Anda di halaman 1dari 50

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian penulisan karangan memiliki banyak aspek yang dapat diteliti
terkait dengan penggunaan bahasa Indonesia di dalamnya, salah satu
karangan yang dapat diteliti yaitu teks deskripsi. Terdapat berbagai aspek
kebahasaan yang dapat diteliti dalam teks deskripsi, akan tetapi peneliti
lebih memfokuskan kepada masalah kesalahan penggunaan pada kata
berimbuhan yang digunakan saja. Pengambilan data karangan teks deskripsi
dilakukan melalui hasil penugasan yang diberikan oleh guru kepada siswa
setelah pemberian materi. Sebelum menulis, guru memberikan pilihan tema
kepada siswa yang meliputi keluarga, idola, alam, sekolah, dan hewan.
Meskipun sudah diberikan beberapa pilihan tema, ada juga siswa yang
menulis karangan teks deskripsi di luar tema yang diberikan.
Data penelitian ini diambil dengan menggunakan purposive
sampling dengan hasil terdapat 20 karangan teks deskripsi siswa yang
dinilai paling memenuhi syarat yang telah ditentukan peneliti sebagai
sebuah karangan teks deskripsi yang berpedoman teori para ahli. Berikut
adalah tabel data judul karangan siswa beserta penjelasan hasil temuan
penelitian yang berupa bentuk dan jenis kesalahan penggunaan kata
berimbuhan dalam karangan teks deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 1
Suruh.

31
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32

Tabel 2. Data Judul Karangan Teks Deskripsi

No Nama Judul

1. Aqila Maulida Salsabila Ki Hadjar Dewantara

2. Eka Janu Febriyan Keris

3. Wijiningsih Siwi Suryaningrum Sungai Serayu

4. Isfi Anta Safilah Keindahan Alam Indonesia

5. Aruna Airfala Tantri Si Kiko Kelinciku

6. Rajwa Rahmawati Ikanku

7. Agustina Putri D Sekolahku

8. Farrel Rasyid S. Kota Bandung

9. Aulia Nur Aini Si Gembul Kucingku

10. Evi Mariska Kelinci

11. Ashif Parangtritis nan Indah

12. Fabian Bagastama Harimau

13. Raffa Kucing Bernama Ciko

14. Rafael Danurwenda Pantai Jumiang Pamekaran

15. Hana Nabila Aurelia Kucing

16. Calcio Idyya Rafa Wishal Badak Bercula Satu

17. Amadea Alexa Tino Kucingku

18. Dhea Afganingrum Ibuku Inspirasiku

19. Liona M.O. Kenma Kucingku

20. Ayah Panutanku Naila Syifa


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33

1. Bentuk dan Jenis Kesalahan Penggunaan Kata Berimbuhan dalam


Karangan Teks Deskripsi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Suruh
Pada bab ini peneliti memaparkan deskripsi beserta analisis data.
Setelah melakukan analisis pada karangan teks deskripsi siswa kelas VII
SMP Negeri 1 Suruh, peneliti menemukan berbagai kesalahan
penggunaan kata berimbuhan sesuai dengan bentuk dan jenisnya.
Peneliti mengutip karangan siswa yang mengandung kesalahan
penggunaan kata berimbuhan, kemudian menuliskan pembenaran sesuai
dengan proses morfologis yang tepat dalam kaidah kebahasaan. Setiap
karangan teks deskripsi siswa diberi penomoran karangan agar
mempermudah peneliti dalam menganalisis, peneliti juga menggunakan
simbol sebagai berikut.
Data 1 : Karangan teks deskripsi siswa nomor 1,
dan seterusnya.
Paragraf 1 : Paragraf pertama, dan seterusnya.
Kalimat 1 : Kalimat pertama, dan seterusnya.
Bentuk dan jenis kesalahan penggunaan kesalahan penggunaan
kata berimbuhan dalam karangan teks deskripsi siswa SMP Negeri 1
Suruh yang ditemukan dibagi menjadi tiga aspek kesalahan yang
meliputi meliputi prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks.
a. Kesalahan bidang penggunaan prefiks
1) Penggunaan kata berprefiks di-
a) Ia juga di kenal sebagai Ki Hadjar Dewantara. (Data 1 Paragraf 1
Kalimat 2)
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan prefiks di-. Prefiks di- selalu diikuti oleh kata
kerja, sedangkan di- yang terdapat dalam kata di kenal dalam
penggalan kalimat di atas diikuti oleh kata kerja, jadi dapat dipastikan
merupakan sebuah prefiks. Jadi, penulisan yang sebelumnya di kenal
dengan menggunakan spasi seharusnya menjadi dikenal tanpa
menggunakan spasi karena proses morfologinya yaitu di+kenal.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34

Kesalahan ini dapat terjadi diakibatkan oleh ketidaktelitian siswa


dalam menulis atau kurangnya pemahaman siswa mengenai kata
berimbuhan.
b) Karena di sekitar Sungai Serayu tidak terdapat sampah dan di
pinggir-pinggir Sungai Serayu terdapat tumpukan bebatuan yang di
tumpuk secara rapid dan rata. (Data 3 Paragraf 2 Kalimat 2)
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan prefiks di-. Prefiks di- selalu diikuti oleh
kata kerja, sedangkan di- yang terdapat dalam kata di tumpuk dalam
penggalan kalimat di atas diikuti oleh kata kerja, jadi dapat dipastikan
merupakan sebuah prefiks. Jadi, penulisan yang sebelumnya di
tumpuk dengan menggunakan spasi seharusnya menjadi ditumpuk
tanpa menggunakan spasi karena proses morfologinya yaitu
di+tumpuk. Kesalahan ini dapat terjadi diakibatkan oleh
ketidaktelitian siswa dalam menulis atau kurangnya pemahaman
siswa mengenai kata berimbuhan.
c) Oleh karena itu, Indonesia di sebut dengan paru-paru dunia… (Data
4 Paragraf 3 Kalimat 2)
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan prefiks di-. Prefiks di- selalu diikuti oleh kata
kerja, sedangkan di- yang terdapat dalam kata di sebut dalam
penggalan kalimat di atas diikuti oleh kata kerja, jadi dapat dipastikan
merupakan sebuah prefiks. Jadi, penulisan yang sebelumnya di sebut
dengan menggunakan spasi seharusnya menjadi disebut tanpa
menggunakan spasi karena proses morfologinya yaitu di+sebut.
Kesalahan ini dapat terjadi diakibatkan oleh ketidaktelitian siswa
dalam menulis atau kurangnya pemahaman siswa mengenai kata
berimbuhan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35

d) Matanya putih jernih menye jukkan untuk di pandang. (Data 5


Paragraf 1 Kalimat 4)
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan prefiks di-. Prefiks di- selalu diikuti oleh kata
kerja, sedangkan di- yang terdapat dalam kata di pandang dalam
penggalan kalimat di atas diikuti oleh kata kerja, jadi dapat dipastikan
merupakan sebuah prefiks. Jadi, penulisan yang sebelumnya di
pandang dengan menggunakan spasi seharusnya menjadi dipandang
tanpa menggunakan spasi karena proses morfologinya yaitu
di+pandang. Kesalahan ini dapat terjadi diakibatkan oleh
ketidaktelitian siswa dalam menulis atau kurangnya pemahaman
siswa mengenai kata berimbuhan.
e) …, ruang-ruang tersebut di bangun mengelilingi tiga buah lapangan
yaitu lapangan upacara, basket, dan futsal. (Data 7 Paragraf 1
Kalimat 5)
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan prefiks di-. Prefiks di- selalu diikuti oleh kata
kerja, sedangkan di- yang terdapat dalam kata di bangun dalam
penggalan kalimat di atas diikuti oleh kata kerja, jadi dapat dipastikan
merupakan sebuah prefiks. Jadi, penulisan yang sebelumnya di
bangun dengan menggunakan spasi seharusnya menjadi dibangun
tanpa menggunakan spasi karena proses morfologinya yaitu
di+bangun. Kesalahan ini dapat terjadi diakibatkan oleh
ketidaktelitian siswa dalam menulis atau kurangnya pemahaman
siswa mengenai kata berimbuhan.
f) Apabila di lihat dari atas, sekolahku berbentuk persegi panjang
dengan di penuhi oleh pepohonan yang sangat rindang. (Data 7
Paragraf 5 Kalimat 1)
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan prefiks di-. Prefiks di- selalu diikuti oleh kata
kerja, sedangkan di- yang terdapat dalam kata di lihat dalam
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36

penggalan kalimat di atas diikuti oleh kata kerja, jadi dapat dipastikan
merupakan sebuah prefiks. Jadi, penulisan yang sebelumnya di lihat
dengan menggunakan spasi seharusnya menjadi dilihat tanpa
menggunakan spasi karena proses morfologinya yaitu di+lihat.
Kesalahan ini dapat terjadi diakibatkan oleh ketidaktelitian siswa
dalam menulis atau kurangnya pemahaman siswa mengenai kata
berimbuhan.
g) Harimau diburu untuk di ambil kulitnya. (Data 12 Paragraf 3
Kalimat 2)
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan prefiks di-. Prefiks di- selalu diikuti oleh kata
kerja, sedangkan di- yang terdapat dalam kata di ambil dalam
penggalan kalimat di atas diikuti oleh kata kerja, jadi dapat dipastikan
merupakan sebuah prefiks. Jadi, penulisan yang sebelumnya di ambil
dengan menggunakan spasi seharusnya menjadi diambil tanpa
menggunakan spasi karena proses morfologinya yaitu di+ambil.
Kesalahan ini dapat terjadi diakibatkan oleh ketidaktelitian siswa
dalam menulis atau kurangnya pemahaman siswa mengenai kata
berimbuhan.
h) Dia sangat suka di sentuh dengan lembut sambil tidur di
pangkuanku.
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan prefiks di-. Prefiks di- selalu diikuti oleh kata
kerja, sedangkan di- yang terdapat dalam kata di sentuh dalam
penggalan kalimat di atas diikuti oleh kata kerja, jadi dapat dipastikan
merupakan sebuah prefiks. Jadi, penulisan yang sebelumnya di
sentuh dengan menggunakan spasi seharusnya menjadi disentuh
tanpa menggunakan spasi karena proses morfologinya yaitu
di+sentuh. Kesalahan ini dapat terjadi diakibatkan oleh
ketidaktelitian siswa dalam menulis atau kurangnya pemahaman
siswa mengenai kata berimbuhan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37

i) Di Pantai Jumiang banyak batu karang yang sangat kokoh walaupun


berkali-kali di terjang ombak. (Data 14 Paragraf 5 Kalimat 2)
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan prefiks di-. Prefiks di- selalu diikuti oleh
kata kerja, sedangkan di- yang terdapat dalam kata di terjang dalam
penggalan kalimat di atas diikuti oleh kata kerja, jadi dapat dipastikan
merupakan sebuah prefiks. Jadi, penulisan yang sebelumnya di
terjang dengan menggunakan spasi seharusnya menjadi diterjang
tanpa menggunakan spasi karena proses morfologinya yaitu
di+terjang. Kesalahan ini dapat terjadi diakibatkan oleh
ketidaktelitian siswa dalam menulis atau kurangnya pemahaman
siswa mengenai kata berimbuhan.
j) Bahkan, di ketahui bahwa badak bercula satu adalah hewan terbesar
di Pulau Jawa. (Data 16 Paragraf 3 Kalimat 2)
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan kombinasi di-i. Kedua afiks tersebut tidak
bergabung secara bersamaan, sekilas imbuhan di-i bergabung dalam
bentuk dasar ketahu, tetapi jika dicermati lagi kedua bentuk imbuhan
tersebut tidak bergabung secara bersamaan. Imbuhan –i bergabung
dahulu dengan bentuk dasar ketahu sehingga membentuk kata
ketahui, kemudian baru diikuti dengan bentuk di- yang bergabung
dengan kata ketahui sehingga terbentuk kata diketahui. Jadi,
penulisan yang sebelumnya di ketahui dengan menggunakan spasi
seharusnya menjadi diketahui tanpa menggunakan spasi. Kesalahan
ini dapat terjadi diakibatkan oleh ketidaktelitian siswa dalam menulis
atau kurangnya pemahaman siswa mengenai kata berimbuhan.
k) Badak yang besar ini di sokong oleh keempat kakinya yang kokoh
pula. (Data 16 Paragraf 5 Kalimat 1)
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan prefiks di-. Prefiks di- selalu diikuti oleh kata
kerja, sedangkan di- yang terdapat dalam kata di sokong dalam
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38

penggalan kalimat di atas diikuti oleh kata kerja, jadi dapat dipastikan
merupakan sebuah prefiks. Jadi, penulisan yang sebelumnya di
sokong dengan menggunakan spasi seharusnya menjadi disokong
tanpa menggunakan spasi karena proses morfologinya yaitu
di+sokong. Kesalahan ini dapat terjadi diakibatkan oleh
ketidaktelitian siswa dalam menulis atau kurangnya pemahaman
siswa mengenai kata berimbuhan.
l) Ternyata Tino sangat manja, dia suka di elus dan suka tidur
bersamaku. (Data 17 Paragraf 3 Kalimat 2)
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan prefiks di-. Prefiks di- selalu diikuti oleh kata
kerja, sedangkan di- yang terdapat dalam kata di elus dalam
penggalan kalimat di atas diikuti oleh kata kerja, jadi dapat dipastikan
merupakan sebuah prefiks. Jadi, penulisan yang sebelumnya di elus
dengan menggunakan spasi seharusnya menjadi dielus tanpa
menggunakan spasi karena proses morfologinya yaitu di+elus.
Kesalahan ini dapat terjadi diakibatkan oleh ketidaktelitian siswa
dalam menulis atau kurangnya pemahaman siswa mengenai kata
berimbuhan.
2) Penggunaan kata berprefiks ber-
a) Keris sebagian besar orang menyebutnya sebagai senjata dan
sebagian lagi menyebutnya sebagai benda beharga yang mempunyai
daya magis tinggi (Data 2 Paragraf 1 Kalimat 1)
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan prefiks ber- dengan makna mempunyai. Jadi,
penulisan yang sebelumnya beharga seharusnya ditulis lengkap
menjadi berharga karena proses morfologinya yaitu ber+harga.
Kesalahan ini dapat terjadi diakibatkan oleh ketidaktelitian siswa
dalam menulis atau kurangnya pemahaman siswa mengenai kata
berimbuhan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39

b) Banyaknya pulau yang ada di Indonesia membuat kekayaan laut dan


pantai semakin bewarna. (Data 4 Paragraf 2 Kalimat 3)
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan prefiks ber- dengan makna mempunyai. Jadi,
penulisan yang sebelumnya bewarna seharusnya ditulis lengkap
menjadi berwarna karena proses morfologinya yaitu ber+warna.
Kesalahan ini dapat terjadi diakibatkan oleh ketidaktelitian siswa
dalam menulis atau kurangnya pemahaman siswa mengenai kata
berimbuhan.
c) Rambutnya putih beruban. (Data 20 Paragraf 1 Kalimat 3)
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan prefiks ber- dengan makna mempunyai. Jadi,
penulisan yang sebelumnya ber uban denga menggunaka spasi
seharusnya menjadi beruban tanpa sapasi karena proses
morfologinya yaitu ber+warna. Kesalahan ini dapat terjadi
diakibatkan oleh ketidaktelitian siswa dalam menulis atau kurangnya
pemahaman siswa mengenai kata berimbuhan.
3) Penggunaan kata berprefiks me-
a) Pemandangan Pantai Parangtritis sangat mempesona. (Data 11
Paragraf 2 Kalimat 1)
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan prefiks me-. Prefiks me- di sini membentuk
kata sifat (adjektiva). Penulisan yang sebelumnya mempesona
seharusnya menjadi memesona tanpa karena ketika prefiks me-
bertemu kata dasar yang diawali huruf /p/ akan luluh menjadi /m/
dengan proses morfologinya yaitu me+mesona. Kesalahan ini dapat
terjadi diakibatkan oleh ketidaktelitian siswa dalam menulis atau
kurangnya pemahaman siswa mengenai kata berimbuhan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40

b) …, kita bisa melihat matahari terbenam yang merupakan saat sangat


istimewa, lukisan alam yang sungguh mempesona. (Data 11
Paragraf 3 Kalimat 1)
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan prefiks me-. Prefiks me- di sini membentuk
kata sifat (adjektiva). Penulisan yang sebelumnya mempesona
seharusnya menjadi memesona tanpa karena ketika prefiks me-
bertemu kata dasar yang diawali huruf /p/ akan luluh menjadi /m/
dengan proses morfologinya yaitu me+mesona. Kesalahan ini dapat
terjadi diakibatkan oleh ketidaktelitian siswa dalam menulis atau
kurangnya pemahaman siswa mengenai kata berimbuhan.
4) Penggunaan kata berprefiks ter-
a) Aku pun tidak bisa tidur karena si Gembul ter lalu manja. (Data 9
Paragraf 2 Kalimat 7)
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan prefiks ter-. Prefiks ter- di sini menjadi
pembentuk ajektiva memiliki makna paling dan suatu keadaan yang
tidak berubah. Jadi, penulisan yang sebelumnya ter lalu dengan
menggunakan spasi seharusnya menjadi terlalu tanpa menggunakan
spasi karena proses morfologinya yaitu ter+lalu, Kesalahan ini dapat
terjadi diakibatkan oleh ketidaktelitian siswa dalam menulis atau
kurangnya pemahaman siswa mengenai kata berimbuhan.
b. Kesalahan bidang penggunaan konfiks

1) Penggunaan kata berkonfiks ber-an


a) Bebatuan-batuan tersebut sering digunakan sebagai tempat duduk
untuk orang-orang yang sedang memancing ikan di pinggir sungai
tersebut. (Data 3 Paragraf 3 Kalimat 1)
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan konfiks ber-an karena apabila salah satu
konfiks yang terletak di depan atau di belakang dipisahkan akan
menyebabkan kata menjadi tidak memiliki makna seperti pada kata
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41

bebatuan-batuan dari bentuk dasar batu, kemudian konfiks ber-an


bergabung secara bersamaan dengan bentuk dasar sehingga terbentuk
kata bebatuan. Jadi, penulisan yang sebelumnya bebatu-batuan
dengan menggunakan seharusnya menjadi bebatuan saja. Kesalahan
ini dapat terjadi diakibatkan oleh kurangnya pemahaman siswa
mengenai kata berimbuhan.
b) …, kita akan menyaksikan hamparan sawah, dan burung-burung
berterbangan yang melengkapi pesona Pantai Jumiang. (Data 14
Paragraf 7 Kalimat 3)
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan konfiks ber-an karena apabila salah satu
konfiks yang terletak di depan atau di belakang dipisahkan akan
menyebabkan kata menjadi tidak memiliki makna seperti pada kata
berterbangan dari bentuk dasar terbang, kemudian konfiks ber-an
bergabung secara bersamaan dengan bentuk dasar sehingga terbentuk
kata beterbangan. Pemakaian bahasa Indonesia tidak mengenal
bentuk berterbang atau terbangan, sehingga imbuhan ber-an dalam
kata terbang merupakan konfiks. Jadi, penulisan yang sebelumnya
berterbangan dengan menggunakan huruf /r/ seharusnya menjadi
beterbangan tanpa huruf /r/ sesuai dengan proses morfologi yang
tepat. Kesalahan ini dapat terjadi diakibatkan oleh kurangnya
pemahaman siswa mengenai kata berimbuhan.
2) Penggunaan kata berkonfiks di-kan
a) Padahal harusnya dia sudah tidak di sibukan oleh tugas kuliah.
(Data 18 Paragraf 3 Kalimat 2)
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan konfiks di-kan karena apabila salah satu
konfiks yang terletak di depan atau di belakang dipisahkan akan
menyebabkan kata menjadi tidak memiliki makna seperti pada kata
disibukkan dari bentuk dasar sibuk, kemudian konfiks di-kan
bergabung secara bersamaan dengan bentuk dasar sehingga terbentuk
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42

kata disibukkan. Pemakaian bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk


disibuk atau sibukkan, sehingga imbuhan di-kan dalam kata sibuk
merupakan konfiks. Jadi, penulisan yang sebelumnya di sibukan
dengan menggunakan spasi seharusnya menjadi disibukkan tanpa
menghilagkan salah satu huruf sesuai dengan proses morfologi yang
tepat. Kesalahan ini dapat terjadi diakibatkan oleh kurangnya
pemahaman siswa mengenai kata berimbuhan.
3) Penggunaan kata konfiks me-kan
a) Matanya putih jernih menye jukkan untuk di pandang. (Data 5
Paragraf 1 Kalimat 4)
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan konfiks me-kan karena apabila salah satu
konfiks yang terletak di depan atau di belakang dipisahkan akan
menyebabkan kata menjadi tidak memiliki makna seperti pada kata
menyejukkan dari bentuk dasar sejuk, kemudian konfiks me-kan
bergabung secara bersamaan dengan bentuk dasar sehingga terbentuk
kata menyejukkan. Pemakaian bahasa Indonesia tidak mengenal
bentuk menyejuk atau sejukkan, sehingga imbuhan me-kan dalam
kata sibuk merupakan konfiks. Jadi, penulisan yang sebelumnya
menye jukkan dengan menggunakan spasi seharusnya menjadi
menyejukkan tanpa menghilagkan salah satu huruf sesuai dengan
proses morfologi yang tepat. Kesalahan ini dapat terjadi diakibatkan
oleh kurangnya pemahaman siswa mengenai kata berimbuhan.
c. Kesalahan bidang penggunaan kombinasi

1) Penggunaan kata berkombinasi ber-R


a) Walau suka bermalas-malas an, Kenma juga terkadang bisa sangat
aktif. (Data 19 Paragraf 3 Kalimat 1)
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan kombinasi ber-R. Kedua afiks tersebut tidak
bergabung secara bersamaan, sekilas imbuhan ber bergabung dalam
bentuk dasar reduplikasi malas-malas, tetapi jika dicermati lagi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43

kedua bentuk imbuhan tersebut tidak bergabung secara bersamaan.


Imbuhan -an bergabung dahulu dengan bentuk dasar reduplikasi
malas-malas sehingga membentuk kata malas-malasan, kemudian
baru diikuti dengan bentuk ber- yang bergabung dengan kata malas-
malasan sehingga terbentuk kata bermalas-malasan. Jadi, penulisan
yang sebelumnya bermalas-malas an dengan menggunakan spasi
seharusnya menjadi bermalas-malasan tanpa menggunakan spasi.
Kesalahan ini dapat terjadi diakibatkan oleh ketidaktelitian siswa
dalam menulis atau kurangnya pemahaman siswa mengenai kata
berimbuhan.
2) Penggunaan kata berkombinasi di-kan
a) Selain keindahan alam yang di sajikan ternyata di dalam keindahan
tersebut terdapat banyak hal tersembunyi yang jarang di ketahui,…
(Data 4 Paragraf 2 Kalimat 1)
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan kombinasi di-kan. Kedua afiks tersebut tidak
bergabung secara bersamaan, sekilas imbuhan di-kan bergabung
dalam bentuk dasar saji, tetapi jika dicermati lagi kedua bentuk
imbuhan tersebut tidak bergabung secara bersamaan. Imbuhan –kan
bergabung dahulu dengan bentuk dasar saji sehingga membentuk
kata sajikan, kemudian baru diikuti dengan bentuk di- yang
bergabung dengan kata sajikan sehingga terbentuk kata disajikan.
Jadi, penulisan yang sebelumnya di sajikan dengan menggunakan
spasi seharusnya menjadi disajikan tanpa menggunakan spasi.
Kesalahan ini dapat terjadi diakibatkan oleh ketidaktelitian siswa
dalam menulis atau kurangnya pemahaman siswa mengenai kata
berimbuhan.
b) Banyak kucing yang hanya di kelompokkan dalam jenis bulu
pendek,… (Data 15 Paragraf 2 Kalimat 3)
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan kombinasi di-kan. Kedua afiks tersebut tidak
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44

bergabung secara bersamaan, sekilas imbuhan di-kan bergabung


dalam bentuk dasar kelompok, tetapi jika dicermati lagi kedua bentuk
imbuhan tersebut tidak bergabung secara bersamaan. Imbuhan –kan
bergabung dahulu dengan bentuk dasar kelompok sehingga
membentuk kata kelompokkan, kemudian baru diikuti dengan bentuk
di- yang bergabung dengan kata kelompokkan sehingga terbentuk
kata dikelompokkan. Jadi, penulisan yang sebelumnya di
kelompokkan dengan menggunakan spasi seharusnya menjadi
dikelompokkan tanpa menggunakan spasi. Kesalahan ini dapat terjadi
diakibatkan oleh ketidaktelitian siswa dalam menulis atau kurangnya
pemahaman siswa mengenai kata berimbuhan.
c) Badak bercula satu adalah satu di antara hewan hanya dapat di
temukan di Indonesia. (Data 16 Paragraf 1 Kalimat 1)
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan konfiks di-kan. Konfiks di-kan membentuk
kata kerja pasif. Kedua afiks tersebut tidak bergabung secara
bersamaan, sekilas imbuhan di-kan bergabung dalam bentuk dasar
temu, tetapi jika dicermati lagi kedua bentuk imbuhan tersebut tidak
bergabung secara bersamaan. Imbuhan –kan bergabung dahulu
dengan bentuk dasar temu sehingga membentuk kata temukan,
kemudian baru diikuti dengan bentuk di- yang bergabung dengan
kata temukan sehingga terbentuk kata temukan. Jadi, penulisan yang
sebelumnya di temukan dengan menggunakan spasi seharusnya
menjadi ditemukan tanpa menggunakan spasi sesuai proses
morfologinya yang tepat. Kesalahan ini dapat terjadi diakibatkan
oleh ketidaktelitian siswa dalam menulis atau kurangnya
pemahaman siswa mengenai kata berimbuhan.
b) Setelah di bersihkan, ternyata bulu Tino kuning bercorak putih. (Data
17 Paragraf 2 Kalimat 4)
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan konfiks di-kan. Konfiks di-kan membentuk
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45

kata kerja pasif. Kedua afiks tersebut tidak bergabung secara


bersamaan, sekilas imbuhan di-kan bergabung dalam bentuk dasar
bersih, tetapi jika dicermati lagi kedua bentuk imbuhan tersebut
tidak bergabung secara bersamaan. Imbuhan –kan bergabung dahulu
dengan bentuk dasar bersih sehingga membentuk kata bersihkan,
kemudian baru diikuti dengan bentuk di- yang bergabung dengan
kata bersihkan sehingga terbentuk kata temukan. Jadi, penulisan
yang sebelumnya di bersihkan dengan menggunakan spasi
seharusnya menjadi dibersihkan tanpa menggunakan spasi sesuai
proses morfologinya yang tepat. Kesalahan ini dapat terjadi
diakibatkan oleh ketidaktelitian siswa dalam menulis atau
kurangnya pemahaman siswa mengenai kata berimbuhan.
3) Penggunaan kata berkombinasi me-kan
a) Nilainya terletak pada keindahan bentuk dan bahan yang dipakai
serta proses pembuatanya yang memer lukan waktu yang lama, …
(Data 2 Paragraf 2 Kalimat 2)
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan kombinasi me-kan. Kedua afiks tersebut
tidak bergabung secara bersamaan, sekilas imbuhan me-kan
bergabung dalam bentuk dasar perlu, tetapi jika dicermati lagi kedua
bentuk imbuhan tersebut tidak bergabung secara bersamaan.
Imbuhan –kan bergabung dahulu dengan bentuk dasar perlu
sehingga membentuk kata perlukan, kemudian baru diikuti dengan
bentuk me- yang bergabung dengan kata perlukan sehingga
terbentuk kata memerlukan. Jadi, penulisan yang sebelumnya
memer lukan dengan menggunakan spasi seharusnya menjadi
memerlukan tanpa menggunakan spasi. Kesalahan ini dapat terjadi
diakibatkan oleh ketidaktelitian siswa dalam menulis atau
kurangnya pemahaman siswa mengenai kata berimbuhan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46

b) Kalau waktunya makan dia berputar-putar di depanku sambil


mengibas-ibaskan telinganya yang panjang. (Data 5 Paragraf 2
Kalimat 4)
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan kombinasi me-kan. Kedua afiks tersebut
tidak bergabung secara bersamaan, sekilas imbuhan me-kan
bergabung dalam bentuk dasar kibas-kibas, tetapi jika dicermati lagi
kedua bentuk imbuhan tersebut tidak bergabung secara bersamaan.
Imbuhan –me bergabung dahulu dengan bentuk dasar kibas-kibas
sehingga membentuk kata mengibas-ngibas, kemudian baru diikuti
dengan bentuk kan- yang bergabung dengan kata mengibas-ngibas
sehingga terbentuk kata mengibas-ngibaskan. Jadi, penulisan yang
sebelumnya mengibas-ibaskan seharusnya menjadi mengibas-
ngibaskan. Kesalahan ini dapat terjadi diakibatkan oleh
ketidaktelitian siswa dalam menulis atau kurangnya pemahaman
siswa mengenai kata berimbuhan.
4) Penggunaan kata berkombinasi di-i
a) Selain keindahan alam yang di sajikan ternyata di dalam keindahan
tersebut terdapat banyak hal tersembunyi yang jarang di ketahui,…
(Data 4 Paragraf 2 Kalimat 1)
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan kombinasi di-i. Kedua afiks tersebut tidak
bergabung secara bersamaan, sekilas imbuhan di-i bergabung dalam
bentuk dasar ketahu, tetapi jika dicermati lagi kedua bentuk imbuhan
tersebut tidak bergabung secara bersamaan. Imbuhan –i bergabung
dahulu dengan bentuk dasar ketahu sehingga membentuk kata
ketahui, kemudian baru diikuti dengan bentuk di- yang bergabung
dengan kata ketahui sehingga terbentuk kata diketahui. Jadi,
penulisan yang sebelumnya di ketahui dengan menggunakan spasi
seharusnya menjadi diketahui tanpa menggunakan spasi. Kesalahan
ini dapat terjadi diakibatkan oleh ketidaktelitian siswa dalam
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47

menulis atau kurangnya pemahaman siswa mengenai kata


berimbuhan.
b) Selain itu, disana juga terdapat ruang tunggu untuk para tamu yang
di lengkapi dengan fasilitas televisi dan pendingin ruangan. (Data
7 Paragraf 1 Kalimat 4)
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan kombinasi di-i. Kedua afiks tersebut tidak
bergabung secara bersamaan, sekilas imbuhan di-i bergabung dalam
bentuk dasar lengkap, tetapi jika dicermati lagi kedua bentuk
imbuhan tersebut tidak bergabung secara bersamaan. Imbuhan –i
bergabung dahulu dengan bentuk dasar lengkap sehingga
membentuk kata lengkapi, kemudian baru diikuti dengan bentuk di-
yang bergabung dengan kata lengkapi sehingga terbentuk kata
dilengkapi. Jadi, penulisan yang sebelumnya di lengkapi dengan
menggunakan spasi seharusnya menjadi dilengkapi tanpa
menggunakan spasi. Kesalahan ini dapat terjadi diakibatkan oleh
ketidaktelitian siswa dalam menulis atau kurangnya pemahaman
siswa mengenai kata berimbuhan.
c) Apabila di lihat dari atas, sekolahku berbentuk persegi panjang
dengan di penuhi oleh pepohonan yang sangat rindang. (Data 7
Paragraf 5 Kalimat 1)
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan kombinasi di-i. Kedua afiks tersebut tidak
bergabung secara bersamaan, sekilas imbuhan di-i bergabung dalam
bentuk dasar penuh, tetapi jika dicermati lagi kedua bentuk imbuhan
tersebut tidak bergabung secara bersamaan. Imbuhan –i bergabung
dahulu dengan bentuk dasar penuh sehingga membentuk kata
penuhi, kemudian baru diikuti dengan bentuk di- yang bergabung
dengan kata penuhi sehingga terbentuk kata dipenuhi. Jadi,
penulisan yang sebelumnya di penuhi dengan menggunakan spasi
seharusnya menjadi dipenuhi tanpa menggunakan spasi. Kesalahan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48

ini dapat terjadi diakibatkan oleh ketidaktelitian siswa dalam


menulis atau kurangnya pemahaman siswa mengenai kata
berimbuhan.
d) Kelinci adalah hewan yang umum di jumpai di peternakan
masyarakat.(Data 10 Paragraf 5 Kalimat 1)
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan kombinasi di-i. Kedua afiks tersebut tidak
bergabung secara bersamaan, sekilas imbuhan di-i bergabung dalam
bentuk dasar jumpa, tetapi jika dicermati lagi kedua bentuk imbuhan
tersebut tidak bergabung secara bersamaan. Imbuhan –i bergabung
dahulu dengan bentuk dasar jumpa sehingga membentuk kata
jumpai, kemudian baru diikuti dengan bentuk di- yang bergabung
dengan kata jumpai sehingga terbentuk kata dijumpai. Jadi,
penulisan yang sebelumnya di jumpai dengan menggunakan spasi
seharusnya menjadi dijumpai tanpa menggunakan spasi. Kesalahan
ini dapat terjadi diakibatkan oleh ketidaktelitian siswa dalam
menulis atau kurangnya pemahaman siswa mengenai kata
berimbuhan.
e) Binatang berkaki empat ini merupakan hewan yang di lindungi oleh
negara karena langka dan nyaris punah. (Data 16 Paragraf 1
Kalimat 3)
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan kombinasi di-i. Kedua afiks tersebut tidak
bergabung secara bersamaan, sekilas imbuhan di-i bergabung dalam
bentuk dasar lindung, tetapi jika dicermati lagi kedua bentuk
imbuhan tersebut tidak bergabung secara bersamaan. Imbuhan –i
bergabung dahulu dengan bentuk dasar lindung sehingga
membentuk kata lindungi, kemudian baru diikuti dengan bentuk di-
yang bergabung dengan kata lindungi sehingga terbentuk kata
dilidungi. Jadi, penulisan yang sebelumnya di lindungi dengan
menggunakan spasi seharusnya menjadi dilindungi tanpa
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49

menggunakan spasi. Kesalahan ini dapat terjadi diakibatkan oleh


ketidaktelitian siswa dalam menulis atau kurangnya pemahaman
siswa mengenai kata berimbuhan.
f) Sekujur tubuhnya di lapisi oleh kulit tebal yang bentuknya hampir
tampak seperti baju ksatria yang terbuat dari logam. (Data 16
Paragraf 4 Kalimat 1)
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan kombinasi di-i. Kedua afiks tersebut tidak
bergabung secara bersamaan, sekilas imbuhan di-i bergabung dalam
bentuk dasar lapis, tetapi jika dicermati lagi kedua bentuk imbuhan
tersebut tidak bergabung secara bersamaan. Imbuhan –i bergabung
dahulu dengan bentuk dasar lapis sehingga membentuk kata lapisi,
kemudian baru diikuti dengan bentuk di- yang bergabung dengan
kata lapisi sehingga terbentuk kata dilapisi. Jadi, penulisan yang
sebelumnya di lapisi dengan menggunakan spasi seharusnya
menjadi dilapisi tanpa menggunakan spasi. Kesalahan ini dapat
terjadi diakibatkan oleh ketidaktelitian siswa dalam menulis atau
kurangnya pemahaman siswa mengenai kata berimbuhan.
g) Kukunya tebal di lapisi oleh kulit yang tebal pula untuk menyokong
badannya yang tinggi besar. (Data 16 Paragraf 5 Kalimat 3)
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan kombinasi di-i. Kedua afiks tersebut tidak
bergabung secara bersamaan, sekilas imbuhan di-i bergabung dalam
bentuk dasar lapis, tetapi jika dicermati lagi kedua bentuk imbuhan
tersebut tidak bergabung secara bersamaan. Imbuhan –i bergabung
dahulu dengan bentuk dasar lapis sehingga membentuk kata lapisi,
kemudian baru diikuti dengan bentuk di- yang bergabung dengan
kata lapisi sehingga terbentuk kata dilapisi. Jadi, penulisan yang
sebelumnya di lapisi dengan menggunakan spasi seharusnya
menjadi dilapisi tanpa menggunakan spasi. Kesalahan ini dapat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50

terjadi diakibatkan oleh ketidaktelitian siswa dalam menulis atau


kurangnya pemahaman siswa mengenai kata berimbuhan.
5) Penggunaan kata berkombinasi me-i
a) Tidak sedikit wisatawan yang datang ke Bandung dengan tujuan
menycicipi kuliner Bandung yang khas. (Data 8 Paragraf 2 Kalimat
2)
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan kombinasi me-i. Kedua afiks tersebut tidak
bergabung secara bersamaan, sekilas imbuhan me-i bergabung
dalam bentuk dasar cicip, tetapi jika dicermati lagi kedua bentuk
imbuhan tersebut tidak bergabung secara bersamaan. Imbuhan –me
bergabung dahulu dengan bentuk dasar ketahu sehingga membentuk
kata mencicip, kemudian baru diikuti dengan bentuk me- yang
bergabung dengan kata cicip sehingga terbentuk kata mencicip. Jadi,
penulisan yang sebelumnya menycicipi dengan menggunakan /y/
seharusnya menjadi mencicipi tanpa menggunakan /y/. Kesalahan
ini dapat terjadi diakibatkan oleh ketidaktelitian siswa dalam
menulis atau kurangnya pemahaman siswa mengenai kata
berimbuhan.
2. Faktor Penyebab Terjadinya Kesalahan Penggunaan Kata
Berimbuhan dalam Karangan Teks Deskripsi Siswa Kelas VII SMP
Negeri 1 Suruh
Kesalahan penggunaan kata berimbuhan dalam karangan teks deskripsi
siswa kelas VII SMP Negeri 1 Suruh tidak mungkin terlepas dari faktor
penyebabnya yang terbagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internalnya meliputi: kemampuan siswa, kemauan
belajar siswa, dan ketidaktelitian siswa. Faktor eksternalnya meliputi:
guru, orang tua, dan lingkungan sekitar.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51

a. Faktor Internal
1) Kemampuan Siswa
Kemampuan siswa menjadi peranann penting dalam kegiatan
menulis. Kemampuan siswa di sini mencakup pemahaman
materi dan skill menulis siswa. Hal ini dibuktikan dengan
wawancara siswa kelas VII SMP Negeri 1 Suruh yang mengaku
belum terlalu memahami materi mengenai kata berimbuhan dan
akhirnya berimbas pada skill menulis yang masih salah, seperti
yang diungkapkan oleh Narasumber 1 ketika peneliti bertanya
“Seberapa jauh Adik memahami materi pelajaran bahasa
Indonesia tentang kata berimbuhan?”, kemudian dia menjawab
“Saya belum paham-paham banget sama materi kata
berimbuhan, saya juga kadang masih bingung suka terbolak-
balik kalau disuruh nulis karangan”.
Ketika dilontarkan pertanyaan yang sama, Narasumber 2
menjawab, “Kalau dibilang paham sih paham, kan
mendengarkan waktu pelajaran, tapi pulang sekolah ya lupa
lagi.”. Kemampuan siwa yang rendah menjadi faktor internal
terjadinya kesalahan penggunaan kata berimbuhan dalam
karangan teks deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Suruh,
kondisi seperti ini sejalan dengan pernyataan guru pengampu
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Mutamimah S.Pd. saat
diwawancarai yang menyatakan bahwa materi kata berimbuhan
telah diberikan kepada siswa, sebagian siswa mudah memahami
materi dengan cepat, sedangkan sebagian lagi masih sulit
memahami materi mengenai kata berimbuhan. Kemampuan
siswa yang berbeda-beda ini menjadi salah satu faktor internal
terjadinya kesalahan penggunaan kata berimbuhan dalam
karangan teks deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Suruh.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52

2) Kemauan Belajar Siswa


Kemauan belajar siswa menjadi faktor terjadinya kesalahan
penggunaan kata berimbuhan dalam karangan teks deskripsi
siswa kelas VII SMP Negeri 1 Suruh. Kemauan belajar siswa
dinilai masih kurang, padahal kemauan belajar menjadi faktor
penting dalam kegiatan menulis. Apabila kemauan belajar siswa
tinggi mereka akan rajin mempelajari materi yang berkaitan
dengan kegiatan menulis bahkan melakukan latihan menulis
tanpa diperintah sehingga akhirnya terbiasa dengan kegiatan
menulis. Siswa dengan kemauan belajar menulis yang tinggi
kaya akan pengetahuan mengenai kata, sedangkan siswa dengan
kemauan belajar yang kurang akan merasa kesulitan dalam
merangkai kata yang baik dan benar ketika mengerjakan tugas
yang berhubungan dengan tulis menulis. Seperti yang
diungkapkan Narasumber 3 ketika peneliti bertanya “Seberapa
sering Adik belajar menulis, seperti menulis puisi, cerpen, atau
karangan lain mungkin?”, dia menjawab “Kalo nulis-nulis
sendiri jujur sih nggak pernah, paling kalo disuruh Bu guru
ngerjain tugas gitu”. Begitu pula saat Narasumber 4 diberi
pertanyaan yang sama dia menjawab, “Kalo dapet tugas menulis
dari sekolah, tapi kalo di rumah kadang nulis buku diary juga
tapi jarang deng”.
Jawaban di atas bermakna bahwa belum terbentuknya
kemauan siswa untuk belajar dengan sendirinya tanpa diperintah
oleh siapapun. Pentingnya kemauan belajar siswa berdampak
pada motivasi belajar dan pengetahuan siswa, siswa yang
berkemauan belajar tinggi akan merasa membutuhkan ilmu lebih
sedangkan siswa yang berkemauan belajar yang rendah akan
merasa cukup dengan ilmu yang dia miliki. Apabila siswa yang
berkemauan belajar tinggi merasa belum paham mengenai
materi kata berimbuhan, maka dia akan berusaha mempelajari
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53

kata berimbuhan dari berbagai sumber, baik buku pelajaran


bahkan buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia dan
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
3) Ketidaktelitian Siswa
Ketidaktelitian siswa nyatanya juga ditemukan dan menjadi
faktor penyebab kesalahan penggunaan kata berimbuhan dalam
karangan teks deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Suruh
yang dibuktikan dengan jawaban Narasumber 2 ketika diberi
pertanyaan oleh peneliti “Setelah mendapatkan materi mengenai
kata berimbuhan itu artinya Adik sudah tahu bentuk kata
imbuhan seperti apa? Kira-kira menurut Adik apa yang
membuat Adik masih melakukan kesalahan ketika menggunakan
kata berimbuhan terutama dalam teks deskripsi yang Adik
tulis?”. Kemudian dia menjawab, “Udah tahu tapi ya itu tadi
belum terlalu paham, kalo aku suka nggak teliti, kalo nulis
tinggal nulis cepet-cepet nggak tak baca lagi bener apa nggak
langsung dikumpulin”. Ketika dilontarkan pertanyaan yang
sama, narasumber 5 menjawab, “Saya cenderung tergesa-gesa
dalam mengerjakan tugas menulis teks deskripsi jadinya tidak
teliti”. Jawaban tersebut menunjukkan bahwa ketidaktelitian
siswa ternyata juga memberi pengaruh dalam kesalahan
penggunaan kata berimbuhan dalam karangan teks deskripsi
siswa kelas VII SMP Negeri 1 Suruh. Terkadang tanpa disadari
ketidaktelitian membuat mereka melakukan kesalahan
berbahasa dalam menulis karangan, salah satu kesalahan
berbahasanya yaitu penggunaan kata berimbuhan entah itu tidak
menuliskan salah satu huruf dan menghilangkan spasi atau
memberi spasi yang bukan tempatnya. Ketidaktelitian yang
dianggap sepele ternyata dapat membuat karangan yang mereka
tulis menjadi tidak sempurna.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54

b. Faktor Eksternal
1) Guru
Guru menjadi faktor penting keberhasilan siswa dalam
memahami materi yang disampaikan. Apabila siswa dapat
menerima materi dengan baik, hal tersebut dapat menjadi tanda
keberhasilan seorang guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran. Seperti yang dikatakan oleh Mutamimah S.Pd.
selaku guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1
Suruh saat menjawab pertanyaan “Apa yang menjadi faktor
penyebab terjadinya kesalahan penggunaan kata berimbuhan
dalam karangan teks deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 1
Suruh?”, beliau menjawab, “Yang pertama guru, karena guru
jadi kunci. Saya sudah mempersiapkan materi kata berimbuhan
sebaik mungkin dengan mengacu pada PUEBI dan saya merasa
tidak berhasil ketika mengetahui siswa masih melakukan
kesalahan penggunaan kata berimbuhan dalam teks deskripsi
setelah saya jelaskan materinya. Banyak yang tidak aktif,
ternyata pekerjaan mereka masih salah belum paham tetapi
tidak mau bertanya. Saya pikir dengan metode ceramah saya
tuliskan di papan tulis kemudian mereka menulis akan lebih
mudah masuk ke dalam ingatan, tetapi pada kenyataannya tidak
membuat siswa menjadi cepat paham. Mungkin saya belum
menemukan metode yang tepat”.
2) Orang Tua
Pendampingan orang tua dalam kegiatan belajar siswa terutama
ketika di rumah menjadi faktor yang berkaitan dengan
kesalahaan penggunaan kata berimbuhan dalam karangan teks
deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Suruh. Perhatian-
perhatian kecil dari orang tua sangatlah berguna seperti
mendampingi anak ketika belajar di rumah, meneliti PR/tugas
yang diberikan oleh guru dengan menunjukkan mana yang benar
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55

juga mana yang salah, memberi tahu bagaimana penulisan yang


benar apabila terdapat penulisan salah, dan memberi apresiasi
kepada anak apabila mengerjakan dengan baik dan benar.
Dengan begitu, anak akan lebih semangat dan kemauan
belajarnya meningkat. Seperti yang dikatakan oleh Mutamimah
S.Pd. selaku guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri
1 Suruh saat menjawab pertanyaan, “Kemudian hal apa lagi?
dan mengapa hal tersebut turut menjadi faktor kesalahan
penggunaan kata berimbuhan dalam karangan teks deskripsi
siswa kelas VII SMP Negeri 1 Suruh?”, beliau menjawab dengan
gamblang , “Tentu saja faktor orang tua karena bimbingan dari
orang tua sangat berpengaruh juga untuk keberhasilan
pendidikan seorang anak, peran orang tua sebagai pendidikan
pertama untuk anak harus diterapkan, paling tidak seharusnya
anak selalu didampingi belajar ketika di rumah. Kalau sampai
rumah paling tidak anak ditanya tadi belajar apa? Ada yang
masih kesulitan apa nggak”.
3) Pembelajaran Daring
Situasi pandemi Covid-19 yang saat ini sedang terjadi sempat
membuat pembelajaran tatap muka beralih menjadi
pembelajaran jarak jauh atau daring. Hal ini ternyata
berpengaruh dalam kesalahan penggunaaan kata berimbuhan
dalam karangan teks deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 1
Suruh yang sejalan dengan pendapat Mutamimah S.Pd. selaku
guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Suruh saat
dilontarkan pertanyaan, “Apakah ada faktor lain lagi?”, beliau
menjawab, “Faktor terakhir menurut saya yang belakangan ini
dampaknya sangat terasa ya pembelajaran daring itu tadi. Saya
juga tidak tahu kenapa, tetapi dampak setelah pembelajaran
daring yang sempat berlangsung lama dari kelas 6 SD hingga
awal kelas VII membuat siswa bermalas-malasan belajar, tidak
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56

fokus di kelas, menganggap gampang pelajaran, jadi terkadang


dijelaskan materi sulit fokus. Kemarin saat pembelajaran daring
juga diberi tugas tidak mengumpulkan malah ada yang tidak
mengerjakan, tidak absen, tidak membuka materi yang saya
kirim, imbasnya kan jadi dia tidak paham sendiri akhirnya.
Kalau sudah ngajar lama pasti bisa merasakan perbedaan sikap
siswa sebelum pembelajaran daring dan sesudah pembelajaran
daring, apa sudah terlanjur nyaman pelajaran daring kan
mereka libur mikirnya”.

3. Upaya untuk Meminimalisasi Terjadinya Kesalahan Penggunaan


Kata Berimbuhan dalam Karangan Teks Deskripsi Siswa Kelas
VII SMP Negeri 1 Suruh
Kesalahan penggunaan kata berimbuhan dalam karangan teks deskripsi
siswa kelas VII SMP Negeri 1 Suruh dapat diminimalisasi dengan upaya
sebagai berikut.
a. Mengadakan Pengayaan Materi Kata Berimbuhan
Pemahaman siswa mengenai kata berimbuhan sangatlah penting
dikarenan kata berimbuhan hampir selalu ada di dalam penulisan
sebuah karangan terutama dalam teks deskripsi. Pengayaan materi
mengenai kata berimbuhan perlu diadakan dalam rangka
meminimalisasi terjadinya kesalahan penggunaan kata berimbuhan,
upaya ini sesuai dengan pernyataan Mutamimah, S.Pd. selaku guru
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Suruh saat diberi
pertanyaan “Apa saja upaya yang dapat meminimalisasi terjadinya
kesalahan penggunaan kata berimbuhan dalam karangan teks
deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Suruh?”, beliau menjawab
dengan pernyataan sebagai berikut, “Upaya pertama yaitu
mengadakan materi kata berimbuhan, dengan diadakannya
pengayaan materi kata berimbuhan akan meningkatkan
pemahaman siswa yang pasti dapat mengurangi terjadinya
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57

kesalahan penulisan kata berimbuhan dalam karangan teks


deskripsi siswa maupun karangan apapun yang ditulis siswa ke
depannya”. Dapat diibaratkan apabila bekal materi kata berimbuhan
belum matang, maka penulisan kata berimbuhan dalam karangan-
karangan siswa kedepannya juga akan salah. Pengayaan materi
mengenai kata berimbuhan perlu diadakan untuk mencegah
terjadinya kesalahan-kesalahan penggunaan kata berimbuhan
kedepannya.
b. Menerapkan Teknik Koreksi Peer-correction
Teknik koreksi peer-correction perlu diterapkan sebagai upaya
untuk meminimalisasi terjadinya kesalahan penggunaan kata
berimbuhan, upaya ini sesuai dengan pernyataan Mutamimah, S.Pd.
selaku guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Suruh
sebagai berikut, “Upaya kedua yang dapat dilakukan untuk
meminimalisasi terjadinya kesalahan penggunaan kata berimbuhan
dalam karangan teks deskripsi siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Suruh
yaitu menerapkan teknik koreksi peer-correction yaitu dengan cara
tukar menukar pekerjaan dengan teman sebangku untuk dikoreksi,
karena selama ini saya mengoreksi sendiri pekerjaan siswa dengan
memberi tanda pada penulisan yang salah ternyata belum dapat
meminimalisasi terjadinya kesalahan. Jadi, saya pikir memang
teknik koreksi teman sebaya akan lebih membuat siswa berhati-
hati”. Penerapan teknik koreksi peer-correction akan menumbuhkan
rasa bertanggung jawab dan sikap aktif sekaligus kritis sehingga
mereka akan lebih berhati-hati dalam menulis untuk menghindari
terjadinya kesalahan penulisan kata berimbuhan seperti yang
dilakukan oleh temannya.
c. Memaksimalkan Rangkuman Materi Kata Berimbuhan
Memaksimalkan rangkuman mengenai kata berimbuhan kepada
siswa dapat menjadi upaya dalam meminimalisasi terjadinya
kesalahan penggunaan kata berimbuhan dalam karangan teks
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58

deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Suruh, upaya ini sesuai
denga pernyataan Mutamimah, S.Pd. selaku guru Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Suruh sebagai berikut, “Saya
menuliskan materi imbuhan prefiks, konfiks, sufiks, dan kombinasi
secara singkat pada pembelajaran pada materi menulis teks
deskripisi kemarin, siswa juga saya perintahkan untuk menyalin di
buku tulis, tetapi pada kenyataannya masih terjadi kesalahan
penggunaan kata berimbuhan. Jadi saya rasa pemaksimalan
rangkuman materi kata berimbuhan dapat meminimalisasi
terjadinya kesalahan kembali, karena rangkuman ini menjadi
pedoman siswa yang dapat dibaca sewaktu-waktu sehingga menjadi
pedoman dalam menulis karangan ke depannya”. Penekanan
rangkuman materi ini dapat menambah sumber materi pembelajaran
siswa mengenai kata berimbuhan, dengan rangkuman ini siswadapat
mempelajari kata berimbuhan dimanapun dan kapanpun ketika
merasa kesulitan.

B. Pembahasan
1. Bentuk dan Jenis Kesalahan Penggunaan Kata Berimbuhan dalam
Karangan Teks Deskripsi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Suruh
Penelitian ini menghasilkan temuan berupa bentuk dan jenis kesalahan
penggunaan kata berimbuhan dalam karangan teks deskripsi siswa kelas
VII SMP Negeri 1 Suruh. Kesalahan yang ditemukan dari 20 sampel
data karangan teks deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Suruh yang
digunakan oleh peneliti ditemukan 46 kesalahan kata berimbuhan
dengan diklasifikasikan sebagai berikut.
a. Kesalahan Penggunaan Kata Berimbuhan Prefiks
Kesalahan penggunaan kata berprefiks yang ditemukan dalam
karangan teks deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Suruh dibagi
lagi menjadi sebagai berikut.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59

1) Kesalahan penggunaan kata berprefiks di-


Terdapat 12 kesalahan penggunaan kata dengan imbuhan prefiks
di- yang meliputi kesalahan pemahaman siswa yang kurang dan
ketidaktelitian siswa yang membuat penulisan prefiks di- dengan
bentuk dasar yang mengikutinya menjadi terpisah spasi.
Kesalahan ini sama halnya dengan kesalahan imbuhan yang
ditemukan oleh Nurjam’an, et al. (2015) dalam penelitiannya
yang berjudul “Analisis Proses Morfologis Afiksasi Pada Teks
Deskriptif Peserta Didik Kelas VII A” yang menghasilkan
temuan berupa 142 kata yang mengandung afiks ber, meN-, peN-
, di-, -an, dan –kan. Hasil penelitian tersebut memiliki kesamaan
temuan dengan penelitian ini dalam aspek kesalahanpenggunaan
kata berprefiks di-. Nurjam’an et al. (2015) berpendapat bahwa
di- sebagai awalan dituliskan serangkai dengan kata dasar,
seperti dicari, sedangkan di- sebagai kata depan dituliskan
dipisah dengan kata dasar.
2) Kesalahan penggunaan kata berprefiks ber-
Terdapat 3 kesalahan penggunaan kata berimbuhan prefiks ber-
yang disebabkan ketidakpahaman siswa mengenai proses
morfologi yang benar dan memisahkan bentuk dasar dan imbuha
dengan spasi. Perlu diketahui untuk kata dasar yang diawali
dengan /r/, maka prefiks ber- luluh menjadi be-. Kesalahan ini
sama halnya dengan kesalahan imbuhan yang ditemukan
Wahyudi dan Arifin (2021) yang berjudul “Kesalahan Berbahasa
pada Aspek Ejaan, Diksi, Imbuhan, dan Struktur Kalimat dalam
Karangan Cerita Pendek Siswa”. Pada penelitian tersebut
menghasilkan temuan berupa kesalahan penggunaan imbuhan
yang meliputi penghilangan afiks me- serta ber- dalam kata
bentukan, bunyi yang seharusnya luluh akan tetapi tidak
diluluhkan, peluluhan bunyi yang seharusnya tidak luluh,
penggantian maupun penyingkatan morf, dan ketidaktepatan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60

penggunaan afiks. Penelitian tersebut memiliki persamaan


temuan dengan penelitian ini dalam aspek bentuk kesalahan
penggunaan kata berimbuhan berupa prefiks ber- dengan bunyi
yang seharusnya luluh tetapi tidak diluluhkan.
3) Kesalahan penggunaan kata berprefiks me-
Perlu diketahui proses morfologi pada prefiks me- menjadi men-
ketika bertemu dengan kata dasar yang berawalan /a/, /e/, /u/, /e/,
/o/, /g/, /h/, dan /k/; prefiks me- menjadi men- ketika bertemu
dengan kata dasar yang berawalan /c/, /d/, dan /j/; prefiks me-
menjadi mem- ketika bertemu dengan kata dasar yang berawalan
/b/, /v/, dan /f/; prefiks me- menjadi meny- ketika bertemu kata
dasar /s/; dan prefik me- menjadi mem- atau men- ketika bertemu
kata dasar berawalan /p/, /t/, dan /k/.
Berdasarkan hasil penelitian di atas terdapat 2 kesalahan
penggunaan imbuhan prefiks me- yang disebabkan
ketidakpahaman siswa mengenai penulisan prefiks me- apabila
bertemu dengan kata dasar yang berawalan huruf /k/, /p/, dan /t/
dan akan mengalami peluluhan menjadi /m/ atau /n/.
Kesalahan ini sama halnya dengan kesalahan imbuhan yang
ditemukan Wahyudi dan Arifin (2021) dalam karangan cerita
pendek siswa Tzu Chi International School. Pada penelitian yang
berjudul “Kesalahan Berbahasa pada Aspek Ejaan, Diksi,
Imbuhan, dan Struktur Kalimat dalam Karangan Cerita Pendek
Siswa” tersebut menghasilkan temuan berupa kesalahan
penggunaan imbuhan yang meliputi penghilangan afiks me-serta
ber- dalam kata bentukan, bunyi yang seharusnya luluh akan
tetapi tidak diluluhkan, peluluhan bunyi yang seharusnya tidak
luluh, penggantian maupun penyingkatan morf, dan
ketidaktepatan penggunaan afiks. Penelitian tersebut memiliki
persamaan temuan dengan penelitian ini dalam aspek bentuk
kesalahan penggunaan kata berimbuhan berupa prefiks me-
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61

dengan bunyi yang seharusnya luluh akan tetapi tidak


diluluhkan, bunyi yang seharusnya tidak diluluhkan akan tetapi
diluluhkan, dan penggunaan afiks me- yang tidak tepat.
4) Kesalahan penggunaan kata berprefiks ter-
Terdapat 1 kesalahan penggunaan kata dengan imbuhan prefiks
ter- dengan disebabkan oleh ketidakpahaman siswa yang
membuat penulisan imbuhan prefiks ter- dikarenakan bentuk
dasar da imbuhan dipisahkan dengan spasi. Kesalahan ini sama
halnya dengan kesalahan imbuhan yang ditemukan oleh Cembes
(2018) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Kesalahan
Penggunaan Afiks pada Artikel Opini Surat Kabar Kedaulatan
Rakyat Edisi Januari-April 2017” yang salah satu temuannya
berupa kesalahan penggunaan prefiks yang meliputi ber, meN-,
peN-, di-, dan ter-. Penelitian tersebut memiliki kesamaan
temuan dengan penelitian ini dalam aspek kesalahanpenggunaan
kata berprefiks ter- yang dikarenakan prefiks ter- dan bentuk
dasar dipisahkan spasi.
b. Kesalahan Penggunaan Kata Berimbuhan Konfiks

1) Kesalahan penggunaan kata berkonfiks ber-an


Terdapat 2 kesalahan penggunaan kata dengan imbuhan konfiks
ber-an. Dalam kasus ini ditemukan kesalahan yang disebabkan
oleh ketidakpahaman siswa bahwa konfiks ber-an ketikabertemu
kata dasar yang diawali dengan /r/ maka konfiks ber-an menjadi
be-an dan ketidakpahaman siswa yang membuat penulisan
imbuhan konfiks ber-an dengan kata dasarnya terpisahkan oleh
spasi, bentuk kesalahan seperti ini sama dengankesalahan yang
ditemukan oleh Ahamad, Rusli, dan Jobar (2020) dalam
penelitiannya yang berjudul “Analisis Kesalahan Imbuhan
dalam Penulisan Karangan Pelajar dan Hubung Kait dari Segi
Makna Gramatikal”. Penelitian yang dilakukan di Sekolah
Menengah Kebangsaan di Negeri Sembilan Malaysia
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62

tersebut menghasilkan temuan berupa kesalahan imbuhan


awalan dengan tiga jenis yang meliputi kata nama, kata kerja,
kata adjektif, tidak menggunakan imbuhan dalam ayat yang
memerlukan imbuhan, dan imbuhan yang tidak tepat (dalam
tatabahasa Melayu). Penelitian tersebut memiliki persamaan
denga penelitian ini dikarenakan temuan penelitia tersebut
memiliki persamaan dengan temuan penelitian ini dalam aspek
ditemukannya kesalahan konfiks ber-an.
2) Kesalahan penggunaan kata berkonfiks di-kan
Terdapat 1 kesalahan penggunaan kata dengan imbuhan konfiks
di-kan yang disebabkan oleh ketidakpahaman siswa dalam
menuliskan imbuhan konfiks di-kan dengan memisahkan kata
dasar dan imbuhannya dengan spasi. Kesalahan ini sama
jenisnya dengan kesalahan imbuhan yang ditemukan oleh
Almajid da Witriani (2020) dalam penelitiannya yang berjudul
“Analisis Kesalahan Afiks pada Berita Babe.com PriodeJanuari-
April 2020” yang salah satu temuannya berupa kesalahan
penggunaan konfiks yang meliputi me-kan, me-i, di- kan, ke-an
pe-an, dan ber-kan. Penelitian tersebut memiliki kesamaan
temuan dengan penelitian ini dalam aspek kesalahan
penggunaan kata berprefiks di-kan. Namun, kesalahan
penggunaan konfiks di-kan dalam penelitian tersebut disebabkan
oleh pemilihan kata yang salah sehingga kata yang digunakan
adalah kata tidak baku, sedangkan kesalahan penggunaan
konfiks di-kan dalam penelitian ini disebabkan oleh terpisahnya
bentuk dasar dan imbuhan dengan spasi.
3) Kesalahan penggunaan kata konfiks me-kan
Terdapat 1 kesalahan penggunaan kata dengan imbuhan konfiks
me-kan yang disebabkan oleh ketidaktelitian siswa akhirnya
membuat penulisan kata dengan kombinasi me-kan terpisahkan
oleh spasi. Kesalahan ini sama jenisnya dengan kesalahan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63

imbuhan yang ditemukan oleh Almajid da Witriani (2020) dalam


penelitiannya yang berjudul “Analisis Kesalahan Afiks pada
Berita Babe.com Priode Januari-April 2020” yang salah satu
temuannya berupa kesalahan penggunaan konfiks yang meliputi
me-kan, me-i, di-kan, ke-an pe-an, dan ber-kan. Penelitian
tersebut memiliki kesamaan temuan dengan penelitian ini dalam
aspek kesalahan penggunaan kata berprefiks me-kan. Namun,
kesalahan penggunaan konfiks me-kan dalam penelitian tersebut
disebabkan oleh bunyi yang seharusnya luluh akan tetapi tidak
diluluhkan, peluluhan bunyi yang seharusnya tidak luluh,
sedangkan kesalahan penggunaan konfiks me-kan dalam
penelitian ini disebabkan oleh bentuk dasar dan imbuhan
terpisahkan oleh spasi.
c. Kesalahan Penggunaan Kata Berimbuhan Kombinasi
1) Kesalahan penggunaan kata berkombinasi ber-R
Terdapat 1 kesalahan penggunaan kata dengan imbuhan
kombinasi ber-R yang disebabkan oleh ketidakpahaman siswa
mengenai proses morfologi kombinasi ber- yang dibubuhkan
pada bentuk dasar reduplikasi yang menyebabkan proses
morfologi menjadi tidak tepat. Kombinasi ber-R mengacu pada
teori Kridalaksana (2009, 28) yang dijelaskan di atas.
2) Kesalahan penggunaan kata berkombinasi di-kan
Terdapat 4 kesalahan penggunaan kata dengan imbuhan
kombinasi di-kan dengan disebabkan oleh ketidakpahaman
siswa yang membuat penulisan imbuhan kombinasi me-kan
dikarenakan bentuk dasar dengan imbuhan dipisahkan spasi dan
kesalahan proses morfologi. Kesalahan ini sama jenisnya dengan
kesalahan imbuhan yang ditemukan oleh Pratama (2018) dalam
penelitiannya yang berjudul “Kesalahan Afiksasi dan Proses
Reduplikasi Cerpen Kelas XI Bahasa serta Relevansinya di MA
Bidayatul Hidayah” dengan hasil temuannya berupa kombinasi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64

afiks di-kan, di-i, me(N)per-kan, diper-kan, per-kan, dan ter-


kan. Penelitian tersebut memiliki kesamaan temuan dengan
penelitian ini dalam aspek kesalahan penggunaan kata
berkombinasi di-kan yang disebabkan oleh terpisahnya bentuk
dasar da imbuhan terpisahkan spasi.
3) Kesalahan penggunaan kata berkombinasi me-kan
Terdapat 2 kesalahan penggunaan kata dengan imbuhan
kombinasi me-kan dengan disebabkan oleh ketidakpahaman
siswa yang membuat penulisan imbuhan kombinasi me-kan
dikarenakan bentuk dasar dengan imbuhan dipisahkan spasi dan
kesalahan proses morfologi. Kesalahan ini sama jenisnya dengan
kesalahan imbuhan yang ditemukan oleh Maulina (2018) dalam
penelitiannya yang berjudul “Analisis Kesalahan Afiksasi pada
Karangan Argumentasi Siswa BIPA Tingkat Menengah.” yang
hasil temuannya berupa kesalahan penggunaan prefiks yang
meliputi prefiks me- dan di-, kesalahan penggunaan sufiks yang
meliputi –nya, kesalahan penggunaan konfiks yaitu ke-an, dan
penggunaan kombinasi afiks yaitu me-kan. Penelitian tersebut
memiliki kesamaan temuan dengan penelitian ini dalam aspek
kesalahan penggunaan kata berkombinasi me-kan yang
disebabkan oleh bunyi yang seharusnya luluh akan tetapi tidak
diluluhkan dan menyebabkan maknanya menjadi tidak tepat
sehingga membuat maknanya berbeda.
4) Kesalahan penggunaan kata berkombinasi di-i
Terdapat 7 kesalahan penggunaan kata dengan imbuhan
kombinasi di-i dengan disebabkan oleh ketidakpahaman siswa
yang membuat penulisan imbuhan kombinasi di-i dikarenakan
bentuk dasar dengan imbuhan dipisahkan spasi. Kesalahan ini
sama jenisnya dengan kesalahan imbuhan yang ditemukan oleh
Fajriyah (2020) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
Kesalahan Morfologis dalam Pembelajaran Debat Siswa Kelas
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65

X SMA NU Kaplongan dan Pemanfaatannya Sebagai Bahan


Ajar Pembelajaran Debat” yang salah satu hasil temuannya
berupa kesalahan penggunaan kombinasi afiks yang meliputi
meN-kan+nya, di-i, dan me-i. Penelitian tersebut memiliki
kesamaan temuan dengan penelitian ini dalam aspek kesalahan
penggunaan kata berkombinasi di-i yang disebabkan oleh
terpisahnya bentuk dasar dan imbuhan dengan spasi.
5) Kesalahan penggunaan kata berkombinasi me-i
Terdapat 1 kesalahan penggunaan kata dengan imbuhan
kombinasi me-i dengan disebabkan oleh ketidakpahaman siswa
yang membuat penulisan imbuhan kombinasi me-i dikarenakan
bentuk dasar dengan imbuhan dipisahkan spasi. Kesalahan ini
sama jenisnya dengan kesalahan imbuhan yang ditemukan oleh
Fajriyah (2020) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
Kesalahan Morfologis dalam Pembelajaran Debat Siswa Kelas
X SMA NU Kaplongan dan Pemanfaatannya Sebagai Bahan
Ajar Pembelajaran Debat” yang salah satu hasil temuannya
berupa kesalahan penggunaan kombinasi afiks yang meliputi
meN-kan+nya, di-i, dan me-i. Penelitian tersebut memiliki
kesamaan temuan dengan penelitian ini dalam aspek kesalahan
penggunaan kata berkombinasi me-i yang disebabkan oleh
terpisahnya bentuk dasar dan imbuhan dengan spasi.
2. Faktor Penyebab Terjadinya Kesalahan Penggunaan Kata
Berimbuhan dalam Karangan Teks Deskripsi Siswa Kelas VII SMP
Negeri 1 Suruh
Terjadinya kesalahan penggunaan kata berimbuhan dalam
karangan teks deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Suruh tidak
terlepas dari faktor penyebabnya yang terbagi menjadi dua. Faktor
pertama yaitu faktor internal yang meliputi: kemampuan siswa,
kemauan belajar siswa, dan ketidaktelitian siswa. Faktor kedua yaitu
faktor eksternal yang meliputi: guru, orang tua, dan pembelajaran
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66

daring. Berikut ini pembahasan mengenai faktor-faktor yang


menyebabkan terjadinya kesalahan penggunaan kata berimbuhan dalam
karangan teks deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Suruh.
a. Faktor Internal
1) Kemampuan Siswa
Faktor internal pertama yang menjadi penyebab terjadinya
kesalahan penggunaan kata berimbuhan dalam karangan teks
deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Suruh adalah faktor
kemampuan siswa. Kemampuan siswa menjadi peranan penting
dalam kegiatan menulis. Kemampuan siswa di sini mencakup
pemahaman materi dan skill menulis siswa. Hal ini selaras
dengan pernyataan Sudijono (2011, 50) yang mengutip simpulan
Benyamin S. Bloom bahwa pemahaman merupakan kemampuan
mengerti dan memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui
dan diingat.
Ketidakpahaman siswa mengenai sebuah materi akan
berimbas pada kurangnya pengetahuan mengenai materi
tersebut, hal ini dapat dikaitkan dengan faktor terjadinya
kesalahan berbahasa dalam penelitian Kismawati, Sumarwati,
dan Wardhani (2018). Penelitian tersebut menghasilkan temuan
berupa faktor terjadinya kesalahan berbahasa pada karangan
eksposisi siswa siswa kelas X IIS SMA Negeri 6 Surakarta yang
meliputi minimnya pengetahuan kaidah penulisan, minimnya
motivasi membaca, kecenderungan menomorduakan tata tulis
dibandingkan dengan ide karangan, tidak merevisi karangan
sebelum dikumpulkan, suasana kelas tidak kondusif, dan
tuntutan kompetensi menulis sebatas benar secara struktur teks.
Salah satu faktor terjadinya kesalahan berbahasa dalam
penelitian tersebut yaitu minimnya pengetahuan tentang kaidah
penulisan. Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian Kismawati,
et al. (2018) memiliki persamaan dengan penelitian ini dalam
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67

aspek faktor terjadinya kesalahan penggunaan kata berimbuhan


yang disebabkan oleh kemampuan siswa mengingat
pengetahuan siswa yang terbatas termasuk dalam kemampuan
siswa, pengetahuan mengenai materi kebahasaan siswa yang
masih minim dapat memicu terjadinya kesalahan berbahasa
yang bersifat sistematis, konsisten, dan menggambarkan
kemampuan peserta didik pada tahap tertentu.
Penelitian oleh Wahyudi dan Arifin (2021) juga sejalan
dengan faktor kemampuan siswa sebagai salah satu penyebab
terjadinya kesalahan penggunaan kata berimbuhan dalam
karangan teks deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Suruh.
Penelitian tersebut menghasilkan temuan berupa faktor
terjadinya kesalahan imbuhan dalam karangan cerita pendek
siswa kelas VII Tzu Chi International School disebakan
pengetahuan siswa dalam penulisan imbuhan bahasa Indonesia
masih terbatas. Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian
Wahyudi dan Arifin (2021) memiliki persamaan dengan
penelitian ini dalam aspek faktor terjadinya kesalahan
penggunaan kata berimbuhan yang disebabkan oleh kemapuan
siswa mengingat pengetahuan siswa yang terbatas termasuk
dalam kemampuan siswa, seorang siswa dikatakan memahami
suatu materi ketika dia dapat menjelaskan dengan bahasanya
sendiri dan tidak lagi melakukan kesalahan atas materi tersebut.
Faktor ini juga didukung oleh penelitian Nurfaujiah, Wulan,
dan Suwangsih, (2021). Pada penelitian tersebut menghasilkan
temuan berupa faktor penyebab terjadinya kesalahan penulisan
huruf kapital, tanda baca, dan afiks dalam karangan deskriptif
siswa kelas IV SDN 1 Tegal Muncul Purwakarta yang
disebabkan oleh siswa yang terlalu lama belajar di rumah,
kurang terlatih menulis, keterbatasan siswa dalam memahami
materi, rendahnya motivasi belajar, dan kurangnya pemahaman
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68

siswa tentang aturan menulis. Penelitian tersebut memiliki


persamaan dengan penelitian ini dikarenakan salah satu faktor
terjadinya kesalahan dalam penelitian tersebut disebabkan oleh
keterbatasan siswa dalam memahami materi.
Faktor kemampuan siswa ini berhubungan dengan siswa
kelas VII SMP Negeri 1 Suruh (Farrel dan Janu) yang
mengungkapkan bahwa kemampuan mereka berbeda-beda,
mereka mengaku belum terlalu memahami materi mengenai kata
berimbuhan dan akhirnya berimbas pada skill menulis yang
masih salah. Sementara itu, Mutamimah S.Pd. selaku guru
pengampu Mata Pelajaran Bahasa Indonesia menyatakan bahwa
materi kata berimbuhan telah diberikan kepada siswa, sebagian
siswa mudah memahami materi dengan cepat, sedangkan
sebagian lagi belum memahami materi mengenai kata
berimbuhan. Kemampuan siswa yang berbeda-beda ini menjadi
salah satu faktor internal terjadinya kesalahan penggunaan kata
berimbuhan dalam karangan teks deskripsi siswa kelas VII SMP
Negeri 1 Suruh.
2) Kemauan Belajar Siswa
Faktor internal kedua yang menjadi penyebab terjadinya
kesalahan penggunaan kata berimbuhan dalam karangan teks
deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Suruh adalah faktor
kemauan siswa. Kemauan belajar siswa dinilai masih kurang,
padahal kemauan belajar menjadi faktor penting dalam kegiatan
menulis. Hal tersebut selaras dengan pernyataan yang
diungkapkan siswa kelas VII SMP Negeri 1 Suruh (Aruna dan
Amadea) yang mengaku belum memiliki kemauan belajar
dengan sendirinya sebelum diperintah oleh orang lain. Apabila
kemauan belajar siswa tinggi akan berdampak meningkatnya
motivasi siswa. Siswa dengan kemauan belajar yang tinggi akan
rajin mempelajari materi yang berkaitan dengan kegiatan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
69

menulis bahkan melakukan latihan menulis tanpa diperintaholeh


siapapun. Pentingnya kemauan belajar siswa berdampak pada
motivasi belajar. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sardiman
(2018, 75) bahwa motivasi dikatakan sebagai daya penggerak
dari dalam dan di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar sehingga tujuan utamanya tercapai. siswa yang
berkemauan belajar tinggi akan merasa membutuhkan ilmu lebih
sedangkan siswa yang berkemauan belajar yang rendah akan
merasa cukup dengan ilmu yang dia miliki. Siswa dengan
kemauan belajar tinggi ketika belum paham mengenai materi
kata berimbuhan, maka dia akan berusaha mempelajari kata
berimbuhan dari berbagai sumber.
Faktor ini sejalan dengan penelitian Kartika, Rahayu, dan
Hidayat (2021). Pada penelitian tersebut menghasilkan temuan
berupa faktor penyebab kesalahan afiksasi dan reduplikasi pada
karangan narasi siswa kelas V Sekolah Dasar di Kabupaten
Purwakarta disebabkan oleh terbatasnya perbendaharaan kata
yang dimiliki oleh siswa, kesalahan serta kekeliruan dalam
pemilihan kata, dan kurangnya minat dalam berlatih menulis
sehingga siswa tidak terbiasa dalam menulis. Penelitian tersebut
memiliki persamaan dengan penelitian ini dikarenakan salah
satu faktor terjadinya kesalahan dalam penelitian tersebut
disebabkan oleh kurangnya minat siswa dalam berlatih menulis
yang menjadikan siswa tidak terbiasa ketika dihadapkan dengan
kegiatan menulis sehingga terjadi kesalahan. Faktor tersebut
sesuai dengan faktor terjadinya kesalahan penggunaan kata
berimbuhan dalam karangan teks deskripsi siswa kelas VII SMP
Negeri 1 Suruh yaitu faktor kemauan siswa.
Faktor kemauan siswa juga didukung dengan penelitian
Saputra, Sumarwati, dan Rohmadi (2020). Penelitian tersebut
menghasilkan temuan berupa faktor terjadinya kesalahan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
70

berbahasa pada teks eksplanasi kompleks siswa kelas XI MIPA


1 SMA Negeri 7 Surakarta yang meliputi kurangnya waktu
pembelajaran untuk materi ejaan, siswa kurang teliti, rendahnya
motivasi siswa dalam menulis yang disebakan menulis dianggap
sulit, dan kebiasaan siswa tidak memperhatikan EYD dalam
menulis. Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian Saputra, et al.
(2020) memiliki persamaan dengan penelitian ini dikarenakan
salah satu faktor terjadinya kesalahan berbahasa pada penelitian
tersebut disebabkan oleh rendahnya motivasi siswa dalam
menulis karena menulis dianggap sulit. Faktor tersebut sesuai
dengan faktor terjadinya kesalahan penggunaan kata
berimbuhan dalam karangan teks deskripsi siswa kelas VII SMP
Negeri 1 Suruh yaitu faktor kemauan siswa, faktor kurangnya
motivasi menulis dalam penelitian tersebut juga termasuk dalam
kemauan siswa.
3) Ketidaktelitian Siswa
Faktor internal ketiga yang menjadi penyebab terjadinya
kesalahan penggunaan kata berimbuhan dalam karangan teks
deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Suruh adalah faktor
ketidaktelitian. Hal tersebut selaras dengan pernyataan siswa
kelas VII SMP Negeri 1 Suruh (Janu dan Dhea) bahwa dia telah
mengetahui materi kata berimbuhan, namun dalam menulis
karangan dia mengaku tidak teliti dan terburu-buru. Terkadang
tanpa disadari ketidaktelitian membuat siswa melakukan
kesalahan berbahasa dalam menulis karangan, salah satu
kesalahan berbahasanya yaitu penggunaan kata berimbuhan.
Entah itu tidak menuliskan salah satu huruf, menghilangkan
spasi, atau memberi spasi yang bukan tempatnya. Ketidaktelitian
yang dianggap sepele ternyata dapat membuat karangan yang
mereka tulis menjadi tidak sempurna.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
71

Faktor ini sesuai dengan penelitian Saputra, et al. (2020).


Penelitian tersebut menghasilkan temuan berupa faktor
terjadinya kesalahan berbahasa pada teks eksplanasi kompleks
siswa kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 7 Surakarta yang meliputi
kurangnya waktu pembelajaran untuk materi ejaan, siswa kurang
teliti, rendahnya motivasi siswa dalam menulis yang disebakan
menulis dianggap sulit, dan kebiasaan siswa tidak
memperhatikan EYD dalam menulis. Berkaitan dengan hal
tersebut, penelitian Saputra, et al. (2020) sejalan dengan
penelitian ini dikarenakan salah satu faktor terjadinya kesalahan
berbahasa pada penelitian tersebut disebabkan oleh kurangnya
ketelitian siswa. Faktor tersebut sesuai dengan faktor terjadinya
kesalahan penggunaan kata berimbuhan dalam karangan teks
deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Suruh yaitu faktor
ketidaktelitian siswa.
Faktor ketidaktelitian siswa juga didukung dalam penelitian
Sari (2018) yang menghasilkan temuan berupa faktor yang
mendominasi terjadinya kesalahan penulisan kata depan,
awalan, dan huruf kapital diantaranya adalah faktor pengaruh
bahasa yang lebih dulu dikuasai, kurang teliti, dan kurang peduli
kaidah kebahasaan. Hasil temuan penelitian tersebut memiliki
kesamaan dengan penelitian ini, Sari (2018) menyebutkan
bahwa salah satu faktor paling mendominasi terjadinya
kesalahan penulisan kata depan, awalan, dan huruf kapital
adalah faktor terpengaruh sikap kurang teliti. Sejalan dengan
temuan tersebut, pada penelitian ini juga menghasilkan temuan
faktor ketidaktelitian siswa sebagai penyebab kesalahan
penggunaan kata berimbuhan dalam karangan teks deskripsi
siswa kelas VII SMP Negeri 1 Suruh.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72

b. Faktor Eksternal
1) Guru
Faktor eksternal pertama yang menjadi penyebab terjadinya
kesalahan penggunaan kata berimbuhan dalam karangan teks
deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Suruh adalah faktor
guru. Guru menjadi faktor penting keberhasilan siswa dalam
memahami materi yang disampaikan. Apabila siswa dapat
menerima materi dengan baik, hal tersebut dapat menjadi tanda
keberhasilan seorang guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran. Hal ini selaras dengan pernyataan Mutamimah
S.Pd. selaku guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri
1 Suruh yang menyatakan bahwa beliau mengajarkan materi
kata berimbuhan dalam teks deskripsi dengan cara mencatat
materi yang berpedoman pada PUEBI dan buku ajar di papan
tulis kemudian menjelaskan kepada siswa. Metode ceramah
seperti ini ternyata kurang efektif disusul dengan masih
ditemukannya kesalahan penggunaan kata berimbuhan dalam
teks deskripsi siswa.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ahamad, et al.
(2020) yang menyatakan bahwa dampak dari pembelajaran
berpusatkan guru akan menjadikan siswa malas berpikir, tidak
bisa membuat keputusan, dan menyelesaikan masalah dengan
baik. Pembelajaran secara tradisional juga tidak relevan
digunakan dalam zaman yang serba canggih ini, selain itu.
Berkaitan dengan penjelasan tersebut, penelitian ini memiliki
persamaan perspektif dengan penelitian Ahamad, et al. (2020),
karena pada penelitian ini guru menjadi salah satu faktor
eksternal terjadinya kesalahan penggunaan kata berimbuhan
dalam karangan teks deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 1
Suruh. Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia perlu mencari
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73

jalan keluar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran


yang lebih berkesan.
2) Orang Tua
Faktor eksternal kedua yang menjadi penyebab terjadinya
kesalahan penggunaan kata berimbuhan dalam karangan teks
deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Suruh adalah faktor
orang tua. Pendampingan orang tua dalam kegiatan belajar siswa
terutama ketika di rumah dengan bentuk perhatian-perhatian
kecil dari orang tua sangatlah berguna. Orang tua dapat meneliti
PR/tugas yang diberikan oleh guru dengan menunjukkan mana
yang benar juga mana yang salah, memberi tahu bagaimana
penulisan yang benar apabila terdapat penulisan salah, dan
memberi apresiasi kepada anak apabila mengerjakan dengan
baik dan benar. Orang tua juga perlu menanyakan materi apa
yang belum dipahami anak di sekolah, karena ketika di sekolah
banyak siswa yang memilih diam ketika belum paham dan
diharapkan anak akan lebih semangat dan kemauan belajarnya
meningkat.
Faktor ini didukung oleh penelitian Wulandari, Zikra, dan
Yusri (2017), penelitian tersebut menghasilkan temuan berupa
peran orang tua dalam disiplin belajar siswa berpengaruh dalam
aspek mengawasi belajar, mengajarkan kemandirian, mengenali
teknik belajar yang tepat untuk anak, dan membantu
menghilangkan rasa cemas dan jenuh dalam belajar.
Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian ini memiliki
persamaan dengan penelitian Wulandari, et al. (2017) yang
menyebutkan bahwa peran orang tua sangat penting bagi
perkembangan siswa dan tidak dapat diabaikan, karena sebagian
besar waktu siswa banyak dihabiskan di rumah. Hal ini selaras
dengan salah satu faktor eksternal kesalahan penggunaan kata
berimbuhan dalam karangan teks deskripsi siswa kelas VII SMP
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
74

Negeri 1 Suruh yang disampaikan Mutamimah S.Pd. selaku guru


Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 bahwa peran
orang tua di rumah sangat penting. Proses kedisiplinan siswa
dimulai dari rumah, sehingga peran orang tua berperan penting
dalam memantau dan memberikan perhatian terhadap
pendidikan sang anak baik secara fisik maupun psikologis.
Orang tua juga harus memberikan contoh perilaku yang baik,
karena setiap tingkah laku orang tua akan ditiru oleh anak dan
diterapkan dalam berperilaku di rumah maupun lingkungan
sekolah.
3) Pembelajaran Daring
Faktor eksternal ketiga yang menjadi penyebab terjadinya
kesalahan penggunaan kata berimbuhan dalam karangan teks
deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Suruh adalah faktor
pembelajaran daring. Situasi pandemi Covid-19 yang saat ini
masih terjadi sempat membuat pembelajaran tatap muka beralih
menjadi pembelajaran jarak jauh atau daring. Hal ini ternyata
berpengaruh dalam kesalahan penggunaaan kata berimbuhan
dalam karangan teks deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 1
Suruh.
Faktor ini didukung oleh penelitian Nurfaujiah, et al. (2021).
Pada penelitian tersebut menghasilkan temuan berupa faktor
penyebab terjadinya kesalahan penulisan huruf kapital, tanda
baca, dan afiks dalam karangan deskriptif siswa kelas IV SDN 1
Tegal Muncul Purwakarta yang disebabkan oleh siswa yang
terlalu lama belajar di rumah, kurang terlatih menulis,
keterbatasan siswa dalam memahami materi, rendahnya
motivasi belajar, dan kurangnya pemahaman siswa tentang
aturan menulis. Penelitian tersebut memiliki persamaan dengan
penelitian ini dikarenakan salah satu faktor terjadinya kesalahan
penulisan huruf kapital, tanda baca, dan afiks adalah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
75

dikarenakan siswa terlalu lama belajar di rumah sehingga


menjadikan siswa merasa jemu serta asal-asalan dan tidak
terkontrol baik dalam menulis.
Faktor kemampuan siswa juga sejalan dengan penelitian
Ramadhan, Manisah, Angraini, Maulida, Sana, dan Hafiza
(2022). Penelitian tersebut menghasilkan temuan bahwa
pembelajaran daring memberi dampak lumayan signifikan
terhadap perubahan sikap dan akhlak peserta didik seperti
kurangnya rasa hormat terhadap guru atau orang tua terjadi
karena kurangnya pengawasan, dan kurangnya pemahaman
siswa mengenai materi yang diajarkan. Selain itu, guru juga
merasakan dampak proses perubahan pembelajaran dari daring
ke luring terhadap siswa yang mengharuskan guru harus lebih
ekstra dalam mendidik dan mengajar sehingga guru dapat
menghasilkan siswa dengan prestasi serta pilaku yang baik.
Berkaitan dengan penjelasan tersebut, penelitian oleh
Ramadhan, et al. (2022) sejalan dengan faktor terjadinya
kesalahan penggunaan kata berimbuhan dalam karangan teks
deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Suruh yang salah
satunya disebabkan disebakan oleh pembelajaran daring.
Faktor ini disampaikan oleh Mutamimah S.Pd. selaku guru
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Suruh yang
menyatakan bahwa masa peralihan dari pembelajaran daring
yang sempat berlangsung lama dimulai sejak mereka duduk
dibangku kelas 6 SD hingga di semester awal kelas VII
berdampak pada sikap siswa yang menjadi bermalas-malasan
belajar, tidak fokus ketika pembelajaran berlangsung, dan
menganggap gampang materi pembelajaran. Beliau juga
menambahkan bahwa berubahnya sikap siswa setelah
pembelajaran daring berlangsung tersebut juga dirasakan oleh
guru lain. Siswa dianggap sudah nyaman dengan pembelajaran
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
76

jarak jauh, mereka merasa seperti libur karena pembelajaran


dilakukan dari rumah. Apabila mendapatkan tugas ketika
pembelajaran daring berlangsung mereka dapat mengerjakan
dengan pendampingan orangtua, sedangkan di sekolah mereka
harus berpikir sendiri dengan bimbingan guru.
Berdasarkan temuan hasil penelitian yang didukung dengan
wawancara, dapat diambil simpulan bahwa kesalahan penggunaan kata
berimbuhn yang terjadi mencakup kesalahan berbahasa (error) dan
kekeliruan berbahasa (mistake). Hal tersebut didukung dengan
pernyataan Johan dan Simatupang (2017) yang mengutip simpulan
Parera bahwa secara umum kesalahan berbahasa dibedakan menjadi dua
jenis yaitu kesalahan berbahasa (error) dan kekeliruan berbahasa
(mistake). Kesalahan berbahasa terjadi secara sistematis karena belum
dikuasainya kaidah bahasa yang benar. Sedangkan kekeliruan berbahasa
disebabkan oleh gagalnya merealisasikan kaidah bahasa yang
sebenarnya sudah dikuasai.
3. Upaya yang dapat Dilakukan untuk Meminimalisasi Terjadinya
Kesalahan Penggunaan Kata Berimbuhan dalam Karangan Teks
Deskripsi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Suruh `
a. Mengadakan Pengayaan Materi Kata Berimbuhan
Pemahaman siswa mengenai kata berimbuhan sangatlah penting
dikarenan kata berimbuhan hampir selalu ada di dalam penulisan
sebuah karangan terutama dalam teks deskripsi. Dapat diibaratkan
apabila bekal materi kata berimbuhan belum matang, maka
penulisan kata berimbuhan dalam karangan-karangan siswa
kedepannya juga akan salah. Mutamimah S.Pd. selaku Guru Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Suruh menyatakan bahwa
Pengayaan materi mengenai kata berimbuhan perlu diadakanuntuk
mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan penggunaan kata
berimbuhan kedepannya. Siswa memiliki kemampuan memahami
materi dengan kecepatan yang berbeda-beda seperti yang telah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
77

disebutkan di atas. Sedangkan setiap pembelajaran mengharuskan


seluruh siswanya untuk mencapai seluruh kompetensi dasar. Prinsip
tersebut sesuai dengan upaya pengadaan pengayaan materi kata
berimbuhan sebagai bagian tidak terpisahkan dari usaha mencapai
sistem pembelajaran tuntas.
Upaya ini sesuai dengan penelitian Antari, Wendra, dan
Wisudariani (2017). Penelitian tersebut meneliti pelaksanaan
pengayaan pembelajaran bahasa indonesia di kelas XI TKJ2 SMK
Negeri 3 Singaraja dan menghasilkan temuan yang bertujuan untuk
mendeskripsikan pemahaman guru terhadap pengajaran pengayaan
pembelajaran Bahasa Indonesia, pelaksanaan pengajaran pengayaan
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, dan masalah-masalah yang
dihadapi oleh guru dalam melaksanakan pengajaran pengayaan
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Dalam penelitian tersebut,
Antari, et al. (2017) menyebutkan bahwa pengayaan dibutuhkan
siswa untuk memenuhi kebutuhan lebih dari siswa dengan
kemampuan yang tidak sama. Berkaitan dengan penjelasan tersebut,
penelitian Antari, et al. (2017) sejalan dengan penelitian ini.
b. Menerapkan Teknik Koreksi Peer-correction
Upaya kedua yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi terjadinya
kesalahan penggunaan kata berimbuhan dalam karangan teks
deskripsi siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Suruh yaitu menerapkan
teknik koreksi peer-correction dengan cara tukar menukar pekerjaan
dengan teman sebangku untuk dikoreksi. Sebelum proses koreksi
berlangsung, guru harus menegaskan kepada siswa bahwa mereka
harus bersungguh-sungguh dalam mengoreksi pekerjaan temannya.
Apabila siswa menemukan kesalahan penulisan kata berimbuhan
pada karangan yang ditulis temannya, kesalahan tersebut cukup
dilingkari saja. Setelah itu, hasil karangan yang telah dikoreksi dapat
dikembalikan kepada temannya untuk ditulis ulang dengan
penulisan yang benar. Kemudian pekerjaan siswa dikumpulkan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
78

kepada guru. Proses koreksi ini harus tetap dalam bimbingan guru.
Mutamimah S.Pd. selaku Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
SMP Negeri 1 Suruh menyatakan bahwa penerapan teknik koreksi
peer-correction akan menumbuhkan rasa bertanggung jawab dan
sikap aktif sekaligus kritis sehingga mereka akan lebih berhati-hati
dalam menulis untuk menghindari terjadinya kesalahan penulisan
kata berimbuhan seperti yang dilakukan oleh temannya. Hal ini
selaras dengan pernyataan Robles, & Torres (2020) yang mengutip
pernyataan OECD bahwa guru yang menggunakan praktik
pembelajaran berorientasi pada siswa menghasilkan aktivitas
pembelajaran yang relatif meningkat dikarenakan umumnya siswa
lebih termotivasi untuk belajar dan menerapkan strategi pengajaran
yang inovatif yang berpengaruh dalam pengembangan yang lebih
profesional.
Upaya ini juga didukung dengan penelitian Kismawati, et al.
(2018) yang menyebutkan bahwa dalam rangka meminimalisasi
kesalahan berbahasa dalam karangan siswa guru menerapkan teknik
mengoreksi silang antarsiswa dan diskusi kelas. Penelitian tersebut
menghasilkan temuan berupa upaya meminimalisasi terjadinya
kesalahan berbahasa pada karangan eksposisi siswa kelas X IIS
SMA Negeri 6 Surakarta yang meliputi guru segera mengklarifikasi
kesalahan berbahasa siswa yang ditemukan, antarsiswa saling baca
karangan sebelum dikumpulkan kepada guru, dan penambahan
alokasi waktu untuk aktivitas menulis dalam pembelajaran di kelas.
Salah satu upaya untuk meminimalisasi kesalahan berbahasa dalam
penelitian tersebut yaitu dengan koreksi antarsiswa. Berkaitan
dengan hal tersebut, penelitian Kismawati, et al. (2018) memiliki
persamaan denga penelitian ini dalam aspek upaya meminimalisasi
kesalahan dengan teknik koreksi peer-correction.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
79

c. Memaksimalkan Rangkuman Materi Kata Berimbuhan


Upaya yang terakhir yaitu memaksimalkan rangkuman mengenai
kata berimbuhan kepada siswa. Rangkuman materi ini mencakup
prefiks, konfiks, sufiks, dan kombinasi yang dipaparkan dengan
bahasa yang mudah dipahami oleh siswa. Mutamimah S.Pd. selaku
Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Suruh
menyatakan bahwa penekanan rangkuman materi ini dapat
menambah sumber materi pembelajaran siswa mengenai kata
berimbuhan, dengan rangkuman ini siswa dapat mempelajari kata
berimbuhan dimanapun dan kapanpun ketika merasa kesulitan.
Upaya ini sesuai dengan penelitian Yanti (2010). Penelitian
tersebut menghasilkan temuan yang menunjukkan hubungan positif
dan peningkatan signifikan antara penyusunan catatan atau
ringkasan materi pembelajaran terhadap peningkatan prestasi belajar
siswa kelas V SDN 2 Pelangan. Yanti (2010) menyebutkan bahwa
peningkatan mutu pendidikan dapat dimulai dari pembelajaran yang
berkualitas dan salah satu faktor penunjang kualitas belajar adalah
rangkuman materi pelajaran yang ditulis oleh siswa sendiri sebagai
alat bantu untuk merekam materi yang telah dipelajari, dalam rangka
menyusun serta membuat ringkasan materi pelajaran dengan baik,
aktivitas serta kreativitas siswa akan meningkat dan daya ingat
terhadap informasi yang diperoleh setiap kali tatap muka akan
bertambah. Berkaitan dengan penjelasan tersebut, penelitian Yanti
(2010) sejalan dengan penelitian ini karena upaya memaksimalkan
rangkuman materi mengenai kata berimbuhan dapat meminimalisasi
terjadinya kesalahan penggunaan kata berimbuhan pada penulisan
bahasa Indonesia dalam pembelajaran menulis kedepannya maupun
kehidupan sehari-hari.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
80

Anda mungkin juga menyukai