Anda di halaman 1dari 4

Legal opinion 

perjanjian PT. Pacific Global Utama


Perkenankan kami menyampaikan Legal opinion atau pendapat hukum berdasarkan data dan
keterangan yang disampaikan kepada kami yang pada pokoknya sebagai berikut:
1. Bahwa PT. Pacific Global Utama memiliki hubungan hukum dengan PT. Intisari Sari
Mandiri yang tertuang dalam Akta Perjanjian Jasa Pertambangan Nomor:
001/PJP/PGU-ISM/VII/ 2022 Jo amendemen Nomor:
01/PJP/PGU-ISM/ADD/II/2023, yang berlaku pada bulan Juli 2022 s.d Maret 2024
2. Bahwa pada tanggal 10 Juni 2023 PT. Pacific Global Utama telah mengirimkan Surat
Nomo:11/PGU-DIR/VI/2023 yang pada intinya memebritahukan penghentian seluruh
Kegiatan Oprasional tambang karena terjadi kondisi kahar/ Force majeur di lokasih
tambang.
3. Bahwa berdasarkan Akta Perjanjian Jasa Pertambangan Nomor: 001/PJP/PGU-
ISM/VII/ 2022 Jo amendemen Nomor: 01/PJP/PGU-ISM/ADD/II/2023, antara PT.
Pacific Global Utama dengan PT. Intisari Sari Mandiri, yang termasuk Keadaan
Kahar/ force majeur dalam Pasal 14 ayat 2 adalah perang, gangguan sipil, blokade,
tindakan atau kebijakan pemerintah yang berhubungkan dengan operasi tambang
secara keseluruhan, pemogokan atau perselisihan perburuan, huru hara,
epidemi,gempa bumi dab takdir tuhan yang bersifat menghabat, membatasi atau
mencegah terlaksananya sebagaian atau seluruh aktivitas perjanjian.
4. Bahwa dalil dari PT. Pacific Global Utama yang menyatakan Curah Hujan Tinggi
Bukan Merupakan Dari Bagian Keadaan Kahar/ Force Majeur sebagaimana
dimaktub dalam Pasal 14 ayat 2 Akta Perjanjian Jasa Pertambangan Nomor:
001/PJP/PGU-ISM/VII/ 2022 Jo amendemen Nomor:
01/PJP/PGU-ISM/ADD/II/2023, antara PT. Pacific Global Utama dengan PT. Intisari
Sari Mandiri, akan tetapi merupakan Loss Opportunity Dan Loss Time, karena curah
hujan berlangsung dari priode November 2022 sd April 2023 dan sudah mulai
berkurang di pertengahan Mei 2023, hal ini pun telah diakui oleh PT. Pacific Global
Utama pada poin ke 3 (tiga) Surat Nomo:11/PGU-DIR/VI/2023 Sehingga hal tersebut
tidak mengambat dan menganggu aktifitasi pertambangan.
5. Bahwa tanggul kolam 4 (di kaki/ toe inpir disposal) retak dan bocor sehingga
mengakibatkan High Wall level terendah, sudah sering terjadi sehingga bukan
merupakan Keadaan Kahar/force majeur melainkan faktor kesalahan teksnis dari
kurangnya penerapan standar keamanan (Safty).
6. Bahwa perjanjian PT. Pacific Global Utama dengan PT. Huadian Bukit Asam Power
tidak ada sangkutpautnya/hubungan hukum dengan PT. Intisari Sari Mandiri,
karena perjanjian tersbut dibuat sebelum adanya Akta Perjanjian Jasa Pertambangan
Nomor: 001/PJP/PGU-ISM/VII/ 2022 Jo amendemen Nomor:
01/PJP/PGU-ISM/ADD/II/2023, antara PT. Pacific Global Utama dengan PT. Intisari
Sari Mandiri.
7. Bahwa PT. Intisari Sari Mandiri baru mengetaui adanya perjanjian PT. Pacific Global
Utama dengan PT. Huadian Bukit Asam Power plant, mengenai perlintasan jalan OB
PT. Pacific Global Utama ke disposal selatan dengan jalur pipa intake air PT Huadian
Bukit Asam Power pada bulan Mei 2023 setelah perjanjian dan amandemen dibuat
setujuhi, dan dijalankan oleh para pihak.
8. Bahwa PT. Pacific Global Utama telah melakukan perbuatan itikad tidak baik
dalam membuat perjanjian dengan PT. Intisari Sari Mandiri, karena menurut Pasal 5
Akta Perjanjian Jasa Pertambangan Nomor: 001/PJP/PGU-ISM/VII/ 2022 Jo
amendemen Nomor: 01/PJP/PGU-ISM/ADD/II/2023, menjelaskan bahwaPT. Pacific
Global Utama menjamin ijin, status lahan, sengekata hukum.
Berdasarkan seluruh uraian-uraian di atas kami berpendapat bahwa pemutusan kontrak yang
di lakukan oleh PT. Pacific Global Utama merupakan tindakan perbuatan ingkar janji karena
PT. Pacific Global Utama telah melakukan hal-hal yang mengakibatkan terjadinnya tidak
dapat di laksanakannya isi perjanjian adapun Pasal yang dilanggar dalam perjanjian oleh PT.
Pacific Global Utama sebagai berikut:
1. Pasal 5 tentang hak dan kawjiban PT. Pacific Global Utama mengenai status lahan
dan tidak memberitahukan kepada PT. Intisari Sari Mandiri bahwa terdapat perjanjian
antran PT. Pacific Global Utama dengan PT. Huadian Bukit Asam Power.
2. Pasal 16 ayat 2 tentang pengakhairan perjanjian secara sepihak dengan alasan kondisi
kahar tidak terbukti.
3. Pasal 16 ayat 3 tentang tenggang waktu pengakhiran kerjasama di lakukan paling
lambat 1 bulan sebelum kontrak di Putus salah satuh pihak.
Dengan demkian dapat disimpulkan bahwa PT. Pacific Global Utama telah secara sah dan
meyakinkan melakukan pelangaran terhadap isi Akta Perjanjian Jasa Pertambangan Nomor:
001/PJP/PGU-ISM/VII/ 2022 Jo amendemen Nomor: 01/PJP/PGU-ISM/ADD/II/2023.
Legal opinion PHK
Perkenankan kami menyampaikan Legal opinion atau pendapat hukum berdasarkan data dan
keterangan yang disampaikan kepada kami yang pada pokoknya sebagai berikut:
1. Bahwa menurut Pasal 37 Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian
Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan
Hubungan Kerja PHK upayakan tidak terjadi. Namun apabila tidak dapat dihindari, maka
pengusaha memberitahukan maksud dan alasan PHK kepada pekerja dalam bentuk surat
pemberitahuan dan disampaikan secara sah dan patut paling lama 14 hari kerja sebelum
PHK. Dalam hal PHK dilakukan dalam masa percobaan maka surat pemberitahuan
disampaikan paling lama 7 hari kerja sebelumnya.
2. Bahwa menurut Penjelasan Pasal 37 ayat (3) PP 35/2021 Surat tersebut antara lain memuat
maksud dan alasan PHK, kompensasi serta hak lainnya yang diterima pekerja akibat PHK.
3. Bahwa Pasal 38 PP 35/2021 dalam hal pekerja telah mendapatkan surat pemberitahuan
PHK dan ia tidak menolak PHK, maka selanjutnya PHK tersebut harus dilaporkan oleh
pengusaha kepada Kementerian Ketenagakerjaan dan/atau dinas yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan provinsi dan kabupaten/kota.
4. Bahwa menurut Pasal 39 PP 35/2021 bagi pekerja yang menolak PHK, ia harus membuat
surat penolakan disertai alasan paling lama 7 hari kerja setelah diterimanya surat
pemberitahuan. Perselisihan atau perbedaan pendapat selanjutnya diselesaikan melalui
perundingan bipartit, dan apabila tidak mencapai kesepakatan, maka dilakukan
penyelesaian melalui mekanisme penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
5. Bahwa menurut Pasal 4 ayat (1) dan (5) jo. Pasal 5 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004
tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial  setelah gagalnya perundingan
bipartit, tahapan selanjutnya adalah mencatatkan ke instansi di bidang ketenagakerjaan
setempat dan melampirkan gagalnya perundingan bipartit. Kemudian untuk perselisihan
PHK dilakukan penyelesaian melalui konsiliasi. Jika konsiliasi tidak mencapai
kesepakatan, salah satu pihak dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Hubungan
Industrial pada Pengadilan Negeri setempat.
6. Bahwa menurut Pasal 7 ayat (1) dan Pasal 23 ayat (1) Sebaliknya, apabila dalam tahapan
perundingan bipartit maupun konsiliasi berhasil mencapai kesepakatan,
dibuatlah perjanjian bersama yang ditandatangani oleh para pihak.
Dengan demikian berdasarkan uraian-uraian di atas, maka dpat di simpulkan bahwa apabila
PT. Intisari Sari Mandiri ingin PHK yang tidak dapat di hindari maka lakah-lakah yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Mengeluarkan surat pemberitahuan.
2. Membuat surat laporan PHK kepada Kementerian Ketenagakerjaan dan/atau dinas
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan provinsi dan
kabupaten/kota (tidak menolak PHK)
3. Bila terjadi karyawan menolak PHK, ia harus membuat surat penolakan disertai
alasan paling lama 7 hari kerja setelah diterimanya surat pemberitahuan.
4. perundingan bipartitpa bila tidak mencapai kesepakatan tahapan selanjutnya adalah
mencatatkan ke instansi di bidang ketenagakerjaan setempat dan melampirkan
gagalnya perundingan bipartit.
5. perundingan bipartit maupun konsiliasi berhasil mencapai kesepakatan,
dibuatlah perjanjian bersama.
6. Kemudian untuk perselisihan PHK dilakukan penyelesaian melalui konsiliasi.
7. Jika konsiliasi tidak mencapai kesepakatan, salah satu pihak dapat
mengajukan gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial 

Anda mungkin juga menyukai