Tugas ini Diselesaikan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah
Consumer Behaviour
DOSEN PENGAMPU :
DI SUSUN OLEH :
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu Negara yang sedang mengalami perkembangan dalam
bidang ekonomi. Perkembangan ekonomi kuartal I-2019 yang dilaporkan oleh Bank
Indonesia mencapai 5,07%. Angka tersebut tergolong cukup besar, mengingat
pertumbuhan ekonomi diatas 5% termasuk sangat baik. Perkembangan ekonomi tentu
tidak terlepas dari kemajuan industri. Hal itu senada dengan penuturan Menteri
Perindustrian, Airlangga Hartanto dalam pertemuan 25 tahun konferensi internasional,
The Future of Asia di Jepang pada 30 Mei 2019 lalu, yang menyatakan bahwa sektor
industri Indonesia telah mengalami perkembangan pesat dalam 10 tahun terakhir.
Salah satu industri yang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan adalah industri
tekstil. Sepanjang kuartal I-2019, industri tekstil dan pakaian jadi tumbuh melesat dengan
angka 18,98%, jauh lebih tinggi dibandingkan kuartal I tahun lalu yang hanya sebesar
7,46% (year-on-year/yoy). Berdasarkan penjelasan Direktur Industri Tekstil, Kulit dan
Alas Kaki Kementerian Perindustrian, Muhdori, peningkatan tersebut disebabkan adanya
investasi yang cukup besar di sektor hulu, khususnya produsen rayon.
Seluruh indikator yang mengarah pada perkembangan positif itu nyatanya juga
melahirkan dampak-dampak lain yang dapat menjadi bibit permasalahan baru. Berbicara
mengenai industri, maka kaitannya tidak terlepas dari limbah. Tak jarang, industri-industri
tekstil ini berubah menjadi raksasa penyumbang kontribusi permasalahan limbah di
Indonesia. Banyaknya industri tekstil yang kurang memperhatikan pengolahan limbah dan
cenderung langsung membuangnya ke aliran selokan yang bermuara ke sungai tanpa
mengetahui apakah limbah buangan tersebut sudah sesuai dengan standar lingkungan
hidup atau sebaliknya. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
mendapati masih adanya pabrik-pabrik tekstil di Bandung yang tidak memiliki Instalasi
Pengelolaan Air Limbah (IPAL).
Kini, thrifting sedang menjadi tren di kalangan anak muda sebagai bagian dari gaya
hidup. Biasanya, barang-barang yang paling banyak mereka cari adalah barang-barang
yang memiliki nilai tertentu, seperti: langka, bermerek, pernah populer pada masanya
ataupun barang yang sudah tidak diproduksi lagi.
Alasan saya memilih thrift shop sebagai usaha yang saya geluti adalah, pertama,
karena menyadari peran saya sebagai individu untuk ikut berperan aktif dalam
berkontribusi mengurangi limbah industri tekstil dengan mendirikan usaha ini sebagai
upaya menjaga kelestarian lingkungan. Kedua, melihat prospek pasar yang menjanjikan.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, thrifthing kini menjadi tren yang sangat
digemari oleh anak muda. Menurut data statistik, penduduk Indonesia tahun 2019
diproyeksikan berjumlah 266,91 juta jiwa. Penduduk usia produktif (15-64 tahun)
jumlahnya mencapai 68,7% atau 183,36 juta jiwa. Dari usia produktif tersebut, yang
tergolong generasi G-Y (kelahiran tahun 1980-2000) mencapai 46,6% atau 85,53 juta jiwa.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa generasi milenial di Indonesia cukup besar
jumlahnya dan dapat menjadi pangsa pasar besar yang menjanjikan.
BAB 2
ASPEK PEMASARAN
2.1 SEGMENTASI
GEOGRAFIS
THRIFTIME menyasar segmentasi geografisnya di beberapa kota besar di Indonesia,
seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Bali. Kota-kota tersebut dipilih berdasarkan
survey prospek pasar yang mengukur besarnya antusiasme konsumen terhadap thrifting
di suatu daerah.
DEMOGRAFIS
THRIFTIME adalah thrift shop yang menyasar para generasi muda dengan selera
fashion bergaya 90’s, bernuansa klasik bagi mereka pencinta vintage yang autentik.
Fokus utama pasar THRIFTIME adalah konsumen dari kelas sosial menengah dari
kalangan mahasiswa, fashion blogger dan tentunya thrift hunter. Harga yang
THRIFTIME tawarkan disesuaikan dengan produk yang dijual, karena THRIFTIME
senantiasa mengedepankan kualitas serta autentikasi produk.
PSIKOGRAFIS
THRIFTIME menciptakan branding image sebagai surga bagi para pencinta barang-
barang vintage bernuansa 90an, yang sesuai dengan slogannya yaitu : “Heaven of 90’s
Hidden Treasure”.
2.2 TARGETING
Fokus utama pasar THRIFTIME adalah konsumen dari kelas sosial menengah yang
memiliki selera fashion 90an bernuasa klasik bagi mereka para pencinta vintage yang
autentik. Menargetkan kalangan mahasiswa, fashion blogger dan tentunya thrift hunter
sebagai pasar utama yang tidak lagi melihat range harga melainkan pada kualitas dan
autentikasi produk.
2.3 POSITONING
Sebagai pemimpin pasar thrift shop bergaya klasik 90an yang mampu menjadi pelopor
thrifting terpercaya, berkualitas serta terjamin autentikasinya.
2.4.2 PROMOTION
Strategi promosi yang dipilih THRIFTIME sebagai amunisi untuk membidik calon
konsumen adalah melalui excellent advertising. Pengiklanan melalui media sosial dipilih
atas dasar efektifitas dan efisiensi, baik dari segi waktu, materi dan cakupan efek. Iklan
dikemas semenarik mungkin dengan menonjolkan ciri khas dari THRIFTIME sendiri
sebagai thrift shop bergaya klasik 90an. Pengiklanan di lakukan di media sosial
Instagram dengan melibatkan influencer untuk program endorsement.
THRIFTIME dalam memperluas cakupan pasarnya, juga ikut aktif dalam berbagai
ajang festival thirfthing dan pameran-pameran barang-barang antik yang kerap dilakukan
di setiap tahunnya.
2.7 PERMINTAAN
Perkiraan / prediksi jumlah permintaan konsumen terhadap produk.
Proyeksikan permintaan konsumen dalam beberapa periode / tahun mendatang seperti
kenaikan x % per tahun sesuai kenaikan jumlah penduduk