DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2 :
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini tepat dengan waktunya.Tugas ini merupakan
kata pengantar untuk mata kuliah Metode Penelitian yang akan kami pelajari di jurusan Teknik.
Tema yang akan saya bahas adalah "Kerusakan Jalan". Jalan merupakan salah satu infrastruktur
yang sangat penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Namun, seringkali jalan mengalami
kerusakan yang dapat mengganggu kelancaran transportasi dan membahayakan pengguna jalan.
Dalam mata kuliah Metode Penelitian, kami akan mempelajari cara-cara melakukan penelitian
secara sistematis dan terstruktur untuk memahami lebih dalam tentang penyebab kerusakan jalan
serta mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Kami akan mempelajari berbagai teknik
dan metode penelitian, mulai dari pengumpulan data, analisis data, hingga pembuatan laporan
penelitian yang baik dan benar.Kami berharap dengan mempelajari mata kuliah ini, kami dapat
memiliki keterampilan yang baik dalam melakukan penelitian serta dapat memberikan kontribusi
yang positif dalam mengatasi masalah kerusakan jalan yang ada di masyarakat.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen BAIQ MALIKAH Hr, M.Pd dan
pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran mata kuliah ini. Semoga Allah SWT senantiasa
memberikan kemudahan dan keberkahan dalam setiap langkah perjuangan kita.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2
3.4 Kesimpulan....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Jalan Denggen, Lendang Belo, Kec. Selong Kab. Lotim merupakan jalan akses masyarakat
untuk berkegiatan dalam aktivitas sehari-hari. Jalan ini merupakan jalan yang sering digunakan
masyarakat karena merupakan salah satu jalan yang menghubungkan masyakarat dari desa ke
desa lain.
Faktor-faktor pengaruh penyebab kerusakan jalan yang paling sering dianggap menjadi masalah
bagi masyarakat diantaranya yaitu faktor curah hujan yang tinggi, faktor sistem drainase yang
kurang berfungsi dengan baik dan juga faktor persentase kendaraan berat yang melintas di suatu
ruas jalan. Disamping faktor-faktor tersebut mungkin masih banyak faktor-faktor pengaruh
lainnya. Akan tetapi, pada penulisan ini akan difokuskan kepada faktor-faktor pengaruh tersebut.
Faktor curah hujan yang tinggi termasuk ke dalam salah satu faktor pengaruh kerusakan
perkerasan lentur jalan raya. Curah hujan yang tinggi menyebabkan terjadinya banjir dan akibat
banjir tesebut maka perkerasan lentur jalan raya mengalami kerusakan yang cukup parah.
Sehingga kerusakan jalan tersebut sangat mengganggu kenyamanan dari sisi pengemudi
kendaraan bermotor. Bahkan tidak sedikit kecelakaan yang terjadi akibat kerusakan jalan
tersebut, baik akibat jalan yang berlubang ataupun hanya jalan yang bergelombang.mungkin
juga didukung oleh factor sistem drainase yang berfungsi dengan baik. Sebagaimana yang
diketahui bahwa fungsi dari saluran drainase adalah sarana untuk menampung air khususnya air
hujan sehingga air hujan tersebut. tidak mengumpul atau memusat di badan jalan. Jika air
10
tersebut tidak ditransfer dengan baik akibat sistem drainase yang tidak berfungs dengan baik,
maka dikhawatirkan air tersebut akan masuk ke dalam lapisan perkerasan aspal dan sedikit demi
sedikit akan merusak lapisan diatasnya. Disamping dua faktor tersebut, faktor persentase
kendaraan berat yang melintas di suatu ruas jalan juga menjadi salah satu factor yang cukup
berpengaruh terhadap kerusakan perkerasan lentur jalan raya. Sebagai contoh, tingkat kerusakan
perkerasan lentur yang cukup parah yang diduga akibat beban kendaraan berat yakni pada ruas-
ruas jalan medan belawan. Ruas tersebut sudah dilakukan pelapisan atau overlay untuk kesekian
kalinya. Akan tetapi, umur perkerasan aspal tidak pernah berlangsung lama. Kerusakan tersebut
diperkirakan akibat tonase dari kendaraan berat yang melebihi kapasitas struktural dari
perkerasan lentur jalan raya.
BAB II
PEMBAHASAN
Munandar dkk. (2015) melakukan penelitian tentang analisa kondisi kerusakan jalan pada
lapisan permukaan . Secara umum jalan dibangun sebagai prasarana untuk memudahkan
mobilitas dan aksesibilitas kegiatan sosial ekonomi dalam masyarakat. Keberadaan jalan raya
sangatlah diperlukan untuk menunjang laju pertumbuhan ekonomi, pertanian serta sektor
lainnya. Mengingat manfaatnya yang begitu penting maka dari itulah sektor pembangunan dan
pemeliharaan jalan menjadi prioritas untuk dapat diteliti dan dikembangkan dalam
perencanaan, pelaksanaan, serta pemeliharaannya Tujuan dari penelitian ini adalah
untukmengetahui jenis dan tingkat kerusakan pada permukaan jalan, danmemberikan
tindakan untuk perbaikan.
Udiana dkk. (2014) melakukan penelitian tentang analisa faktor penyebab kerusakan
jalan . jalan merupakan prasarana angkutan darat yang sangat penting dalammemperlancar
kegiatan hubungan ekonomi dan kegiatan sosial lainnya. Namun jika terjadi kerusakan
jalan akan berakibat bukan hanya terhalangnya kegiatan ekonomi dan sosial lainnya namun
dapat terjadi kecelakaan bagi pemakai jalan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
jenis-jenis kerusakan jalan, faktor penyebabnya serta solusi untuk mengatasi kerusakan
11
yang terjadi. Metode yang digunakan adalah penelitian lapangan dengan data primer berupa
hasil survey kerusakan jalan pada ruas jalan. Hasil survei jenis kerusakan jalan pada ruas jalan
adalah retak memanjang, retak melintang, retak kulit buaya, retak pinggir, retak berkelok-
kelok, retak blok, bergelombang, kegemukan, pengeluasan, lubang, tambalan, pelepasan
butiran, dan sungkur. Faktor-faktor penyebab kerusakan secara umum adalah peningkatan beban
volume lalu lintas, sistem drainase yang tidak baik, sifat material konstruksi perkerasan yang
kurang baik, iklim, kondisi tanah yang tidak stabil, perencanaan lapis perkerasan yang sangat
tipis, proses pelaksanaan pekerjaan yang kurang sesuai dengan spesifikasi.
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yangdiperuntukkan bagi lalu lintas
umum, yang berada pada permukaan tanah, diatas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah
atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel (menurut
UU No. 22 Tahun 2009). Jalan raya adalah jalur-jalur tanah di atas permukaan bumi yang
dibuat oleh manusia dengan bentuk, ukuran-ukuran dan jenis konstruksinya sehingga dapat
digunakan untuk menyalurkan lalu lintas, orang, hewan dan kendaraan yang mengangkut
barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan mudah dan cepat (Oglesby, 1999).
Klasifikasi jalan fungsional di Indonesia berdasarkan peraturan perundangan UU No 22
tahun 2009 adalah:
1. Jalan Arteri
Merupakan jalan yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh,
kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk (akses)dibatasi secara efisien.
Jalan arteri primer menghubungkan secara berdaya guna antarpusat kegiatan nasional
atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah. Sistem jaringan jalan
primer disusun berdasarkan rencana tata ruang dan pelayanan distribusi barang dan jasa
untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua
simpul jasa distribusi yang berwujud pusatpusat kegiatan.
Jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan
rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi seefisien dengan peranan pelayanan jasa
distribusi untuk masyarakat dalam kota. Didaerah perkotaan juga disebut sebagai jalan
protokol.
12
2. Jalan Kolektor
Merupakan jalan yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri
perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.
Jalan yang dikembangkan untuk melayani dan menghubungkan kota-kota antar pusat
kegiatan wilayah dan pusat kegiatan lokal dan atau kawasan-kawasan berskala kecil dan atau
pelabuhan pengumpan regional dan pelabuhan pengumpanlokal. b. Jalan kolektor sekunder Jalan
yang melayani angkutan pengumpulan atau pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang,
kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi, dengan peranan pelayanan jasa
distribusi untuk masyarakat di dalamkota.
Jalan yang melayani angkutan pengumpulan atau pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak
sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi, dengan peranan pelayanan
jasa distribusi untuk masyarakat di dalamkota.
3. Jalan Lokal
Merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat denganciri perjalanan
jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
Jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna pusat
kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan pusat
kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan pusat
kegiatan lingkungan, serta antarpusat kegiatan lingkungan.
4. Jalan Lingkungan
Merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri
perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah. Pengelompokan Jalan menurut kelas
Jalan berdasarkan Peraturan PemerintahUU No.22 Tahun 2009 kelas jalan dibagi kedalam
kelas I, II, III, dan Khusus berdasarkan kemampuan untuk dilalui oleh kendaraan dengan
dimensi dan Beban Gandar Maksimum Muatan Sumbu Terberat (MST) tertentu
13
sebagaimanadimaksud pada pada ketentuan di atas terdiri atas:
a. Jalan kelas I, yaitu Jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter,
ukuran panjang tidak melebihi 18.000 (delapan belas ribu)milimeter, ukuran paling
tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 10 (sepuluh)
ton.
b. Jalan kelas II, Jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui
Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus)
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 (dua belas ribu) milimeter, ukuran
paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 8
(delapan) ton.
c. Jalan kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui
Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak lebih melebihi 2.100 (dua ribu
seratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 (sembilan ribu) milimeter,
ukuran tinggi 3.500 (tiga ribu lima ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat
8 (delapan) ton.
d. Jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan
ukuran lebar melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang melebihi
18.000 (delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua
ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat lebih dari10 (sepuluh) ton.
Jenis Perkasaran
14
2. Lapisan Permukaan (Surface Course)
Lapisan permukaan adalah bagian perkerasan yang terletak pada bagian paling atas
dari struktur perkerasan lentur. Lapisan permukaan terdiri dari dua lapisan yakni:
Lapisan pondasi atas adalah bagian dari perkerasan terletak antara lapisanpermukaan dan
lapisan pondasi bawah. Adapun fungsi dari lapisan pondasi atas adalah : Sebagai bagian
perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan beban ke
lapisan dibawahnya.
Lapisan pondasi bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapisan pondasi atas dan
lapisan tanah dasar (sub grade). Adapun fungsi dari lapisan pondasi bawah adalah :
Sebagai bagian dari perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar.
Lapisan tanah dasar adalah merupakan tanah asli, tanah galian atau tanahtimbunan yang
merupakan dasar untuk perletakan bagian-bagian perkerasan jalan.Kekuatan dan keawetan
dari konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat dan daya dukung tanah dasar.
15
Umumnya persoalan tentang tanah dasar adalah:
a. Perubahan bentuk tetap (deformasi) permanen dari macam tanah tertentu akibatbeban
lalu lintas;
b. Sifat mengambang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan kadar air yang
terkandung di dalamnya
c. Daya dukung tanah dasar yang tidak merata dan sukar ditentukan secara pasti pada
daerah dan macam tanah yang berbeda sifat dan kedudukannya atau akibat
pelaksanaannya.
Kepadatan lapangan tidak boleh kurang dari 95% kepadatan kering maksimum dan 100%
kepadatan kering maksimum untuk 30 cm langsung dibawah lapis perkerasan.
Air Voids setelah pemadatan tidak boleh lebih dari 10% untuk timbunan tanah dasar dan
17
tidak boleh lebih dari 5% untuk lapisan 60cm paling atas.
Pemadatan dilakukan bila kadar air tanah berada dalam rentang kurang 3% sampai lebih
dari 1% dari kadar air optimum.
Konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement) adalah lapis perkerasan yang menggunakan
semen sebagai bahan ikat antar materialnya. Pelat beton denganata lapis pondasi bawah.
Beban lalu lintas dilimpahkan ke pelat beton, mengingat biaya yang lebih mahal dibanding
perkerasan lentur perkerasan kaku jarang digunakan, tetapi biasanya digunakan pada proyek-
proyek jalan layang, apron bandara, dan jalan-jalan tol.
Karena beton akan segerah mengeras setelah dicor, dan pembuatan beton tidak
dapat menerus, maka pada perkerasan ini terdapat sambungan-sambungan beton atau joint.
Pada perkerasan ini juga slab beton akan ikut memikul beban roda, sehingga kualitas beton
sangat menentukan kualitas pada rigid pavement.
Perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur dapat berupa perkerasan lentur
diatas perkerasan kaku. Perkerasan komposit merupakan gabungan konstruksi perkerasan
kaku (rigid pavement) dan lapisan perkerasan lentur (flexible pavement) di atasnya, dimana
kedua jenis perkerasan ini bekerja sama dalam memikul beban lalu lintas. Untuk ini maka perlu
ada persyaratan ketebalan perkerasan aspal agar mempunyai kekakuan yang cukup serta dapat
mencegah retak refleksi dari perkerasan beton di bawahnya.
18
Faktor Penyebab Kerusakan
Lalu lintas yang dapat berupa peningkatan beban dan repetisi beban.
Air yang dapat berasal dari air hujan sistem drainase jalan yang tidak baik dannaiknya air
akibat kapilaritas.
Material konstruksi perkerasan. Dalam hal ini dapat disebabkan oleh sifatmaterial itu
sendiri atau dapat pula disebabkan oleh sistem pengolahan bahan yang tidak baik.
Iklim Indonesia beriklim tropis dimana suhu udara dan curah hujan umumnya tinggi yang
dapat merupakan salah satu penyebab kerusakan jalan.
Kondisi tanah dasar yang tidak stabil. Kemungkinan disebabkan oleh system
pelaksanaan yang kurang baik atau dapat juga disebabkan oleh sifat tanah dasarnya
yang memang kurang bagus.
19
BAB III
METODELOGI
Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah dengan cara deskritif, yaitu
dengan memusatkan pada masalah yang ada pada saat sekarang dimana keadaan lalulintas di
tempat penelitian dapat diperoleh data yang akurat dan cermat. Analisis yang digunakan
adalah dengan mengumpulkan data berupa data primer dan data sekunder kemudian
disusun. Berkaitan dengan penelitian, kemudian data-data tersebut akan dilanjutkan dengan
proses analisis. Deskripsi berarti data yang dikumpulkan disusun kemudian dianalisis.
Lokasi penelitian Jalan Denggen, Lendang Belo, Kec. Selong Kab. Lotim. Penelitian ini
dilakukan pada hari sabtu pada tanggal 13 mei sampai pada hari minggu 14 mei 2023, 2 hari
berturut turut dari jam 16.00 sampai 17.30 WIB.
a. Jenis Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara mencari keterangan yang
bersifat primer maupun sekundur agar dapat digunakan sebagai bahan penelitian. Data
Primer adalah data yang langsung diperoleh dari tempat penelitian yaitu Jalan Selamat
Ketaren, Kenangan Baru kota medan dengan cara survei dan pengamatan langsung di
lapangan sehingga tidak mengalami perubahan selama pelaksanaan penelitian. Data
Sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara mengumpulkan data dari instansi yang
terkait. Akan tetapi, disini kelompok kami hanya memakai jenis data primer saja, kami tidak
meminta keterangan dari pihak manapun maupun masyarakat sekitar.
b. Alat Penelitian
Meteran berfungsi untuk mengukur panjang, lebar, dan kedalam kerusakan pada ruas
jalan yang kan diidentifikasi;
Alat tulis seperti, pulpen, dan kertas berfungsi untuk mencatat data yang dihasilkan
pada penelitian ini;
Kamera berfungsi sebagai alat dokumentasi pada proses tahapan penelitian;
20
c. Mengamati keadaan sekitar ruas jalan yang akan diidentifikasi;
d. Mealukan pengukuran kerusakan ruas jalan yang sudah dipilih tersebut. Adapun yang
diuukur yaitu panjang ruas kerusakan jalan, lebar kerusakan ruas jalan, dan kedalaman ruas
kerusakan jalan tersebut;
e. Mencatat data berupa lebar, panjang, dan kedalaman yang telah diuukur;
3.3 HASIL
Dari tahapan penelitian yang sudah kami lakukan maka hasil yang kami dapatkan yaitu:
21
Berikut beberapa pendapat para ahli penyebab kerusakan kerusakan pada kontruksi
perserakan jalan, di antaranya:
a. Lalu lintas yang dapat berupa peningkatan beban dan repetisi beban.
b. Air yang dapat berasal dari air hujan sistem drainase jalan yang tidak baik dan naiknya air
akibat kapilaritas.
c. Material konstruksi perkerasan. Dalam hal ini dapat disebabkan oleh sifat material itu sendiri
atau dapat pula disebabkan oleh sistem pengolahan bahan yang tidak baik.
d. Iklim Indonesia beriklim tropis dimana suhu udara dan curah hujan umumnya tinggi yang
dapat merupakan salah satu penyebab kerusakan jalan.
e. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil. Kemungkinan disebabkan oleh system pelaksanaan yang
kurang baik atau dapat juga disebabkan oleh sifat tanah dasarnya yang memang kurang bagus.
f. Proses pemadatan lapisan di atas tanah dasar yang kurang baik umumnya kerusakan-kerusakan
yang timbul itu tidak disebabkan oleh satu factor saja, tetapi dapat merupakan gabungan
penyebab yang saling berkaitan. Umumnya kerusakan-kerusakan yang timbul itu tidak
22
disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi dapat merupakan gabungan dari penyebab yang saling
berhubungan.
B. Wibowo (2001) mengatakan bahwa pada dasarnya setiap struktur perkerasan jalan akan
mengalami proses pengrusakan secara progresif sejak jalan pertama kali dibuka untuk lalu lintas.
Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan suatu metode untuk menentukan kondisi jalan agar
dapat disusun program pemeliharaan jalan yang akan dilakukan. Secara garis besar kerusakan
jalan dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu kerusakan struktural, mencakup kegagalan
perkerasan atau kerusakan dari satu atau lebih komponen struktur perkerasan yang
mengakibatkan perkerasan tidak dapat lagi menanggung beban lalu lintas dan kerusakan
fungsional yang mengakibatkan keamanan dan kenyamanan pengguna jalan menjadi terganggu
sehingga Biaya Operasi Kendaraan (BOK) semakin meningkat.
C. Kinerja perkerasan jalan (Pavement Performance) meliputi 3 hal (Alik Ansyori Alamsyah,
2001) yaitu:
a. Keamanan, ditentukan besarnya gesekan akibat kontak antara ban dan permukaan jalan.
Besarnya gaya gesek yang terjadi dipengaruhi oleh bentuk dan kondisi ban, tekstur permukaan
jalan, kondisi cuaca dan lain lain.
b. Wujud perkerasan (structural perkerasan), sehubungan dengan kondisi fisik dari jalan tersebut
seperti adanya retak retak, amblas, alur, gelombang,
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan pada Jalan Denggen, Lendang Belo, Kec. Selong
Kab. Lotim. Aspal pada jalan yang sering cepat rusak bisa disebabkan oleh beberapa faktor
seperti:
Genangan air yang mengalir pada jalan akan menyebabkan terjadinya penyisihan atau
dan terjadinya retakan pada aspal karena pada dasarnya aspal tidak tahan akan aliran air
yang terus mengalir pada jalan.
Dataran juga akan menjadi paktor penyebabnya kerusakan pada aspal,dataran aspal
terlalu rendah dari dataran sawah maka aliran air akan menuju ke jalan,karna pada
dasarnya air akan mengalir ke dataran rendah.
Kendaraan bermuatan juga bisa menjadi salah satu paktor terjafinya kerusakan pada
aspal,karna kendaraan bermuatan seperti truk dan bus bisa saja akan menimbulkan
keretakan pada aspal yg tidak sesuai dengan kapsitasnya.
Kadar aspal tidak sesuai Job Mix Formula (JMF), yaitu komposisi material penyusun
agregat aspal yang dibuat di laboratorium sebelum pelaksanaan di lapangan mulai.
Misalnya jika dalam JMF menyebutkan kadar aspal yang harus dipakai minimal 6,2
23
persen, maka kadar aspal yang digunakan di lapangan harus 6,2 persen juga.
Suhu penghamparan aspal di lapangan tidak sesuai spesifikasi, biasanya terjadi karena
jarak AMP (Asphalt Mixing Plant) dengan lokasi pengaspalan terlalu jauh. Suhu aspal
yang normal pada saat dituangkan di asphalt finisher adalah 135-150 derajat Celcius.
LPA dan LPB belum keras tetap dipaksakan dilakukan pengaspalan. LPA adalah lapis
pondasi atas yang terletak tepat di bawah agregat aspal, sedangkan LPB adalah lapis
pondasi bawah yang terletak di bawah LPA dan di atas tanah dasar. Seringkali dalam
pelaksanaan di lapangan lebih mengutamakan percepatan tanpa memperhatikan kualitas
pekerjaan.
Agregat aspal di atas tanah timbunan yang belum padat.
Jumlah passing pemadatan kurang.
Komposisi abu batu yang berpengaruh pada kualitas kerekatan.
Kurangnya pemadatan menggunakan alat berat. Pemadatan aspal biasa menggunakan dua
alat yaitu, tandem roller dan PTR (Pneumatic Tire Roller).
Lubang–lubang tersebut diperbaiki dengan cara dibongkar dan dilapis kembali. Perbaikan
yang bersifat permanen disebut juga deep patch (tambalan dalam), yang dilakukan sebagai
berikut :
24
3.4 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah kami lakukan maka dapat di simpulkan sebagai
berikut:
1. Jenis-jenis kerusakan jalan yang terjadi pada ruas Jalan Denggen, Lendang Belo, Kec.
Selong Kab.lotim Pada dasarnya di karenakan air sawah dan air hujan mengalir ke jalan
dalam waktu yg panjang yang mengakibatkan aspal terkikis
2. Jalan yang berturunan mengakibatkan air akan mengalir mengikuti dataran rendah
3. Dan jalan yang rusak bisa di perbaiki salah satunya dengan membuat aliran
Pada dasarnya kerusakan jalan berawal dari struktur yang di pakai dan prduksi perkerasan jalan
yang tepat sasaran, dan kerusakan jalan di karenakan aktivitas jalan setiap hari dalam kehidupan
manusia yang berarti kendaraan yang bersipat muatan dan maupun kendaraan roda dua.
Dan penyebab yang saling berkaitan, Umumnya kerusakan-kerusakan yang timbul itu tidak
disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi dapat merupakan gabungan dari penyebab yang saling
berhubungan.dan bahwa pada dasarnya setiap struktur perkerasan jalan akan mengalami proses
pengrusakan secara progresif sejak jalan pertama kali dibuka untuk lalu lintas. Untuk mengatasi
hal tersebut, diperlukan suatu metode untuk menentukan kondisi jalan agar dapat disusun
program pemeliharaan jalan yang akan dilakukan. Secara garis besar kerusakan jalan dapat
dibedakan menjadi dua bagian, yaitu kerusakan struktural, mencakup kegagalan perkerasan atau
kerusakan dari satu atau lebih komponen struktur perkerasan yang mengakibatkan perkerasan
tidak dapat lagi menanggung beban lalu lintas dan kerusakan fungsional yang mengakibatkan
keamanan dan kenyamanan pengguna jalan menjadi terganggu sehingga Biaya Operasi
Kendaraan semakin meningkat. Disamping factor-faktor tersebut, faktor persentase kendaraan
berat yang melintas di suatu ruas jalan juga menjadi salah satu factor yang cukup berpengaruh
terhadap kerusakan perkerasan lentur jalan raya. Sebagai contoh, tingkat kerusakan perkerasan
lentur yang cukup parah yang diduga akibat beban kendaraan berat yakni pada ruas-ruas jalan
medan belawan. Ruas tersebut sudah dilakukan pelapisan atau overlay untuk kesekian kalinya.
Akan tetapi, umur perkerasan aspal tidak pernah berlangsung lama. Kerusakan tersebut
diperkirakan akibat tonase dari kendaraan berat yang melebihi kapasitas struktural dari
perkerasan lentur jalan raya.
25
DAFTAR PUSTAKA
Haas, R., Hudson, W., Zaniewski, J., & Tighe, S. (2012). Pavement Maintenance Management
for Roads and Streets. Springer Science & Business Media.
NCHRP Report 663. (2010). Guide for Mechanistic-Empirical Design of New and Rehabilitated
Pavement Structures. Transportation Research Board.
Rao, R., & Haas, R. (2012). Mechanistic-Empirical Pavement Design Guide: A Manual of
Practice (2nd Ed.). Transportation Research Board.
Shahin, M. Y., Ozer, H., & Ahmed, A. M. (Eds.). (2017). Road Asset Management: A Strategic
Framework. CRC Press.
Tighe, S., & Ferreira, A. (Eds.). (2017). Pavement Asset Management. CRC Press.
Transportation Research Board. (2011). The Asphalt Handbook (7th Ed.). National Asphalt
Pavement Association.
Wang, Y., & Huang, Y. H. (2018). Design and Rehabilitation of Pavements. CRC Press.
Yoder, E. J., & Witczak, M. W. (2015). Principles of Pavement Design (2nd Ed.). John Wiley &
Sons.
26