Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL KERJA PRAKTIK

OBSERVASI PENGEMBANGBIAKAN PENYU SISIK (Eretmochelys


imbricate) DI TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU

Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu (BTNKpS), DKI Jakarta

Disusun oleh:
FIKHI IKHSAN SYAFEI
NIM: 120440009

PROGRAM STUDI SAINS LINGKUNGAN KELAUTAN


JURUSAN SAINS
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
LAMPUNG SELATAN
2023

i
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Kerja Praktik


Di Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu

Oleh
Fikhi Ikhsan Syafei
NIM
120440009
Lampung Selatan, 21-05-2023

Pembimbing Koordinator Kerja Praktik

Chalida Syari, S.Pi .,M.Si. Chalida Syari, S.Pi .,M.Si.


NIP. 199211022022032017 NIP. 199211022022032017

Mengetahui,
Koordinator Program Studi Sains Lingkungan Kelautan ITERA

Dr.Meezan Ardhanu Asagabaldan,SPi.,M.Si


199110162022031008

ii
ABSTRAK

Kawasan Kepulauan Seribu memiliki nilai konservasi yang tinggi karena kelimpahan,
keragaman jenis dan ekosistemnya yang unik dan khas, penyu sisik merupakan salah satu
dari 10 kategori target konservasi Pulau Pramuka. Penyu sisik merupakan satu dari enam
penyu yang ada di Indonesia, spesies penyu ini termasuk dalam daftar Red Data Book
sebagai spesies yang terancam punah. Oleh karena itu, pengelolaan yang berkelanjutan
terhadap penyu ini sangat diperlukan.

Kata Kunci : OBSERVASI PENGEMBANGBIAKAN PENYU SISIK (Eretmochelys


imbricate)

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................................ii

ABSTRAK............................................................................................................................iii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1

1.2 Tujuan Pelaksanaan Kerja Praktik...........................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................3

2.1 Biologi Reproduksi dan Musim Bertelur.....................................................................3

2.2 Klasifikasi dan Morfologi.............................................................................................3

BAB III PROFIL TEMPAT KERJA PRAKTIK...................................................................4

3.3 Struktur Organisasi.......................................................................................................5

BAB IV PELAKSANAAN KERJA PRAKTIK....................................................................6

4.1 Metodologi Pengambilan dan Pengolahan Data...........................................................6

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................7

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Penyu Sisik (Eretmochelys Imbrata).................................................................1

Gambar 2. 1 Struktur Organisasi Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu.........................5

v
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKpS) merupakan salah satu dari tujuh Taman
Nasional Laut dibawah Kementerian lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan
merupakan bagian dari 553 unit Kawasan Konservasi di Indonesia, serta satu-satunya
Taman Nasional yang terletak di Ibukota Negara.

Penyu sisik pernah banyak terdapat di Kepulauan Seribu, sebelum kemudian


populasinya menurun drastis akibat aktivitas penangkapan dan perusakan habitat. Sejarah
Penyu Sisik di Kepulauan Seribu dimulai sejak zaman dahulu kala, ketika masyarakat
setempat masih menggantungkan hidupnya dari hasil laut, termasuk penangkapan penyu.
Penyu sisik (Eretmochelys imbricata) adalah salah satu jenis penyu laut yang memiliki
sisik-sisik yang sangat cantik dan sering diburu untuk diambil kulit sisiknya. Penyu sisik
merupakan spesies yang terancam punah dan di Indonesia dilarang untuk diburu dan
diperdagangkan. Penyu memiliki kebiasaan dimana dia dirilis, atau menetas disitu pula lah
dia akan kembali untuk bertelur. Penyu menghabiskan masa hidupnya di dalam laut akan
tetapi ketika bertelur induk penyu akan menuju ke daratan untuk bertelur, Tujuan yaitu
kawin, mencari lokasi bertelur (breeding ground) maupun untuk mencari makan
(Anshary., 2014).

Saat ini diperlukan upaya perlindungan dan penelitian terhadap penyu beserta lokasi
yang cocok penelurannya agar dapat meminimalkan penurunan populasi penyu dan
masalah yang berkaitan dengan pemanfaatan dan pelestarian penyu. Penyu memiliki
kedudukan penting sebagai penyeimbang ekosistem laut mulai dari memelihara ekosistem
terumbu karang produktif sampai mentransfer nutrien yang berasal dari lautan menuju arah
pesisir.

Gambar 1. 1 Penyu Sisik (Eretmochelys Imbrata)


1
Penyu Sisik merupakan jenis penyu yang memiliki nilai jual lebih dibandingkan penyu
lainnya. Memang kegunaan penyu sisik tidak terbatas pada dagingnya dan telurnya,
cangkang penyu sisiknya juga dapat digunakan untuk oleh-oleh yang memiliki nilai lebih
tinggi dibandingkan dengan cangkang hijau atau lainnya. Jenis kura-kura karena tebal
dengan pola dan warna cangkang yang indah. Selain itu, tulang penyu yang dihancurkan
dapat digunakan sebagai campuran pakan ternak dan pupuk buatan , lemak penyu yang
dapat digunakan sebagai bahan kosmetik. Manfaat penyu yang sangat besar memiliki
kecenderungan orang untuk bersaing satu sama lain untuk menangkap penyu dan berburu
telur di pantai bertelur. Jika pemanfaatan yang berlebihan ini tidak diimbangi oleh usaha
pelestarian maka kelestarian populasi penyu tidak dapat dipertahan.

1.2 Tujuan Pelaksanaan Kerja Praktik


Tujuan Umum
Mahasiswa mampu meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dalam upaya
pelestarian dan meningkatkan populasi penyu di alam liar. Melindungi telur dan bayi
penyu dari berbagai ancaman seperti predator, perusakan sarang oleh manusia, dan
kerusakan lingkungan.
Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu menambah wawasan serta membangun relasi antar program studi
Sains Lingkungan Kelautan dengan Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu. Mahasiswa
dapat memahami proses pengembangbiakan Penyu Sisik (Eretmochelys imbricate).

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Reproduksi dan Musim Bertelur


Penyu mulai matang dan siap bereproduksi dan bertelur pada umur 3-7 tahun
(Jatu,2007). Mengenai musim bertelur musim bertelur penyu adalah bulan November
hingga Maret menurut Balai Taman Nasional Karimun Jawa. Siklus hidup penyu secara
umum tukik atau anak penyu yang telah menetas dari cangkangnya, akan berenang ke
permukaan laut lepas untuk mencari makan. Pada tahap ini tukik yang selamat dan menjadi
penyu dewasa akan mulai memijah pada umur 20 hingga 50 tahun, dengan melakukan
migrasi ke daerah pakan kembali untuk kawin. Penyu betina dewasa yang telah dibuahi
oleh pejantannya akan kembali ketempat dia dilahirkan untuk menaruh telur-telurnya.
(Nuitja, 1997)

2.2 Klasifikasi dan Morfologi


Penyu sisik merupakan anggota Famili Cheloniidae dengan nama jenis
Eretmochelys imbricata. Klasifikasi penyu sisik menurut (Priyono, 1994) adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudinata
Famili : Cheloniidae
Genus : Eretmochelys
Spesies : Eretmochelys imbricata (Nuitja. I. N. S. 1992).
Penyu sisik adalah sejenis penyu kecil yang memiliki ukuran tubuh lebih kecil
dibandingkan dengan penyu hijau. Panjang lurus tubuh penyu sisik dewasa berkisar antara
70 – 90 cm dan bobot tubuh berukuran 40 – 90 kg . Panjang lurus karapas penyu dewasa
yang berhasil dicatat oleh United States Agency for International Development (USAID)
berkisar dari 66 – 86 cm. Panjang karapas melengkung penyu dewasa yang tercatat saat
mendarat di Pulau Dapur adalah 71,7 hingga 85,9 cm dengan rata-rata 78,5 dan lebar
lengkung berkisar antara 61,4 hingga 77,6 dengan rata-rata 69,5 cm.(Zulfakar, 1996)

3
BAB III PROFIL TEMPAT KERJA PRAKTIK

Keberadaan Taman Nasional Kepulauan Seribu diawali dengan berbagai cerita yang
menarik. Bermula dari tahun 1979, didukung oleh FAO (Food and Agriculture
Organization) PBB, dilakukan kajian dan survey di Indonesia untuk menemukan satu
lokasi perairan laut yang cocok dijadikan sebagai Taman Nasional laut (marine national
park) pertama di Indonesia. Saat itu FAO sedang menjalankan proyek membantu under-
developed country (negara belum berkembang) dalam upaya konservasi untuk
pembangunan yang berkelanjutan.

Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKpS) merupakan salah satu dari 7 Taman
Nasional Laut dibawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan
merupakan bagian dari 553 unit Kawasan Konservasi di Indonesia, serta satu-satunya
Taman Nasional yang terletak di Ibukota Negara. Pada tahun 2017 Taman Nasional
Kepulauan Seribu mendapat penghargaan sebagai kawasan ASEAN Heritage Park (AHP)
ke 29 di kawasan Asia Tenggara yang mewakili Indonesia dalam pertemuan Asean
Working Group on Nature Conservation and Biodiversity (AWGNCB) ke 27 yang
berlangsung di Brunei Darussalam. ASEAN Heritage Parks merupakan kawasan
perlindungan terpilih di wilayah ASEAN dengan keanekaragaman hayati dan ekosistem
yang unik dan bernilai tinggi sebagai keterwakilan ekosistem di kawasan negara-negara
ASEAN. AHP merupakan penghargaan tertinggi terhadap pentingnya perlindungan suatu
kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi.

Mandat penunjukan Kepulauan Seribu sebagai Taman Nasional adalah memberikan


perlindungan pada 4 (empat) nilai penting yaitu terumbu karang, mangrove, Penyu Sisik
(Eretmochelys imbricata) dan Kima Raksasa (Tridacna gigas) dan biota laut lainnya yang
dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan dan pendidikan. Pada tahun 2002,
Taman Nasional Kepulauan Seribu kemudian ditetapkan melalui Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor: SK. 6310/Kpts-II/2002 dengan luas 107.489 Ha, terletak antara 5°24′-
5°45′ LS dan 106°25′-106°40′ BT, termasuk kawasan darat Pulau Penjaliran Barat dan
Pulau Penjaliran Timur seluas 39,50 hektar.

Taman Nasional Kepulauan Seribu tersusun oleh Ekosistem Pulau-Pulau Sangat Kecil dan
Perairan Laut Dangkal, yang terdiri dari Gugus Kepulauan dengan 78 pulau sangat kecil,
86 Gosong Pulau dan hamparan laut dangkal pasir karang pulau sekitar 2.136 hektar (Reef

4
flat 1.994 ha, Laguna 119 ha, Selat 18 ha dan Teluk 5 ha), terumbu karang tipe fringing
reef, Mangrove dan Lamun bermedia tumbuh sangat miskin hara/lumpur, dan kedalaman
laut dangkal sekitar 20-40 m.

5
3.3 Struktur Organisasi
Organisasi merupakan wadah dimana terdapat sekumpulan orang yang bertugas untuk
melakukan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama yang menguntungkan mengacu
pada cara membagi, mengelompokkan, mengkoordinasikan aktifitas organisasi menjadi
hubungan yang baik, karena struktur organisasi tercermin adanya suatu sistem kerja sama
secara sistematis dan terkoordinir. Struktur organisasi Balai Taman Nasional Kepulauan
Seribu dapat dilihat pada (gambar 2).

Gambar 2. 1 Struktur Organisasi Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu

6
BAB IV PELAKSANAAN KERJA PRAKTIK

4.1 Metodologi Pengambilan dan Pengolahan Data

Penelitian ini menggunakan metode survei.Cara ini diterapkan pada sarang telur yang
dijamin bebas dari kegagalan penetasan, aman dari ancaman predator, tidak bermasalah
dengan kondisi pasir dan abrasi. Beberapa langkah harus diikuti untuk membuat penyu
menetas secara alami sesuai dengan pedoman Teknis Pengelolaan Konservasi Penyu
(Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut, 2009) adalah sebagai berikut:

a. Pencarian sarang alami dilakukan saat matahari baru akan terbit, dengan
menggunakan sebuah tongkat kayu yang ujungnya diruncingkan. Area yang
diduga sebagai sarang alami penyu sisik kemudian diperiksa dengan
menggunakan tongkat kayu tersebut dengan cara menusuk-nusuk
permukaannya.
b. Setelah ditemukan, sekeliling sarang telur penyu dipagari / diberi kawat agar
terlindungi dari predator, dan diberi label yang menjelaskan nomor sarang dan
tanggal bertelur.
c. Sarang telur penyu tersebut terus diawasi setiap pagi, siang dan sore secara
rutin hingga telur penyu menetas.
d. Perhitungan jumlah telur dilakukan dalam sarang dan jumlah tukik yang
hidup. Untuk mengetahui tingkat kesuksesan penetasan (hatching success /
HS).

7
DAFTAR PUSTAKA

Anshary, M., Setyawati, T. R., & Yanti, A. H. (2014). Karakteristik pendaratan penyu
hijau (Chelonia mydas, Linnaeus 1758) di pesisir pantai Tanjung Kemuning Tanjung Api
dan Pantai Belacan kecamatan Paloh kabupaten Sambas. Protobiont, 3(2)., 232-239.

Abidin, Z. 2013. Persentase Tingkat Keberhasilan Penetasan Telur Penyu Sisik


(Eretmochelys imbricata ) Pada Sarang Alami di Pulau Pramuka dan Pulau Kotok Kecil
Kepulauan Seribu. [Skripsi]. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta.

Afifah AN, Sabila F dan Hardi OS. 2019. Analisis Karakteristik Habitat Penyu Sisik
Taman Nasional Kepulauan Seribu, Pulau Pramuka, Kabupaten Kepulauan Seribu,
Provinsi DKI Jakarta. Jurnal Siliwangi. 5(1): 23-27.

Direktorat Konservasi & Taman Nasional Laut. (2009). Pedoman Teknis Pengelolaan
Konservasi Penyu dan Habitatnya, Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta

Jatu, 2007. Penyu Laut (Testudines), Arti Harafiah dari Sea Turtle.

Muslim., Irawan, H., dan Pratomo, A. 2015. Tingkat Keberhasilan Penetasan Telur Penyu
Sisik (Eretmochelys imbricata) Pulau Durai Kepulauan Anambas Di Lagoi. [Karya
Ilmiah]. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan. FPIK. Universitas Maritim Raja Ali
Haji. 1-8.

Purwati, E. 2000. Keberhasilan Penetasan Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata)


Pada Sarang Semi alami di Pulau Pramuka Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu
Jakarta. [Skripsi]. Bogor. Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor.

Priyono A. (1994). Bioekologi Penyu Laut. Bogor: IPB

Richayasa, A. 2015. Karakteristik Habitat Peneluran Penyu Sisik (Eretmachelys imbricata)


di Pulau Geleang, Karimun jawa [Skripsi]. Universitas Negeri Semarang. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

8
Zulfakar. 1996. Studi Habitat Peneluran Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau
Dapur, Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung [Skripsi]. Bogor:
Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai