Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Dinamika dan tantangan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila

Dosen Pengampu : M. Ali Yusuf, S.E.,M.M.

Disusun Oleh :

Daifa Dewi Wahyuni

NIM : 60122001

Fakultas Ekonomika Dan Bisnis

Program Studi Akuntansi

Universitas Selamat Sri

2022/2023Alamat : 35JH+HPH, Unnamed Road, Gondoarum, Jambearum, Kec.


Patebon, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah 5135
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas


limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan pengikut beliau
hingga akhir zaman.

Pada kesempatan kali ini penulis akan membahas makalah yang berjudul
“Dinamika dan tantangan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik
Indonesia” Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas
yang diberikan oleh Bapak. M. Ali Yusuf, S.E.,M.M. selaku Dosen Pembimbing
Mata Kuliah Pendidikan Pancasila. Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan
data-data yang diperoleh dari berbagai referensi seperti buku ataupun
literature lainnya.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis


dan pembaca serta dapat memberikan wawasan yang lebih luas bagi semua
pihak yang memerlukannya. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Kendal, Oktober 2022

i
DAFTAR ISI

BAB I.......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................4
LATAR BELAKANG.........................................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................5
BAB III...................................................................................................................................13
PENUTUP...............................................................................................................................13
3.1. Kesimpulan.......................................................................................................................13
3.2 Saran..................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................14

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Di dalam hidup berbangsa dan bernegara terkadang masyarakat merasa bingung


dimana yang lebih penting antara bangsa dan negara dan terkadang malah
menyepelekan keduanya. Negara adalah organisasi kekuasaan dari persekutuan hidup
manusia, sedangkan bangsa lebih menunjuk pada persekutuan hidup manusia.Suatu
negara pasti mempunyai identitas nasional sendiri-sendiri yang berbeda antara negara
yang satu dengan negara yang lain karena, identitas nasional suatu bangsa
menunjukkan kepribadian suatu bangsa tersebut
Pancasila adalah jati diri bangsa Indonesia, sebagai falsafah, ideologi, dan alat
pemersatu bangsa Indonesia. Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara,
dan pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk. begitu besar pengaruh Pancasila
terhadap bangsa dan negara Indonesia, Kondisi ini dapat terjadi karena perjalanan
sejarah dan kompleksitas keberadaan bangsa Indonesia seperti keragaman suku,
agama, bahasa daerah, pulau, adat istiadat, kebiasaan budaya, serta warna kulit jauh
berbeda satu sama lain tetapi mutlak harus dipersatukan.
Begitu banyak permasalahan yang sedang bangsa kita hadapi, mulai dari yang
sepeles sampai ke persoalan yang vital. Sebenernya semua persoalan bisa
diselesaikan apabila rakyat indonesia sudah menjiwai pancasila. tetapi negara hanya
meninggikan keilmuwan, ilmu penegatahuan tidak adanya pendalaman pancasila,
penerapan pancasila.

1.1 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana dinamika Pancasila sebagai dasar negara
2. Apa saja tantangan pancasila sebagai dasar negara?

1.2 TUJUAN

1
1. Mengetahui dinamika dan tantangan pancasila sebagai dasar negara
2. Memahami argumen tentang tantangan terhadap pancasila

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 ARGUMEN TENTANG DINAMIKA PANCASILA

Pancasila sebagai Dasar Negara lahir dan berkembang melalui suatu proses
yang cukup panjang. Pada awalnya, adat istiadat dan agama menjadi kekuatan yang
membentuk adanya pandangan hidup. Pada 01 Juni 1945 Pancasila disuarakan
menjadi Dasar Negara yang diresmikan pada 18 Agustus 1945 dengan dimasukan sila-
sila pancasila dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945. Dengan bersumberkan Budaya, Adat Istiadat, dan Agama sebagai
tonggaknya. Berdirinya Negara Republik Indonesia ditandai dengan pembacaan teks
proklamasi pada 17 Agustus 1945. Bangsa Indonesia telah sepakat, bahwa pengaturan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berlandaskan Pancasila dan
UUD 1945. Namun, sejak November 1945 sampai menjelang ditetapkan Dekrit
Presiden pada 5 Juli 1959, pemerintah Indonesia mempraktikan system Demokrasi
Liberal.

Setelah dilaksanakan Dekrit Presiden, Indonesia kembali diganggu dengan


munculnya paham lain. Saat itu, system Demokrasi Liberal ditinggalkan. Perdebatan
tentang Dasar Negara di Konstituante berakhir dan kedudukan Pancasila diperkuat.
Namun, keadaan tersebut dimanfaatkan oleh mereka yang menghendaki haluan kiri
(komunis). Pada peristiwa pemberontakan G30S PKI 196, peristiwa ini menjadi pemicu
berakhirnya pemerintahan Presiden Soekarno yang digantikan oleh pemerintahan
presiden Soeharto. Pada masa Presiden Soeharto, ditegaskan bahwa Pancasila
sebagai Dasar Negara yang akan dilaksanakan secara murni dan konsekuen.

2
Kemudian, diterbitkan ketetapan MPR No.II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan
dan Pengamalan Pancasila (P-4). Namun, pemerintahan Presiden Soeharto dianggap
menyimpang dari garis Politik Pancasila dan UUD 1945. Beliau cenderung dianggap
melakukan praktik Liberalisme-Kapitalisme dalam mengelola Negara.

Pada tahun 1998 muncul gerakan reformasi yang mengakibatkan Presiden


Soeharto menyatakan berhenti dari jabatan Presiden. Nampaknya reformasi belum
membawa angin segar bagi dihayati dan diamalkannya Pancasila secara konsekuen
oleh seluruh elemen Bangsa. Dapat dilihat dari abainya para politisi terhadap fotsoen
politik yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila.

Pada tahun 2004 sampai sekarang, berkembang gerakan para akademisi dan
pemerhati secara pecinta Pancasila kembali menyuarakan Pancasila sebagai Dasar
Negara melalui berbagai kegiatan seminar dan kongres. Hal tersebut ditunjukan untuk
mengembalikan eksistensi Pancasila dan membudayakan nilai-nilai Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa serta menegaskan Pancasila sebagai Dasar Negara menjadi
sumber hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara.
Istilah orde lama dimulai sejak tahun 1945-1968 yang mengarah pada masa
pemerintahan Presiden Soekarno. Pada masa awal orde lama, Indonesia baru saja
menjadi negara merdeka, yang berhasil lepas dari penjajahan Belanda dan Jepang.
Pada masa orde lama, Presiden Soekarno menjabat sebagai Kepala Negara sekaligus
menjabat sebagai Kepala Pemerintahan. Sebagai negara yang baru merdeka, tidak
heran jika system pemerintahannya mengalami beberapa kali perubahan pada masa
orde lama. Sistem pemerintahan yang pernah diterapkan di Indonesia meliputi sistem
presidensial, sistem parlementer dan sistem demokrasi terpimpin.
Berikut merupakan periode-periode penerapan Pancasila pada masa orde lama yang
pernah diterapkan di Indonesia yaitu, periode 1945-1950, periode 1950-1959, dan
periode 1959-1966.

 Periode 1945-1950 (Masa Revolusi Kemerdekaan)

3
Dalam sistem pemerintahan presidensial, Presiden memiliki dua peran yaitu
sebagai badan eksekutif dan juga badan legislatif. Pada masa orde lama ini, terdapat
beberapa penyimpangan seperti, peran Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang
sebelumnya merupakan pembantu Presiden, kemudian berganti menjadi lembaga yang
diberi kekuasaan legislatif dan memiliki kekuasaan untuk merumuskan GBHN, yang
sebelumnya juga merupakan kekuasaan MPR.
Selama periode ini, penerapan Pancasila yang merupakan dasar negara,
menghadapi berbagai masalah. Rakyat Indonesia sedang disibukan dengan usaha
penggantian Pancasila dengan ideologi lain yang bertentangan dengan nilai-nilai yang
terkadung dalam Pancasila. Upaya ini terlihat dengan munculnya gerakan-gerakan
perlawanan yang bertujuan untuk menggantikan Pancasila. Gerakan perlawanan yang
terjadi pada periode ini yaitu:

1. Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PPKI) pada 18 September 1948 di


Madiun.

Pemberontakan ini bermula pada rasa kekecewaan terhadap hasil


perundingan Renville dengan Belanda yang disepakati pada 17 Januari 1948 yang
dianggap sangat merugikan negara Indonesia, karena dalam perjanjian tersebut
banyak wilayah yang akan dikuasai oleh Belanda. Perundingan ini menyebabkan
pengunduran diri Perdana Menteri Indonesia, Amir Syarifuddin yang ikut serta dalam
perundingan tersebut. Kemudian dibentuklah kabinet baru, yaitu “Kabinet Hatta I”
(1948-1949) yang dipimpin oleh Perdana Menteri Mohammad Hatta, yang sekaligus
merangkap sebagai Wakil Presiden, di mana semua tugas-tugasnya harus
dilaporkan langsung kepada Seokarno sebagai Presiden. Amir Syarifuddin tidak
menyetujui kabinet baru ini, karena Amir mengharapkan dengan dibentuknya
kabinet baru yang bertujuan untuk menggantikan posisinya, akan beraliran dengan
paham komunis. Namun, keinginan Amir Syarifuddin ini tidak dapat terwujud karena,
Presiden Soekarno pada saat itu berpaling ke arah lain. Amir Syarifudin yang
merasa kecewa, akhirnya membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang terdiri
dari Partai Sosialis Indonesia, Partai Komunis Indonesia, Partai Pemuda Sosialis

4
Indonesia, Partai Buruh Indonesia, dan Sarekat Buruh Perkebunan Republik
Indonesia.

Kemudian tokoh komunis yaitu, Musso menjelaskan sebuah gagasan yang disebut
“Jalan Baru untuk Republik Indonesia”. Ia mengemukakan gagasan penting tersebut,
untuk mengubah kabinet presidensial menjadi kabinet front persatuan. Agar dapat
menguasai daerah strategis di Jawa Tengah dan Jawa Timur, Musso dan Amir
Syariffudin beserta kelompok kiri lainnya menyebarkan ide-ide tersebut dengan tujuan
utamanya yaitu meruntuhkan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Ideologi Pancasila dan mendirikan Negara Soviet Indonesia yang berideologi komunis.
Setelah mendapatkan kabar mengenai pemberontakan ini, pemerintah segera
menginstruksikan pasukan TNI untuk tidak ikut serta dalam pertempuran tersebut Ini
bertujuan untuk memulihkan keamanan di sekitar tempat kejadian.

2. Pemeberontakan PPKI ini dapat digagalkan dengan dibentuknya Gerakan


Operasi Militer I (GOM I) yang dipimpin oleh Kolonel Abdul Haris Nasution yang
menjabat sebagai Panglima Markas Besar Komando Jawa, untuk menggantikan
tugas Panglima Besar Jenderal Sudirman yang sedang sakit, serta menunjuk
Kolonel Gatot Subroto untuk menjadi Gubernur Militer Jawa Tengah.
3. Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII)
Pemberontakan DI/TII berawal dari kekecewaan rakyat Indonesia terhadap
pemerintah yang menyetujui Perjanjian Renville dengan Belanda. Dalam
perjanjian tersebut, tentara Indonesia harus ikut serta mundur dari wilayah Jawa
Barat dan pindah ke Jawa Tengah.

 Periode 1950-1959 (Demokrasi Liberal dan Sistem Parlementer)

Indonesia menjalankan pemerintahan dengan menerapkan sistem demokrasi


liberal pada tahun 1950-1959, yang memiliki 2 pemimpin yaitu Perdana Menteri sebagai
kepala pemerintahan dan Presiden sebagai kepala negara. Ciri-ciri sistem
pemerintahan parlementer yaitu:

5
A. Kekuasaan legislatif memiliki kekuasaan lebih besar daripada kekuasaan
eksekutif.
B. Para menteri yang berada di kabinet harus mempertanggung jawabkan
tindakannya kepada DPR.
C. Rencana kebijakan kabinet harus sejalan dengan tujuan politik yang dimiliki oleh
beberapa anggota parlemen.

Pengakuan kekuasaan Indonesia dengan Belanda, disepakati melalui


penyelenggaraan Konferensi Meja Bundar (KMB) dengan membentuk Republik
Indonesia Serikat (RIS), yang kemudian resmi dibubarkan pada 17 Agustus 1950.
Sebelum berakhirnya Negara Republik Indonesia Serikat, rakyat Indonesia pada saat
itu melakukan demonstrasi besar-besaran dengan mendesak pemerintah agar segara
membentuk Negara Kesatuan. Menurut kesepakatan antar tiga negara anggota yang
meliputi, Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, dan Negara Sumatera
Timur, pada 17 Agustus 1950 dicapailah kesepakatan untuk membentuk Negara
Kesatuan.

Kemudian, Indonesia diatur dalam Undang-Undang Dasar Sementara Republik


Indonesia 1950 (UUDS RI 1950) yang menganut sistem kabinet parlementer di
Indonesia. Di bawah pemerintahan demokrasi liberal ini, rakyat Indonesia memiliki
kesempatan untuk turut serta dalam mengurusi politik dan juga diperbolehkan
membentuk partai baru. Para anggota kabinet juga diperbolehkan untuk
mengemukakan pendapat dan mempertimbangkan keputusan yang diputuskan oleh
pemerintah jika tidak sesuai dengan UUDS 1950. Dalam sistem parlementer, lembaga-
lembaga legislatif seperti DPD, DPR, dan MPR memiliki
kekuasaan yang lebih tinggi dari lembaga-lembaga eksekutif yaitu, Presiden, Wakil
Presiden serta para Menteri. Pada sistem ini, kabinet tidak bertanggung jawab kepada
Presiden sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945. Namun, dalam UUDS 1950,
kabinet bertanggung jawab kepada DPR. Meskipun begitu, kewenangan Presiden dan

6
Wakil Presiden tetap dianggap, walaupun tugas dalam menjalankan pemerintahan,
dipegang oleh Perdana Menteri dan para Menteri yang terpilih.
Demokrasi liberal tahun 1950-1959 merupakan masa partisipasi partai politik. PNI dan
Masyumi
adalah dua partai politik terkuat dalam kepemimpinan kabinet saat itu Demokrasi liberal
dianggap sebagai demokrasi yang tidak memprioritaskan rakyat dan kekuasaannya
bersifat bebas. Sehingga Presiden Soekarno berpendapat, bahwa sistem demokrasi
liberal ini tidak dapat mencapai tujuan untuk mengangkat nilai-nilai kepribadian bangsa
Indonesia. Kegagalan dalam pemerintahan demokrasi liberal ini, ditandai dengan:

1. Munculnya usulan yang dikenal dengan Konsepsi Presiden, bertujuan untuk


membentuk pemerintahan yang berdasarkan dengan sifat gotong royong, di
mana seluruh kekuatan politik ikut terlibat. Dengan hadirnya Konsepsi Presiden
ini, maka dibentuklah Dewan Nasional yang terdiri dari seluruh organisasi politik
dan organisasi kemasyarakatan oleh Presiden Soekarno.
2. Majelis Konstituante mengalami stagnasi dan gagal mencapai kesepakatan
tentang perumusaan ideologi nasional. Majelis Konstituante diberi wewenang
oleh UUDS 1950 dan diberi tugas untuk membuat UU baru. Namun, hingga
tahun 1959, konstitusi baru tidak juga dirumuskan. Maka, Presiden Soekarno
memberitahu DPR mengenai konsepsi Demokrasi Terpimpin ini dan berdasarkan
dengan hasil pemilu disarankan untuk kembali pada UUD 1945.
3. Pengaruh dari politik aliran, membawa dampak pada penyelesaian konflik.
Dengan adanya politik aliran tersebut, setiap konflik yang terjadi seringkali
melintasi batas wilayah, yang hasilnya akan berdampak sangat negatif pada
keseimbangan politik.
4. Struktur sosial ekonomi yang masih sangat lemah yang secara langsung
menjelaskan status masyarakat yang tidak mendukung kelanjutan demokrasi
dan sulitnya komponen masyarakat untuk bersatu. Sehingga, dapat
mengganggu kestabilan pemerintah yang berdampak pada pemerintahan yang
sedang berjalan.

7
 Periode 1959-1965 (Demokrasi Terpimpin)

Presiden Soekarno mengusulkan sistem demokrasi terpimpin ini, untuk


menggantikan UUDS 1950, dan mengembalikannya ke UUD 1945. Karena saran ini
terdapat pro-kontra di antara anggota konstituante, maka dilakukan pemungutan suara.
Tujuan dari demokrasi terpimpin ini adalah untuk menata Kembali kehidupan politik
serta pemerintahan berdasarkan UUD 1945. Namun, dalam praktiknya, sering kali
menyimpang dari UUD 1945. Demokrasi ini mengarah pada pemerintahan demokrasi
formal, tetapi pada kenyataannya pemerintahanlah yang bersikap otoriter. Seluruh
keputusan dan pemikiran, dipusatkan kepada pemimpin negara yaitu, Presiden
Soekarno pada saat itu. Dalam demokrasi terpimpin, Presiden Soekarno berperilaku
seperti seorang dictator, hampir seluruh sektor kekuasaan negara termasuk, eksekutif,
legislatif, dan yudikatif dikuasainya.

Pokok-pokok pemikiran dalam konsepsi tersebut, yaitu:


1. Memulihkan situasi politik negara yang tidak stabil, yang merupakan peninggalan
kekuasaan dari masa demokrasi liberal dan menjadikannya lebih stabil.
2. Demokrasi terpimpin merupakan respon terhadap demokrasi liberal, yang pada
saat itu kekuasaan Presiden hanya sebatas sebagai kepala negara dan
kekuasaan pemerintah dijalankan oleh partai.
Beberapa penyimpangan yang terjadi dalam melaksanakan ketatanegaraan di sistem
demokrasi terpimpin ini, sebagai berikut:

1. Kekuasaan Presiden berdasarkan UUD 1945 dan kedudukannya berada


dibawah MPR. Namun, dalam proses pelaksanaannya MPRS harus mematuhi
semua kebijakan yang ditetapkan oleh Presiden. Keputusan mengangkat
Presiden Soekarno sebagai Presiden seumur hidup, sangat kontradiktif dengan
UUD 1945.
2. Pembubaran DPR yang merupakan hasil pemilihan umum 1955, disebabkan
adanya perselisihan antara Presiden Soekarno dan anggota DPR dalam

8
menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 1961. Sebagai
gantinya, Presiden Soekarno membentuk DPR-GR pada tahun 1960.
3. Menetapkan Garis Besar Haluan Negara (GBHN), dalam pidato yang
disampaikan dengan judul “Penemuan Kembali Revolusi Kita” oleh Presiden
Soekarno. Kemudian diberi nama dengan Manifesto Politik Republik Indonesia
(Manipol). Pada kenyataannya, UUD menetapkan bahwa kewenangan
penetapan GBHN adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat yang diatur dalam
UUD 1945.
4. Konsep Nasionalisme, Agama, dan Komunisme (Nasakom) yang merupakan
gagasan Presiden Soekarno mewakili tiga tonggak utama kekuatan politik
Indonesia, dari masa pergerakan nasional Indonesia hingga pasca-
kemerdekaan. Nasakom juga menjadi simbol pelaksanaan demokrasi terpimpin
sejak tahun 1959-1965.

Ciri yang membedakan demokrasi terpimpin dengan demokrasi lainnya adalah sebagai
berikut:
1. Sistem Partai Yang Semakin Memudar
Partai politik yang berkuasa di masa demokrasi terpimpin, memiliki mobilitas
yang sangat terbatas. Saat itu, peran partai politik hanya sebatas mendukung Presiden
dan kebijakannya saja.
2. Kekuasaan Presiden
Sistem demokrasi terpimpin berdasarkan prinsip presidensial, memberikan
Presiden kekuasaan tertinggi. Pada sistem ini, peran wakil rakyat semakin berkurang.
Pembentukan DPR-GR dalam sistem ini, melemahkan peran legislatif. Dengan
kekuasaan tersebut, Presiden dapat dengan mudah menyingkirkan pihak yang
bertentangan dalam bidang politik.
3. Peran Militer
Peran militer pada masa ini semakin diperkuat. Sistem demokrasi terpimpin,
memungkinkan militer untuk memegang posisi di lembaga DPR-GR. Mereka dibekali
persenjataan dan mendapatkan tugas untuk melindungi Presiden Soekarno. Hubungan

9
timbal-balik antara Presiden Soekarno dan PKI, memicu pesatnya penyebaran ideologi
komunis di Indonesia.
4. Kebebasan Pers yang Dibatasi
Sebagai media komunikasi dan informasi antara masyarakat dan pemerintah,
kebebasan pers juga ikut dibatasi. Kebijakan ini menyebabkan media yang
memberitakan segala sesuatu secara terbuka menjadi tertutup. Beberapa surat kabar
dan majalah juga dihancurkan oleh pemerintah.
5. Pemusatan Kekuasaan
Kekuasaan pusat ini sangat berpengaruh dalam hubungan antara pemerintah
pusat dan daerah. Demokrasi terpimpin ini merupakan sistem pemerintahan terakhir
yang dilaksanakan oleh Presiden Soekarno sebelum berakhirnya masa jabatan sebagai
Presiden pada tahun 1965. Demokrasi terpimpin yang dilaksanakan pasa masa ini,
membuat perkembangan organisasi PKI semakin meningkat, karena PKI dipandang
sejalan dengan tujuan negara untuk membentuk negara berlandaskan ideologi
Nasionalisme Agama dan Komunisme (Nasakom).
Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang ditujukan kepada Letjen Soeharto
dikeluarkan oleh Presiden Soekarno pada 11 Maret 1966, karena terdapat kekacauan
yang terjadi di masa kepemimpinannya. Peristiwa ini menandakan berakhirnya
pelaksanaan sistem demokrasi terpimpin, dan turunnya Presiden Soekarno dari kursi
kepresidenan. Sistem pemerintahan baru pun didirikan dan bertekad akan
mempertahankan Pancasila sebagai ideologi negara. Kemudian, Soeharto ditetapkan
sebagai Presiden yang secara tegas dan konsisten akan melaksanakan UUD 1945 di
masa pemerintahannya.

2.2 ARGUMEN TENTANG TANTANGAN TERHADAP PANCASILA

Tantangan yang muncul berasal dari derasnya arus paham-paham yang


bersandar pada otoritas materi, seperti liberalisme, kapitalisme, komunisme,
sekularisme, pragmatisme, dan hedonism, yang meggerus kepribadian Bangsa bernilai
Pancasila. Hal ini dapat dilihat dengan jelas, betapa paham-paham tersebut telah

10
merasuk dalam kehidupan Bangsa Indonesia sehingga melupakan kultur Bangsa
Indonesia yang memiliki sifat religius, santun, dan gotong royong.

Apabila ditarik benang merah terkait dengan tantangan yang melanda Bangsa
Indonesia sebagaimana tersebut diatas, maka dapat didefinisikan sebagai berikut :
a. Dilihat dari kehidupan masyarakat, terjadi kegamangan kehidupan bernegara
dalam era reformasi ini karena perubahan sistem pemerintahan yang begitu
cepat termasuk digulirkannya otonomi daerah yang seluas-luasnya, disatu pihak
dan dipihak lain. Masyarakat merasa bebas tanpa tuntutan nilai dan norma
dalam kehidupan bernegara. Sering ditemukan perilaku anarkisme yang
dilakukan oleh elemen masyarakat terhadap fasilitas publik dan asset milik
masyarakat lainnya yang dipandang tidak cocok dengan paham yang dianutnya.
Masyarakat menjadi beringas karena code of conduct yang bersumber pada
nilai Pancasila mengalami deglarasi. Selain itu, kondisi euphoria politik tersebut
dapat memperlemah integrasi nasional.
b. Dalam bidang pemerintahan, banyak muncul di ranah politik aparatur
pemerintahan, baik sipil maupun militer yang kurang mencerminkan jiwa
Kenegaraan Terhadap fenomena perilaku aparatur yang aji mumpung atau
mementingkan kepentingan kelompoknya saja. Hal tersebut perlu dicegah
dengan cara meningkatkan efektivitas penegakan hokum dan melakukan upaya
secara masif serta sistematis dalam membudayakan nilai-nilai Pancasila bagi
para aparatur Negara.

Pada bagian ini, akan ditemukan berbagai tantangan terhadap Pancasila


sebagai ideologi negara. Unsur-unsur yang memengaruhi tantangan terhadap
Pancasila sebagai ideologi negara meliputi faktor eksternal dan internal.
 Adapun faktor internal meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Pergantian rezim yang berkuasa melahirkan kebijakan politik yang
berorientasi pada kepentingan kelompok atau partai sehingga ideologi
Pancasila sering terabaikan.

11
b. Penyalahgunaan kekuasaan (korupsi) mengakibatkan rendahnya kepercayaan
masyarakat terhadap rezim yang berkuasa sehingga kepercayaan terhadap ideologi
menurun drastis. Ketidakpercayaan terhadap partai politik (parpol) juga berdampak
terhadap ideologi negara

 Adapun faktor eksternal meliputi hal-hal berikut:


a. Pertarungan ideologis antara negara-negara super power antara Amerika Serikat dan
Uni Soviet antara 1945 sampai 1990 yang berakhir dengan bubarnya negara Soviet
sehingga Amerika menjadi satu-satunya negara super power.
b. Menguatnya isu kebudayaan global yang ditandai dengan masuknya berbagai
ideologi asing dalam kehidupan berbangsa dan bernegara karena keterbukaan
informasi.
c. Meningkatnya kebutuhan dunia sebagai akibat pertambahan penduduk dan
kemajuan teknologi sehingga terjadi eksploitasi terhadap sumber daya alam secara
masif. Dampak konkritnya adalah kerusakan lingkungan, seperti banjir, kebakaran
hutan.

BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dapat diambil kesimpulan bahwa dengan Pancasila sebagai dasar negarayang
menjadi dasar, pedoman, maupun landasan bernegara Republik Indonesiaakan
memudahkan dalam memberikan jaminan atas stabilitas dan kelestarian jalannya
pemerintahan Negara RI. Juga memberikan jaminan akan kestabilan sertategaknya
tatanan hukum sehingga dapat mengawasi dan mendeteksi terhadapkemungkinan
terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan pembangunan nasional,
termasuk segenap program-program yang telah digariskandalam pencapaian
sasaran.Kesemua hal tersebut, akhirnya akan dapat mendukung
pengembaliankepercayaan dan keyakinan masyarakat terhadap terlaksananya
pemerintahan yang baik dan stabil serta tegaknya tatanan hukum dalam Negara

12
RI.Akhirnya, Pancasila sebagai dasar negara juga dapat memberikan motivasiatas
keberhasilan serta tercapainya suatu cita-cita atau tujuan nasional yang jugamerupakan
cita-cita proklamasi kemerdekaan Republik Indoneisa, yaitu suatumasyarakat yang adil
dan makmur, hidup berdampingan dengan negara-negara didunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. pentingnyaPancasila sebagai
dasar negara ini. Oleh karena itu kita harus menjunjung tinggiPancasila dan
mengamalkan sila-sila yang termaktub di dalamnya

3.2 Saran
Berdasarkan wacana di atas kita dapat menyadari betapa pentingnya Pancasila
sebagai dasar negara ini. Oleh karena itu kita harus menjunjung tinggi Pancasila dan
mengamalkan sila-sila yang termaktub di dalamnya.

DAFTAR PUSTAKA

 Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa.


 Paradigma Baru Pendidikan Pancasila.
 Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi.
Adiane, Fredita. (2014). Hubungan G30S/PKI Terhadap Peralihan Kekuasaan Dari
Presiden Soekarno
Kepada Jenderal Soeharto (1965-1967). Jurnal Risalah, 4(10).
muda. Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan, 13(2).
Retno, Devita. (2019, Juli). Pengertian Orde Lama Yang Dipimpin Presiden Soekarno.
Sejarah Lengkap.
Indonesia (BPUPKI) 1945 Dalam Proses Menuju Kemerdekaan Indonesia. Jurnal
Artefak: History and Education, 4(2).
Setiawan, Johan, Wahyu Ida Permatasari, Dyah Kumalasari. (2018). Sistem
Ketatanegaraan Indonesia Pada
Masa Demokrasi Liberal Tahun 1950-1959. Jurnal Histori, 6(2), 365-378.

13

Anda mungkin juga menyukai