Anda di halaman 1dari 49

Pengelolaan Limbah B3

Disampaikan pada acara


“Sosialisasi Percepatan ISPO Kebun Sawit Rakyat”
Di Hotel Grand Sadurengas, 21 Juni 2023

Bambang Eko Y., S.Hut.


Kepala UPTD Laboratorium Lingkungan Hidup
CURRICULUM VITAE
DATA DIRI:
▪ Nama : Bambang Eko Yuwono, S.Hut.
▪ Tempat, Tanggal Lahir : Balikpapan, 15 Mei 1974
▪ Alamat : Jl. Gajah Mada Gg. Anggrek 2 RT 007 RW 003 Tanah Grogot
▪ No. HP : 081350509526
▪ Email : bambangekoy@gmail.com
▪ Status : Menikah
▪ Nama Isteri : Hilda Riva, S.P.
▪ Nama Anak : Nasywa Zhafira

PENDIDIKAN: PELATIHAN:
▪ SDN 016 Balikpapan : 1986 ▪ GIS & Pemetaan Tingkat Analis : 2001, 2013
▪ SMPN 3 Balikpapan : 1989 ▪ Konservasi SDA & Pengendalian Kerusakan Lingkungan : 2011
▪ SMAN 2 Balikpapan : 1992 ▪ Penilai AMDAL : 2012
▪ UNMUL Samarinda : 1997 ▪ Penyusunan Prog. Kedaruratan Pengelolaan B3 & Limbah B3 : 2020

PENGALAMAN KERJA:
▪ Staf Dephut RI dpk pada Dinas Perhutanan & Konservasi Tanah Kab. Pasir : 2000
▪ Staf Dinas Kehutanan Kab. Pasir : 2001
▪ Staf Dinas Kehutanan, Pertambangan & Energi Kab. Paser : 2009
▪ Staf Badan Lingkungan Hidup Kab. Paser : 2011
▪ Staf Dinas Lingkungan Hidup Kab. Paser : 2016
▪ Plt. Kepala UPTD Laboratorium LH : 2022
▪ Kepala UPTD Laboratorium LH : 2023
Pendahuluan
Perkebunan kelapa sawit Indonesia menyerap tenaga kerja yang cukup besar dan menyumbang devisa
bagi negara sehingga diperlukan sistem pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang efektif, efisien,
adil dan berkelanjutan demi mendukung pembangunan ekonominasional.

Sistem sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) terus diperkuat untuk perkebunan
kelapa sawit di Indonesia. Diawali pada tahun 2011 dengan Peraturan Menteri Pertanian,
selanjutnya diganti dengan peraturan Menteri Nomor 11 Tahun 2015. Selanjutnya dua
Peraturan Menteri tersebut dicabut dengan Peraturan Menteri Nomor 38 Tahun 2020
tentang Penyelenggaraan Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia.

Terbitnya Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2020 tentang Sistem Sertifikasi


Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia, diharapkan dapat memperkuat
system sertifikasi ISPO. Dengan terbitnya beberapa regulasi ini, seluruh pelaku
usaha perkebunan kelapa sawit wajib memiliki sertifikasi ISPO.
Sertifikasi ISPO adalah rangkaian kegiatan penilaian kesesuaian terhadap Usaha Perkebunan Kelapa
Sawit yang berkaitan dengan pemberian jaminan tertulis bahwa produk dan/atau tata kelola
Perkebunan Kelapa Sawit telah memenuhi prinsip dan kriteria ISPO. Sertifikasi ISPO tersebut akan
diwajibkan bagi semua Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit mulai bulan November 2025.
Dengan sertifikasi ISPO, perusahaan sawit dapat menunjukkan komitmen pemenuhan terhadap
peraturan perundang-undangan, serta turut meningkatkan keberterimaan dan daya saing Produk dan
turunan Minyak Kelapa Sawit Indonesia di pasar nasional dan internasional, dan meningkatkan upaya
percepatan penurunan emisi gas rumah kaca.
Sertifikasi ISPO kepada Perusahaan Perkebunan dilakukan dengan menerapkan 7 prinsip, yaitu:
1.) Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan; 2). Penerapan praktik perkebunan yang baik.
3). Pengelolaan lingkungan hidup, sumber daya alam, dan keanekaragaman hayati; 4). Tanggung
jawab ketenagakerjaan; 5). Tanggung jawab sosial dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. 6).
Penerapan transparansi; dan 7). Peningkatan usaha secara berkelanjutan.
Melalui sertifikasi ISPO, petani swadaya diwajibkan tergabung kedalam Poktan dan Gapoktan. Dalam
program ini kelompoktani berfungsi sebagai wahana belajar dan wahana kerjasama baik dalam
pemasaran, penyediaan sarana produksi, pemeliharaan jalan produksi maupun usaha pelestarian
lingkungan.

Dengan sertifikasi ISPO beberapa manfaat yang diharapkan dapat dirasakan secara langsung oleh
petani diantaranya adalah meningkatnya harga jual TBS kelapa sawit sebagai akumulasi dari beberapa
hal yaitu meningkatnya kualitas TBS petani, berkurangnya rantai pemasaran TBS, dan meningkatnya
kualitas jalan produksi yang berdampak pada penurunan biaya transportasi.
Sertifikasi ISPO kepada Pekebun, dilakukan dengan menerapkan 5 prinsip, yaitu: 1). Kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan; 2). Penerapan praktik perkebunan yang baik; 3).
Pengelolaan lingkungan hidup, sumber daya alam, dan keanekaragaman hayati; 4. Penerapan
transparansi; dan 5. Peningkatan usaha secara berkelanjutan.
Pasal 3
(1) Untuk menjamin Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia yang berkelanjutan dilakukan
Sertifikasi ISPO kepada Perusahaan Perkebunan dan Pekebun
(2) Sertifikasi ISPO kepada Perusahaan Perkebunan) dilakukan dengan menerapkan prinsip
yang meliputi:
a. kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan;
b. penerapan praktik perkebunan yang baik;
c. pengelolaan lingkungan hidup, sumber daya alam, dan keanekaragaman hayati;
d. tanggung jawab ketenagakerjaan;
e. tanggung jawab sosial dan pemberdayaan ekonomi masyarakat;
f. penerapan transparansi; dan
g. peningkatan usaha secara berkelanjutan.
Pasal 3
(3) Sertifikasi ISPO kepada Pekebun dilakukan dengan menerapkan prinsip yang meliputi:
a. kepatuhan terhadap peraturan perundangun-dangan;
b. penerapan praktik perkebunan yang baik;
c. pengelolaan lingkungan hidup, sumber daya alam, dan keanekaragaman hayati;
d. penerapan transparansi; dan
e. peningkatan usaha secara berkelanjutan.
(4) Prinsip-prinsip di atas dijabarkan dalam kriteria.
Pasal 4
(3) Kriteria untuk pengelolaan lingkungan hidup, sumberdaya alam, dan keanekaragaman
hayati (Pasal 3 ayat (2) huruf c) meliputi:
a. pelaksanaan terkait izin lingkungan;
b. pengelolaan limbah;
c. gangguan dari sumber yang tidak bergerak;
d. pemanfaatan limbah;
e. pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) serta limbah B3;
f. pengendalian kebakaran dan bencana;
g. kawasan lindung dan areal bernilai konservasi tinggi;
h. mitigasi emisi gas rumah kaca (GRK); dan
i. perlindungan terhadap hutan alam dan gambut.
Pasal 5
(3) Kriteria untuk pengelolaan lingkungan hidup, sumberdaya alam, dan keanekaragaman
hayati (Pasal 3 ayat (3) huruf c) meliputi:
a. pencegahan dan penanggulangan kebakaran;dan
b. pelestarian keanekaragaman hayati (biodiversity).
KRITERIA PENGELOLAAN B3 SERTA LIMBAH B3
Indikator:
1. Memiliki SOP/Instruksi Kerja dan Implementasi Pengelolaan B3 serta Limbah B3;
2. Memiliki dokumen hasil pemantauan implementasi prosedur pengelolaan B3 serta
Limbah B3;
3. Memiliki izin dan tempat penyimpanan sementara Limbah B3 yang dikeluarkan Pejabat
yang berwenang (TPS LB3, sesuai tata cara penyimpanan Limbah B3) ;
4. Memiliki dokumen perjanjian Kerjasama dengan pihak ketiga yang berizin (SPKS
Penghasil dengan Pengumpul, Pengumpul/Transporter dengan Pengolah yang berizin,
izin masih berlaku);
KRITERIA PENGELOLAAN B3 SERTA LIMBAH B3
Indikator:
5. Memiliki dokumen penyimpanan dan penanganan Limbah B3 sesusi peraturan yang
berlaku (Logbook, Neraca Limbah B3, Pelaporan Periodik);
6. Limbah B3 hanya boleh dijual/di pindahtangankan kepada pihak yang berizin (Manifest
pengangkutan Limbah B3 dari TPS LB3 dan Laporan per triwulan, Limbah B3 yang
diterima sesuai manifest);
Pengelolaan Limbah B3
LANDASAN HUKUM
UU 32/2009 : Perlindungan & Pengelolaan Lingkungan sebagaimana telah diubah dengan UU 11/2020 : Cipta
Hidup; Kerja.

PP 5/2021 : Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Resiko;

PP 22/2021 : Penyelenggaraan Perlindungan & Pengelolaan Lingkungan Hidup;

PM LH 30/2009 : Tata Laksana Perizinan & Pengawasan Pengelolaan Limbah B3


serta Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah B3
oleh Pemerintah Daerah;

PM LH 14/2013 : Simbol & Label Limbah B3;

PM LHK 6/2021 : Tata Cara & Persyaratan Pengelolaan Limbah B3;


PENGERTIAN
UU 32/2009, PP Limbah:
22/2021,
PM LHK 6/2021 → sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan;

Bahan Berbahaya & Beracun (B3):


→ zat, energi, dan/atau komponen lain yg karena sifat, konsentrasi dan/atau jumlahnya,
baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak
lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta
kelangsungan hidup manusia & makhluk hidup lain;

Limbah Bahan Berbahaya & Beracun (Limbah B3):


→ sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yg mengandung B3;
PENGERTIAN
UU 32/2009, PP 22/2021, Simbol Limbah B3 :
PM LHK 6/2021
→ gambar yg menunjukkan karakteristik Limbah B3;
Label Limbah B3 :
→ keterangan mengenai Limbah B3 yg berbentuk tulisan yg berisi informasi mengenai
Penghasil Limbah B3, alamat Penghasil Limbah B3, waktu pengemasan, jumlah, &
karakteristik Limbah B3;
Pelabelan Limbah B3 :
→ keterangan mengenai Limbah B3 yg berbentuk tulisan yg berisi informasi mengenai
Penghasil Limbah B3, alamat Penghasil Limbah B3, waktu pengemasan, jumlah, &
karakteristik Limbah B3;
Pengelolaan Limbah B3:
→ kegiatan yg meliputi pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan,
pemanfaatan, pengolahan, dan/atau penimbunan;
DASAR HUKUM
UU 32/2009, Pasal 59 Setiap orang yg menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan limbah B3 yg
PP 22/2021, Pasal 276 dihasilkannya

UU 32/2009, PP 22/2021,
PM LHK 6/2021 Pengelolaan limbah B3 meliputi kegiatan:

a. Penetapan Limbah B3; i. Dumping (Pembuangan) Limbah B3;


b. Pengurangan Limbah B3; j. Pengecualian Limbah B3;

c. Penyimpanan Limbah B3; k. Perpindahan lintas batas Limbah B3;

d. Pengumpulan Limbah B3; l. Penanggulangan Pencemaran LH


dan/atau Kerusakan LH & Pemulihan
e. Pengangkutan Limbah B3; Fungsi LH;
f. Pemanfaatan Limbah B3; m. Sistem Tanggap Darurat dalam
g. Pengolahan Limbah B3; Pengelolaan Limbah B3; dan

h. Penimbunan Limbah B3; n. Pembiayaan.


PENETAPAN (STATUS) LIMBAH B3
Berdasarkan Kategori
Kategori 1 Kategori 2
Bahaya
LIMBAH BAHAN BERBAHAYA & BERACUN

Limbah B3 yg berdampak akut & langsung thd Limbah B3 yg mengandung B3, memiliki efek
manusia & dapat dipastikan akan berdampak tunda, & berdampak tidak langsung thd
negatif terhadap LH manusia & LH serta memiliki toksisitas
subkronis/kronis

Berdasarkan Sumber a. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik (PP 22/2021, Lampiran IX, Tabel 1);
Limbah B3 yg pada umumnya bukan berasal dari proses utamanya, tetapi berasal dari
penunjang kegiatan
b. Limbah B3 dari B3 kedaluwarsa, B3 yg tumpah, B3 yg tidak memenuhi
(B3)

spesifikasi produk yg akan dibuang, & bekas kemasan B3 (PP 22/2021,


Lampiran IX, Tabel 2);

c. Limbah B3 dari sumber spesifik.


Limbah B3 sisa proses suatu industry/kegiatan yg secara spesifik dapat ditentukan

1. Limbah B3 dari sumber spesifik umum (PP 22/2021, Lampiran IX, Tabel
3);
2. Limbah B3 dari sumber spesifik khusus (PP 22/2021, Lampiran IX, Tabel
4).
Limbah B3 yg memiliki efek tunda (delayed effect), berdampak tidak langsung
terhadap manusia & LH, memiliki karakteristik beracun tidak akut, & dihasilkan
dalam jumlah yg besar per satuan waktu
PENGURANGAN LIMBAH B3
PP 22/2021 Pasal 283 Setiap Orang yg menghasilkan Limbah B3 wajib melakukan Pengurangan Limbah B3,
PM LHK 6/2021 Pasal 49 dilakukan melalui:

a. substitusi bahan → melalui pemilahan bahan baku dan/atau pemilihan bahan baku
dan/atau bahan penolong yg semula mengandung B3 digantikan dgn bahan baku
dan/atau bahan penolong yg tidak mengandung B3;
b. modifikasi proses → melalui pemilahan & pemilihan & penerapan proses produksi yg
lebih efisien; dan/atau
c. penggunaan teknologi ramah lingkungan.

Setiap Orang yg menghasilkan Limbah B3 wajib menyampaikan laporan secara


PP 22/2021 Pasal 284 tertulis kpd Menteri mengenai pelaksanaan Pengurangan Limbah B3 secara berkala
PM LHK 6/2021 Pasal 50 paling sedikit 1 kali dalam 6 bulan sejak Pengurangan Limbah B3 dilakukan
PENYIMPANAN LIMBAH B3
❶ Wajib melakukan Pengelolaan Limbah B3 yang
dihasilkannya;

❷ Dilarang melakukan pencampuran Limbah B3


Setiap Orang yang yang dihasilkannya;
menghasilkan Limbah B3
❸ Untuk dapat melakukan Penyimpanan Limbah
B3 wajib memenuhi: Penghasil Limbah B3 yang
PP 22/2021, Pasal 285 a. Standar Penyimpanan Limbah B3 yang wajib SPPL;
PM LHK 6/2021, Pasal 51 terintegrasi dalam NIB;

b. Rincian teknis Penyimpanan Limbah B3 1) Penghasil Limbah B3


yang dimuat dalam Persetujuan yg wajib AMDAL atau
Lingkungan: UKL-UPL;

❹ Standar dan/atau rincian teknis Penyimpanan Limbah B3 meliputi: 2). Instansi Pemerintah
1. Nama, sumber, karakteristik, dan jumlah Limbah B3 yang akan disimpan; yang menghasilkan
2. Dokumen tentang tempat Penyimpanan Limbah B3; Limbah B3.
3. Dokumen tentang pengemasan Limbah B3;
4. Persyaratan Lingkungan Hidup; dan
5. Kewajiban pemenuhan standar dan/atau rincian teknis Penyimpanan Limbah B3.
DATA TP LB3 PERUSAHAAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN PASER S.D. TAHUN 2023

No. Perusahaan Keg. Pengelolaan Limbah B3 Keterangan


1 PT. Borneo Indah Marjaya PKS Izin TPS LB3 / Rintek
2 PT. Palma Plantasindo Kebun Izin TPS LB3 Expired/On Process
3 PT. Agro Inti Kencanamas PKS Rintek
4 PTPN XIII Semuntai PKS Izin TPS LB3 Expired
5 PTPN XIII Long Pinang PKS Izin TPS LB3 s.d. 2023
6 PT. Muaratoyu Subur Lestari PKS Izin TPS LB3 s.d. 2024
Kebun Rintek
7 PT. Buana Wira Subur PKS Izin TPS LB3 s.d. 2024
8 PT. Harapan Sawit Sejahterah PKS Izin TPS LB3 s.d. 2024
9 PT. Multi Makmur Mitra Alam PKS Izin TPS LB3 s.d. 2024
10 PT. Gawi Makmur Kalimantan PKS Izin TPS LB3 s.d. 2024
Kebun Izin TPS LB3 s.d. 2024
11 PT. Saraswanti Sawit Makmur PKS Izin TPS LB3 s.d. 2025
12 PT. Pradiksi Gunatama PKS Rintek
Kebun Rintek
13 PT. Cahaya Bintang Sawit Sejahtera I PKS Izin TPS LB3 Expired/On Process
14 PT. Cahaya Bintang Sawit Sejahtera II PKS Izin TPS LB3 Expired/On Process
16 PT. AAMU PKS Rintek
17 PT. Pucuk Jaya PKS Izin TPS LB3 s.d. 2024
Kebun Izin TPS LB3 s.d. 2024
Kebun Izin TPS LB3 s.d. 2024
18 PT. Nusa Lestari Kebun Izin TPS LB3 s.d. 2024
PENYIMPANAN LIMBAH B3
PM LHK 6/2021, Pasal 52 PM LHK 6/2021, Pasal 53

STANDAR TEKNIS PENYIMPANAN LIMBAH B3 RINCIAN TEKNIS PENYIMPANAN LIMBAH B3


meliputi: meliputi:
1. Limbah B3 yang disimpan terlindung dari hujan 1. Nama, sumber, karakteristik, dan jumlah Limbah
dan tertutup; B3 yang akan disimpan;
2. Dokumen tentang tempat Penyimpanan Limbah
2. memiliki lantai kedap air;
B3;
3. dilengkapi dengan simbol dan label Limbah B3; 3. Dokumen tentang pengemasan Limbah B3;
4. Limbah B3 dikemas dengan menggunakan 4. Persyaratan Lingkungan Hidup; dan
kemasan dari bahan logam atau plastik; 5. Kewajiban pemenuhan standar dan/atau rincian
teknis Penyimpanan Limbah B3.
5. kemasan mampu mengungkung Limbah B3
untuk tetap berada di dalam kemasan; PM LHK 6/2021, Pasal 53
6. memiliki penutup yang kuat untuk mencegah
Kegiatan Penyimpanan Limbah B3 wajib memenuhi
terjadinya tumpahan pada saat dilakukan
ketentuan:
pemindahan dan/atau pengangkutan; dan
1. tata cara Penyimpanan Limbah B3; dan
7. kondisi kemasan tidak bocor, tidak berkarat, dan
tidak rusak. 2. pemantauan dan pelaporan.
PENYIMPANAN LIMBAH B3
PM LHK 6/2021, Pasal 55

Tata Cara Penyimpanan Limbah B3

a.Tempat Penyimpanan Limbah B3

b.Cara Penyimpanan Limbah B3

c. Waktu Penyimpanan Limbah B3


PENYIMPANAN LIMBAH B3
PP 22/2021, Pasal 286 Tempat Penyimpanan Limbah B3 harus memenuhi persyaratan:
PM LHK 6/2021, Pasal 56

a. lokasi Penyimpanan Limbah B3;


b. fasilitas Penyimpanan Limbah B3; dan
c. peralatan penanggulangan keadaan darurat.

PP 22/2021, Pasal 287


Lokasi Penyimpanan Limbah B3
PM LHK 6/2021, Pasal 57

Bebas Banjir dan Tidak Rawan Bencana Alam,


Jika tidak maka harus dapat direkayasa dengan teknologi untuk perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
Berada dalam Penguasaan Setiap Orang
Penghasil, Pengumpul, Pemanfaat, Pengolah, dan/atau Penimbun LB3
PENYIMPANAN LIMBAH B3
PP 22/2021, Pasal 288
Fasilitas Penyimpanan Limbah B3
PM LHK 6/2021, Pasal 58

a. bangunan;
b. tangki dan/atau kontainer;
c. silo;
d. tempat tumpukan Limbah B3 (waste pile);
e. kolam penampungan Limbah B3 (waste impoundment). dan/atau
f. bentuk lain sesuai IPTEK

PM LHK 6/2021, Pasal 59 Fasilitas Penyimpanan Limbah B3 wajib dilengkapi dengan:

a. bongkar muat;
b. peralatan penanganan tumpahan; dan
c. fasilitas pertolongan pertama
PENYIMPANAN LIMBAH B3
Limbah B3 Yang Dapat Disimpan
Kategori 2
No. Fasilitas Sumber
Kategori 1 Spesifik Spesifik
Tidak
Umum Khusus
Spesifik
1 Bangunan    

2 Tangki dan/atau Kontainer    

3 Silo    
4 Penumpukan Limbah (Waste Pile)    
5 Waste Impoundment    
6 Bentuk lainnya sesuai dengan    
perkembangan IPTEK
Dengan syarat:
a. desain dan konstruksi yang mampu melindungi Limbah B3 dari hujan dan sinar matahari;
b. memiliki penerangan dan ventilasi; dan
c. memiliki saluran drainase dan bak penampung.
PENYIMPANAN LIMBAH B3
Peralatan penanggulangan keadaan darurat untuk fasilitas Penyimpanan Limbah
PM LHK 6/2021, Pasal 67
B3 di lengkapi dengan:

a. sistem pendeteksi dan peralatan pemadam kebakaran; dan/atau


b. alat penanggulangan keadaan darurat lain yang sesuai.

PP 22/2021, Pasal 287 Peralatan penanggulangan keada an darurat paling sedikit meliputi:

a. alat pemadam api; dan


b. alat penanggulangan keadaan darurat lain yang sesuai
PENYIMPANAN LIMBAH B3
Fasilitas Penyimpanan Limbah B3
a. Bangunan
PENYIMPANAN LIMBAH B3
Denah/tata letak/layout bangunan
PENYIMPANAN LIMBAH B3
Fasilitas Penyimpanan Limbah B3
b. Tangki dan/atau kontainer
PENGEMASAN LIMBAH B3
PP 22/2021, Pasal 292 - PM LHK 6/2021 Pasal 68

1. Penyimpanan Limbah B3 wajib memenuhi ketentuan persyaratan kemasan meliputi:


a. terbuat dari bahan yang dapat mengemas Limbah B3 sesuai dengan karakteristik
Limbah B3 yang akan disimpan;
b. menggunakan kemasan yang terbuat dari bahan logam atau plastik yang dapat
mengemas Limbah B3 sesuai dengan karakteristik Limbah B3;
b. mampu mengungkung Limbah B3 untuk tetap berada dalam kemasan;
c. memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat dilakukan
penyimpanan, pemindahan, dan/atau pengangkutan; dan
d. berada dalam kondisi tidak bocor, tidak berkarat, dan tidak rusak
2. Pengemasan Limbah B3 dapat menggunakan kemasan bekas B3 dan/atau Limbah B3
yang memenuhi ketentuan:
a. kategori dan/atau karakteristiknya sama dengan Limbah B3 sebelumnya;
b. kategori dan/atau karakteristiknya saling cocok dengan Limbah B3 yang dikemas
sebelumnya; atau
c. telah dilakukan pencucian, untuk kemasan bekas B3 dan/atau Limbah B3 yang
berbeda jenis dan/atau karakteristiknya.
PENGEMASAN LIMBAH B3
PP 22/2021, Pasal 292 - PM LHK 6/2021 Pasal 68

3. Kemasan Limbah B3 wajib dilekati Label Limbah B3 dan Simbol Limbah B3;
4. Label Limbah B3 paling sedikit memuat keterangan mengenai nama Limbah B3, identitas Penghasil
Limbah B3, tanggal dihasilkannya Limbah B3 dan tanggal pengemasan Limbah B3;
5. Pemberian Simbol Limbah B3 disesuaikan dengan karakteristik Limbah B3.

PM LHK 6/2021 Pasal 69

Limbah B3 yang disimpan pada bangunan wajib dilakukan pengemasan

PM LHK 6/2021 Pasal 70

1. Pengemasan dilakukan dengan menggunakan kemasan berupa:


a. drum;
b. jumbo bag;
c. tangki intermediated bulk container (IBC);
d. kontainer; dan/atau
e. kemasan dan/atau wadah lainnya sesuai dengan karakteristik Limbah B3.
2. Kemasan Limbah B3 wajib dilekatkan simbol dan label Limbah B3 sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
PENGEMASAN LIMBAH B3

Tangki/kontainer

Drum
Jumbo Bag Intermediated Bulk
Container
(IBC)
PENGEMASAN LIMBAH B3

LB3 CAIR LB3 PADAT/SLUDGE CARA PEMBERIAN SIMBOL & LABEL


LABEL LIMBAH B3

KOSONG
SIMBOL LIMBAH B3
SIMBOL DAN LABEL LIMBAH B3 PADA KEMASAN LIMBAH B3

KOSONG
WAKTU PENYIMPANAN LIMBAH B3
PP 22/2021, Pasal 296

(1)Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 dan melakukan kegiatan Penyimpanan


Limbah B3 wajib:
a. Memenuhi standar dan/atau rincian teknis Penyimpanan Limbah B3 dan persyaratan
Lingkungan Hidup;
b. Melakukan Penyimpanan Limbah B3 paling lama:
1. 90 hari sejak Limbah B3 dihasilkan, untuk Limbah B3 yang dihasilkan sebesar 50 kg
per hari atau lebih;
2. 180 hari sejak Limbah B3 dihasilkan, untuk Limbah B3 yang dihasilkan < 50 kg per
hari untuk Limbah B3 kategori 1;
3. 365 hari sejak Limbah B3 dihasilkan, untuk Limbah B3 yang dihasilkan < 50 kg per
hari untuk Limbah B3 kategori 2 dari sumber tidak spesifik dan sumber spesifik
umum; atau
4. 365 hari sejak Limbah B3 dihasilkan, untuk Limbah B3 kategori 2 dari sumber
spesifik khusus
TABEL KATEGORISASI LIMBAH B3
(PP 22/2021, LAMPIRAN IX, TABEL 1. DAFTAR LIMBAH B3 DARI SUMBER TIDAK SPESIFIK)
KODE KATEGORI KODE KATEGORI
ZAT PENCEMAR ZAT PENCEMAR
LIMBAH BAHAYA LIMBAH BAHAYA
A101a - a. Pelarut Terhalogenasi 1 A110d Limbah karbon aktif yg mengandung zat pencemar 1
A112a dgn kode Limbah A101a s/d A112a, A101b s/d
A101b - b. Pelarut yang Tidak Terhalogenasi 1 A121b, A101c s/d A110c dan/atau mengandung
A121b Limbah B3 dgn kode limbah A105d & A107d
A101c - c. Asam atau Basa 1 A111d Refrigerant bekas dari peralatan elektronik 1
A110c B101d Limbah dan/atau buangan produk yg terkontaminasi 2
d. Yang Tidak Spesifik Lain: dan/atau mengandung merkuri (Hg) dan/atau
A101d Limbah yg mengandung senyawa POPs & UPOPs a.l. 1 senyawanya jika konsentrasi < 10 ppm dan > 0,3 ppm
PCBs, DDT, PCDD, PCDF B102d Debu & fiber asbes asbes putih 2
A102d Aki/baterai bekas 1 B103d Lead scrap 2
A103d Debu & fiber asbes a.l. asbes biru, asbes coklat, 1 B104d Kemasan bekas B3 2
asbes abu-abu B105d Minyak pelumas bekas a.l. minyak pelumas bekas 2
A104d Air lindi yg dihasilkan dari fasilitas penimbusan akhir 1 hidrolik, mesin, gear, lubrikasi, insulasi, heat
(landfill) Limbah B3 transmission, grit chambers, separator dan/atau
A105d Limbah dan/atau buangan produk yg terkontaminasi 1 campurannya
dan/atau mengandung merkuri (Hg) dan/atau B106d Limbah resin/penukar ion 2
senyawanya jika konsentrasi > 10 ppm B107d Limbah elektronik termasuk CRT, lampu TL, PCB, & 2
kawat logam
A106d Limbah dari laboratorium yg mengandung B3 1
B108d Sludge IPAL dari fasilitas IPAL terpadu pada 2
A107d Pelarut bekas lainnya yg belum dikodifikasi 1
kawasan industri
A108d Limbah terkontaminasi B3 1
B109d Filter bekas dari fasilitas pengendalian pencemaran 2
A109d Limbah asam lainnya yg belum dikodifikasi 1 udara
B110d Kain majun bekas dan yang sejenis 2

A 1 09 d
Kategori Kode
Bahaya 1 Pencemar
Tabel 1
Urutan Limbah B3
Lampiran IX
PP Nomor 22 Tahun 2021 - Penyelenggaraan PPLH

TABEL 1. DAFTAR LIMBAH B3 DARI SUMBER TIDAK SPESIFIK

KODE LIMBAH ZAT PENCEMAR KATEGORI BAHAYA


d. Yang Tidak Spesifik Lain:
A101d Limbah yang mengandung senyawa POPs dan UPOPs antara lain polychlorinated biphenyls (PCBs), DDT, PCDD, PCDF 1
A102d Aki/baterai bekas 1
A103d Debu dan fiber asbes antara lain asbes biru (crocidolite), asbes coklat (amosite), asbes abu-abu (anthrophyllite) 1
A104d Air lindi yang dihasilkan dari fasilitas penimbusan akhir (landfill) Limbah B3 1
A105d Limbah dan/atau buangan produk yang terkontaminasi dan/atau mengandung merkuri (Hg) dan/atau senyawanya jika 1
konsentrasi lebih besar dari 10 ppm (sepuluh parts per million)
A106d Limbah dari laboratorium yang mengandung B3 1
A107d Pelarut bekas lainnya yang belum dikodifikasi 1
A108d Limbah terkontaminasi B3 1
A109d Limbah asam lainnya yang belum dikodifikasi 1
A110d Limbah karbon aktif yang mengandung zat pencemar sebagaimana tercantum pada kode Limbah A101a sampai dengan 1
A112a, A101b sampai dengan A121b, A101c sampai dengan A110c dan/atau mengandung Limbah B3 sebagaimana tercantum
pada kode limbah A105d dan A107d
A111d Refrigerant bekas dari peralatan elektronik 1
B101d Limbah dan/atau buangan produk yang terkontaminasi dan/atau mengandung merkuri (Hg) dan/atau senyawanya jika 2
konsentrasi lebih kecil dari 10 ppm (sepuluh parts per million) dan lebih besar dari 0,3 ppm (nol koma tiga parts per million)
B102d Debu dan fiber asbes asbes putih (chrysotile) 2
B103d Lead scrap 2
B104d Kemasan bekas B3 2
B105d Minyak pelumas bekas antara lain minyak pelumas bekas hidrolik, mesin, gear, lubrikasi, insulasi, heat transmission, grit 2
chambers, separator dan/atau campurannya
B106d Limbah resin atau penukar ion 2
B107d Limbah elektronik termasuk cathode ray tube (CRT), lampu TL, printed circuit board (PCB), karet kawat (wire rubber) dan 2
kawat logam
B108d Sludge instalasi pengolahan air Limbah (IPAL) dari fasilitas IPAL terpadu pada kawasan industri 2
B109d Filter bekas dari fasilitas pengendalian pencemaran udara 2
B110d Kain majun bekas (used rags) dan yang sejenis 2
KEWAJIBAN PENYIMPANAN LIMBAH B3
PP 22/2021, Pasal 296

c. Menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan Penyimpanan Limbah B3 yang


menjadi bagian dalam pelaporan dokumen lingkungan, dan disampaikan kepada:
1. bupati/wali kota, untuk Penghasil Limbah B3 dari Usaha dan/atau Kegiatan wajib SPPL;
dan/atau
2. pejabat Penerbit Persetujuan Lingkungan sesuai dengan kewenangannya untuk Penghasil
Limbah B3 dari Usaha dan/atau Kegiatan wajib Amdal atau UKL-UPL.
(2) Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan Penyimpanan Limbah B3 memuat:
a. sumber, nama, dan jumlah Limbah B3;
b. kategori dan/atau karakteristik Limbah B3;
c. pelaksanaan Penyimpanan Limbah B3; da`n
d. Pemanfaatan Limbah B3, Pengolahan Limbah B3, dan/atau Penimbunan Limbah B3yang
dilakukan sendiri oleh Penghasil Limbah B3 dan/atau penyerahan Limbah B3 kepada Pengumpul
Limbah B3, Pemanfaat Limbah B3, Pengolah Limbah B3, dan/atau Penimbun Limbah 83.
(3) Laporan kegiatan Penyimpanan Limbah B3 disampaikan kepada pejabat penerbit Persetujuan
Lingkungan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan sejak NIB dan/atau Persetujuan
Lingkungan diterbitkan.
KEWAJIBAN PENYIMPANAN LIMBAH B3
PP 22/2021, Pasal 297

(1)Dalam hal kegiatan Penyimpanan Limbah B3 melampaui jangka waktu, Penghasil Limbah
B3 wajib:
a. melakukan Pemanfaatan Limbah B3, Pengolahan Limbah B3, dan/atau Penimbunan
Limbah B3; dan/atau
b. menyerahkan Limbah B3kepada pihak lain.
(2)Pihak lain meliputi:
a. Pengumpul Limbah B3;
b Pemanfaat Limbah B3;
c. Pengolah Limbah B3; dan/atau
d. Penimbun Limbah B3.
(3)Pihak lain wajib memiliki Perizinan Berusaha untuk kegiatan bidang usaha Pengelolaan
Limbah B3.
DAMPAK LIMBAH B3
NO UNSUR LOGAM SUMBER DAN CARA PENYEBARAN EFEK YANG DITIMBULKAN

ALAMIAH KEGIATAN MANUSIA


1 Arsen (As) Pelapukan batuan sulfida Proses pertambangan, industri Sangat beracun
dan emisi gas bumi insektisida arsenik, pembakaran
bahan bakar minyak dan gas

2 Merkuri (Hg) Emisi gas panas bumi Limbah industri pembuatan Beracun dan merusak sistem
termometer, lampu, baterai, syaraf
pembasmi serangga, soda kostik,
dan ekstraksi emas dan perak
3 Tembaga (Cu) Pelarutan mineral Air limbah proses elektroplating, Beracun bagi biota dan ikan.
kalkopirit (CuFeS) dan pembuatan soda kostik, cat, Konsentrasi tinggi
atau malasit pestisida dan kegiatan menyebabkan iritasi
(Cu(OH)2CuCO3) pertambangan
4 Timbal (Pb) Pelarutan batuan galena Industri pembuatan cat dan soda Kerusakan otak dan ginjal
(PbS) kostik, kegiatan pertambangan dan
emisi kendaraan bermotor
CONTOH LIMBAH B3 DARI SUMBER TIDAK SPESIFIK
A102d Aki/baterai bekas
A108d Limbah terkontaminasi B3
A111d Refrigerant bekas dari peralatan elektronik
B103d Lead scrap
B104d Kemasan bekas B3
B105d Minyak pelumas bekas antara lain minyak pelumas bekas hidrolik, mesin, gear, lubrikasi, insulasi, heat
transmission, grit chambers, separator dan/atau campurannya
B107d Limbah elektronik termasuk cathode ray tube (CRT), lampu TL, printed circuit board (PCB), karet kawat
(wire rubber)
B109d Filter bekas dari fasilitas pengendalian pencemaran udara
B110d Kain majun bekas (used rags) dan yang sejenis

Aki/Baterai Bekas ( A102d ) Lead Scrap ( B103d )


CONTOH LIMBAH B3
Kemasan Bekas B3 ( B104d ) Minyak Pelumas
Kemasan Bekas Bekas ( B105d )
Tinta ( B321-4 )

Limbah Elektronik ( B107d ) Filter Bekas ( B109d )


MEMBERSIHKAN SEDIKIT TUMPAHAN PESTISIDA
Peralatan penanggulangan tumpahan yang harus sediakan, antara lain:
• pasir, serbuk gergaji, tanah, lempung, atau vermikulit;
• sekop, sapu dan cikrak;
• kantong yang kuat untuk limbah;
• drum anti bocor plastik yang kuat atau kotak yang bisa memuat kemasan pestisida terbesar yang
ada;

Cara kerja:
▪ Sedot tumpahan produk pestisida padat dengan menggunakan vacuum cleaner berfilter dengan
tingkat penyerapan partikulat efisiensi tinggi (high efficiency particulate absorption, HEPA).
▪ Jika tidak tersedia vacuum cleaner, gunakan pasir, serbuk gergaji, tanah, lempung, atau vermikulit
untuk menyerap tumpahan pestisida;
▪ Gunakan sekop, sapu dan/atau cikrak untuk membersihkan hasil serapan tumpahan;
▪ Kemas hasil serapan tumpahan ke dalam drum anti bocor plastic, kotak atau kantong yang kuat;
▪ Catat dalam log book dan simpan di dalam tempat penyimpanan Limbah B3.
MEMBUANG KEMASAN BEKAS PESTISIDA ?
▪ Periksa label pestisida untuk mendapatkan saran tentang cara membuang kemasan dan bungkus
pestisida;
▪ Jika label tidak mencantumkan saran, tanyakan pada penjual atau petugas setempat;
▪ Bersihkan kemasan pestisida, lalu simpan, untuk menghindari paparan secara tak disengaja;
▪ FAO menganggap kemasan pestisida yang dibilas tiga kali dan bungkus yang bersih tidak
terkontaminasi.
▪ Jika tidak ada skema daur ulang, periksa peraturan untuk mencari apakah Anda bisa menggunakan
sistem penanganan limbah (pembuangan sampah) di kota.
▪ Bukan praktik yang baik untuk mengubur atau membakar kemasan bekas pestisida meskipun
beberapa label yang dibuat di masa lalu menyarankannya.
▪ Cara yang lebih baik untuk membuang kemasan adalah dengan mendaur ulang atau manfaatkan
kembali kemasan bekas pestisida.
MENCUCI KEMASAN BEKAS PESTISIDA ?
Air pencuci digunakan untuk membersihkan:
▪ bagian dalam kemasan pestisida plastik/logam
▪ bagian dalam peralatan pencampur
▪ bagian dalam tangki alat semprot.

Gunakan air pencuci ini (yang bebas detergen atau kotoran) untuk melarutkan produk pestisida saat
pencampuran:
▪ label menyatakan bahwa pestisida yang Anda campur bisa dilarutkan dalam air
▪ air yang telah digunakan untuk mencuci bagian dalam kemasan pestisida yang sama, atau untuk
mencuci peralatan yang digunakan dengan pestisida yang sama.

Semprotkan air pencuci terakhir (yang bebas detergen atau kotoran) dari pembersihan bagian dalam
alat semprot Anda ke area tanaman yang belum disemprot.
World Health Organisation menyarankan air pencuci dikumpulkan dalam drum yang ditandai dan tutup
yang rapat
Gambar 15. Penampungan limbah pestisida berupa air pencucian alat penyemprot
Air pencuci alat semprot termasuk limbah B3 maka harus dibuang secara betanggung
jawab. Gambar diatas memperlihatkan tempat pencucian peralatan semprot dan air
pencuci langsung dialirkan ke bak penampung
SEMOGA BERMANFAAT TERIMA
KASIH
52

Anda mungkin juga menyukai