Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah merupakan negara yang jumlah penduduknya sangat
tinggi, dan masyarakatnya yang beraneka ragam. Keberagaman masyarakat
indonesia ditentukan karena adanya perubahan dan perkembangan sosial yang
begitu cepat membawa dampak diberbagai sektor, seperti perekonomian,
moralitas, dan psikologis masyarakat Indonesia. akibatnya hal ini menimbulkan
berbagai macam akibat negatif, salah satu akibat yang paling banyak terjadi yaitu
kemiskinan, dan kemiskinan yang mengakibatkan munculnya berbagai macam
penyimpangan, salah satunya disebut dengan tuna sosial. Tuna sosial sendiri
diartikan sebagai seseorang atau kelompok yang disebabkan oleh suatu gangguan
sehingga tidak dapat melaksanakan fungsinya didalam masyarakat dan hal inilah
yang menyebabkan terjadinya penyimpangan. Penyandang tuna sosial Sebagian
besar menjadi pengamen, gelandangan, pengemis, dan pekerja seks.minmnya
Pendidikan formal yang mereka dapatkan memperkuat masalah ini, sehingga
banyak anak-anak dan orang dewasa yang menjadi devian yang sangat marak di
Indonesia khususnya kota Kendari, kebanyakan pelaku devian (orang yang
melakukan defleksi) adalah para wanita serta anak- anak perempuan .Banyaknya
wanita tuna sosial serta anak-anak yang menjadi devian, membuat pemerintah
harus membangun sebuah panti yang diharapkan bisa menanggulangi
permasalahan-permasalahan sosial yang ada di Indonesia khususnya di kota
Kendari
Saat ini Dinsosnakertrans Kota Kendari tidak memiliki fasilitas
pembinaan dalam hal ini adalah panti rehabilitasi. Dalam rangka mewujudkan
misi kesejahteraan sosial Pemerintah Kota Kendari untuk mendukung penciptaan
suasana kehidupan masyarakat kota yang agamis, aman, rukun, damai dan
harmonis serta mendorong pemberdayaan lembaga kemasyarakatan untuk
semakin berperan dalam pembangunan kota, maka diperlukan adanya suatu
fasilitas untuk mengentasi permasalahan wanita tuna sosial yang dapat
memberikan pelayanan konsultasi, rehabilitasi dan pelayanan sosial untuk
membantu merubah sikap dan perilaku psikologis Wanita Rawan Sosial

1
Psikologis (WRSP), keluarga dan lingkungan, wanita tuna sosial, serta mencakup
bidang vokasional/keterampilan. Cakupan sasaran binaan yang luas
dipertimbangkan seiring dengan adanya perluasan permasalahan yang dialami
wanita saat ini, sehingga dianggap sasaran klien/warga binaan antara lain wanita
tuna sosial, rawan sosial dan psikologis dimana wanita tuna susila (WTS)
termasuk didalamnya, dengan tujuan sebagai upaya rehabilitasi (kuratif) dan juga
dimaksudkan sebagai kegiatan preventif bagi mereka agar tidak melakukan
penyimpangan sosial.
Menimbang aspek arsitektural dalam perancangan fasilitas khusus bagi
wanita dengan permasalahan kompleks seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
prinsip perancangan dengan memperhatikan kebutuhan dasar serta psikologis
warga binaan sebagai pengguna merupakan hal utama yang menjadi dasar
pertimbangan. Output desain nantinya diharapkan dapat membuat warga binaan
merasa proses pelayanan dan rehabilitasi layaknya di rumah sendiri sehingga
mendukung fungsi bangunan. Output atau pencapaian ini sangat cocok dengan
konsep homey: nyaman dan aman, selayaknya di rumah sendiri.

Meninjau permasalahan yang telah dijabarkan tersebut di atas, maka


penulis akan membuat sebuah perencanaan dan perancangan dengan judul :

“PERENCANAAN PANTI SOSIAL KARYA WANITA DI KOTA


KENDARI DENGAN PENDEKATAN PSIKOLOGI” yang dalam
perencanaan dan perancangannya memperhatikan kondisi psikologis warga
binaan sehingga keberadaan bangunan diharapkan dapat mendukung serta
menunjang segala kebutuhan prasarana guna menunjang aktivitas dalam rangka
memperbaiki perilaku, akhlak dan pendidikan sebelum kembali ke lingkungan
masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

a) Bagaimana menentukan lokasi yang tepat dalam perencanaan gedung panti


sosial karya wanita?
b) Bagaimana mengolah tapak yang sesuai dalam perencanaan gedung panti
sosial karya wanita dengan pendekatan psikologi?

2
c) Bagaimana merencanakan gedung panti sosial karya wanita dengan
pendekatan psikologi, dengan menerapkan konsep homey?

1.3 Tujuan Perancangan

a) Untuk menghasilkan penentuan lokasi yang tepat dalam perencanaan panti


sosial karya wanita.
b) Untuk menghasilkan pengolahan tapak yang sesuai dalam perencanaan
gedung panti sosial karya wanita dengan pendekatan psikologi.
c) Untuk menghasilkan sebuah perancangan gedung panti sosial karya wanita
dengan pendekatan psikologi, dengan menerapkan konsep homey.

1.4 Sasaran Perancangan

Menyusun suatu landasan konseptual perancangan Panti Sosial Karya


Wanita di Kota Kendari Dengan Pendekatan Psikologi menggunakan
kajian ilmu arsitektur yang dipadukan dengan disiplin ilmu lainnya yang
dinilai sesuai dengan konsep perancangan yang ingin dicapai.

1.5 Lingkup Dan Batasan Pembahasan

1.5.1 Lingkup Pembahasan

Pembahasan ditekankan pada disiplin ilmu Arsitektur dan bidang lain yang
relevan.

1.5.2 Batasan Pembahasan

a) Penekanan pada konsep Arsitektural Psikologi yang diwadahi dengan


homey.
b) Kegiatan yang akan diwadahi adalah pelayanan dan rehabilitasi untuk
membantu merubah sikap dan perilaku serta pemberian keterampilan.

1.6 Metode Dan Sistematika Pembahasan

1.6.1 Metode

a) Pengumpulan Data
1. Studi Literatur

3
Mencari dan mempelajari hal-hal terkait wanita tuna sosial, wanita
rawan sosial psikologis, rehabilitasi sosial.
2. Observasi
Melakukan wawancara kepada Dinas Sosial selaku fasilitator panti
sosial karya wanita dan wanita tuna sosial khususnya selaku
pengguna fasilitas.
3. Studi Komparasi
Membandingkan persamaan dan perbedaan beberapa fasilitas panti
sosial karya wanita yang ada di Indonesia.
b) Metode Analisa
Metode digunakan secara analisis deskriptif berdasarkan studi literatur dan
wawancara yang kemudian digunakan sebagai tolak ukur untuk menyusun
konseptual dalam proses perancangan Panti Sosial Karya Wanita Dengan
Pendekatan Psikologi.

1.6.2 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan untuk menyusun acuan perencanaan dan
perancangan arsitektur ini adalah :
a. BAB I Pendahuluan
berisi tentang latar belakang penulisan, ungkapan masalah, tujuan dan sasaran
pembahasan, lingkup dan batasan pembahasan serta metode dan sistematika
penulisan yang akan digunakan.
b. BAB II Tinjauan Pustaka
Membahas gambaran umum tentang Panti Sosial Karya Wanita Dengan
Pendekatan Psikologi, teori tentang perencanaan, tinjauan teoritis tentang
ilmu arsitektur, serta ide rancangan yang mengacu pada studi banding yang
dilakukan.
c. BAB III Tinjauan Lokasi Perancangan
Bab ini berisikan tinjauan makro lokasi yang terdiri atas deskripsi wilayah
kawasan, potensi fisik dan non fisik, jumlah pengguna fasilitas dan rencana
tata ruang kawasan lokasi objek rancangan. Sedangkan tinjauan mikro lokasi
berisi tentang ketentuan teknis site berdasarkan peraturan tata kota/rencana
tata ruang seperti tata guna lahan, dll.

4
d. BAB IV Pendekatan Konsep Dasar Perancangan
Pada bab ini memuat titik tolak pendekatan acuan yang merupakan gagasan
awal dari suatu konsep perancangan, dimana konsep-konsep tersebut
merupakan alat untuk mengubah data menjadi sebuah perancangan fisik.
Konsep pada arah perencanaan diarahkan pada pengembangan rancangan.
Adapaun kategori pendekatan konsep perancangan berupa pendekatan fisik
makro dan mikro. Pendakatan makro berupa pendekatan penentuan lokasi,
site dan pengolahan tapak. Sedangkan pendekatan tata ruang makro berupa
identifikasi dan besaran ruang. Untuk pendekatan fisik dan perlengkapan
bangunan terdiri dari pendekatan penampilan bangunan, penataan ruang luar,
penataan ruang dalam, struktur, modeul, material, sistem plumbing,
penghawaan, pencahayaan, pengolahan sampah, sistem komunikasi, akustik,
mekanikal elektrikal, pengamanan kebakaran, dan penangkal petir.

e. BAB V Acuan Konsep Perancangan


Pada bab ini memuat acuan perancangan yang digunakan untuk
pengembangan desain yang terdiri dari acuan perancangan makro, acuan
perancangan mikro, acuan perancangan fisik bangunan dan acauan
perancangan perlengkapan bangunan. Acuan perancangan makro mencakup
analisa penentuan dan pengolahan tapak/site. Sedangkan acuan perancangan
mikro mencakup analisa kebutuhan dan besaran ruang serta hubungan
maupun organisasi ruang. Acuan perancangan fisik bangunan mencakup
penampilan bangunan, penataan ruang luar, ruang dalam, struktur, modul dan
material. Untuk acuan perancangan perlengkapan bangunan mencakup sistem
plumbing, penghawaan, pencahayaan, pengolahan sampah, sistem
komunikasi, akustik, mekanikal elektrikal, pengamanan kebakaran, dan
penangkal petir.
f. BAB VI Kesimpulan dan Saran
Bab ini memuat elaborasi dan rincian kesimpulan dari pertanyaan
permasalahan yang dikemukakan pada bab pendahulunya. Saran untuk
perbaikan dalam tulisan dan desain perancangan dituliskan pada bab ini.

5
6

Anda mungkin juga menyukai