Abstrak---Silika dan karbon merupakan material yang sering menggabungkan karakter fungsionalitas yang mudah karbon
digunakan sebagai adsorben dan backbone katalis. Ketahanan dengan mesostruktur dari bahan silika.
termal dan kimia serta karakter easy-functionalized karbon Beberapa teknik sintesis untuk mendeposisikan lapisan
diharapkan dapat dipadukan dengan silika sehingga diperoleh karbon dalam silika sudah banyak dilakukan, misalnya dengan
material dengan kapasitas adsorpsi yang lebih besar. Penelitian
metode Chemical Vapor Deposition (CVD) atau dengan
ini mempelajari sintesis komposit silika karbon dengan metode
sol-gel dengan natrium silikat sebagai sumber silika serta penggunaan surfaktan sebagai sumber karbon. Untuk
sukrosa dan PEG sebagai sumber karbon serta mempelajari mendapatkan lapisan karbon yang uniform, gugus silanol
pengaruh waktu aging terhadap karakteristik silika gel dan dengan densitas yang tinggi dipertahankan pada silika dengan
pengaruh konsentrasi sukrosa terhadap karakteristik komposit menggunakan prosedur penghilangan surfaktan ringan [8].
silika karbon. Dalam sintesis komposit dengan sukrosa, waktu Balgis dkk meneliti bahwa kapasitas adsorpsi meningkat
aging berpengaruh terhadap karakteristik silika gel yang dengan deposisi karbon pada permukaan pori silika. Namun
dihasilkan. Semakin lama aging, luas permukaan, diameter dan kondisi ini belum tampak jelas sehingga pada penelitian ini
volume pori meningkat dan mencapai maksimum pada 341.406 menggunakan metode yang lebih sistematis [1]. Komposit
m2/g ketika aging selama 2 jam. Di sisi lain, konsentrasi sukrosa
silika-karbon sebagai adsorbent merupakan paduan antara
berpengaruh pada karakteristik komposit silika karbon.
Semakin besar konsentrasi sukrosa, surface area semakin silika yang bersifat polar inorganik dan karbon yang bersifat
meningkat, namun volume dan diameter pori cenderung non-polar sehingga menghasilkan kemampuan adsorpsi yang
konstan. Komposit silika karbon juga dapat disintesa dengan sangat efektif [9]. Glover dkk mensintesis komposit silika-
PEG sebagai sumber karbon dengan metode sol gel dan karbon dari MCM-41 dan furfuryl alcohol dan material yang
karbonisasi pada 5500C selama 4 jam. Namun, komposit silika dihasilkan bersifat nanoporous dan memiliki luas permukaan
karbon dengan PEG memerlukan suhu yang lebih tinggi yang besar dengan distribusi ukuran pori mendekati 12 Å [3].
sehingga dekomposisi PEG menjadi karbon lebih sempurna. Sedangkan, Takei dkk menempelkan karbon pada pori-pori
silika dengan menggunakan metode Chemical Vapor
Kata kunci---silika berpori, sol-gel, komposit silika-karbon Depositition (CVD). Metode ini biasanya digunakan untuk
mendapat penambahan karbon pada silika mesoporous yang
I. PENDAHULUAN tinggi. Namun pada proses ini material awal (mesoporous
silika) dan karbon di siapkan secara terpisah selain itu proses
S
ILIKA banyak sekali digunakan dalam industri baik
ini mebutuhkan energi dan suhu tinggi. Proses CVD juga
sebagai produk akhir maupun sebagai bahan penunjang
sangat sensitif terhadap rate vapor [7]. Metode ini dinilai
proses industri. Silika mempunyai luas permukaan yang
cukup rumit dan menjadi kurang efisien apabila silika bukan
tinggi, struktur pori yang teratur, dan volume pori yang besar.
menjadi produk jadi namun harus disintesis terlebih dahulu.
Oleh karena itu, silika sering digunakan sebagai pendukung
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Balgis dkk,
katalis, adsorbent [6]. Namun demikian, penggunaan silika
penempelan karbon pada silika dapat dilakukan dengan
masih dibatasi oleh stabilitas permukaan terhadap udara
metode sol-gel sehingga sintesis silika-karbon dapat dilakukan
lembab yang kurang baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh
dengan satu tahap [1].
permukaan silika bersifat hidrofil [2]. Selain itu, silika juga
Pada umumnya, bahan baku yang dijadikan sumber silika
cenderung tidak stabil terhadap bahan-bahan kimia terutama
biasanya berupa tetraethyl orthosilikate (TEOS) ataupun
pada kondisi basa.
tetramethyl orthosilikate (TMOS) karena kandungan silikanya
Di sisi lain, karbon juga secara luas digunakan sebagai
yang banyak. Akan tetapi, TEOS dan TMOS merupakan
adsorbent universal dalam industri karena mempunyai
bahan baku yang mahal, sulit didapatkan dan agak beracun.
permukaan yang luas dan hidrofobik. Selain itu, karbon juga
Untuk mengatasi hal itu, dalam penelitian ini digunakan
sering digunakan sebagai membran karena permeabilitas yang
water glass (NaSiO3) karena lebih murah dan mudah
bagus untuk senyawa yang kecil [4]. Material karbon dapat
diperoleh. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan komposit
mudah dikombinasikan dengan gugus oksigen dan
silika karbon dengan metode sol-gel dengan memadukan
penggabungan lapisan tipis karbon pada pori-pori silika dapat
natrium silika sebagai sumber Si dan sukrosa serta
memudahkan penambahan gugus asam karboksilat pada bahan
polyethylene glycol (PEG) sebagai sumber karbon untuk
mesoporous. Komposit silika-karbon yang dihasilkan akan
menghasilkan material berpori dengan permukaan yang lebih
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 2
luas, volume pori yang lebih besar, dan stabilitas terhadap (BET) pada P/Po<0.3 dan total volume pori dihitung dengan
suhu dan bahan kimia yang lebih baik. kesatuan pendekatan P/Po. Untuk pengujian morfologi
komposit silika karbon yang dihasilkan dilakukan dengan
II. URAIAN PENELITIAN menggunakan SEM (Scanning Electron Microscope) dan
A. Sintesa silika karbon dengan sukrosa komposisi unsur komposit dengan menggunakan EDAX
Natrium silikat 28% diencerkan dengan aquadest pada (Energy Dispersive X-Ray Analysis) Phenom & PANalytical
perbandingan 1:10 pada suhu 60oC disertai dengan type minipal 4. Sedangkan, gugus fungsi dalam komposit
pengadukan menggunakan hot plate stirrer. Setelah homogen, dianalisa dengan Fourier Transform Infra Red (Thermo
larutan didiamkan hingga suhu ruangan. Sol silika dititrasi Scientific Nicolet iS10).
dengan HCl 1 M dengan rate 2 ml/menit hingga pH mencapai
10 kemudian di-aging dengan variasi lama waktu aging tahap III. HASIL DAN PEMBAHASAN
I selama 0-3 jam. Larutan dititrasi dengan HCl 1 M hingga pH A. Karakteristik Silika Gel
7 dan di-aging selama ±18 jam pada suhu ruangan. Gel yang Penambahan HCl hingga pH 7 mengakibatkan
terbentuk dicuci dengan aquadest, disaring, kemudian pembentukan gel pada sol natrium silikat, dapat dilihat dari
dikeringkan dengan oven pada 80 0C selama ± 18 jam. Setelah perubahan larutan menjadi padat dan berwarna lebih keruh.
kering, silika dicuci dengan aquadest, disaring kemudian Hal ini menunjukkan terjadinya penggabungan antara molekul
dikeringkan menggunakan oven pada 800C; ±18 jam. Silika silika sehingga terbentuk gel. Gel ini di-aging dan dikeringkan
gel diuji dengan adsorpsi/desorpsi nitrogen dan SEM. hingga didapatkan silika gel. Gambar 3 menunjukkan
Impregnasi silika gel menggunakan metode incipient wet penampakan fisik silika gel. Warna silika gel yang disertai
impregnation dengan larutan sukrosa jenuh dengan variabel pencucian lebih bening dibandingkan silika gel tanpa
0.2-1.2 gram sukrosa/gram silika gel di dalam tabung reaksi pencucian. Partikel silika gel tanpa pencucian berukuran kecil
kemudian di-shaker selama 1 jam, lalu didiamkan selama 1 dan cenderung berupa serbuk halus, sedangkan partikel silika
jam. Silika-sukrosa dikeringkan menggunakan oven pada suhu dengan pencucian berbentuk bongkahan yang lebih besar.
800C selama ±3 jam, dicuci dengan aquadest, dan dioven lagi Partikel silika tanpa pencucian lebih keras dibandingkan silika
pada suhu 800C selama ±12 jam. dengan pencucian. Hasil citra SEM silika gel pada gambar
B. Sintesa silika karbon dengan PEG 4(a) menunjukkan silika gel tanpa pencucian berbentuk kristal
Natrium silikat diencerkan dengan ratio 2.5:1 hingga yang berpori dengan banyak partikel kecil di permukaan.
konsentrasi 8%. 30 ml natrium silikat tersebut dicampur Setelah dilakukan pencucian, permukaan silika gel lebih
dengan larutan PEG asam (1 g PEG dilarutkan dalam 30 ml seragam dan tidak terdapat titik-titik kecil di permukaan silika
aquadest dan 45 ml HCl 1 M pada suhu kamar). Larutan yang terbentuk.
ditetesi NaOH 1 M dengan rate 2mL/min hingga tercapai Pada gambar 7(a) terlihat silika gel tanpa pencucian
pH≤4 dan terbentuk gel. Gel di-aging selama 1 jam pada suhu mengandung beberapa impurities antara lain C, Al, dan Cl.
kamar dan dioven selama 18 jam pada 80oC. Sebelum Sedangkan, pada gambar 7(b) setelah pencucian sudah tidak
dikarbonisasi, gel dicuci dengan aquadest sebanyak 100 ml/g terdapat impurities, namun muncul unsur Na walaupun pada
silika-karbon yang dihasilkan kemudian dikeringkan kembali persentase yang sangat kecil. Impurities pada silika ini
pada suhu 800C selama 5 jam. merupakan NaCl yang terperangkap pada pori silika saat
C. Karbonisasi kondensasi pada pembentukan gel. NaCl merupakan hasil
Karbonisasi dilakukan dengan pyrolysis reactor (Thermo samping dari reaksi pembentukan gel pada silika.
Scientific Lindberg/Blue M Tube Furnace). Sebelum kalsinasi, Na2SiO3(aq) + 2 HCl(aq) → SiO2(aq) + 2 NaCl(aq) + H2O(l)
dilakukan purging dengan mengalirkan gas nitrogen pada 150 NaCl dapat menutupi pori-pori silika sehingga silika yang
ml/menit selama 15 menit untuk menghilangkan gas oksigen. terbentuk mempunyai diameter pori yang besar, namun
Untuk silika karbon dengan sukrosa, karbonisasi dilakukan volume pori yang kecil.
pada 4000C divariasikan selama 5 dan 8 jam. Sedangkan untuk Gambar 1 dan 2 menunjukkan isothermis adsorpsi/desorpsi
silika karbon dengan sumber PEG dilakukan pada suhu 550 0C silika gel tanpa dan dengan pencucian. Isothermis
selama 4 jam. adsorpsi/desorpsi baik untuk silika tanpa maupun dengan
D. Karakterisasi Produk pencucian menunjukkan kurva tipe IV sesuai dengan
Porositas silika maupun komposit silika karbon meliputi karakteristik IUPAC yang ditunjukkan dengan adanya loop
luas area spesifik (surface area), volume pori, dan diameter hysteresis yang lebar. Hysteresis terjadi pada tekanan relatif
pori dapat dianalisa dengan isothermis adsorpsi-desorpsi yang lebih tinggi pada silika gel tanpa pencucian dengan
nitrogen pada titik didih nitrogen (77 K) dengan menggunakan volume teradsorpsi lebih rendah. Tipe ini merupakan
alat BET (Surface Area and Pore Size Analyzer isothermis karakteristik material mesopori berdasarkan
Quantachrome type NOVA 1200e). Sebelum dilakukan klasifikasi IUPAC (diameter pori 2-50 nm).
pengukuran, sampel di-degasse dalam nitrogen mengalir pada Perbandingan karakteristik silika gel yang dihasilkan tanpa
300oC selama 3 jam untuk silika gel dan 200oC selama 3.5 jam dan dengan pencucian disajikan pada tabel 1. Pencucian
untuk komposit silika karbon. Distribusi ukuran pori material berpengaruh secara signifikan pada karakter silika gel yang
dihitung ketika desorpsi menggunakan metode Barret-Joyner- dihasilkan. Setelah pencucian, terlihat pola luas permukaan,
Halenda (BJH). Metode BJH merupakan metode yang paling diameter, dan volume pori silika yang dihasilkan lebih teratur
banyak digunakan untuk menghitung distribusi ukuran pori dibandingkan pada silika gel tanpa pencucian. Luas
pada rentang mesopori. Luas area spesifik dihitung dengan permukaan silika dengan pencucian lebih besar dengan
menggunakan metode multi-point Brauner-Emmett-Teller diameter pori lebih kecil, namun volume pori lebih besar. Hal
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 3
ini menunjukkan bahwa silika dengan pencucian memiliki yang cukup tinggi dengan persentase 16.62% dan Na pada
bentuk pori yang lebih dalam dibandingkan dengan silika jumlah yang sangat kecil dengan persentase 0.87%.
tanpa pencucian. Namun, secara umum pada silika tanpa dan Analisa FTIR dilakukan pada komposit silika karbon untuk
dengan pencucian, semakin lama waktu aging, luas permukaan mengetahui jenis ikatan yang terdapat pada komposit silika
meningkat, sedangkan diameter dan volume pori cenderung karbon sehingga kesempurnaan dekomposisi sukrosa dapat
konstan. Silika gel paling optimal dengan luas permukaan diketahui. Spektra FTIR komposit silika karbon pada gambar
terbesar dicapai pada lama waktu aging 2 jam dengan 12 menunjukkan beberapa puncak antara lain pada panjang
pencucian sebesar 341.406 m2/g. gelombang 793 cm-1 yang menunjukkan adanya ikatan C – O,
pada panjang gelombang 1061 cm-1 yang menunjukkan ikatan
Si – O – Si, dan pada panjang gelombang 2360 nm yang
140
120
menunjukkan ikatan O = C = O. Adanya ikatan C – O
Volume adsorbed (cm /g @ STP)
60
Si – O – Si merupakan ikatan pada silika gel sebagai prekursor
komposit sebagai SiO2. Ikatan O = C = O menunjukkan
40
terbentuknya CO2 pada proses dekomposisi sukrosa.
20 Uji adsorpsi/desorpsi nitrogen komposit silika karbon pada
0 gambar 8 menunjukkan kurva tipe IV sesuai dengan
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 karakteristik IUPAC yang merupakan isothermis karakteristik
Relative Pressure P/PO(-) material mesopori. Kenaikan volume adsorbat teradsorpsi oleh
Gambar 1. Isothermis adsorbsi/desorbsi silika 1:10; aging 2 jam adsorben pada awal adsorpsi lebih lambat dibandingkan silika
tanpa pencucian gel sebagai prekursor yang menunjukkan interaksi antara
molekul adsorbat dan adsorben pada komposit lebih lemah
sehingga komposit bersifat lebih liofob karena deposisi karbon
pada permukaan pori silika.
Tabel 1. Karakteristik Silika Gel
Karakteristik
Variabel
aging Surface Pore Total pore
Area (m2/g) diameter(nm) volume(cc/g)
Tanpa Pencucian
(a) (b)
Gambar 3. Silika gel (a) tanpa pencucian (b) dengan pencucian
(a) (b)
Gambar 4. Hasil analisa SEM silika gel dengan perbesaran 2500x (a)
tanpa pencucian (b) dengan pencucian (a) (b) (c)
Pengaruh konsentrasi sukrosa pada volume pori komposit
menunjukkan kecenderungan yang sama dengan surface area
seperti ditunjukkan pada gambar 10. Volume pori cenderung
konstan dengan volume pori pada kalsinasi 5 jam lebih besar
daripada kalsinasi 8 jam. Volume pori terdapat pada rentang
0.62-0.68 cc/g dan 0.63-0.65 cc/g berturut-turut untuk
kalsinasi 5 jam dan 8 jam. Secara umum, volume pori (d) (e) (f)
komposit lebih kecil dibandingkan dengan silika gel. Gambar 6. Bentuk fisik komposit silika karbon kalsinasi 8 jam, 400
oC pada berbagai konsentrasi sukrosa (a) 0.2, (b) 0.4, (c) 0.6, (d) 0.8,
meningkat, namun volume dan diameter pori cenderung cenderung mengakibatkan agregasi partikel dan membentuk
konstan. struktur platelet teragregasi.
Tabel 2. Komposisi silika gel dengan, tanpa pencucian dan komposit
0.80
silika karbon Kalsinasi 5 Jam
Tanpa Dengan Komposit 0.75
Kalsinasi 8 Jam
At pencucian pencucian
Wt% At% Wt% At% Wt% At% 0.70
Al 02.77 01.95
Si 51.39 34.63 67.16 54.26 26.73 16.62 0.55
350 Sukrosa/Silika
SiO2 /C 1 gel 0.4 berbagai konsentrasi sukrosa dan lama kalsinasi
SiO /C 0.8
Sukrosa/Silika
2 gel 0.6
SiO2 /C 0.6
300 Sukrosa/Silika gel
Sukrosa/Silika gel 0.8
0.8
SiO2 /C 0.4 10
Sukrosa/Silika
SiO2 /C 0.2 gel 1
3
250
Sukrosa/Silika gel 1.2 9
200 8
150 7
1
Gambar 8. Isothermis adsorbsi/desorbsi komposit silika karbon
0
dengan kalsinasi 8 jam;400 oC 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2
Sukrosa (gram)
380
Kalsinasi 5 Jam Gambar 11. Perbandingan diameter pori komposit silika karbon pada
360 Kalsinasi 8 Jam
340
berbagai konsentrasi sukrosa dan lama kalsinasi
110
320
300
Surface Area (m /g)
280
2
260 100
240
% Transmittan
220
O=C=O
200
180
90
C–O
160
140
120 80
volume pori berturut-turut 3.36 nm dan 0.138 cc/g, ukuran lama aging, luas permukaan, diameter dan volume pori
pori yang lebih kecil dibandingkan silika gel maupun meningkat dan mencapai maksimum pada 341.406 m2/g ketika
komposit silika karbon. aging tahap I selama 2 jam. Di sisi lain, konsentrasi sukrosa
100 berpengaruh pada karakteristik komposit silika karbon yang
90
dihasilkan. Semakin besar konsentrasi sukrosa, surface area
semakin meningkat, namun volume pori dan diameter pori
Volume adsorbed (cm /g @ STP)
80
cenderung konstan. Sedangkan, komposit silika karbon
70
dengan PEG memerlukan suhu yang lebih tinggi sehingga
3
60
dekomposisi PEG menjadi karbon lebih sempurna.
50
IV. KESIMPULAN
Komposit silika karbon dapat disintesa dengan metode sol
gel dengan menggunakan natrium silikat sebagai sumber silika
dan sukrosa maupun PEG sebagai sumber karbon. Dalam
sintesis komposit dengan sukrosa, waktu aging berpengaruh
terhadap karakteristik silika gel yang dihasilkan. Semakin