Anda di halaman 1dari 20

BAB I

Standar Proses Pendidikan

A. Perlunya Standar Proses Pendidikan

Salah satu masalah yang sedang di alami di dalam dunia pendidikan kita adalah maslah
lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong uuntuk
mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas di arahkan kepada
kemampuan anak untuk menghafal informasi ; otak anak dipaksa untuk mengingat dan
menimbun berbagai macam informasi tanpa di tuntut untuk memahami informasi yang
diingtanya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari – hari. Akibatnya, ketika anak
didik telah lulus dari sekolah, mereka pintas secara teoritis tetapi miskin aplikasi.

Undang – undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan
bahwa pendidika adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Terdapat bebrapa hal penting yang perlu kita kritisi dari konsep pendidikan tersebut
menurut undang – undang.

Pertama, pendidikan adalah usaha sadar yang terancana hal ini berarti proses pendidikan
disekolah bukanlah proses yang dilaksanakan secara asal-asalan dan untung-untungan tetapi
proses yang bertujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa diarahkan pada
pencapaian tujuan.
Kedua, proses pendidikan yang terencana itu diarahkan untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran. Hal ini berarti proses pendidikan tidak boleh mengesampingkan
proses belajar.

Ketiga, suasana belajar dan pembelajaran itu diarahkan agar peserta didik dapat
mengembangkan potensi dirinya, ini berarti proses pendidikan ini harus berorientasi kepada
siswa.

Dan yang ke empat, akhir dari proses pendidikan adalah kemampuan untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya untuk masyarakat, bangsa, dan negara.

Tampaknya proses pendidikan kita di sekolah belum sesuai harapan diatas. Para guru di
sekolah masih bekerja sendiri-sendiri sesuai dengan matapelajaran yang diberikannya. Seakan-
akan mata pelajaran yang satu terlepas dari mata pelajaran yang lainnya. Sebab selama ini belum
ada standar yang mengatur proses pelaksanaan pendidikan. Artinya belum ada pedoman yang
bisa dijadikan rujukan bagaimana seharusnya proses pendidikan itu berlangsung.

B. Pengertian Standar Proses Pendidikan

Standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi
lulusan (PP No. 19 Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 Ayat 6).

Dari pengertian di atas, ada beberapa hal yang perlu digaris-bawahi. Pertama, standar
proses pendidikan, yang berarti standar proses pendidikan dimaksud berlaku untuk setiap
lembaga pendidikan formal pada jenjang pendidikan formal pada jenjang pendidikan tertentu
dimana pun lembaga pendidikan itu berada secara nasional.

Kedua, standar proses pendidikan berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran, yang


berarti dalam standar proses pendidikan berisi tentang bagaimana seharusnya proses
pembelajaran berlangsung, dengan demikian, standar proses proses pendidikan dimaksud dapat
dijadikan pedoman bagi guru dalam pengelolaan pembelajaran.

Ketiga, standar proses pendidikan diarahkan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
Dengan demikian, standar kompetensi lulusan merupakan sumber atau rujukan utama dalam
menentukan standar proses pendidikan.

Lemahnya proses pembelajaran yang dikembangkan guru dewasa ini seperti yang telah
dijelaskan di atas, merupakan salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita. Proses
pembelajaan yang terjadi di dalam kelas dilaksanakan sesuai dengan kemampuan dan selera
guru, padahal pada kenyataannya kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran tidak
merata sesuai dengan kemampuan dan latar belakang pendidikan guru serta motivasi dan
kecintaan dan kecintaan mereka terhadap profesinya.

C. Fungsi Standar Proses Pendidikan

Secara umum, Standar Proses Pendidikan (SPP) sebagai standar minimal yang harus
dilakukan memiliki fungsi sebagai pengendali proses pendidikan untuk memperoleh kualitas
hasil dan proses pembelajaran.

1. Fungsi SPP dalam Rangka Mencapai Standar Kompetensi yang Harus Dicapai

Proses pendidikan berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, yakni
kompetensi yang harus dicapai dalam ikhtiar pendidikan. Bagaimanapun bagus dan
idealnya suatu rumusan kompetensi, pada akhirnya keberhasilannya sangat tergantung
pada pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan guru.

2. Fungsi SPP Bagi Guru


Untuk mencapai tujuan pendidikan, yakni standar kompetensi yang harus dimiliki siswa,
guru sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan di lapangan sangat menentukan
keberhasilannya.

3. Fungsi SPP Bagi Kepala Sekolah

Bagi kepala sekolah SPP berfungsi sebagai barometer atau alat pengukur keberhasilan
program pendidikan di sekolah yang dipimpinnya.

4. Fungsi SPP Bagi Para Pengawas (Supervisor)

Bagi para pengawas SPP berfungsi sebagai pedoman, patokan, atau ukuran dalam
menetapkan bagian mana yang perlu disempurnakan atau diperbaiki oleh setiap guru
dalam pengelolaan proses pembelajaran.

5. Fungsi SPP Bagi Dewan Sekolah dan Dewan Pendidikan

Melalui pemahaman SPP, maka lembaga ini dapat melaksanakan fungsinya dalam
menyusun program dan memberikan bantuan khususnya yang berhubungan dengan
penyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan oleh sekolah atau guru.

D. Keterkaitan Standar Proses Pendidikan Dengan Standar Lainnya

Dalam peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang standar
pendidikan nasional dikatakan bahwa standar pendidikan nasional adalah criteria minimal
tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (PP
No. 19 Tahun 2005 Bab 1 pasal 1 ayat 1).
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam
criteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan
silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu (PP No. 19 Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 Ayat 5).

Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah criteria pendidikan prajabatan dan
kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan (PP No. 19 Tahun 2005 Bab 1
Pasal 1 ayat 7)

Standar proses pendidikan sebagai standar pelaksanaan pembelajaran dapat di pengaruhi


dan berhubungan dengan standar-standar lainnya. Hubungan standar proses dengan standar
lainnya digambarkan pada bagan 1.1 berikut.

Bagan tersebut menggambarkan : pertama, standar proses pendidikan (SPP) di tentukan


oleh standar kompetensi lulusan (SKL) dan standar isi (SI). Artinya, proses pendidikan yang
bagaimana yang harus dilakukan oleh guru harus sesuai dengan SKL dan SI, baik untuk jenjang
pendidikan SD,SMP atau SMA. Kedua, efektifitas dan kelancaran spp dapat di pengaruhi atau
tergantung pada tenaga pendidik dan kependidikan serta sarana dan prasarana. Oleh sebab itu, di
samping spp perlu juga di rumuskan standar pendidik dan tenaga kependidikan (SPTK) serta
standar sarana dan prasarana (SSP). Ketiga, efektifitas standar proses selanjutnya akan diukur
oleh standar penilaian (SP). Dalam SP di tetapkan mekanisme, prosedur, dan instrumen
penilaian. Keempat, keberhasilan pencapaian standar minimal pendidikan tentu saja sangat
tergantung kepada pembiayaan dan pengelolaan yang dilakukan pada setiap jenjang atau satuan
pendidikan. Oleh sebab itu, perlu juga di tetapkan standar pengelolaan dan standar pembiayaan.

BAB 2
Guru dalam Pencapaian Standar Proses Pendidikan
A. Pendahuluan
Penetapan standar proses pendidikan merupakan kebijakan yang sangat penting dan
strategis untuk pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan. Melalui standar proses
pendidikan setiap guru dan atau pengelola sekolah dapat menentukan bagaimana seharusnya
proses pembelajaran berlangsung.

Proses pembelajaran adalah merupakan suatu sistem. Dengan demikian pencapaian


standar proses untuk meningkatkan kualitas pendidikan (baca: proses pembelajaran) dapat
dimulai dari menganalisis setiap komponen yang dapat membentuk dan mempengaruhi proses
pembelajaran.

Pada bagian ini akan diuraikan tentang strategi pencapaian proses pendidikan melalui
peningkatan dan perbaikan dilihat dari sudut guru yang meliputi tentang peningkatan profesional
guru serta mengoptimalkan peran guru dalam proses pembelajaran.

B. Peningkatkan Kemampuan Profesional

1. Guru Sebagai Jabatan Profesional


Untuk meyakinkan bahwa guru sebagai pekerjaan profesional , marilah kita tinjau syarat-
syarat atau ciri pokok dari pekerjaan profesional.

a. Pekerjaan profesional ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam yang hanya
mungkin di peroleh dari lembaga-lembaga pendidikan yang sesuai, sehingga
kinerjanya didasarkan kepada keilmuan yang dimilikinya yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
b. Suatu profesi menekankan kepada suatu kehlian dalam bidang tertentu yang spesifik
sesuai dengan jenis profesinya, sehingga antara profesi yang satu dengan yang lainnya
dapat dipisahkan secara tegas.

c. Tingkat keahlian dan kemampuan suatu profesi didasarkan kepada latar belakang
pendidikan yang dialaminya yang diakui oleh masyarakat, sehingga semakin tinggi
latar belakang pendidikan akademik sesuai dengan profesinya, semakin tinggi pula
tingkat keahliannya, dengan demikian semakin tinggi pula tingkat penghargaan yang
diterimanya.

d. Suatu profesi selain dibutuhkan oleh masyarakat juga memiliki dampak terhadap
sosial kemasyarakatan, sehingga masyarakat memiliki kepekaan yang sangat tinggi
terhadap setiap efek yang ditimbulkannya dari pekerjaan profesinya itu.

2. Mengajar Sebagai Pekerjaan Profesional

Apakah mengajar sebagai pekerjaan profesional? Mari kita tinjau ciri dan karakteristik
dari proses mengajar sebagai tugas utama profesi Guru.

a. Mengajar bukanlah menyampaikan materi pelajaran saja, akan tetapi merupakan


pekerjaan yang bertujuan dan bersifat kompleks. Oleh karena itu dalam
pelaksanaannya, diperlukan sejumlah keterampilan khusus yang didasarkan pada
konsep dan ilmu pengetahuan yang spesifik.

b. Sebagaimana halnya tugas seorang dokter yang berprofesi menyembuhkan penyakit


pasiennya, maka tugas seorang guru pun memiliki bidang kehlian yang jelas, yaitu
mengarahkan siswa kearah tujuan yang diinginkan.

c. Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan bidang keahliannya,
diperlukan tingkat keahlian yang memadai.
d. Tugas guru adalah mempersiapkan generasi manusia yang dapat hidup dan berperan
aktif di masyarakat. Oleh sebab itu, tidak mungkin pekerjaan seorang guru dapat
terlepas dari kehidupan sosial.

e. Pekerjaan guru bukanlah pekerjaan yang statis, tetapi pekerjaan yang dinamis, yang
selamanya harus sesuai dan menyesuaikan dengan pekermbangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.

3. Kompetensi Profesional Guru

Kompetensi merupakan perilaku rasional guna mencapai tujuan yang di persyaratkan


sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Dengan demikian suatu kompetensi ditunjukkan oleh
penampilan atau topik yang dapat di pertanggungjawabkan (rasional) dalam upaya mencapai
suatu tujuan.

Sebagai suatu profesi, terdapat sejumlah kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru,
yaitu meliputi kompetensi pribadi, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial
kemasyarakatan.

a. Kompetensi pribadi
Sebagai seorang model, guru harus mempunyai kompetensi yang berhubungan dengan
pengembangan kepribadian (personal competencies) di antaranya :
1) Kemampuan yang berhubungan dengan pengalaman ajaran agama sesuai
dengan keyakinan agama yang dianutnya.
2) Kemampuan untuk menghormati dan menghargai antar umat beragama.
3) Kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan dan sistem nilai
yang berlaku di masyarakat.
4) Mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru, misalnya sopan
santun dan tata karma.
5) Bersifat demokratis dan terbuka terhadap pembaruan dan kritik.

b. Kompetensi profesional
Beberapa kemampuan yang berhubungan dengan kompetensi ini di antaranya :
1) Kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan, misalnya paham akan
tujuan pendidikan yang harus dicapai, baik tujuan nasional, tujuan
institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan pembelajaran.

2) Pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan, misalnya paham tentang


tahapan perkembangan siswa, paham tentang teori-teori belajar, dan lain
sebagainya.

3) Kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi


yang diajarkannya.

4) Kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi


pembelajaran.

5) Kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber


belajar.

6) Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran.

7) Kemampuan dalam menyusun program pembelajaran.

8) Kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur penunjang, misalnya paham


akan administrasi sekolah, bimbingan, dan penyuluhan.
9) Kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah untuk
meningkatkan kinerja.

c. Kompetensi sosial kemasyarakatan


1) Kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat
untuk meningkatkan kemampuan professional.

2) Kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga


kemasyarakatan.

3) Kemampuan untuk menjalin kerjasama, baik secara individual maupun secara


kelompok.

C. Mengoptimalkan Peran Guru Dalam Proses Pembelajaran


Ketika ilmu pengetahuan masih terbatas, ketika penemuan hasil-hasil teknologi belum
berkembang hebat seperti sekarang ini, maka peran utama guru disekolah adalah menyampaikan
ilmu pengetahuan sebagai warisan kebudayaan masa lalu yang dianggap berguna sehingga harus
dilestarikan. Dalam kondisi demikian guru berperan sebagai sumber belajar bagi siswa. Berikut
adalah beberapa peran guru.

1. Guru sebagai Sumber Belajar


Peran guru sebagai sumber belajar merupakan peran yang sangat penting. Peran sebagai
sumbr belajar berkaitan erat dengan pengausaan materi pelajaran. Kita bisa menilai baik
atau tidaknya seorang guru hanya dari penguasaan materi pelajaran.
Sebagai sumber dalam proses pembelajaran hendaknya guru melakukan hal-hal sebagai
berikut :
a. Sebaiknya guru memiliki bahan referensi yang lebih banyak dibandingkan dengan
siswa.
b. Guru dapat menunjukkan sumber belajar yang dapat dipelajari oleh siswa yang
memiliki kecepatan belajar di atas rata-rata siswa yang lain.
c. Guru perlu melakukan pemetaan tentang materi pelajaran, misalnya dengan
menentukan mana materi inti (core), yang wajib dipelajari siswa, mana materi
tambahan, mana materi yang harus diingat kembali karena pernah dibahas. Melalui
pemetaan semacam ini akan memudahkan bagi guru dalam melaksanakan tugasnya
sebagai sumber belajar.

2. Guru sebagai Fasilitator

Sebagai fasilitator, guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan


siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Agar dapat melaksanakan peran sebagai
fasilitator dalam proses pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipahami, khususnya
hal-hal yang berhubungan dengan pemanfaatan berbagai media dan sumber
pembelajaran.

a. Guru perlu memahami berbagai jenis media dan sumber belajar beserta fungsi
masing-masing media tersebut.
b. Guru perlu mempunyai keterampilan dalam merancang suatu media.
c. Guru dituntut untuk mampu mengorganisasikan berbagai jenis media serta dapat
memanfaatkan berbagai sumber belajar.
d. Sebagai fasilitator, guru dituntut agar mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi
dan berinteraksi dengan siswa.

3. Guru sebagai Pengelola


Sebagai pengelolah pembelajaran, guru berperan dalam menciptakan iklim belajar ang
memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik
guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh
siswa.
Alvin C. Eurich menjelaskan prinip-prinsip belajar yang harus diperhatikan guru,
sebagai berikut :
a. Segala sesuatu yang dipelajari oleh siswa, maka siswa harus mempelajarinya sendiri.
b. Setiap siswa yang belajar memiliki kecepatan masing-masing.
c. Seorang siswa akan belajar lebih banyak apabila setiap selesai melaksanakan tahapan
kegiatan diberikan reinforcement.
b. Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara
keseluruhan lebih berarti.
c. Apabila siswa diberi tanggung jawab, maka ia akan lebih termotivasi untuk belajar.

4. Guru sebagai Demonstrator

Yang dimaksud dengan peran guru sebagai demonstrator adalah peran untuk
mempertunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti
dan memahami setiap pesan yang disampaikan. Ada dua konteks guru sebagai
demonstrator. Pertama, sebagai demonstrator berarti guru harus menunjukkan sikap-sikap
yang terpuji. Dalam setiap aspek kehidupan, guru merupakan sosok ideal bagi setiap
siswa.

5. Guru sebagai Pembimbing

Siswa adalah individu yang unik. Keunikan itu bisa dilihat dari adanya setiap perbedaan.
Artinya tidak ada dua individu yang sama. Agar guru berperan sebagai pembimbing yang
baik, maka ada beberapa hal yang harus dimiliki, diantaranya: pertama, guru harus
memiliki pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya. Kedua, guru harus
memahami dan terampil dalam merencanakan, baik merencanakan tujuan dan kompetensi
yang akan dicapai maupun merencanakan proses pembelajaran.

6. Guru sebagai Motivator


Dalam proses pembelajaran motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sang
atpenting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kurangn
yakemampuan.
Tetapi disebabkan oleh kurangnya motivasi untuk belajar. Oleh karena itu untu
kmemperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif untuk dapat memban
gkitkan motivasi belajar siswa.
Beberapa hal yang patut diperhatikan agar dapat membangkitkan motivasi belajaradalah
sebagai berikut :
a. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai
b. Membangkitkan minat siswa
c. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
d. Memberi pujian yang wajar terhadap keberhasilan siswa,
e. Memberikan penilaian yang positif,
f. Memberi komentar tentang hasil pekerjaan siswa
g. Menciptakan persaingan dan kerjasama.

7. Guru sebagai Evaluator

Sebagai evaluator, guru berperan untuk mengumpulkan data atau informasitentangkeber


hasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Evaluasi tidak hanya dilakukan terhadap hasi
l
akhirpembelajaran (berupa nilai atau angkaangka) tetapi juga dilakukan terhadap proses,
kinerja, dan skill siswa dalam proses pembelajaran.

D. Keterampilan Dasar Mengajar Bagi Guru

Keterampilan dasar mengajar bagi guru diperlukan agar guru dapat melaksanakan
perannya dalam pengelolaan proses pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat berjalan secara
efektif dan efisien. Disamping itu, keterampilan dasar merupakan syarat mutlak agar guru bisa
mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang akan dibahas pada bab – bab
selanjutnya. Beberapa keterampilan dasar tersebut di jelaskan sebagai berikut.

1. Keterampilan Dasar Bertanya

Melalui keterampilan ini guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang lebih
bermakna. Dapat anda rasakan, pembelajaran akan menjadi sangat membosankan manakala
selama berjam – jam guru menjelaskan materi tanpa diselingi dengan pertanyaan, baik hanya
sekedar pertanyaan pancingan atau pertanyaan untuk mengajak siswa berpikir. Oleh karena itu,
dalam setiap proses pembelajaran, strategi pembelajaran apapun yang digunakan, bertanya
merupakan kegiatan bertanya yang selalu merupakan kegiatan yang selalu merupakan bagian
yang mutlak tidak terpisahkan.

Sekarang bagaimana agar proses bertanya yang kita laksanakan dapat berhasil
membelajarkan siswa? Kita harus paham bagaimana cara bertanya yang baik. Beberapa saran
dalam teknik bertanya atau menerima jawaban dari pertanyaan yang kita ajukan di jelskan di
bawah ini.

a. Beberapa Petunjuk Teknis


1. Tunjukkan keantusiasan dan kehangatan

2. Berikan waktu kepada siswa untuk berpikir

3. Atur lalu lintas bertanya jawab

4. Hindari pertanyaan ganda

b. Meningkatkan kualitas pertanyan

Disamping beberapa petunjuk secara teknis, dalam teknik bertanya juga perlu
diperhatikan bagaimana meningkatkan kualitas pertanyaan agar mampu menjadi alat untuk
meniingkatkan kemampuan berpikir dan meningkatkan kualitas pembelajaran bagi siswa.

1) Berikan pertanyaan secara berjenjang


2) Gunakan pertanyaan – pertanyaan untuk melacak

2. Keterampilan Dasar Memberikan Rainforcement


Keterampilan dasar penguatan (rainforcement) adalah segala bentuk respon yang
merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan
untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatan atau responnya yang
diberikan sebagai suatu dorongan atau koreksi. Dengan demikian fungsi keterampilan penguatan
itu adalah untuk memberikan ganjaran kepada siswa sehingga siswa akan berbesarhati dan
meningkatkan partisipasinya dalam setiap proses pembelajaran.
Ada dua jenis penguatan yang dapat diberikan oleh guru, yaitu

a. Penguatan Verbal
Penguatan verbal adalah penguatan yang diungkapkan dengan kata-kata, baik kata-kata
pujian maupun penghargaan atau kata-kata koreksi. Melalui kata-kata itu siswa akan merasa
tersanjung dan berbesar hati sehingga ia akan merasa puas dan terdorong untuk lebih aktif
belajar.

b. Penguatan Nonverbal

Penguatan nonverbal adalah penguatan yang diungkapkan melalui bahasa isyarat.


Misalnya melalui anggukan kepala tanda setuju , gelengan kepala tanda tidak setuju dan
sebagainnya.

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memberikan penguatan agar penguatan itu
dapat meningkatkan motivasi pembelajaran.

 Kehangatan dan keantusiasan


 Kebermaknaan
 Gunakan penguatan yang bervariasi
 Berikan penguatan dengan segera

3. Keterampilan Variasi Stimulus


Veriasi stimulus adalah keterampilan guru untuk menjaga agar iklim pembelajaran tetap
menarik perhatian, tidak membosankan, sehingga siswa menunjukkan sikap antusias dan
ketekunan, penuh gairah dan berpartisipasi aktif dalam setiap langkah kegiatan pembelajaran.

Ada tiga variasi stimulus yang dapat diberikan guru yaitu :

1. Variasi pada waktu bertatap muka atau melaksanakan proses pembelajaran

2. Variasi dalam mebggunakan media/alat bantu pembelajaran

3. Variasi dalam melakukan pola interaksi


Sesuai dengan jenisnya teknik-teknik yang dapat digunakan dalam melakukan variasi
stimulus dijelaskan sebagai berikut.

a. Variasi pada saat melaksanakan proses pembelajaran

Untuk menjaga agar proses pembelajaran tetap kondusif, ada beberapa teknik yang perlu
dilakukan.

1). Penggunaan variasi suara (teacher voice)


2). Pemusatan perhatian (focusing)
3). Kebisuan guru (teacher silence)
4). Mengadakan kontak pandang (eye contact)
5). Gerak guru (teacher movement)

b. Variasi dalam penggunaan media dan alat pembelajaran


Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Yang menjadi masalah adalah
bagaimana agar proses komunikasi itu berjalan dengan efektif agar pesan yang ingin
disampaikan dapat diterima secara utuh.

Variasi penggunaan media dan alat pembelajaran dapat dilakukan sebagai berikut.

1) Dengan menggunakan variasi media yang dapat dilihat (visual) seperti menggunakan
gambar, slide, foto dan lain-lain.
2) Variasi alat atau media yang dapat didengar (auditif) seperti menggunakan radio, musik,
deklamasi, puisi dan lain sebagainya.
3) Variasi alat atau media yang dapat diraba, dimanipulasi, dan digerakkan (motorik).

c. Variasi dalam berinteraksi


Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Guru perlu
membangun interaksi secara penuh dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
siswa untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Guru perlu menggunakan variasi interaksi dua
arah yaitu, pola interaksi siswa – guru – siswa, bahkan pola interaksi yang multiarah.

4. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Membuka pelajaran atau set induction adalah usaha yang dilakukan oleh guru dalam
kegiatan pembelajaran untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar mental maupun perhatian
terpusat pada pengalaman belajar yang disajikan sehingga akan mudah mencapai kompetensi
yang diharapkan.

Secara khusus tujuan membuka pelajaran adalah untuk :

1) Menarik perhatian siswa


2) Menumbukkan motivasi belajar siswa
3) Meberikan acuan atau rambu-rambu tentang pembelajaran yang akan dilakukan.
Menutup pelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan guru untuk
mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberikangambaran menyeluruh tentang apa yang
telah dipelajari siswa serta kaitannya dengan pengalaman sebelumnya, mengetahui tingkat
keberhasilan siswa, serta keberhasilan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
Menutup pelajaran dapat dilakukan dengan cara :
1) Merangkum atau membuat garis-garis besar persoalan yang baru dibahas, sehingga siswa
memperoleh gambaran yang menyeluruh dan jelas tentang pokok-pokok persoalan.
2) Mengkonsolidasikan perhatian siswa terhadap hal-hal yang pokok agar infomiasi yang
telah diterima dapat membangkitkan minat untuk mempelajari lebih lanjut.
3) Mengorganisasikan kegiatan yang telah dilakukan untuk membentuk pemahaman baru
tentang materi yang telah dipelajarinya
4) Memberikan tindak lanjut serta saran-saran untuk memperluas wawasan yang
berhubungan dengan materi pelajaran yang telah dibahas.
5. Keterampilan Mengelola Kelas

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar
yang optimal dan mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana
pembelajaran. Terdapat beberapa jenis perilaku yang dapat menganggu iklim belajar mengajar
seperti diuraikan di bawah ini.

1. Tidak adanya perhatiaan

2. Perilaku menganggu

3. Memusatkan perhatian

4. Memberikan petunjuk dan tujuan yang jelas


---0---

BAB 3
Sistem Pembelajaran dalam Standar Proses Pendidikan

A. Pengertian dan Kegunaan Sistem

Penyusunan standar proses pemdidikan diperlukan untuk menentukan kegiatan


pembelajaran yang dilakukan oleh guru sebagai upaya ketercapaian standar kompetensi lulusan.
Dengan demikian, standar proses dapat dijadikan pedoman oleh setiap guru dalam pengelolaan
proses pembelajaran serta menentukan komponen-komponen yang dapat mempengaruhi proses
pendidikan.

Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas proses
pendidikan adalah pendekatan sistem. Melalui pendekatan sistem kita dapat melihat berbagai
aspek yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu proses.

Sistem adalah satu kesattuan komponen yang satu sama lain saling berkaitan dan saling
berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan.

Sistem bermanfaat untuk merancang atau merencanakan suatu proses pembelajaran.


Perencanaan adalah proses dan cara berpikir yang dapat membantu menciptakan hasil yang di
harapkan. Oleh karena itulah proses perencanaan yang sistematis dalam proses pembelajaran
mempunyai beberapa keuntungan diantaranya :

1. Melalui sistem perencanaan yang matang, guru akan terhindar dari keberhasilan secara
untung-untungan, dengan demikian pendekatan sistem memiliki daya ramal yang kuat
tentang keberhasilan suatu proses pembelajaran,karena memang perencanaan disusun
untuk mencapai hasil yang optimal.

2. Melalui sistem perencanaan yang sistematis, setiap guru dapat menggambarkan


hambatan yang mungkin akan dihadapi sehingga dapat menentukan berbagai strategi
yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

3. Melalui sistem perencanaan, guru dapat menentukan berbagai langkah dalam


memanfaatkan berbagai sumber dan fasilitas yang ada untuk ketercapaian tujuan.

B. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sistem pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai