengan hasil pertaniannya yang

5
Ali Gufron, Tuntunan Berkurban & Penyembelihan Hewan (Jakarta: AMZAH, 2011) hlm.4.
6
Burhanudin Daya, Agama Yahudi (Yogyakarta :PT. Bagus Arafah, 1982) hlm. 176.

7
kurang begitu baik. Kemudian Allah berkenan menerima kurban Habil dan tidak menerima
kurban Qabil.
Tradisi atau syariat kurban ini sudah ada sejak terdahulu, setelah islam datang berkurban ialah
berarti mendekatkan diri kepada Allah, dan islan tetap di pertahaan dengan sejumlah
ketentuan dan tata cara tersendiri, dimana ketentuan ini berfungsi untuk menyempurnakan,
atau atau menghapus, sesuai dengan kehendak Allah.
Mengenai hewan yang di kurban jika dalam yahudi yaitu lembu sapi atau kambing domba
(Im 1:2), bila seorang Imam melakukan kesalahan maka wajiblah ia mempersembahkan
lembu jantan muda sebagai penebus dosanya (Im 4:2) hal yang demikian juga berlaku bila
yang bersalah adalah Jama’at Israel (Im 4:14) yang membedakan hanyalah tata cara ritualnya
saja. Bila seorang pemuka yang melakukan kesalahan maka yang harus ia persembahkan
adalah seekor kambing jantan (Im 4:23), bila yang melakukan kesalahan itu seorang rakyat
jelata maka persembahannya adalah seekor kambing betina (Im 4:28).
Sedangkan dalam Islam7, dengan menarik kesimpulan berbagai hadits menyangkut kurban
yang dilakukan Rasulullah Saw, kita dapat menarik kesimpulan pada umunya Rasulullah
berkurban kibasy dan kambing. Namun ada pula dengan sapi (lembu) dan unta. Dengan
demikain seyogianya kita tetap mencotoh Rasulullah Saw dalam memilih hewan kurban, tidak
berkurban dengan hewan yang tidak pernah dilakukan beliau, walaupun tidak ada keterangan
yang tidak memperbolehkan.
Menyangkut kelamin hewan, tidak ada ketentuan yang menetapkan bahwa kelamin hewan
harus jantan. Hewan betina pun dapat dijadikan hewan qurban.

PENUTUP
Kurban/ Korban dalam agama Yahudi ini lebih berhubungan dengan keinsyafan dosa,
penyesalan dan kesadaran batin yang dikenal mereka,, yaitu apabila mereka telah melepaskan
ikatan batin dengan Yehova sehingga kehilangan hak untuk disebut bangsa kudus dan
kerajaan para iman.
Sesuai dengan bentuk korban yang dikenal Yahudi, maka tujuan korban bagi mereka pun
sama dengan bentuk korban yaitu: memuliakan Yehova, menebus dosa dan mengadakan
persekutuan dengan Yehova. Dengan demikian korban dalam yahudi lebih dikenal dengan
ekspresi yang dilihat dan di raba, atas perasaan hati dan perkataan lisan, yang melahirkan rasa
puas berhubungan dengan Allah.

7
M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Tuntunan Qurban (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2011), hlm.34

8
Berbeda dengan Islam dengan berkurban adalah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah

serta melaksanakan Syariat kurban dalam Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Daya, Burhanudin. 1982. Agama Yahudi. Yogyakarta :PT. Bagus Arafah

Gufron, Ali. 2011. Tuntunan Berkurban & Penyembelihan Hewan. Jakarta: AMZAH

Ash-Shiddieqy, M. Hasbi. 2011. Tuntunan Qurban. Semarang: PT Pustaka Rizki Putra

Anda mungkin juga menyukai