Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang dapat memberikan
kontribusi besar terhadap perekonomian suatu wilayah khususnya pada negera
berkembang. Indonesia yang termasuk dalam negara berkembang dengan beberapa
wilayahnya termasuk Jawa Timur yang dari segi perekonomiannya sangat
mengandalkan sektor pertanian (Choiroh et al., 2020). Hal ini disebabkan karena
lokasi Jawa Timur yang strategis dan kondisi tanah yang dikenal sangat mendukung
untuk mengembangkan sektor pertanian khususnya subsektor tanaman pangan.
Selain itu, Jawa Timur menjadi salah satu provinsi dengan hasil produksi jagung
terbesar yaitu 6.543.359 ton sehingga menjadikan Jawa Timur menjadi sentra
produksi jagung dengan Kabupaten Jember menjadi salah satu daerah yang menjadi
pusat produksi jagung sebesar 498.644 ton (BPS, 2018). Beberapa waktu terakhir,
tanaman pangan diyakini memiliki nilai jual dan nilai tambah yang lebih tinggi
dibandingkan dengan komoditas lain (Danuji & Sari, 2019).
Kabupaten Jember merupakan salah satu daerah yang unggul di sektor
pertanian, disusul sektor peternakan, jasa pertanian serta subsektor tanaman
perkebunan. Sektor tersebut dianggap telah mampu memenuhi kebutuhan pasar
didalam maupun diluar Kabupaten Jember (Rizani, 2017). Pada tahun 2017,
produksi padi mengalami penurunan sebesar 2,64% dan kembali terjadi pada tahun
2020 sebesar 0,60%. Untuk tanaman jagung, produksi juga mengalami penurunan
pada tahun 2017 dan 2018 sebesar 7,73% dan 3,96% serta pada tahun-tahun
berikutnya mengalami kenaikan namun hanya sekitar 5,43-9,47%. Sedangkan pada
tanaman kedelai empat tahun berturut-turut yaitu 2017, 2018, 2019, dan 2020
mengalami penurunan produksi sebesar 13%, 27,54%, 9,83% dan 38,2%
(BPS,2021).
Produksi tanaman padi, jagung, kedelai di Kabupaten Jember cenderung tidak
stabil. Menurut Yanti (2020) bahwa tidak stabilnya produksi tersebut dapat
disebabkan beberapa faktor seperti kualitas bibit unggul, kualitas pupuk, cara
pengelolaan tanah, curah hujan serta kondisi hara tanah. Selain itu teknik
pemupukan sangat perlu diperhatikan dimana dalam pemupukan perlu menerapkan
kaidah 4 T yaitu tepat dosis, tepat jenis, tepat waktu dan tepat aplikasi. Sehingga
untuk dapat menerapkan kaidah tersebut diperlukan adanya analisis kandungan hara
tanah guna mengetahui kekurangan dan kelebihan tanah dengan tujuan memperoleh
hasil yang maksimal dan berkelanjutan.
Salah satu unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman yaitu fosfor.
Menurut Handayanto, Muddarisna, & Fiqri (2017) bahwa unsur hara fosfor sangat
mempengaruhi masa pematangan dalam biji dan buah. Selain itu, fosfor juga sangat
sulit untuk dikelola karena padatan tanah dan fase cair sangat mempengaruhi
ketersediaannya. Hal ini menyebabkan kebutuhan fosfor bagi tanaman diperlukan
dalam jumlah relatif banyak terutama untuk tanaman jagung mengingat bahwa
untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung terfokuskan pada pengisian
buah pada tongkol yang dimana unsur P sangat berperan dalam mengendalikan
kualitas buah. Akan tetapi, petani seringkali memberikan pupuk P secara berlebihan
tanpa mempertimbangkan status hara tanah. Pemberian pupuk fosfor secara
berlebihan dapat mengakibatkan penimbunan hara P dalam tanah yang membuat P
menjadi sulit untuk diserap tanaman mengingat sifat unsur hara P yang immobil.
Unsur hara P dalam tanah akan terikat oleh unsur Al dan Fe pada pH tanah rendah
dan terikat oleh Ca pada pH tanah tinggi serta unsur P juga dapat terjerap oleh
koloid liat pada tanah (Zainuddin et al., 2020). Permasalahan lain yang sering
muncul selain ketersediaan P dalam tanah dan pengaplikasian pupuk P yaitu perilah
ketersediaan pupuk bersubsidi yang dimana dari tahun-ketahun ketersediaan pupuk
bersubsidi semakin terbatas, tidak hanya di Jember namun juga didaerah lain hingga
luar pulau (Kautsar et al., 2020).
Penelitian ini merupakan penelitian yang diharapkan dapat menjadi acuan
petani tanaman pajale Kabupaten Jember yang dalam melakukan pemupukan dapat
menerapkan kaidah 4 T. Selain untuk memperoleh hasil produksi yang optimal juga
dapat menerapkan pertanian yang berkelanjutan atas dasar mempertimbangkan
status hara pada tanah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana status hara P-Tersedia pada lahan sawah di Kabupaten Jember?
2. Bagaimana sebaran status hara P-tersedia pada lahan sawah Kabupaten
Jember?
3. Bagaimana rekomendasi pupuk P yang tepat untuk tanaman padi, jagung, dan
kedelai pada lahan sawah di Kabupaten Jember?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengidentifikasi status hara P-Tersedia pada lahan sawah di
Kabupaten Jember.
2. Untuk mengetahui sebaran status P-tersedia pada lahan sawah Kabupaten
Jember.
3. Untuk memberikan rekomendasi pemupukan P tanaman padi, jagung, dan
kedelai pada lahan sawah di Kabupaten Jember.

1.4 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para
pembudidaya tanaman pangan dilahan sawah Kabupaten Jember mengenai status
hara P-Tersedia untuk tanaman. Diharapkan melalui hasil penelitian ini dapat
menjadi petunjuk dalam rekomendasi pemupukan P untuk petani sehingga
penggunaan pupuk dapat menjadi lebih efisien dengan hasil yang optimal. Manfaat
lain yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah dapat memperbarui informasi
sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan lahan
sawah di Kabupaten Jember.

Anda mungkin juga menyukai