Dina Wahyu Utami - Bab 4
Dina Wahyu Utami - Bab 4
id
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian penulisan karangan memiliki banyak aspek yang dapat diteliti
terkait dengan penggunaan bahasa Indonesia di dalamnya, salah satu
karangan yang dapat diteliti yaitu teks deskripsi. Terdapat berbagai aspek
kebahasaan yang dapat diteliti dalam teks deskripsi, akan tetapi peneliti
lebih memfokuskan kepada masalah kesalahan penggunaan pada kata
berimbuhan yang digunakan saja. Pengambilan data karangan teks deskripsi
dilakukan melalui hasil penugasan yang diberikan oleh guru kepada siswa
setelah pemberian materi. Sebelum menulis, guru memberikan pilihan tema
kepada siswa yang meliputi keluarga, idola, alam, sekolah, dan hewan.
Meskipun sudah diberikan beberapa pilihan tema, ada juga siswa yang
menulis karangan teks deskripsi di luar tema yang diberikan.
Data penelitian ini diambil dengan menggunakan purposive
sampling dengan hasil terdapat 20 karangan teks deskripsi siswa yang
dinilai paling memenuhi syarat yang telah ditentukan peneliti sebagai
sebuah karangan teks deskripsi yang berpedoman teori para ahli. Berikut
adalah tabel data judul karangan siswa beserta penjelasan hasil temuan
penelitian yang berupa bentuk dan jenis kesalahan penggunaan kata
berimbuhan dalam karangan teks deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 1
Suruh.
31
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
No Nama Judul
penggalan kalimat di atas diikuti oleh kata kerja, jadi dapat dipastikan
merupakan sebuah prefiks. Jadi, penulisan yang sebelumnya di lihat
dengan menggunakan spasi seharusnya menjadi dilihat tanpa
menggunakan spasi karena proses morfologinya yaitu di+lihat.
Kesalahan ini dapat terjadi diakibatkan oleh ketidaktelitian siswa
dalam menulis atau kurangnya pemahaman siswa mengenai kata
berimbuhan.
g) Harimau diburu untuk di ambil kulitnya. (Data 12 Paragraf 3
Kalimat 2)
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan prefiks di-. Prefiks di- selalu diikuti oleh kata
kerja, sedangkan di- yang terdapat dalam kata di ambil dalam
penggalan kalimat di atas diikuti oleh kata kerja, jadi dapat dipastikan
merupakan sebuah prefiks. Jadi, penulisan yang sebelumnya di ambil
dengan menggunakan spasi seharusnya menjadi diambil tanpa
menggunakan spasi karena proses morfologinya yaitu di+ambil.
Kesalahan ini dapat terjadi diakibatkan oleh ketidaktelitian siswa
dalam menulis atau kurangnya pemahaman siswa mengenai kata
berimbuhan.
h) Dia sangat suka di sentuh dengan lembut sambil tidur di
pangkuanku.
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan prefiks di-. Prefiks di- selalu diikuti oleh kata
kerja, sedangkan di- yang terdapat dalam kata di sentuh dalam
penggalan kalimat di atas diikuti oleh kata kerja, jadi dapat dipastikan
merupakan sebuah prefiks. Jadi, penulisan yang sebelumnya di
sentuh dengan menggunakan spasi seharusnya menjadi disentuh
tanpa menggunakan spasi karena proses morfologinya yaitu
di+sentuh. Kesalahan ini dapat terjadi diakibatkan oleh
ketidaktelitian siswa dalam menulis atau kurangnya pemahaman
siswa mengenai kata berimbuhan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
penggalan kalimat di atas diikuti oleh kata kerja, jadi dapat dipastikan
merupakan sebuah prefiks. Jadi, penulisan yang sebelumnya di
sokong dengan menggunakan spasi seharusnya menjadi disokong
tanpa menggunakan spasi karena proses morfologinya yaitu
di+sokong. Kesalahan ini dapat terjadi diakibatkan oleh
ketidaktelitian siswa dalam menulis atau kurangnya pemahaman
siswa mengenai kata berimbuhan.
l) Ternyata Tino sangat manja, dia suka di elus dan suka tidur
bersamaku. (Data 17 Paragraf 3 Kalimat 2)
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan prefiks di-. Prefiks di- selalu diikuti oleh kata
kerja, sedangkan di- yang terdapat dalam kata di elus dalam
penggalan kalimat di atas diikuti oleh kata kerja, jadi dapat dipastikan
merupakan sebuah prefiks. Jadi, penulisan yang sebelumnya di elus
dengan menggunakan spasi seharusnya menjadi dielus tanpa
menggunakan spasi karena proses morfologinya yaitu di+elus.
Kesalahan ini dapat terjadi diakibatkan oleh ketidaktelitian siswa
dalam menulis atau kurangnya pemahaman siswa mengenai kata
berimbuhan.
2) Penggunaan kata berprefiks ber-
a) Keris sebagian besar orang menyebutnya sebagai senjata dan
sebagian lagi menyebutnya sebagai benda beharga yang mempunyai
daya magis tinggi (Data 2 Paragraf 1 Kalimat 1)
Penggalan kalimat di atas mengandung kesalahan penggunaan kata
dengan bentuk imbuhan prefiks ber- dengan makna mempunyai. Jadi,
penulisan yang sebelumnya beharga seharusnya ditulis lengkap
menjadi berharga karena proses morfologinya yaitu ber+harga.
Kesalahan ini dapat terjadi diakibatkan oleh ketidaktelitian siswa
dalam menulis atau kurangnya pemahaman siswa mengenai kata
berimbuhan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
a. Faktor Internal
1) Kemampuan Siswa
Kemampuan siswa menjadi peranann penting dalam kegiatan
menulis. Kemampuan siswa di sini mencakup pemahaman
materi dan skill menulis siswa. Hal ini dibuktikan dengan
wawancara siswa kelas VII SMP Negeri 1 Suruh yang mengaku
belum terlalu memahami materi mengenai kata berimbuhan dan
akhirnya berimbas pada skill menulis yang masih salah, seperti
yang diungkapkan oleh Narasumber 1 ketika peneliti bertanya
“Seberapa jauh Adik memahami materi pelajaran bahasa
Indonesia tentang kata berimbuhan?”, kemudian dia menjawab
“Saya belum paham-paham banget sama materi kata
berimbuhan, saya juga kadang masih bingung suka terbolak-
balik kalau disuruh nulis karangan”.
Ketika dilontarkan pertanyaan yang sama, Narasumber 2
menjawab, “Kalau dibilang paham sih paham, kan
mendengarkan waktu pelajaran, tapi pulang sekolah ya lupa
lagi.”. Kemampuan siwa yang rendah menjadi faktor internal
terjadinya kesalahan penggunaan kata berimbuhan dalam
karangan teks deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Suruh,
kondisi seperti ini sejalan dengan pernyataan guru pengampu
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Mutamimah S.Pd. saat
diwawancarai yang menyatakan bahwa materi kata berimbuhan
telah diberikan kepada siswa, sebagian siswa mudah memahami
materi dengan cepat, sedangkan sebagian lagi masih sulit
memahami materi mengenai kata berimbuhan. Kemampuan
siswa yang berbeda-beda ini menjadi salah satu faktor internal
terjadinya kesalahan penggunaan kata berimbuhan dalam
karangan teks deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Suruh.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52
b. Faktor Eksternal
1) Guru
Guru menjadi faktor penting keberhasilan siswa dalam
memahami materi yang disampaikan. Apabila siswa dapat
menerima materi dengan baik, hal tersebut dapat menjadi tanda
keberhasilan seorang guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran. Seperti yang dikatakan oleh Mutamimah S.Pd.
selaku guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1
Suruh saat menjawab pertanyaan “Apa yang menjadi faktor
penyebab terjadinya kesalahan penggunaan kata berimbuhan
dalam karangan teks deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 1
Suruh?”, beliau menjawab, “Yang pertama guru, karena guru
jadi kunci. Saya sudah mempersiapkan materi kata berimbuhan
sebaik mungkin dengan mengacu pada PUEBI dan saya merasa
tidak berhasil ketika mengetahui siswa masih melakukan
kesalahan penggunaan kata berimbuhan dalam teks deskripsi
setelah saya jelaskan materinya. Banyak yang tidak aktif,
ternyata pekerjaan mereka masih salah belum paham tetapi
tidak mau bertanya. Saya pikir dengan metode ceramah saya
tuliskan di papan tulis kemudian mereka menulis akan lebih
mudah masuk ke dalam ingatan, tetapi pada kenyataannya tidak
membuat siswa menjadi cepat paham. Mungkin saya belum
menemukan metode yang tepat”.
2) Orang Tua
Pendampingan orang tua dalam kegiatan belajar siswa terutama
ketika di rumah menjadi faktor yang berkaitan dengan
kesalahaan penggunaan kata berimbuhan dalam karangan teks
deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Suruh. Perhatian-
perhatian kecil dari orang tua sangatlah berguna seperti
mendampingi anak ketika belajar di rumah, meneliti PR/tugas
yang diberikan oleh guru dengan menunjukkan mana yang benar
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55
deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Suruh, upaya ini sesuai
denga pernyataan Mutamimah, S.Pd. selaku guru Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Suruh sebagai berikut, “Saya
menuliskan materi imbuhan prefiks, konfiks, sufiks, dan kombinasi
secara singkat pada pembelajaran pada materi menulis teks
deskripisi kemarin, siswa juga saya perintahkan untuk menyalin di
buku tulis, tetapi pada kenyataannya masih terjadi kesalahan
penggunaan kata berimbuhan. Jadi saya rasa pemaksimalan
rangkuman materi kata berimbuhan dapat meminimalisasi
terjadinya kesalahan kembali, karena rangkuman ini menjadi
pedoman siswa yang dapat dibaca sewaktu-waktu sehingga menjadi
pedoman dalam menulis karangan ke depannya”. Penekanan
rangkuman materi ini dapat menambah sumber materi pembelajaran
siswa mengenai kata berimbuhan, dengan rangkuman ini siswadapat
mempelajari kata berimbuhan dimanapun dan kapanpun ketika
merasa kesulitan.
B. Pembahasan
1. Bentuk dan Jenis Kesalahan Penggunaan Kata Berimbuhan dalam
Karangan Teks Deskripsi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Suruh
Penelitian ini menghasilkan temuan berupa bentuk dan jenis kesalahan
penggunaan kata berimbuhan dalam karangan teks deskripsi siswa kelas
VII SMP Negeri 1 Suruh. Kesalahan yang ditemukan dari 20 sampel
data karangan teks deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Suruh yang
digunakan oleh peneliti ditemukan 46 kesalahan kata berimbuhan
dengan diklasifikasikan sebagai berikut.
a. Kesalahan Penggunaan Kata Berimbuhan Prefiks
Kesalahan penggunaan kata berprefiks yang ditemukan dalam
karangan teks deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Suruh dibagi
lagi menjadi sebagai berikut.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59
b. Faktor Eksternal
1) Guru
Faktor eksternal pertama yang menjadi penyebab terjadinya
kesalahan penggunaan kata berimbuhan dalam karangan teks
deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Suruh adalah faktor
guru. Guru menjadi faktor penting keberhasilan siswa dalam
memahami materi yang disampaikan. Apabila siswa dapat
menerima materi dengan baik, hal tersebut dapat menjadi tanda
keberhasilan seorang guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran. Hal ini selaras dengan pernyataan Mutamimah
S.Pd. selaku guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri
1 Suruh yang menyatakan bahwa beliau mengajarkan materi
kata berimbuhan dalam teks deskripsi dengan cara mencatat
materi yang berpedoman pada PUEBI dan buku ajar di papan
tulis kemudian menjelaskan kepada siswa. Metode ceramah
seperti ini ternyata kurang efektif disusul dengan masih
ditemukannya kesalahan penggunaan kata berimbuhan dalam
teks deskripsi siswa.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ahamad, et al.
(2020) yang menyatakan bahwa dampak dari pembelajaran
berpusatkan guru akan menjadikan siswa malas berpikir, tidak
bisa membuat keputusan, dan menyelesaikan masalah dengan
baik. Pembelajaran secara tradisional juga tidak relevan
digunakan dalam zaman yang serba canggih ini, selain itu.
Berkaitan dengan penjelasan tersebut, penelitian ini memiliki
persamaan perspektif dengan penelitian Ahamad, et al. (2020),
karena pada penelitian ini guru menjadi salah satu faktor
eksternal terjadinya kesalahan penggunaan kata berimbuhan
dalam karangan teks deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 1
Suruh. Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia perlu mencari
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73
kepada guru. Proses koreksi ini harus tetap dalam bimbingan guru.
Mutamimah S.Pd. selaku Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
SMP Negeri 1 Suruh menyatakan bahwa penerapan teknik koreksi
peer-correction akan menumbuhkan rasa bertanggung jawab dan
sikap aktif sekaligus kritis sehingga mereka akan lebih berhati-hati
dalam menulis untuk menghindari terjadinya kesalahan penulisan
kata berimbuhan seperti yang dilakukan oleh temannya. Hal ini
selaras dengan pernyataan Robles, & Torres (2020) yang mengutip
pernyataan OECD bahwa guru yang menggunakan praktik
pembelajaran berorientasi pada siswa menghasilkan aktivitas
pembelajaran yang relatif meningkat dikarenakan umumnya siswa
lebih termotivasi untuk belajar dan menerapkan strategi pengajaran
yang inovatif yang berpengaruh dalam pengembangan yang lebih
profesional.
Upaya ini juga didukung dengan penelitian Kismawati, et al.
(2018) yang menyebutkan bahwa dalam rangka meminimalisasi
kesalahan berbahasa dalam karangan siswa guru menerapkan teknik
mengoreksi silang antarsiswa dan diskusi kelas. Penelitian tersebut
menghasilkan temuan berupa upaya meminimalisasi terjadinya
kesalahan berbahasa pada karangan eksposisi siswa kelas X IIS
SMA Negeri 6 Surakarta yang meliputi guru segera mengklarifikasi
kesalahan berbahasa siswa yang ditemukan, antarsiswa saling baca
karangan sebelum dikumpulkan kepada guru, dan penambahan
alokasi waktu untuk aktivitas menulis dalam pembelajaran di kelas.
Salah satu upaya untuk meminimalisasi kesalahan berbahasa dalam
penelitian tersebut yaitu dengan koreksi antarsiswa. Berkaitan
dengan hal tersebut, penelitian Kismawati, et al. (2018) memiliki
persamaan denga penelitian ini dalam aspek upaya meminimalisasi
kesalahan dengan teknik koreksi peer-correction.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
79