Salah satu masalah yang sedang di alami di dalam dunia pendidikan kita adalah maslah
lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong uuntuk
mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas di arahkan kepada
kemampuan anak untuk menghafal informasi ; otak anak dipaksa untuk mengingat dan
menimbun berbagai macam informasi tanpa di tuntut untuk memahami informasi yang
diingtanya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari – hari. Akibatnya, ketika anak
didik telah lulus dari sekolah, mereka pintas secara teoritis tetapi miskin aplikasi.
Undang – undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan
bahwa pendidika adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Terdapat bebrapa hal penting yang perlu kita kritisi dari konsep pendidikan tersebut
menurut undang – undang.
Pertama, pendidikan adalah usaha sadar yang terancana hal ini berarti proses pendidikan
disekolah bukanlah proses yang dilaksanakan secara asal-asalan dan untung-untungan tetapi
proses yang bertujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa diarahkan pada
pencapaian tujuan.
Kedua, proses pendidikan yang terencana itu diarahkan untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran. Hal ini berarti proses pendidikan tidak boleh mengesampingkan
proses belajar.
Ketiga, suasana belajar dan pembelajaran itu diarahkan agar peserta didik dapat
mengembangkan potensi dirinya, ini berarti proses pendidikan ini harus berorientasi kepada
siswa.
Dan yang ke empat, akhir dari proses pendidikan adalah kemampuan untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya untuk masyarakat, bangsa, dan negara.
Tampaknya proses pendidikan kita di sekolah belum sesuai harapan diatas. Para guru di
sekolah masih bekerja sendiri-sendiri sesuai dengan matapelajaran yang diberikannya. Seakan-
akan mata pelajaran yang satu terlepas dari mata pelajaran yang lainnya. Sebab selama ini belum
ada standar yang mengatur proses pelaksanaan pendidikan. Artinya belum ada pedoman yang
bisa dijadikan rujukan bagaimana seharusnya proses pendidikan itu berlangsung.
Standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi
lulusan (PP No. 19 Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 Ayat 6).
Dari pengertian di atas, ada beberapa hal yang perlu digaris-bawahi. Pertama, standar
proses pendidikan, yang berarti standar proses pendidikan dimaksud berlaku untuk setiap
lembaga pendidikan formal pada jenjang pendidikan formal pada jenjang pendidikan tertentu
dimana pun lembaga pendidikan itu berada secara nasional.
Ketiga, standar proses pendidikan diarahkan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
Dengan demikian, standar kompetensi lulusan merupakan sumber atau rujukan utama dalam
menentukan standar proses pendidikan.
Lemahnya proses pembelajaran yang dikembangkan guru dewasa ini seperti yang telah
dijelaskan di atas, merupakan salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita. Proses
pembelajaan yang terjadi di dalam kelas dilaksanakan sesuai dengan kemampuan dan selera
guru, padahal pada kenyataannya kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran tidak
merata sesuai dengan kemampuan dan latar belakang pendidikan guru serta motivasi dan
kecintaan dan kecintaan mereka terhadap profesinya.
Secara umum, Standar Proses Pendidikan (SPP) sebagai standar minimal yang harus
dilakukan memiliki fungsi sebagai pengendali proses pendidikan untuk memperoleh kualitas
hasil dan proses pembelajaran.
1. Fungsi SPP dalam Rangka Mencapai Standar Kompetensi yang Harus Dicapai
Proses pendidikan berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, yakni
kompetensi yang harus dicapai dalam ikhtiar pendidikan. Bagaimanapun bagus dan
idealnya suatu rumusan kompetensi, pada akhirnya keberhasilannya sangat tergantung
pada pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan guru.
Bagi kepala sekolah SPP berfungsi sebagai barometer atau alat pengukur keberhasilan
program pendidikan di sekolah yang dipimpinnya.
Bagi para pengawas SPP berfungsi sebagai pedoman, patokan, atau ukuran dalam
menetapkan bagian mana yang perlu disempurnakan atau diperbaiki oleh setiap guru
dalam pengelolaan proses pembelajaran.
Melalui pemahaman SPP, maka lembaga ini dapat melaksanakan fungsinya dalam
menyusun program dan memberikan bantuan khususnya yang berhubungan dengan
penyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan oleh sekolah atau guru.
Dalam peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang standar
pendidikan nasional dikatakan bahwa standar pendidikan nasional adalah criteria minimal
tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (PP
No. 19 Tahun 2005 Bab 1 pasal 1 ayat 1).
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam
criteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan
silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu (PP No. 19 Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 Ayat 5).
Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah criteria pendidikan prajabatan dan
kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan (PP No. 19 Tahun 2005 Bab 1
Pasal 1 ayat 7)
BAB 2
Guru dalam Pencapaian Standar Proses Pendidikan
A. Pendahuluan
Penetapan standar proses pendidikan merupakan kebijakan yang sangat penting dan
strategis untuk pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan. Melalui standar proses
pendidikan setiap guru dan atau pengelola sekolah dapat menentukan bagaimana seharusnya
proses pembelajaran berlangsung.
Pada bagian ini akan diuraikan tentang strategi pencapaian proses pendidikan melalui
peningkatan dan perbaikan dilihat dari sudut guru yang meliputi tentang peningkatan profesional
guru serta mengoptimalkan peran guru dalam proses pembelajaran.
a. Pekerjaan profesional ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam yang hanya
mungkin di peroleh dari lembaga-lembaga pendidikan yang sesuai, sehingga
kinerjanya didasarkan kepada keilmuan yang dimilikinya yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
b. Suatu profesi menekankan kepada suatu kehlian dalam bidang tertentu yang spesifik
sesuai dengan jenis profesinya, sehingga antara profesi yang satu dengan yang lainnya
dapat dipisahkan secara tegas.
c. Tingkat keahlian dan kemampuan suatu profesi didasarkan kepada latar belakang
pendidikan yang dialaminya yang diakui oleh masyarakat, sehingga semakin tinggi
latar belakang pendidikan akademik sesuai dengan profesinya, semakin tinggi pula
tingkat keahliannya, dengan demikian semakin tinggi pula tingkat penghargaan yang
diterimanya.
d. Suatu profesi selain dibutuhkan oleh masyarakat juga memiliki dampak terhadap
sosial kemasyarakatan, sehingga masyarakat memiliki kepekaan yang sangat tinggi
terhadap setiap efek yang ditimbulkannya dari pekerjaan profesinya itu.
Apakah mengajar sebagai pekerjaan profesional? Mari kita tinjau ciri dan karakteristik
dari proses mengajar sebagai tugas utama profesi Guru.
c. Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan bidang keahliannya,
diperlukan tingkat keahlian yang memadai.
d. Tugas guru adalah mempersiapkan generasi manusia yang dapat hidup dan berperan
aktif di masyarakat. Oleh sebab itu, tidak mungkin pekerjaan seorang guru dapat
terlepas dari kehidupan sosial.
e. Pekerjaan guru bukanlah pekerjaan yang statis, tetapi pekerjaan yang dinamis, yang
selamanya harus sesuai dan menyesuaikan dengan pekermbangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Sebagai suatu profesi, terdapat sejumlah kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru,
yaitu meliputi kompetensi pribadi, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial
kemasyarakatan.
a. Kompetensi pribadi
Sebagai seorang model, guru harus mempunyai kompetensi yang berhubungan dengan
pengembangan kepribadian (personal competencies) di antaranya :
1) Kemampuan yang berhubungan dengan pengalaman ajaran agama sesuai
dengan keyakinan agama yang dianutnya.
2) Kemampuan untuk menghormati dan menghargai antar umat beragama.
3) Kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan dan sistem nilai
yang berlaku di masyarakat.
4) Mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru, misalnya sopan
santun dan tata karma.
5) Bersifat demokratis dan terbuka terhadap pembaruan dan kritik.
b. Kompetensi profesional
Beberapa kemampuan yang berhubungan dengan kompetensi ini di antaranya :
1) Kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan, misalnya paham akan
tujuan pendidikan yang harus dicapai, baik tujuan nasional, tujuan
institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan pembelajaran.
a. Guru perlu memahami berbagai jenis media dan sumber belajar beserta fungsi
masing-masing media tersebut.
b. Guru perlu mempunyai keterampilan dalam merancang suatu media.
c. Guru dituntut untuk mampu mengorganisasikan berbagai jenis media serta dapat
memanfaatkan berbagai sumber belajar.
d. Sebagai fasilitator, guru dituntut agar mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi
dan berinteraksi dengan siswa.
Yang dimaksud dengan peran guru sebagai demonstrator adalah peran untuk
mempertunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti
dan memahami setiap pesan yang disampaikan. Ada dua konteks guru sebagai
demonstrator. Pertama, sebagai demonstrator berarti guru harus menunjukkan sikap-sikap
yang terpuji. Dalam setiap aspek kehidupan, guru merupakan sosok ideal bagi setiap
siswa.
Siswa adalah individu yang unik. Keunikan itu bisa dilihat dari adanya setiap perbedaan.
Artinya tidak ada dua individu yang sama. Agar guru berperan sebagai pembimbing yang
baik, maka ada beberapa hal yang harus dimiliki, diantaranya: pertama, guru harus
memiliki pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya. Kedua, guru harus
memahami dan terampil dalam merencanakan, baik merencanakan tujuan dan kompetensi
yang akan dicapai maupun merencanakan proses pembelajaran.
Keterampilan dasar mengajar bagi guru diperlukan agar guru dapat melaksanakan
perannya dalam pengelolaan proses pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat berjalan secara
efektif dan efisien. Disamping itu, keterampilan dasar merupakan syarat mutlak agar guru bisa
mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang akan dibahas pada bab – bab
selanjutnya. Beberapa keterampilan dasar tersebut di jelaskan sebagai berikut.
Melalui keterampilan ini guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang lebih
bermakna. Dapat anda rasakan, pembelajaran akan menjadi sangat membosankan manakala
selama berjam – jam guru menjelaskan materi tanpa diselingi dengan pertanyaan, baik hanya
sekedar pertanyaan pancingan atau pertanyaan untuk mengajak siswa berpikir. Oleh karena itu,
dalam setiap proses pembelajaran, strategi pembelajaran apapun yang digunakan, bertanya
merupakan kegiatan bertanya yang selalu merupakan kegiatan yang selalu merupakan bagian
yang mutlak tidak terpisahkan.
Sekarang bagaimana agar proses bertanya yang kita laksanakan dapat berhasil
membelajarkan siswa? Kita harus paham bagaimana cara bertanya yang baik. Beberapa saran
dalam teknik bertanya atau menerima jawaban dari pertanyaan yang kita ajukan di jelskan di
bawah ini.
Disamping beberapa petunjuk secara teknis, dalam teknik bertanya juga perlu
diperhatikan bagaimana meningkatkan kualitas pertanyaan agar mampu menjadi alat untuk
meniingkatkan kemampuan berpikir dan meningkatkan kualitas pembelajaran bagi siswa.
a. Penguatan Verbal
Penguatan verbal adalah penguatan yang diungkapkan dengan kata-kata, baik kata-kata
pujian maupun penghargaan atau kata-kata koreksi. Melalui kata-kata itu siswa akan merasa
tersanjung dan berbesar hati sehingga ia akan merasa puas dan terdorong untuk lebih aktif
belajar.
b. Penguatan Nonverbal
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memberikan penguatan agar penguatan itu
dapat meningkatkan motivasi pembelajaran.
Untuk menjaga agar proses pembelajaran tetap kondusif, ada beberapa teknik yang perlu
dilakukan.
Variasi penggunaan media dan alat pembelajaran dapat dilakukan sebagai berikut.
1) Dengan menggunakan variasi media yang dapat dilihat (visual) seperti menggunakan
gambar, slide, foto dan lain-lain.
2) Variasi alat atau media yang dapat didengar (auditif) seperti menggunakan radio, musik,
deklamasi, puisi dan lain sebagainya.
3) Variasi alat atau media yang dapat diraba, dimanipulasi, dan digerakkan (motorik).
Membuka pelajaran atau set induction adalah usaha yang dilakukan oleh guru dalam
kegiatan pembelajaran untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar mental maupun perhatian
terpusat pada pengalaman belajar yang disajikan sehingga akan mudah mencapai kompetensi
yang diharapkan.
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar
yang optimal dan mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana
pembelajaran. Terdapat beberapa jenis perilaku yang dapat menganggu iklim belajar mengajar
seperti diuraikan di bawah ini.
2. Perilaku menganggu
3. Memusatkan perhatian
BAB 3
Sistem Pembelajaran dalam Standar Proses Pendidikan
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas proses
pendidikan adalah pendekatan sistem. Melalui pendekatan sistem kita dapat melihat berbagai
aspek yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu proses.
Sistem adalah satu kesattuan komponen yang satu sama lain saling berkaitan dan saling
berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan.
1. Melalui sistem perencanaan yang matang, guru akan terhindar dari keberhasilan secara
untung-untungan, dengan demikian pendekatan sistem memiliki daya ramal yang kuat
tentang keberhasilan suatu proses pembelajaran,karena memang perencanaan disusun
untuk mencapai hasil yang optimal.