Campak
Campak
Morbili
PENULIS :
NPM : 21710169
PEMBIMBING :
LAPORAN KASUS
Morbili
Telah dipresentasikan pada
Hari :
Tanggal :
Oleh:
Pembimbing :
i
KATA PENGANTAR
Pada penulisan Tugas Laporan Kasus ini, penulis sadar masih banyak
terdapat kekurangan serta jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
penulis mengharapkan segala kritik dan saran dari pembaca demi
menyempurnakan tugas laporan kasus ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
A. Definisi..........................................................................................................3
B. Etiologi..........................................................................................................3
C. Epidemiologi.................................................................................................3
D. Patofisiologi..................................................................................................4
E. Manifestasi klinis..........................................................................................5
F. Pemeriksaan penunjang.................................................................................5
G. Indikasi rawat inap........................................................................................6
H. Penatalaksanaan............................................................................................6
I. Pencegahan....................................................................................................7
J. Diagnosis banding.........................................................................................9
K. Komplikasi..................................................................................................10
L. Prognosis.....................................................................................................11
BAB III LAPORAN KASUS................................................................................12
A. Identitas Pasien...........................................................................................12
B. Anamnesa....................................................................................................12
C. Pemeriksaan Fisik.......................................................................................13
D. Pemeriksaan penunjang...............................................................................16
E. Diagnosis/Problem list................................................................................19
F. Planning......................................................................................................19
G. Follow Up...................................................................................................20
H. Prognosis.....................................................................................................20
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................22
Daftar Pustaka........................................................................................................24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
oleh virus dan ditularkan melalui batuk dan bersin. Gejala penyakit campak
adalah demam tinggi, bercak kemerahan pada kulit (rash) disertai dengan batuk
terbentuk.[1]
Pada tahun 1963 belum adanya vaksinasi yang meluas sehingga epidemi
terjadi setiap 2-3 tahun dan menyebabkan 2,6 juta kematian setiap tahun. Pada
tahun 2018 dilaporkan lebih dari 140.000 orang meninggal karena campak
terutama anak-anak di bawah usia 5 tahun, meskipun vaksin sudah tersedia secara
Incidence Rate Campak per 100.000 penduduk di Indonesia pada tahun 2011-
2017 menunjukkan kecenderungan penurunan, dari 9,2 menjadi 5,6 per 100.000
penduduk. Namun demikian, Incidence rate cenderung naik dari tahun 2015
sampai dengan 2017, yaitu dari 3,2 menjadi 5,6 per 100.000 penduduk. Pada
tahun 2018 terdapat 8.429 kasus dengan 85 kasus kejadian luar biasa (KLB)
1
suspek campak, jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2017 yaitu 15.104 kasus
Kematian yang terjadi pada morbilli terkait dengan komplikasi yang terjadi.
Sekitar 30% komplikasi dengan jumlah yang lebih banyak terjadi pada anak usia
di bawah lima tahun. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain pneumonia,
infeksi telinga, diare dan ensefalitis. Dengan pemberian vaksinasi campak pada
diberikan melalui dua dosis karena sekitar 15% anak gagal mendapatkan imunitas
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
virus campak. Referensi campak sudah ditemukan sejak awal abad ke-7.
Penyakit itu dijelaskan oleh dokter Persia Rhazes pada abad ke-10 sebagai
B. Etiologi
C. Epidemiologi
Sebelum pengenalan vaksin campak pada tahun 1963 dan vaksinasi yang
meluas, epidemi besar terjadi kira-kira setiap 2-3 tahun dan campak
menyebabkan sekitar 2,6 juta kematian setiap tahun. Lebih dari 140.000 orang
meninggal akibat campak pada tahun 2018 kebanyakan anak di bawah usia 5
3
Incidence Rate Campak per 100.000 penduduk di Indonesia pada tahun
100.000 penduduk. Namun demikian, Incidence rate cenderung naik dari tahun
2015 sampai dengan 2017, yaitu dari 3,2 menjadi 5,6 per 100.000 penduduk.[3]
D. Patofisiologi
darah mengakibatkan viremia dan menyebar ke organ yang jauh. Virus yang
berada di sel dendritik dan limfosit mentransfer dirinya ke sel epitel saluran
dan seluler. Respon humoral awal terdiri dari produksi antibodi IgM, yang
terdeteksi 3 sampai 4 hari setelah ruam muncul dan dapat bertahan selama 6
4
yang bergantung Th1 selama fase akut, dan selanjutnya peningkatan kadar
E. Manifestasi klinis
erupsi, dan pemulihan dan harus dicurigai pada pasien dengan trias klasik:
selama empat sampai enam hari dan ditandai dengan adanya demam tinggi,
besar kasus menunjukkan bercak Koplik yang khas dari penyakit, terletak di
mukosa bukal setinggi gigi geraham kedua, dan muncul dua hingga tiga hari
sebelum ruam dan menghilang pada hari ketiga. Fase kedua, erupsi, ditandai
menjadi konfluen. Ruam dimulai di belakang daun telinga dan sepanjang garis
Fase ketiga atau pemulihan terjadi setelah tiga sampai empat hari ketika ruam
F. Pemeriksaan penunjang
1. Darah Lengkap
leukositosis.[7]
5
2. Serologi
ketiga setelah munculnya ruam dan tetap positif selama 30 hingga 60 hari.
Untuk evaluasi IgG, terdapat peningkatan antibodi lebih dari empat kali
2. Dehidrasi;
3. Kejang;
5. Adanya komplikasi.[8]
H. Penatalaksanaan
Vitamin A harus diberikan pada kasus akut. Vitamin A dosis oral harus
pada bayi < 6 bulan, 100.000 IU untuk bayi usia 6-11 bulan dan 200.000 IU
untuk anak 12 bulan. Jika anak memiliki tanda-tanda oftalmik klinis defisiensi
6
vitamin A seperti: bintik bitot, berikan dosis ketiga dalam waktu 4-6 minggu
kemudian.[8]
dibagi dalam 3 dosis sampai kesadaran membaik (bila pemberian lebih dari 5
liter/menit.[8]
I. Pencegahan
1. Immunisasi
CCID50 virus campak dan 1000 CCID50 virus rubella. Dengan pemberian
imunisasi campak dan rubella dapat melindungi anak dari kecacatan dan
hanya boleh dilarutkan dengan pelarut yang disediakan dari produsen yang
sama. Vaksin yang telah dilarutkan harus segera digunakan paling lambat
sampai 6 jam setelah dilarutkan. Pada tutup vial vaksin terdapat indikator
7
paparan suhu panas berupa Vaccine Vial Monitor (VVM). Vaksin yang
Pada umur 9 bulan berikan vaksin MR. Bila sampai umur 12 bulan
belum mendapat vaksin MR, dapat diberikan MMR. Umur 18 bulan berikan
1) atau MMR.[11]
Kontraindikasi:
radioterapi;
b. Wanita hamil;
e. Decompensatio cordis;
a. Demam,
b. Batuk pilek,
c. Diare.[1]
2. Immunoglobulin
donor darah dan mengandung antibodi terhadap campak dan virus lain yang
lazim di populasi. Ada dua jenis preparat yang tersedia, yaitu untuk
8
penggunaan intramuskular atau subkutan (human normal immunoglobulin,
setelah paparan. Jika pajanan terjadi lebih dari 72 jam, tetapi dalam
J. Diagnosis banding
kepala, malaise, dan demam ringan. Parestesia dan tendinitis dapat terjadi.[8]
9
2. Roseola Infantum
mungkin muncul lebih awal. Ruam biasanya berlangsung 1-3 hari tetapi
dapat memudar dengan cepat dan tidak ada pada semua bayi dengan infeksi
sepertiga dari kejang demam. Roseola yang disebabkan oleh HHV-6 dan
HHV-7 secara klinis tidak dapat dibedakan, meskipun roseola terkait HHV-
3. Eritema infektiosum
muncul dalam tiga tahap. Tahap awal biasanya berupa ruam "slapped
K. Komplikasi
Infeksi telinga dan diare adalah komplikasi campak yang paling umum.
10
Staphylococcus aureus, atau grup A streptococcus. Pada orang dengan
gangguan imunitas seluler dapat terjadi pneumonia sel raksasa (Hecht), yang
Encephalomyelitis terjadi pada 1-2 per 1.000 kasus dan biasanya terjadi
2-5 hari setelah timbulnya ruam. Ensefalitis dini mungkin disebabkan oleh
infeksi virus langsung pada jaringan otak, sedangkan ensefalitis onset lambat
komplikasi neurologis akhir dari infeksi campak lambat yang ditandai dengan
kemunduran perilaku dan intelektual yang progresif dan akhirnya kematian. Ini
terjadi pada sekitar 1 dari setiap 1 juta kasus campak, rata-rata 8-10 tahun
L. Prognosis
Sebagian besar pasien sembuh dari penyakit ini tanpa morbiditas yang
11
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : An. S
Agama : Islam
Alamat : Pasuruan
No RM : 464261
B. Anamnesa
karena demam sejak 3 hari smrs, ibu pasien mengatakan demam tidak
meningkat pada malam atau pagi hari. Pada badan pasien terdapat bercak-
leher belakang pasien kemudian meluas ke daerah wajah, lalu dada dan
punggung hingga kemaluan. Selain itu ibu pasien juga mengatakan pasien
batuk dan pilek sejak 3 hari smrs. Ibu pasien juga mengatakan BAB cair
disertai ampas darah (-) lendir (-) sejak pagi hari ini, BAB hari ini 2x. Tidak
ada keluhan BAK. Ibu pasien mengatakan anaknya belum mendapat imunisasi
12
apapun. Kejang (-). Mual (-) muntah (-), ibu mengatakan tidak ada keluhan
sebelumnya
antibiotik
C. Pemeriksaan Fisik
GCS : E4 V5 M6
Antropometri
Tanda-tanda vital
Tekanan Darah :-
Nadi : 111x/menit
Suhu : 38˚C
13
Status generalis
A/I/C/D : -/-/-/-
Pembesaran KGB :-
Torak
Sonor Sonor
Sonor Sonor
14
Auskustasi :
Ves Ves - -
Ves Ves - -
- - Wheezing
- -
- -
Abdomen
kulit normal
Perkusi : Timpani
15
Ekstremitas
Status lokalis
generalisata.
D. Pemeriksaan penunjang
1. Darah Lengkap
16
Monosit % H 6,97 % 3-6
Leukosit (WBC) 10,09 3 4,5 – 11
x10 µL
Neutrofil 6,6 3 1,0 – 8,0
x10 µL
Basofil 0,5 3 0 – 0,17
x10 µL
Monosit 0,70 3 0,18 – 1,02
x10 µL
Limfosit H 2,75 3 3-13
x10 µL
MPV 5,954 fL 6,90 – 10,6
2. Urinalisis
Urine lengkap
Bilirubin Negatif
Darah Negatif
pH 6,5
Nitrit Negatif
Leukosit Negatif
17
Gula darah sewaktu 101 mg/dL <200
4. Ronsen torak
Keterangan :
Kesan
18
E. Diagnosis/Problem list
Morbili
Diare Akut tanpa Dehidrasi
F. Planning
Kompres basah
19
G. Follow Up
Tanggal S O A P
07/11/2022 Demam (+), KU : Cukup Morbili IVFD D5 ¼ NS
batuk (+), pilek GCS 456 Diare akut 800ml/24jam
(-), ruam TD : - tanpa Constantia 3x1 tetes
kemerahan S : 39,5˚C dehidrasi Inj Parasetamol 100mg prn
dibadan (+), diare N : 108x/menit Lacto B 1x1 sachet po
(+), mata SPO2 : 99% RA Tab Zinc 1x1 po
kemerahan (+), RR : 34x/menit Tab Simucyl 3x1/4 po
putih pada lidah Salep Elocon 2x1 ue
H. Prognosis
Ad vitam : Bonam
20
21
BAB IV
PEMBAHASAN
dari hasil anamnesa didapatkan demam, batuk, pilek, konjungtivitis, dan ruam
kemerahan yang timbul dari belakang telinga meluas ke wajah, badan, dan
kemaluan. Dari pemeriksaan fisik didapatkan suhu 38˚C, kolpik spot, dan ruam
Selain itu pada pasien ini juga didiagnosis diare akut tanpa dehidrasi dari
anamnesa dan pemeriksaan fisik. Dari hasil anamnesa didapatkan BAB cair
dengan ampas 4 kali dalam 1 hari. Dari pemeriksaan fisik didapatkan suara bising
usus yang meningkat dan nyeri abdomen daerah umbilikalis. Selain itu tidak
didapatkan hasil yang bermakna. Pada pemeriksaan ronsen thorak juga tidak
pasien ini. Pada pasien ini tidak belum dilakukan pemeriksaan IgM spesifik
campak karena ruam timbul dibawah 3 hari yang akan menghasilkan hasil negatif
palsu.
Terapi yang diberikan pada berupa tirah baring dan infus D5 ¼ NS selama
22
sachet/hari dan Zinc 1 tablet/hari ber fungsi untuk mengurangi diare pada pasien
ini. Symucil ¼ tab 3 kali/hari berfungsi sebagai mukolitik atau pengencer dahak.
pada pasien.
Prognosis pada pasien ini baik, karena pasien sudah memasuki fase
penyembuhan yang ditunjuan dari penurunan demam dan ruam kemerahan yang
berubah menjadi kehitaman. Selain itu pada pasien ini tidak didapatkan
komplikasi pneumonia.
23
Daftar Pustaka
Rubella di Indonesia
4. Gastanaduy P., dkk. 2021. Measles. Central for Disease Control And
Prevention. https://www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/meas.html
5. Kondamudi NP, Waymack JR. Measles. [Updated 2022 Aug 14]. In:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557716/
2021
24
10. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2020. Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18
tahun
25