Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH TEBU TERHADAP KEBUDAYAAN MASYARAKAT CIREBON

DAN BREBES : PERSPEKTIF HISTORIS DAN BIOLOGIS

Ahmad Yusuf Bahtiyar1), Deni Dzulfaqori Nasrullah2), Intan Sholihat3)


1, 2
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, IAIN Syekh Nurjati, Cirebon
Yusufbahtiyar01@gmail.com , deninasrullah99@gmail.com
3
Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah, IAIN Syekh Nurjati, Cirebon
intansholihat.30@gmail.com

Abstrak
Secara kualitatif deskriptif, tulisan ini mengurai Tebu kaitannya dengan nilai Historis dan
Biologisnya. Melalui kajian pustaka dan wawancara mendalam terhadap beberapa responden.
Sedemikian sehingga diketahui bahwa Tebu berperan vital dalam berbagai upacara yang
diselenggarakan di masyarakat. Upacara Pengantin Tebu, Sedekah Bumi dan Bancakan
merupakan beberapa contoh upacara yang menggunakan Tebu sebagai suatu unsur sesajinya.
Dalam hal ini, Tebu menjadi sesuatu yang sakral dengan muatan makna kehidupan mendalam
semisal pemanis kehidupan, membawa keberkahan dan pelindung dari malapetaka. Tebu
merupakan tumbuhan yang dapat hidup dan berkembang pada kondisi tanah yang datar dan suhu
yang sedang. Demikian yang terjadi di daerah Cirebon dan Brebes, Tebu tumbuh dengan baik
dikedua daerah tersebut. Keadaan Topografi disana dianggap sesuai dengan kelangsungan hidup
dan produktivitas tumbuhan ini. Tidak heran pada zaman Kolonialisme dulu, Belanda
memanfaatkan keuntungan Topografi ini sebagai wilayahnya dalam menggarap Tebu.
Kata Kunci: Tebu, Historis, Biologis, Cirebon, dan Brebes.
1. PENDAHULUAN Latosol, Mediteran, Litasol, Potsolik, Regosol,
Cirebon dan Brebes merupakan daerah Gleihumus dan Grumosol (Wikipedia, 2017).
yang wilayahnya berdekatan secara langsung. Brebes juga dilihat secara Geografis terletak
Kedua daerah tersebut juga menjadi daerah pada koordinat 1080 41’37,7” - 1090 11’28,92”
yang membatasi antar dua Provinsi besar, yaitu Bujur Timur dan 6044’56’5”-7020’51,48”
Provinsi Jawa Barat (Cirebon) dan Jawa Tengah Lintang Selatan. Seperti halnya Cirebon, Brebes
(Brebes). Sungai Cisanggarung menjadi beriklim tropis dan memiliki kandungan jenis
penanda perbatasan wilayah Cirebon dan tanah yang sama dengan Cirebon. Topografi
Brebes. Cirebon dan Brebes mempunyai wilayah Cirebon dan Brebes juga mempunyai
hubungan yang erat dalam banyak hal karena kesamaan yaitu berupa dataran rendah yang
kedekatan wilayahnya, semisal dari segi luas, perbukitan dan pesisir utara (Sobirin, 2003
Topografi wilayah, kebudayaan dan bahasa. : 2).
Wilayah yang berdekatan memungkinkan bagi Tebu merupakan tumbuhan yang dapat
masyarakatnya melakukan proses sosial seperti hidup dalam kondisi suhu yang sedang berkisar
saling bertukar informasi, mengadakan antara 27-320 C, dan pada kondisi tanah yang
kepentingan, mencari pekerjaan dan bahkan datar juga tidak kering (lahan persawahan yang
dalam hal pernikahan. Dari segi itulah terdapat banyak mengandung air).
asimilasi dan akulturasi budaya karena Hal ini sesuai dengan keadaan Topografi
percampuran aktifitas masyarakat antar kedua Cirebon dan Brebes yang hampir luas
daerah tersebut. wilayahnya berada di dataran rendah dan
Secara Geografis wilayah Cirebon terletak kondisi lahan untuk perkebunan Tebu, bukan
pada 6030’-7000’ Lintang Selatan dan 108040’- lahan kering, melainkan lahan basah
108048’ Bujur Timur pada Pantai Utara Pulau (persawahan). Tebu akan mengalami hambatan
Jawa, di bagian timur Jawa Barat. Ketinggingan dalam pertumbuhannya jika berada di lahan
5 s.d 3.078 mdpl. Cirebon beriklim tropis dan yang kering, karena di lahan kering dapat
mempunyai kandungan tanah jenis Aluvial, terjadi krisis kekurangan hara, air, erosi, gulma
dan hama seperti di tanah kering jenis Urtisol, bentuk rasa syukur dan rasa harap agar Tebu-
Vertisol dan Inceptisol. Sedangkan pada tebu yang menjadi tiang hidup mereka dapat
Cirebon dan Brebes, jenis lahannya adalah terjaga, hasilnya melimpah dan penuh berkah
Aluvial, Latosol, Mediteran, Litasol, Potsolik, (Peneng, 2015 : 138-140). Selain dari pada hal
Regosol, Gleihumus dan Grumosol yang tersebut, Pemerintah Kolonial Belanda juga
merupakan lahan yang cocok untuk media mulai mengadakan pesta rakyat sebelum proses
pertumbuhan Tebu (Idham, 2014 : 5). penggilingan Tebu atau sesudah panen. Tulisan
Dikarenakan kondisi wilayah Cirebon dan ini bertujuan untuk menggali lebih dalam
Brebes memungkinkan untuk ditanami Tebu, mengenai kaitan Tebu dengan pengaruhnya
maka pada zaman Kolonialisme Belanda, Tebu terhadap kebudayaan Cirebon dan Brebes
menjadi tumbuhan yang cocok untuk ditanam dilihat dalam pespektif Historis dan Biologis.
sebagai bahan utama produksi gula. Tujuan 2. KAJIAN LITERATUR
pentingnya ialah untuk komoditi ekspor utama Kajian dalam tulisan ini merujuk pada
ke Eropa. Karena pada saat itu konsumsi gula di kerangka awal yaitu pada kajian secara Historis
Eropa mengalami kenaikan, maka berbagai dan Biologis. Kajian secara Historis
macam cara mereka lakukan untuk memenuhi menempatkan pembahasan dalam lingkup
pangsa pasar gula. Salah satunya adalah sejarah dan filosofis. Banyak para Sarjana dan
menerapkan sistem tanam paksa Mahasiswa yang sudah membahas ihwal
(Belanda:Cultuur stelsel) Tebu di Nusantara Historis dan Filosofis Tebu di Nusantara,
yang di gagas oleh Van Den Bosch, yang diantara yang sudah membahas ialah Peneng,
sebenarnya tidak hanya di daerah Cirebon dan Nyoman (2005), Taufiq, Ahmad (2011),
Brebes saja, namun di banyak wilayah lainnya Fauzi, RA (2016), Rizky, YA (2014), dan
pun banyak dilakukan. Tentunya kolonial Purwadi (2014).
Belanda juga terlebih dahulu melihat kondisi Yang pertama, Peneng, Nyoman (2005)
wilayah yang tepat untuk lahan garapan Tebu. yang menyatakan bahwa Tebu begitu menjadi
Oleh sebab itu banyak bermunculan Pabrik- tumbuhan yang sakral bagi masyarakat Bali,
pabrik Gula di Indonesia (Diniyyah, 2011 : 1- mengingat dalam banyak upacara di Bali
2). menggunakan Tebu sebagai suatu simbol dan
Bersamaan dengan meluasnya perkebunan gambaran dalam pemaknaan kehidupan
Tebu dan banyak muncul Pabrik Gula di manusia secara etis, sosial dan spiritual.
Cirebon dan Brebes, maka masyarakat menjadi Yang kedua, Taufiq, Ahmad (2011)
semakin menyatu (Secara Dhohir (nyata) dan menyatakan bahwa sejarah Pabrik Gula di
Bathin (rasa)) dengan Tebu yang mereka olah Gending, Probolinggo tidak terlepas dari
dan kelola. Walaupun tidak menutup pengaruh Kolonial Belanda, dan terikat juga
kemungkinan masyarakat juga menyatu dengan dengan aturan Van Den Bosch mengenai sistem
tumbuhan-tumbuhan yang lainnya seperti Padi kerja tanam paksa yang bertujuan untuk Ekspor
(Oryza sativa), Jagung (Zea mays) dan lain-lain. gula secara besar-besaran ke Eropa.
Namun karena dalam hal ini Tebu (Saccharum Berikutnya, Fauzi, RA (2016) yang
officinarum L) menjadi pokok bahasan utama menyatakan bahwa terdapat kesepakatan antara
maka hanya Tebu yang akan dipaparkan. pemilik Pabrik Gula Ngadirejo di Kabupaten
Menyatunya masyarakat dengan Tebu tidak Kediri dengan Mbah Wongso sesepuh Desa
terlepas dari lamanya sistem keja tanam paksa Ngadirejo untuk mengadakan ritual Giling
yang dibebankan pada masyarakat pribumi. Manten sebelum memasuki waktu giling Tebu
Seiring dengan lamanya sistem tanam sebagai persembahan untuk para Penunggu
paksa, masyarakat secara tidak langsung (Makhluk Ghaib) agar tidak mengganggu
menggantungkan hidupnya pada Tebu yang jalannya proses produksi Tebu menjadi Gula
mereka olah. Oleh karena manusia adalah Yang keempat, Rizky, YA (2014)
makhluk yang berbudaya, maka masyarakat menyatakan bahwa di Pabrik Gula Semboro
mulai melakukan upacara-upacara untuk Kabupaten Jember, Jawa Timur juga
memanjatkan doa kepada yang Kuasa sebagai mengadakan tradisi Pengantin Tebu sebagai
simbol wujud rasa syukur atas panen Tebu dan sebagaimana mestinya sebelum melakukan
Tebu kepada sang Maha Pencipta. pembudidayaan atau pemuliaan maka terlebih
Kemudian yang terakhir, Purwadi (2014) harus mengetahui sifat dan karakteristik dari
menyatakan bahwa banyak sekali Filosofi- Tebu itu sendiri.
filosofi pada masyarakat Jawa yang berasal dari 3. METODE PENELITIAN
pengejewantahan Gula sebagai salah satu unsur Metode dalam penelitian ini menggunakan
pemanis makanan. Studi Literatur dan Wawancara mendalam dan
Dari Jurnal-jurnal dan Skripsi diatas banyak terbuka. Studi Literatur digunakan dengan
berisikan mengenai sejarah awal mula mencari literasi, memahami konsep dan
masuknya Tebu, kemudian masa Kolonial mendalami materi sebagai penunjang dalam
terjadi tanam paksa Tebu sampai kepada penguatan ilmiah penelitian ini. Kemudian
munculnya Pabrik-pabrik Gula yang kemudian wawancara mendalam dan terbuka pada
banyak muncul tradisi dan upacara yang informan yang bertujuan untuk menggali
menggunakan Tebu didalamnya sebagai suatu informasi sebanyak-banyaknya tanpa harus
simbol Filosofis kehidupan. membebani informan dengan kuisioner yang
Kajian selanjutnya ialah secara Biologis. terkesan formal, sedangkan realita pada
Pada kajian ini membahas ihwal kajian secara lapangan informan adalah tokoh masyarakat
Etnobotani (Ilmu Tumbuhan dan hubungannya yang notabenenya adalah sebagai Ustadz dan
dengan manusia dan alam), Morfologi Tebu dan Orang Pintar (Tabib, Mbah) bukan dukun dan
kandungan-kandungan yang terdapat pada Mandor.
Tebu. Pada kajian ini akan diuraikan mengenai Wawancara dilakukan pada 5 informan
pembahasan yang sudah dilakukan oleh para yang merupakan tokoh masyarakat desa di 4
Sarjana dan Mahasiswa dalam Jurnal, Diktat lokasi Pabrik Gula (PG) yang berbeda dan 1
maupun Skripsinya. Purwanto (1999) seorang Mandor Tebu (Pekerja Lapangan). 2
menyatakan bahwa Etnobotani memiliki peran Pabrik Gula di wilayah Kabupaten Cirebon
penting dalam Studi Konservasi di masa ini, Timur dan 2 di wilayah Kabupaten Brebes.
dikarenakan banyaknya masyarakat yang tidak Pertama di PG Sindang Laut, Cirebon
mengenal Konservasi dan Pengembangan dilakukan wawancara pada Bapak Toto, kedua
Keanekaragaman Hayati karena belum di PG Tersana Baru Babakan Cirebon dilakukan
memahami betapa pentingnya Tumbuhan bagi wawancara pada Bapak Casma, ketiga di PG
manusia. Kersana Brebes pada Bapak Wartono, dan yang
Suryadharma, IGP (2008) dalam Diktatnya terakhir di PG Jatibarang, Brebes pada Ustadz
menyatakan bahwa Etnobotani merupakan Sholehuddin. Dan terakhir seorang Mandor
disiplin ilmu dalam bidang Biologi Tumbuhan Tebu (Pekerja Lapangan) yang memimpin para
(Botani), dimana dalam Diktat tersebut juga buruh Tebu untuk memanen Tebu ketika sudah
memaparkan mengenai Ruang Lingkup musim panen yang bernama Rijai dari Desa
Etnobotani, Penelitian dalam Etnobotani dan Luwunggede, Kecamatan Tanjung, Kabupaten
Etnobotani dalam perspektif kebudayaan. Brebes.
Selain dari pada kajian secara Etnobotani, Wawancara dilakukan pada jeda waktu
dalam tulisan ini juga memuat Morfologi Tebu yang berbeda, yaitu informan pertama pada
dan manfaatnya. Seperti dalam Buku tanggal 8 Januari 2017, kemudian kedua di
Indarwanto, Chandra, dkk (2010) menyatakan tanggal 22 Januari, ketiga di tanggal 4 Februari,
dalam bukunya ihwal pembudidayaan Tebu keempat di tanggal 5 Februari dan terakhir di
pasca panen. Tentunya dalam rangka tanggal 9 Februari 2017.
pembudidayaan juga dipaparkan mengenai Tujuan dilakukannya wawancara pada 5
Morfologi Tebu, kemudian kondisi-kondisi informan yang berbeda di tiap lokasi Pabrik
tanah yang sesuai dan sebagainya. Lalu, Ratna Gula (PG) ialah karena adanya upacara-upacara
R (2009) menyatakan bahwa dalam tulisannya yang masih berlangsung yang diadakan baik
menggagas teknis pemuliaan tanaman Tebu, oleh masyarakat maupun dari pihak Pabrik
seperti halnya dalam buku Indarwanto, Gula. Di wilayah Cirebon Timur hanya di PG
Sindang Laut dan Babakan yang masih ada. proses penggilingan (Manten Tebu) agar warga
Kemudian di Brebes hanya tersisa 2 PG yang masyarakat dapat terhibur dan Sang Maha
masih melakukan tradisi Manten Tebu, Pencipta memberikan berkah yang lebih.
Bancakan. Untuk Sedekah Bumi yang Kemudian informan ketiga dan keempat
mengadakan ialah warga dan bukan dari pihak yaitu Bapak Wartono dan Bapak Ustadz
PG tertentu, karena tidak ada kaitan antara Sholehuddin selaku Tokoh Masyarakat di
Sedekah bumi dengan tradisi Pabrik Gula daerah Pabrik Gula Kersana (Nonaktif) dan
(Bancakan dan Manten Tebu) yaitu Sedekah Pabrik Gula Jatibarang Brebes. Menurutnya,
Bumi sering diadakan di Kecamatan Larangan, Bancakan dan Manten Tebu sebagai sesuatu
Kecamatan Losari dan di Kecamatan yang sudah tidak dapat dipisahkan dalam tradisi
Ketanggungan. Ke-4 Pabrik Gula tersebut tahunan masyarakat Kersana dan Jatibarang,
berada dalam satu lajur jalan yang sama. kedua tradisi tersebut layaknya Pengantin
Dimulai dari Cirebon Timur yaitu Sindang Laut dalam manusia, yaitu sebelum prosesi akad
kemudian lurus arah timur bertemu dengan PG nikah pasti terdapat acara-acara untuk
Tersana Baru Babakan, dari Babakan lurus memperingatinya sebagai hiburan dan sebagai
menuju jalur perbatasan Jawa Barat dan Jawa pelengkap. Persis seperti Bancakan dan Manten
Tengah yang mana menuju PG Kersana sampai Tebu, Bancakan sebagai acara peringatan
ke Jatibarang. berupa hiburan-hiburan dan penutupnya adalah
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Manten Tebu (Ijab Qobul antara Tebu dan
Hasil dari wawancara mendalam dan Manusia (Secara Bathin/rasa).
terbuka berupa deskripsi ringkas dan lugas Terakhir ialah informan yang bernama Mas
mengenai penjelasan dari informan, namun Rija’i. Beliau merupakan seorang Mandor
dalam deskripsi ini hanya memaparkan jawaban Tebu. Mandor adalah sebutan bagi orang yang
secara garis besar dari ke-5 informan berbeda. memimpin para pekerja panen Tebu dan
Pertanyaan yang diajukan pada informan penanaman Tebu. Uraian dari beliau sedikit
berupa pengetahuan informan mengenai tradisi berbeda dengan 4 tokoh tersebut diatas. Mas
Manten Tebu, Bancakan dan Sedekah Bumi Rija’i menjawab dengan logika dan penalaran
dengan kaitannya pada Tebu dan kondisi yang tidak hanya terkait dengan Mistisisme.
kepercayaan masyarakat setempat. Menurutnya, Bancakan menjadi jalan bisnis
Seperti wawancara yang sudah dilakukan dari pihak Pabrik Gula dan Pedagang. Ketika
pada 5 informan yang berbeda, pertama akan diadakan Bancakan, maka banyak sekali
wawancara dilakukan pada Bapak Toto selaku pedagang-pedagang dan penjual jasa hiburan
Sesepuh atau Tokoh Masyarakat di Desa yang berebut mencari nomor posisi untuk bisa
Sindang Laut, yang mana beliau adalah sebagai berjualan di acara Bancakan selama 1 bulan.
salah satu saksi sejarah dari adanya Pabrik Gula Tentu saja dengan mereka berjualan di
di Sindang Laut. Menurutnya tradisi Manten Bancakan, maka mereka pun harus membayar
Tebu menjadi sebuah simbol akan diadakannya uang sewa lahan ke pihak Pabrik Gula. Dengan
proses giling Tebu di PG (Pabrik Gula). adanya uang sewa lahan tersebut, setidaknya
Pengantin disini dilambangkan sebagai sesuatu dapat membantu pihak Pabrik Gula untuk
yang sakral untuk memulai sesuatu yang baru, proses produksi Tebunya. Pun dalam hal ini
begitupun proses giling Tebu harus layaknya tidak ada yang salah, karena masing-masing
pengantin. saling menguntungkan. Mas Rijai juga tidak
Lalu informan yang kedua, Bapak Casma memungkiri adanya kepercayaan tertentu, dan
selaku Tokoh Masyarakat Desa Pabuaran Lor selain dari pada tujuan bisnis, dari pihak Pabrik
Kecamatan Babakan, Cirebon. Beliau juga Gula juga mengaharapkan datangnya berkah
banyak mengetahui ihwal tradisi Bancakan yang melimpah.
(Pesta Rakyat) yang diadakan setiap tahunnya.
Menurut beliau, Bancakan sebagai wujud rasa
syukur pihak Pabrik Gula setelah
dilaksanakannya panen Tebu dan sebelum
Gambar 1 : PG Sindang Laut, Cirebon Gambar 5 : Penulis di Bancakan

Gambar 2 : PG. Jatibarang, Brebes Gambar 6 : Manten Tebu


(Sumber : Fesbuker Brebes.com)

Gambar 3: PG Tersana Baru Babakan Gambar 7 : Sedekah Bumi di Cirebon


(Sumber : www. Cirebon24.com)

Gambar 4 : Peta PG. Kersana, Brebes


(Sumber : Twitter @Darudin) Gambar 8 : Sedekah Bumi di Brebes
(Sumber :http. Fachrudin.blogspot.com)
Secara Historis, Tebu dibahas dalam segi pada sistem Belanda yang kejam (Ramadhana,
sejarah kemunculannya, kemudian sampai 2012 : 8).
kepada munculnya Pabrik Gula pada Zaman Pada kurun waktu (1830-1870) yaitu masa
Kolonialisme Belanda di daerah Cirebon dan sistem tanam paksa, Karesidenan Cirebon
Brebes juga berlanjut sampai kepada hal ihwal dianggap sebagai daerah yang memadai untuk
munculnya kebudayaan yang sudah menjadi produksi gula, salah satu alasannya ialah karena
tradisi, yaitu Bancakan (Pesta Tebu/pesta Karesidenan Cirebon yang memiliki Pelabuhan,
rakyat), Manten Tebu. Selain dari pada itu, dengan adanya Pelabuhan maka akan
Tebu juga masuk pada upacara Sedekah Bumi memudahkan dalam pengangkutan hasil dari
yang sudah ada sejak zaman Hindu Budha. produksi Tebu menjadi gula yang nantinya akan
Sejarah kemunculan Tebu di Nusantara di diekspor secara besar-besaran oleh Belanda,
awali dengan runtuhnya VOC di awal abad XIX maka dari itu sampai muncul banyak sekali
yang dibarengi dengan banyak munculnya Pabrik-pabrik Gula di Cirebon. Disisi lain,
permasalahan perekonomian Hindia Belanda. Cirebon saat itu juga mempunyai wilayah
Pada saat itu pula Belanda sempat jatuh ke topografi dataran rendah yang luas. Banyaknya
tangan Prancis yang menunjuk William lahan persawahan yang tentunya pengairannya
Deandels sebagai Gubernur Hindia Belanda di sudah baik karena masyarakat pribumi sudah
tahun 1808 M. Akan tetapi kekuasaan Prancis mengenal bagaimana cara pengairan dan
pun tidak bertahan lama, karena pada tahun pengolahan lahan pada saat itu (Kuncorojati,
1811 M Prancis digulingkan oleh kedatangan 2013 : 3).
Inggris dengan menunjuk Thomas Stamford Oleh karena wilayah Brebes yang juga
Rafles sebagai Letnan Gubernur di Jawa. tidak jauh berbeda dengan keadaan wilayah di
Segera setelah hal tersebut Inggris dan Belanda Cirebon, maka perluasan wilayah lahan
menandatangani Konvensi London tanggal 13 perkebunan Tebu semakin digalakan oleh
Agustus 1815 M yang isinya ialah berupa Belanda demi memenuhi suplai mereka.
kesepakatan bahwasanya Inggris akan Belanda membuka lahan baru di derah Brebes
mengembalikan tanah jajahan Belanda pada khususnya wilayah tengah, yaitu daerah Kec.
tahun 1816 M dengan maksud agar Inggris Losari bagian perbatasan Ciledug, Kec.
dapat terlindungi oleh Belanda manakala Tanjung, Kec.Kersana dan sampai kepada
Prancis menyerang di kemudian hari (Utami, Kecamatan Jatibarang di Brebes Timur.
2015 : 51). Luasnya areal lahan mejadikan akomodasi dan
Ketika Belanda sudah mendapatkan tanah transportasi pengiriman Tebu semakin jauh,
jajahan yang sudah dijanjikan oleh Inggris, karena pada saat itu Pabrik Gula terdekat hanya
Belanda mengalami kesulitan dalam hal ada di daerah Sindang Laut, Karangsembung
ekonomi untuk menata kembali dan Babakan. Oleh karenanya Belanda
perekonomiannya di Negara pusat. Belanda membangun Pabrik Gula di Kersana sebagai
mengambil tindakan untuk melakukan basis lahan Tebu di wilayah Brebes Barat dan
eksploitasi besar-besaran terhadap tanah Pabrik Gula di Jatibarang di wilayah Brebes
jajahannya. Salah satunya adalah komoditi Timur ( Setioko, 2012 : 21).
Tebu, karena Belanda sudah menimbang- Selain dari pada hal tersebut,
nimbang ternyata pada saat itu ternyata perkembangan industr di Eropa sejak terjadinya
kebutuhan Gula di Eropa sangatlah besar Revolusi Industri juga turut menjadi faktor
namun jumlah produksi masih terbatas. Dan munculnya pengaruh di Negara-negara Eropa
pada saat itulah sampai melahirkan sistem untuk membuat Industri dalam bidang
tanam paksa (Cultuurstelsel) yang juga dari perkebunan dan pertanian. Dan salah satu
sistem tersebut lahir dualisme ekonomi dimana Negara yang terpengaruh adalah Belanda.
kaum pribumi sangatlah dirugikan karena Ketika mesin-mesin Industri sudah digalakan di
mereka yang terlebih dulu menerapkan sistem Eropa, Belanda turut andil di dalamnya untuk
kepemilikan lahan secara adat harus tunduk mengimpor alat-alat produksi khususnya mesin
produksi untuk keperluan Pabrik Gula, agar
Tebu yang mereka olah dapat cepat menjadi dan lebih di inginkan. Jadi, kebudayaan
gula-gula kristal putih untuk kemudian mereka menuju pada berbagai aspek kehidupan. Istilah
ekspor ke Eropa. Semua itu mereka lakukan ini meliputi cara-cara berlaku kepercayaan dan
dengan tujuan menata kembali kondisi sikap-sikap dan juga hasil dari kegiatan
perekonomian Nasional Belanda yang sempat manusia yang khas untuk suatu masyarakat atau
bermasalah dengan datangnya Prancis kelompok penduduk tertentu dan agar dapat
(Kuncorojati, 2013 : 4). dikatakan sebagai suatu kebudayaan, kebiasaan-
Setelah berakhirnya sistem kerja tanam kebiasaan seorang individu harus dimiliki
paksa yang dinilai oleh golongan Liberal bersama oleh suatu kelompok manusia.
Belanda adalah kurang efektif karena tidak Berangkat dari konsep kebudayaan yang
memberikan kebebasan sama sekali kepada dikemukakan Leonard diatas, manusia dalam
petani pribumi untuk mengolah lahan mereka. kebiasaanya terhadap aktivitas yang dilakukan
Akan tetapi golongan liberal juga tidak ingin bersamaan dengan orang banyak maka akan
mengalami kerugian, golongan ini melahirkan suatu tradisi tertentu. Lamanya
menyarankan kepada Pemerintah Hindia Belanda menguasai lahan garapan Tebu dan
Belanda agar membebaskan golongan swasta Industri Gula apalagi dengan ditambah aturan
memperoleh kebebasan dalam mengelola lahan dari Van Den Bosch mengenai tanam paksa,
Tebu dengan syarat harus tetap berada dalam maka Tebu sudah mendarah daging dengan pola
pengawasan Hindia Belanda. Dengan cara ini kehidupan masyarakat Cirebon dan Brebes.
pula mereka (Hindia Belanda) masih tetap bisa Menurut Yuliani (2015 : 23) menyatakan bahwa
melakukan eksploitasi walaupun sudah tidak masyarakat dan budaya adalah dua hal yang
dengan cara Cultuurstelsel (Taufiq, 2011 : 13). saling mempengaruhi, karena manusia selalu
Ketidakadilan yang dirasakan oleh Petani berhubungan dengan kebudayaan yang
pribumi di daerah industri gula khususnya berkembang pada masyarakat. Pikiran dan
menyebabkan pribumi ingin mencari sosok perbuatan yang dilakukan oleh manusia secara
yang dianggap mampu untuk memimpin terus menerus pada akhirnya akan menjadi
dengan adil dan dapat memberikan sebuah tradisi yang akan menimbulkan upacara-
perlindungan dari kesewenang-wenangan upaca tertentu , karena upacara meupakan pusat
Belanda, karena walaupun Belanda sudah dari sistem religi dan kepercayaan masyarakat.
memberikan kebebasan kepada pribumi untuk Konsep yang dikemukakan oleh Yuliani
mengelola lahan, Belanda tetap melakukan (2015 : 13) sejalan dengan realita yang ada,
pengawasan dengan ketat dan menghukum yaitu ketika Tebu yang sudah setiap hari
siapa saja yang melanggar aturannya. Untuk bertemu dan berjumpa dengan petani pribumi
itulah muncul Sarekat Islam (SI) sebagai garda untuk kemudian diolah dan dikelola maka
depan untuk mengawal pribumi melakukan berangsur-angsur Tebu itu menjadi suatu
diplomasi dengan kolonial di tahun 1917 harapan hidup masyarakat di waktu itu. untuk
bertepatan dengan kongres kedua SI. Ada 3 itulah, dalam ritual Sedekah Bumi, Tebu mulai
resolusi yang dicanangkan SI bersama pribumi dimasukan didalamnya. Ritual Sedekah Bumi
yaitu pertama segera berkhirnya keterlibatan sebenarnya sudah dilakukan oleh banyak
pemerintah dengan pribumi dalam usaha masyarakat dari zaman dahulu karena memang
memperoleh tanah bagi industri pabrik gula, tradisi Hindu masih melekat dengan orang Jawa
kedua industri gula juga harus menerapkan walupun Islam sudah masuk dan menguasai
prinsip-prinsip pasar bebas dan menghapuskan Sedekah Bumi merupakan wujud dari rasa
tekanan-tekanan yang ada, dan terakhir industri bersyukurnya manusia kepada Tuhan yang
yang akan datang memperbolehkan pribumi Maha Esa atas melimpahnya hasil-hasil
memiliki saham (Cahyono, 2005 : 24). pertanian dan perkebunan. Dalam hal ini
Menurut Leonard, Siregar (2002 : 3-4) jawaban dari para responden sesuai dengan
Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari keterangan yang ada, karena menurut para
masyarakat dan tidak hanya mengenai sebagian responden tujuan utama dan yang utama dari
tata cara hidup saja yang dianggap lebih tinggi adanya berbagai ritual tersebut adalah hanya
ada dua kemungkinan, kemungkinan yang Filosofi tersebut sejalan dengan 2 kajian
pertama ialah karena masyarakat memiliki literatur yang di ambil mengenai filosofi Tebu
kesadaran terhadap kepercayaan pada dalam perspektif Jawa dan Bali. Yaitu yang
penciptanya untuk selalu bersyukur kepada pertama dari perspektif Bali ada I Nyoman
Tuhan (Allah SWT) dan kemungkinan yang Peneng (2005 : 139-140) yang menyatakan
kedua, masyarakat ingin selalu dijaga dan bahwasanya filosofi Tebu banyak macamnya,
dilindungi dari berbagai marabahaya. Dengan seperti dalam sesaji tidak luput dari keberadaan
warga mengadakan upacara, membuat makanan Tebu yang bermakna Tebu dapat tumbuh
dari hasil bumi dan berbagi dengan sesama dengan mudah dan selain itu Tebu mempunyai
diharapkan Tuhan pun juga memberikan kasih kandungan Sukrosa didalamnya yang manis
sayang kepada orang yang suka berbagi. walaupun diluarnya (Batangnya terlihat kasar),
Seperti dikutip pada skripsi Fauzi, RA diharapkan dalam sesejai tersebut manusia
(2016 : 14) yang mengatakan bahwa adanya dapat meniru sifat Tebu yang mudah untuk
upacara giling manten di Pabrik Gula beradaptasi, tidak mudah menyerah, selalu
Ngadirejo, berkat dari adanya suruhan dari berfikir positif (manis) walaupun orang diluar
sesepuh desa di Ngadirejo bernama Mbah sana banyak yang menilai diri ini jelek.
Wongso, Mbah Wongso berpesan kepada pihak Kemudian dari Filosofi Jawa dikutip dari
Pabrik agar mengadakan upacara tersebut agar Purwadi (2014 : 3) mengatakan bahwasanya
proses produksi Tebu dapat berjalan dengan orang Jawa sangat akrab dengan gula beserta
lancar dan baik tanpa adanya hambatan apapun. fungsinya. Tidak mengherankan apabila budaya
Dan dikutip juga dari Rizky (2014 : 27) yang Jawa kerap melagukan tembang Dhandanggula.
mengatakan bahwasanya di Pabrik Gula Oleh karena itu dhandanggula secara etimologis
Semboro Kabupaten Jember juga terdapat dapat diberi makna demikian yaitu
upacara Manten Tebu/Pengantin Tebu seperti Dhandang=Hitam, Gula=Manis. Yang
halnya di Cirebon dan Brebes yang mana melambangkan seseorang telah menemukan
pengagas utamanya menurutnya ialah dari gula hitam atau pahit manisnya kehidupan
seorang Tetuah yang menginginkan agar sebagaimana suami dan istri seperti perlambang
adanya suatu upacara sebagai bentuk rasa Manten Tebu.
syukur. Hal demikian Sama halnya seperti Terakhir ialah kajian Tebu dari segi
yang dituturkan oleh responden dari Pabrik Biologis. Pada kajian ini dipaparkan 3
Gula Sindang Laut Bapak Toto, bahwasanya pembahasan yaitu pertama secara Etnobotani,
dahulu di daerah tersebut ada seorang Mbah kemudian Morfologi dan terakhir manfaat.
(Orang Pintar) yang menyuruh untuk Menurut Suryadharma (2008 : 10-11) Dalam
mengadakan acara Bancakan dan Manten Tebu keilmuan Biologi, Biologi mencakup Objek
sebelum Tebu di giling atau pasca panen. Biologi, Tema Biologi dan Tingkatan struktur
Karena menurut Mbah tersebut, segala kejadiannya. Hubungan manusia dengan atau
sesuatu harus disyukuri, seperti halnya sedekah kelompok masyarakat dengan etnik-etnik
bumi atau sedekah laut, Pabrik juga harus tertentu sesuai dengan karakteristik
memberikan sedekahnya berupa Bancakan Geografisnya dalam mengatur kelompoknya
sebagai pesta dan hiburan untuk masyarakat terhadap obyek Biologi dipahami sebagai
dengan perlambang Manten Tebu sebagai Etnobiologi. Etnobotani juga dapat digunakan
simbol Tebu yang akan menjumpai proses sebagai alat untuk mendokumentasikan
giling dan banyak proses produksi lainnya pengetahuan masyarakat tradisional,
hingga akhirnya dapat menjadi gula yang manis masyarakat awam yang telah menggunakan
dan enak juga disukai oleh banyak orang. berbagai macam jasa tumbuhan untuk
Seperti halnya pengantin, yang sebelum menunjang kehidupannya. Pendukung untuk
pernikahan pun harus manis dan diakhir nanti kepentingan makan, pengobatan, bahan
setelah menjalani proses yang panjang akan bangunan, upacara adat, budaya dan lainnya.
berakhir dengan manis pula, begitu kira-kira Menurut Purwanto (1999 : 1-2) Etnobotani
sejaran dan filosofi dari penjelasan Bapak Toto. merupakan bidang ilmu yang cakupannya
interdisipliner mempelajari hubungan timbal Batang tanaman Tebu berasal dari mata tunas
balik antara manusia dengan sumberdaya alam yang berada di bawah tanah yang tumbuh
tumbuhan dan lingkungannnya. Oleh karena itu keluar dan berkembang membentuk
bahasannya bersinggungan dengan ilmu-ilmu rumpun.Diameter batang antara 3-5 cm dengan
alamiah dan ilmu-ilmu sosial seperti salah tinggi batang antara 2-5 meter dan tidak
satunya adalah pengetahuan sosial budaya. Dari bercabang (Monopodial). Kemudian akar Tebu
konsep pengertian dan penjelasan Etnobotani adalah akar serabut yang tidak panjang yang
tersebut, maka terdapatnya suatu hubungan tumbuh dari cincin anakan. Pada fase
yang sangat erat antara manusia dan tumbuhan pertumbuhan batang, terbentuk pula akar di
menimbulkan semacam Chemisitry yang bagian lebih atas akibat pemberian tanah
nantinya melahirkan persepsi-persepsi sebagai tempat tumbuh.
kepercayaan tertentu. Misalnya dalam adat atau Daun Tebu berbentuk panah seperti pita,
tradisi . Tebu yang sudah hidup lama bersama berseling kanan dan kiri, berpelepah seperti
warga, secara tidak langsung terjadi kontak daun jagung dan tak bertangkai. Tulang daun
bathin maupun dhohir antara Manusia dan sejajar tapi ditengahnya berlekuk. Dan tepi
Tumbuhan. Pengaruh Tebu berarti berdampak daunnya kadang-kadang bergelombang dan
besar terhadap kebudayaan yang muncul antara berbulu keras. Lalu pada bunga Tebu yang
Cirebon dan Brebes. berbentuk malai dengan panjang antara 50-80
Asal usul tanaman Tebu dapat dilihat pada cm. Cabang bunga pada tahap pertama berupa
Lahay ((2009 : 6) Industri gula Tebu karangan bunga dan pada tahap selanjutnya
memanfaatkan spesies Saccharum officinarum berupa tandan dengan dua bulir panjang 3-4
L (Noble cane) yang diduga berasal dari daerah mm. Terdapat pula benang sari, putik dengan
Pasifik Selatan yaitu kemungkinan di New dua kepala putik dan bakal biji. Yang terakhir
Guinea (Pulau Irian bagian Timur) dan adalah buah Tebu yang seperti padi, memiliki
selanjutnya menyebar ke tiga arah migrasi yang satu biji dengan besar lembaga 1/3 panjang biji.
berbeda. Pertama, dimulai pada 8000 Tahun Biji Tebu dapat di tanam dikebun percobaan
Sebelum Masehi (SM) yaitu ke pulau Solomon, untuk mendapatkan jenis baru hasil persilangan
Hebrida Baru dan Kaledonia Baru. Kedua dari jenis unggul.
dimulai sekitar 6000 SM ke Filipina, Pulau Tebu dapat tumbuh di daerah Tropis dan
Kalimantan, Pulau Jawa, Malaysia dan Burma Subtropis. Kondisi tanah yang baik bagi
serta India. Dan ketiga antara tahun 500 hingga tanaman Tebu ialah tidak terlalu kering dan
1100 Sesudah Masehi yaitu ke Fiji, Tonga, tidak terlalu basah. Karena akar Tebu sangat
Tahiti, Marquesa dan Hawaii. sensitif terhadap ketersediaan udara dalam
Morfologi Tebu dapat dilihat dari kajian tanah, oleh karena itu pengairan dan drainase
menurut Indarwanto (2010 : 8-9) Tebu adalah harus sangat diperhatikan yaitu dengan
tanaman perdu dengan nama latin Saccharum kedalaman 1 Meter. Struktur tanah yang cocok
officinarum L . Di daerah Jawa Barat di sebut bagi Tebu juga menjadi faktor penentu
Tiwu, di Jawa Tengan dan Jawa Timur disebut pertumbuhan Tebu dengan baik, yaitu kondisi
Tebu atau Rosan. Klasifikasi Tebu adalah tanah yang gembur. Sehingga aerasi udara dan
sebagai berikut : perakaran berkembang sempurna. PH yang
Divisi : Spermatophyta sesuai berkisar antara PH 6-7,5.
Subdivisi : Angiospermae Pengaruh iklim terhadap Tebu dan
Kelas : Monocotyledone rendeman gula sangat besar. Dalam
Ordo : Graminales pertumbuhan Tebu harus banyak air (Musih
Famili : Graminae Hujan) dan pada saat pemasakan pada Musim
Genus : Saccharum Kemarau. Curah hujan pun berkisar antara
1000-1100 mm pertahun dengan sekurang-
Spesies : Saccharum officinarum L
kurangnya 3 bulan kering, Penyinaran Tebu
Tebu mempunyai batang yang berdiri lurus
membutuhkan sekurang-kurangnya 12-14 jam
dan beruas-ruas yang dibatasi dengan buku-
setiap harinya.
buku. Pada setiap buku terdapat mata tunas.
Dari kajian secara Etnobotani, Asal usul karena lamanya Tebu dalam kehidupan
dan Morfologinya. Hal tersebut berkaitan erat masyarakat , maka perlahan masyarakat mulai
dengan munculnya kebudayaan pada memahami Tebu sebagai tanaman kaya manfaat
masyarakat Cirebon dan Brebes. Jadi bukan dan kaya unsur Filosofi dengan kenyataan
hanya karena nilai Historis yang berpengaruh, hidup manusia.
namun nilai Biologis pun juga berpengaruh. Hal 6. REFERENSI
ini dibuktikan dari jawaban Mas Rija’i Cahyono, E. 2005. Pekalongan Tahun
mengenai masyarakat pun sudah sejak dari dulu 1830-1870 : Transformasi Petani
mengamati fisik Tebu dan manfaatnya untuk
Menjadi Buruh Industri Perkebunan.
kemudian mereka membuat perumpaan
(Filosofi) dengan realitas dalam kehidupan. Universitas Indonesia
Seperti misalnya Tebu dapat tumbuh dengan Diniyyah, M. 2011. Sejarah Perkembangan
mudah, hanya dari potongan batang saja Tebu Pabrik Gula Cepung dan
dapat tumbuh menjadi Tanaman yang kaya Pengaruhnya Terhadap Kondisi
manfaat bagi manusia, hal tersebut Sosial Ekonomi Masyarakat Kendal
diumpamakan dengan manusia walaupun Tahun 1975-1997. Universitas Negeri
terlahir dengan keadaan apapun, tetap harus Semarang
berjuang untuk hidup sehingga dapat Fauzi, R,A. 2016. Sejarah Tradisi Ritual
bermanfaat bagi orang banyak. Kemudian Giling Manten di Pabrik Gula
dilihat dari batang dan daunnya yang lurus, Ngadirejo, Desa Ngadirejo,
tidak becabang menandakan bahwa manusia
Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri.
harus tetap pada satu jalan kebenaran dan
jangan sampai menjadi orang yang bercabang- Universitas Negeri Surabaya
cabang (munafik) dan seterusnya. Indrawanto, C. 2010. Budidaya dan Pasca
5. KESIMPULAN Panen Tebu. Eska Media. Jakarta
Kuncorojati, C. 2013. Pabrik Gula Sindang
Cirebon bagian Timur dan Brebes
mempunyai kesamaan budaya yaitu terdapatnya Laut, Cirebon, Jawa Barat Tahun
tradisi Bancakan (Pesta rakyat) yang diadakan 1896-1942 Sebagai Kajian Arkeologi
sebelum giling Tebu dan Manten Tebu selesai Industri. Universitas Indonesia
acara Bancakan. Kedua tradisi ini sudah Lahay, R,R. 2009. Pemuliaan Tanaman
berjalan setiap tahunnya dari dulu di 4 Pabrik Tebu. Universitas Sumatera Utara
Gula, yaitu di Cirebon 2 (PG. Sindang Laut dan Leonard, S. 2002. Antropologi dan Konsep
PG. Tersana Baru Babakan) dan 2 di Brebes Kebudayaan. Jurnal Antropologi
(PG. Kersana dan PG. Jatibarang) yang mana Papua. Vol. 1. Nomor 1. 3-4
sesuai kajian pustaka dan keterangan informan. Peneng, I,N. Sumantera, W, I. 2005.
Tujuan utamanya ialah mencari keberkahan dan
Pemanfaatan Tebu dalam Upacara
rasa syukur. Selain dari pada kedua tradisi
Adat di Kabupaten Tabanan, Bali.
tersebut ada tradisi yang sama lagi yaitu
Sedekah Bumi, acara tersebut yang Jurnal Biodiversitas UPT Balai
mengadakan rakyat dan tidak ada sangkut Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya
pautnya dengan Pabrik Gula. Dengan tujuan “Eka Karya Bali”. Vol.6. Nomor.2.
sebagai perlambang rasa syukur terhadap Tuhan 138-140
atas berlimpahnya hasil bumi. Tebu juga Purwanto, Y. 1999. Peran dan Peluang
menjadi salah satu makanan dan sajian yang Etnobotani Masa Kini di Indonesia
terdapat pada sesaji di Sedekah Bumi. dalam Menunjang Upaya Konservasi
Bermulanya kebudayaan tersebut tentu saja dan Pengembangan Keanekaragaman
dimulai dari keadaan Historis dan Biologis Hayati. Prosiding Seminar Hasil-
Tebu. Secara Historis, Tebu sudah lama
hasil Penelitian Ilmu Hayati Pusat
menjadi bagian dari kehidupan masyarakat dan
secara Biologis kaitannya dengan Historis ialah
Antar Universitas Ilmu Hayat IPB.
16. September. 1999. Bogor. Yuliani, F. 2015. Fungsi Pelaksanaan
Indonesia. 214-229 Tradisi Pengantin Glepung di Pabrik
Purwadi. 2014. Gula dalam Kajian Filsafat Gula Sragi bagi Masyarakat (Studi
Budaya Jawa. Jurnal IKADBUDI se- Kasus di Desa Sragi Kecamatan
Indonesia. Vol. 3. 1-21 Sragi Kabupaten Pekalongan).
Ramadhana, B, N. 2012. Perkembangan Universitas Negeri Semarang
Sistem Kepemilikan Tanah pada Wikipedia.Geografis_Cirebon_Wikipedia.c
Perkebunan Tebu di Sindang Laut, om. Diakses pada 8 Februari 2017
Cirebon Tahun 1870-1968.
Universitas Pendidikan Indonesia
Ramadhan, I,C. 2014. Keragaan
Pertumbuhan dan Rendeman Lima
Klon Tebu (Saccharum officinarum
L) di Ultisol, Vertisol dan Inceptisol.
Jurnal Vegetalika. Vol.3. Nomor.4.
77-87
Rizky, Y, A. 2014. Tradisi Pengantin Tebu
di Pabrik Gula Semboro, Kecamatan
Semboro, Kabupaten Jember Tahun
1996-2013. Universitas Jember
Setioko, T. 2012. Pemanfaatan Bagas
Limbah Pabrik Gula Jatibarang
Brebes Menjadi Bioetanol.
Universitas Negeri Semarang
Sobirin. 2003. Reorientasi Pengembangan
Wilayah Kabupaten Brebes Berbasis
Potensi Sumber Daya Wilayah.
Lokakarya Nasional “Menuju
Pengelolaan Sumber Daya Wilayah
Berbasis Ekosistem untuk Mereduksi
Potensi Konflik Antar Daerah. 30.
Agustus. 2003. Yogyakarta. Indonesia
Suryadharma, IGP. 2008. Diktat Kuliah
Etnobotani. Jurusan Pendidikan
Biologi. FMIPA. Universitas Negeri
Yogyakarta
Taufiq, A. 2011. Sejarah Pabrik Gula
Gending, Kabupaten Probolinggo,
Jawa Timur Tahun (1830-2010).
Universitas Negeri Malang.
Utami, I,W,P. 2005. Monetisasi dan
Perubahan Sosial Ekonomi
Masyarakat Jawa Abad XIX. Jurnal
Sejarah dan Budaya. Vol.9. Nomor.
1. 51-63

Anda mungkin juga menyukai