Disusun Oleh :
NIM : 60122001
Pada kesempatan kali ini penulis akan membahas makalah yang berjudul
“Dinamika dan tantangan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik
Indonesia” Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas
yang diberikan oleh Bapak. M. Ali Yusuf, S.E.,M.M. selaku Dosen Pembimbing
Mata Kuliah Pendidikan Pancasila. Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan
data-data yang diperoleh dari berbagai referensi seperti buku ataupun
literature lainnya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................4
LATAR BELAKANG.........................................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................5
BAB III...................................................................................................................................13
PENUTUP...............................................................................................................................13
3.1. Kesimpulan.......................................................................................................................13
3.2 Saran..................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................14
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
1
1. Mengetahui dinamika dan tantangan pancasila sebagai dasar negara
2. Memahami argumen tentang tantangan terhadap pancasila
BAB II
PEMBAHASAN
Pancasila sebagai Dasar Negara lahir dan berkembang melalui suatu proses
yang cukup panjang. Pada awalnya, adat istiadat dan agama menjadi kekuatan yang
membentuk adanya pandangan hidup. Pada 01 Juni 1945 Pancasila disuarakan
menjadi Dasar Negara yang diresmikan pada 18 Agustus 1945 dengan dimasukan sila-
sila pancasila dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945. Dengan bersumberkan Budaya, Adat Istiadat, dan Agama sebagai
tonggaknya. Berdirinya Negara Republik Indonesia ditandai dengan pembacaan teks
proklamasi pada 17 Agustus 1945. Bangsa Indonesia telah sepakat, bahwa pengaturan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berlandaskan Pancasila dan
UUD 1945. Namun, sejak November 1945 sampai menjelang ditetapkan Dekrit
Presiden pada 5 Juli 1959, pemerintah Indonesia mempraktikan system Demokrasi
Liberal.
2
Kemudian, diterbitkan ketetapan MPR No.II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan
dan Pengamalan Pancasila (P-4). Namun, pemerintahan Presiden Soeharto dianggap
menyimpang dari garis Politik Pancasila dan UUD 1945. Beliau cenderung dianggap
melakukan praktik Liberalisme-Kapitalisme dalam mengelola Negara.
Pada tahun 2004 sampai sekarang, berkembang gerakan para akademisi dan
pemerhati secara pecinta Pancasila kembali menyuarakan Pancasila sebagai Dasar
Negara melalui berbagai kegiatan seminar dan kongres. Hal tersebut ditunjukan untuk
mengembalikan eksistensi Pancasila dan membudayakan nilai-nilai Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa serta menegaskan Pancasila sebagai Dasar Negara menjadi
sumber hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara.
Istilah orde lama dimulai sejak tahun 1945-1968 yang mengarah pada masa
pemerintahan Presiden Soekarno. Pada masa awal orde lama, Indonesia baru saja
menjadi negara merdeka, yang berhasil lepas dari penjajahan Belanda dan Jepang.
Pada masa orde lama, Presiden Soekarno menjabat sebagai Kepala Negara sekaligus
menjabat sebagai Kepala Pemerintahan. Sebagai negara yang baru merdeka, tidak
heran jika system pemerintahannya mengalami beberapa kali perubahan pada masa
orde lama. Sistem pemerintahan yang pernah diterapkan di Indonesia meliputi sistem
presidensial, sistem parlementer dan sistem demokrasi terpimpin.
Berikut merupakan periode-periode penerapan Pancasila pada masa orde lama yang
pernah diterapkan di Indonesia yaitu, periode 1945-1950, periode 1950-1959, dan
periode 1959-1966.
3
Dalam sistem pemerintahan presidensial, Presiden memiliki dua peran yaitu
sebagai badan eksekutif dan juga badan legislatif. Pada masa orde lama ini, terdapat
beberapa penyimpangan seperti, peran Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang
sebelumnya merupakan pembantu Presiden, kemudian berganti menjadi lembaga yang
diberi kekuasaan legislatif dan memiliki kekuasaan untuk merumuskan GBHN, yang
sebelumnya juga merupakan kekuasaan MPR.
Selama periode ini, penerapan Pancasila yang merupakan dasar negara,
menghadapi berbagai masalah. Rakyat Indonesia sedang disibukan dengan usaha
penggantian Pancasila dengan ideologi lain yang bertentangan dengan nilai-nilai yang
terkadung dalam Pancasila. Upaya ini terlihat dengan munculnya gerakan-gerakan
perlawanan yang bertujuan untuk menggantikan Pancasila. Gerakan perlawanan yang
terjadi pada periode ini yaitu:
4
Indonesia, Partai Buruh Indonesia, dan Sarekat Buruh Perkebunan Republik
Indonesia.
Kemudian tokoh komunis yaitu, Musso menjelaskan sebuah gagasan yang disebut
“Jalan Baru untuk Republik Indonesia”. Ia mengemukakan gagasan penting tersebut,
untuk mengubah kabinet presidensial menjadi kabinet front persatuan. Agar dapat
menguasai daerah strategis di Jawa Tengah dan Jawa Timur, Musso dan Amir
Syariffudin beserta kelompok kiri lainnya menyebarkan ide-ide tersebut dengan tujuan
utamanya yaitu meruntuhkan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Ideologi Pancasila dan mendirikan Negara Soviet Indonesia yang berideologi komunis.
Setelah mendapatkan kabar mengenai pemberontakan ini, pemerintah segera
menginstruksikan pasukan TNI untuk tidak ikut serta dalam pertempuran tersebut Ini
bertujuan untuk memulihkan keamanan di sekitar tempat kejadian.
5
A. Kekuasaan legislatif memiliki kekuasaan lebih besar daripada kekuasaan
eksekutif.
B. Para menteri yang berada di kabinet harus mempertanggung jawabkan
tindakannya kepada DPR.
C. Rencana kebijakan kabinet harus sejalan dengan tujuan politik yang dimiliki oleh
beberapa anggota parlemen.
6
Wakil Presiden tetap dianggap, walaupun tugas dalam menjalankan pemerintahan,
dipegang oleh Perdana Menteri dan para Menteri yang terpilih.
Demokrasi liberal tahun 1950-1959 merupakan masa partisipasi partai politik. PNI dan
Masyumi
adalah dua partai politik terkuat dalam kepemimpinan kabinet saat itu Demokrasi liberal
dianggap sebagai demokrasi yang tidak memprioritaskan rakyat dan kekuasaannya
bersifat bebas. Sehingga Presiden Soekarno berpendapat, bahwa sistem demokrasi
liberal ini tidak dapat mencapai tujuan untuk mengangkat nilai-nilai kepribadian bangsa
Indonesia. Kegagalan dalam pemerintahan demokrasi liberal ini, ditandai dengan:
7
Periode 1959-1965 (Demokrasi Terpimpin)
8
menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 1961. Sebagai
gantinya, Presiden Soekarno membentuk DPR-GR pada tahun 1960.
3. Menetapkan Garis Besar Haluan Negara (GBHN), dalam pidato yang
disampaikan dengan judul “Penemuan Kembali Revolusi Kita” oleh Presiden
Soekarno. Kemudian diberi nama dengan Manifesto Politik Republik Indonesia
(Manipol). Pada kenyataannya, UUD menetapkan bahwa kewenangan
penetapan GBHN adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat yang diatur dalam
UUD 1945.
4. Konsep Nasionalisme, Agama, dan Komunisme (Nasakom) yang merupakan
gagasan Presiden Soekarno mewakili tiga tonggak utama kekuatan politik
Indonesia, dari masa pergerakan nasional Indonesia hingga pasca-
kemerdekaan. Nasakom juga menjadi simbol pelaksanaan demokrasi terpimpin
sejak tahun 1959-1965.
Ciri yang membedakan demokrasi terpimpin dengan demokrasi lainnya adalah sebagai
berikut:
1. Sistem Partai Yang Semakin Memudar
Partai politik yang berkuasa di masa demokrasi terpimpin, memiliki mobilitas
yang sangat terbatas. Saat itu, peran partai politik hanya sebatas mendukung Presiden
dan kebijakannya saja.
2. Kekuasaan Presiden
Sistem demokrasi terpimpin berdasarkan prinsip presidensial, memberikan
Presiden kekuasaan tertinggi. Pada sistem ini, peran wakil rakyat semakin berkurang.
Pembentukan DPR-GR dalam sistem ini, melemahkan peran legislatif. Dengan
kekuasaan tersebut, Presiden dapat dengan mudah menyingkirkan pihak yang
bertentangan dalam bidang politik.
3. Peran Militer
Peran militer pada masa ini semakin diperkuat. Sistem demokrasi terpimpin,
memungkinkan militer untuk memegang posisi di lembaga DPR-GR. Mereka dibekali
persenjataan dan mendapatkan tugas untuk melindungi Presiden Soekarno. Hubungan
9
timbal-balik antara Presiden Soekarno dan PKI, memicu pesatnya penyebaran ideologi
komunis di Indonesia.
4. Kebebasan Pers yang Dibatasi
Sebagai media komunikasi dan informasi antara masyarakat dan pemerintah,
kebebasan pers juga ikut dibatasi. Kebijakan ini menyebabkan media yang
memberitakan segala sesuatu secara terbuka menjadi tertutup. Beberapa surat kabar
dan majalah juga dihancurkan oleh pemerintah.
5. Pemusatan Kekuasaan
Kekuasaan pusat ini sangat berpengaruh dalam hubungan antara pemerintah
pusat dan daerah. Demokrasi terpimpin ini merupakan sistem pemerintahan terakhir
yang dilaksanakan oleh Presiden Soekarno sebelum berakhirnya masa jabatan sebagai
Presiden pada tahun 1965. Demokrasi terpimpin yang dilaksanakan pasa masa ini,
membuat perkembangan organisasi PKI semakin meningkat, karena PKI dipandang
sejalan dengan tujuan negara untuk membentuk negara berlandaskan ideologi
Nasionalisme Agama dan Komunisme (Nasakom).
Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang ditujukan kepada Letjen Soeharto
dikeluarkan oleh Presiden Soekarno pada 11 Maret 1966, karena terdapat kekacauan
yang terjadi di masa kepemimpinannya. Peristiwa ini menandakan berakhirnya
pelaksanaan sistem demokrasi terpimpin, dan turunnya Presiden Soekarno dari kursi
kepresidenan. Sistem pemerintahan baru pun didirikan dan bertekad akan
mempertahankan Pancasila sebagai ideologi negara. Kemudian, Soeharto ditetapkan
sebagai Presiden yang secara tegas dan konsisten akan melaksanakan UUD 1945 di
masa pemerintahannya.
10
merasuk dalam kehidupan Bangsa Indonesia sehingga melupakan kultur Bangsa
Indonesia yang memiliki sifat religius, santun, dan gotong royong.
Apabila ditarik benang merah terkait dengan tantangan yang melanda Bangsa
Indonesia sebagaimana tersebut diatas, maka dapat didefinisikan sebagai berikut :
a. Dilihat dari kehidupan masyarakat, terjadi kegamangan kehidupan bernegara
dalam era reformasi ini karena perubahan sistem pemerintahan yang begitu
cepat termasuk digulirkannya otonomi daerah yang seluas-luasnya, disatu pihak
dan dipihak lain. Masyarakat merasa bebas tanpa tuntutan nilai dan norma
dalam kehidupan bernegara. Sering ditemukan perilaku anarkisme yang
dilakukan oleh elemen masyarakat terhadap fasilitas publik dan asset milik
masyarakat lainnya yang dipandang tidak cocok dengan paham yang dianutnya.
Masyarakat menjadi beringas karena code of conduct yang bersumber pada
nilai Pancasila mengalami deglarasi. Selain itu, kondisi euphoria politik tersebut
dapat memperlemah integrasi nasional.
b. Dalam bidang pemerintahan, banyak muncul di ranah politik aparatur
pemerintahan, baik sipil maupun militer yang kurang mencerminkan jiwa
Kenegaraan Terhadap fenomena perilaku aparatur yang aji mumpung atau
mementingkan kepentingan kelompoknya saja. Hal tersebut perlu dicegah
dengan cara meningkatkan efektivitas penegakan hokum dan melakukan upaya
secara masif serta sistematis dalam membudayakan nilai-nilai Pancasila bagi
para aparatur Negara.
11
b. Penyalahgunaan kekuasaan (korupsi) mengakibatkan rendahnya kepercayaan
masyarakat terhadap rezim yang berkuasa sehingga kepercayaan terhadap ideologi
menurun drastis. Ketidakpercayaan terhadap partai politik (parpol) juga berdampak
terhadap ideologi negara
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dapat diambil kesimpulan bahwa dengan Pancasila sebagai dasar negarayang
menjadi dasar, pedoman, maupun landasan bernegara Republik Indonesiaakan
memudahkan dalam memberikan jaminan atas stabilitas dan kelestarian jalannya
pemerintahan Negara RI. Juga memberikan jaminan akan kestabilan sertategaknya
tatanan hukum sehingga dapat mengawasi dan mendeteksi terhadapkemungkinan
terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan pembangunan nasional,
termasuk segenap program-program yang telah digariskandalam pencapaian
sasaran.Kesemua hal tersebut, akhirnya akan dapat mendukung
pengembaliankepercayaan dan keyakinan masyarakat terhadap terlaksananya
pemerintahan yang baik dan stabil serta tegaknya tatanan hukum dalam Negara
12
RI.Akhirnya, Pancasila sebagai dasar negara juga dapat memberikan motivasiatas
keberhasilan serta tercapainya suatu cita-cita atau tujuan nasional yang jugamerupakan
cita-cita proklamasi kemerdekaan Republik Indoneisa, yaitu suatumasyarakat yang adil
dan makmur, hidup berdampingan dengan negara-negara didunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. pentingnyaPancasila sebagai
dasar negara ini. Oleh karena itu kita harus menjunjung tinggiPancasila dan
mengamalkan sila-sila yang termaktub di dalamnya
3.2 Saran
Berdasarkan wacana di atas kita dapat menyadari betapa pentingnya Pancasila
sebagai dasar negara ini. Oleh karena itu kita harus menjunjung tinggi Pancasila dan
mengamalkan sila-sila yang termaktub di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
13