Kita menyaksikan pembunuhan massal manusia atas nama kebenaran dan titah
Tuhan serta atas nama keserakahan politik, lalu dikejutkan oleh aksi-aksi terror yang
melebeli dirinya atas nama Tuhan. Penyiksaan dan pembunuhan manusia dengan
secara kejam yang menimpa manusia hingga mengungsi dan terombang ambing di
daratan dan di lautan, hilangnya nyawa, hilangnya masa depan, dan diperkosannya hak-
hak kemanusiaan mereka telah kita saksikan secara live di hadapan mata kita semua
hingga diabad 21 ini.
1
Amirullah, IMM untuk Kemanusiaan dari Nalar ke Aksi, (CV.Mediatama Indonesia: 2016),
hal.21
perstiwa itu.2 Lalu ada Konflik berkepanjangan di Iraq, Libya, Mesir, hingga Suriah,
yang menewaskan ribuan bahkan Jutaan Jiwa Manusia.
Selanjutnya, Tanah air tercinta Republik Indonesia beberapa tahun terakhir juga
mengalami banyak ragam perstiwa konflik kemanusiaan yang sepertinya belum
menemukan benang merah dalam menyelesaikan konflik ini, sebagaimana argumentasi
Politikus Fadli Zon menyebutkan: “Terjadi penurunan Variabel Kebebasan Berbicara
yang turun dari 66,7 poin pada tahun 2008, menjadi 64,29 poin pada tahun 2019. Lalu
variable kebebasan berkumpul, turun dari 82,35 poin menjadi 78,03 poin”.3 Tak hayal
dilihat dari ragam kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia yang kian
menajam kebawah, diperkuat lagi dalam buku Ayahanda Amien Rais, beliau
menyatakan: “Saya membaca perkembangan kehidupan politik, sosial, ekonomi,
penegakan hukum serta kehidupan moral bangsa terus mengalami kemerosotan.
Padahal kehidupan yang tidak memiliki pijakan yang kokoh di atas akhlak atau
moralitas atau etika dapat dipastikan akan meluncur ke bawah. Tidak mustahil pula
proses kemerosotan multidimensional itu membuat semakin redup kehidupan bangsa
kita”.4 Menjadikan bangsa Indonesia seolah tanpa masa depan.
2
Laporan Data Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (UN OCHA) Tahun 2008 –
2021.
3
Fadli Zon, Refleksi akhir Tahunnya yang berjudul Konsolidasi Oligarki di Tengah Pandemi,
Unggahan Channel Youtube Fadli Zon Offcial.
4
Amien Rais, Pilihan buat Pak Jokowi, Mundur atau Terus, (Jakarta: DA Press, 2020), hal.2
Berikut ini saya sampaikan beberapa masalah nasional yang semakin
memprihatinkan. Kita sebut saja Konflik di Papua yang tak berkesudahan. Pendekatan
keamanan lewat penurunan pasukan terus menerus dilakukan tanpa pernah disertai
dengan evaluasi yang Objektif. Hasilnya, kontak senjata terus terjadi dengan
mengorbankan masyarakat sipil, di tahun 2021, berbagai peristiwa penembakan terjadi
seperti halnya pada 2 anak dan satu mama di Intan Jaya.5 Kedua peristiwa itu sampai
saat ini tak di usut melalui mekanisme hukum yang jelas. Lalu ada peristiwa
penembakan Oknum Aparat terhadap Aktifis Mahasiswa di Kendari yang memakan
korban jiwa sebanyak 2 Orang yang kebetulan juga Merupakan Kader Terbaik Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), ditambah lagi baru-baru ini di Sulawesi tengah,
kabupaten Parigi Maoutong, yg memakan korban jiwa terhadap aktifis Tambang. Tak
luput pula perstiwa yang terjadi di desa Wadas yang mana Masyarakat desa Wadas
mengalami intimitdasi, hingga masyarakat mengalami luka-luka dan kekerasan yang
lagi-lagi melibatkan sikap represif aparat keamanan dan masih banyak lagi konflik-
konflik kemanusiaan yang berlangsung di belahan Indonesia hingga saat ini.
Inilah kenyataan yang terjadi di hadapan kita semua saat ini. Zaman yang
diklaim beradab rasanya nyawa manusia dan nilai-nilai kemanusiaan begitu murah
untuk dikorbankan. Drama anti kemanusiaan layaknya sinetron yang setiap hari
ditayangkan menemani sarapan pagi dan makan malam kita. Tepat untuk dikatakan
bahwa, kita saat ini betul-betul mengalami krisis kemanusiaan yang amat parah dan ke
depannya masa depan manusia terus dibayang bayangi oleh saling menggusur dan
menindas baik dalam bentuk perang maupun ketidakadilan, kekerasan, dalam
kemiskinan, pengangguran akibat konsentrasi kapital yang pada akhirnya
memunculkan gejolak sosial (konflik sosial) yang menghantui masa depan peradaban
manusia.
5
Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol AM Kamal melalui keterangan pers yang
diterima Tribun-Papua.com, Rabu (27/10/2021).
psikis, jasmani dan rohani, atau material dan spiritual yang bersifat integratif.6 Gerakan
humanisme menurut Kuntowijoyo merupakan aktualisasi dari nilai nilai Tauhid. Islam
adalah sebuah humanisme, yaitu agama yang sangat mementingkan manusia sebagai
tujuan sentral. Menurutnya, pusat keimanan Islam memang Tuhan, tetapi ujung
aktualisasinya adalah manusia.7 Jelas bahwa humanisme Islam tidak sedikitpun
memandang rendah manusia, apalagi menghardik kebebasan akal dan potensi
kemanusiaannya. Islam hadir justru untuk memerdekakan manusia dari segala bentuk
penjajahan dan pembodohan yang sudah berlangsung lama dalam sejarah manusia.
Artinya: “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan
mereka itulah orang-orang yang beruntung.’’
Seperti yang dikatakan Syahril Syah, bahwa teori perubahan yang bertahan
berabad-abad hingga saat ini adalah teori keteladanan. Tidak ada satu teoripun yang
mampu bertahan lama selain dari teori ini.8 Nabi Muhammad SAW merupakan sosok
yang menggagas teori ini sebagai manusia yang paling berpengaruh sepanjang sejarah
perjalanan umat Manusia hingga saat ini karena keteladanannya. Gerakan inilah yang
hendak ingin dimassifkan oleh Umat Islam, yakni gerakan menjadi the best example
untuk kemanusiaan.
6
Masudki, Humanisme Spiritual: Paradigma Pengembangan Masyarakat Islam dalam
Filsafat Sosial Hossen Nasr, (Jakarta: Gaung Press Group, 2014) hal.56
7
Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi, (Bandung: Mizan, 2008) hal. 274-
275.
8
Disampaikan pada Pelatihan Instuktur Paripurna DPP IMM pada tanggal 8 Juli 2015 di
STIKMU MJ. Syaharil Syah adalah Mantan Ketua Umum DPP IMM periode 1995-1997.
Konsep Gerakan Amar Makruf Nahi Mungkar secara implisit merupakan
doktrin gerakan kemanusiaan Islam. Namun secara Eksplisit konsep Amar Makruf
Nahi Mungkar sangat dekat sekali dengan Muhammadiyah bahkan menjadi simbol dan
dokterin Muhammadiyah dan Ortom.9 ALLAH berfirman dalam surah AL-Nahl ayat
125 yang berbunyi:
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran
yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah
yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”
11
AD/ART Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah BAB III, Pasal 7.
menghancurkan proses kehancuran diri sendiri, kehilangan sama sekali kebahagiaan
insaniyah yang hakiki.12
Menurut hemat penulis, ke depan ini, IMM harus menjadi bagian terdepan
dalam memperjuangkan secara gigih nilai-nilai kemanusiaan dengan menata kembali
konsep humanisme IMM sebagai landasan teologis-konseptual untuk memantapkan
gerakan kemanusiaan IMM, lalu secara sungguh-sungguh berikhtiar untuk
mewujudkannya. Semakin banyak diskursus mengenai hal ini maka akan semakin
bagus dan progresif kehendak kita untuk memperjuangkan persoalan-persoalan
kemanusiaa saat ini dan ke depannya.13
Humanitas IMM dalam tri kompetensi dasar IMM itu dapat ditafsikan sebagai
gerakan kemanusiaan (humanity movement) IMM. ketimbang dialih artikan menjadi
gerakan kemasyarakatan yang pada akhirnya diorientasikan pada masyarakat-
masyarakat tertentu dengan pertimbangan-pertimbangan kesukuan, ras, dan juga
agama. Sebagaimana yang disampaikan oleh Piet H.Khaedir ialah “Ditengah
12
Farid Fathoni, Kelahiran yang dipersoalkan, dua puluh tahun Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah, 1964-1990, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1990), hal. 259
13
Amirullah, IMM untuk Kemanusiaan…, hal. 45.
banyaknya persoalan kemanusaiaan maka yang dibutuhkan adalah semacam gerakan
revolusioner model Mazdakisme atau Narodikisme yang merekayasa penyelesaian
persoalan kemanusiaan melalui sebuah persekutuan berbasis kemanusiaan, bukan
berbasis agama, etnis, atau sebagainya”.14 Sementara gerakan kemanusiaan tidak
dibatasi oleh tembok diferensiasi yang selama ini terkadang menjadi kecenderungan
dikalangan kader IMM. Gerakan kemanusiaan berari komitmen kader IMM untuk
menjadi rahmat bagi sekalian alam. Tidak hanya sekedar Care of Humanity, tapi
merupakan cita cita besar IMM untuk membangun dunia yang lebih humanis-
transenden. Inilah yang secara tegas dinyatakan bahwa IMM tidak hanya sekedar
peduli kemanusiaan, tapi IMM lahir dan diperuntukkan untuk kemanusiaan (IMM For
Humanity).
Pertama, Kader IMM harus secara total tampil sebagai gerakan mahasiswa
Islam yang menampilkan wajah Islam yang ramah, santun, toleran, peduli, unggul, dan
bisa menjadi contoh (uswatun hasanah) bagi kehidupan masyarakat sekitarnya. Segala
aktifitas kehidupan kader IMM baik dalam konteks aktifitas berorganisasi, aktifitas di
kampus, bermasyarakat dan berbangsa, haruslah berangkat dengan paradigma
keramahan, kesantunan, toleransi, peduli, tolong menolong, dan menjadi teladan
(uswatun hasanah) bagi semua orang tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, kelas
sosial. ras, suku dan tertentu. Hal ini tidak saja sekedar menjadi sebuah paradigma, tapi
memang harus betul-betul menjadi kesadaran kolektif untuk sekuat-kuatnya dilakukan
proses internalisasi, ideologisasi, dan dinamisasi nilai nilai ini dalam nafas kehidupan
kader IMM. Sebisa mungkin ini menjadi IMM Culture, IMM Value, IMM Ideology,
and IMM Identity yang harus mendarah daging dalam setiap pribadi-pribadi kader
Ikatan.
14
Piet H.Khaidir adalah Mantan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah Periode 2000-2002.
15
Amirullah, IMM untuk Kemanusiaan…, hal. 90-100
Maka kristalisasi nilai-nilai akhlak dalam nafas kehidupan kader Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah merupakan sesuatu yang harus terus digalakkan sekuat-
kuatnya bagi kristalisasi gerakan kemanusiaan IMM saat ini dan kedepannya.
Kristalisasi nilai kemanusiaan yang dimaksud adalah kader ikatan harus tampil sebagai
pribadi-pribadi yang inklusif, toleran, santun, damai, penuh kasih, tolong menolong,
memiliki moral force, dan lain-lain. Dengan kata lain, kader Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah harus menjadi contoh bagi manusia lainnya. Karena kekuatan contoh
keteladanan menjadi faktor determinan bagi perubahan.
Berangkat dari paradigma di atas, perlu ditegaskan bahwa setiap aktifitas kader
ikatan baik perkaderan formal, non formal, dan informal seperti Darul Arqam Dasar
(DAD), Darul Arqam Madya (DAM), dan Darul Arqam Paripurna (DAP), pelatihan-
pelatihan keinstrukturan (LID, LIM, LIP), kegiatan-kegiatan pelatihan khusus, diskusi-
kajian, dan aktifitas-aktifitas di Ikatan seluruhnya diharapkan menjadi wahana bagi
konstruksi nalar kemanusiaan yang sejati, menjadi wahana terciptanya alam pikiran
yang ingklusif, progresif, berkemajuan , berkeadaban, dan berkemanusiaan universal.
IMMawan dan IMMawati dan intelektual Islam di manapun berada, kita semua
tidak boleh berhenti dan memang seharusnya terus belajar untuk menjadi manusia
learning to be Human. Dengan demikian, fanatisme buta dalam hal apa saja dan dari
mana saja yang menjadi sumber masalah serius umat manusia Tidaklah saat ini dan ke
depannya bisa dicairkan setetes demi setetes, selangkah demi selangkah. Tidaklah
berlebihan, jika kita harus mengatakan konsistensi kita sebagai kader IMM bahwa pada
akhirnya kita harus menjadi pasukan terdepan dalam menjaga hak-hak dan martabat
kemanusiaan, membelanya, memperjuangkannya dari segala bentuk penodaan dan
penyelewengan. Lalu cita-cita kita membangun masyarakat dan peradaban yang
sebenar-benarnya optimis untuk segera dicapai dan diwujudkan.
16
Jusuf Sutanto, Spiritual Wisdom, Belajar mengatur kehidupan dari penggembala kuda,
(Jakarta: PT Mizan Publika), hal. 4
DAFTAR PUSTAKA
Amien Rais, Pilihan buat Pak Jokowi, Mundur atau Terus, Jakarta: DA Press, 2020.
Syaharil Syah adalah Mantan Ketua Umum DPP IMM periode 1995-1997,
Disampaikan pada Pelatihan Instuktur Paripurna DPP IMM pada tanggal 8 Juli
2015 di STIKMU MJ.
Fadli Zon, Refleksi akhir Tahunnya yang berjudul Konsolidasi Oligarki di Tengah
Pandemi, Unggahan Channel Youtube Fadli Zon Offcial.
Farid Fathoni, Kelahiran yang dipersoalkan, dua puluh tahun Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah, 1964-1990, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1990.
Jusuf Sutanto, Spiritual Wisdom, Belajar mengatur kehidupan dari penggembala kuda,
(akarta: PT Mizan Publika.
Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol AM Kamal melalui keterangan pers yang
diterima Tribun-Papua.com, Rabu (27/10/2021).
Piet H.Khaidir adalah Mantan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah Periode 2000-2002.