TOPIK 3 : TUBERCULOSIS
Disusun Oleh :
Kelompok 1
FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT
TAHUN 2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................1
PEMBAHASAN............................................................................................................2
B. Skenario...........................................................................................................................2
D. Brainstorming..................................................................................................................4
F. Hipotesis..........................................................................................................................6
G. Learning Issues................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................14
LAMPIRAN.................................................................................................................16
1
PEMBAHASAN
B. Skenario
Praktikum : Dietetik 1
Problem : Tuberculosis
Week 4
Name of Student : Arsalsa, Talitha, Siti, Anisa
NIM/Group : 2000036096, 2100036083, 2100036089, 2100036108
SKENARIO
Ututututu
An. U (laki-laki) berusia 3 tahun dibawa oleh ibu ke RS dengan keluhan demam, batuk
tidak berdahak disertai sesak nafas dalam 3 hari terakhir. Demam dirasakan terus-menerus
dan dapat menurun bila minum obat penurun panas. Sebelumnya pasien pernah mengalami
demam yang tidak kunjung sembuh selama lebih dari 2 minggu dan dirasakan naik turun.
Pasien juga mengeluh batuk sejak 3 minggu yang lalu. Batuk dirasakan tanpa dahak dan
tidak ada darah. Ibu pasien juga mengatakan anaknya sering berkeringat berlebih pada
malam hari. Selain itu pasien juga tampak lemas dan nafsu makan menurun. Pemeriksaan
Mantoux dan Interferon-Gamma Release Assay (IGRA) mendapatkan hasil positif.
Pemeriksaan fisik An. U: Tinggi badan 92 cm dan BB 11,5 cm; GCS E4V4M5; TD 120/85
mmHg, nadi 94x/menit, RR 25x/menit, suhu 38 0C. Nilai laboratorium AN. U yaitu Hb
10,5 g/dl; Ht 33,5%; MCV 79,5fL; leukosit 19,33x103 /uL; eritrosit 4,04x106 /uL;
trombosit 450x103 /uL; MCH 27,2Pg; MCHC 34,3 %. Medikamentosa: infus NaCl
0,9% 500 ml; dexamethasone, isoniazid, rifampicin, pirazinamid, ethambutol,
2
paracetamol. An. U memiliki kebiasaan makan 3 kali dalam sehari dengan makanan
pokok yang dikonsumsi adalah nasi sebanyak ½ centong sekali makan. Lauk hewani yang
biasa dikonsumsi adalah ayam 2x dalam seminggu dan telur dengan frekuensi 4x dalam
seminggu, lauk nabati tahu dan tempe selalu ada setiap harinya @ ½ penukar tiap kali
makan. Pasien tidak menyukai sayur dan hanya menyukai buah jeruk, melon, dan papaya
yang ada hampir setiap harinya @
¼ penukar. Pasien memiliki alergi susu dan udang. Ibu pasien mengatakan berat badan
anaknya susah naik. Kakek pasien yang tinggal serumah memiliki kebiasaan merokok
dan mengalami keluhan batuk lama yang tidak diobati. Tentukan MNT dari kasus
tersebut!
Unclear Terms
Mantoux
Tes tuberculin (Mantoux Test) merupakan salah satu Tes diagnostic TB untuk mendeteksi
adanya infeksi M. tuberculosis, TST hingga saat ini masih memiliki nilai tes diagnostik
yang sangat tinggi. Tes ini dilakukan berdasarkan adanya hipersensitivitas tubuh akibat
adanya infeksi oleh M.Tuberkulosis sebelumnya. Hal ini yang dimediasi oleh sel2 limfosit
T (CMI) yang telah tersensitisasi akibat terinfekasi oleh M.Tuberkulosis secara alamiah
(Amiruddin, 2017).
3
D. Brainstorming
Talitha : kalo menurut aku si kayanya ini tbc atau ispa deh
Nisa : Ya kek kasusnya ituloh, demam, batuk, nafsu makan menurun kek
gitulah pokoknya. Nah berarti kalo dari penyakit itu dietnya apa ya?
Talitha : Kalo diliat dari kasusnya anaknya tuh malnutrisi, terus gimana kalo kita
kasih diet TETP
Salsa : Ohh ya? Diet TETP tuh tujuannya buat apa si?
Nurul : Setau aku tujuannya itu untuk meningkatkan status gizi dan daya tahan
tubuhnya lah
Nisa : Gak mau nanya syaratnya juga? Nih aku kasih tau, jadi syaratnya itu KH nya
dibatasi 50%, protein tinggi, energi tinggi, sama lemaknya lumayan tinggi
karena lemak itu rendah CO2 ga kek KH
Talitha : Kalo kebutuhan zat gizi mikronya apa si yang paling penting diperhatikan?
Nisa : Pasti karena kakeknya ngerokok terus dia menghirup asap rokok nya makanya
butuh vitamin c lebih banyak iya kan?
Talitha : Iya harus nya kakek nya jaga jarak dong kalau pas lagi ngerokok Salsa :
Iya selain itu juga bisa dilakukan perilaku hidup sehat, imunisasi,
kebutuhan gizinya harus diperhatikan, dan selalu menghirup udara
4
segar. Kalau pencegahan setelah sakitnya harus lebih diperhatikan dan harus
segara di bawa kerumah sakit
Nisa : Oh gitu kalau dilihat dari kasus GCS pasien apatis, berarti masih bisa makan
makanan biasa kan? Soalnya pasien masih sadar
Nurul : Kalau dilihat dari riwayat makannya, pasiennya alergi udang dan susu berarti
kita harus menghindari udang dan susu.
Talitha : Tapi anaknya ngga suka makan sayur, bagaimana mencukupi kebutuhan
vitaminnya ya?
Salsa : Nahkan anaknya suka makan buah, kita kasih olahan buah aja Semua
: SETUJU!!!!
Identifikasi Masalah
5
F. Hipotesis
Alergi susu&udang
Tidak suka sayur 3th An. U
Riwayat makan laki-laki GCS E4V4M5 :13
Apati
IGRA, Mantoux positif Leukosit meningkat
Hb rendah Infeksi
Berkeringat malam hari Batuk tidak berdahak
Nafsu makan turun
Paracetamol
Malnutrisi
6
G. Learning Issues
Learning Issues
1. Dapat mengetahui manifestasi klinis dari penyakit tbc
2. Dapat menentukan diet yang cocok untuk pasien, dan mengetahui tujuan dari
pemberian diet tersebut
3. Dapat mengetahui zat gizi mikro apa saja yang paling dibutuhkan dan harus
diperhatikan untuk pasien tersebut
4. Dapat mengetahui pencegahan apa yang dapat dilakukan pada pasien tersebut
5. Dapat menentukan menu yang sesuai dengan penyakit yang diderita dan ruang rawat
inap kelasnya
H. Pembahasan Learning
Pada awalnya keluhan sering dijumpai anak adalah penurunan berat badan atau tidak
bertambah dengan disertai kehilangan nafsu makan sehingga anak terlihat lemas (malaise).
Mungkin anak tersebut juga sering berkeringat dan batuk serta mengi ringan. Biasanya,
batuknya kering sehingga sulit untuk memperoleh sputum. Anak-anak yang menderita
tuberkulosis hampir tidak pernah batuk darah atau ditemukan darah pada air liurnya. Keluhan
sistemik seperti demam, keringat malam. Tanda infeksi tuberkulosis paru bahkan kurang
spesifik. Beberapa bayi dan anak dapat juga dijumpai dengan obstruksi bronkial mengalami
mengi setempat dengan takipnea atau, kadang-kadang distres napas. Sumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) juga akan menimbulkan akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar. Apabila ada cairan dirongga pleura (pembungkus
paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada (Nuriyanto, 2018).
Pembahasan No. 2
Diet yang cocok untuk pasien tersebut yaitu Diet Tinggi Energi Tinggi Protein (TETP). Diet
TETP adalah makanan yang mengandung energi dan protein diatas kebutuhan normal.
Komponen gizi utama diet ini adalah protein, lemak dan
7
karbohidrat. Ada beberapa Faktor yang menjadi penyebab meningkatnya penderita
tuberculosis salah satunya yaitu sosial ekonomi, Sosial ekonomi yang sangat berpengaruh
pada tingkat konsumsi dan juga berperan penting untuk kecukupan gizi. Diet yang
diberikan pada pasien tuberculosis paru adalah diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP).
Tujuan pengaturan makanan pada pasien tuberculosis paru adalah untuk memenuhi
kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk mencegah dan memperbaiki kerusakan
jaringan tubuh serta menambah berat badan hingga mencapai berat badan normal. Syarat diet
yang dianjurkan untuk pasien tuberculosis paru adalah tinggi energy, tinggi protein, cukup
lemak, karbohidrat cukup, cukup sumber vitamin, dan cukup sumber mineral. Macam-macam
diet yang diberikan pada pasien tuberculosis paru adalah diet TKTP I dan TKTP II
(Nainggolan, 2012). Prinsip diet untuk pasien TB adalah diet tinggi kalori tinggi protein
(TKTP), cukup lemak, vitamin dan mineral (Rahma, 2022).
Pembahasan No. 3
Anak-anak adalah masa dimana terjadi pertumbuhan yang perlu diperhatikan dan menjadi
perhatian. Konsumsi asupan nutrisi yang mencukupi dapat menjadi pencegahan utama
terjadinya infeksi penyakit dan meningkatkan status gizi pada anak-anak. Asupan nutrisi yang
dibutuhkan terdiri dari zat gizi makro meliputi karbohidrat, protein, dan lemak serta zat gizi
mikro meliputi vitamin dan mineral (Nur dkk, 2021). Asupan mikronutrien yang dibutuhkan
pada pasien dengan penyakit infeksi adalah vitamin A, vitamin C, vitamin D, Fe, Seng,
Selenium dan mikronutrien lain. Vitamin A dibutuhkan dalam peningkatan innate immunity
dan adaptive immunity dan berperan dalam mempertahankan integritas sel mukosa (Jairani
dkk, 2022). Vitamin C dibutuhkan sebagai antioksidan yang akan menangkal radikal bebas
yang akan teroksidasi (Srizky dkk, 2022). Vitamin D dibutuhkan dalam peningkatan imun
tubuh akibat dari Mycobacterium Tuberculosis atau bakteri penyebab penyakit TB itu sendiri
(Sitanggang dkk, 2022). Fe dibutuhkan dalam pembentukan hemoglobin sebagai pembawa
oksigen. Kadar hemoglobin yang rendah dapat menyebabkan anemia, dan pada kasus TBC
anemia dapat menyebabkan penurunan status gizi (Achmad dkk, 2022). Zinc dibutuhkan
dalam peningkatan imunitas tubuh dan menurunkan risiko kematian karena pada penderita
8
TBC, kadar Zinc dalam tubuhnya rendah (Jairani dkk, 2022). Selenium dibutuhkan oleh
pasien TBC untuk meningkatkan sistem imunitas dengan mengaktivasi respon antioksidan
endogen dan menetralkan radikal bebas melalui donor elektron (Widiastuti dkk, 2019).
Pembahasan No. 4
TBC merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita oleh usia anak-anak. Meskipun
begitu, penyakit ini dapat sembuh total dengan pengobatan yang tepat. Banyak upaya yang
dapat dilakukan untuk upaya pencegahan agar tidak mengalami penyakit TBC. Pencegahan
dari penyakit ini dapat dilakukan dengan etika batuk, konsumsi asupan nutrisi yang tercukupi,
dan kesadaran menggunakan masker pada orang dengan risiko TBC seperti batuk 2-3 minggu
(Chomaerah, 2020). Selain itu, TBC terjadi karena adanya kontak langsung dengan penderita
seperti tinggal serumah. Pencegahan TBC dalam keluarga dapat dilakukan dengan imunisasi,
kecukupan nutrisi, kebersihan lingkungan yang baik, dan kepatuhan pasien TBC tersebut
dalam pengobatan TBC apabila tinggal serumah. Imunisasi pada anak-anak dapat
menurunkan risiko tertularnya TBC dalam lingkungan keluarga. Kecukupan nutrisi berperan
dalam peningkatan daya tahan tubuh. Lingkungan yang lembab, padat penduduk, sirkulasi
udara yang buruk dapat membuat potensi paparan bakteri penyebab TBC meningkat. Selain
itu, lingkungan yang tidak sehat juga dapat menyebabkan penyakit lain. Apabila terdapat
pasien TBC dalam keluarga tersebut, pengobatan pasien tersebut harus dikontrol. Pasien TBC
yang tidak patuh dalam konsumsi obat TBC atau tidak mengetahui langkah-langkah preventif
TBC dapat meningkatkan risiko tertularnya anggota keluarga lain (Paneo dan Nursasi, 2020).
Pembahasan No. 5
a. Data Pasien
Nama : An. U
Usia : 3 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
9
b. Antropometri
Berat Badan : 11,5 kg
Tinggi Badan : 92 cm (0,92 m)
𝐵𝐵 (𝑘𝑔)
IMT = 𝑇𝐵 (𝑚)²
11,5
= 0,92²
11,5
=0,8464 = 13,58 (Kekurangan berat badan tingkat berat)
d. Hasil Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi
Mantoux Positif Negatif TBC
IGRA Positif Negatif TBC
Hb 10,5 g/dl 10,9 – 15,0 g/dl Rendah
Hematokrit 33,5% 30-40% Normal
MCV 79,5 fL 73-101 fL Normal
Leukosit 19,33 × 10³/uL 5,7-18,0 × 10³/uL Tinggi
Eritrosit 4,04 × 10⁶/uL 4 – 5,5 × 10⁶/uL Normal
Trombosit 450 × 10³/uL 150 – 450 × Normal
10³/uL
MCH 27,2 Pg 23 – 31 Pg Normal
MCHC 34,3% 26 – 34% Normal
10
e. Gejala
Demam, batuk tidak berdahak disertai sesak nafas dalam 3 hari terakhir, sering
berkeringat pada malam hari, lemas, dan nafsu makan menurun.
f. Riwayat Makan
- 3 kali dalam sehari dengan sumber KH yaitu nasi ½ centong/makan
- Protein hewani ayam 2×/minggu dan telur 4×/minggu
- Protein nabati tahu dan tempe setiap hari ½ penukar tiap kali makan
- Tidak menyukai sayuran
- Mengonsumsi buah jeruk, melon, dan pepaya hampir ada setiap hari ¼ penukar
- Alergi susu dan udang
- Berat badan susah naik
= 54,73 gr
4. Lemak
Lemak 30%
Lemak (kkal) = 30% × 1094,65
11
= 328,395 kkal
Lemak (gr) = 328,395
9
= 36,48
5. KH
KH dibatasi 50%
KH (kkal) = 50% × 1094,65
= 547,325 kkal
547,325
KH (gr) = 4
= 136,83 gr
12
h. MENU
Diet yang digunakan yaitu Diet TETP, ruang kelas 1, dan menu makan pasien berbentuk
makanan biasa.
13
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, M., Djasang, S., Nuradi, N., & Hadijah, S. (2022). Kadar Hemoglobin pada
Penderita Tuberkulosis Paru yang Mengkonsumsi Obat Anti Tuberkulosis. Jurnal
Media Analis Kesehatan, 13(1), 64-70.
Citra, Evriana. (2020). Interferon Gamma Release Assay sebagai Diagnosis Infeksi Laten
Mycobacterium tuberculosis. Medula. Vol. 10, No. 3
Nur, Z. T., Suryana, S., & Yunianto, A. E. (2021). Hubungan Riwayat Penyakit dengan
Status Gizi : Studi Cross Sectional. Jurnal Riset Gizi, 9(1), 16-21.
Jairani, E. N., Napitupulu, B. N., Suraya, R., Lestari, W., Yulita, Y., & Nababan, A.
S.V. (2022). Pengaruh Konseling Gizi Terhadap Pengetahuan dan Tingkat
Konsumsi Zat Gizi Makro dan Zat Gizi Mikro pada Pasien
Tuberkulosis Paru di UPT Rumah Sakit Khusus Paru Provinsi Sumatera Utara. Jurnal
Riset Hesti Medan Akper Kesdam I/BB Medan, 7(2), 138-147.
Paneo, S. A. R. S., & Nursasi, A. Y. (2019). Pencegahan tuberkulosis paru dalam keluarga:
Kajian Literatur. Jurnal Penelitian Kesehatan" SUARA FORIKES"(Journal of Health
Research" Forikes Voice"), 10(4), 270-274.
Rahma Jihan . 2022 . Pendidikan Kesehatan Tentang Pemenuhan Diet Pada Penderita
Tuberculosis Paru Di Rumah Sakit Tk II . Jurnal Keperawatan Flora .Vol 15 No 2
Hal 46- 59 .
Sitanggang, F. T., Sakdiah, S., & Simanjuntak, J. P. (2022). Sosialisasi Vitamin D pada
Penderita Tuberkulosis Paru dan Keluarga Penderita Tuberkulosis Paru
14
di Wilayah Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi : Socialization of Vitamin D in
Pulmonary Tuberculosis Patients and Family of Pulmonary Tuberculosis Patients in
Pakuan Baru Health Centers Jambi City. GEMAKES: Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 2(2), 104-110.
Srizky, A., Siregar, A., & Mardiana, M. (2022). Asupan zat gizi makro, vitamin B6, Vitamin
C dan status Gizi penderita tuberculosis di puskesmas nagaswidak Palembang tahun
2022. NUTRIENT, 2(2), 1-16.
Widiastuti, Y., Darmono, S. S., & Sofro, M. A. U. (2019). Pengaruh Supplementasi Probiotik
Dan Selenium Terhadap Respon Imun Nlr (Neutrophil Lymphocyte Count Ratio),
Haemoglobin Dan Albumin Pada Tikus Wistar Yang Diinduksi Mycobakterium
Tuberculosis. Journal of Nutrition College, 8(1), 38-48.
15
LAMPIRAN
================================================================
Analysis of the food record
================================================================
Food Amount energy carbohydr.
Meal analysis: energy 539,6 kcal (37 %), carbohydrate 51,8 g (37 %)
16
Meal analysis: energy 437,2 kcal (30 %), carbohydrate 30,7 g (22 %)
DINNER : Nasi putih, ikan kakap kuah kuning, tempe goreng, jeruk
nasi putih 100 g 130,0 kcal 28,6 g
ikan kakap 80 g 67,1 kcal 0,0 g
tempe 50 g 75,0 kcal 4,6 g
minyak kelapa sawit 10 g 86,2 kcal 0,0 g
jeruk manis 60 g 28,3 kcal 7,1 g
air mineral 200 g 0,0 kcal 0,0 g
Meal analysis: energy 386,6 kcal (27 %), carbohydrate 40,2 g (29 %)
17
Vit. B1 0,6 mg
Vit. B2 1,2 mg
Vit. B6 0,9 mg
tot. fol.acid 138,1 µg
Vit. C 113,4 mg
sodium 1320,1 mg
potassium 1193,7 mg
calcium 763,0 mg
magnesium 187,7 mg
phosphorus 751,7 mg
iron 8,7 mg
zinc 5,5 mg
18