Modul Desain Pelatihan Kelompok 1
Modul Desain Pelatihan Kelompok 1
CAPACITY BUILDING
Dosen Pengampu :
Iqbal Hawabi M.Psi
Disusun oleh :
Nur Ikhsan Mahmudi Sarif (200401110076)
Haris Maulana Yusuf (200401110037)
M Wildan Rafif Ahnaf (200401110153)
M. Faiq Fauzan (200401110173)
Ahmad Afskar Nala Apriyadi (200401110129)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG
TAHUN 2023
DAFTAR ISI
MODUL I LEADERSHIP ......................................................................................
A. PENDAHHULUAN.....................................................................................
B. GAYA KEPEMIMPINAN..........................................................................
C. FUNGSI KEPEMIMPINAN ......................................................................
D. TEORI KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI ..............................
E. PENDEKATAN DALAM KEPEMIMPINAN .........................................
F. LIMA TINGKATAN KEPEMIMPINAN.................................................
G. PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN ..................................................
H. MODEL KEPEMIMPINAN
I. MODEL PELATIHAN ...............................................................................
MODUL II MANAJEMEN ORGANISASI..........................................................
A. KEORGANISASIAN ..................................................................................
B. PERENCANAAN ........................................................................................
MODUL III TEKNIK PERSIDANGAN...............................................................
A. PENDAHULUAN ........................................................................................
B. KETENTUAN UMUM PERSIDANGAN .................................................
C. BAGIAN-BAGIAN PERSIDANGAN .......................................................
D. ISTILAH-ISTILAH DALAM PERSIDANGAN ......................................
E. KETENTUAN KETUKAN PALU SIDANG ............................................
MODUL IV OPTIMALISASI PROGRAM KERJA ...........................................
A. PENGERTIAN ............................................................................................
B. ELEMEN OPTIMALISASI .......................................................................
C. ASPEK OPTIMALISASI ...........................................................................
D. ALASAN DIBENTUK PROGRAM KERJA............................................
E. KLASIFIKASI.............................................................................................
F. ASPEK PROGRAM KERJA .....................................................................
G. MANFAAT OPTIMALISASI ....................................................................
MODUL V POTENSI MINAT DAN BAKAT......................................................
A. PERAN POTENSI MINAT BAKAT.........................................................
B. IDENTIFIKASI DAN EKSPLORASI.......................................................
C. PENERAPAN POTENSI............................................................................
D. PERAN DUKUNGAN DAN KOLABORASI ...........................................
E. STUDI KASUS ............................................................................................
F. EVALUASI DAN TINDAK LANJUT.......................................................
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................
Modul 1 : LEADERSHIP (Sub Tema)
Tujuan :
a. Peserta memahami pentingnya mengembangkan dan mengoptimalkan karatker
leadership
b. Peserta mengetahui gaya gaya kepemimpinan.
c. Peserta memahami level level tingaktan kepemimpinan yang ideal
Prosedur :
Tahap 1 : Trainer memperkenalkan konsep capacity building dan mengapa karakter
leadership itu penting
Tahap 2 :
Sesi awal Trainer menyampaikan materi tentang kepemimpinan
(durasi 20 menit).
Sesi kedua Trainer membagikan masalah dan hamabtan yang
tercantum dalam pengembangan kepemimpinan (durasi 20 menit).
Sesi terakhir Trainer memfasilitasi diskusi untuk peserta
memututskan memilih model choacing leadership untuk
mengembangkan potensi kepemimpinan mereka (durasi 50 menit).
Tahap 3 : Trainer memberikan kesempatan bagi peserta untuk mempraketkan
pengetahuan tentang pengembangan karakter kepemimpinan mereka dan memberikan
umpan balik konstruktif.
1. Pendahuluan
Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin yaitu induvidu yang memimpin dan
kepimimpinan merupakan sifat atau karakter yang harus dimiliki oleh pemimpin. Maka
dari itu kepemimpinan merupakan kemempuan untuk mempengaruhi manusia untuk
melaksanakan atau melarang sesuatu.
Terdapat beberapa tokoh mencoba untuk mendifinisikan kepemimpinan, Menurut
Miftah Thoha kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain,
atau seni mempengaruhi perilaku manusia, baik perseorangan maupun kelompok,
Harold Kontz mendeinisikan kepemimpinan sebagai pengaruh, seni atau proses
mempengaruhi orang sehingga mereka akan berusaha mencapai tujuan kelompok
dengan kemauan dan antusias. Nanus berpendapat “leadership role in policy formation
has a solid foundation in practice and is safely short of usuring a governing broad’s
prerogrative in establishing policy”. Dari beberapa paparan definisi tersebut maka dapat
disimpulkan bahwasanya kepimimpinan merupakan upaya untuk mempengaruhi orang
lain dengan memberikan dorongan dan bimbingan dalam bekerjasama untuk menggapai
tujuan yang telah disepakati Bersama.
Keberadaan pemimpin merupakan suatu hal yang penting dalam menentukan
tujuan-tujuan, pemberi motivasi, dan melakukan ragam tindakan ke bawahannya.
Sehingga kehadiran pemimpin itu akan selalu menjadikan dirinya sebagai orang yang
memimpin, pemimpin yang tidak diangkat dengan surat keputusan atau diangkat oleh
kelompok non formal biasa disebut dengan pemimpin non formal.
Kepemimpinan tidak dapat dijelaskan hanya dalam hal perilaku, melainkan
kepemimpinan melibatkan hubungan kolaboratif yang mengarah pada tindakan kolektif
yang didasarkan pada nilai-nilai bersama dari orang-orang yang bekerja sama untuk
menghasilkan perubahan positif.
2. Gaya Kepemimpinan
Dari penelitian yang dilakukan Fiedler yang dikutip oleh Prasetyo (2006)
ditemukan bahwa “kinerja kepemimpinan sangat bergantung pada organisasi maupun
gaya kepemimpinan”. Pemimpin bisa efektif dan tidak efektif dalam situasi tertentu.
Untuk meningkatkan efektivitas organisasi, dibutuhkan kemauan untuk belajar
bagaimana melatih pemimpin secara efektif, namun juga menciptakan lingkungan
organisasi yang pemimpinnya mampu melaksanakan tugasnya sebaik mungkin.
Terdapat 3 gaya kepemimpinan yang telah disampaikan oleh Lewin menurut
University of Iowa Studies yang dikutip Robbins 34 dan Coulter (2002), yaitu
A. Gaya Kepemimpinan Autokratis
Gaya ini menjadikan pemimpin dapat mengontrol pada setiap aspek pelakasaan
kegiatan yang mana ia akan memberitahu target utama dan target minor yang perlu
dikejar dan cara untuk mencapai target tersebut, jadi gaya kepemimpinan ini adalah
Gaya pemimpin yang mendasarkan keputusan dan kebijakan dari dirinya secara penuh.
Kelebihan: Semua kebijakan ditentukan oleh pemimpin, Cara dan langkah
pelaksanaan kegiatan diperintah oleh pimpinan setiap waktu yang membuat langkah
kedepannya tidak menentu untuk tingkatan yang lebih tinggi, Pemimpin biasanya
membagi tugas kerja bagian dan kerjasama setiap anggota.
Kelemahan : Pemimpin kurang memperhatikan kebutuhan bawahan, Komunikasi
hanya satu arah yaitu ke bawah saja, Pemimpin menjadi pihak yang dipuji dan dikecam
terhadap pekerjaan yang dilakukan anggotanya, Pemimpin tidak terlibat dalam
partisipasi kelompok aktif kecuali bila menunjukkan kemampuannya.
B. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya pemimpin yang memberikan kewenangan secara luas adil dan luas
merupakan gaya kepemimpinan demokratis atau partisipatif. Gaya ini menuntun
pemimpin untuk melibatkan anggota sebagai tim yang utuh dalam menyelesaikan
perkara yang dihadapi. Pemimpin memberikan segala informasi terkait tugas, pekerjaan
dan tanggung jawab anggotanya.
Menurut Robbins dan Coulter (2002) “gaya kepemimpinan demokratis
mendeskripsikan pemimpin yang cenderung mengikutsertakan karyawan dalam
pengambilan keputusan, mendelegasikan kekuasaan, mendorong partisipasi karyawan
dalam menentukan bagaimana metode kerja dan tujuan yang ingin dicapai, dan
memandang umpan balik sebagai suatu kesempatan untuk melatih karyawan”
Kelebihan : Lebih memperhatikan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi.
Setiap kebijakan diberikan pada kelompok diskusi dan pemimpin membantu
pengambilan keputusan. Kelompok membahas tentang kegiatan yang akan dilakukan,
mempersiapkan tujuan, dan bila perlu pemimpin memberikan saran terkait petunjuk
teknis pelaksanaan dengan langkah-langkah alternatif yang bisa dipilih. Anggota
kelompok bebas bekerja dengan tim pilihan mereka dan pembagian tugas ditetapkan
kelompok. Menekankan dua hal yaitu bawahan dan tugas. Pemimpin menjadi anggota
kelompok biasa yang tidak perlu melaksanakan banyak tugas, serta ia merupakan
obyektif atau fact-minded dalam pujian dan kecamannya.
Kekurangan : Gaya kepemimpinan Laissez-faire (kendali bebas) merujuk pada
pemimpin yang hanya ikut serta dalam jumlah kecil dimana anggotalah yang berperan
aktif dalam menetapkan tujuan dan cara menyelesaikan masalah yang timbul. Gaya
kepemimpinan demokratis kendali bebas ini merupakan model yang dinamis yang mana
seorang pimpinan hanya memberitahu target utama yang ingin dikejar oleh kelompok.
Setiap bidang kelompok dipercayai untuk menetapkan target minor, cara pencapaian
target dan cara penyelesaian perkara masing-masing. Oleh karenanya, pimpinan hanya
sebagai pengawas saja
C. Gaya Kepemimpinan” Laissez-Faire (Kendali Bebas)
Gaya kepemimpinan kendali bebas mendeskripsikan pemimpin yang secara
keseluruhan memberikan karyawannya atau kelompok kebebasan dalam pembuatan
keputusan dan menyelesaikan pekerjaan menurut cara yang menurut karyawannya
paling sesuai. Di sisi lain, kepemimpinan kendali bebas sangat sesuai dengan anggota
yang berkompetensi dan berkomitmen tinggi. Tetapi pada era ini, sebagian besar para
ahli memberikan gaya kepemimpinan yang mampu mengembangkan produktivitas kerja
anggota, berawal dari teori sifat sampai teori situasional.
Kelebihan Anggota kelompok secara bebas mengambil keputusan dengan
keterlibatan minimal dari pimpinan. Bahan yang disediakan oleh pemimpin membuat
anggota selalu siap bila dia akan memberikan informasi saat menjawab pertanyaan.
Anggota kelompok membuat keputusan yang sesuai dengan pencapaian tujuan.
Kelemahan : Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam penentuan
tugas. Kritikan yang secara impulsif diberikan kepada anggota kelompok atau
pertanyaan yang tidak bermaksud mengatur suatu peristiwa. Pemimpin membiarkan
bawahannya untuk mengatur dirinya sendiri. Pemimpin hanya menentukan
kebijaksanaan dan tujuan umum.
3. Fungsi kepemimpinan
Fungsi kepemimpinan menurut Hadari Nawawi “memiliki dua dimensi yaitu:
a. Dimensi yang berhubungan dengan tingkat kemampuan mengarahkan dalam tindakan
atau aktivitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinnya.
b. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan atau keterlibatan orang-orang yang
dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok atau organisasi, yang
dijabarkan dan dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan dan kebijakan pemimpin”
Sehubungan dengan kedua dimensi tersebut, menurut Hadari Nawawi, secara
operasional dapat dibedakan “lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu:
a. Fungsi Instruktif Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa (isi
perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah), bilamana (waktu memulai,
melaksanakan dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan perintah)
agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Sehingga fungsi orang yang dipimpin
hanyalah melaksanakan perintah.
b. Fungsi Konsultatif Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif sebagai komunikasi
dua arah. Hal tersebut digunakan manakala pemimpin dalam usaha menetapkan
keputusan yang memerlukan bahan pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang-orang
yang dipimpinnya.
c. Fungsi Partisipasi Dalam menjalankan fungsi partisipasi pemimpin berusaha
mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam pengambilan keputusan
maupun dalam melaksanakannya. Setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan
yang sama untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari
tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisi masing-masing.
d. Fungsi Delegasi Dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin memberikan
pelimpahan wewenang membuat atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi
sebenarnya adalah kepercayaan seorang pemimpin kepada orang yang diberi
kepercayaan untuk pelimpahan wewenang dengan melaksanakannya secara
bertanggungjawab. Fungsi pendelegasian ini, harus diwujudkan karena kemajuan dan
perkembangan kelompok tidak mungkin diwujudkan oleh seorang pemimpin seorang
diri.
e. Fungsi Pengendalian Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif
harus mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang
efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Dalam
melaksanakan fungsi pengendalian, pemimpin dapat mewujudkan melalui kegiatan
bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan”.
Tujuan :
d. Peserta memahami esensi organisasi
e. Peserta mengetahui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, dan
evaluasi dalam suatu organisasi
f. Peserta memiliki langkah-langkah konkrit untuk menghadapi dinamika berorganisasi
dan bisa memahami bagaimana proses pengelolaan organisasi.
Prosedur :
Tahap 1 : Trainer memperkenalkan konsep capacity building dan mengapa manajemen
organsisasi itu penting
Tahap 2 : Trainer menyampaikan materi terkait keorganisasian
Sesi awal Trainer menyampaikan materi tentang macam-macam organisasi dan
sistem yang dipakai didalamnya, sesuai tugas dan topoksinya dalam struktural
secara keseluruhan (durasi 20 menit).
Sesi kedua Trainer membagikan contoh permasalahan yang ada dalam
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian dalam
organisasi (durasi 20 menit).
Sesi terakhir Trainer memfasilitasi diskusi, tanya jawab, dan simulasi mulai dari
tahap perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian dalam
organisasi dengan diberikan beberapa kasus yang harus dipecahkan (durasi 50
menit).
Tahap 3 : Trainer memberikan kesempatan bagi peserta untuk mempresentasikan apa yang
telah dilakukan di tahap simulasi tadi, mulai dari penilaian antar individu, pandangan, ide-ide
yang disampaikan, solusi yang muncul dari hasil diskusi, dan evalusasi yang dilakukan baik
oleh trainer maupun peserta pelatihan
1. Keorganisasian
Secara sederhana organisasi dapat diberi pengertian sebagai suatu system yang saling
berpengaruh antar orang dalam kelompok yang bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama.
Lengkapnya dapat dinyatakan sebagai suatu kesatuan sosial dari sekelompok manusia yang
saling berinteraksi menurut pola tertentu, sehingga setiap anggotanya memiliki fungsi dan tugas
masing-masing, utamanya lagi kesatuan tersebut mampunyai batas-batas yang jelas sehingga
Dari kaca mata manajemen ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan :
Pertama, Aspek Sumber Daya Manusia merupakan aset penting yang dimiliki
oleh suatu organisasi, sehingga sisi manajerial merupakan konsekuensi lebih jauh
dalam mencapai efektifitas organisasi.
Kedua, Aspek legal formal, kebijakan dan prosedur yang harus ditempuh dalam
mencapai tujuan institusional.
Ketiga, Kultur; tata nilai yang melatarbelakangi perilaku manajerial sesuatu institusi
dalam mencapai tujuannya yang dilingkungan perusahaan dikenal dengan istilah
Corporate Culture.
Persoalannya kemudian adalah sejauh mana sistem yang ada diorganisasi kita mampu
menciptakan suasana kondusif bagi perkembangan potensi prospektif organisasi.
Modul 3 : TEKNIK PERSIDANGAN (Sub Tema)
Tujuan :
a. Peserta memahami pentingnya pemahaman dan praktik akan menjalankan teknik
persidangan dalam kepribadian mengenai konteks capacity building.
b. Peserta mampu mengaktualisasikan pemahaman untuk menjadi petugas pengatur dalam
forum nanti nya saat rapat kerja
c. Peserta memiliki langkah-langkah dalam alur dan teknik menjadi petugas pimpinan
sidang.
Prosedur :
Tahap 1 : Trainer memperkenalkan konsep capacity building dan mengapa pemahaman
teknik persidangan dalam diri pribadi penting dalam menjalankan suatu forum rapat
kerja / musema nanti nya.
Tahap 2 :
Sesi awal Trainer menyampaikan materi tentang pentingnya
mengenal dan memahami teknik persidangan bagi diri pribadi (durasi
20 menit).
Sesi kedua Trainer membagikan contoh dan praktek menjalankan
persidangan yang relevan untuk memperkuat pemahaman peserta (durasi
20 menit).
Sesi terakhir Trainer memfasilitasi diskusi dan aktivitas kelompok
untuk peserta untuk menjadi petugas persidangan sebagai tolak ukur
akan
pemahaman yang didapatkan dirinya (durasi 50 menit).
1. Pendahuluan
Teknik persidangan mahasiswa adalah serangkaian metode dan prosedur yang
digunakan dalam mengorganisir dan melaksanakan persidangan di lingkungan mahasiswa.
Tujuan dari teknik persidangan mahasiswa adalah untuk memfasilitasi diskusi terbuka,
pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah di dalam organisasi mahasiswa.
Berikut adalah beberapa alur dalam teknik yang umum digunakan dalam persidangan
mahasiswa:
a. Pendahuluan:
Pengantar mengenai tujuan persidangan dan aturan yang berlaku.
Penjelasan mengenai struktur persidangan dan peran masing-masing peserta.
b. Pengaturan Sidang:
Penentuan agenda persidangan.
Penentuan waktu, tempat, dan sarana yang dibutuhkan.
Penugasan moderator atau pemimpin siding.
c. Pembukaan Persidangan:
Sambutan pembukaan oleh moderator atau pemimpin siding.
Pembacaan agenda persidangan.
Penetapan kuorum (jumlah minimal peserta yang harus hadir untuk memulai
persidangan.
d. Pemaparan Materi:
Presentasi oleh anggota organisasi yang memiliki laporan, informasi, atau proposal yang perlu
dibahas.
Penjelasan mengenai topik-topik yang akan dibahas.
Selain teknik-teknik di atas, penting juga untuk menjaga etika komunikasi yang baik,
memberikan kesempatan yang adil kepada semua peserta untuk berbicara, dan
menghormati pendapat serta perbedaan sudut pandang. Teknik persidangan mahasiswa
dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan aturan organisasi yang bersangkutan untuk
memastikan efektivitas dan keberlanjutan dari proses persidangan.
2. Ketentuan umum persidangan
Berikut adalah beberapa ketentuan umum yang sering diterapkan dalam persidangan:
a. Kuorum: Persidangan hanya dapat dimulai jika jumlah peserta yang hadir memenuhi
kuorum, yaitu jumlah minimum peserta yang diperlukan untuk mengambil keputusan
yang sah. Kuorum biasanya ditentukan dalam peraturan organisasi.
b. Agenda Persidangan: Sebuah agenda persidangan harus disusun sebelumnya dan
diumumkan kepada semua peserta. Agenda tersebut berisi daftar topik atau masalah yang
akan dibahas selama persidangan.
c. Moderator atau Pemimpin Sidang: Persidangan biasanya dipimpin oleh seorang
moderator atau pemimpin sidang yang bertanggung jawab untuk memastikan jalannya
persidangan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Moderator memfasilitasi diskusi,
memberikan kata pengantar, mengarahkan proses pengambilan keputusan, dan menjaga
disiplin selama persidangan.
d. Tindakan Terhormat: Selama persidangan, para peserta diharapkan untuk saling
menghormati dan menjaga etika komunikasi yang baik. Hal ini termasuk berbicara
secara sopan, mendengarkan dengan seksama, dan menghormati pendapat serta
perbedaan sudut pandang dari peserta lain.
e. Urutan Berbicara: Biasanya, peserta persidangan diizinkan untuk berbicara berdasarkan
urutan yang ditentukan. Misalnya, peserta dapat mengajukan pertanyaan, memberikan
pendapat, atau menyampaikan argumen sesuai dengan agenda persidangan atau aturan
yang ditetapkan. Moderator atau pemimpin sidang bertugas untuk memastikan bahwa
setiap peserta mendapatkan kesempatan yang adil untuk berbicara.
f. Waktu Berbicara: Dalam persidangan, terdapat batasan waktu untuk setiap peserta yang
berbicara. Hal ini bertujuan untuk memastikan kesetaraan kesempatan berbicara dan
efisiensi jalannya persidangan. Batasan waktu dapat ditetapkan sebelumnya dan diatur
oleh moderator atau pemimpin siding.
g. Pemungutan Suara: Jika diperlukan, pemungutan suara dapat dilakukan untuk
mengambil keputusan. Prosedur pemungutan suara, seperti apakah keputusan diambil
berdasarkan mayoritas suara atau konsensus, harus dijelaskan sebelumnya dan diikuti
dengan ketat.
h. Notulensi atau Laporan: Setelah persidangan selesai, disarankan untuk menyusun
notulensi atau laporan yang mencatat rangkuman hasil persidangan, keputusan yang
diambil, dan langkah-langkah selanjutnya. Notulensi atau laporan ini penting untuk
dokumentasi dan referensi di masa mendatang.
Penting untuk mengacu pada peraturan organisasi atau peraturan persidangan
yang berlaku dalam konteks spesifik organisasi mahasiswa yang Anda ikuti. Ketentuan-
ketentuan tersebut dapat bervariasi tergantung pada aturan dan kebutuhan organisasi
yang bersangkutan.
3. Bagian yang terdapat dalam persidangan
Pimpinan sidang dalam sebuah persidangan biasanya terdiri dari beberapa peran
yang memiliki tanggung jawab yang berbeda. Berikut adalah peran-peran yang
umumnya ada dalam pimpinan sidang:
a. Pimpinan Sidang: Moderator atau pemimpin sidang adalah orang yang memimpin
jalannya persidangan. Tugas utamanya adalah memastikan persidangan berjalan sesuai
dengan aturan dan prosedur yang ditetapkan. Dan memfasilitasi alur diskusi,
memberikan kata pengantar, mengarahkan proses pengambilan keputusan, dan menjaga
disiplin selama persidangan.
b. Wakil Pimpinan Sidang: Membantu Ketua dalam menjalankan tugas dan wewenangnya
serta menggantikan Ketua apabila di anggap perlu untuk digantikan.
c. Sekretaris Sidang: Sekretaris sidang bertanggung jawab untuk mencatat dan menyimpan
catatan atau notulensi persidangan. Tugasnya meliputi mencatat keputusan yang diambil,
rangkuman diskusi, dan mencatat pertanyaan atau masalah yang muncul selama
persidangan. Sekretaris sidang juga dapat bertanggung jawab untuk menyusun laporan
persidangan setelahnya.
d. Peserta Peninjau: Memiliki hak berbicara saja dalam forum persidangan
e. Peserta Penuh: Memiliki hak suara dan berbicara dalam forum persidangan
Perlu diingat bahwa dalam setiap organisasi atau konteks persidangan, peran dan
tanggung jawab dapat bervariasi. Terkadang, beberapa peran tersebut dapat digabungkan
menjadi satu peran atau ada tambahan peran lain yang sesuai dengan kebutuhan
organisasi. Oleh karena itu, penting untuk mengacu pada peraturan dan struktur
organisasi yang berlaku dalam menentukan peran pimpinan sidang.
4. istilah-istilah dalam persidangan
Istilah dan Tata Urut dalam persidangan meliputi:
a. Interupsi Memotong jalannya persidangan.
b. Previlage Izin untuk meninggalkan forum saat berjalannya persidangan.
c. Informasi Memberikan sebuah informasi tentang kejadian urgent yang terjadi selama
proses persidangan, serta menginformasikan hal-hal yang urgent dalam pengambilan
keputusan.
d. Order Permintaan fasilitas terhadap Pimpinan Sidang atau pergantian pimpinan sidang.
e. Question Pertanyaan tentang hal-hal, misal jika dirasa ada ketidaksesuaian redaksi
maupun pertanyaan lain yang tidak menyimpang dari pembahasan selama jalannya
persidangan.
f. Opsi Usulan yang diajukan oleh peserta sidang.
g. Rasionalisasi Alasan mengajukan opsi bagi peserta pengaju opsi.
h. Justifikasi Penguatan Opsi yang dilakukan oleh selain pengaju opsi.
i. Afirmasi Penguatan opsi yang dilakukan oleh pengaju opsi desertai dengan alasan.
j. Lobbying Proses penyamaan pendapat yang dilakukan oleh beberapa pihak pengaju opsi
yang telah mendapat justifikasi dan telah melakukan afirmasi.
k. Voting Pemungutan suara oleh seluruh peserta sidang, setelah proses lobbying ketika
tidak mendapatkan titik temu.
l. Klarifikasi Menjelaskan kembali maksud dan tujuan sebuah pertanyaan, agar tidak
terjadi kesalah pahaman. Klarifikasi berlaku juga untuk mencabut sebuah opsi, jika di
butuhkan.
m. Peninjauan Kembali Penelaahan ulang point-point yang telah disahkan mulai dari awal
hingga akhir.
n. Pending Mengentikan jaannya persidangan dan peserta bisa meninggakan persidangan.
o. Skorsing Mengentikan jaannya persidangan dan peserta tidak bisa meninggakan
persidangan.
Tujuan :
a. Peserta memahami pentingnya mengembangkan dan mengoptimalkan program kerja
dalam konteks capacity building.
b. Peserta mampu mengidentifikasi dan mengklasifikasi program kerja.
c. Peserta memiliki langkah-langkah konkrit untuk mengembangkan program kerja yang
baik.
Prosedur :
Tahap 1 : Trainer memperkenalkan konsep capacity building dan mengapa optimalisasi
program kerja penting bagi sebuah organisasi
Tahap 2 :
Sesi awal Trainer menyampaikan materi tentang pentingnya
mengenal dan mengklasifikasi program kerja (durasi 20 menit).
Sesi kedua Trainer membagikan langkah-langkah optimalisasi (durasi
20 menit).
Sesi terakhir Trainer memfasilitasi diskusi dan aktivitas kelompok
untuk peserta merencanakan langkah-langkah konkrit untuk
mengembangkan program kerja (durasi 50 menit).
Tahap 3 : Trainer memberikan kesempatan bagi peserta untuk mempresentasikan
rencana pengembangan program kerja dan memberikan rancangan optimalisasi.
1. Pengertian
Optimalisasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah terbaik, terbesar
baik, sempurna, terbaik, paling menguntungkan. Mengoptimalkan berarti melakukan
kesempurnaan, melakukan yang terbaik, melakukan yang terbaik, mengoptimalkan
pengoptimalan. (Pena, 2015)
Optimalisasi tidak selalu berarti menemukan solusi terbaik Keuntungan
maksimum ketika tujuannya adalah pengoptimalan Memaksimalkan keuntungan, atau
tidak selalu dengan biaya serendah mungkin Ditekan jika tujuan pengoptimalan adalah
untuk meminimalkan biaya. (Hotniar Siringoringo, 2005)
Program kerja adalah suatu sistem rencana kegiatan dari suatu organisasi yang
terarah, terpadu, dan tersistematis yang dibuat untuk rentang waktu yang telah
ditentukan oleh suatu organisasi. Program kerja akan menjadi pegangan bagi organisasi
dalam menjalankan rutinitas organisasi. Program kerja juga digunakan sebagai sarana
untuk mewujudkan cita-cita organisasi. (Susanto, 2011)
Program kerja adalah aktivitas yang menggambarkan di muka bagian mengenai
pekerjaan yang akan dilaksanakan berikut petunjukpetunjuk mengenai cara
pelaksanaannya. Aktivitas menggambarkan di muka ini biasanya menyangkut juga
jangka waktu penyelesaian, penggunaan material dan peralatan yang diperlukan,
pembagian wewenang, dan tanggung jawab serta kejelasan lainnya yang dianggap perlu.
(Hetzer, 2012).
2. Elemen optimalisasi
Ada tiga elemen permasalahan optimalisasi yang harus diidentifikasi, yaitu
tujuan, alternative keputusan, dan sumberdaya yang dibatasi.
a. Tujuan
Tujuan bisa berbentuk maksimisasi atau minimisasi. Bentuk maksimisasi
digunakan jika tujuan pengoptimalan berhubungan dengan keuntungan,
penerimaan, dan sejenisnya. Bentuk minimisasi akan dipilih jika tujuan
pengoptimalan berhubungan dengan biaya, waktu, jarak, dan sejenisnya.
Penentuan tujuan harus memperhatikan apa yang diminimumkan atau
maksimumkan.
b. Alternatif Keputusan
Pengambilan keputusan dihadapkan pada beberapa pilihan untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan. Alternatif keputusan yang tersedia
tentunya alternatif yang menggunakan sumberdaya terbatas yang dimiliki
pengambil keputusan. Alternatif keputusan merupakan aktivitas atau
kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan.
c. Sumberdaya yang Dibatasi Sumberdaya merupakan pengorbanan yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Ketersediaan
sumberdaya ini terbatas. Keterlibatan ini yang mengakibatkan
dibutuhkanya proses optimalisasi.
3. Aspek optimalisasi
a. Sarana dan Prasarana
Kondisi dan kemampuan semua sarana dan prasarana yang ada, tujuannya
untuk mengetahui apakah sarana dan prasarana tersebut masih layak operasi
atau tidak, bila masih layak operasi, maka apa saja perbaikan dan
penyempurnaan harus dilakukan, untuk menjalankan program 1 tahun
kedepan.
b. Metode
Semua metode yang digunakan dan proses yang dijalankan untuk
menjalankan program kegiatannya.
c. Kemampuan Sumber Daya Manusia
Untuk mengetahui kemampuan Sumber Daya Manusia terhadap metode dan
proses kerja oleh pimpinan organisasi untuk memenuhi sampai dimana
kemampuan anggota dalam melaksanakan pekerjaannya.
d. Semangat Kerja
Seorang pimpinan harus mengetahui kondisi pengurus dan sifat bawahan
mereka, sehingga seorang pimpinan mampu memberi semangat kerja pada
pengurus tentang kebajikan dan sistem imbalan yang mencakup nilai intensif
dan penilaian prestasi kerja.
7. Manfaat optimalisasi
Manfaat Optimalisasi diantaranya yaitu :
a. Mengidentifiksi tujuan
b. Mengatasi kendala .
c. Pemecahan masalah yang lebih tepat dan dapat diandalkan.
d. Pengambilan keputusan yang lebih cepat.
Optimalisasi adalah usaha memaksimalkan kegiatan sehingga mewujudkan
keuntungan yang diinginkan atau dikehendaki Dengan demikian, maka kesimpulan dari
optimalisasi adalah sebagai upaya, proses, cara, dan perbuatan untuk menggunakan
sumber – sumber yang dimiliki dalam rangka mencapai kondisi yang terbaik, paling
menguntungkan dan paling diinginkan dalam batas – batas tertentu dan kriteria tertentu.
Modul 5 : POTENSI MINAT BAKAT (Sub Tema)
Tujuan :
d. Peserta memahami pentingnya mengembangkan dan mengoptimalkan potensi minat
bakat pribadi dalam konteks capacity building.
e. Peserta mampu mengidentifikasi dan mengeksplorasi potensi minat bakat pribadi.
f. Peserta memiliki langkah-langkah konkrit untuk mengembangkan potensi minat bakat
pribadi.
Prosedur :
Tahap 1 : Trainer memperkenalkan konsep capacity building dan mengapa potensi
minat bakat pribadi penting dalam pengembangan diri.
Tahap 2 :
Sesi awal Trainer menyampaikan materi tentang pentingnya
mengenal dan mengeksplorasi potensi minat bakat pribadi (durasi 20
menit).
Sesi kedua Trainer membagikan contoh kasus dan studi kasus
yang relevan untuk memperkuat pemahaman peserta (durasi 20
menit).
Sesi terakhir Trainer memfasilitasi diskusi dan aktivitas kelompok
untuk peserta merencanakan langkah-langkah konkrit untuk
mengembangkan potensi minat bakat pribadi mereka (durasi 50 menit).
Tahap 3 : Trainer memberikan kesempatan bagi peserta untuk mempresentasikan
rencana pengembangan pribadi mereka dan memberikan umpan balik konstruktif.
1. Pentingnya Potensi Minat Bakat dalam Capacity Building
Lebih jauh lagi, hal ini dapat dilakukan melalui perencanaan dan pelaksanaan
langkah-langkah konkret untuk mengembangkan potensi minat bakat. Sebagai contoh,
jika minat dan bakat seorang individu terletak di bidang seni visual, membuat jadwal
waktu khusus untuk berlatih, mengikuti kursus atau pelatihan, atau mencari kesempatan
untuk memamerkan karya seni dapat menjadi langkah yang tepat. Hal yang paling
penting untuk dimiliki dalam tahap ini adalah komitmen dan disiplin yang kuat dalam
menerapkan langkah-langkah pengembangan yang sudah direncanakan sebelumnya.
5. Studi Kasus
Studi Kasus 1: Komunitas Seni Rupa
Dalam suatu komunitas seni rupa, sekelompok seniman muda dengan minat dan
bakat serupa dalam seni lukis bekerja sama untuk mengembangkan potensi minat bakat
mereka. Mereka secara teratur bertemu untuk berbagi ide, teknik, dan pengalaman.
Melalui kolaborasi ini, mereka saling memberikan dukungan, memberikan umpan balik
konstruktif, dan saling mendorong untuk menciptakan karya seni yang lebih baik.
Hasilnya, potensi minat bakat mereka dalam seni lukis berkembang dengan pesat. Studi
yang dilakukan oleh Csikszentmihalyi (1997) tentang pengalaman puncak dalam seni
menunjukkan bahwa kolaborasi dengan komunitas seniman sejenis dapat memperkuat
eksplorasi kreativitas dan membantu seniman dalam mengembangkan bakat mereka.
Sebuah tim musik terdiri dari individu-individu dengan minat dan bakat dalam
bermusik. Mereka bergabung dalam sebuah band dan secara teratur berlatih bersama,
berbagi ide, dan menulis lagu bersama. Melalui kolaborasi ini, mereka saling
memperkaya keterampilan musik mereka, menggali potensi eksplorasi musikal yang
lebih luas, dan membangun harmoni dalam kinerja mereka.
Buckingham, M., & Clifton, D. O. (2001). Now, discover your strengths. Free Press.
Bunyamin, B., Munfaqiroh, S., Liana, Y., Salim, A., Irawati, R., Prasetyo, I. B., & Sudiarto, E.
(2021). Capacity Building Sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Pengurus Lazis Sabilillah
di Malang. Jurnal ABM Mengabdi, 8(1), 50. https://doi.org/10.31966/jam.v8i1.860
Clifton, D. O., & Nelson, P. (1992). Soar with your strengths. Delacorte Press.
Csikszentmihalyi, M. (1997). Creativity: Flow and the psychology of discovery and invention.
Creativity: Flow and the Psychology of Discovery and Invention., viii, 456–viii, 456.
Grant, A. M. (2013). Rocking the Boat but Keeping It Steady: The Role of Emotion Regulation
in Employee Voice. Academy of Management Journal, 56(6), 1703–1723.
https://doi.org/10.5465/amj.2011.0035
Harackiewicz, J. M., Barron, K. E., Carter, S. M., Lehto, A. T., & Elliot, A. J. (1997). Predictors
and consequences of achievement goals in the college classroom: Maintaining interest and
making the grade. Journal of Personality and Social Psychology, 73(6), 1284–1295.
https://doi.org/10.1037/0022-3514.73.6.1284
Hidi, S., & Renninger, K. A. (2006). The Four-Phase Model of Interest Development.
Educational Psychologist, 41(2), 111–127. https://doi.org/10.1207/s15326985ep4102_4
Jayawickreme, E., Forgeard, M. J. C., & Seligman, M. E. P. (2012). The Engine of Well-Being.
Review of General Psychology, 16(4), 327–342. https://doi.org/10.1037/a0027990
Kamaruzaman, Rahman, A., Alfan Sidik, M., Firdaus, Sudanto, Lumintang, A., Vathul Jannah,
W., & Aulia Bidari, D. (2022). Peningkatan Minat Bakat dan Kemampuan Berwirausaha
Komunitas Pebisnis Muda Melalui Pelatihan Kewirausahaan. Dinamisia : Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat, 6(4), 978–986. https://doi.org/10.31849/dinamisia.v6i4.11030
Ryan, R. M., & Deci, E. L. (2000). Intrinsic and Extrinsic Motivations: Classic Definitions and
New Directions. Contemporary Educational Psychology, 25(1), 54–67.
https://doi.org/10.1006/ceps.1999.1020
Sholihah, A., & Chrysoekamto, R. (2021). Penerapan Manajemen Pengembangan Minat dan
Bakat untuk Meningkatkan Potensi Siswa di Madrasah. Munaddhomah: Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam, 1(2). https://doi.org/10.31538/munaddhomah.v1i2.36
Agustino, L. (2015). Panduan Lengkap Tata Cara dan Teknis Persidangan. PT RajaGrafindo
Persada.
Dikutip dari Peraturan Organisasi SEMA UIN Malang (2022). Teknik Persidangan
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Ulum, B., & Tjahjadi, B. (2018). Tata Cara Persidangan dalam Organisasi Kemahasiswaan.
Deepublish.
Utami, D., & Nurjanah, F. (2019). Panduan Praktis Persidangan Organisasi
Kemahasiswaan. CV. Garudhawaca.
Syah, R. (2019). Panduan Praktis Persidangan Organisasi Mahasiswa. Bumi Aksara.
Yani, I., & Purnamasari, I. (2019). Panduan Praktis Persidangan Organisasi Mahasiswa. CV.
Pustaka Setia.
Armstrong, M. (1998). Managing people: A practical guide for line managers. Kogan Page
Publishers.
Sunyoto, D. (2015). Teori Perilaku Keorganisasian.