Anda di halaman 1dari 3

Problematika Tenaga Kerja dalam lingkup Pendidikan

~ Guru dengan Murid dan Kesejahteraannya ~

Tingkap kependidikan indonesia menduduki peringkat 74 dari 79 negara, hal ini


diambil dari sampel kependidikan yang dilakukan Programme for International
Student Assessment (PISA) 2018.
Fakta ini telah menunjukkan bahwa kualitas kependidikan sangatlah rendah.

Peringkat yang memiriskan ini tentu timbul dengan adanya sebab yang
melatarbelakanginya. Dan sesuatu itu dipengaruhi oleh unsur-unsur didalamnya.
Oleh karena itu, Kemerosotan ini berakar dari Unsur- unsur yang membangun
Pendidikan. Yakni guru, murid, peraturan, staff kependidikan, kurikulum, fasilitas dan
lainnya.

Keberagaman unsur-unsur inilah yang ikut andil dalam menciptakan Problematika


dalam lingkup Pendidikan yang kompleks juga.

Lalu penulis berinisiatif menarik beberapa permasalahan dari ribuan permasalahan


yang dihadapi Tenaga Pendidik.

1. Guru dengan murid

Sebagai pilar utama, guru tentu menjadi alat yang diandalkan dalam kesuksesan
Kependidikan. Keberhasilan itu tidak akan terealisasikan jika usaha yang dilakukan
hanya pada sebelah pihak.
Siswa yang kurang dalam memahami materi, maupun sulit diatur, tentu ini
menjadi permasalahan

“Kualitas guru sudah sangat memenuhi, tapi background yang harus kami hadapi
berbeda latang belakang mereka” tutur Dra. Retno Ambarwati, Pengajar SMPN 47
Jakarta
Dan inilah tantangan terbesar guru. Seorang guru seperti deserahkan anak orang lain,
dan guru tersebut dituntut untuk bisa mendidik anak tersebut secara total dari segi
pemahaman, akhlak, dan tingkah laku.

Merubah murid untuk berubah total bukanlah sesuatu yang mudah. Seorang pelajar
seluruhnya memiliki karakteristik yang beragam, mulai yang baik hingga yang buruk.
Yang menjadi meresahkan dari hal ini ialah kualitas pemahaman siswa dikelas sangat
tergantung pada faktor Internal atau kondisi psikologis.
Ketika siswa itu memiliki masalah sosial ekonomi dihari itu, kemudian ia
bergabung dalam KBM, maka dia akan sedikit menyerap materi pembelajaran dengan
baik.

“Siswa tidak dapat menyerap seluruh Materi Akademis ketika beban Sosial Ekonomi
ikut berangkat kesekolah. Dan mereka hanya mampu menyerap materi akademik
sebesar 20% - 50%”

Oleh karena itu, pendidikan tidaklah hanya mengandalkan guru sebagai pilar utama,
akan tetapi membutuhkan masyarakat yang basicnya menjadi keluarga dari siswa
untuk menciptakan kondisi hati siswa yang nyaman. Usahanya antara lain :
- Tidak menjadikan siswa memikul beban sosial ekonomi
- Memotivasi siswa untuk bersemangat dalam belajar
- Menciptakan lingkungan rumah yang nyaman

2. Guru dengan Kesejahteraannya


Kesejahteraan selalu menjadi sesuatu yang paling diusahakan, namun tidak pernah
sampai pada hasil yang sempurna.
Tapi itu tidak bisa menjadi alasan untuk tidak memberikan kesejahteraan yang
memadai.

Seringkali terjadi kasus dimana guru diberikan kewajiban yang itu tidak sebanding
dengan haknya (gaji). Ketidakseimbangan inilah yang menjadikan kualitas guru itu
menurun, karena ia tertekan dengan faktor psikologis.
Dengan menurunnya kualitas, maka guru tidak bisa bekerja dengan
profesional dan dampaknya kepada siswa, yakni dengan kualitas pemahaman siswa
yang menurun.

Ketidaksejahteraan ini timbul akibat adanya peraturan yang terkesan tidak adil, atau
atasan yang tidak memahami kondisi guru, sehingga diberi tanggungan atau yang
lebih.

Maka jalan keluar yang harus ditempuh yakni dengan wajibnya atasan memerhatikan
prihal kesejahteraan guru, agar dapat menentukan peraturan yang adil dari seluruh
pihak.

Kesimpulan :

Tentu kita tidak dapat menempuh hasil yang sempurna untuk menjadikan kualitas
pendidikan yang sempurna, akan tetapi kita memiliki kemampuan untuk dapat
menaiki tangga kesempurnaan itu satu demi satu, walaupun hanya langkah kecil.

Dan kita juga harus membuat komitmen bersama untuk bertekad menaikkan kualitas
pendidikan, karena satu pilar tidak mungkin menopang bangunan besar yang
dinamakan pendidikan.

Refrensi :
* Video, Problematika Pendidikan Indonesia, Brilio Video Indonesia
* Ahmadi, A., & Supriyono, W. (2004). Psikologi belajar. PT Rineka Cipta.
Jakarta.
*Amiruddin, M.Pd (Ed) (2018). Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan
* Wibowo Catur Hari (2015). ROBLEMATIKA PROFESI GURU DAN
SOLUSINYA BAGI
PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN DI MTs. NEGERI
NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI

Anda mungkin juga menyukai